Vous êtes sur la page 1sur 5

Abnormalitas motorik atau perilaku saat tidur biasanya dilaporkan oleh pasien,

pasangan, teman atau anggota keluarga pasien. Biasanya pasien atau pasangan
mengalami cedera saat episode berlangsung. Ngantuk yang berlebihan disertai
dengkuran adalah contoh abnormalitas pada saluran nafas atas dan pompa
respirasi.
Istilah parasomnia digunakan untuk menjelaskan tipe-tipe kejadian seperti ini saat
tidur. Secara konvensional, didefinisikan sebagai kejadian yang episodic, tidak
biasa, dan tidak diinginkan dimana tidak bergantung pada mekanisme tidur atau
bangun itu sendiri. Definisi ini tidak memuaskan dengan beberapa alas an. Pertama
inklusi dari elemen tidak ingin mengacu pada nukuran subjektif tentang apa itu
parasomnia. Kedua, mekanisme tidur-bangun berinteraksi secara kompleks dengan
kejadian perilaku abnormal selama tidur, dan tidak bisa dibedakan dengan jelas.
Ketiga, range dari kejadian yang tidak biasa yang terjadi saat tidur sangatlah
beragam, dimana parasomnia memiliki sedikit nilai dalam memahami sifatnya.
Keempat, banyak parasomnia yang umum terjadi pada usia tertentu dan menjadi
normal dan tidak seharusnya dianggap sebagai gangguan tidur.
Selama tidur sangat berbeda pada saat bangun. Semakin tinggi pusat yang aktif,
khususnya pada REM sleep, tetapi ada hambatan besar pada ktivitas LMN,
khususnya pada otot postural pada REM sleep. Akibatnya ada gerakan yang kurang
selama tidur dengan pengurangan pada tonus otot dan respon reflex, terlepas dari
aktivitas pusat yang lebih tinggi.
Pusat aktivitas bias menjadi intense dan patologis pada serangan epileptic, atau
lebih ringan dan normal atau mendekati normal., contohnya hambatan motorik bias
hilang pada anak kecil yang regulasi pusat tidurnya belum matang, pada usia lanjut
dan pasien dengan ganguan degenerative, dimana control tidur mereka bias
mengalami degenerasi. Ada beberapa gangguan motorik selama REM sleep
dibandingkan dengan non REM sleep karena hambatan motorik yang intensif.
Abnormalitas pada control motorik yang ada pada NREM dan REM sleep
menggarisbawahi hubungan antara perilaku abnoirmal selama tidur, seperti
kombinasi dari sleep walking dan gangguan perilaku REM sleep.
Lokasi abnormalitas atau pelepasan control motorik dalam system saraf pusat
beragam diantara gangguan yang berbeda. Perilaku yang kompleks bias diatur
tanpa input cortical oleh system control antara midbrain dan medulla.
SLEEP STATE TRANSITION DISORDERS
Wake-REM sleep
Cataplexy
Sleep paralysis

REM sleep wake


Sleep paralysis
Post traumatic sleep disorder
Wake-NREM sleep
Hypnic jerks
Benign neonatal and fragmentary myoclonus
Rhythmic movement disorder
NREM sleep wake Confusional arousal
Sleep terror
Sleep walking
Sleep talking
Sleep eating and drinking
Panic attack
Nocturnal cramp

SLEEP STATE SPECIFIC DISORDER


NREM sleep
Epilepsy
Sleep bruxism
RES
PLMS
REM SLEEP
REM sleep behavior disorder
Status dissociates

ASSESSMENT

History
Riwayat sangat penting untuk mengukur secara kurat gangguan motorik selama
tidur.
1. Sifat gerakan? Apa mempengaruhi seluruh tubuh atau terlokalisasi pada satu
bagian saja, seperti tungkai atau rahang pada sleep bruxism? Apa ada
rangkaian gerakan seperti pada Jacksonian epilepsy? Apakah tipe gerakannya
berulang dan bagaimana frekuensi dan amplitudonya? Apakah gerakannya
sederhana atau kompleks?
2. Apakah ada keistimewaan seperti gejala sensoris, mimpi, aktivitas autonom
atau inkontinensia?
3. Bagaimana keadaan mental selama episode berlangsung? Apakah pasien
merespon pertanyaan atau perintah? Apakah ada tanda kecemasan? Apa
yang terjadi setelah kejadian? Bisakah pasien langsung tidur atau ada
perilaku yang abnormal?
4. Bagaimana kejadian tersebut berhubungan dengan tidur, bangun atau
transisi diantara keduanya?
5. Apa penyebab kejadian tersebut? Apakah ditimbulkan oleh kekurangan tidur,
higienitas tidur yang buruk, obat-obatan, alcohol atau kafein? Apakah ada
gangguan neurologis yang mendasari seperti demensia atau Parkinson?
Physical examination
Dari pemeriksaan fisik dapat diketahui tanda cedera atau efek dari gerakan
abnormal seperti rontoknya gigi akibat sleep bruxism. Pemeriksaan neurologis bias
dilakukan , tetapi biasanya memiliki nilai yang kecil, kecuali pada gangguan perilaku
REM sleep, epilepsy dan gangguan gerakan yangada saat bangun.
Investigasi
Dari riwayat bias diketahui diagnosis dengan derajat kepastian yang cukup untuk
dimanajemenkan tanpa investigasi lebih jauh, biasanya pada sleep walking, sleep
talking, gangguan gerakan ritmis, dan sleep bruxism.pada banyak situasi,
khususnya ketika gerakan kompleks, potensi bahayanya menjadi tidak pasti,
sehingga perlu dirujuk ke spesialis untuk investigasi dan manajemen lebih
lanjut.investigasi diperlukan untuk mengukur:
Sifat serangan
Polysomnography dengan rekaman video atau audio penting untuk menegakkan
sifat kejadian, hubungannya dengan tahapan bangun atau tidur, dan kehadiran
factor lain yang berkontribusi pada gambaran klinis.
Penyebab serangan
Hal ini bias ditegakkan dengan metode berikut:

1. Tes darah, contohnya: estimasi ferritin, urea, dan elektrolit pada restless legs
syndrome.
2. Electro-encephalogram (EEG) saat bangun untuk membantu diagnosis
epilepsy.
3. Teknik pencitraan otak, contohnya: CT dan MRI scan kepala, khususnya untuk
menginvestigasi gangguan perilaku REM sleep, epilepsy lobus frontal
nocturnal, dan gangguan gerakan involunter yang mana lebih buruk saat
bangun dibandingkan saat tidur.
Prinsip pengobatan
Tujuan dari pengobatan adalah:
1. Menjelaskan sifat dari gangguan pada pasien.
2. Saran nuntuk higienitas tidur. Hal ini meminimalisir resiko hilangnya tidur
yang bias ditmbulkan oleh gangguan motoris selama tidur, dan bias
diarahkan untuk mengurangi resiko terbangun yang mana sangat penting
untuk mencegah gangguan transisi tidur-bangun. Perubahan pada
penggunaan obat-obatan yang bias menpengaruhi pola bangun-tidur juga
harus dipertimbangkan.
3. Mengobati gangguan yang mendasari, misalnya: mengobati penyebab
hilangnya besi dan mengganti zat besi pada restless legs syndrome,
peresepan antikonvulsan untuk epilepsy, agonis dopamine untuk restless legs
syndromedan parkinsonism, dan benzodiazepine pada gangguan perilaku
REM sleep.
4. Modifikasi pola bangun-tidur dengan obat-obatan seperti penggunaan
benzodiazepine untuk mengkonsolidasi tingkat 2 NREM sleep dan
mengurangi resiko gangguan bangun-tidur, tricyclic antidepressant untuk
mengurangi durasi REM sleep; atau mencegah stimulant seperti kafein untuk
engurangi resiko bangun dan gangguan transisi bangun-tidur.
5. Alat perlindungan. Hal ini dibutuhkan ubtuk pasien dalam bentuk helm,
mengunci jendela dan pintu kamar tidur, atau membuat pintu ditangga.
Gangguan gerakan terlokalisir perlu peralatan spesifik, seperti elindung gusi
untuk sleep bruxism. Perlindungan pada pasangan biasanya berupa tidur di
kamar yang berbeda , bila perlu pintu dalam keadaan terkunci.
6. Gaya hidup. Hal ini diperlukan untuk menghadapi stress yang berkontribusi
pada gangguan dan akibatnya. Psychotherapy terkadang dibutuhkan.

Sleep violence
Penyebab
Polysomnography bias tidak menunjukkan tanda-tanda penyebab, seperti gangguan
bangun, tetapi bias mengindikasikan hadirnya gangguan lain seperti gangguan
perilaku REM sleep.

Tipe-tipe gangguan tidur;


Gangguan bangun
Violence bias terjadi tiba-tiba pada akhir episode sleep walking, khususnya jika
sleep walker ditahan. Hal itu terkadang bias terjadi jika subjek berpikir bahawa ia
sedang terancam. Subjek kemudian menjadi tenang dengan cepat dan meminta
maaf untuk peristiwa yang terjadi. Pada kondisi tersebut subjek bias dalam keadaan
panic, dan bias mengulang kejadian tersebut, seperti menikam.
Gangguan stress post trauma
Subjek bias bangun segere dari tidur, dan berperilaku kejam sebagai bagian dari
pengalaman traumatic.
Gangguan perilaku REM sleep
Violence yang ekstrim bias terjadi, tetapi tidak spesifik ditujukan pada korban,
kecuali korban diinterpretasikan sebagai ancaman oleh subjek.
Status dissociatus

Vous aimerez peut-être aussi