Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH
Kelompok
II
1. I Gst Ngr Bagus Widana
2. Ni Putu Yuni Widiastuti
3. Ida Ayu Swanita Trinayani
1506325007
1506325008
1506325009
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
IMBALAN KERJA
1
Pendahuluan
PSAK 24: Imbalan Kerja mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja
dalam laporan keuangan. PSAK yang berlaku mulai 1 Januari 2015 adalah PSAK
24 (revisi 2013) yang menggantikan PSAK 24 (Revisi 2010). Perbedaan antara
PSAK 24 (revisi 2013) dengan PSAK (Revisi 2010) adalah:
1. Perubahan yang signifikan
a. Pengakuan Keuntungan dan Kerugian Aktuaria
b. Perubahan Komponem Imbalan Pasti dan Aset Program
c. Persyaratan Pengungkapan
2. Perubahan Lainnya
a. Imbalan Jangka Pendek
b. Pesangon
c. Perubahan Penting lainnya
Penyelesaian
Pendekatan koridor
Bunga Neto
Biaya Bunga
Imbal hasil yang diharapkan
atas aset program
Kurtailmen dan penyelesaian
Pada Penghasilan Komprehensif Lain Pada Penghasilan Komprehensif Lain
(OCI)
(OCI
Keuntungan
dan
Kerugian
Keuntungan
dan
Kerugian
Aktuarial
Aktuarial-Langsung
melalui
Imbal Hasil Aset Program yang
OCI
belum diakui dalam bungan
2
Neto
Bunga atas Dampak Batas Atas
Aset yang belum diakui dalam
bunga Neto
Pada Laporan Posisi Keuangan
Pada Laporan Posisi Keuangan
nilai Kini Kewajiban Imbalan
Nilai Kini Kewajiban Imbalan
Pasti Aset Program =
Pasti Aset Program#Liabilitas
(-) Biaya Jasa Lalu yang belum
Liabilitas
diakui
(-)
Keuntungan/Kerugian
Aktuarial
Akuntansi untuk imbalan kerja jangka pendek biasanya cukup jelas karena tidak
ada asumsi aktuaria dan perhitungannya tidak dilakukan dengan dasar diskonto.
Imbalan kerja jangka pendek diakui sebagai beban ketika pekerja telah
memberikan jasanya kepada entitas, dan:
Apabila ada bagian yang belum dibayarkan maka akan diakui sebagai
Liabilitas (beban terakru); atau
Cuti berbayar diakumulasi, yaitu apabila hak cuti periode berjalan yang
belum digunakan dapat diakumulasikan dan digunakan di periode
mendatang,
Cuti berbayar tidak akumulasi, yaitu apabila hak cuti periode berjalan akan
hangus apabila tidak digunakan di periode berjalan.
Entitas mengakui biaya ekspektasian atas cuti imbalan jangka pendek sebagai
berikut:
Atas cuti berbayar diakumulasi: beban dan liabilitas diakui pada saat
pekerja memberikan jasa yang menambah hak cuti berbayar di masa yang
akan datang. Entitas mengukur biaya ekspektasian atas cuti berbayar
diakumulasikan sebagai jumlah tambahan yang diperkirakan akan dibayar
oleh entitas akibat hak yang belum dugunakan dan telah terakumulasi pada
7.1.2
Entitas mengakui biaya ekspektasian atas pembayaran bagi laba dan bonus jika,
dan hanya jika:
tersebut
Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal
Terkadang entitas tidak menyatakan dalam kontrak kerja dengan pekerja bahwa
akan dapat pembayaran bonus atau gaji ke-13. Namun setiap tahunnya entitas
selalu membayarkannya. Hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban konstruktif
karena tidak ada hal realistis lain yang dapat dilakukan selain membayarkan bonus
atau gaji ke-13 tersebut.
7.2 Imbalan Pascakerja
PSAK 24 mendefinisikan imbalan pascakerja sebagai imbalan kerja (selain
pesangon dan imbalan kerja jangka pendek) yang terhutang setelah pekerja
menyelesaikan masa kerjanya. Contoh imbalan pascakerja adalah tunjangan
purnakarya seperti pensiunan dan imbalan pascakerja lain, seperti asuransi jiwa
dan tunjangan kesehatan pascakerja.
Dari sisi pembayran iuran, imbalan pascakerja dikelompokan menjadi:
1. Program iuran, terjadi saat pemberi kerja dan pekerja sama-sama
memberikan kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
2. Program noniuran. Program noniuran terjadi pada saat hanya pemberi
kerja yang memberikan kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
Secara umum, berdasarkan manfaat yang akan diterima pekerja, imbalan
pascakerja diklasifikasikan menjadi:
1. Program iuran pasti
2. Program imbalan pasti
Adapun klasifikasi suatu program sebagai iuran pasti atau imbalan pasti
ditentukan dari substansi ekonomi dari syarat dan ketentuan pokok program.
Untuk memudahkan pendefinisian dari program pascakerja, dapat dilihat Gambar
berikut ini:
5 Didanai
Tidak
Didanai
pekerja terkait jumlah manfaat yang akan diterima di akhir masa kerja. Biasanya
jumlah manfaat yang nantinya akan diterima oleh pekerja biasanya berkaitan
dengan besaran gaji pekerja dan lamanya masa kerja. Hal ini mengakibatkan
risiko aktuarial dan resiko investasi ditanggung oleh pemberi kerja.
Program imbalan pasti mungkin didanai sepenuhnya atau sebagian, dan mungkin
juga tidak didanai, oleh iuran entitas. Pendanaan adalah penyerahaan aset kepada
entitas yang disebut dana pensiun, yang terpisah dari entitas untuk tujuan
memenuhi kewajiban yang timbul dari program manfaat pensiun.
1. Program didefinisikan sebagai didanai jika entitas menyisikan dana untuk
maanfaat pensiun masa depan dengan melakukan pembayaran kepada
agen pendanaan, seperti wali amanat, bank, atau entitas asuransi. Program
yang didanai akan menciptakan adanya Liabiltias Imbalan Pasti dan Aset
Program.
2. Program didefinisikan sebagai tidak didanai jika entitas mempertahankan
kewajiban pembayaran manfaaat pensiun tangpa membentuk dana
terpisah.
Program Iuran Pasti
Program Imbalan Pasti
Kewajiban
Terbatas pada jumlah yang menyediakan
imbalan
hukum/konstruktif disepakati sebagai iuran kepada yang dijanjikan kepada
Entitas
dana
pekerja ataupun mantan
pekerja.
penanggung Risiko Pekerja
Entitas
Aktual dan Risiko
Investasi
Besarnya uang pesangon dan penghargaan yang menjadi dasar perhitungan di atas
sesuai dengan pasal 156 ayat 2 dan 3 UU No. 13/2003, adalah sebagai berikut:
4. Hal hal yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan entitas, atau
perjanjian kerja bersama.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Undang-undang tersebut, Indonesia
memberlakukan Program Imbalan Pasti bagi seluruh tenaga kerja.
7.2.4 Akuntansi Untuk Program Imbalan Pasti
Akuntansi untuk program imbalan pasti memang memiliki kompleksitas yang
jauh lebih tinggi dari pada akuntansi untuk program iuran pasti. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Penghitungan estimasi manfaat yang akan diterima sesuai dengan UU No.
14 Tahun 2003.
2. Penggunaan teknik dan diskonto aktuarial, khususnya metode Projected
Unit Credit (PUC)
3. Penggunaan asumsi demografis, seperti:tingkat mortalitas, perputaran
pekerja, pergantian karyawan, pensiunan dini, klaim kesehatan, dll
4. Penggunaan asumsi keuangan, berdasarkan estimasi pasar, seperti:tingkat
diskonto dan imbal hasil, gaji masa depan dan tingkat manfaat biaya
kesehatan masa depan, dll
Dari sisi pencatatan akuntansinya sendiri, beberapa akun dalam komponem
Laporan Keuangan berikut ini akan terpengaruh dengan transaksi program
imbalan pasti:
1. Laporan Posisi Keuangan
10
11
Apabila tidak ada harga pasar untuk aset tersebut, maka nilai wajar aset program
ditentukan, misalnya, dengan mengukur nilai kini dari akspektasi arus kas masa
depan dengan suatu tingkat diskonto yang mereflesikan risiko terkait aset program
tersebut dan jangka waktu jatuh tempo dari aset.
Nilai Wajar Program Aset (t=0) akan muncul pertama kali dalam laporan
keuangan saat entitas pemberi kerja menyatakan berlakunya suatu program
imbalan pasti yang didanai. Pada saat perhitungan pertama, maka pemberi kerja
akan melakukan estimasi awal sesuai dengan jumlah pekerja, hak pekerja, asumsi
demografi, dan asumsi aktuarial tertentu.
Besaran Nilai Wajar Aset Program (t=1) dan seterusnya) akan dipengarugi oleh
beberapa komponem di bawah ini:
1. Imbalan Hasil Aset Program (pada tingkat diskonto) (IHAP)
2. Kontribusi yang dibayarkan (K)
3. Pembayaran Manfaat (pada Program yang didanai) (PMd)
Biaya Jasa
Biaya Jasa Kini (current Service Cost)
12
Biaya Jasa Kini adalah perubahan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti yang
berasal dari jasa pekerja pada periode berjalan.
Biaya Jasa Lalu (Past Service Cost)
Biaya Jasa Lalu adalah perubahan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti Akibat
penerapan awal atau membatalkan program imbalan pasti atau mengubah imbalan
terutang dalam suatu program imbalan pasti yang ada saat ini atau karena terjadi
kurtailmen (curtailment).
Kurtailmen didefinisikan sebagai pemenuhan salah satu dari dua kondisi berikut
ini:
Biaya Jasa Lalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya, baik yang sudah vested
maupun atas yang belum vested.
hak yang digunakan selama masa kerja ketika hubungan kerja putus.
Imbalan bersifat non-vesting jika pekerja tidak berhak menerima
pembayaran atas hak yang tidak digunakan selama masa kerja ketika
berhubungsn kerja putus.
Biaya Jasa Lalu dapat bernilai positif maupun negatif, dengan penjelasan sebagai
berikut:
Bernilai positif jika imbalan diadakan atau jika perubahan yang ada
13
Tingkat diskonto ditentukan di awal periode dan diambil dari bunga obligasi
berkualitas tinggi (atau obligasi pemerintah) di pasar aktif pada akhir periode
pelaporan sebelumnya. Penggunaan mata uang, periode pelaporan, dan obligasi
yang menjadi rujukan harus dilakukan secara konsisten.
Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti terdiri dari:
14
Rp 32.500.000
Rp 25.000.000
Rp -
Rp 7.500.000
15
Ketika tidak dapat lagi menarik tawaran tersebut (pekerja telah menerima
16
Kondisi ketika tidak dapat lagi menarik tawaran penghentian perjanjian Kerja
adalah saat telah dikomunikasikan ke pekerja yang terkena dampak, dan
memenuhi kriteria:
1. Kecil kemungkinanperubahan signifikan atas program tersebut;
2. Program mengidentifikasi jumlah pekerja yang akan dihentikan, klasifikasi
pekerjaan/fungsi, dan lokasinya, serta tanggal penyelesaian; dan
3. Program membuat detail yang memadai sehingga pekerja dapat
menentukan jenis dan jumlah imbalan yang akan diterima.
Pesangon diukur pada nilai nominal jika akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua
belas) bulan dan akan diukur pada nilai kini jika akan diselesaikan lebih dari dua
belas bulan.
17
yaitu bulan Mei tahun berikutnya. Prakiraan laba bersih tahun 2015 adala
Rp200.000.000.000. hitunglah beban dan liabilitas atas bonus yang diakui PT
Royal tahun 2015.
Jawaban
Laba Bersih PT Royal Tahun 2015 Rp 200.000.000.000
Bonus Rp200.000.000.000 x 3% = Rp 6.000.000.000
Jadi jumlah beban dan liabilitas tahun 2015 adalah Rp 6.000.000.000
Karena bonus dibayar bulan Mei 2016, maka jurnalnya
Beban Bonus
Rp 6.000.000.000
Hutang Bonus
Rp 6.000.000.000
Soal 2
PT Lazy memiliki 50 orang karyawan. Pada tahun 2015 mulai memberikan
program cuti berimbalan untuk karyawannya. Setiap karyawan berhak atas 5 hari
cuti berimbalan dalam 1 tahun dan dapat diakumulasikan pada tahun-tahun
berikutnya. Setiap karyawan yang cuti akan mendapatkan imbalan sebesar
Rp800.000.000 perhari. Pada tahun 2015, ada 35 karyawan sudah mengambil
penuh hak cuti berimbalan, sedangkan 15 karyawan sudah mengambil 3 hari.
Hitunglah beban dan liabilitas atas cuti berimbalan yang diakui PT Lazy tahun
2015.
Jawaban
Diketahui
35 karyawan x 5 hari = 175 hari
15 karyawan x 3 hari = 45 hari
Jumlah
= 220 hari
220 hari x Rp 800.000 = Rp 176.000.000
15 karyawan x 2 hari x Rp 800.000 = Rp 24.000.000
(Rp 176.000.000 + Rp 24.000.000 = Rp 200.000.000)
PT Lazy akan mengakui beban dan liabilitas atas cuti sebesar Rp 176.000.000
Jurnal yang akan dicatat PT Lazy tahun 2015 adalah
Beban Imbalan kerja cuti berimbalan Rp 176.000.000
Kas
Rp 176.000.000
Jika cuti berimbalan tersebut dapat diakumulasikan maka pada tahun 2015 PT
Lazy akan mengakui tambahan beban dan liabilitas sebesar Rp 24.000.000
Sehingga beban yang diakui tahun 2015 menjadi Rp 200.000.000.
Soal 3
Pada tahun 2015 PT Pensiun berkomitmen melakukan PKK atas 20 orang
karyawan dengan jumlah pesangon keseluruhan senilai Rp1.500.000.000. selain
itu, PT Pensiun juga menawarkan kepada 15 orang karyawan lainnya untuk
berhenti secara sukarela. Setiap karyawan akan menerima pesangon masingmasing Rp80.000.000 juka menerima tawaran tersebut. PKK direncanakan efektif
dilakukan awal tahun 2016. Dalam kasus ini PT Pensiun sudah memiliki
18
komitmen yang jelas untuk melakukan PKK dan biaya terkait restrukturisasi telah
diakui. Untuk PKK secara sukarela, PT Pensiun mengestimasi 2/3 karyawan akan
menerima tawaran PKK tersebut. Berpakah beban pesangon PKK yang diakui PT
Pensiun tahun 2015.
Jawaban
Jumlah beban yang harus diakui oleh PT Pensiun 2015 adalah
Pesangon PKK (20 Karyawan Rp 1.500.000.000 = Rp 75.000.000/orang)
Penawaran berhenti secara sukarela 15 karyawan x Rp 80.000.000 = Rp
1.200.000.000
Beban yang harus diakui PT Pensiun 2015 adalah
Pesangon 20 karyawan
= Rp 1.500.000.000
Pesangon 2/3 dari penawan berhenti sukarela
10 x Rp 80.000.000
= Rp 800.000.000
Jumlah
= Rp 2.300.000.000
Oleh karena realisasi dari PKK seluruhnya baru terjadi pada tahun 2016
sedangkan keputusan sudah dibuat pada tahun 2015 maka PT Pensiun harus
mengakui seluruh beban tersebut sebagai liabilitas dilaporan Posisi Keuangan
2015 dengan jurnal
Beban Imbalan kerja Pesangon Rp 2.300.000.000
Provisi
Rp 2.300.000.000
Soal 4
Berikut adalah data yang berhubungan dengan program imbalan pasti bagi
karyawan PT Jompo:
1 Januari 2015
3.100.000.000
2.900.000.000
352.000.000
31 Desember 2015
3.400.000.000
3.100.000.000
394.000.000
19
20
Soal 5
21
PT Purnabakti memiliki program iuran pasti dengan iuran jatuh tempo tiap akhir
bulan sebesar Rp4.000.000. iuran bulan Nopember 2015 telah dibayar seluruhnya
pada awal Januari 2016. Hitung liabilitas yang diakui PT Purnabakti pada 31
Desember 2015 terkait program iuran pasti.
Jawaban
Soal 6
Pada tahun 2015< PT Harituan memiliki saldo terkait program Imbalan Pasti
adalah sebagai berikut
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti awal tahun 2015
Nilai Wajar Aset Program awal tahun 2015
Penghasilan komprehensif lain (kredit(-awal tahun 2015
Biaya Jasa Kini
Tingkat Diskonto
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun
Imbalan pension yang dibayarkan oleh Dana Pensiun
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti-akhir tahun 2015
Nilai Wajar Aset Program-akhir tahun 2015
225.000.000
175.000.000
10.070.000
18.000.000
10%
25.000.000
12.000.000
260.000.000
205.000.000
Diminta:
1. Hitung beban imbalan pasti paa tahun 2015 dan liabilitas di Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) PT Haritua per 31 Desember 2015
2. Buat ayat jurnal yang diperlukan PT Haritua terkait Program Imbalan Pasti
tahun 2015.
Jawaban
22
Kertas Kerja
23
Kesimpulan
Pencatatan beban imbalan kerja pada laporan keuangan harus dilakukan dengan
mengacu kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Imbalanimbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusahaan (PP)
atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja
dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.
Beban imbalan kerja atau beban personil adalah suatu bagian dari beban
perusahaan yang harus diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Beban
imbalan kerja baik jangka panjang maupun jangka pendek harus dicadangkan
sebagai suatu kewajiban setiap bulannya sebagai konsekuensi adanya jasa yang
diberikan pekerja kepada perusahaan.Pencadangan dilakukan karena laporan
keuangan disusun dengan basis akrual dan jumlah imbalan kerja biasanya
material.Pencadangan ini dilakukan agar laporan keuangan menyajikan informasi
yang relevan bagi pengambilan keputusan
Referensi
24
25