Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa 35-37% ibu hamil di Negara berkembang dan 18% ibu hamil di Negara maju
mengalami ketuban pecah dini. Pada umumnya 80-90% kehamilanakan berlangsung
normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak
karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan
upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan atau
keselamatan ibu hamil (Saifuddin 2009, h.281). Ketuban pecah dini termasuk dalam
kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayinya(Sujiyatini, dkk
2009).
Data hasil Suvei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut
Kementerian Kesehatan RI jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan
tahun 2013 sebanyak 5019 orang, dan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia
berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 bayi (Kemenkes RI, 2014). Insidensi
ketuban pecah dini pada usia kehamilan cukup bulan adalah 8-10%, sedangkan 2-4%
terjadi pada ketuban pecah dini saat preterm dan 7-10% ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan kembar (Norwitz, ER &Schorge, 2007h.119).
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan pecahnya selaput yang membungkus janin
sebelum proses persalinan dimulai, pada KPD saat preterm (KPDP) adalah pada KPD
usia< 37 minggu dan pada KPD memanjang merupakan KPD selama> 24 jam yang
berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi intra amnion. Resiko kecacatan dan
kematian janin meningkat pada KPD preterm .

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum.
Untuk mengetahui tentang Ketuban pecah dini pada intranatal
2. TujuanKhusus
1. Mengetahui definisi dari ketuban pecah dini
2. Mengetahui penyebab dan patofisiologi ketuban pecah dini
3. Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah dini
4. Menentukan diagnose dan askep ketuban pecah dini

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Ketuban Pecah Dini


1. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan,
sebagian besar terjadi pada umur kehamilan 37 minggu dan bisa terjadi pada usia
kehamilan 36 minggu yang dapat menimbulkan kematian pada ibu maupun janinnya.
(Manuaba, 2009). Menurut Nugroho (2010) ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum melahirkan dan bisa terjadi baik diawal maupun di akhir kehamilan.
2. Penyebab
Menurut Manuaba (2009) penyebab ketupan pecah dini adalah:
a. Serviks inkompeten
Yaitu istilah untuk menyebut kelainan pada otot otot leher rahim (serviks) yang
terlalu lemah,dan merupakan suatu kelainan kongenital.
b. Overdistensi uterus
Yaitu tekanan intrauteri yang meningkat secara berlebihan, hal ini mempermudah
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

ketuban pecah, biasanya terjadi karena trauma ataupu kehamilan gemelli.


Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban ( infeksi genetalia).
Malposisi atau malpresentase janin
Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks
Riwayat KPD sebelmnya
Merokok selama kehamilan
Usia ibu yang lebih tua.
Riwayat hubungan seksual baru baru ini.
Anemia

3. Patofisiologi
Selaput ketuban pecah diakibatkan pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimiawi yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh karena tidak terjadi
keseimbangan antara sintesis dan degrasi ekstraselular matrik, yang mana perubahan
struktur, jumlah sel serta katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah
dan hal ini menyebabkan selaput ketuban pecah. Adapun faktor resiko KPD yaitu
berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen dan tembaga sebagai faktor
yang berpengaruh pada struktur selaput ketuban.( Prawiroharjo, 2011)
4. Tanda dan Gejala KPD
a. Keluarnya cairan merembes melalui vagina
b. Berbau seperti amoniak, cairan warna pucat dan bergaris warna darah.
c. Cairan akan terus menetes dan saat anda duduk atau berdiri bisa saja cairan
berhenti karena terhambat oleh janin.
d. Mengeluh nyeri perut
e. Denyut jantung janin bertambah cepat.

5. Diagnosi KPD
Untuk mengetahui apakah ketuban benar benar sudah pecah atau belum, maka
ada berbagai cara yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b. Pada pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban.
c. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo
dan kadang kadang bau kalau terjadi infeksi.
d. Pada test Nitrazin/ lakmus, kertas lakmus dari warna merah menjadi biru jika
ketuban sudah pecah.
e. Dengan pemeriksaan USG maka akan diketahui usia kehamilan, letak janin, berat
janin , letak plasenta dan juga jumlah air ketuban.
6. Komplikasi KPD
Menurut Sarwono ( 2010) adalah sebagai berikut :
a. mudah terjadi infeksi intra interin
b. partus prematur
c. prolap bagian janin terutama tali pusat.

7. Penatalaksanaan
Berbagai pertimbangan dalam penatalaksanan KPD diantaranya, usia kehamilan,
infeksi pada ibu dan janin, serta adanya tanda tanda persalinan. Adapun penanganan
KPD adalah sebagai berikut :
a. Konservatif
Yaitu dengan pemberian obat-obatan seperti antibiotoka maupun steroid.
b. Aktif
Yaitu untuk usia kehamilan > 37 minggu dengan induksi oksitosin dan jika gagal
bisa dilakukan sctio caesaria.bila timbul infeksi digunakan antibiotika

BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KETUBAN PECAH DINI INTRANATAL
A. Pengkajian
1. Identitasibu
2. Riwayatpenyakit
a. Riwayatkesehatansekarang

ibudatangdenganpecahnyaketubansebelumusiakehamilanmencapai
37minggudenganatautanpakomplikasi
b. Riwayatkesehatanterdahulu
Adanya trauma sebelumnyaakibatefekpemeriksaan amnion.
Sintesis, pemeriksaan pelvis, danhubunganseksual
Kehamilanganda, polihidramnion
Infeksi vagina/serviksolehkumanstreptokokus.
Selaput amnion yang lemah/tipis.
Posisi fetus tidak normal.
Kelainanpadaototserviksatau genital sepertipanjangserviks yang pendek.
Multiparitasdanpeningkatanusiaibusertadefisiensinutrisi.
c. Riwayatkesehatankeluarga :adatidaknyakeluhanibu yang lain yang
pernahhamilkembar/turunankembar.
3. Pemeriksaanfisik
1. Kepaladanleher.

Mata perludiperiksadibagian sclera, konjungtiva.


Hidung
:ada/tidaknyapembengkakankonkanasalis.
Ada/tidaknyahipersekresimukosa
Mulut :gigikaries/tidak, mukosamulutkering, danwarnamukosagigi.
Leherberupapemeriksaan JVP, KGB, dantiroid.
2. Dada
1) Thorak
Inspeksikesimetrisan
dada,
jenispernafasanthorak
abdominal,
dantidakadaretraksidinding dada. Frekuensipernafasan normal 16-24
x/menit. Iktuskordisterlihat/tidak
Palpasi :payudaratidakadapembengkakan.
Auskultasi :terdengar BJ I dan

II

di

IC

kiri/kanan.

Bunyinafasnormavesikuler
2) Abdomen
Inspeksi :ada/tidaknyabekasoperasi, striae, linea.
Palpasi : TFU, kontraksiada/tidak, posisi, kandungkemihpenuh/tidak.
Auskultasi : DJJ ada/tidak
3. Genitalia
Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknyatanda-tanda REEDA (Red, Edema,
Discharge, Approximately), pengeluarandariketuban (jumlah, warna,

4.

bau), dan lender merahmudakecoklatan.


Palpasi: pembukaanserviks (0-4).
Ekstremitas: edema, varisesada/tidak.
PemeriksaanDiagnostik
a. Hitungdarahlengkapuntukmenentukanadanya anemia, infeksi.
b. Golongandarahdan factor Rh.
c. Rasiolesitinterhadapspingomielin (rasio US): menentukanmaturitasjanin.
d. Tesverningdankertasnitrazine: memastikanpecahketuban.
e. Ultasonografi: menentukanusiagestasi, ukuranjanin, gerakanjantungjanin,
danlokasiplasenta.
f. Pelvimetri: identifikasiposisijanin

B. Data Fokus
1. Data Subyektif
a. Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam
b. klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan
tidak berbau
c. klien mengatakan perut terasa sakitsampaikepinggang
d. klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
e. klien mengatakan cemas dan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya
saat ini

2. Data Obyektif
a. klien tampak lemah
b. klien tampak cemas
c. cairan yang keluar dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau
d. frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x dalam sehari
e. frekuensitidurberkurang
C. DiagnosaKeperawatan
A. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, infeksi intra partum,
rupturmembran amnion, flora saluranvagina,baktericairan amnion
B. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim
C. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang
penyakit

D. IntervensiKeperawatan
NO

1.

DiagnosaKeperawatan/
MasalahKolaborasi
Risikoinfeksi(factor resiko:
infeksi intra partum, ruptur
membran amnion, flora

TujandanKriteriaHasil

NOC :

saluranvagina,baktericairan
amnion)
Faktor-faktorrisiko :
-

ProsedurInfasif

Kerusakanjaringandanpening
Peningkatanpaparanlingkung
anpatogen

Imonusupresi

Tidakadekuatpertahananseku

penekananresponinflamasi)

Infection

Risk control
Setelahdilakukantindakankepera
watanselama
pasientidakmengalamiinfeksi
dengankriteriahasil:

Klienbebasdaritandadangeja
lainfeksi

nder (penurunanHb,
Leukopenia,

Pertahankanteknikaseptif

control

katanpaparanlingkungan
-

NIC :

Immune Status
Knowledge

Batasipengunjungbilaperlu
Cucitangansetiapsebelumdansesudahtindakan
keperawatan
Gunakanbaju,
sarungtangansebagaialatpelindung
Gantiletak

IV

periferdan

dressing

sesuaidenganpetunjukumum
Gunakankateterintermitenuntukmenurunkanin
feksikandungkencing

Menunjukkankemampuanun

Tingkatkan intake nutrisi

tukmencegahtimbulnyainfek

Berikanterapiantibiotik:.................................

si

Intervensi

Jumlahleukositdalambatas
normal

Monitor
tandadangejalainfeksisistemikdanlokal

munosupresi

Pertahan primer tidakadekuat


(kerusakankulit, trauma

Menunjukkanperilakuhidups

Pertahankanteknikisolasi k/p

ehat

Inspeksikulitdanmembranmukosaterhadapkem

Status

imun,

erahan, panas, drainase

jaringan,

gastrointestinal,

Monitor adanyaluka

gangguanperistaltik)

genitourinariadalambatas

Dorongmasukancairan

normal

Dorongistirahat
Ajarkanpasiendankeluargatandadangejalainfek
si
Kajisuhubadanpadapasien neutropenia setiap
4 jam

NO
2.

DiagnosaKeperawatan/
MasalahKolaborasi
Gangguan rasa nyaman :

TujuandanKriteriaHasil (NOC)
NOC :

Intervensi
NIC :

nyeriberhubungandengan:

Pain Level,

kerusakanjaringan, terjadinya

pain control,

masuklokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

ketegangan otot rahim

comfort level

kualitasdanfaktorpresipitasi

Setelahdilakukantinfakankepera

DS:
klien

Lakukanpengkajiannyerisecarakomprehensifter

watanselama
mengatakan

perut Pasientidakmengalaminyeri,

Observasireaksi
dariketidaknyamanan
Bantu

nonverbal

dengankriteriahasil:

terasa
sakitsampaikepinggang
klien

mengatakan

susah

tidur karena nyeri yang


dirasakan

pasiendankeluargauntukmencaridanmenemukan

Mampumengontrolnyeri
(tahupenyebabnyeri,

Posisiuntukmenahannyeri
Gangguantidur (matasayu,
tampakcapek,
sulitataugerakankacau,
menyeringai)
Fokusmenyempit
(penurunanpersepsiwaktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunaninteraksidengan
orang danlingkungan)
Perubahan autonomic dalam
tonus otot
(mungkindalamrentangdaril
emahkekaku)

Kontrollingkungan

yang

mampumenggunakantehnikn

dapatmempengaruhinyerisepertisuhuruangan,

onfarmakologiuntukmengura

pencahayaandankebisingan

nginyeri, mencaribantuan)
Melaporkanbahwanyeriberku

DO:

dukungan

rangdenganmenggunakanma
najemennyeri

Kajitipedansumbernyeriuntukmenentukaninterv
ensi
Ajarkantentangteknik

Mampumengenalinyeri
(skala,

Kurangifaktorpresipitasinyeri

intensitas,

frekuensidantandanyeri)

non

farmakologi:

napasdala, relaksasi, distraksi, kompreshangat/


dingin
Berikananalgetikuntukmenguranginyeri: ...

Menyatakan

rasa Tingkatkanistirahat
nyamansetelahnyeriberkuran
Berikaninformasitentangnyerisepertipenyebabn
g
yeri,
berapa
lama
Tanda vital dalamrentang
nyeriakanberkurangdanantisipasiketidaknyaman
normal
andariprosedur
Tidakmengalamigangguantid
Monitor vital sign
ur
sebelumdansesudahpemberiananalgesikpertama
kali

Tingkahlakuekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafaspanjang/berkeluhkesah
)
Perubahandalamnafsumakan
danminum

NO
3.

DiagnosaKeperawatan/
MasalahKolaborasi
Kecemasanberhubungandengan
perubahan status kesehatan,
DO/DS:
- Insomnia
- Kontakmatakurang
- Kurangistirahat
- Berfokuspadadirisendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeriperut
- Penurunan TD dandenyutnadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguantidur
- Gemetar

TujuandanKriteriaHasil (NOC)
NOC :
-

Kontrolkecemasan

Koping

Setelahdilakukanasuhanselama

klienkecemasanteratasidgnkriteri
ahasil:
Klienmampumengidentifikasi
danmengungkapkangejalacem
as

Intervensi
NIC :
Anxiety Reduction (penurunankecemasan)
Gunakanpendekatan yang menenangkan
Nyatakandenganjelasharapanterhadappelakup
asien
Jelaskansemuaprosedurdanapa

yang

dirasakanselamaprosedur
Temanipasienuntukmemberikankeamanandan
mengurangitakut
Berikaninformasifaktualmengenai

diagnosis,

tindakan prognosis
Libatkankeluargauntukmendampingiklien

- Anoreksia, mulutkering
- Peningkatan TD, denyutnadi,
-

RR
Kesulitanbernafas
Bingung
Blokingdalampembicaraan
Sulitberkonsentrasi

Mengidentifikasi,
mengungkapkandanmenunjuk
kantehnikuntukmengontolcem
as
Vital sign dalambatas normal
Posturtubuh,

ekspresiwajah,

bahasatubuhdantingkataktivita
smenunjukkanberkurangnyake
cemasan

Instruksikanpadapasienuntukmenggunakanteh
nikrelaksasi
Dengarkandenganpenuhperhatian
Identifikasitingkatkecemasan
Bantu
pasienmengenalsituasi

yang

menimbulkankecemasan
Dorongpasienuntukmengungkapkanperasaan,
ketakutan, persepsi
Kelolapemberianobat anti cemas:........

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.
Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai
penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah
yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular
seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea.
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu
maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa nifas,
dry labour/partus lama, dapat pula menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas
dan mortalitas maternal, bahkan kematian.
Penanganan kepada pasien ibu hamil dengan ketuban pecaah dini dapat diatasi
dengan pemberian asuhan keperawatan yang baik, yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluasi.
B. Saran
Setelah mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien dengan
ketuban pecaah dini, diharapkan pembaca mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan yang baik dan tepat kepada pasien dengan ketuban pecah dini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Blackwell, Wiley,2015-2017. Nanda International, Inc. Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification. 10th Ed. The atrium, shouter Gate, Chichester, West
Sussex
2. Bulechek, Gloria M & Butcher, Howard, K, 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC). 6th Ed. St Louis : Missouri
3. Moorhead, Sue & Johnson Marion. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th
Ed. St Louis :Missouri
4. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2009.
5. Prawihardjo, Sarwono. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka; 2011.
6. Nugroho. T. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan Keperawatan,
Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
7. Marmi., Suryaningsih. R. M., Fatmawati. E. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi.,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2011.
8. Mufdlilah., Hidayat. A., Kharimaturrahmah. I. Konsep Kebidanan, Yogyakarta: Nuha
Medika; 2012.
9. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Bina Pustaka; 2009.

Vous aimerez peut-être aussi