Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(MAKP)
Studi Kasus C :
Saudara baru 1 bulan ditunjuk sebagai Kepala Ruang di rawat inap
penyakit dalam. Jumlah pasien yang ada rerata 40 pasien, dengan BOR 70%.
Jumlah perawat 17 orang, 10 lulusan D III, 7 lulusan SPK.
Pertanyaan :
Buatlah suatu Renstra : pulta, analisis SWOT, identifikasi masalah dan
perencanaan dalam menetapkan model MAKP pemberian yang sesuai.
I. Pengumpulan Data
A. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
1. Struktur Organisasi
Kepala Ruangan
Tata Usaha
Wakil kepala ruangan
Katim 2
Katim 3
Perawat pelaksana
Perawat pelaksana
Perawat pelaksana
Pekarya kesehatan
Pekarya kesehatan
Katim 1
Pekarya kesehatan
a. Keperawatan
No
Kualifikasi
1 D III
Jumlah
10 orang
Keperawatan
2
Masa Kerja
< 5 tahun :3
Jenis
Honorer
5-15 tahun:4
PNS
16.26 tahun:4
PNS
SPK
7 orang
>27 tahun:7
* Tabel jenis pelatihan terlampir
PNS
b. Non Keperawatan
No.
Kualifikasi
1 Tata Usaha (pekarya sambilan)
Jumlah
1 orang
Jenis
PNS
Pekarya RT
2 orang
Honorer
Pekarya Keperawatan
8 orang
Bervariasi
Ahli Gizi
2 orang
PNS
Ya
Tidak
KET
2.
3.
4.
5.
6.,
III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
IV
1
Tingkat ketergantungan
Tkt.Ktg
Jml Pasien
Minimal
14
Parsial
18
Total
10
Jumlah
42
Malam
14 x 0,07=0,98
18 x 0,10=1,8
10 x 0,20=2
4,78
: 11 orang
Sore
8 orang
Malam
5 orang +
24 orang
: 11 orang
Sore
8 orang
Malam
5 orang +
24 orang
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam adalah:
= 24 orang + 3 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan
dan CE) + 7 orang lepas dinas
= 34 orang
Tanggal 9 Maret 2008
Tingkat ketergantungan
Tkt.Ktg
Jml Pasien
Minimal
12
Parsial
18
Total
11
Jumlah
41
Malam
12 x 0,07=0,84
18 x 0,10=1,8
11 x 0,20=2,2
4,84
: 11 orang
Sore
8 orang
Malam
5 orang +
24 orang
IRD lt 1
IRD lt 3/ ROI
pulang paksa
pulang sembuh
pindah ruangan
ICU
5. BOR pasien
Berdasarkan hasil pengkajian pada Kamis, tanggal 7 9 Maret 2008,
didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam, yaitu 60 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang inap penyakit dalam:
a. Tanggal 7 8 Maret 2008
Jumlah pasien 42 orang
No.
Shift
1. Pagi
2. Sore
3. Malam
Kelas II
8 bed (4 kosong )
8 bed (4 kosong )
8 bed (4 kosong )
Kelas III
52 bed (14 kosong)
52 bed (14 kosong)
52 bed (14 kosong)
BOR
42/60 x 100%=70%
42/60 x 100%=70%
42/60 x 100%=70%
Kelas II
8 bed (4 kosong )
8 bed (4 kosong )
8 bed (4 kosong )
Kelas III
52 bed (13 kosong)
52 bed (13 kosong)
52 bed (13 kosong)
BOR
41/60 x 100%=68,3%
41/60 x 100%=68,3%
41/60 x 100%=68,3%
Nama barang
Tempat tidur
Meja pasien
Kipas angin
Kursi roda
Jumlah
Kondisi
60 bed
60 buah
15 buah
5 buah
Cukup baik
Baik
Baik
Baik
5.
6.
7.
8.
9.
Branchart
Jam dinding
Timbangan
Kamar mandi dan wc
Dapur
5 buah
5 buah
3 buah
2/3 buah
2 buah
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Baik
Nama barang
Jumlah
Kondisi
1.
Stethoskop
Baik
Rasio
(menurut depkes dengan
30 pasien)
Pasien: alat
2 /ruangan
2.
Hb meter
Baik
1 /ruangan
3.
Urometer
Baik
1/ruangan
4.
Stick pan
Baik
4/ruangan
5.
Com stainlist
Baik
1-2/ruangan
6.
Tabung O2
12
Baik
6/ruangan
7.
Senter
Baik
2/ruangan
8.
Bak injeksi
Baik
1/ruangan
9.
Ember sampah
Baik
4/ruangan
10.
Papan tulis
Baik
1/ruangan
11.
Filling cabinet
Baik
1/ruangan
12.
Lemari besi
Baik
2/ruangan
13.
Tensimeter
Baik
2/ruangan
14.
Pinset anatomis
20
Baik
10/ruangan
15.
Pinset cirrugis
20
Baik
10/ruangan
16.
30
Baik
1:1/2
17.
Gunting Verban
10
Baik
5/ruangan
18.
Baik
2/ruangan
19.
Bengkok
Baik
2/ruangan
20.
Baik
2/ruangan
21.
Baik
2/ruangan
23.
Suction
Baik
1/ruangan
24.
Telepon
Baik
1/ruangan
25.
Komputer
Baik
1/ruangan
26.
Baik
1/ruangan
27.
Lemari obat
Baik
1/ruangan
28.
Irigator
Baik
2/ruangan
29.
Lampu darurat
Baik
1/ruangan
30.
Bekel
10
Baik
5/ruangan
31.
Bran spalk
Baik
2-3/ruangan
32.
Baik
1/ruangan
33.
Spuit gliserin
Baik
2/ruangan
34.
Gunting gips
Baik
1/ruangan
45.
Pelvis belly
Baik
1/ruangan
36.
Gergaji listrik
Baik
1/ruangan
37.
Mesin listrik
Baik
1/ruangan
38.
Meja gips
Baik
1/ruangan
39.
Peding panjang
Baik
1/ruangan
40.
Peding pendek
Baik
2-3/ruangan
41.
Tang gips
Baik
1/ruangan
42.
Gunting gips
Baik
1/ruangan
43.
Dressing card
Baik
1/ruangan
44.
Kereta obat
Baik
1/ruangan
45.
Standard baskom
12
Baik
4-6/ruangan
46.
Standard infuse
60
Baik
1:1
46.
Ambu bag
Baik
1/ruangan
47.
Kursi lipat
15
Baik
7-8/ruangan
48.
Ronstoel
Baik
1/ruangan
49.
Manometer O2 lengkap
Baik
1/ruangan
50.
Standard O2
Baik
1/ruangan
51.
Termometer
10
Baik
5/ruangan
c. Administrasi penunjang :
a. Buku injeksi
b. Buku observasi
c. Lembar dokumentasi
d. Buku observasi suhu dan nadi
e. Buku timbang terima
Out line M1, M2 :
1. Kelengkapan sarana dan prasaran
2. Manfaat sarana dan prasarana
3. Jumlah perawat
4. Tingkat pendidikan
5. Kedisiplinan perawat
Narasi M1 M2
Ruang interna RS Y memiliki sarana dan prasarana yang baik, akan tetapi
peralatannya kurang digunakan secara optimal. Tenaga keperawatan di ruang
interna masih belum memiliki tenaga keperawatan yang berpendidikan S1. para
perawat masih belum memahami peran dan tanggung jawab masing-masing dan
tingkat kedisiplinan mereka masih kurang. Kinerja perawat di ruangan interna
juga ditunjang oleh mahasiswa yang sedang praktik manajemen.
Worksheet M1 dan M2
No
Data fokus
1
Kelengkapan
sarana dan
prasarana
Data
Sarana dan
prasarana di ruang
interna sudah
lengkap
Ideal
Sesuai dengan rasio
yang ditetapkan
oleh departemen
kesehatan
Usulan
Tidak ada usulan
Sarana dan
prasrana yang
tersedia Belem
dioptimalkan
dengan baik oleh
perawat
Sarana dan
prasarana yang
tersedia seharusnya
dimanfaatkan
dengan optimal
Karu selalu
mengingatkan
perawat untuk
selalu
mengoptimalkan
sarana dan
prasarana yang
tersedia
Pemanfaatan
sarana dan
prasarana di ruang
interna
Jumlah perawat
Perawat di ruangan
berjumlah 17
orang
Jumlah perawat
yang diperlukan di
ruang interna
sejumlah 34 orang
Karu
mengusulkan
pada bagian
pengembangan
SDM RS untuk
merekrut
perawat baru
untuk memenuhi
jumlah ideal
perawat di ruang
interna
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
perawat masih D3
dan SPK
Karu
mengusulkan
pada bagian
pengembangan
SDM RS untuk
merekrut
perawat dengan
tingkat
pendidikan S1
Kedisiplinan
perawat
Perawat banyak
yang tidak datang
tepat waktu saat
bertugas
Perawat harus
datang tepat waktu
agar bisa
memberikan asuhan
keperawatan dengan
baik
Karu selalu
mengingatkan
perawat untuk
datang tepat
waktu serta karu
memberikan
reward dan
punishment demi
kediplinan
perawat
Asuhan
keperawatan
pada
penderita
yang
melaksanakan
implementasi
serta
evaluasi
tindakan
keperawatan.
3. Moto :
a. Kepuasan Anda adalah prioritas kami
b. Saya senantiasa mengutamakan kesehatan penderia
c) Instrumen kepuasan pasien :
menunjukkan bahwa pasien merasa puas dengan
pelayanan
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
3. Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib Rumah Sakit saat pertama
kali anda masuk Rumah Sakit
Ya
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
7. Ada perawat atau kepala ruang yang menunjukkan kepada pasien tentang
perawat yang bertanggung jawab kepada pasien:
Ya
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
14. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien
sebelum melakukan tindakan
Ya
Kadang-kadang
Tidak
15. Perawat memberikan keterangan atau penjelasna dengan lengkap dan jelas
Ya
Kadang-kadang
Tidak
16. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin
Ya
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Kadang-kadang
Tidak
Pernyataan
2
3
4
5
STP TP CP P
SP Kode
(1)
(1) (1) (1) (1)
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
pekaryaan
Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi,
tempat parkir dan kantin
Kondisi ruangan kerja terutam berkaitan dengan ventilasi
udara, kebersihan dan kebisingan
Adanya jaminan atas kesehatan/ keselamatan kerja
Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara
Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan
Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara.
Kesesuaian antara pekaryaan dan latar belakang
pendidikan saudara
Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan
penugasan yang diberikan
Kemampan supervisi atau pengawas dalam membuat
kepeutusan
Perlakuan antara atasan selam saya bekerja disini.
Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam
menyelesaikan pekaryaan
Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
melalui kegiatan pendidikan tambahan.
Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat
kenaikan pangkat
CP : Cukup puas
SP : Sangat puas
: Puas
TP : Tidak puas
e) Pembagian tugas :
1. Kepala ruangan :
a. Perencanaan : menunjuk perawat primer dan mendiskripsikan
tugasnya masing-masing, merencanakan strategi pelaksanaan
perawatan, menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit, dll.
b. Pengorganisasian : merumuskan metode penugasan yang
digunakan, merumuskan tujuan metode penugasan, membuat
primer,
memberi
motivasi
dalam
peningkatan
Outline/
Data Fokus
Pelaksanaan
Model
/ Ruang Interna RS
metode
Y menggunakan
yang
model Askep Tim
diterapkan
Ideal
Berdasarkan situasi dan
kondisi ruangan, jumlah
perawat dan jumlah pasien,
maka model Askep yang
paling ideal untuk
diterapkan di Ruang Interna
RS Y adalah model Askep
Usulan
Tidak ada usulan
Tim.
2.
Mekanisme
Pelaksanaan
Dalam model
Askep Tim di
butuhkan 6-7 orang
perawat profesional
dan PA, sedangkan
di Ruang Interna
RS Y belum ada
tenaga perawat
profesional,
pendidikan terakhir
tenaga perawat
yang ada masih
berjenjang D III
dan SPK
Karu hendaknya
merekomendasikan
sebagian pegawai
untuk meningkatkan
jenjang pendidikan /
tugas belajar,
merekrut tenaga
perawat lulusan S1
3.
Pembagian
tugas
Perawat ruangan
dibagi menjadi 3
tim pergrup yang
terdiri dari tenaga
profesional,
teknikal, dan
pembantu dalam
satu grup kecil
yang saling
membantu.
Masing-masing
anggota tim, ketua
tim dan Karu
mempunyqai
jobdisc yang jelas
4.
Kualitas
serta
kepuasan
pasien
Berdasarkan
angket/ instrumen
tentang kepuasan
pasien didapatkan
data bahwa pasien
sudah merasa puas
dengan pelayanan
yang diberikan
Kepuasan
kinerja
perawat
Berdasarkan
instrumen kepuasan
kinerja perawat
didapatkan hasil :
5.
memberikan kepuasan
terhadap anggota tim secara
optimal.
Angket terlampir
2. TIMBANG TERIMA
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan sesuatu
yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Out line timbang terima :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
OUTLINE
DATA
IDEAL
USULAN
1.
Pelaksanaan
timbang terima
Dilakukan pada
setiap pergantian
shift jaga.
2.
3.
Mekanisme atau
teknik timbang
terima.
Dalam pelaksanaan
timbang terima terdiri dari
penyampaian isi timbang
terima, dimana masih
berorientasi pada masalah
medis dari pada masalah
keperawatan dan belum
terungkap secara
komprehensif.
Dalam pelaksanaan
timbang terima
terdiri dari
penyampaian isi
timbang terima, yang
berorientasi pada
masalah medis dan
masalah
keperawatan yang
terungkap secara
komprehensif.
Dalam proses
timbang terima harus
seimbang antara
masalah medis dan
masalah
keperawatan.
4.
Cara penyampaian
timbang terima.
Timbang terima
disampaikan secara lisan
dan sudah ada
pendokumentasian.
Timbang terima
disampaikan secara
lisan dan ada
pendokumentasian.
5.
Harus seimbang
antara masalah
medis dan masalah
keperawatan dan
keduanya harus
terungkap secara
komprehensif
Dalam proses
timbang terima harus
seimbang antara
masalah medis dan
masalah
keperawatan.
6.
Pendokumentasian
timbang terima
Timbang terima
disampaikan secara lisan
dan sudah ada
pendokumentasian.
Setiap pelaksanaan
timbang terima
dilakukan
pendokumentasian
Angket terlampir
3. RONDE KEPERAWATAN
ronde
keterbatasan
keperawatan
tidak
dilakukan
sebelumnya.
Karena
No
1.
Outline
Pelaksana
Data
Anggota tim adalah
perawat sebagai
pelaksana dan Karu
sebagai evaluator.
2.
Mekanisme
pelaksanaan
3.
Sumber daya
4.
Sasaran
Ideal
Perawat primer dan
perawat associate sebagai
pelaksana dan perawat
konselor sebagai
evaluator
Usulan
Tidak ada usulan
Seharusnya Karu
sebagai evaluator
memberlakukan
sanksi
terhadap
anggota tim yang
tidak disiplin.
Seharusnya kepala
ruangan
mengajukan
penambahan tena
ga perawat baru
pada humas rumah
sakit.
Kepala ruangan
seharusnya melihat
catatan atau
mengoreksi ulang
tentang tingkat
pendidikan,
kemampuan, dan
rotasi anggotanya.
Tidak ada usulan
5.
Tujuan
Kepala ruangan
Perawat mampu
seharusnya juga
memvalidasi data pasien, memperhatikan
menentukan
kebutuhan anggota
dx.keperawatan,
timnya sehingga
memodifikasi rencana
tujun ideal dapat
askep, mampu
tercapai.
justifikasi, menilai hasil
kerja.
Menumbuhkan pemiki
ran perawat tentang
tindakan yang
beroientasi pada masalah
pasien.
Angket terlampir
4. SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat
Merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2002)
Out line sentralisasi obat:
1. Tujuan pelaksanaan sentralisasi obat
2. Peran perawat dalam sentralisasi obat
3. Teknik pengelolaan sentralisasi obat
4. Teknik penyimpanan persediaan obat
Narasi :
Di ruang bedah x sudah dilaksanakan sentralisasi obat, baik yang obat
injeksi maupun obat oral. Namun pelaksanaannya masih belum optimal
dikarenakan teknik pengelolaan sentralisasi obat yang selama ini dilakukan
tidak sesuai dengan prosedur, misalnya belum adanya penjelasan pada pasien
secara rinci tentang obat yang dikelola, serta keterbatasan sarana dan pra
sarana. Menurut kepala ruangan, pelaksanaan sentralisasi obat di ruangan
interna sangat diperlukan. Pelaksanaan sentralisasi obat di ruang ini cukup
efisien dengan adanya format/buku terpisah antara obat oral dan injeksi. Ada
sebagian pasien yang bersedia menjalani program sentralisasi obat dan
Outline
Pelaksanaan
sentralisasi obat
Data
Di ruang interna sudah
dilaksanakan sentralisasi
obat (injeksi dan oral).
Namun pelaksanaannya
masih belum optimal
dikarenakan belum sesuai
dengan prosedur, misalnya
belum adanya penjelasan
pada pasien secara rinci
tentang obat yang dikelola,
serta keterbatasan sarana dan
pra sarana.
Ideal
Pelaksanaan sesuai
prosedur yang telah
ditetapkan. Pihak
pasien dan keluarga
harus mengetahui
dengan pasti dalam
pengontrolan obat
Usulan
Seharusnya
manajemen dalam
rumah sakit perlu
dilengkapi dengan
manajemen farmasi
yang sistematis,
khususnya
komunikasi mengenai
pengontrolan obat
kepada pihak pasien
2.
Perlu adanya
pembagian tugas
yang jelas antara
perawat yang
bertugas sebagai
pemberi pelayanan
kesehatan dan
sentralisasi obat
Perlu penambahan
jumlah perawat dan
pembagian tgas yang
jelas
Teknik pengelolaan
sentralisasi obat
Perawat
menjelaskan kepada
pasien dan keluarga
tentang tata cara
(jumlah&frekuensi)
penggunaan obat
sebelum obat
diberikan
Sebelum obat
diberikan kepada
pasien atau keluarga,
perawat menjelaskan
tentang tata cara
(frekuensi&jumlah)
minum obat
Teknik penyimpanan
persediaan obat
Persediaan obat
harus
didokumentasikan
dengan baik. Teknik
yang digunakan
oleh ruangan sudah
memadai
Angket terlampir
5. DISCHARGE PLANNING
Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang suatu
perawatan dan statu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan,, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah
pulang
Out line discharge planning :
1. Penerapan
2. Pelaksaan
3. Peran perawat dalam dischart planning
4. Aspek discharge planning
5. Kerjasama tim
6. Kendala dalam discharge planning
7. Sarana pendukung dalam discharge planning
8. Metode pemberian pendidikan kesehatan
9. Pendokumentasian dalam discharge planning
10. Peran pihak lain dalam pelaksanaan discharge planning
Narasi :
Discharge planning sudah dilaksanakan dalam ruangan interna,
namun pelaksanaannya belum optimal.Discharge planning hanya diberikan
saat pasien akan pulang, yang dilakukan oleh perawat. Sebelum memberikan
discharge planning pada pasien, terlebih dulu perawat bekerjasama dengan
dokter dan ahli gizi untuk menentukan hal apa saja yang harus disampaikan
pada pasien sebelum pulang, terkait dengan obat dan nutrisi yang harus
dipenuhi. Meski telah terjalin kerjasama yang antara perawat dengan dokter
dan ahli gizi, namun tidak semua aspek dalam discharge planning bisa
diberikan pada pasien. Aspek yang diberikan hanya terbatas pada masalah
obat-obatan, kontrol, nutrisi dan istirahat, serta penjelasan singkat dari
penyakit pasien. Namun penjelasan tersebut hanya disampaikan secara lisan,
karena tidak adanya sarana pendukung yang digunakan untuk menunjang
pelaksaan discharge planning secara optimal. Sebenarnya cara yang dipakai
dalam pemberian tersebut tidak efektif, karena hanya disampaikan secara
lisan sehingga feed back dari pasien dan keluarga sangat minimal. Setelah
discharge planning diberikan, tidak ada pendokumentasian. Hal ini mungkin
dikarenakan adanya kendala-kendala yang dihadapi, misalnya masalah
anggaran dan masalah waktu yang sering kali menjadi penghambat. Selain
pegawai RS, ada juga mahasiswa PSIK yang praktik dalam ruangan interna
dan terjalin kerjasama yang baik antar keduanya.Sekarang ini masyarkat
memiliki kesadaran yang semakin tinggi terhadap kesehatan, terutama
masalah pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, RS terutama ruangan
harus semakin meningkatkan mutu pelayanannya.
Worksheet Discharge Planning
No
1.
OUTLINE
Penerapan
DATA
Discharge planning sudah
dilaksanakan dalam ruangan
interna, namun pelaksanaannya
belum optimal.
IDEAL
Discharge planning
dilaksanakan secara
optimal.
USULAN
Discharge planning
harus dilaksanakan
dengan optimal.
2.
Pelaksaan
Discharge planning
dilaksanakan saat pasien
masuk ruangan dan saat
pasien akan pulang.
Discharge planning
jangan hanya
dilaksanakan saat
pasien akan pulang,
tetapi juga saat pasien
masuk.
3.
Peran
perawat
dalam
dischart
planning
4.
Aspek
discharge
planning
5.
Kerjasama
tim
6.
Kendala
dalam
discharge
planning.
Ruangan harus
berusaha
meminimalisir
kendala yang ada.
7.
Sarana
pendukung
dalam
discharge
planning.
Ruangan harus
menyediakan sarana
pendukung agar
discharge planning
bisa dilaksanakan
dengan optimal.
8.
Metode
pemberian
pendidikan
kesehatan
Ruangan harus
menyediakan leaflet
yang berisi
penjelasan penyakit
yang biasa ditangani
dalam ruangan
interna.
9.
Pendokume
ntasian
dalam
discharge
planning.
Ruangan harus
melakukan
dokumentasi di akhir
discharge planning.
10.
Peran
pihak lain
dalam
pelaksanaa
n discharge
planning
6. SUPERVISI
Supervisi adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor yang mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapatkan pelayanan yang bermutu
setiap saat. (Depkes, 2000)
Narasi :
Ruang bedah X adalah salah satu ruangan di RSU Y yang memerlukan
perhatian khusus dari petugas kesehatan karena RS ini adalah RS pendidikan
tipe A yang menjadi pusat rujukan bagi wilayah Indonesia bagian timur.
Kegiata supervisi di ruang Bedah X sudan turin dilaksnakan setiap bulan
sekali, namun belum ada petunjuk pelaksanaan supervisi yang jelas.
Pendokumentasian supervisi sudah dilaksanakan, namun belum adaformat
yang baku.Untuk meningkatkan kinerja (SDM)perawatnya, kepala ruangan
mengadaan sistem penghagaan berupa pelatiahan dan peningkatan jenjang
pendidikan bagi perawat/ staf yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Di ruangan bedah X ada mahasiswa PSIK yang praktek dan melakukan
kegiatan kegiatan yang bermanfaat bagi ruangan. Karena mahasiswa PSIK
ramah dan baik, maka bisa terjalin komunkasi dan kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa. Setelah melakukan kegiatan supervisi, supervisor
selalu memberikan penilaian terhadap kegiatan yang telah disupervisi. Jika
ditemukan masalah-masalah yang memerlukan pembinaan, supervisor selalu
memberikan feedback dan klarifikasi, kemudian diberikan reinforcement dan
follow up perbaikan.
Worksheet Supervisi
No
Outline
1
Instrumen
supervisi
Data
- Berdasarkan data yang
diperoleh dari Karu,
didapatkan bahwa instrumen
yang digunakan dalam
supervisikurang lengkap.
Misalnya dalam melakukan
tindakan invasif (pasang infus,
kateter, injeksi, dll). Alat-alat
Ideal
- Sebelum
pelaksanaan
prosedur invasif,
perawat harus
mempersiapkan
peralatan yang
dibutuhkan dengan
teliti
Usulan
- Karu sebaiknya
ikut
memperhatikan
dan cepat tanggap
apabila ada
kekurangan
peralatan dalam
ruangan tersebut
Mekanisme
pelaksanaaan
- Dalam pelaksanaan
supervisi harus ada
format yang baku,
sehingga sistem
pendokumentasian
bisa terorganisir
dengan baik
- Karu harus
membuat format
yang baku dalam
pelaksanaan
supervisi
Pra supervisi
- Kepala ruangan mengatakan
bahwa belum ada pelatihan
dan sosialisasi tentang
supevisi, sehingga sebagian
besar perawat mengatakan
bahwa mereka tidak begitu
tahu tentang supervisi. Dari
data yang diperoleh
menunujukkan bahwa 60%
perawat belum tahu tentang
supervisi
- Data yang diperoleh juga
menyebutkan bahwa belum
ada petunjuk yang jelas
tentang pelaksanaan supervisi.
Pelaksanaaan supervisi
- Supervisor menilai kinerja
perawat berdasarkan alat ukur
atau instrumen yang telah
disiapkan
- Supervisor mendapatkan
beberapa hal yang
memerlukan pembinaan
- Supervisor memanggil
PP&PA mengadakan
pembinaan dan klarifikasi
masalah
- Pelaksanaan supervisi dengan
inspeksi, wawancara dan
memvalidasi data sekunder
Supervisor mengklarifikasi
permasalahan yang ada
Supervisor melakukan tanya
jawab dengan perawat
- Pasca supervisi
Supervisor
memberikan
penilaian supervisi (F-Fair)
Supervisor
memberikan
feedback dan klarifikasi
Supervisor
memberikan
reinforcement dan follow up
- Sebelum
pelaksanaan
supervisi, Karu perlu
mengadkan sosilisasi
kepada perawat di
ruangan tersebut,
agar mereka
mengerti maksud
dan tujuan dari
pelaksaan kegiatan
supervisi yang akan
dilakukan.
- Karu memberikan
petunjuk yang jelas
tentang petunuk
pelaksanaan
supervisi, misalnya
tentang alur
pelaksanaan dan hal
hal yang harus
dipersiapkan dalam
kegiatan supervisi
- Karu sebaiknya
mengadakan
program pelatihan
tentang supervisi
agar para
perawatnya
mengerti sehingga
hasil supervisi
bisa meksimal
- Kepala ruangan
perlu memberikan
petunujuk yang
jelas tentang
pelaksanaan
supervisi misalnya
alur pelaksanaan
supervisi dalam
bentuk bagan.
perbaikan
Angket terlampir
7. DOKUMENTASI
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan manajemen
asuhan keperawatan profesional
Out line dokumentasi keperawatan :
1. Model pendokumentasian yang digunakan
2. Efisiensi pengisian format dokumentasi
3. Mekanisme pengawasan dokumentasi
4. Pelaksanaan dokumentasi
5. Peran perawat dalam dokumentasi
6. Model dokumentasi pengkajian sampai evaluasi
Narasi :
Sistem pendokumentasian yang digunakan oleh Rumah Sakit X saat ini
adalah SOR (Source Oriented Record) yaitu sistem pendokumentasian yang
berorientasi pada 5 komponen ( biodata, lembar order dokter, lembar riwayat
medis atau penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan). Penerapan Model
pendokumentasian sekarang belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai prosedur,
masih banyak pendokumentasian yang belum tepat dan tepat. Hal ini
dikarenakan banyaknya jumlah pasien dan tingkat ketergantungan yang tinggi.
Pendokumentasian dengan SOR dapat menyajikan data secara berurutan dan
mudah untuk pengidentifikasian serta dapat menyederhanakan proses
pencatatan masalah, kejadian, perubahan intervensi dan respon klien atau
hasil. Namun terdapat kelemahan yaitu pencatatannya superfisial tanpa data
yang jelas, dan respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Adanya
jumlah pasien dan tingkat ketergantungan yang tinggi menyebabkan perawat
kurang maksimal dalam mencatat pendokumentasian, meskipun perawat
tersebut juga menyadari pentingnya dokumentasi itu sendiri. Dalam
pengkajian sampai evaluasi di ruangan menggunakan teknik head to toe dan
penggunaan SOAP. Pada dasarnya semua tindakan di dalam ruangan dan
pihak
Rumah
Sakit
untuk
terus
memperbaiki
sistem
pendokumentasian tersebut.
Worksheet Dokumentasi
No
Outline
Pelaksanaan
Ideal
Usulan
1.
Model
Pendokumentasia
n yang digunakan
Pendokumentasian
model
SOR
yang
meliputi 5 komponen
yaitu biodata, lembar
order dokter, lembar
riwayat medis/penyakit,
catatan perawat, catatan
dan laporan
2.
3.
Pelaksanaan
dokumentasi
Di ruangan interna
pelaksanaan dokumentasi
sudah berjalan dengan teratur,
namun masih belum
dilaksanakan secara optimal
terkait dengan faktor tingginya
tingkat ketergantungan dan
banyaknya pasien di ruangan.
Pelaksanaan
pendokumentasian
teratur dan sesuai
prosedur.
Penambahan jumlah
perawat, pengawasan
yang ketat, dan
pengembangan skill
perawat perlu untuk
dipertimbangkan
4.
Mekanisme
pengawasan
dokumentasi
Pengawasan terhadap
pengisian dan pencatatan
dokumentasi keperawatan
masih kurang disiplin baik
oleh KARU maupun perawat
Pengawasan dilakukan
secara
berkesinambungan dan
terarah, serta memiliki
ketegasan aturan dalam
KARU seharusnya
dapat memantau cara
dan pengisian
pendokumentasian
secara disiplin, dan
ruangan
pelaksanaannya
5.
Peran perawat
dalam
pendokumentasian
Pengawasan KARU
dalam
pendokumentasian
perlu ditingkatkan.
6.
Model
pengkajian
sampai evaluasi
dalam
dokmentasi
Dalam pengkajian
menggunakan sistem head to
toe dan pola fungsi kesehatan.
Dan dalam diagnosa sampai
evaluasi keperawatan
menggunakan SOAP
Penggunaan sistem
head to toe dalam
pengkajian dan
penggunaan SOAP
dalam diagnosa sampai
evaluasi keperawatan.
Angket terlampir