Vous êtes sur la page 1sur 4

Pelaksanaan dan Penatausahaan Pendapatan

Menurut ketentuan dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud


dengan penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan
daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan
dianggap sah setelah Kuasa Bendahara Umum Daerah menerima nota kredit.
Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah dilaksanakan melalui
cara-cara sebagai berikut:
1. Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
2. Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan, dan/atau kantor pos oleh pihak
ketiga; dan
3. Untuk benda berharga seperti karcis retribusi yang dipakai sebagai tanda bukti
pembayaran oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan cara penerbitan
tanda bukti pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.
Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan buku kas,
buku pembantu per rincian obyek penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan harian.
Sedangkan bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran yang diperlukan untuk
penatausahaan anggaran adalah:
a. Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b. Surat ketetapan retribusi (SKR);
c. Surat tanda setoran (STS);
d. Surat tanda bukti setoran; dan
e. Bukti penerimaan lainnya yang sah.

Proses pelaksanaan dan penatausahaan Pendapatan

Akuntansi dan Pelaporan


Sistem Akuntansi SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di
lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas, badan, dan
kantor ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan

sistem

akuntansi

guna

menghasilkan

laporan

keuangan

sebagai

bentuk

pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya.


Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh
SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari
rekening Kas Umum Daerah. Istilah Kas Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah
atau sering disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah
BUD.
Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD dan PPKD selaku BUD
dapat dipandang dari dua aspek berikut :
a. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat dipandang
sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. PPKD diperlakukan sebagai
kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai kantor cabang.
b. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara SKPD dan PPKD
sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD masing-masing mempunyai
tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangannya masing-masing.
Struktur Anggaran SKPD
Penganggaran pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA
PPKD, akan dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan
seluruhnya merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak akan
muncul di dalam DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di dalam DPA SKPD
terdiri dari:
a. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Anggaran Belanja Tidak Langsung; dan
c. Anggaran Belanja Langsung
Tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut PAD. Kewenangan
untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan SKPD
tertentu memiliki kewenangan untuk memungut retribusi.
Proses Akuntansi dan Pelaporan

Vous aimerez peut-être aussi