Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dic dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin,
serta usia. Gejala-gejala dic umumnya sangat terkait dengan penyakit yang
mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ,
dan perdarahan.
Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya,
disseminated intravascular coagulation (dic) merupakan diagnosis kompleks yang
melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya.
Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati
konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan dic, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan dic akan
memiliki prognosis malam. Meski dic merupakan keadaan yang harus dihindari,
pengenalan tanda dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak
hanya harus dikuasai oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai
disiplin.
Dic merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama
disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis
bakterial. Terjadinya dic dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan
melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif
akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang
akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan
endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi
menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal dic ini akan diikuti
fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang
terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun menyebabkan
perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien akan
mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter,
atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pre gangren
pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau
mikrotrombin.( levi m. 2005)
B. Permasalahan
Permasalahan yang timbul sehingga disusunnya asuhan keperawatan ini
adalah bagaimana seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada kasus disseminated
intravascular coagulation (dic)?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya asuhan keperawatan ini adalah:
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah sistem imun
2. Tujuan khusus
(dic)
Mahasiswa
coagulation (dic)
Mahasiswa mampu mengetahui gejala disseminated intravascular coagulation
(dic)
Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien dengan
mampu
memahami
penyebab
disseminated
intravascular
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi fisiologi
Berikut ini adalah anatomi fisiologi yang berhubungan dengan dic
(disseminated intravascular coagulation)
1. Darah
darah merupakan bagian dari cairan ekstrasel yang berfungsi :
Bahan tersebut diangkut keseluruh sel, dimana bahan tersebut akan berdifusi dari
kapiler ke jaringan interstitiel selanjutnya masuk kedalam sel untuk digunakan dalam
aktivitas sel. Bahan yang dihasilkan dari metabolisme sel akan dikeluarkan dan
diangkut oleh darah untuk diekskresi.
a.
b.
c.
Fungsi darah :
fungsi transport
fungsi regulasi
fungsi pertahanan tubuh
Komposisi darah :
plasma 55 % dari volume darah
sel darah 45 % dari volume darah
Komposisi plasma :
air ; (90-92 %) sebagai pelarut, absorbsi dan pelepasan panas
protein
- albumin ; dihasilkan di hati berfungsi mempertahankan tekanan
saluran nafas dan cerna, pelapis vagina dan rahim. Fungsi eosinofil
melindungi tubuh terhadap bahan asing (parasit).
basofil : sel ini menggetahkan histamin, yang menimbulkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini mempermudah fagosit
dan substansi protektif lain spt zat anti, tiba dicelah jaringan bersama sel mast
mengumpul didaerah radang yang menyembuh.
agranulosit : disebut demikian karena di dalam sitoplasmanya tidak terdapat
granula
monosit : sel mononuklir besar asal sumsum tulang merah. Beredar didalam
darah, berfungsi terutama di jaringan sesudah berkembang menjadi makrofag.
Keduanya menghasilkan interleukin 1 yang bekerja pada hipotalamus,
menaikkan
suhu
badan
pada
infeksi
dengan
kuman,
merangsang
tulang.
semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada sumsum
tulang
setelah lahir semua sel darah dibuat disumsum tulang, kecuali limposit yang
B. Definisi
Disseminated intravascular coagulation adalah gangguan dimana terjadi
koagulasi atau fibrinolisis (destruksi bekuan). Dic dapat terjadi pada sembarang
malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti
leukemia dan kanker prostat, traktus gi dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang
umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan dic termasuk sepsis,
gagal hepar dan anfilaksis.
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang
biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan,
terjadi pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga
jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
C. Etiologi
Hal hal yang dapat memyebabkan dic :
G. Penatalaksanaan medis
Penatalakasanaan kid yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari
terjadinya kid. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap kid tidak akan
berhasil. Kemudian pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
1) Antikoagulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses
pembekuan, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski
pemberian heparin juga banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun
dalam penelitian klinik pada pasien kid, heparin tidak menunjukkan komplikas
perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi:
1. Penyakit dasar tak dapat diatasi dalam waktu singkat
kontinu, pemberian heparin harus dipantau minimal setiap empat jam dengan dosis
yang disesuaikan. Bolus heparin 80 u tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi
saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi. Namun pada keadaan akut pemberian
bolus dapat menjadi pilihan yang bijak dan rasional. Apalagi ancaman dic cukup
serius, yakni menyebabkan kematian hingga dua kali lipat dari risiko penyakit
tersebut tanpa dic. Semakin parah kondisi dic, semakin besar pula risiko kematian
yang harus dihadapi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
H. Komplikasi
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Penurunan fungsi ginjal
Gangguan susunan saraf pusat
Gangguan hati
Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
Purpura fulminan
Insufisiensi adrenal
Kematian lebih dari 50 %
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
2.
C. Sistem ginjal
a. Hematuria
b. Oliguria
D. Sistem pernafasan
a. Dispnea
b. Takipnea
c. Sputum mengandung darah
E. Sistem kardiovaskuler
a. Hipotensi meningkat dan postural
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Nadi perifer tidak teraba
F. Sistem saraf perifer
a. Perubahan tingkat kesadaran
b. Gelisah
c. Ketidaksadaran vasomotor
G. Sistem muskuloskeletal
a. Nyeri : otot,sendi,punggung
10
Insisi operasi
Uterus post partum
Fundus mata perubahan visual
Pada sisi prosedur invasif : suntikan, iv, kateter arteral dan selang
nasogastrik atau dada, dll.
B. Diagnosa keperawatan
1.
2.
Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
thrombus
mikrovaskuler
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C. Intervensi keperawatan
1. Dx: resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hemoragi sekunder.
K.h:
a. Menunjukan tidak ada manifestasi syok
b. Menunjukan pasien tetap sadar dan berorientasi
c. Menunjukan tidak ada lagi perdarahan
11
No Intervensi
Rasional
1
Pantau hasil pemeriksaan koagulasi, Mengidentifikasi indikasi-indikasi
tanda-tanda vital, dan perubahan sisi kemajuan atau penyimpangan.
2
perawatan
mengetahui
lainnya
kesehatan
adanya
kewaspadaan
2. Pantau hasil pemeriksaan koagulasi.
terhadap
perdarahan.
Menentukan
pengobatan
selanjutnya
3. Berikan transfuse darah seperti yang Mempertahankan
diminta
dan
sesuai
volume
penatalaksanaan medis.
pervusi jaringan
4. Instruksikan klien untuk menhindari Menekan terjadinya perdarahan
aktivitas fisik berlebih.
lebih parah
5. Periksa warna dan konsistensi feses. Traktus gi (esofagus dan rektum)
Feses
hitam
seperti
menunjukkan paling
perdarahan git.
biasa
untuk
sumber
dalam
karena sirosis
6. Inspeksi kulit, rongga oral dan Dic
subukat
konjungtiva setiap hari dan catat luasnya sekunder
hemostasis
dapat
terhadap
terjadi
gangguan
trauma
minimal
natrium
bikarbonat
dan
hydrogen peroksida.
8. Hindari pengukuran suhu rektal dan Rektal dan vena esofageal paling
tindakan enema.
rentan untuk robek
9. Hindari aspirin dan berbagai produk Koagulasi memanjang, berpotensi
yang mengandung aspirin.
12
perawatan
mengetahui
lainnya
kesehatan
kewaspadaan
perdarahan.
2. Berikan pelunak feses (bila tes guaiak Mencegah
negative).
adanya
terhadap
mengejan
yang
vaskuler/perdarahan
3. Instruksikan klien untuk menghindari Pada adanya gangguan faktor
meniup tau batuk keras.
pembekuan,
trauma
minimal
mukosa
Menghindari trauma yang tidak
diinginkan.
5. Pertahankan posisi kepala, tempat Mengurangi tekanan intrakranial
tidur ditinggikan
intrakranial.
6. Pantau tanda vital, warna kulit dan Perubahan dapat
suhu, nadi pedalis, status mental, dan penurunan
bunyi paru setiap 4 jam.
serebral
menunjukkan
perfusi
jaringan
sekunder
terhadap
hipovolemia, hipoksemia.
7. Setiap 2-4 jam, anjurkan klien Meningkatkan sirkulasi lokal dan
membalik badan, napas dalam dan sistemik
latihan gerak perlahan.
8. Gunakan kumur perawatan mulut, Menjaga personal hygiene klien
sebagai pengganti sikat gigi.
Intervensi
Posisikan klien agar ventilasi udara
efektif.
Rasional
Meningkatkan oksigenasi yang
adekuat antara kebutuhan dan
suplai.
Meningkatkan oksigenasi yang
adekuat antara kebutuhan dan
suplai.
13
sering.
Intervensi
Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri,
gunakan skala tingkat nyeri.
Baringkan klien pada posisi yang
nyaman, berikan penyangga bantal
Bantu memberikan perawatan ketika
3
4
5
Rasional
Mengetahui tingkat nyeri klien
untuk
mengetahui
selanjutan.
Menjaga
tindakan
kenyamanan
kondisi klien
rasa tidak nyaman.
Pertahankan lingkungan yang nyaman.
Menjaga kenyamanan klien
Berikan waktu istirahat yang cukup, Meningkatkan
istirahat
buat jadwal aktivitas dan pemeriksaan meningkatkan
diagnostik,
bila
dan
dan
kemampuan
memungkinkan, koping
14
menggunakan
nyeri,
relaksasi/napas
contoh
dalam,
teknik Memudahkan
relaksasi,
terpi
latihan farmakologis
tambahan,
dan
bimbingan meningkatkan
kemampuan
koping
4. Dx: defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah
dan tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
K.h.:
a. Mempertahankan status hemodinamik yang adekuat.
No
.
1
Interfensi keperawatan
tanda-tanda
vital
Rasional
menunjukkan
penurunan
volume
sirkulasi
Kaji dan pantau jantung Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemia
terhadap frekuensi dan (perdarahan/dehidrasi)
irama jantung.
Evaluasi
pengeluaran Penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi
urin setiap jam (jumlah sdm dan pencetusnya pada tubulus ginjal
dan berat jenis).
pengeluaran
yang
akurat.
5
Berikan
produk-produk
mencegah/mengobati perdarahan
Evaluasi nilai-nilai hasil Bila jumlah trombosit kurang dari 20.000/mm
dan
pembekuan.
8
5. Dx: resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
keadaan syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
K.h.:
a. Kulit akan tetap utuh, tanpa ada bagian yang mengalami memar atau lecet.
No.
Intervensi
Rasional
Kaji semua permuakaan kulit setiap 4 Menentukan garis dasar dimana
jam,
pada
dan
dapat
melakukan
jaringan/infeksi.
suplai
dipengaruhi
Meningkatkan
3
status
mencegah
darah
mudah
sirkulasi
tekanan
dan
pada
pada
pembuluh
besar
untuk keperluan
pengambilan darah.
pemeriksaan
laboraturium,
jika diperlukan.
mencegah
rasa
sehat
pembentukan
dan
asam
6. Dx: ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan
beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
K.h.:
a. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat
dapat ditangani.
b. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
No
Intervensi keperawatan
Rasional
.
1.
Mandiri
Stress
dapat
penyebab stress.
Akui bahwa masalah ansietas dan masalah Validasi bahwa perasaan normal
mirip dengan diekspresikan orang lain, dapat
4.
masalah.
3.
atau
membantu
apa
yang
tirah
akan
baring,
dilakukan, perencanaan
menurunkan
klien
dalam
keperawatan
5.
6.
7.
Bantu
klien
untuk
membantu
klien
untuk
meringankan
energi
untuk
pada
penerimaan
8.
klien.
Bantu klien belajar mekanisme koping Belajar cara untuk mengatasi
paru, misalnya teknik mengatasi stress masalah dapat membantu dalam
9.
menurunkan
Kolaborasi
stress,
ansietas
dan
dan diazepam.
Rujuk pada perawat spesialis, pelayanan Dibutuhkan
sosial atau penaasehat agama.
meningkatkan
bantuan
untuk
kontrol
dan
eksaserbasi.
Intervensi keperawatan
Rasional
.
1.
yang
dan
jelas
dan
menggunakan
18
non-medis
atau
2.
mengganggu
kegiatan
membantu
mengurangi ansietas.
8. Dx: gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan.
a. Peningkatan partisipasi klien dalam perawtan dirinya.
b. Perubahan gaya hidup.
No
Intervensi keperwatan
.
1.
Biarkan
klien
Rasional
dan
oreng
terdekat Mempermudah
mengungkapkan perasaannya.
perawat
mengidentifikasi
2.
fase
kesedihan klien.
Hindari pemberian informasi yang bertubi- Interaksi
terapi
tubi selama fase awal proses berduka. membantu
Jawab
pertanyaan
khusus.
dapat
perubahan
pendukung
seperti
keluarga
untuk
kemajuan
kuat
untuk Dukungan
kelompok
pendukung
sesuai indikasi.
Pertahankan
keluarga
komunitas
untuk
atah penerimaan.
mendapatkan Membantu
klien
19
klien.
Bila memungkinkan, biarkan klien untuk Meningkatkan kontrol diri.
menentukan pilihan dalam penawaran diri
7.
perubahan
citra
tubuh
palsu
menghambat
kecacatan.
Bila
ada
penyakit
psikiatrik
sesuai Bantuan
mungkin
membantu
profesional
perlu
untuk
klien
yang
maladaptive,
misalnya
menyangkal
jangka
D. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perebcanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung
terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang
mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan
diaknosa medis.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
1. Nyeri berkurang
2. Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
3. Tidak terjadi defisit volume cairan
4. Berkurang atau menurunnya tingkat ansietas
20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
dic adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan
pembekuan darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan salah
satunya adalah resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan hemoragi sekunder. Dari diagnose tersebut, intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan adalah memantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital, dan
perubahan sisi baru dan potensial.
21
Daftar pustaka
Closky. 2000. Nursing intervention classification (nic). Philadelphia : mosby
Engram, barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medikal bedah.vol 2. Jakarta :
egc
Gale, danielle. 1999. Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta : egc
Lewis, sharon. 1992. Medical surgical nursing : assesment and management of
clinical
problems, 3rd ed. Usa : mosby year book
Mansjoer,a.2001. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta :media
aesculapius:fkui
Moorhead. 2000. Nursing outcome classification (noc). Philadelphia : mosby
Price,s.2005.patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6. Jakarta : egc
Santoso, b.2005. Panduan diagnosa keperawatan nanda 2005-2006. Jakarta : prima
media
Smeltzer, s.2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth edisi 8
vol 2. Jakarta : egc
Wintrobe, maxwel. 1998. Wintrobes clinical hematology-10th ed. Usa : lippincott
williams & wilkins.
22