Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seluruh bidang pelayanan kesehatan sedang berubah, dan tidak satu pun perubahan
yang berjalan lebih cepat dibandingkan yang terjadi di bidang perawatan. Dalam
perawatan, perawat memberikan bantuan langsung kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarkat karena adanya kelemahan fisik, mental, dan keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Hal ini
memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat.
Dalam paradigma sehat dirumuskan visi indonesia sehat 2015 yang berbunyi
gambaran nyata masyarakat indonesia pada masa yang akan datang yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayananan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa kesehatan pada dasarnya

merupakan masalah yang sangat penting dan paling berharga bagi kehidupan manusia
khususnya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga tujuan
pembangunan nasional untuk menuju masyarakat adil dan makmur tercapai dan juga
kesehatan bukannya suatu yang konsumtif, melainkan suatu investasi, karena kesehatan
menjamin adanya sdm yang berproduktif secara sosial dan ekonomi. Psoriasis dilaporkan
terdapat pada 2 sampai 5 juta orang amerika. Penyakit ini tampak sebagai plak tebal
eritematosa dan papula-papula yang tertutup oleh sisik putih seperti perak. Plak ini
biasanya terdapat di daerah lutut, siku dan kulit kepala. Tetapi erupsi kulit ini dapat
menyerang bagian tubuh manapun kecuali selaput lendir. Kuku sering tampak tebal dan
kekuning-kuningan, timbul lekukan multipel dan terpisah dari jaringan dasar kuku.
Penyakit kulit ini dapat juga disertai artritis dan secara klasik menyerang sendi
interfalang distal. Pada pasien ini tidak ditemukan faktor reumatoid. Artritis tidak selalu
berkaitan dengan beratnya psoriasis.

B . Tujuan penulisan
1. Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien


psoriasis.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian. Penyebab, perjalanan penyakit dan
Penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit psioriasis
b. Mengetahui apa yang seharusnya dikaji pada pasien psioriasis
c. Mendapatkan gambaran dan mengetahui diagnosa keperawatan yang diangkat
pada pasien psioriasis.
d. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien psioriasis.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi noninfeksius yang kronik pada kulit di
mana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kurang lebih enam hingga
sembilan kali lebih besar dari pada kecepatan yang normal.sel sel yang baru terbentuk
bergerak lebih cepat kepermukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik atau flak jaringan
epidermis yang profus.sel epidermis yang mengalami psoriasis dapat berjalan dari
lapisan sel basal epidermis ke stratum korneum (permukaan dan melepaskan diri dalam
waktu 3 hingga 4 hari sehingga sangat berbeda waktu 26 hingga 28 hari yang
normal.sebagai akibat dari peningkatan jumlah sel basal dan pergerakan sel yang cepat ,
kejadian maturasi dan pertumbuhan sel yang normal tidak dapat berlangsung.proses yang
abnormal inin tidak memungkinkan terbentuknya lapisan proktektif kulit yang normal.
B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini
diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara
spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka
bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan
mekanisme fenomena koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari
terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi streptokokus hemolitikus sering menyebabkan
psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus
tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh.
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim
penghujan akan kambuh.
3

4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik
selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan.
Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah
pengobatan progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada
beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis.
Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6. Metabolik
hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7. Obat-obatan
Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat

psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.


Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat

menimbulkan efek withdrawal.


Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui

sebagai pencetus psoriasis.


Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat
menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata, Berdasarkan penelitian para
dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya psoriasis,
antara lain adalah :
1) Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktivitas. Bila psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek,
2)
3)
4)
5)

maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.


Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
Emosi tak terkendali.
Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alcohol.

Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini tempat-tempat


tersebut mencakup kulit kepala, daerah disekitar siku serta lutut, punggung bagian bawah
dan genetalia. Psoriasis juga dapat ditemukan pada permukaan ekstensor lengan dan
tungkai, daerah disekitar sakrum, serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri dilateral
merupakan cirihas psoriasis. Pada kurang lebih seperempat hingga separuh dari pasien4

pasien, kelainan tersebut mengenai kuku yang menyebabkan terjadinya piting, perubahan
pada kuku serta pemngumpulan pada ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. Kalau
psoriasis terjadi pada telapak kaki dan tangan, keadaan ini bisa menimbulkan lesi
pustule.
C. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan turnover epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana
pada

kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4

hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik.


Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana
terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada
tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a) Peningkatan replikasi dna.
b) Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c) Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d) Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari
permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan
kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian
kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan
suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih
seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila
dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner
phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular,
inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala,
siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula
berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan
adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh
darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel
yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis
yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan
epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti
5

perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat
siklik dan guanosin monofosfat sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak
psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.
D. Manifestasi klinis
Ileguler yang lebar. Psoriasis dapat menimbulkan permasalahan mulai dari
kosmetikaa lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi
oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut karena penumpukan kulit
yang hidup dan mati akibat peningkatankecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel
kulit yang sangat besar. Jika sisisk tersebut dikerok maka terlihat dasar lesiyang
berwarnaa merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak=bercak ini tidak basah dan
bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Tetap berukuran kecil sehingga terbentuk psoriasis gutata. Biasanya lesi melebar
secara perlahan-lahan, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, lesi-lesi tersebut akan
menyatu sehingga terbentuk bercak yang mengganggu hingga keadaan yang
menimbulkan cacat dan ketidakmampuan fisik.
Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini; tempat-tempat
tersebut mencakup kulit kepala, daerah disekitar siku serta lutut, punggung bagian bawah
dan genetalia. Psoriasis juga dapat ditemukan pada permukaan ekstensor lengan dan
tungkai, daerah disekitar sakrum, serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri dilateral
merupakan cirihas psoriasis. Pada kurang lebih seperempat hingga separuh dari pasienpasien, kelainan tersebut mengenai kuku yang menyebabkan terjadinya piting, perubahan
pada kuku serta pemngumpulan pada ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. Kalau
psoriasis terjadi pada telapak kaki dan tangan, keadaan ini bisa menimbulkan lesi
pustule.
Gejala dari psoriasis antara lain:
Mengeluh gatal ringan
Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
Terdapat fenomena tetesan lilin
Menyebabkan kelainan kuku.
E. Komplikasi
Penyakit ini dapat disertai artritis asimetris pada lebih dari satu sendi dengan
factor rheumatoid yang negatif. Perubahan akritik ini dapat terjadi sebelum atau sesudah
6

munculnya lesi kulit. Hubungan antara arthritis dan psoriasis yang belum dipahami.
Komplikasi lainnya berupa keadaan psoriatic eksfoliatif

dimana penyakit tersebut

berlanjut dengan mengenai seluruh permukaan tubuh.


Malah fisiologik. Psoriasis dapat menimbulkan frustrasi pada pasien; orang yang
melihatnya dapat saja mengamati, berkomentar, mengajukan pertanyaan yang
menjengkelkan pasien atau bahkan menghindari pasien. Penyakit ini pada akhirnya bisa
menghabiskan sumber daya pasien, mempengaruhi pekerjaannya dan membuat hidup
pasien sebagai penderitaan .para remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap efek
psikologik penyakit ini. Keluarga juga dapat terkena efek tersebut karena pengobatan
yang menghabiskan waktu, pemakaian salep yang mengotori dan pengelupasan terusmenerus

sehingga

dapat

mengacaukan

kehidupan

rumah

serta

menimbulkan

kekesalahan. Frustrasi pasien dapat diekspresikan lewat sikap bermusuhan yang


ditujukan kepada petugas kesehatan dan orang lain.
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan
terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini
harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi
psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula
keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
a) Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas
epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-obatannya
mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan
preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
b) Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan
retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat. Terapi ter
dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-b yang dosisnya ditentukan secara
cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320
nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan
kacamata pelindung dan melindungi matanya. Pemakaian sampo ter setiap hari yang
diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.

Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan


menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu amndi.
c) Anthralin
Adalah preparat (anthra-derm, dritho-crme, lasan) yang berguna untuk mengatasi
plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat
ter lainnya.
d) Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini
dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif
untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
e) Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (aristocort, kenalog-10, trymex) dapat
dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang
terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit
yang normal tidak disuntuik dengan obat ini.
f) Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis dna dalam sel epidermis
sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu,
obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan
yang irreversible. Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus
dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien
masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan
dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn
hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita
hamil.
Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis dna.
Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum
tulang.
Siklosporin a, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ
yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasuskasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian,
penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas
yang ditimbulkan (stiller, 1994).
Retinoid oral (derivat sintetik vitamin a dan metabolitnya, asam vitamin a)
akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan
demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan
pasien psoriasis yang berat.
8

Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum


pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet a (puva). Terapi puva meliputi pemberian
preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang
kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar
obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak
dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan
psoralen itu terpajan sinar ultraviolet a, maka psoralen akan berkaitan dengan dna dan
menurunkan proliferasi sel. Puva bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan
resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
Terapi puva mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam
kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas
tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang
mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
Terapi sinar ultraviolet b (uvb) juga digunakan untuk mengatasi plak yang
menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi
goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi puva.
Etretinate (tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari
vitamin a. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini
dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati
psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit
psoriasis dapat lebih cepat mengalami clearing atau almost clearing (keadaan
dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut
remisi. Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan
dengan pengobatan lainnya.
Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi
ultraviolet dan oral psoralen (puva), namun kelemahannya adalah untuk jangka
panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
Fototerapi uvb konvensional dengan menggunakan sinar uvb broadband
dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus
masuk ke dalam light box.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada cara pasien menghadapi kondisi kulit yang
psoriatic, penampakan kulit normal dan penampakan lesi kulit. Manifestasi utama yang
terlihat adalah papula merah bersisik yamg menyatu umtuk membentuk plak berbentuk
oval dengan batas yang jelas. Daerah kulit didekatnya akan memperlihatkan plak yang
licin dan merah dengan permukaan yang mengalami maserasi. Pemeriksaan harus
dilakukan pada daerah-daerah, khususnya yang cenderung untuk mengalami psoriasis,
yaitu: siku, lutut, kulit kepala, cela gluteus, jari-jari tangan dan jari-jari kaki(untuk
menemukan lubang-lubang kecil).
Perawat harus menilai dampak penyakit tersebut pada pasien dan strategi koping
yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari serta interaksi antara anggota
keluarga dan teman-teman. Banyak pasien perlu ditenteramkan kekhawatirannya dengan
penjelasan bahwa penyakitnya itu tidak menular, bukan menerminkan higine perorangan
yang buruk dan juga bukan kanker kulit.
pengkajian 11 pola gordon:
1. Pola persepsi kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi sebelumya.
2) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
3) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
4) Adakah konsultasi rutin ke dokter.
5) Hygiene personal yang kurang.
6) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola nutrisi metabolik
10

1) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

makan.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
Jenis makanan yang disukai.
Napsu makan menurun.
Muntah-muntah.
Penurunan berat badan.
Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau

perih.
3. Pola eliminasi
1) Sering berkeringat.
2) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola aktivitas dan latihan
1) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
2) Kelemahan umum, malaise.
3) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
4) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
5) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
2) Mimpi buruk.
6. Pola persepsi kognitif
1) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
2) Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
2) Perasaan terisolasi.
8. Pola hubungan dengan sesama
1) Hidup sendiri atau berkeluarga
2) Frekuensi interaksi berkurang
3) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola reproduksi seksualitas
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
2) Penggunaan obat kb mempengaruhi hormon.
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Emosi tidak stabil
2) Ansietas, takut akan penyakitnya
3) Disorientasi, gelisah
11. Pola sistem kepercayaan
1) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
2) Agama yang dianut.
B. Diaknosa keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermalepidermal sekunder akibat psoriasis.
2) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri.
11

C. Intervensi
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermalepidermal sekunder akibat psoriasis.
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat teratasi dalam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
1) Area terbebas dari infeksi lanjut.
2) Kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi :
a. Kaji keadaan kulit r/ : mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk
melakukan intervensi yang tepat.
b. Kaji keadaan umum dan observasi ttv r/ mengetahui perubahan status kesehatan
pasien.
c. Kaji perubahan warna kulit r/ : megetahui keefektifan sirkulasi dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering r/ : membantu
mempercepat proses penyembuhan.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan r/ : untuk mempercepat
penyembuhan.
2) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
penyakit psoriasis
Tujuan : ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Pasien tampak rileks
b. Pasien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan
menggunakan sumber-sumber secara efektif
c. Tanda-tanda vital normal
d. Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin r/ : identifikasi
masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya
dengan lebih realistis
b. Kaji ulang keadaan umum pasien dan ttv r/ : sebagai indikator awal dalam
menentukan intervensi berikutnya
c. Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi
yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu r/ : agar pasien merasa diterima
d. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan r/ : ketidaktahuan dan kurangnya
pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas

12

e. Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah r/ :


mengurangi kecemasan pasien
3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri.
Tujuan : gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Dapat berinteraksi seperti biasa.
b. Rasa percaya diri timbul kembali.
Intervensi :
a. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan
orang lain r/ : mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
b. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien r/ :
meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.
c. Beri harapan dalam parameter situasi individu r/ : meningkatkan perilaku positif
d. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan r/ : kata-kata penguatan dapat
mendukung terjadinya perilaku koping positif.
e. Dorong interaksi keluarga r/ : mempertahankan garis komunikasi dan
memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pengetahuan pasien bertambah
Kriteria hasil :
a. Pasien menunjukkan pemahaman akan penyakitnya.
b. Pasien menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Intervensi :
a. Kaji ulang pengobatan r/ : pengulangan memungkinkan kesempatan untuk
bertanya dan meyakinkan pemahaman yang akurat.
b. Ajar tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi r/ :
agar pasien memahami dan mencegah faktor resiko inflamasi serta dapat
mengantisipasi secara dini kelanjutan keadaan tersebut.
c. Diskusikan jadwal pengobatan r/ : agar pasien dapat menentukan waktu yang
tepat untuk terapi sehingga memahami fungsi terapi yang diikuti.
d. Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke dokter r/ : agar pasien lebih
mengerti akan kondisinya

B. Implementasi
13

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.

C. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai pengetahuan dan pemahaman terhadap proses penyakit serta therapinya
a. Mendeskripsikan psoriasis dan therapy yang dipreskripsikan
b. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa trauma, infeksi dan stress emosional
merupakan factor pemicu
c. Mempertahankan pengendalian penyakit dengan therapy yang tepat
d. Memperagakan penggunaan therapy topikal yan benar
2. Mencapai kulit yang lebih halusdan pengendalian lesi.
a. Tidak ada lesi baru yang timbul
b. Mempertahankan kulit agar selalu terlumasi dan lunak
3. Mengembangkan kesadaran untuk penerimaan diri
a. Mengindentifikasi orang yang bias diajak untuk membicarakan perasaan dan
keprihatinan.
b. Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir terapi
4. Tidak mengalami arthritis psoriatic
14

a. Tidak mengalami ganguan rasa nyaman pada sendi


b. Lesi kulit dapat dikendalikan tanpa perluasan penyakit

Bab iv
Penutup

A. Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia dan
dilaporkan pada dua sampai lima juta orang amerika. Psoriassis merupakan penyakit
herediter, meskipun cara penurunannya masi belum dipahami. Psoriassis tampak sebagai
plak eritem tebal yang ditutup[i oleh sisik putih seperti plak. Plak biasanya terletak pada
lutut, siku, dan kulit kepala. Terapi psoriassis kronik memerlukan pengetahuan berbagai
metode pengobatan, kesabaran, dan dokter atau praktisi perawat yang berpengalaman.
Pengobatan harus pleksibel, dan terapi alternatif harus diberikan jika pasien gagal
berespon dengan program pengobatan aslinya. Psoriassis generalisata berat memerlukan
perawatan dirumah sakit untuk terapi steroid topikal yang intensif, ter, dan sinar
ultraviolet.
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun tidak menyebabkan kematian,
penyakit ini menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih lagi mengingat perjalanan
penyakitnya menahun dan residif.insidens pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada
kulit berwarna insidens pada pria agak lebih banyak dari pada wanita. Proriasis terdapat
pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.

15

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah yang berjudul psoriasis ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya, terutama bagi mahasiswa mahasiswi fakultas kesehatan jurusan
keperawatan universitas borneo tarakan. Agar makalah ini dapat bermanfaat

dan

menambah wawasan yang sebelumnya kita belun ketahui, dan dengan adanya makalah
ini kita dapat mengetahui tanda dan gejala seseorang yang terkena psioriasis ,
mengetahui penyebab nya dan cara penanganannya.

Daftar pustaka
Medika. 2003. Jurnal kedokteran dan farmasi.
Medika. 2003. Jurnal kedokteran dan farmasi.
Moenadjat. 2001. Luka bakar. Edisi kedua. Fk-ui, jakarta.
Wong. 2004. Pedoman klinis keperawatan pediatrik.

16

Vous aimerez peut-être aussi