Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran Islam yang berkembang secara spektakuler di
Negara-Negara Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi
tokoh-tokoh tasawuf adalah kenyataan yang diakui oleh
hampir mayoritas sejarahwan dan peneliti. Hal itu disebabkan
oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebih kompromis dan
penuh kasih sayang.
Terdapat kesepakatan dikalangan sejarahwan dan peneliti,
orientalis, dan cendikiawan Indonesia, bahwa tasawuf adalah
faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas. Secara
historis, tasawuf
Tahap
pertama
masih
berupa
zuhud
dalam
dan
memprioritaskan
hidupnya
hanya
pada
swt.,
perhatian
spiritual ini,
pada
pada
dan para
pengikutnya
berwawasan
Quran
dan
Sunnah.
Kedua,
tasawuf
kepada Al-
falsafi
yang
di
luar
Islam,
seperti
dalam
Hinduisme,
sendiri.
Maka
dalam
makalah
ini,
pemakalah
BAB II
PEMBAHASAN
kalau
mau
meneliti
secara
jujur,
kita
akan
jasanya.
Hampir
semua
daerah
yang
pertama
tasawuf
telah
mewarnai
kehidupan
keagamaan
menjadi
bagian
yang
tak
terpisahkan
dari
pendapat
Hawash
diatas,
A.H.Johns,
setidaknya
sejak
abad
ke
13.
Faktor
utama
dalam
kemasan
aktraktif,
khususnya
dengan
utara
jawa
berusaha
menaklukan negeri-negeri
pedalaman.
2. Kelompok ulama Islam asing mengisi pos birokrasi dan
memimpin upacara keagamaan.
3. Para sufi tertarik untuk pindah dari daerah pantai menuju
pedalaman jawa untuk menyampaikan dakwahnya.
Dengan
cenderung
beberapa
pertimbangan
melakukan
sinkretisme.
5 Op. Cit.,
6 Rosihon, Ibid., Hal. 242
7 Mudrik., Op. Cit.,
para
juru
Menurut
dakwah
prof.
Dr.
lebih
lanjut
terjadi
proses
penghilangan
proses
Islamisasi
di
Indonesia
dapat
sufistik
dan
kegemaran
terhadap
hal-hal
yang
perkembangan
danpemurniannya
dan
tasawuf
dan
penghayat
tasawuf.
Untuk
menghindari
bertasawuf
sejalan
dengan
prinsipnya
bahwa
kehidupan beragama tidak saja di tandai oleh legalisasirasional. Bagi NU, tasawuf merupakan hal yang penting karena
sebagai
doktrin
kesalehan
yang
menyejukkan
jiwa
dari
diperkenankan
walaupun
menghendaki
kehendak
itu
harus
apa
yang
tunduk
pada
yang
mulia.
Kewajiban
menjunjung
tinggi
10
Wali
dalam
konteks
ini
adalah
keringkasan
dari
orang
yang
mempunyai
keramat
11
menempel
pada
namanya,
sebagian
peneliti
12
merupakan
unio-mistica.
Para
sufi
21 Op. Cit.,
13
insankamil
keturunan
seorang
Syamsuddin
Sumatrani
dikenal
dengan
nama
14
c. Tentang manusia ia berpendapat bahwa manusia seolaholah semacam objek ketika tuhan menzahirkan sifatnya.
Semua sifat yang dimiliki oleh manusia ini adalah sekadar
penggambaran dari sifat-sifat tuhan, bukan berarti sifatsifat yang dimiliki manusia sama dengan Tuhan.
5. Nuruddin Al-Raniri
Nama lengkapnya adalah Nuruddin Muhammad bin Ali
bin Hasanji bin Muhammad Hanif Al-Raniri Al-Quraisyi AlSyafii. Nuruddin Al Raniri adalah sarjana India keturunan
Arab, beliau dilahirkan di daerah Ranir yang tak jauh dari
Gujarat.25
Al Raniri berkunjung ke Aceh pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar II, Raniri menjabat sebagai mufti untuk
kerajaan aceh selama 7 tahun. Selain sebagai Ulama dan
Mufti, Al-Raniri juga sebagai figur yang produktif dan
berpengetahuan luas diberbagai bidang Ilmu pengetahuan.
Dibuktikan
dengan
berbagai
mencakup
bidang-bidang
karya-karya
Fiqh,
ilmiahnya
Hadits,
Tasawuf,
topik
pembahasan
dalam
bidang
fiqh
15
dalam
bahasa
Sultan
Iskandar
Tsani
naik
tahta,
Syaikh
dan
dia
segera
melancarkan
kampanye
Al-Fansuri dan
ajaran-ajaran
tasawuf
Nuruddin
Al-Raniri
adalah28:
a) Tentang Tuhan
Pendirian Al-Raniri dalam masalah ketuhanan pada
umumnya bersifat kompromis. Ia berusaha menyatukan
paham mutakallimin dengan paham para sufi yang
diwakili Ibn Arabi. Ia
adalah
bahwa alam ini tidak ada. Yang ada hanyalah wujud Allah
27 Op. Cit.,
28 Op. Cit.,
16
sama
dengan
Ibn
Arabi
bahwa
alam
ini
(emanasi)
kepada pengakuan
wahdat
al-wujud,
yang
disalahartikan
kaum
17
itu
manusia,
adalah
buruk
Tuhan.
atau
Semua
baik,
yang
Tuhan
dilakukan
turut
serta
pemuka
sufi,
diantaranya
adalah
syekh
menuju
Allah,
kecuali
melalui
syariat
yang
berbagai
karyanya
kecendrungan
Al-Raniri
bersandarkan
kepada
pemikiran,
sebagai
berikut30 :
1) Panteisme
persis
sama
dengan
pendapat-pendapat
18
Pendidikan
awalnya
ditempuh
dikampung
kebanyakan
Ulama
Melayu
Indonesia
yaitu
beberapa
tarekat
yaitu
Qadirriyah,
Syatarriah,
Nafis
31 Op. Cit.,
32 Sri, Ibid., Hal. 118.
menekankan
pentingnya
kepatuhan
19
kepatuhan
kepada
syariat
Banjari
secara
lahir
kewajiban-kewajiban
lain
yang
ditetapkan
dalam
syariat.34
7. Ismail Al-Minangkabawi
Nama lengkap beliau adalah Al-Alim Al-Fadhil AlHammam Al-Kamil Shahib Al-Wilayah Wal Karamah Syeikh
Ismail Al-Khalidi. Syeikh Ismail al-Khalidi adalah pelopor
tarekat Naqsyabandiyah khalidiyyah di Minangkabau.35
Pendidikan agama Syeikh Ismail bermula di Surau,
kemudian melanjutkan pelajarannya ke Tanah Suci, semasa
di Arab beliau menetap selama 30 tahun Makkah dan 5
tahun di Madinah sambil menulis kitab karangan beliau yaitu
Kifayat Al-Ghulam ditulis dalam bahasa Melayu klasik.
Syeikh Ismail al Minangkabawi mempunyai banyak murid,
dua diantranya yang terkenal adalah Raja Ali Ibn Yamtuan
Muda Raja Jafar dan sepupunya Raja Ali Haji.36
Ismail sendiri dibaiat masuk ke Tarikat Naqsabandiyah
oleh Khalifah dari Maulana Khalid di Mekkah. Sebelum
33 Fitria, Op. Cit.,
34 Op. Cit.,
35 Op. Cit.,
36 Sri, Ibid., Hal. 159.
20
lama
mengajarkan
Tarikat
karangan
Ismail
al-
pahlawan
paderi.
37 Fitria, Op.Cit.,
38 Op. Cit.,
39 Op. Cit.,
Pemikiran-pemikiran
Hamka
21
a. Hakikat tasawuf
Tasawuf pada
hakikatnya
adalah
usaha
yang
kemungkinan-kemungkinan
seseorang
terpeleset
yang
searah
dengan
muatan-muatan
22
yang
benar,
yang
juga
dilaksanakan
lewat
yang
efektif.
pengamatannya
Pendapat
terhadap
cara
ini
didasarkan
melaksanakan
atas
hidup
dengan
tasawuf
pada
umumnya
(tasawuf
tauhid,
bukan
pencarian
pengalaman
dilaksanakan
dalam
peribadahan
resmi
sikap
dengan
tuhan
(unitive
state).
Dan
refleksi
makin meningginya
23
media
bertasawuf,
dalam
arti
disamping
refleksi
berjalan
sedemikian
rupa
tanpa
harus
24
Qanaah adalah
tegap
mengharapkan
qalbu,
bertawakkal
pertolongan-Nya,
serta
kepada
tuhan,
tidak
merasa
tawakkal
sebagai
berikut:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam di Indonesia sampai sekarang masih di liputi dengan perilaku
sufistik dan kegemaran terhadap hal-hal yang keramat. Tarekat yang
munculpun beragam, tidak hanya bercorak Islam tetapi juga bercorak
sintretisme. Sementara itu melalui sejarah, kita tahu bahwa ada sejumlah kaum
reformis yang berusaha membersikan Islam dari unsur sufistik dan magis.
Beberapa dari mereka ada yang berhasil. Sehubungan dengan itu kita melihat
25
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Shihab, Akar Tashauf di Indonesia, (Jakarta: 2009)
M. Sholihin, Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu
Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia)
Mudrik, Sejarah dan Perkembangan Tasawuf di Indonesia.,
diakses pada tanggal 10 November 2016 pada pukul 14:07
WIB
melalui:
http://mudrik678.blogspot.co.id/2015/12/sejarah-danperkembangan-tasawuf-di-indonesia.html?m=1
26
WIB
melalui
https://flachaniago.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-danperkembangan-tasawuf-di.html?m=1