Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang tidak
larut dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Komponen lipid
utama yang dapat dijumpai dalam plasma adalah trigliserida, kolesterol dan
fosfolipid.
Kolesterol berasal dari makanan dan sintesis endogen di dalam tubuh.
Sumber kolesterol dalam makanan seperti kuning telur, susu, daging, lemak, dan
sebagainya terutama dalam keadaan ester. Dalam usus, ester tersebut kemudian
dihidrolisis oleh kolesterol esterase yang berasal dari pankreas dan kolesterol
bebas yang terbentuk diserap oleh mukosa usus dengan kilomikron sebagai alat
transport ke sistem limfatik dan akhirnya ke sirkulasi vena. Kira-kira 70%
kolesterol yang diesterifikasi (dikombinasikan dengan asam lemak), serta 30%
dalam bentuk bebas.
Kolesterol disintesis di hati dan usus serta ditemukan dalam eritrosit,
membran sel, dan otot. Sebagian besar kolesterol yang dibutuhkan tubuh disintesis
dari asetil koenzim A melalui betahidroksi-betametil glutamil KoA. Kolesterol
penting dalam struktur dinding sel dan dalam bahan yang membuat kulit kedap air.
Kolesterol digunakan tubuh untuk membentuk garam empedu sebagai fasilitator
untuk pencernaan lemak dan untuk pembentukan hormon steroid (misal kortisol,
estrogen, androgen) oleh kalenjar adrenal, ovarium, dan testis.
Makanan yang kaya lemak dianggap sebagai penyebab aterosklerosis yaitu
penimbunan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Penimbunan tersebut
secara perlahan-lahan akan menyempitkan dan mengeraskan pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi sulit dan terhambat. Oleh karena itu sangatlah
penting untuk periksa kolesterol ke laboratorium supaya kadar kolesterol dalam
tubuh bisa terpantau. Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lipid
atau lemak. Seperti kita ketahui, lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat
diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Lemak juga merupakan salah satu sumber energi yang
memberikan kalori penting tinggi. Disamping sebagai salah satu sumber energi,
sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat sangat
dibutuhkan tubuh kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam darah.
Kolesterol diperiksa menggunakan sampel serum dan plasma EDTA juga
plasma heparin, dimana kadar kolesterol yang normal adalah < 200 mg/dl
(DEPKES RI, 2011). Dari pengalaman dan hasil survei yang di dapat dari
beberapa laboratorium pemeriksaan kolesterol hampir tidak pernah menggunakan
sampel plasma EDTA ataupun plasma heparin dan yang digunakan adalah sampel
serum. Tetapi bukan berarti pemeriksaan kolesterol di laboratorium tidak pernah
menggunakan sampel plasma.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol total antara plasma
dan serum.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari lipid dan kolesterol?
2. Apa fungsi kolesterol didalam tubuh?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kolesterol?
4. Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum?
C. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan
serum?
D. Batasan Masalah
Didalam penelitian ini penulis hanya membedakan hasil pemeriksaan
kolesterol menggunakan serum dan plasma Mahasiswa angkatan 2010 Program
Studi Analis Kesehatan.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol
antara plasma dan serum.
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perbedaan hasil
pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum, khususnya bagi pelayanan di
laboratorium dan bagi semua kalangan yang berkepentingan.
2. Bagi Mahasiswa dan pengguna jasa laboratorium dapat memperoleh informasi
tentang perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Kolesterol
1. Pengertian kolesterol
Lipid atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen
yang terdapat di alam dan bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989).
Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak yang beredar didalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari
makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan didalam sel-sel
lemak sebagai cadangan energi (Madja, 2007).
Kolesterol merupakan salah satu komponen lipid. Kolesterol berasal
dari makanan dan biosintesis dengan jumlah yang kurang lebih sama, sedikit
dari jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis dan sisanya berasal dari
makanan hari-hari. Kolesterol terdapat hampir di seluruh sel hewan dan semua
manusia. Pada tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu,
kelenjar adrenalin bagian luar dan jaringan saraf. Kolesterol juga merupakan
bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Tetapi bila kolesterol
dalam tubuh berlebih akan tertimbun didalam dinding pembuluh darah dan
menimbulkan suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau
pengerasan pembuluh darah. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara
normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat.
Dalam keadaan normal, kolesterol disintesis dalam tubuh sejumlah dua
kali lipat dari kadar kolestrol dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang
disintesis diubah menjadi jaringan, hormon dan vitamin yang kemudian
disebarkan ke seluruh tubuh melalui darah.Tetapi ada juga kolesterol yang
kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu dan garamnya. Dalam
keadaan normal, bila terjadi gangguan dalam konsumsi kolesterol, maka akan
terjadi mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan kolesterol dengan
semua faktor diatas sebagai mekanisme pertahanan.
3. Fungsi Kolesterol
Lipid berfungsi sebagai sumber energi, perlindungan organ tubuh,
pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut
lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai
pelumas, dan memelihara suhu tubuh. Peningkatan kadar lipid yang tinggi
dalam darah dinamakan Hiperlipidemia, yang ditandai dengan meningkatnya
kadar kolesterol dan atau trigliserida dalam darah.
Peningkatan
kadar
kolesterol
dalam
darah
dinamakan
b.
c.
d.
Hemolisis pada sampel darah dapat menyebabkan hasil uji kolesterol serum
meningkat.
B. Kadar Kolesterol
Kolesterol diperiksa dari serum atau plasma, dimana kadar kolesterol yang
normal adalah < 200 mg/dl (DEPKES RI, 2011). Untuk sampel pemeriksaan fraksi
lipid terutama kolesterol yaitu menggunakan sampel serum, plasma EDTA dan
plasma heparin.
Antikoagulan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan kolesterol antara
lain heparin, Etylene Diamine Tetra Acetat (EDTA), oksalat, dan Natrium Florida.
EDTA mengubah Ion kalsium dari darah menjadi bentuk bukan ion. Umumnya
EDTA tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium),
mencegah koagulasi dengan cara mengikat kalsium. Menurut Lab Technologist
kolesterol
dengan
metode
Enzimatik CHOD-PAP
(Cholesterol Oksidase Para Amino Phenazone) dan prinsipnya yaitu Ester diurai
menjadi kolesterol dan asam lemak menggunakan enzim kolesterol esterase.
Kolesterol yang terbentuk kemudian diubah menjadi Cholesterol-3-one dan
hidrogen peroksida oleh enzim kolesterol oksidase. Hydrogen peroksida yang
terbentuk beserta fenol dan 4-aminoantipirin oleh peroksidase diubah menjadi zat
yang berwarna merah. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar
kolesterol total dalam sampel, diukur pada panjang gelombang 546 nm. Adapun
reaksi dari metode ini yaitu (Hardjoeno, 2003) :
Ester Kolesterol
Kolesterol Esterase
Kolesterol + O2
Kolesterol Esterase
Kolesten-3,4 on + H2O2
2 H2O2 + 4-amino
Peroksidase
Kuinoneimine + H2O
Phenazon + Phenol
10
(antigen, artinya zat yang merangsang pembentukan zat antibodi) yang masuk
dalam tubuh.
Serum didapat dengan cara membiarkan darah dalam tabung reaksi
tanpa antikoagulan membeku dan kemudian di sentrifuge dengan kecepatan
tinggi untuk mengendapkan semua sel-selnya. Cairan diatasnya yang berwarna
kuning jernih disebut serum.
Pada proses pembekuan darah fibrinogen diubah menjadi fibrin maka
serum tidak mengandung fibrinogen lagi tetapi zat-zat lainnya masih tetap
terdapat di dalamnya (Santoso, 1989). Fibrinogen adalah protein dalam plasma
darah yang berubah menjadi fibrin sehingga menimbulkan pembekuan darah.
Menurut Widmann (1995) serum pada hakikatnya mempunyai susunan yang
sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan faktor pembekuan II, V, VIII, XIII
yang sudah tidak ada.
2. Plasma
Plasma adalah darah dalam tabung yang berisi antikoagulan lalu
disetrifuge dalam waktu dan kecepatan tertentu, sehingga terpisah plasma
dan bagian yang lainnya. Plasma masih mengandung fibrinogen, tidak
mengandung faktor-faktor pembekuan antara lain : faktor ll, faktor V dan
faktor Vlll, serta mengandung serotinin tinggi oleh karena perusakan
platelete. Menurut Santoso (1989) plasma masih mengandung fibrinogen,
karena disebabkan penambahan antikoagulan yang mencegah terjadinya
pembekuan darah tersebut.
Menurut widman (1995 : 250)
Plasma yakni, cairan ekstra sel dari darah beredar, mengandung
fibrinogen yang sangat besar molekulnya (berat molekul 340.000 dalton)
dan yang berubah menjadi fibrin bila darah membeku. Setelah darah
membeku tetap ada cairan yang bernama serum. Serum dan plasma
sama susunannya kecuali fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi yang
tidak ada dalam serum.
11
Serum
Plasma
Rangkuman pemisahan cairan darah menjadi plasma dan serum
diringkaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1 ciri-ciri plasma dan serum (Sadikin, 2001).
Ciri-ciri
Warna
Kekeruhan
Fibrinogen
Antikoagulan
Serat fibrin
Pemisahan sel
Sel terkumpul
didalam
Suspensi kembali
Plasma
Agak kuning dan jernih
Lebih kental dari air
Masih ada
Pakai
Tidak ada
Pemusingan
Endapan (sedimen)
Serum
Agak kuning dan jernih
Lebih kental dari air
Tidak ada lagi
Tidak pakai
Ada dalam gumpalan
Penggumpalan spontan
Gumpalan
Dapat
Tidak dapat
sel
Dari tabel 1 tampak bahwa sel-sel yang terpisah dalam proses
pembuatan pasma atau serum berada dalam keadaan berbeda. Perbedaan itu
terjadi karena cara pemisahan cairan yang berbeda. Serum dipisahkan dengan
cara membiarkan darah beberapa lama dalam tabung kemudian darah tersebut
akan membeku dan selanjutnya akan mengalami penggumpalan dengan akibat
terperasnya cairan dari dalam bekuan. Darah biasanya sudah membeku dalam
12
jangka waktu 10 menit dan pembekuan sempurna terjadi dalam waktu 24 jam
(Depkes RI). Pemisahan tersebut dapat dilakukan dengan alat pemusing
(sentrifuge) dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit. Sedangkan plasma
menurut Depkes RI dipisahkan dengan cara menambahkan antikoagulan
secukupnya pada wadah misalnya tabung yang kemudian di isi sejumlah
volume darah lalu diputar (sentrifuge) dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit.
Menurut Sadikin (2001:6)
Dalam pembuatan serum, sel-sel darah menggumpal secara baur dan
terjebak dalam suatu anyaman yang luas dan kontraktif dari jaring seratserat fibrin. sebaliknya, dalam penyiapan plasma, sel-sel darah
terendapkan dengan jelas didasar tabung, seperti pengendapan suspensi
partikel lain. Bahkan dengan jelas sekali pengendapan sel-sel darah pada
pembuatan plasma tersebut menghasilkan pemisahan sel berdasarkan
masa jenis menjadi 2 bagian. Sel-sel darah dengan cara ini akan terpisah
menjadi lapisan eritrosit atau sel darah merah yang merupakan lapisan
yang tebal yang dapat mencapai hampir separuh volume darah. Selain
itu, ada pula lapisan yang tipis dan putih diatas lapisan eritrosit. Yang
terdiri atas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit atau keeping darah
(Flatelete).
Secara garis besar, plasma atau serum terdiri atas air pelarut dan
berbagai bahan terlarut yang ada di dalamnya.
Menurut Sacher (2004:168)
Perbandingan antara plasma dan serum yaitu plasma adalah bagian cair
dari darah. Diluar sistem vaskuler, darah dapat tetap cair dengan
mengeluarkan fibrinogen atau menambahkan antikougulan, yang
sebagian besar mencegah kougulasi dengan mengelasi atau
menyingkirkan ion-ion kalsium. Sitrat, oksalat, dan EDTA (Etylene
Diamene Tetra Acetat) adalah anti koagulan dari golongan kelasi.
Plasma yang baru diambil mengandung semua protein yang terdapat di
dalam darah yang bersirkulasi. Sedangkan serum adalah cairan yang
tersisa setelah darah menggumpal atau membeku. Koagulasi mengubah
semua fibrinogen menjadi fibrin yang padat. Serum normal tidak
mangandung fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi lainnya.
13
D. Hipotesis Statistik
Ho : Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum
Ha : Ada perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kolesterol
dengan
metode
Enzimatik CHOD-PAP
15
menggunakan fotometer dengan nilai normal < 200 mg/dl dan standar 200
mg/dl pada panjang gelombang 546 nm.
b. Serum adalah cairan yang berwarna kuning jernih yang diperoleh dari hasil
darah yang dibekukan dan dipusingkan menggunakan sentrifuge.
c. Plasma adalah cairan kuning jernih yang diperoleh dengan cara darah
diberikan antikoagulan di dalam tabung reaksi lalu di pisah menggunakan
sentrifuge.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi ekperimental yaitu
pengamatan di laboratorium klinik dengan mengukur kadar kolesterol dengan
fotometer
16
3. Prosedur Penelitian
a. Pengambilan Sampel
Sampel serum dan plasma diperoleh dari darah vena yang diambil
sebanyak 3 cc lalu darah di bagi 2 masing-masing 1,5 cc untuk plasma dan
serum yang dimasukkan dalam tabung reaksi ukuran 15x100 mm.
1) Cara pembuatan serum
Darah yang berada didalam tabung reaksi dibiarkan dalam suhu
ruang 20-25oC selama 10 menit, kemudian disentrifuge dengan kecepatan
6000 rpm selama 10 menit.
2) Cara pembuatan plasma
Darah yang berada di dalam tabung reaksi yang sudah berisi EDTA
segera dikocok perlahan-lahan, kemudian disentrifuge dengan kecepatan
6000 rpm selama 10 menit.
Sumber (Leaflet Kit Reagen Kolesterol)
b. Langkah-langkah Pemeriksaan
Pemeriksaan ini dilakukan secara photometris, maka perlu dilakukan
preparasi blanko, blanko reagen, standar dan sampel sebagai berikut:
1) Pembuatan blanko reagen kolesterol
a) Pipet reagen kolesterol sebanyak 1000 l lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi
b) Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25oC
c) Kemudian ukur menggunakan photometer 5010 V5+ dengan panjang
gelombang 546 nm.
2) Pembuatan standar kolesterol
a) Pipet reagen kolesterol sebanyak 1000 l lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi
b) Kemudian tambahkan dengan larutan standar sebanyak 10 l lalu
homogenkan
17
18
th =
Sp2=
) .
) .
Keterangan :
Sp2 = standar devisiasi 1 dan 2
= jumlah sampel serum
= jumlah sampel plasma
= jumlah nilai rata-rata serum
= jumlah nilai rata-rata plasma
S1 = nilai rata-rata standar devisiasi serum
S2 = nilai rata-rata standar devisiasi plasma
th = nilai rata-rata pada t-hitung
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2010 Program
Studi Analis Kesehatan sebanyak 30 sampel. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
keseragaman dari sampel dan kemudahan dalam memperoleh sampel.
Data penelitian hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum pada
Mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Analis Kesehatan di Laboratorium
Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya pada
bulan Juni 2012 dapat di lihat pada lampiran 2.
Hasil penelitian dengan jumlah sampel 30 diperoleh nilai rata-rata (mean)
kadar kolesterol pada tabel 2.
Pemeriksaan Kolesterol
Serum
147,67 mg/dl
Plasma
141,17 mg/dl
20
148
146
144
147,67
141,17
147.67
142
141.17
140
138
136
serum
plasma
Dari gambar 3 di atas dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak terlalu
signifikan hasil pemeriksaan kadar kolesterol antara plasma dan serum. Nilai rata
ratarata kadar kolesterol yang menggunakan serum sebesar 147,67 mg/dl seda
sedangkan
yang plasma sebesar 141,17 mg/dl. Perbedaan hasil yang terjadi sebesar 6,5 mg/dl.
B. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji statistik tt-test untuk 2
sampel bebas.. Setelah di lakukan pengujian statistik menggunakan uji tt-test dua
sampel bebas dengan taraf signifikansi
signifika = 0,01 di dapat hasil t-hitung
hitung = 0,847 dan
t-tabel = 2,6644.. Hipotesis yang
yang digunakan yaitu Ho menyatakan tidak ada
perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum sedangkan Ha
menyatakan ada perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum.
Berdasarkan kriteria penarikan kesimpulan dalam
da
uji-t, jika nilai t-hitung
hitung < tt-tabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak,
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang siginifikan pada hasil pemeriksaan kadar kolesterol antara plasma
dan serum.
21
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa angkatan 2010
Program Studi Analis Kesehatan tidak terdapat kadar kolesterol yang abnormal,
meskipun ada beberapa sampel yang hampir mendekati abnormal, hal ini bisa juga
Karena pengaruh makanan yang di konsumsi oleh para mahasiswa tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara
plasma dan serum dimana kadar serum sebesar 147,67 mg/dl dan plasma sebesar
141,17 mg/dl maka perbedaan antara plasma dan serum sebesar 6,5 mg/dl.
Perbedaan itu terjadi karena pemakaian plasma yang rentan tercampur
dengan eritrosit akan mempengaruhi hasil-hasil pemeriksaan dan cara pemisahan
cairan yang berbeda. Serum dipisahkan dengan cara membiarkan darah beberapa
lama dalam tabung kemudian darah tersebut akan membeku dan selanjutnya akan
mengalami penggumpalan dengan akibat terperasnya cairan dari dalam bekuan.
Darah biasanya sudah membeku dalam jangka waktu 10 menit dan pembekuan
sempurna terjadi dalam waktu 24 jam. Dalam pembuatan serum, sel-sel darah
menggumpal secara baur dan terjebak dalam suatu anyaman yang luas dan
kontraktif dari jaring serat-serat fibrin. sebaliknya, dalam penyiapan plasma, selsel darah terendapkan dengan jelas didasar tabung, seperti pengendapan suspensi
partikel lain (Sadikin 2001).
Perbedaan yang terjadi antara plasma dan serum juga disebabkan karena
pada plasma yang di dalamnya masih terdapat fibrinogen dan juga ada partikel
EDTA yang ada di dalam plasma sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
sedangkan pada sampel serum sudah tidak terdapat fibrinogen dan tidak adanya
patikel EDTA yang terdapat pada serum tersebut sehingga dapat memberikan hasil
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Namun setelah dilakukan uji statistik mengunakan uji-t untuk 2 sampel
bebas maka di dapat hasil dengan t-hitung = 0,847 < t-tabel = 2,6644 maka Ho
diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari
hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum.
22
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian tentang perbedaan hasil pemeriksaan kolesterol antara
plasma dan serum pada Mahasiswa Angkatan 2010 Program Studi Analis
Kesehatan dengan jumlah sampel 30 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata hasil pemeriksaan kolesterol yang menggunakan sampel serum
sebesar 147,67 mg/dl sedangkan sampel yang menggunakan plasma 141,17
mg/dl.
2. Berdasarkan hasil uji-t untuk 2 sampel bebas maka didapat t-hitung = 0,847 dan
t-tabel = 2,6644 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
hasil pemeriksaan kolesterol antara plasma dan serum.
B. Saran
1. Kepada petugas laboratorium klinik, untuk pemeriksaan kimia klinik khususnya
pemeriksaan kolesterol sebaiknya menggunakan sampel serum, agar dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan keadaan pasien.
2. Kepada peneliti selanjutnya, perlu adanya penelitian lanjutan tentang perbedaan
hasil antara plasma dan serum terutama untuk Asam Urat, SGOT, SGPT dan
Kreatinin.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar bisa lebih baik lagi dalam
penggunaan prosedur supaya tidak terjadi kesalahan pada saat penelitian.