Vous êtes sur la page 1sur 34

MAKALAH AUDIT

AUDIT HUTANG LANCAR DAN HUTANG JANGKA PANJANG

KELOMPOK 1 :
REY HERDIANSYAH

A1C014108

RISKA AYU KOMALASARI

A1C014

RIA IRAWATI

A1C014100

SITI KHADIJAH

A1C014133

SHERLY SEPTIADEWI

A1C014127

SRI SHOFIANA MARDIATI SR

A1C014137

YEN NI

A1C014153

VINI SEPTIANA DWIPUTRI

A1C014147

ZAHRAN AMIR

A1C014

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2016

A.Audit terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian


Substantif terhadap Saldo Utang Usaha
DESKRIPSI UTANG USAHA
Utang usaha ialah termasuk unsur dari utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva
yang dikelompokkan daloam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang
lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok berikut.
1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku
cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies). Utang usaha dapat digolongkan
lebih lanjut menjadi dua golongan : (1) utang yang tak disertai dengan surat berharga
sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan
utang usaha atau account payable) dan (2) utang yang disertai dengan surat berharga
sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut utang
wesel/ notes payable)
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan .
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accured payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), UTANG Pajak
Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun :
a) Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
b) Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan
yang dijual dengan garansi.
c) Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa
pendapatan yang diterima di muka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya
deplesi sember alam.
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang
bank (kredit modal kerja misalnya) , utang jangka panjang yang segera jatuh tempo,
utang pajak penghasilan, dan utang dividen
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu,
pengujian substantif dalam bab ini difokuskan terhadap utang usaha.
Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Karakteristik Aktiva Lancar
Utang lancar memiliki karakteristik berbeda dengan aktiva lancar. Perbedaan ini
mengakibatkan perbedaan di dalam pengujian substantifnya. Oleh karena itu, perbedaan ini
perlu disadari oleh auditor.
Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar adalah sebagai berikut:
1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan aktiva
tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini seringkali
didorong oleh motif untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik, sehingga
kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Gambaran modal kerja yang
lebih baik ini juga dapat ditempuh dengan cara menurunkan jumlah utang lancar, yaitu

umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat utang yang tidak
dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities)
2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur aktiva
lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal neraca,
jika kas tersebut berupa valuta asing; piutang harus disajikan pada nilai bersih yang dapat
ditagih pada tanggal neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan kualitas, dan
kondisinya untuk dapat disajikan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal
neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah
penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjadi kewajiban
perusahaan pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya. Klien menghadapi fakta
di dalam menyajikan utang lancar.
Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang Lancar dengan Pengujian Substantif
terhadap Aktiva Lancar
Karakteristik yang berbeda antara utang lancar dengan karakteristik aktiva lancartersebut
berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua objek audit tersebut. Perbedaan
pengujian substantif terhadap utang lancar dengan pengujian substantif terhadap aktiva
lancar adalah sebagai berikut:
1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya
penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement
utang lancar), sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva lancar ditujukan untuk
menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang
seharusnya (overstatement aktiva lancar). Dalam pengujian substantif terhadap kas,
auditor melakukan perhitungan fisik kas; dalam pengujian substantif terhadap piutang,
auditor mengirimkan informasi terhadap debitur; dalam pengujian substantif terhadap
persediaan, auditor melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang
dilakukan oleh klien. Berbagai prosedur audit tersebut ditujukan untuk menemukan
adanya overstatement aktiva lancar. Di lain pihak, pengujian sebstantif terhadap utang
lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat (unrecorded
liabilities) pada tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh auditor untuk mendeteksi
adanya kemungkinan penyajian utang lancar yang lebih rendah dari slado yang
seharusnya (understatement utang lancar)
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah
penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersuh dapat direalisasikan) yang
dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut penaksiran apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva
lancar auditor memverifikasi nilai kas yang disajikan dalam neraca, menguji kewajaran
nilai piutang yang diperkirakan dapat ditagih pada tanggal neraca, dan menguji
kewajaran nilai sediaajn dengan melakukan hitung uji (test count), pengujian kompilasi
(compilation test), dan pengujian harga (pricing test). Di lain pihak, dalam pengujian
substantif terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta, menghadapi data historis
mengfenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang dalam jangka
pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif terhadap utang lancar
memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian
substantif terhadap aktiva lancar.

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN


UTANG LANCAR DI NERACA
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap utang usaha, perlu diketahui lebih
dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di
neraca berikut ini.
1. Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


Tujuan audit terhadap usaha ialah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Mmebuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Dalam sebuah ilustrasi digambarkanlah tujuan utama pengendalian substantif terhadap
utang usaha adalah membuktikan bahwa akun Utang Usaha yang dicantumkan dalam neraca
menc erminkan saldo akun Utang Usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan dalam
lima kelompok: (1) prosedur audit awal,(2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap
transaksi rinci, (4) pengujian terhadap saldo akunrinci, (5) verifikasi terhadap penyajian dan
pengungkapan. Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk
memverifikasi lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun Utang Usaha: (1)
keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) kewajiban, dan (5) penyajian
dan pengungkapan.
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkuttan dengan
utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo utang usaha
yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam
neraca.untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang usaha yang dicantumkan
dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti
kas keluar dan register cek.
Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di
neraca. Dalam pengujian substantive terhadap utang pada umumnya, pengujian ditunjukkan
untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi

keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor
melakukan berbagai pengujian substantive berikut ini :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengujian analitik
Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
Konfirmasi piutang usaha
Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari kreditur

Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Seperti


tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di neraca pada
fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien
kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang usaha yang
disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihkan
piutang usaha, utang usaha disajikan di neraca pada jumlah kewaiban klien pada tanggal
neraca. Dengan demikian tujuan pembuktin asersi penilain tidak berlaku terhadap saldo utang
usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk
mencari adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan bahwa
utang usaha yang mencantumkan di neraca mancakup semua kewajiban klien kepada kreditur
pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan utang usaha dalam
tahun yang diaudit,auditor melakukan berbagai pengujian subtantif berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengujian analitik
Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
Konfirmasi utang usaha
Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca.
Utang Usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klient kepada kreditur pada
tanggal tersebut. untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha
yang dicantumkan dalam neraca,auditor melakukan pengujian subtantif berikut ini:
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
2. Konfirmasi piutang usaha
3. Rekonsiliasi utang yang tidak yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian dan
pengungkapan unsure-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip akuntansi
berterima umum. Pengujian subtantif pada utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu
tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh
klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian subtantif
untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah:
1. Kofirmasi utang usaha
2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya

3. Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntani berterima umum
yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


Program pengujian substantive terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan diatas. Tahap-tahap prosedur audit
dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat
rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Prosedur audit awal


Prosedur analitik
Pengujian terhadap transaksi rinci
Pengujian terhadap saldo akun rinci
Verifikasi terhadap penyajian dan pengukapan

Prosedur audit

Prosedur audit awal


1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun utang
usaha yang akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di
dalam neraca kesaldo akun utang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di
dalam buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa
dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
utang usaha
d. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas
kerja tahun yang lalu
e. Usut posting pendebitan akun utang usaha ke
dalam jurnal yang besangkutan
f. Lakukan rekonsiliasi akun control utang usaha
dalam buku besar ke buku pembantu utang
usaha.
Prosedur analitik
2. Lakukan prosedur analitik
a. Hitung ratio berikut ini:
1). Tingkat perputaran utang usaha
2). Ratio utang usaha dengan utang lancar
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan

Kertas Tgl
kerja
pelaksana
an

Pelaksanaa
n

harapan yang didasarkan pada data masa


lalu,data
industry,jumlah
yang
dianggarkan,atau data lain
c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya
yang sama tahun lalu atau biaya yang
dianggarkan untuk mendapatkan indikasi
kemungkinan adanya understatement utang
lancar.
Pengujian terhadap transaksi rinci
3. Periksa sampel transaksi utang usaha yang
tercatatke dokumen yang mendukung timbulnya
utang usaha.
a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke
dokumen pendukung:bukti kas keluar,laporan
penerimaan barang,surat order pembelian,atau
dokumen pendukung lain
b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke
dokumen pendukung: bukti kas masuk,memo
debit untuk retur pembelian.
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi
pembelian.
a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi
pembelian dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca.
5. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi
pengeluaran kas.
a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi
pembayaran utang usaha dalam mnggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.
6. Lakukan pencarian utang yang belum dicatat
a. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi
pengeluaran kas yang dicatat setelah tanggal
neraca
b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah
tanggal neraca
c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi
masuk
d. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut
bisnis klien

e. Lakukan review terhadap anggaran midal


(capital budget),perintah kerja (work order),dan
kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti
adanya utang yang belum dicatat.
Pengujian terhadap saldo akun rinci
7. Lakukan konfirmasi utang
a. Lakukan identifikasi penjual besar dengan mereview register bukti ks keluar atau buku
pembantu utang,arsip induk utang ,dan
kirimkan konfirmasi kepada kredituryang akun
utang klien kepadanyamemiliki karakteristik
berikut ini:
1). Bersaldo besar
2). Terdapat kegiatan pembelian yang luar
biasa
3). Bersaldo kecil atau nol
4). Bersaldo debit
b. Lakukan
penyelikikan
dan
sesuaikan
jikanterjadi perbedaan
c. Periksa
dokumen
yang
mendukung
pembayaran utang usaha setelah tanggal
neraca.
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak
dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari kreditur
Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
9. Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip
akuntansi berterima umum
a. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan
dengan utang usaha
c. Periksa pengungkapan yang bersangkutan
dengan utang non usaha
d. Mintalah
informasidari
klien
untuk
menemukan
komitmen
yang
belum
diungkapkan dan utang bersyarat dan perriksa
penjelasan yang bersangkutan dengan utang
tersebut.
Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan
bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan
akuntansi. Pada tahap berikutnya,dalam prosedur analitik,auditor mengumpulkan berbagai
ratio dan perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci diarahkan. Pada tahap tahap terakhir,auditor melaksanakan pengujian terhadap

transaksi dan saldo akun rinci,serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo
akun dalam laporan keuangan.

Prosedur Audit Awal


Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di
dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang bener-bener ada pada tanggal
neraca,auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di
neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar
auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca
didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan
enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha di
neraca denga catatan akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang
usaha yang tercantum di neraca didukung dengn catatan akuntansi yang dapat dipercaya
kebenaran mekanisme pencatatannya,maka saldo utang usaha yang dicantumkan di
neraca diusut kea kun buku besar berikut ini:
a. Utang usaha
Akun ini digunakan untuk menampung timbulnya utang usaha dari transaksi
pembelian berbagai golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan
menggunakan sistem bukti kas keluar dalam pengendalian kasnya,akun utang usaha
ini disebut dengan akun bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar.
b. Utang wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat berharga(berupa
sertifikat wesl) yang dipegang oleh kreditur sehingga kreditur dapat menjualnya
kepada pihak lain. Utang ini timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan
sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan:utang wesel berbunga dan utang
wesel tidak berbunga.
2. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian penghitungan saldo akun utang usaha,auditor menghitung kembali
saldo akun utang usaha dan utang wesel dengan cara menambah saldo awal dengan
jumlah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun
tersebut.
3. Uusut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Sebelum
auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun utang
usaha,ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut.untuk
mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo akun utang usaha ke kertas
kerja tahun yang lalu. Krtas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang
berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga
auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah di tempuh oleh klien dalam
menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.
4. Lakukan review terhadap mutase luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun utang usaha. Ketidak beresan dalam transaksi pembelian,pelunasan hutang
usaha dapat dapat di tentukan melalui review atas mutase luar biasa, baik dalam jumlah
maupun sumber postingan dalam akun utang usaha.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang
bersangkutan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutase penambahan dan
pengurangan utang usaha berasal dari jumlah- jumlah yang bersangkutan, pengkreditan
didalam akun utang usaha diusut kejurnal pembelian atau register bukti kas keluar dan
pengkreditan keakun tersebut kejurnal pengeluaran kas dan jurnal umum(untuk transaksi
retur pembelian).
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control utang
usaha di buku besar.Saldo akun control utang usaha dibuku besar tersebut kemudian
dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip buku
kas keluar yang belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatanakuntansi
klien yang bersangkutan dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantive utang usaha,pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio
berikut ini:
Ratio

Formula

Tingkat perputaran utang usaha

Pembelian + rerata utang usaha

Rasio utang usaha dengan utang lancar

Saldo utang usaha + utang lancar

Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan


auditor,misalnya
rasio
tahun
lalu,rerata
ratio
industry,atau
ratio
yang
dianggarkan.Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapakan : (1) peristiwa atau
ransaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi (3) perubahan usaha (4) fluktuasi acak (5)
salah saji.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci


Karena hamper semua saldo utang lancer,seperti utang usaha dan utang wesel,didukung
dengan dokumen yang berasal dari puhak luar,maka keberadaan saldo akun utangdan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung transaksi tersebut.Dalam
memverifikasi saldo utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaian dengan akun
tersebut,auditor memeriksa arsip bukti ks keluar yang belum dibayar ( open voucher file)
beserta dokumen pendukungnya seperti surat order pembelian,laporan penerimaan
barang,dan faktur dari pemasok.dalam memverifikasi utang wesel,meskipun sertifikat wesel
berada ditangan kreditur,namun biasanya klien,memiliki copy sertifikat wesel.Dengan
demikian verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan memeriksa copy
sertifikat wesel yang disimpan oleh klien,.Dalam memverifikasi keberadaan utang
bank,auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank untuk membuktikan
eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat kredit
dari jumlah pokok pinjaman,kekayaan yang dijaminkan serta tariff bunga.

Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit
dan didebitkan kedalam akun utang usaha berikut ini
a. Transaksi pembelian kredit
b. Transaksi retur pembelian
c. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha
Disamping itu,keandalan saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketetapan pisah batas
yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut.Oleh karena itu auditor
melakukan pengujian substantive terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit
akun utang usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan akun tersebut.

Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha ke


Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini di mulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian
dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:
1. Sampel akun debitur diperiksa transaksi mutasinya
2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.
Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung: buktikas keluar
(voucher), laporan penerimaan baran , dan surat order pembelian. Auditor mengambil sampel
transaksi yang di catat disebelah kredit akun kreditur yang dipilih dalam sampel, kemudian
melakukan prosedur sulit berikut ini:
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluarbeserta dokumen serta pendukungnya:
laporan penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order pembelian.
2. Memeriksa kelambatan dokumen yang mendukung buktimkas keluar
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data yang di posting kedalan akun kreditur berdasarkan buktu
kas keluar.
5. Memastikan bahwa semau bukti kas keluar yng disampel telah dicatat disebelah kredit
akun kreditur.
Pemriksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung : bukti kas keluar,memo
debit untuk retur pembelian.Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat sebalah debit
akun kreditur yang terpilih dalam sampel,kemudian melakukan prosedur audit berikut ini :
1. Mengambil arsip klien bukti kas keluar dan memo debit beserta pendukungnya : suratv
tagihan,atau kuitansi dari kreditur ,dan laporan pengriman barang ( untuk retur
pembelian ).
2. Memerika kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar dan mem,o debit.
3. Memeriksa kesesuain data yng tercantum dalam bukti kas keluar dan dari memo debit
dan dokumen pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data ang di-posting kedalam kaun kreditur berdasarkan bukti kas
keluar dan memo debit.

5. Memastikan bahwa semua bukti kas kelur dan memo debit yang disampel telh dicatat
disebelah debit kun kreditur.

Lakukan Verifikasi Pisah Batas (cut off) Transaksi Pembelian dan Retur
Pembelain
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan
pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian
yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Jika klien
tidak menggunakan pisah batas yang konsisten ,akibatnya adalah transaksi pembelian yang
seharusnya diakui sebagai unsure penetuan kos barang yngh dijual (cost off good soid )
taebagai unsure hun berikutnya,dicatat oleh klien sebagai kos barang yang dijual tahun
berikutnya.DEngan demikian jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal pisah
batas,perhituga n rugi laba tahun yang diaudit akan berpengaruh langsung.Oleh karena
itu,auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan retue pembelian,serta
transksi pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha yang terjadi dalam beberap minggu
sebelum dan sesudah tanggal neraca,utuk menentukan perlakuan yang tepat terhadap
penfkuan kos barang yang dijual dan pencatatan transaksi penguragan utang usaha.
Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dsalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.Untuk membuktikan bahwa klien
mengguakan pisah batas yang konsisten tehadap transaksi pembelian,uditor memeriksa bukti
ka keluar dan dokumen pendukungnya yang dibuat dan ducatat oleh klien dalam periode
sebelum da sesudah tanggal neraca.
Dengan membandingkan tanggal buktu kas kel;uar ,faktur p0embelian dari kreditur
tanggal penerimaan baranh.dan syarat pembelian yang digunakan,auditor dapat
membuktikanapakah transksi mpembelian dan timbulnya utang yang terjadi dalam periode
sebelum dan sesudah tanggal nerca,telah dicatat dalam periopde akuntansi yang seharusnya.
Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan
ketepatan pisah batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas
kepada kreditur, auditor memeriksa dokumen bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas
dari kreditur yang dipakai sebagai basis pencatatan kedalam kartu utang. Dari pemeriksaan
ini auditor dapat membuktikan ketepatan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat
pengurangan utang usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.
Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas. Untuk membuktikan
ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan obserpasi terhadap semua
cek yang dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan ketepan
pencatatan pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.
Periksa adnya utang usaha yang dicatat
Sebagaimana telah diuraikan dalm karakteristik utang usaha, klien memiliki
kecenderungan untuk melakukan understement utang usaha dengan cara tidak mencatat
kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh karena itu, focus auditor dalam pengujian
substantive terhadap utang usaha adalah menemukan adanya unrecorded transaction yang
berkaitan dengan utang usaha.

Utang yang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini:
1. Adanya dokumen dokumen misalnya (surat order pembelian, dan faktur pembelian dari
pemasok)yang belum diproses untuk pembayaranpada tanggal neraca,dan baru
dibuatkanbukti kas keluarsetelah tanggal neraca.
2. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca,namun faktur dari pemasok
baru diterima setelah tanggal neraca
3. Klien menggunakan basis tunai(cash basis) dalam melaksanakan system bukti kas
keluarnya (voucher system)
4. Adanya jasa yang telah dinikati oleh klien sebelum tanggal neraca,namun penjual jasa
baru menagih harga jasa tersebut setelah tanggal neraca (musalnya biaya iklan bulan
oktober sampai dengan desember,baru ditagih oleh perusahaan surat kabar bulan januari
thun berikutnya).

Prosedur audit untuk menemukan adanya uang yang belum dicatat pada tanggal
neraca :
1. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tanggl neraca.seperti telah dikemukakan diatas,pemeriksaan dokumen yang mendukung
pembayaran utang lancer setealah tanggal neraca merupakan salah satu prosedur udit
untuk membuktikan eksistensi keberadaan utang lancar pada tanggal neraca.Disamping
itu,prosedur audti ini dapat pula digunakan untuk menemukan adanya utang yang belum
dicatat pada tanggal neraca.jika perusahaan menggunakan letgerless bookeping periksa
arsip bukti kas keluar yang telah dibayar (paid voucher file) dan pilihlah bukti kas keluar
yang dibayar setelah tanggal neraca.Periksa bukti pendukungnya mengenai kemungkinan
adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.sebagai contoh.darimpemeriksaan
terhadap bukti kas keluar yang dibayat setelah tanggal neraca dan laporan penerimaan
barang yang nmelampiri bukti kas keluar tersebut dapat diketahui bahwa barang ye;ah
diterima oleh klien sebelum tanggal neraca,sehinnga pembayara tersebut erupakan
pembayaran utang yang ada pada tanggal neraca.Karena bukti kas keluar tersebut baru
dibuat setelah tanggal neraca,maka utang tersebut seharusnya merupaka kewajiban klien
yang pada tanggal neraca belum dicatat.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setalah tanggal neraca.umtuk menemukan adanya
utang yang belum dicatat pada tanggal neraca,auditor dapat memeriksa bukti kas keluar
yang dibuat setelah tanggal neraca,dengan memriksa dokumen yang mendukung bukti
nkas keluar tersebut ,auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabiltyies
3. Periksa catatan sediaan barang yang konsinyasi masuk.jika klien menjual barang titipan
milk perusahaan lain,pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat
menunjukkan berapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual,namun oleh klien belum
dukirimkan hasil penjualannya kepada perisahaan yang menitip[kan barang
tersebut.Jumlah tyersebut merupakan utang klien kepada perusahaan titip barang.
4. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien .kemungkian klien
mempunyai kewajiban pajak yang belum dikaui dalam catatan akuntansinya poada
tanggal neraca.untuk menemukan hal ini,auditor harus memahami peraturan perpajakn
yang menimbulkan kewajiban pajak bagi klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget) perintah kerja (werk
order),dan kontark pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum
dicatat.Dengan mereview berbagao dokumen tersebut,auditor akan dapat menemukan

kewajiban sehubungan dengan pembagian aktiva tetap,perintah kerja,dan kontrak


pembangunan,yang te;ah menjadi kewajiban klien pada tanggal neraca,namun belum
dicatat dan disajikan oleh klien.
Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal neraca belum dicatat dan
tidak disajiak dineraca ,ada dua jalan yang dapat ditempuh ioleh auditor,yaitu : (1)
mengusulkan adjustment kepada klien untuk mencatat utang tersebut, (2) tidak mengusulkan
adjustment kepada klien,dan membiarkan utang tersebut tetap tidak tercatat.Kriteria yang
umumnya dipakai oleh auditor un tuk memutuskan apaka akan memgusulkan adjustment
mengenai utang yang belum dicatat tersebut adalah :
1. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut penentuan laba rugi didalam tahun yang
daudit kan berpengaruh secara m,aterial ?jika jawabannya iya,maka auditor harus
mengusulakan kepada klien un tuk mencatat utabg yang belum dicatat tersebut.
2. Apakah dengan tidak dicatatnaya utang tersebut akan memp[engaruhi jumlah modal
kerja secara material ? jika jawanannya iya maka auditor harus mengusulajkan jurnal
adjustment untuk mencatat utang tersebut.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana auditor
memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca,
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp 10 M dan laba menurut perhitungan
peruhaan sebesar Rp 500 juta
Kasus 1
Auditor menemukn sebuah faktur sebesar Rp 7.000.000 bertanggal 30 desember 20 X 2
dengan syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah dikirim oleh pemasok pada
tanggal 30 desember 20 X 2 tetapi baru diterima oleh klien pada tanggal 4 januari 20 X 3 dan
dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 4 januari 20 X 3
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal nerac seperti kasus 1
auditor tidak akan mengusulkan jurnal adjustment untuk mencatat utang karena jika utang
tersebut diusulkan untuk di anjust maka jurnal udjustmennya adalah sebagai berikut:
Pembelian
Utang usaha

Rp 7.000.000
Rp 7.000.000

Jurnal ini tidak akn mempengaruhi modalnal ini tidak akn mempengaruhi modal kerja
bersih dan tidak mempengaruhi laba bersih tahun 20X2
Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp 20.000.000 bertanggal 30
desember 20x2 dengan syarat pembelian FOB shipping point.Barang telah diterima pada
tanggal 31 desember 20X2 dan telah di ikutsertakan dalam perhitugan fisik sediaan pada
tanggal neraca tersebut.faktur baru diterima oleh klien pada tanggal 8 januari 20X3 dan
dicatat sebagai yransaksi pembelian tahun 20X3

Jika auditor menemukan utang yang elum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 2
tersebut,dia akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk mencatat utang tersebut
karena ;
1. Pembelian dicatat terlalu rendah,seingga mengakibatkan kos barang yang dijual ( cost off
good sold) yang disajikan oleh klien terlalu rendah dan laba bersih tahun 20X2 dihitung
terlalu tinggi.
2. Sediaan telah dicatat dari hasil penghitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha belum
dicatat, sehingg hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada tanggal neraca terlalu
tinggi
Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp 70.000.000, bertanggal 30 desember 20X2
diterima oleh klien pada tanggal 15 januari 20X3.aktiva tetap telah diterima oleh klien pada
tanggal 31 desember 20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal neraca akibatnya
adalah modal kerja bersih akan terpengaruh,teta[I tidak mempengaruhi laba klien.Umumnya
dalam menghadapi utang ini,auditor tidak menyarankan jurnakl adjustment.
Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp 15.000.000, bertanggal 31 desember 20X2 untuk
biaya bulan oktober November dan Desember 20X2 .Jika utang ini tidak dicatat akibatnya
adalah penetuan laba terlalu tinggi dan modal kerja ersih terlalu besar.auditor akan
mengusulkan jurnal adjument untuk mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal neraca.

Pengujian saldo terhadap akun rinci


Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi :
a.
b.
c.
d.

Keberadaan atau keterjadian


Kelengkapan
Kewajiban
Penyajian dan pengungkapan

Keberadaan,kelengkapan,kewajiban,serta penyajian dan pengungkapan utang usaha


dineraca oleh auditor dengan mengirimkan surat informasi kepada debitur dan rekonsiliasi
utang usaha yang tidak dikonfirmasi kepernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien
dari kreditur.
Lakukan konfirmasi Utang Usaha
Konfirmasi dlam pengujian substantive terhadap utang usaha merupakan prosedur yang
tidak harus ditempuh ( bukan merupakan mandatory procedure) seperti halnya dengan
konfirmasi piutang usaha.ada tiga sebab mengapa prosedur konfirmasi bukan merupakan
mandatory procedure dalam pengujian substantive terhadap utang usaha.
1. Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah untuk menemukan
adanya uncorded liabilities. Konfirmasi utang usaha di dasarkan pada utang usaha yang
telah tercatat, sehingga konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang usaha yang
belum dicatat pada tanggal neraca.

2. Konfirmasi dilakukan untuk mem[eroleh bukti dari pihak luar yang dapat dipercaya.
Dalam pengujian substantif terhadap utang usaha, auditor dapat memperoleh bukti-bukti
dari pihak luar, seperti faktur dari pemasok dan pernyataan piutang dari kreditur.
3. Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah di bayar oleh klien
sebelum auditor menyelesaikan pekerjaan lapangannya. Pembayaran ini merupakan bukti
adanya utang usaha pada tanggal neraca.
Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika dua kondisi berikut ini
terdapat di dalam perusahaan yang diaudit, yaitu :
1. Pengendalian terhadap utang usaha lemah.
2. Dalam pengujian substantif tidak dapat dijumpai adanya pernyataan piutang dari
kreditur.

Jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang dipilih untuk
dikirimi surat konfirmasi adalah :
1. Kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien dalam tahun yang diaudit.
2. Kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya.
3. Krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara
induk dengan anak perusahaan).
Contoh surat konfirmasi utang usaha dilukiskan pada gambar 16.3.
Kepada PT Eliona
Jln sawa CT VIII/94 karanggayam
Yogyakarta
Kami minta dengan hormat saudara mengirimkan kepada akuntan publik kami, Rimendi &
Rekan, pernyataan rinci mengenai jumlah utang kami kepada saudara per 31 desember 20X2
berikut ini :
Jumlah utang kami yang belum jatuh tempo

Rp.

xxx

Jumlah utang kami yang sudah jatuh tempo

xxx

Jumlah komitmen pembelian

xxx

Jumlah surat berharga yang saudara pegang sebagai


jaminan utang kami
jawaban segera atas surat kami ini sangat kami harapkan. Terima kasih.

Oki Sasongko
Direktur Keuangan

xxx

Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran Utang Usaha Setelah


Tanggal Neraca
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan petunjuk
mengenai keberadaan kewajiban klien tersebut. Oleh karena itu, untuk membuktikan
keberadaan utang usaha pada tanggal neraca, auditor melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal
neraca, yang dicatat dalam register cek.dengan pemeriksaan dokumen pendukung transaksi
pembayaran utang usaha yang dicatat dalam register cek tersebut, auditor dapat memperoleh
keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya utang
usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.

Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi Ke Pernyataan Piutang


Bulanan Yang Diterima oleh Klien dari Kreditur
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi keberadaannya
melalui rekonsiliasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataan piutang (account
receivable statement) yang diterima secara bulanan dari kreditur. Dari rekonsiliasi ini, auditor
dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di neraca benar-benar ada
dan adanya utang usaha yang tidak dicatat tanggal neraca.

Verivikasi Penyajian Dan Pengungkapan


Periksa Klasifikasi Utang Di Neraca
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika
jumlahnya material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan :
1. Utang usaha kepada kreditur usaha
2. Utang usaha kepada perusahaan afiliasi, dan
3. Utang usaha kepada direksi, pemegang sahamutama, manager, dan karyawan
perusahaan.
Auditor harus memeriksa saldo debit akun utang usaha dan jika perlu melakukan jurnal
penggolongan kembali. Saldo debit utang usaha dapat terjadi karena klien membayarkan
persekot pembelian dan mencatat persekot ini dengan cara mendebit akun utang. Saldo debit
akun utang usaha juga dapat timbul karena adanya retur pembelian. Jika jumlahnya material,
saldo debit akun utang usaha ini harus dikelompokkan sebagai unsur aktiva lancar, tidak
boleh dikurangkan dari utang usaha. Oleh karena itu, audiroe berkewajiban menggolongkan
kembali akun utang usaha yang bersaldo debit besar ke dalam kelompok aktiva lancar. Utang
usaha harus di sajikan secara terpisah dari utang nonusaha. Jika klien mempunyai komitmen
yang akan menimbulkan kewajiban dalam periode akuntansi berikutnya, ia harus
mengungkapkan mengenai hal ini di neraca. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo
harus di golongkan ke dalam kelompok utang lancar.
Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Utang Nonusaha

Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar
(misalnya dari dana pelunasan utang jangka panjang/sinking fund), maka jumlah hutang inii
tetap disajikan di neraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk
menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan (modal
kerja).
Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca
atau dalam penjelasan laporan keuangan. Begitu pula aktiva yang dijaminkan dalam utang
usaha harus diungkapkan secara memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan dalam jumlah
bersih setelah dikurangi dengan trade discounts. Potongan tunai dapat dikurangkan atau dapat
pula tidak dikurangkan dari utang usaha, tergantung atas prosedur pencatatan utang usaha
yang digunakan oleh klien.

Mintalah Informais dari Klien untuk Menemukan Komitmen yang Belum


Diungkapkan dan Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan
Utang Tersebut
Sebenarnya kewajiban perusahaan tidak hanya terdiri dari utang yang nyata telah terjadi,
tetapi juga meliputi kewajiban yang secara potensial akan terjadi, yang berupa komitmen dan
utang bersyarat. Pemakai laporan keuangan berkepentingan untuk mengetahui informasi
mengenai komitmen yang telah dibuat oleh klien dan kewajiban bersyarat yang ada pada
tanggal neraca, di samping informasi mengenai utang yang benar-benar telah merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tersebut. Oleh karena itu, dalam pengujian substantif
terhadap utang usaha, auditor berkewajiban untuk menentukan ada atau tidaknya komitmen
yang tidak diungkapkan dan utang bersyarat pada tanggal neraca, dan jika ada, apakah klien
telah mengungkapkan secara memadai mengenai utang tresebut.
Utang bersyarat (contingent liabilities) merupakan kewajiban potensial yang mempunyai
kemungkinan akan sungguh-sungguh menjadi utang atau dapat diselesaikan tanpa
pengeluaran uang di masa yang akan datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang
belum dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities). unrecorded liabilities ini pada
tanggal neraca sudah benar-benar merupakan kewajiban perusahaan, tetapi belum dicatat. Di
lain pihak, pada tanggal neraca utang bersyarat belum merupakan kewajiban. Apakah suatu
utang bersyarat akan menjadi utang atau tidak, sangat tergantung dari kejadian di masa yang
akan datang. Setelah tanggal neraca, utang bersyarat dapat benar-benar menjadi utang, tetapi
dapat juga tidak.
Contoh utang bersyarat adalah piutang wesel yang didiskontokan ke bank. Jika klien
menjual wesel tagiih ke bank beberapa hari menjelang tanggal neraca, maka pada tnggal
neraca klien mempunyai utang bersyarat. Jika pihak yang mengeluarkan wesel gagal
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo wesel, maka bank akan menagih nominal
wesel tersebut kepada klien. Dengan demikian, pada tanggal neraca klien mempunyai utang
bersyarat, yaitu kewajiban yang potensial akan menjadi utang, jika pihak yang mengeluarkan
wesel tidak dapat melunasi kewajiban pada saatnya. Contoh lain utang bersyarat adalah :
biaya/denda pengadilan, tambahan pengenaan pajak, klaim dari pembeli, biaya produk yang
dijual dengan garansi.

Utang bersyarat ini harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara berikut
ini :
1. Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam kelompok utang lancar
jumlah utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang yang lain.
2. Utang bersyarat dicanntumkan dibawah judul utang bersyarat di neraca. Jumlah utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar.
3. Jika memerlukan penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian
penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement).
Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap
utang tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini :
1. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
2. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
3. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien.
4. Kirimkan konfirmasi ke bank.
5. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan dapat menunjukkan kontrak-kontrak
penting yang akan di tandatangani oleh klien, perkara pengadilan yang melibatkan klien,
keputusan-keputusan yang menyangkut anak perusahaan, yang kesemuanya ini berpotensi
akan menimbulkan utang bersyarat.
Periksa kontrak-kontrak pembelian,penjualan,dan kontrak yang lain. Setiap kontrak yang
ditandatangani oleh klien menimbulkan komitmen (kesanggupan, keterikatan) di pihak klien
untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang seperti yang tretulis di dalam kontrak. Di
dalam kontrak pembelian misalnya, klien mempunyai komitmen untuk melakukan pembelian
sediaan di masa yang akan datang sejumlah dan pada harga yang telah disetujui di dalam
kontrak. Komitmen lain adalah antara lain : kontrak pembangunan pabrik dan gedung,
program pensiun atau program pembagian laba, kontrak karya jangka panjang dengan
karyawan inti. Semua komitmen yang melibatkanjumlahrupiah yang material perlu dijelaskan
di bagian penjelasan laporan keuangan di bawah judul utang bersyarat.
Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien. Informasi yang diperlukan dari pengacara klien meliputi :
1. Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien yang ditangani oleh pengacara yang
bersangkutan.
2. Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan pengadilan yang tidak menguntungkan
klien akibat perkara yang digambarkan tersebut.
3. Suatu taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien akibat perkara pengadilan
ttersebut atau suatu pernyataan dari pengacara bahwa taksiran kerugian tidak mungkin
dilakukan oleh pengacara.
4. Suatu pernyataan jumlah honorarium pengacara yang belum ditagih.
Kirimkan informasi ke bank. Seperti terlihat di dalam contoh konfirmasi bank pada
gambar 14.7, auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban bersyarat yang
menjadi tanggungjawab klien pada tangal neraca.

Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan. Arsip korespondensi klien
dengan lembaga keuangan akan memberikan informasi mengenai persetujuan pemberian
jaminan terhadap utang yang ditarik oleh perusahaan lain dan penjualan piutang usaha.
Kedua jenis transaksi tresebu mempunyai kemungkinan menimbulkan kewajiban bagi klien,
jika perusahaan yang dijamin atau kreditur tidak memenuhi kewajiban kepada lembaga
keuangan.

B.PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG


JANGKA PANJANG
DESKRIPSI UTANG JANGKA PANJANG
Utang jangka panjanjg adalah kewajiban sekarang yang timbul dari kegiatan atau
transaksi yang lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu tahun ditinjau dari tanggal neraca.
Contoh kewajiban yang termasuk dalam kelompok utang jangka panjang adalah utang jangka
panjang dari bank (berupa kredit investasi),utang obligasi, utang kepada induk perusahaan,
utang sewa jangka panjang, utang pension, utang wesel jangka panjang.
Utang jangka panjang merupakan alternative pembelanjaan perusahaan di samping
penarikan tambahan penyertaan dari pemegang saham dan penggunaan laba yang diperoleh
dari usaha perusahaan. Utang jangka panjanjg timbul dari penarikan utang dari bank atau
lembaga keuangan lain atau dari pengeluaran obligasi. Umumnya cara yang digunakan oleh
perusahaan untuk membelanjai kegiatannya adalah dengan (1) menjual saham; (2)
menggunakan laba hasil kegiatan usaha perusahaan; dan (3) menarik utang jangka pendek
atau utang jangka panjang. Ada beberapa alas an mengapa perusahaan memilih cara
pembelanjaan kegiatannya dengan menarik utang jangka panjang.
1. Seringkali perusahaan tidak dapat melunasi utang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya, sehingga alternative yang masih menguntungkan untuk
dipilih adalah dengan menarik utang jangka panjang guna melunasi utang jangka
pendeknya tersebut;
2. Utang jangka panjang seringkali timbul sebagai akibat dari kebutuhan dana yang besar,
yang pemegang saham tidak menghendaki pemenuhannya dengan menambah saham
yang beredar. Biasanya hal ini terjadi biaya bunga diperkirakan akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan taksiran tingkat laba yang akan diperoleh dari penggunaan
tambahan dana tersebut;
3. Kemungkinan pemenuhan kebutuhan dana akan lebih murah bila diperoleh dari
penarikan utang jangka panjang karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam
perhitungan pajak penghasilan, sedangkan deviden yang dibayarkan kepada pemegang
saham tidak dapat diperlakukan sebagai biaya dalam laporan rugi laba, sehingga tidap
dapat mengurangi besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan;
4. Seringkali lebih menguntungkan jika aktiva tetap diperoleh dengan cara menyewa (lease)
daripada membeli.
Penarikan utang jangka panjang didasari dengan suatu surang perjanjian antara kreditur
dengan debitur, yang biasanya memuat berbagai pasal yang mengatur mengenai penggunaan
dana, batasan-batasan yang dikenakan oleh kreditur kepada debitur, jaminan, asuransi
terhadap aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang tersebut, pelunsaan pokok penjualan,
pembayaran bunga, penyelesaian yang dikehendaki kedua belah pihak jika debitur gagal
dalam memenuhi kewajibannya pda saat pada saat utang tersebut jatuh tempo, dan lain-lain

persyaratan. Dengan demikian kreditur berkepentingan terhadap laporan audit mengenai


informasi apakah debiturnya memenuhi semua pasal yang tercantum dalam surat perjanjian
penarikan utang jangka panjang tersebut. Oleh karena itu, dalam pengujian substantif
terhadap utang jangka panjang kliennya mematuhi semua pasal yang tercantum dalam surat
perjanjian penarikan utang jangka panjang yang telah disepakati oleh klien dan krediturnya.

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN


UTANG JANGKA PANJANG DI NERACA
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap utang jangka panjag, perlu lebih
diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian utang jangka
panjang di neraca berikut:
1. Utang jangka panjang harus dijelaskan dengan cukup dalam neraca. Setiap Jenis utang
jangka panjang harus disajikan secara terpisah di dalam neraca dan diberi catatan kaki
yang cukup jika hal ini diperlukan. Penjelasan yang bersangkutan dengan utang jangka
panjang meliputi: nama utang, jumlah utang yang disetujui, jumlah utang yang telah
ditarik, tanggal jatuh tempop, tarif bunga, pembatasan daam pembagian deviden,
keharusan mempertahankan jumlah modal kerja tertentu, dan penjelasan jumlah dan jenis
aktiva yang dijaminkan;
2. Umumnya utang jangka panjang dipisahkan menjadi dua kelompok: utang jangka
panjang yang ditarik dengan perjanjian tertulis dan utang jangka panjang yang tidak
disertai dengan perjanjian tertulis. Contoh kelompok pertama adalah utang bank dan
utang obligasi, sedangkan contoh kelompok ke dua adalah pengkreditan yang
ditangguhkan (deferred credits), jaminan dari pelanggan (customers deposit), utang
garansi produk;
3. Utang obligasi dapat disajikan dalam neraca pada nilai nominalnnya, dan dicantumkan
pula tanggal jatuh tempo serta tariff bunganya. Alternatif lain adalah utang obligasi
disajikan pada nilai nominalnnya ditambah dengan premi obligasi yang belum
diamortisasi atau dikurangi dengan diskonto obligasi yang belum diamortisasi;
4. Obligasi yang dilunasi, yang dibeli sebagai tresuri bond, dan yang belum dikeluarkan
lagi, harus disajikan dalam neraca sebagai pengurang jumlah obligasi yang diizinkan
untuk dikeluarkan (authorized bond) sebesar nilai nominalnya. Treasury bond tidak
disajikan sebagai bond.

TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA


PANJANG
Tujuan pengujian substantif terhadap utang jangka panjang adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkuran utang
jangka panjang;

2. Membuktikan bahwa saldo utang jangka panjang mencerminkan kepentingan kreditur


yang ada pada tanggal neraca dan mencerminkan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan utang jangka panjang selama tahun yang diaudit;
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun yang diaudit dan
kelengkapan saldo utang jangka panjang yang disajikan di neraca;
4. Membuktikan bahwa utang jangka panjang yang dicantumkan di neraca merupakan
klaim kreditur terhadap aktiva entitas;
5. Membuktikan kewajaran penilaian utang jangka panjang yang dicantumkan di neraca;
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di neraca.
Rerangka tujuan substantif terhadap utang jangka panjang dilukiskan pada Gambar
23.1. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian substansif terhadap utang
jangka panjang adalah membuktikan bahwa saldo akun Utang Jangka Panjang dan akun
penilaiannya (valuation accounts) yang dicantumkan di nerac mencerminkan Saldo akun
Utang Jangka Panjang Bank, akun Utang Obligasi, akun Premi dan Diskonto Obligasi, akun
Utang Wesel Jangka Panjang, akun Utang Sewa, akun Utang pension, yang sesungguhnya
pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif
yang digolongkan ke dalam lima kelompok: (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3)
pengujian terhadap transaksi rinci, (4) pengujian terhadap akun rinci, (5) verifikasi terhadap
penyajian dan pengungkapan. Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan
untuk memverifikasi lima asersi manajemen (1) keberadaan atau keterjadian, (2)
kelengkapan, (3) penilaian, (4)kewajiban, (5) penyajian dan pengungkapan.
Reangka tujuan pengujian substantif terhadap utang jangka panjang dilukiskan pada
gambar 23.1.
Memperoleh keyakinan terntang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan utang jangka panjang. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran
saldo utang jangka panjang yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang
jangka panjang yang disajikan di dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi
antara saldo utang jangka panjang bank, utang obligasi, premi dan diskonto obligasi, utang
sewa, utang pension, yang dicantumkan di neraca dengan akun Utang Jangka Panjang Bank,
akun Utang Obligasi, akun Utang Premi dan Diskonto Obligasi, dan Utang Wesel Jangka
Panjang, akun Utang Sewa, akun Utang Pensiun di dalam buku besar dan selanjutnya ke
jurnal penerimaan kas, check register.
Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian utang jangka panjang yang dicantumkan
di neraca. Auditor membuktikan apakah saldo utang jangka panjang mencerminkan
kepentingan kreditur yang ada pada tanggal neraca dan mencerminkan keterjadian transaksi
yang berkaitang dengan utang jangka panjang selama tahun yang diaudit. Untuk mencapai
tujuan tersebut, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik;
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang dan
biaya bunga;

3. Review tehadap otorisasi dan kontrak penarikan utang jangka panjag;


4. Konfirmasi dari kreditur dan bond trustee.
Membuktikan asersi kelengkapan utang jangka panjang yang dicantumkan di neraca.
Untuk membuktikan bahwa utang jangka panjang yang dicantumkan di neraca mencakup
semua kepentingan kreditur terhadap aktiva entitas pada tanggal neraca dan mencakup semua
transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang dalam tahun yang diaudit, auditor
melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik;
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang dan
biaya bunga;
3. Review terhadap perjanjian utang jangka panjang dan pelajari pasal-pasal yang terdapat
di dalamnya;

4. Konfirmasi dari kreditur dan bond trustee.

Penilaian
Keberadaan
atau
keterjadian

kelengkap
an

Saldo Akun Utang


Jangka Panjang yang
Sesungguhnya

Kewajiba
n

Penyajian
dan
pengungkap

Saldo Utang jangka


Panjang yang
Disajikan dalam
Laporan Keuangan

Prosedur
Analitik
Prosedur
Audit
Awal

Pengujian
terhadap Akun
Rinci

Pengujian
terhadap
Transaksi Rinci

Pengujian
Penyajian dan
Pengungkapan

Gambar 23.1 Rerangka Tujuan Pengujian Substantif Terhadap


Utang Jangka Panjang dan Prosedur Audit
Membuktikan asersi klaim kreditur atas aktiva entitas pada tanggal neraca. Untuk
membuktikan klaim kreditur atas aktiva entitas pada tanggal neraca, auditor melakukan
pengujian substantif berikut ini:
1. Pemerikasaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang
dan biaya dan bunga;
2. Review terhadap perjanjian utang jangka panjang dan pelajari pasal-pasal yang terdapat
di dalamnya;
3. Konfirmasi dari kreditur dan bond trustee.
Membuktikan asersi penilaian utang jangka panjang yang dicantumkan di neraca. Seperti
tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, akun Utang Jangka Panjang
Bank, akun Utang Obligasi, akun Utang Premi dan Diskonto Obligasi, dan Utang Wesel
Jangka Panjang, akun Utang Sewa, akun Utang Pensiun harus disajikan di dalam neraca
dengan penjelasan tertentu sebagaimana diatur dalam prinsip akuntansi tersebut. Dengan
demikian untuk membuktikan asersi penilaian utang jangka panjang yang dicantumkan di
neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1. Prosedur audit awal;
2. Pengujian analitik;
3. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dnegan utang jangka panjang dan
biaya bunga
4. Review terhadap perjanjian utang jangka panjang dan pelajari pasal-pasal yg terdapat di
dalamnya
5. Konfirmasi dari kreditur dan bond trustee
6. Penghitungan kembali biaya bunga

Membuktikan Asersi Penyajian dan Pengungkapan Utang Jangka Panjang di Neraca


Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus di dasarkan pada
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Pengujian substantif terhadap utang jangka
panjang diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang
jangka panjang telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Satu-satunya pengujian subsantif untuk
membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di neraca adalah
dengan membandingkan penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di neraca yang
di audit dengan prinsip akuntansi berterima umum melalui berbagai prosedur berikut ini:
1. Review terhadap perjanjian utang jangka panjang dan pelajari pasal-pasal yg terdapat di
dalamnya
2. Pemeriksaan terhadap klasifikasi utang jangka panjang yang segera jatu tempo di dalam
neraca
3. Pemeriksaan terhadap pengungkapan yang bersangkutan dengan utang jangka panjang

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA


PANJANG
Program pengujian substantif terhadap utang jangka panjang berisi prosedur audit
yang dirancang untuk mencapai tujnuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Oleh
karena itu pada gambar 23.2, berbagai prosedur audit di klasifikasikan sesuai dengan tujuan
audit terhadap utang jangka panjang tersebut.
Program audit

Tgl.
Pelaksan
Kertas Kerja - aan

Prosedur audit awal


1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun utang usaha yg
akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo utang jangka panjang yang tercantum di dalam
neraca
ke saldo akun utang jangka panjang yang
bersangkutan di dalam buku besar
b. Hitung kembali saldo akun utang jangka panjang di dalam
buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah
dan sumber posting dalam akun jangka panjang
d. Usut saldo awal akun utang jangka panjang ke kertas kerja
tahun yang lalu
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang jangka
panjang ke dalam jurnal yg bersangkutan

Pelaksan
a

Pengujian Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
a. Hitung ratio berikut ini
Utang dengan total aktiva
Utang dengan modal
Time interest earned
Biaya bunga dengan utang
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yg
di dasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
3. Usut penerimaan uang dari penarikan utang jangka panjang
4. Mintalah konfirmasi mengenai utang jangka panjang dari bank
dan trust company
5. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran
bunga
6. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran
pokok pinjaman
7. Periksa aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka
panjang
8. Periksa polis asuransi aktiva yg dijaminkan dalam penarikan
utang jangka panjang
9. Periksa kepatuhan klien terhadap batasan-batasan yg dikenakan
oleh kreditur
10. Periksa dokumen yang mendukung transaksi treasury Bond
11. Verifikasi perhitungan bunga, amortisasi premi dan diskonto
obligasi, dan utang bunga obligasi
Pengujian terhadap akun rinci
12. Minta atau buatlah daftar utang jangka panjang
13. Minta dan pelajari copy trust indenture dan surat perjanjian
penarikan kredit jangka panjang
14. Periksalah kesesuaian penilaian utang jangka panjang dengan
prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia
15. Hitung kembali amortisasi premi obligasi dan diskonto obligasi
Verifikasi penyajian dan pengungkapan

16. Periksa klasifikasi utang jangka panjang yang segera jatuh


tempo di dalam neraca
17. Mintalah perjanjian utang jangka panjang dan pelajari pasalpasal yang terdapat didalamnya
18. Perisa penjelasan yang bersangkutan dengan utang jangka
panjang
Gambar 23.2 Program audit dalam Pengujian Substantif terhadap Utang Jangka
Panjang
Prosedur Audit Awal Utang Jangka Panjang
Sebelum membuktikan apaka saldo utang jangka panjang yg dicantumkan oleh klien di
dalam neracanya sesuai dengan utang jangka panjang yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang jangka panjang yang
dicantumkan di dalam neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini
perlu dilakukan untuk agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi ekuitas
pemegang saham yang dicantumkan di dalam neraca didukung oleh catatan akuntansi yg
dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan prosedur audit awal yang terdiri dari
lima prosedur audit berikut ini:
1. Usut saldo utang jangka panjang ysng tercsntum di neraca ke saldo akun utang jangka
panjang yg bersangkutan dalam buku besar
2. Hitung kembali saldo akun utang jangka panjang di dalam buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasadalam jumlah dan sumber posting dalam akun
utang jangka panjang
4. Usut saldo awal akun utang jangka panjang ke kertas kerja tahun yg lalu
5. Usut posting pengkreditan dan pendebitan akun utang jangka panjang ke dalam jurnal yg
bersangkutan
Rerangka prosedur audit awal yang diterapkan dalam pengujian substantif terhadap utang
jangka panjang adalah sama dengan yang dilukiskan dalam gambar 14. Prosedur audit awal
dalam pengujian substantif atas akun yg disajikan dalam laporan keuangan. Berikut ini
diuraikan lebih rinci prosedur audit awal dalam pengujian substantif terhadap utang jangka
panjang.
Usut saldo utang jangka panjang yg tercantum di dalam neraca ke saldo akun utang
jangka panjang yang bersngkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan bahwa
saldo utang jangka panjang yg tercantum di dalam neraca di dukukng dengan catatan
akuntansi yg dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo utang jangka
panjang yg dicantumkan di dalam neraca diusut kea kun buku besar berikut ini:

Utang jangka panjang bank

Merupakan akun yang digunakan untuk


menampung transaksi timbulnya dan
pelunasan utang jangka panjang dari
penarikan kredit jangka panjang bank

Utang obligasi

Merupakan akun yang digunakan untuk


mencatat
pengeluaran
obligasi
dan
pelunasannya

Premi dan diskonto obligasi

Merupakan akun penilai untuk menngurangi


nilai nominal utang obligasi menjadi saldo
utang obligasi bersih

Utang wesel jangka panjang

Utang sewa

Utang pensiun

Merupakan akun untuk mencatat timbulnya


utang
wesel
jangka
panjang
dan
pelunasannya
Merupakan akun untuk mencatat timbulnya
kewajiban sewa dalam transaksi leasing dan
pelunasannya
Merupakan akun untuk mencatat kewajiban
pembayaran pension kepada karyawan dan
pelunasannya

Hitung kembali saldo akun utang jangka panjang di dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun utanag
jangka panjang, auditor menghitung kembali saldo akun utang jangka panjang dengan cara
menambah saldo awal dengan julah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah
pendebitan tiap-tiap akun tersebut.
Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun utang jangka panjang
Ketidak beresan dalam transaksi penarikan utang jangka panjang, pembayaran angsuran
dan pelunasannya dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah
maupun sumber posting dalam akun utang jangka panjang bank, utang obligasi, premi dan
dsikonto obligasi, utang wesel jangka panjang, utang sewa, utang pensiun.
Usut saldo awal akun utang jangka panjang ke kertas kerja tahun yg lalu
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun
ekuitas pemegang saham, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua
akun-akun: utang jangka panjang bank, utang obligasi, premi dan diskonto obligasi, utang
wesel jangka panjang, utang sewa, utang pensiun. Untuk menncapai tujuan in, auditor
melakukan pengusutan saldo awal akun-akun ke kertas kerja tahun yg lalu. Kertas kerja tahun
lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yg diajukan oleh auditor dalam

audit tahunyang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh
oleh klien dalam menanggapi koreksi yg diajukan oleh auditor tersebut.
Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang jangka panjang ke dalam jurnal
yang bersangkutan.
Pengkreditan di dalam akun utang jangka panjang diusut ke jurnal penerimaan kas dan
pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal pengeluaran kas (check register) untuk
memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan utang jangka panjang
berasal dari jurnal-jurnal yg bersangkutan.

Pengujian Analtik
Pada tahap aal pengujian substantif terhadap utang jangka panjang, pengujian analitik
dimaksudkan untuk memantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yg memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan
berbagai rasio berikut ini:
RATIO

FORMULA

Ratio utang dengan total aktiva

Total utang + total aktiva

Ratio utang dengan ekuitas

Total utang + total ekuitas

Times interest earned

Laba bersih usaha + biaya bunga obligasi

Ratio biaya bunga dengan utang

Biaya bunga + rerata utang

Ratio yg telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yg lalu, rerata ratio industry, atau ratio di anggarkan. Pembandingan ini membantu
auditor untuk mngungkapkan: (1) peristiwa atau transaksi yg tidak biasa, (2) perubahan
akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak,atau (5) salah saji.

Pengujian Terhadap Transaksi Rinci


Usut penerimaan kas dari penarikan utang jangka panjang. Penarikan kredit dari bank
umumnya diterima oleh klien dengan cara membuka akun di bank yang bersangkutan. Untuk
mengetahui berapa jumlah utang yg telah dicairkan, auditor meminta dari klien rekening
Koran bank (bank statement) untuk akun yg digunakan untuk menampung pencairan kredit
bank tersebut dalam periode sejak saat kredit tersebut disetujui sampai dengan tanggal
neraca. Untuk mengetahui apakah penggunaan dana yg diperoleh dari krdit tersebut sesuai
dengan yg disetujui oleh klien dan bank di dalam perjanjianpenarkan kredit, auditor
melakukan analisis terhadap pengeluaran uang dari akun yg digunakan untuk menampung
dana dari kredit tersebut. Dengan memeriksa bukti yg mendukung pengeluaran kas dari akun
tersebut auditor akan dapat mengetahui apakah klien menggunakan dana dari kredit tersebut
sesuai dengan pasal yg bersangkutan di dalam perjanjian penarikan kredit.

Pengeluaran obligasi mungkin dilakukan oleh klien secara tunai, ditukar dengan aktiva
tetap atau ditukar dengan uang jenis lain. Jika obligasi dijual dengan tunai, auditor harus
mengusut penerimaan uang tersebut ke dalam buku jurnal penerimaan kas. Auditor juga harus
memverifikasi pencatatan premi dan diskonto obligasi yang timbul dalam pengeluaran
obligasi. Jika obligasi dikeluarkan dengan ditukar aktiva tetap, auditor harus memeriksa nilai
aktiva yang diterima dalam pertukaran tersebut serta otorisasi mengenai penerimaan aktiva
tersebut serta pencatatannya. Pengeluaran obligasi dengan cara mengubah utang jenis lain
umumnya terjadi dalam peristiwa reorganisasi perusahaab. Dalam hhal ini auditor arus mereview perjanjian reorganisasi dan pencatatannya.
Mintalah konfirmasi dari trust company. Jika pengurusan obligasi diserahkan kepada
trust company, auditor harus mengirimkan konfirmasi kepada perusahaan tersebut mengenai
jumlah obligasi yg beredar pada tanggal neraca, jumlah obligasi yg dikeluarkan dan dilunasi
dalam tahun yg diperiksa dan berbagai informasi yg lain seperti jumlah sinking fund.
Periksa dokumen yg mendukung transaksi pembayaran bunga, auditor berkepentingan
untuk mengetahui apakah klien melakukan pembayaran bunga sesuai dengan yang
disanggupinya pada saat penandatanganan perjanjian penarikan kredit. Untuk itu auditor
melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti yg mendukung transaksi pembayaran bunga yg
terjadi dalam tahun yg diperiksa. Informasi yg dikumpulkan dari bukti ini adalah mengenai:
apakah otorisasi yg tercantum di dalam bukti kas keluar untuk pembayaran bunga sesuai
dengan system otorisasi yg berlaku; apakah tanggal pembayaran bunga sesuai dengan yg
tercantum di dalam surat perjanjian penarikan kredit; apakah perhitungan bunga yg menjadi
kewajiban klien telah dilakukan dengan teliti.
Bunga obligasi dapat dibayar secara langsung oleh klien secara periodik, atau dapat
diserahkan pengurusan pembayarannya kepada bank ( sebagai disbursing agent). Untuk
mengetahui beban bunga obligasi periode akuntansi tertentu, di samping tarif bunga obligasi
dan tanggal pembayaran bunganya (untuk menetukan utang bunga), juga harus ditentukan
amortisasi premi dan diskonto obligasi.
Jika pembayaran bunga obligasi dilakukan sendiri oleh klien, jumlah bukti kas keluar
untuk pembayaran bunga ini harus dicocokkan dengan daftar nama pemegang obligasi pada
tanggal pembayaran bunga. Jika pembayaran bunga obligasi dilakukan oleh disbursing agent,
klien mengirimkan uang kepada agent tersebut untuk sejumlah bunga yang harus dibayar.
Auditor harus meminta surat pernyataan dari agenttersebut mengenai berapa jumlah uang
klien yg masih berada di tangan agent tersebut pada tanggal neraca (berupa bunga yg belum
diambil oleh pemegang obligasi yg berhak).
Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran pokok pinjaman.
Auditor berkepentingan untuk mengetahui apakah klien memenuhi kewajban pelunasan utang
jangka panjangnya sesuai yang tercantum di dalam perjanjian penarikan kredit. Untuk itu
auditor memeriksa dokumen-dokumen yang mendukung transaksi pelunasan atau angsuran
kredit jangka panjang yang terjadi dalam tahun yang diperiksa terhadap dokumen pendukung
transaksi pembayaran pokok pinjaman ini auditor mengumpulkan mengenai: otorisasi yang
tercantum di dalam bukti kas keluar; tanggal pembayaran dan jumlah pokok pinjaman yang
dibayar dalam tahun yang diperiksa.
Obligasi yang telah dilunasi harus dibedakan dari obligasi yang belum dikeluarkan dan
dari obliasi yang dimiliki sebagai treasury bond. Oleh karena itu pengendalian yang baik
mewajibkan klien untuk memberikan tanda khusus ( dengan preforasi atau tanda yang lain)
atas obligasi yang telah dilunasi. Jika obligasi dilunasi sebelum saat jatuh tempo, akan terjadi

laba atau rugi pelunasan tersebut. Auditor harus memverifikasi apakah klien telah
menghitung laba atau rugi pelunasan obligasi tersebut. Semua akun yang bersangkutan
dengan obligasi yang dilunasi tersebut harus di-adjust dengan adanya transaksi pelunasan
tersebut (misalnya akun premi atau diskonto obligasi yang belum diamortisasi).
Periksa aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang. Dalam
pemeriksaan terhadapa aktiva yang dijaminankan dalam penarikan utang jangka panjang,
auditor berkepentingan untuk mengetahui informasi berikut ini:
1. Jenis aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang iangka panjang.
2. Nilai aktiva yang dijaminkan tersebut.
3. Cukup atau tidaknya penjelasan di dalam laporan keuangan mengenai jenis dan nilai
aktiva yang telah dijaminan dalam penarikan utang jangka panjang.
4. Cukup atau tidaknya jumlah pertanggungan asuransi yang ditutup oleh klien dalam
rangka memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kreditur di dalam surat perjanjian
penarikan kredit.
Periksa polis asuransi aktiva yang dijaminan dalam penarikan utang jangka
panjang. Auditor harus me-review besarnya jumlah pertanggungan asuransi (insurance
coverage) aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang Biasanya yang
dipakai sebagai pedoman auditor dalam penilaian cukup tidaknya jumlah pertanggungan
adalah jumlah pertanggungan yang tercantum di dalam surat perjanjian kredit atau trust
indenture. Di samping itu, auditor juga harus melihat cukup tidaknya jumlah pertanggungan
tersebut dari sudut taksiran nilai pasar aktiva yang dijaminkan tersebut pada saat pemeriksaan
auditor dilakukan.
Periksa kepatuhan klien terhadap batasan yang dikenalan oleh kreditur. Para
kreditur dan calon kreditur berkepentingan untuk mengetahui informasi mengenai
dipatuhinya batasan-batasan yang telah disanggupi oleh klien di dalam surat perjanjian
penarikan kredit atau trust indenture. Oleh karena itu pengujian substantif terhadap utang
jangka panjang, auditor berkewajiban untuk mengumpulkan informasi mengenai apakah klien
mematuhi batasan-batasan yang dikenakan terhadap klien selama jangka waktu kredit. Jika
batasan tensebut mengenai larangan bagi klien untuk membagikan dividen selama jangka
waktu kredit, maka auditor melakukan pemeriksaan terhadap notulen rapat pemegang saham
untuk memperoleh keyakinan bahwa dalam jangka waktu kredit tersebut tidak terjadi
keputusan pemegang saham untuk membagikan dividen. Jika batasan tersebut menyangkut
kewajiban klien untuk mempertahankan modal kerja dalam jumlah tertentu, maka auditor
harus memeriksa rata-rata jumlah modal kerja klien dalam tahun yang diperiksa, apakah
memenuhi jumlah tertentu yang diminta tersebut.
Periksa dokumen yang mendukung transaksi treasury bond. Sering kali klien
membeli kembali obligasi yang telah dikeluarkannya. Obligasi ini disebut dengan istilah
treasury bond; tidak boleh diperakukan sebagai aktiva perusahaan, terapi disajikan di dalam
neraca bagai pengurang utang obligasi sebesar nilai nominalnya Mekipun bukan merupakan
aktiva perusahaan namun demikian treasury bond dapat dipakai oleh perusahan sebagai
jaminan penarikan utang.
Transaksi yang berhubungan dengan treasury bond harus memperoleh otorisasi dari
dewan komisaris. Oleh karena itu, dalam melakukan pemeriksaan terhadap transaksi
treasury bond auditor hanus me-review notulen rapat dewan komisaris yang berangkutan
dengan pembelian dan penjualan treasury bond. Auditor harus membuat daftar obligasi yang

ada di tangan klien sebagai treasury bond. Jika treasury bond berada di tangan pihak luar (di
tangan trustee atau di tangan kreditur setugai jaminan utang) auditor harus mengirimkan
konfirmasi kepada pihak yang bersangkuan. Bunga treasury bond tidak boleh diperlakukan
sebagai biaya bunga, karena perusahaan tidak mungkin membayar bunga atas obligasi yang
dikeluarkannya sendiri dan yang berada di tangannya sendiri.
Verifikasi perhitungan bunga, amortisasi premi dan diskonto obligasi dan utang
bunga obligasi. Jila daftar obligasi diperoleh auditor dari klien, auditor harus melakukan
verifikasi perhitungan bunga obligasi yang tercantum di dalam daftar tersebut. Jika bunga
obligasi dibayarkan setiap tangal 1 April dan 1 okrober, maka beban bunga obligasi untuk
tahun tertentu hanya meliputi periode 12 bulan. Bunga yang dibayarkan tanggal 1 oktober
adalah untuk periode peminjaman 6 bulan sebelumnya. Dengan demikian pada tanggal neraca
harus dicantumkan adanya utang bunga obligasi untuk periode 1 oktober sampai dengan 31
Desember (3 bulan). Auditor harus mengadakan verifikasi terhadap perhitungan utang bunga
obligasi yang dicantumkan oleh klien di dalam daftar tersebut.
Dalam pengeluaran obligasi, klien tidak selalu dapat memperoleh harga obligasi sebesar
nilai nominalnya. Jika obligasi dikeluarkan di bawah nilai nominalnya, timbul diskonto
obligasi (bond discount). Jika dikeluarkan di atas nominalnya, timbul premi obligasi (bond
premium) . Diskonto obligasi ini pada dasarnya merupakan persekot pembayaran biaya bunga
obligasi, sedangkan premi obligasi merupakan pengurang beban bunga obligasi yang diterima
di muka oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Dengan demikian diskonto
dan premi obligasi harus diamortisasi selarna umur obligasi, dan diperlakukan sebagai
adjustment terhadap beban bunga.
Di samping premi dan diskonto obligasi, adjustment terhadap beban bunga obligasi dapat
berasal dari biaya pengeluaran obligasi (bond issuance costs). Dalam pengeluaran obligasi,
perusahaan harus membayar biaya trustee, biaya pencetakan sertifikat obligasi, biaya
promosi, biaya auditor, biaya penasihat hukum. Biaya-biaya tersebut dapat dibebankan
sekaligus dalam periode terjadinya, tetapi dapat pula diamortisasi selama umur obligasi. Jika
obligasi dijual dengan menghasilkan premi,
biaya pengeluaran obligasi ini dapat
dikurangkan dari jumlah premi tersebut, dan jumlah premi bersih ini kemudian diamortisasi
sebagai adjustment terhadap beban bunga obligasi. Auditor harus melakukan verifikasi
perhitungan amortisasi premi, diskonto dan biaya pengeluaran obligasi yang menjadi beban
tahun yang diperiksa

Pengujian terhadap Akun Rinci


Minta atau buatlah daftar utang jangka panjang bank. Dalam pengujian
substantif terhadap utang jangka panjang kepada bank, langkah pertama yang ditempuh oleh
auditor adalah membuat atau meminta klien untuk membuat daftar utang jangka panjang
kepada bank. Sumber informasi yang digunaan oleh auditor untuk membuat daftar tersebut
adalah buku pembanru utang janga panjang kepada bank. Jika daftar tersebut dibuat oleh
klien, auditor barus memverifikasi semua informasi yang tercantum di dalam daftar tersebut
ke buku pembantun yang bersangkutan dan mencocokan jumah saldo utang jangka panjang
yang tercantum di dalam daftar tersebut ke akun kontrol utang yang berangkutan di dalam
buku besar.
Dalam PengujIan substantive terhadap uang obligasi, auditor membuat atau meminta
kepada klien untuk membuat daftar obligasi yang beredar, bunga yang dibayar dan yang
terutang, diskonto obligasi yang belum diamortisasi. Jika daftar tersebut dibuat oleh klien,
auditor harus memverifikasi informasi yang terdapat di dalam daftar tersebur ke dalam buku

pambantu utang obligasi. Auditor harus memeriksa apakah jumlah obligasi yang beredar
menurut daftar tersebut sesuai dengan otorisasi dari dewan komisaris atau rapat pemegang
saham.
Mintalah copy surat perjanjian penarikan kredit dan trust indenture. Penarikan
kredit dari bank didasari dengan surat perjanjian yang ditandatangani oleh klien dengan bank.
Auditor harus mempelajari pasal-pasal yang tercantum di dalam surat perjanjian penarikan
kredit tersebut, yang umumnya pasal-pasalnya meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah kredi tyang disepakati untuk ditarik oleh klien.


Penggunan dana yang diperoleh dari kredit tersebut .
JangKa waktu kredit.
Tanggal jatuh tempo kredit.
Tarif bunga dan tanggal pambayaran bunga.
Kewajiban klien untuk memelihara aktiva yang dijaminkan dalam penarikan kredit,
seperti kewajiban mengasuransikan aktiva tersebut.
7. Jenis dan nilai aktiwa yang dijaminkan dalam penarikan kredit tersebut
8. Batasan yang dikenakan terhadap klien dalam hal:
a. Penarikan kredit jangka panjang dari pihak lain.
b. Pembagian dividen.
c. Kewajiban klien untuk mempertahankan modal kerja dalam jumlah tertentu.
Jika klien mengeluarkan obligasi, auditor harus meminta copy trust indenture. Dokumen
ini berisi pasal-pasal yang harus dipatuhi oleh perusahaan yang mengelurkan obligasi bagi
masyarakat umum. Dalam pengujian substantif terhadap obligasi, auditor harus mempelajari
semua pasal yang ada di dalam trust indenture. Hal penting yang perlu diketahui oleh auditor
dari trust indenture ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Jumlah lembar obligasi yang diizinkan unruk dikeluarkan dan nilai nominalnya
Tanggal pengeluaran obligasi.
Tanggal jaruh tempo obligasi.
Tanggal pembayaran dan tarif bunga.
Aturan mengenai pelunasan obligasi sebelum saat jatuh temponya dan harga obligasi
tersebut pada saat dilunasinya nanti.
6. Aturan mengenai kemungkinan perubahan obligasi menjadi saham.
7. Penjelasan mengenai kekayaan yang dijaminkan dalam penarikan utang obligasi.
8. Aturan mengenai pembentukan sinking fund.
9. Pasal yang berhubungan dengan persyaratan jumlah modal kerja minimum yang harus
dipertahankan selama jangka waktu utang obligasi dan perbandingan antara jumlah
obligasi dengan modal saham pada saat tertentu.
10. Pasal mengenai penggunaan uang yang diperoleh dari pengeluaran obligasi.
11. Nama trustee, tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya.
Perksalah kesesuaian penilaian utang jangka panjang dengan prinsip akuntasi
berterima umum di Indonesia. Menurut prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
utang obligasi dan uang wesel jangka panjang harus disajikan di dalam neraca sebesar nilai
nominal dikurangi dengan diskonto atau ditambah dengan premi yang belum diamortisasi
Auditor melakukan pemeriksaan terhadap penyajian obligasi dan wesel jangka panjang untuk
menentukan apakah klien telah menyajikan kedua tipe utang tersebut dengan salah saru dari

dua metode penyajian: (1) utang obligasi dan utang wesel jangka panjang disajikan dalam
jumlah neto sedangkan premi atau diskonto obligasi dan wesel jangka panjang dicantumkan
di dalam tanda kurung, atau (2) utang obligasi dan utang wesel jangka panjang disajikan
dalam nilai nominalnya sedangkan premi atau diskonto obligasi dan wesel jangka panjang
dicantumkan secara terpisah sebagai pengurang atau penambah nilai nominal tersebut.
Hitung kembali amortisasi premi obligasi dan diskonto obligasi dan wesel jangka
panjang. Auditor harus memerika ketelitan perhitungan amortisasi premi atau diskonto
obligasi dan wesel tagih jangka panjang untuk menentukan ketelitian nilai ke dua tipe utang
jangka panjang tersebut.

Verifikasi Penyajian Utang Jangka Panjang di dalam Neraca


Periksa klasifikasi utang jangka panjang yang segera jatuh tempo di dalam
neraca. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo harus disajikan sebagai utang lancar,
jika pelunasannya diambilkan dari aktiva lancar. Jika pelunasan utang jangka panjang
tersebut diambilkan dari sinking fund, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo tersebut
tetap disajikan dalam kelompok utang jangka panjang.
Mintalah peranjian utang jangka panjang dan pelajari pasal-pasal yang
terdapat di dalamnya. Untuk menilai apakah klien telah membuat penjelasan yang
mamadai dalam menyajikan utang jangka panjangnya, auditor perlu mempelajari semua
pasal yang terantum di dalam surat perjanjian penarikan kredit atau trust indenture.
Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang jangka panjang. Umumnya
penjelasan mengenai utang janga panjang menyangkut nama utang tersebut, tanggal jatuh
tempo, tarif bunga, prioritas untuk diubah menjadi saham, batasan yang dikenakan terhadap
debitur, dan aktiva yang dijaminkan. Berdasarkan informasi dalam surat perjanjian penarikan
kredit dan trust indenture auditor memerika apakah penjelasan yang dibuat oleh klien
mengenai utang jangka panjang telah memadai.

Vous aimerez peut-être aussi