Vous êtes sur la page 1sur 12

Aplikasi Metode Pembelajaran Akuntansi

Aplikasi Metode Pembelajaran Akuntansi


Materi Akuntansi sebagai Sistem Informasi
Kolaborasi Metode Word Square dan Talking Stick
1. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di sekolah harus mampu mengubah siswa menjadi seseorang yang
berpengetahuan dan terampil, tentunya melalui peran guru. Guru merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar karena walaupun kurikulum disajikan
secara sempurna, sarana dan prasarana terpenuhi dengan baik, apabila guru belum
melaksanakan tugasnya dengan baik maka belajar mengajar belum dikatakan baik. Seorang
guru bukan hanya bertugas mengajar, tetapi juga guru diharapkan dapat membimbing,
mengarahkan dan merangsang siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pelajaran serta
memacu siswa agar memperoleh hasil belajar yang baik (mengalami peningkatan). Untuk
mencapai hal tersebut setiap guru harus menerapkan model pembelajaran yang mendukung
tujuan pembelajaran.
Sebagai langkah perbaikan Metode pengajaran yang digunakan harus merangsang
siswa agar ikut aktif dalam mengikuti pelajaran. Metode yang dipilih adalah kolaborasi antara
metode Word Square dan Talking Stick. Model Pembelajaran Word Square merupakan model
evaluasi yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Sedangkan model pembelajaran Talking
Stick adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai alat petunjuk
giliran, siswa yang mendapat mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus
menjawabnya.

Kolaborasi antara Metode Word Square dan talking Stick sangat cocok digunakan
dalam materi yang berisi banyak teori. Metode tersebut memudahkan siswa untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Siswa diajak bermain tetapi tetap memperhatikan apa
yang guru sampaikan karena semua siswa pasti terlibat dalam permainan tersebut dan
menuntut siswa untuk selalu siap dalam menghadapi setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru. Materi yang dipilih adalah Sistem informasi akuntansi, materi ini terdapat banyak teori
sehingga digunakan metode ceramah yang berbeda yaitu Metode Word Square yang
digabungkan dengan Metode Talking Stick agar terdapat variasi, tidak membosankan dan
sedikit terdapat tantangan. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat memahami materi
yang telah disampaikan oleh guru dengan baik, sehingga tercapai tujuan belajar mengajar
sesuai apa yang telah direncanakan.
Kolaborasi antara Metode Word Square dan Talking Stick merangsang siswa untuk
cepat dan tepat dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh guru yang
jawabanya sudah ada tetapi disamarkan pada susunan huruf acak pada kolom yang telah
disediakan, siswa yang menjawab pertanyaan tersebut adalah siswa yang terakhir memegang
tongkat setelah guru selesai pertanyaanya. Setiap siswa dipastikan menjawab pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru. Sehingga semua siswa terlibat dalam pembelajaran tersebut dan
mau tidak mau siswa harus siap menyediakan jawaban, jadi setiap siswa akan berpikir untuk
menemukan jawaban tersebut untuk mempersiapkan seandainya saja ia yg terakhir
memegang tongkat setelah guru selesai membacakan pertanyaanya.
Dengan demikian, perpaduan penggunaan metode Word Square dan Talking Stick
pada mata pelajaran akuntansi diharapkan mampu meningkatkan minat belajar siswa itu
sendiri. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat memahami materi yang disampaikan oleh
guru sehingga tercapai hasil belajar yang baik.

2. Landasan Teori
a.

Word Square

Menurut Laurence Urdang (1968) Word Square is a set of words such that when
arranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya
word square adalah sejumlah kata yang disusun satu di bawah yang lain dalam bentuk
bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Word Square menurut Hornby
(1994) adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke
depan dan ke belakang.
LKS Word square adalah salah satu alat bantu/media pembelajaran berupa kotakkotak kata yang berisi kumpulan huruf. Pada kumpulan huruf tersebut terkandung konsepkonsep yang harus ditemukan oleh siswa sesuai dengan pertanyaan yang berorientasi pada
tujuan pembelajaran (Anonim,1991).Metode observasi yang divariasikan dengan LKS Word
square berarti suatu cara mengajarkan

materi

pelajaran

dengan

mengajak

siswa

mengamati secara teliti suatu objek yang dipadukan dengan LKS Word square.
Word Square terdiri dari 2 kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan
Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word Square adalah
yaitu salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah permainan belajar sambil
bermain yang ditekankan adalah belajarnya.
Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang
dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat
perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa
depan. Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya diwaktu kegiatan
permainan itu berlangsung.
Dalam model pembelajaran ini, para siswa dipandang sebagai objek dan subyek
pendidikan yang mempunyai potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan
yang dimiliki, jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator belajar.
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah
yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang
diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana
disebutkan oleh Mujiman (2007).
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotakkotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada
namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka
penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang

siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa
namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang
dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan
kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja
sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan
atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah
disediakan. (Mujiman, 2007)
Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3. Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang
disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam
lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban
mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3.

Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi

yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masingmasing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga
siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word
square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan
lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.

Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan
tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word
square mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari
guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk
mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan
kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa
dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban
yangada dalam lembar kerja.

b. Talking Stick
Talking Stick adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli
Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu
forum. sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Deden:2010) berikut ini.
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just
and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who
had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the
leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish
what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him
would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until
all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe
keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku Indian
sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan
kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat
pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat
berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang
tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara,
tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan
penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi
belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya
pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat
guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang
memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga
semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran ini
dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick
sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK.
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan
penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi
belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya
pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat
guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang
memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga
semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Teknis pelaksanaan metode Talking Stick sebagai mana tercantum dalam buku
panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut :
(1) Guru menyiapkan sebuah tongkat, (2) Guru menyampaikan materi pokok yang
akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi, (3) Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk
menutup buku, (4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru, (5) Guru memberikan kesimpulan, (6) Melakukan evaluasi, dan (7) Menutup
pelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick. Depdiknas (2006):

1) Guru menyiapkan tongkat


2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3) Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa
menutup bukunya
4)

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan
dari guru

5) Guru memberikan kesimpulan


6) Evaluasi
7) Penutup
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap
model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
Kelebihan
a.

Menguji kesiapan siswa.

b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.


c.

Membuat siswa lebih giat dalam belajar.


Kekurangan

a. Membuat siswa senam jantung. Deden (2010).

3. Aplikasi
Langkah langkah Kolaborasi Metode Pembelajaran Word Square dan Talking Stick dalam
Materi Struktur Dasar Akuntansi:

1) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi selama waktu yang ditentukan
3) Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa
menutup bukunya
4) Guru membagikan lembar kegiatan sesuai dengan materi pelajaran yang telah disampaikan
5) Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa kemudian tongkat tersebut digilir kepada
siswa lain secara berurutan ke kanan atau kekiri sampai guru selesai membacakan pertanyaan
6)

Kemudian siswa yang terakhir memegang tongkat diberi waktu untuk menjawab soal
kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun
diagonal, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru

7) Guru memberikan poin pada setiap jawaban


8) Guru memberikan kesimpulan
9) Melakukan evaluasi
10) Menutup pelajaran.

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)


A. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning (Tebak Kata)
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua)
macam, yaitu:
1. Aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. Aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan
pembelajaran aktif yaitu: Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta
didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga
siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif
adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.

Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan
sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat
terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta
didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu
dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media
kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata
dilaksanakan dengan cara siswa menebak kata yang dimaksud oleh kartu soal teka-teki
dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik
untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran akuntansi dalam
ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan
media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran akuntansi.

B. Penerapan Metode Tebak Kata dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. Siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. Siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.

Media:
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah
pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk
menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi
atau diselipkan di telinga.

Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi 45 menit.

2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas


3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya (pasangannya) diberi kartu yang berukuran 52
cm yang isinya tidak boleh di baca oleh siswa yang akan menebak kata. Kartu boleh
ditempelkan di dahi atau ditempat yang tidak bisa dibaca oleh siswa yang akan menebak
kata.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 1010 cm.
jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk.
Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata
lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning (Tebak Kata) dalam
Pemanfaatannya

Kelebihannya :
1. Anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
2. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
3. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
4. Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
5. Pembelajaran berlangsung menyenangkan

6. Siswa diarahkan untuk aktif

Kekurangannya :
1) Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu
terbatas.

CRAMBLE
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran
tentang Tata Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja
dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari
pertanyaan pada kolom A!

Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara
2. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar
sejumlah uang disebut
Kolom B
1. TARREB . ( Contoh : jawaban yang benarBARTER )
2. GANU
3. TRASEK
4. KISTRINI
5. LIRI
6. SRUK
7. MINALON .
8. SAKSITRAN
9. KEC

Vous aimerez peut-être aussi