Vous êtes sur la page 1sur 4

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
UJIAN TENGAH SEMESTER II GASAL 2016/2017
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS KERAKYATAN
DOSEN
: Drs. Sutoyo, M.Si.
HARI / TANGGAL
: Sabtu, 17 September 2016
SIFAT UJIAN
: Take Home
WAKTU
: 50 jam
PETUNJUK :
Soal diberi nama peserta dan dikembalikan bersama jawaban ujian
Nama Karyasiswa :
Soal Kasus 1 :
Hadiah dan pertentangan Kepentingan
Wakidi adalah seorang lulusan baru sebuah universitas di Yogyakarta. Wakidi
dikontrak sebagai kepala koki di sebuah restoran terkenal. Beberapa bulan
setelah Wakidi mulai bekerja, pemasok daging perusahaan tersebut
menawarkan enam pilihan daging steak kepadanya dengan nilai sekitar
Rp1.000.000; sebagai hadiah karena telah menjadi pelanggan yang sangat baik.
Wakidi terkejut dan tertarik dengan tawaran tersebut; dia memang akan
menjamu teman-temannya untuk makan malam khusus. Pertanyaannya (1)
apakah hal yang benar jika Wakidi menerima tawaran hadiah tersebut? (2)
apakah Wakidi bisa objektif dalam memilih pemasok? etiskah jika tawaran
tersebut diterima? Jelaskan!

Soal Kasus 2
Pertimbangkan Skenario berikut.
Manajer: jika saya mampu menurunkan biaya sebesar Rp40.000.000 selama
kuartal terakhir ini, divisi saya akan menghasilkan laba 10 persen di atas tingkat
yang telah direncanakan dan saya akan menerima bonus sebesar Rp10.000.000.
Akan tetapi berdasarkan proyeksi untuk kuartal ke empat, hal tersebut
tampaknya sulit direalisasikan. Saya benar-benar membutuhkan bonus
Rp10.000.000 tersebut. Saya tahu cara untuk memenuhinya. Saya hanya perlu

memberhentikan tiga orang tenaga penjual yang paling tinggi gajinya. Lagi pula,
pesanan kebanyakan masuk pada kuartal ke empat dan saya bisa
mempekerjakan tenaga penjual baru kapan saja pada awal tahun depan.
Diminta:
Apakah pilihan paling tepat yang dapat dilakukan oleh manajer tersebut?
Mengapa muncul dilema etika? Apakah ada cara lain untuk mendesain ulang
sistem pelaporan akuntansi sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya
perilaku seperti yang dipikirkan oleh manajer tersebut? Kaitakan dengan teori
etika yang relevan dengan kasus di atas!

Soal Kasus 3
Sahrudin, Asa Pasca Tambang Rakyat:
Perekonomian di kepulauan Bangka Balitung kini lesu. Pemerintah belum juga
menyiapkan secara matang sumberdaya ekonomi pengganti pasca penertiban
tambang timah rakyat. Kondisi ini membuat masyarakat bingung mencari
sumber penghasilan baru. Namun Sahrudin (38) punya solusi yang bukan
sekedar wacana, tetapi karya nyata. Sejak munculnya euforia penambangan
rakyat pada tahun 2002, Sahrudin sudah merasa bahwa salah satu akibat yang
dihasilkan dari penambangan timah secara tidak terkendali ini adalah kerusakan
alam. Penghasilan besar yang dicapai rakyat penambang secara instan tidak
akan bertahan lama. Hasil dari menambang itu memang sangat besar. Ibu-ibu
yang melimbang timah bisa mendapat Rp750.000 per hari. Akan tetapi apa yang
akan diwariskan kepada anak cucuk kelak? Alam yang rusak dan tanah
berlubang-lubang akibat galian tambang! Ujarnya. Lubang galian tambang
itulah yang terpikir olehnya untuk dimanfaatkan. Ditempat tinggalnya, desa
Perlang, kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, terdapat ratusan hekteare
lubang bekas galian tambang yang membentuk danau. Lubang galian ini hasil
eksploitasi PT. Koba Tin-perusahaan timah Malaysia terbesar di Bangka Tengahserta aktivitas tambang rakyat.waktu sekolah di Bandung saya melihat banyak
warga memanfaatkan kolam-kolam kecil untuk memelihara ikan. Lalu kenapa
danau yang besar-besar di desa saya ini tidak bisa dimanfaatkan? Ujarnya.
Lantas Sahrudin membuat proposal kerjasama yang ditujukan kepada PT Koba
Tin untuk memanfaatkan kolong timah di Kayu Arang 3, perlang seluas 3 ha
untuk pembuatan keramba jaring apung guna memelihara ikan secara
kelompok. Tahun 2002, PT Koba Tin menyetujui pembuatan dua set keramba
jaring apung sebanyak 12 petak, berikut bantuan 290 ekor ikan nila induk. Tiga
petak keramba diantaranya dibuat oleh Kelompok Tani Mutiara yang dipimpin
oleh Sahrudin. Banyak warga perlang mencibir usaha ini. Mereka menganggap
budi daya ikan air tawar Sahrudin sia-sia karena keuntungannya tidak besar.
Namun ayah dua anak ini tidak berkecil hati. Dengan tekun ia terus
mengembangkan usahanya hingga mampu menghasilkan ribuan bibit ikan. Dari

hasil penjualan bibit ikan itu, seluruh utang kelompok Tani Mutiara kepada PT
Koba Tin bisa dilunasi. Sifat keramba yang mudah rusak membuat Sahrudin
membuat kolom baru berupa bak dengan tetap menggunakan aliran air kolong
sebagai sumbernya. Bekerjasama dengan PT Koba Tin dan Dinas Kelautan dan
Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka Balitung (Babel), Kelompok Tani Mutiara
ini membuat 32 kolam. Jenis ikan yang dibudidayakan juga makin bervariasi.
Setiap kolam menghasilkan sekirat 200 kg ikan sekali panen.

Ujian tiba:
Daya juangSahrudin diuji saat ratusan tambang timah apung beroperasi
dibagian hulu kolong. Seluruh ikan yang dipelihara mati karena air yang masuk
ke kolam tercemar solar dan lumpur. Para anggota Kelompok Tani Mutiara putus
asa karena ratusan penambang itu sulit dikendalikan. Ratusan penambang baru
ditertibkan polisi setalah mereka melaporkan situasunya kepada kementrian
Lingkungan Hidup. Dibutuhkan waktu setahun untuk mengembalikan kualitas air
yang tercemar.kami kembali bekerja dari nol. Kolam-kolam sekarang baru taraf
pemulihan, tuturnya. Pemberdayaan masyarakat desa terus dilakukan oleh
Sahrudin. Ia merintis pembentukan Kelompok Tani Bina Bersama yang
dipersiapkan untuk mengelola peternakan sapi. Ia juga mengundang akademisi
dari universitas Bangka Balitung untuk membuka wawasan tentang agrobisnis.
Awalnya Sahrudin ragu karena beternak sapi mer dan bahan bakar
memasupakan budaya baru bagi masyarakat asli Bangka. Dalam sejarah,
pekerjaan utama masyarakat Bangka Balitung adalah petani lada dan
penambang timah. Berkat dukungan Dinas Peternakan dan Kehutanan Babel
yang memberikan pelatihan, Sahrudin dan20 anggota kelompoknya mencoba
beternak sapi. Lahan seluas 3 ha ditanami rumput gajah sebagai pasokan pakan.
Pemerintah pusat memberikan bantuan sapi bergulir sebanyak 42 ekor sapi bali
induk. Dengan perawatan telaten, kini jumlahnya menjadi 63 ekeor. Pada tahun
ke 2 sapi sudah digulirkan kepada anggota-anggota baru. Sahrudin yang juga
bekerja sebagai guru sekaligus wakil kepala sekolah SMK Idrus Sariah Koba
mengurus sapi sepulang mengajar. Pada hari Sabtu dan Minggu, ia kuliah untuk
meraih gelar sarjana pada Universitas Bangka Balitung. Limbah dari peternakan
ini juga dikelola. Bersama Institut Pertanian Bogor, Sahrudin membuat digester
bio gas yang memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber listrik dan bahan
bakar memasak. Limbah padat dan cair hasil fermentasi kotoran sapi diolah
menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis. Berket keberhasilannya merintis
pertanian terpadu itu, warga sekitar tertarik untuk mengikuti jejak Sahrudin.
Saat ini usaha pertanian terpadu ini seringkali dijadikan studi banding pola
agrobisnis dari berbagai daerah. Memberi contoh adalah cara terbaik untuk
menggerakkan masyarakat, ujarnya serasa tersenyum.
Intruksi:

1)
Bagaimana Anda menilai pribadi Sahrudin dilihat dari hakekat
manusia utuh?
2)
Bagaimana Anda menjelaskan tindakan Sahrudin
berdasarkan
teori-teori etika?
3) Bagaimana Anda menjelaskan tindakan PT Koba Tin serta dinas-dinas
terkait provinsi Babel dalam kaitannya dengan usaha kelompok
Sahrudin di atas?
4) Jelaskan teori-teori etika yang mana yang terkait dengan kasus di atas?
Jelaskan dan beri contoh.
Selamat mengerjakan semoga sukses

Vous aimerez peut-être aussi