Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Hari/tanggal
B0413000
B04130039
Reza mahlefi
B04130044
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
genus
kapang ini dapat menginfeksi kulit, bulu atau rambut, kuku, dan tanduk dalam berbagai
intensitas infeksi. Hampir semua jenis hewan dapat diserangnya, dan penyakit ini secara
ekonomis sangat penting (Djenuddin, 2005).
Diagnosis dermatofitosis baik dengan metode konvensional dan molekuler perlu
ditinjau terutama yang khusus berkaitan dalam praktek dokter hewan. Tujuan utama dalam
mendiagnosis dermatofitosis adalah untuk membuktikan adanya invasi oleh kapang
dermatofita pada lapisan epidermis atau batang rambut. Metode diagnostik utama yang
sering digunakan adalah pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan dengan mikroskop
secara langsung dan kultur. Ketiga jenis metode diagnosis harus dilakukan secara rutin dan
dipertimbangkan untuk saling melengkapi dalam penentuan diagnosis (Bond 2010).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memberi pengetahuan mahasiswa melakukan diagnosa
langsung penyebab dermatofitosis dengan cara menemukan makrokonidia pada kerokan
kulit yang terlihat dari perubahan patologi anatomi kulit.
BAB II
BAB III
berambut, dengan celah radial yang rapat serta miselium yang berbentuk cotton atau wool yang
berwarna kuning pucat sampai putih pada bagian tengah dengan tepi berwarna kuning sampai
tidak berwarna.. M.canis memperlihatkan hifa bersepta yang panjang dalam jumlah banyak serta
makrokonidia besar berbentuk batang bulat yang biasanya memiliki septum ganda dan
mengandung lebih dari enam sel. Beberapa mikrokonidia kecil yang berbentuk lonjong oval dan
berdinding halus juga dapat ditemukan, serta klamidokonidia yang berbentuk bulat (Olivares
2003). Berdasarkan pengamatan dan literatur maka jenis kapang yang menyebabkan
dermatofitosis pada kerokan kulit kucing adalah Microsporum canis. M. canis bersifat ectothrix
dan zoofilik yang terdapat pada kucing, anjing, kuda, dan kelinci, gambaran mikroskopis dari
kultur adalah macroconidia berbentuk spindle, berdinding tebal dan kasar. Microconidia
berbentuk clubbing dan berdinding halus, sedangkan M. gypseum bersifat ectothrix dan geofilik.
Gambaran makroskopisnya makrokonidia berbentuk spindle, dinding tipis 3-6 septa, dan
mikrokonidianya sedikit dan berbentuk clubbing (Pohan., A. 2009).
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Setelah dilakukan serangkaian uji untuk mengidentifikasi cendawan penyebab
dermatofitosis pada kucing, didapatkan hasil bahwa cendawan tersebut adalah Microsporum
canis. Microsporum canis merupakan cendawan yang memiliki warna cream, tekstur cottony,
topografi verrucose. Sedangkan secara mikroskopik memiliki makrokonidia berbentuk spindle,
dinding tipis 3-6 septa, mikrokonidianya berbentuk clubbing, hifa bersepta.
DAFTAR PUSTAKA
Adiguna MS. 2004. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Budimulya U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S, editor. Dermatomikosis
Superfisialis. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Ahmad., R.Z. 2009. Permasalahan & Penanggulangan Ring Worm Pada Hewan. Lokakarya
Nasional. Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner.Bogor.
Bond R. 2010. Superficial veterinary mycoses. Clinics in Dermatology. (28) : 226236.
Djenuddin, G. 2005. Penyakit Kulit oleh Kapang Dermatofit (Ringworm) pada Kelinci. Balai
Penelitian Veteriner, Bogor.
Olivares RAC. 2003. Ringworm Infection in Dogs and Cats. in Recent Advances in Canine
Infectious Diseases. [diunduh 27 November 2016]. www.ivis.org.
Pohan., A. 2009. Bahan Kuliah Mikologi. arthur@fk.unair.ac.id.
Vermout S, Tabart J, Baldo A, Mathy A, Losson B, Mignon B. 2008. Pathogenesis of
dermatophytosis. Mycopathologia. 166: 267-275.