Vous êtes sur la page 1sur 9

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Demam Berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty, yang ditandai oleh panas,
malaise, sakit kepala, mual, nyeri, pegal seluruh tubuh, adanya petekia. Gangguan
Hemostatis

pada

DBD

menyangkut

faktor

yaitu

perubahan

vaskuler,

trombositopenia dan gangguan koagulasi. Prinsip utama dalam penatalaksanaan


adalah tirah baring, pemberian makanan lunak dan minum banyak, serta kolaborasi
dokter dalam pemberian obat obatan antipiretik, konsulti, antibiotik kortikosteroid dan
anti koagulasi. (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

B. Etiologi
Penyebab DBD ini adalah virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN 1,
DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Penularan DBD ini melalui cara :
1. Manusia sebagai host virus dengue.
2. Vektor perantara : nyamuk aedes aegepty (nyamuk rumah) dan aedes albopictus
(nyamuk kebun).
C. Pathway
Terlampir

D. Tanda dan Gejala


a. Panas, biasanya langsung tinggi dan terus menerus. Sebab tidak jelas dan hampir
tidak bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari.
b. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, kadang batuk
c. Tanda tanda perdarahan seperti petekia, perdarahan gusi, epiktasis, hematemesis
melena
d. Muka kemerahan , leukopenia.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
f. Pembengkakan sekitar mata
g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

h. Tanda tanda rejatan adalah sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari2 detik, nadi cepat dan lemah.
Gambaran klinis yang tidak khas dan sering dijumpai adalah :
1. keluhan pada saluran pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
2. keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan system tubuh yang lain : sakit kepala, nyeri otot tulang sendi, nyeri ulu
hati, nyeri perut, pegal pegal, kemerahan pada kulit, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotofobia
4. Pada pasien yang mengalami dialysis perifer, kulit terasa lembab, dingin, tekanan
darah menurun, nadi cepat dan lemah.
5. Adanya pembesaran hati, limpa dan pembesaran kelenjar getah bening
Tanda penting dari DBD ini adalah adanya kebocoran plasma
Hematokrit meningkat lebih dari 20%.
b. Pada kebocoran plasma terjadi perpindahan aliran plasma dari kapiler masuk ke
ruang interstitial seperti palpebra, perut, skrotum, sebagian ke pleura, dengan
manifestasi klinis :effusi pleura, asites, edema palpebra, hidroproteinemia.
(Sylvia A. Price, 2005).
E. Pemeriksaan penunjang
Darah :
-

IgG dengue positif

Trombositopenia

Hematokrit meningkat lebihd ari 20 merupakan indicator akan timbulnya rejatan

Hb meningkat lebih dari 20%

Leukopenia pada hari 2 dan 3

Masa perdarahan memanjang

Hipoproteinemia

Hiponatremia

Hipokloremia

SGOT dan SGPT meningkat

Ureum, Ph darah bisa meningkat

Urine : Albuminuria

Foto thorax : effusi pleura


F. Komplikasi
1. Perdarahan usus
2. Shock/rejatan
3. Effusi pleura
4. Penurunan kesadaran
F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan secara umum :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan minum 2 liter/24 jam
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian obat obatan (antipiretik dan konvulsif)
5. Minum banyak 1,5-2 liter perhari dengan air the, gula atau susu.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data subyektif
a. Lemah.
b. Panas atau demam.
c. Sakit kepala.
d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
e. Nyeri ulu hati.
f. Nyeri pada otot dan sendi.
g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
h. Konstipasi (sembelit).
2. Data obyektif :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
c. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
d.
e.
f.
g.

ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.


Hiperemia pada tenggorokan.
Nyeri tekan pada epigastrik.
Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :


1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.

Selain itu perlu dikaji pemeriksaan laboratorium seperti:


1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3) Asidosis metabolik.
4) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang ditemukan, yaitu:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
5. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan : setelah dilakukan tindakana keperawatan 2x24jam
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh normal (36 - 370C).
b. Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
1. Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.7)

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh


meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4. Berikan kompres hangat.

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang


mempercepat penurunan suhu tubuh.
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.


6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam masalah nyeri
berkurang atau teratasi
Kriteria hasil:
a. Rasa nyaman pasien terpenuhi.
b. Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
4. Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : setelah dilakuka tindakan keperawatan 2x24 jam masalah pemenuhan
kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Krieria hasil: Kebutuhan nutrisi

pasien

terpenuhi,

pasien

mampu

menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.


Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien.
3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan
asupan makanan.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
5. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
6. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah
dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
7. Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
4. Kurangnya

volume

cairan

tubuh

berhubungan

dengan

peningkatan

permeabilitas dinding plasma.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam masalah volum
ecairan dpaat teratasi.
Kriteria hasil: Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan


dari keadaan normalnya.
2. Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan
langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh.
5. Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
5. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam masalah resiko
syok hypovolemic tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a. Tidak terjadi syok hipovolemik.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c. Keadaan umum baik.
Intervensi :
1. Monitor keadaan umum pasien

Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada


saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat
segera ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3. Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien
tidak sampai syok hipovolemik.
4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5. Berikan transfusi sesuai program dokter.

Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang


hilang.
6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.

Lampiran

Vous aimerez peut-être aussi