Vous êtes sur la page 1sur 13

DAMPAK POLUTAN PBDEs ( POLYBROMINATED DIPHENYL ETHERS)

TERHADAP KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

DAFTAR ISI
COVER.......................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................3
A. LATAR BELAKANG.............................................................3
B. RUMUSAN MASALAH........................................................4
C. TUJUAN.............................................................................4
BAB II ISI....................................................................5
A. PENGERTIAN DAN SIFAT....................................................5
B. PENYEBAB TERJADINYA PAPARAN.....................................6
C. TOKSISITAS PBDEs ...........................................................7
D. EFEK TERHADAP LINGKUNGAN.........................................8
BAB III PENUTUP.........................................................11
A. KESIMPULAN.....................................................................11
B. DAFTAR PUSTAKA.............................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini, industri menjadi salah satu sektor perkonomian yang
berkembang pesat di beberapa Negara, baik itu Negara maju maupun Negara
berkembang. Pada umumnya perkembangan industri di Dunia menggunakan
suatu bahan kimia secara berlebihan. tak terkecuali industri manufaktur yang
dalam proses kerjanya mensisakan suatu zat emisi berupa limbah atau disebut
juga sebagai polutan, polutan tersebut berdampak terhadap gangguan
kesehatan bagi manusia maupun lingkungan.
Dalam beberapa industri manufaktur, sering kali ditemukan limbah
dari hasil proses yang kemudian dibuang melalui saluran air tanpa diolah
terlebih dahulu, hal tersebut mengakibatkan limbah terbawa oleh aliran air
hingga ke hilir, yang mengakib\atkan tercemarnya cadangan air bersih dan
daerah yang dilaluinya. Semakin banyak limah yang dihasilkan suatu industri,
maka semakin banyak pula konsentrasi limbah(polutan) di alam, polutan
merupakan bahan kimia berbahaya yang sulit untuk terdegradasi, baik itu di
alam maupun manusia.
Salah satu contoh senyawa polutan adalah PBDEs Polybrominated
diphenylethers (PBDEs) yang saat ini kebberadaanya sangat mudah
ditemukan, dikarenakan pemakaian suatu campuran material dalam
pembuatan alat elektronik. Kelimpahan Polybrominated diphenylethers
(PBDEs) di lingkungan, disebabkan oleh peningkatan kinerja indrustri
manufaktur dalam memproduksi barang guna menunjang kebutuhan manusia
pada era globalisasi ini, seperti kebutuhan akan alat komunikasi yaitu
handphone, televisi dan komputer, kebutuhan akan sandang seperti pakaian
(tekstil) dan sebagainya. Produk-produk tersebut merupakan hasil dari
pengolahan zat PBDEs .

B. Rumusan masalah

Zat kimia Polybrominated diphenylethers (PBDEs) merupakan polutan


organik yang termasuk dalam golongan Polybrominated diphenylethers. yang
sulit terdegradasi di alam dan menimbulkan adanya efek buruk bagi
kesehatan

manusia

maupun

lingkungan.

Bertambahnya

kandungan

Polybrominated diphenylethers PBDEs di alam, akan meningkatkan peluang


terjadimya paparan zat secara langsung maupun tidak langsung, Hal tersebut
menyebabkan terganggunya sistem syaraf dan hormon pada manusia.
Permasalahan ini menjadi peringatan bagi seluruh warga dunia akan
pentingnya kesehatan.
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memahami sifat polutan organik di alam,
yaitu Polybrominated diphenylethers (PBDEs), memahami mengenai resiko
yang ditimbulkan akibat paparan dari polutan organik tersebut, serta
memberikan informasi mengenai suatu polutan organik yang memengaruhi
kesehatan pada sistem metabolisme manusia.

BAB II
ISI

A. Pengertian dan Sifat


PBDEs merupakan sutau zat polimer yang memiliki titik didih diatas
300oC dengan nama IUPAC Polybrominated diphenylethers. Senyawa ini
termasuk pada kelas brominated hydrocarbon yang bersifat hidrofobik dan
larut dalam pelarut organik atau lemak (DHHS 2011; Hooper and McDonald
2000).
PBDEs di alam berbentuk congener yaitu campuran senyawa dengan
dua struktur bhiphenyl yang dikelilingi oleh 1 hingga 10 atom bromin,
apabila jumlah bromine sama pada kedua ruas maka disebut sebagai PBDEs
homolog, contohnya adalah Penthabrominated diphenylethers yang berupa
cairan berwarna kuning pucat

dan Octabrominated diphenylethers yang

berupa serbuk berwarna putih (ATSDR 2004; EPA 2009).

Selain itu, senyawa PBDEs Polybrominated diphenylethers memiliki


sifat aditif dan presisten,. Sfat aditif yang dimiliki PBDEs timbul akibat tidak
adanya ikatan kimia yang terjadi pada sautu campuran, sehingga apablia
senyawa cammpuran mengandung PBDEs dibuang atau dilepaskan langsung
ke alam, akan menyebabkan bermigrasinya PBDEs ke udara, tanah dan air
dengan waktru terdegradasi yang cukup lama (presisten).

Kedua sifat

tersebut mengakibatkan naiknya peluang akan terjadinya paparan PBDEs


pada manusia secara langsung maupun melalui media udara, air
makanan.

B. Penyebab terjadinya paparan

serta

Penggunaan senyawa PBDEs Polybrominated diphenylethers dimulai


pada tahun 1960an dalam industri pembuatan busa poliuretan, sofas, highimpact polystyrene (HIPS) plastic, serta cairan peredam panas. Kandungan
zat PBDEs pada produk industri tersbut mengakibatkan tingginya konsentrasi
polutan organik di lingkungan

sehingga berdampak terhadap naiknya

frekuensi paparan pada tubuh manusia yang

akan menimbulkan resiko

kesehatan. Paparan suatu zar terjadi melalui saluran inhalasi, ingesti dan
kontak terhadap kulit. Kandungan Polybrominated diphenylethers dalam
tubuh manusia ditemukan pada jaringan seperti sel darah, lemak dan air susu
ibu pada mayoritas penduduk Dunia.

Hal ini dibuktikan dengan data kandungan zat PBDEs pada air susu
ibu yang semakin meningkat di Amerika Serikat pada tahun 1992-2003, hal
tersebut dikarenakan Amerika Serikat merupakan

konsumen terbesar

senyawa Polybrominated diphenylethers sebesar 98% dari pasokan dunia


(Northwest Environment Watch, 2004 ; Hale et al., 2003). Statistik
kandungan PBDEs pada jaringan manusia
Ditemukanya PBDEs pada jaringan manusia disebabkan oleh paparan
secara tidak langsung melalui media seperti
lamanya waktu paparan. Namun

makanan, udara, debu dan

pada beberapa studi kasus mengatakan

bahwa kandungan PBDEs pada jaringan manusia tidak berhubungan dengan


lamanya waktu paparan, terkeuali pada bayi yang sedang menyusui (Sjodin et
al., 2003 ; Thomsen et al., 2002). Faktor lain yang menyebabkan tingginya

kandungan zat PBDEs dalam sel jaringan, disebabkan oleh kedekatan bahan
kimia dengan aktivitas manusia, contohnya pegawai pabrik perakitan papan
sirkuit elektronik yang memiliki konsentrasi zat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pegawai kantoran ( Sjodin et al., 2001 ).
C. Toksisitas PBDEs
Toksisitas dapat didefinisikans sebagai parameter kerusakan suatu
jaringan atau organisme akibat dari paparan zat kimia berbahaya. Penetapan
nilai toksisitas sautu zat didapatkan dari hasil suatu percobaan, misalnya
dengan mengguanakan hewan pengerat sebagai media uji yang bertujuan
untuk menghindari efek keruskan jaringan pada manusia. Penggunaan media
uji ini dianggap mampu menginterpretaskan bahaya yang akan ditimbulkan
bahan kimia terhadap manusia, sehingga tikus merupakan media uji yang
tepat dalam menginterpretasikan hasi uji dikarenakan memiliki kemiripan
sifat seperti karakteristik biologis, genetik dan prilakunya.
Pengujian

tingkatan

toksisitas

senyawa

Polybrominated

diphenylethers dilakukan dengan memaparkan senyawa PBDEs dengan cara


injection maupun melalui inhalasi. Akibat pemaparan zat PBDEs pada hewan
uji ini adalah terjadinya kerusakan sistem syaraf

pada fasa post-natally

dengan gejala perubahan tingkah laku, gangguan kecerdasan dan memori,


akibat terganggunya fungsi otak. Dari hasil pengujian tersebut didapatkan
suatu niai parameter, akan toksisitas suatu zat yaitu LD50 yang didefinisikan
sebagai suatu nilai dosis terendah bahan kimia yang dapat memusnahkan
setengah populasi uji, yaitu sebesar 0,8 mg/kg (Eriksson et al., 2001. Birnbaum
et al., 2004.) Untuk senyawa Pentabrominated diphenylethers (Penta-BDEs).
Hasil pengujian yang dilakukan pada fasa in utero (janin dalam kandungan)
mengakibatkan adanya penurunan hormone thyroid pada hewan pengerat,
dengan dosis terendah yang dibutuhkan sebsar 1mg/kg.
Sedangkan pada uji senyawa Octabrominated diphenylethers tehadap
janin hewan pengerat mengakibatkan adanya kelainan formasi tulang,

penurunan berat bandan dan kematian apabila dosis yang diberikan diatas
2mg/kg.
Pada manusia senyawa PBDEs yang merupakan poltan yang bersifar
persistent dengan waktu mendegradasi diri selama 2-26 tahun (Geyer et al.,
2004) mengakibatkan timbulnya sifat bioakumulatif.

Sifat Bioakumulatif

dalam tubuh juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan senyawa yang akan
dieksresikan dan lamanya waktu senyawa mendegradasi di dalam tubuh,
sehingga senyawa berbahaya ini mengakibatkan gangguan pada keseluruhan
sistem biologis. Gangguan yang akan ditimbulkan senyawa PBDEs
khususnya Pentabrominated diphenylethers pada manusaia adalah keruskan
sistem hormon, seperti terganggunyaaktivitas hormon estrogen pada wanita
dan gangguan reproduksi pada pria maupun wanita dengan dosis 0,06

mg

/kg

(McDonald, 2004 ; Talsness et al., 2003). Terpaparnya PBDEs pada janin


dapat mengakibatan kerusakan sistem kerja otak dan menimbulkan kecacatan
yang dialami janin. Gangguan perkembangan

sistem otak pada janin

mengakibatkan penurunan IQ pada anak usai 6 tahun (Chevrier, J., K.G.


Harley, A. Bradman, M. Gharbi, A. Sjodin, and B. Eskenazi. 2010.).

D. Efek terhadap lingkungan


Emisi suatu proses industri manufaktur dan penggunan senyawa
polutan merupakan penyebab utama terjadinya polusi lingkungan. Terlepas
dari kedua penyebab tersebut, masyrakat memiliki peran sebagai konsumen
yang secara tak sengaja meningkatkan konsentrasi polutan. Permasalahan
tersebut diharapkan menjadi menjadsuatu peringatan pada dunia akan
pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan, hal tersebut dibuktikan
dengan adanya beberapa regulasi yang menangani pemakaian suatu senyawa
polutan di industri, contohnya di Indonesia dengan dibuatnya peraturan
pemerintah tentang pelarangan mengimpor prstisida yang notabenya
merupakan senyawa polutan organik (PP No. 74 Tahun 2001)

Pada era globalisasi ini senyawa Polybrominated diphenylethers


sangatlah mudah untuk ditemukan, terbukti dengan semakin banyaknya
manusia yang mnggunakan gadget dengan senyawa Polybrominated
diphenylethers sebagai campuran materialnya. Hal tersebut mengakibatkan
senyawa senyawa brominated hydrocarbon ini semakin kaya di permukaan
bumi dan semakin sering interaksi yang terjadi pada manusia. Shimgga dapat
dikatakan senyawa Polybrominated diphenylethers merupakan salah satu
penyebab terjadinya polusi lingkungan, dikarenakan enyawa ini dalam
bentuk emisi maupun sampah produksi (disposal) memiliki waktu
mendegradasi diri yang cukup lama (presitent), serta sifat additive yang
menyebabkan senyawa ini mudah sekali bermigrasi (TSDR 2004; EU 2001).
Contohnya kandungan senyawa Polybrominated diphenylethers didalam

Produksi kendaraan bermotor yang memilik waktu paruh selama 12 tahu.


Berikut ini merupakan jalur kontminasi alam oleh PBDEs pada produksi
kendaraan bermotor.
Dari skema paparan figure 6 diatas dapat dikatakan pencemaran
senyawa Polybrominated diphenylethers terjadi pada udara, tanah dan air.
Pencemaran senyawa Polybrominated diphenylethers di udara

pun

dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh Sharp and Lunder pada tahun 2004

yaitu dengan mengukur kandungan senyawa Congener 13 BDE pada 10


rumah diseluruh Amerika Serikat dengan hasil adanya kandungan senywa
PBDEs 41,203 ppb pada suatu rumah yang menggunakan produ-produk
berbahan dasar senyawa tersebut (Renee Sharp and Sonya Lunder 2004).
Kontaminasi senyawa Polybrominated diphenylethers pada alam juga
memiliki dampak bagi kelangsungangan hidup organisme disekitanya, yang
akan mengakibatkan terjadinya suatu gangguangan fungsi pada sistem
kehidupan. Contohnya kontaminsai yang terjadi pada habitat perairan, yang
mengakibatkan adanya kandungan senyawa Polybrominated diphenylethers
pada organisme sejenis ikan, hal ini mengindikasikan bahwa paparan
senyawa asing terhadap suatu habitat akan berdampak juga bagit organisme
sekitarnya (Schecter et al., 2004).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Senyawa

Polybrominated

diphenylethers

merupakan

senyawa

brominated hydrocarbon yang memiliki sifat presisten, sifat presisten


mengakibatkan terjadinya kenaikan konsentrasi di alam yang berdampahk
terhadap pencemaran lingkungan, oleh sebab itu senyawa ini dapat dikatakan
sebagai suatu senyawa

polutan organik. Pencemaran yang dilakukan

Polybrominated diphenylethers di alam maupun

tubuh manusia

juga

disebabkan oleh, banyaknya pemkaian barang elektronik seperti heandphone


dan emisi dari hasil proses manufaktur yang menggunakan campuran material
Polybrominated diphenylethers sehingga kontaminasi dan paparan dari
senyawa ini akan sulit dihindari.
Faktor lain yang meneybabkan tingginya kontaminan pada tubuh
manusia adalah tingkat frekuensi suatu paparan. Sifat aditif yang dimiliki
senyawa Polybrominated diphenylethers mengakibatkan frekuensi paparan
akan semakin tinggi, dikarenakan senyawa ini akan dengan mudah bermigrasi
ke udara, oleh karena itu, udara merupakan salah satu media yang ampuh
untuk melakukan paparan melalui inhalasi.
Kandungan senyawa Polybrominated diphenylethers di dalam tubuh
manusia akan menyebabkan ganguan sistem biologis, dikarenakan senyawa
ini memiliki sifat bioakumulatif dalam tubuh, sehingga sulit untuk
diekskresikan dan didegradasi dalam tubuh. Kandungan terbesar senyawa
Polybrominated diphenylether dalam tubuh manusia terkandung pada sel
darah, lemak dan air susu ibu (ibu menyusui). Air susu ibu menjadi faktor
naiknya tingkat kontaminasi senyawa Polybrominated diphenylether pada
balita, dikarenakan terjadinya paparan senyawa melalui media air susu,
sehingga balita tersebut beresiko mengalami gangguan kessehatan. Efek
toksik yang ditimbulkan

senyawa Polybrominated diphenylethers

pada

sistem biologis manusia yaitu, terjadinya gangguan sistem syaraf, sistem


kerja otak, sistem hormon dan sistem reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Birnbaum et al., 2004. Brominated flame retardants: cause for concern?


Environmental Health Perspectives 112(1): 9-17.
Eriksson

et

al.,

2002.

pentabromodiphenyl

brominated

ether:

uptake,

flame

retardant,

retention,

and

2,2,4,4,5induction

of

neurobehavioral alterations in mice during a critical phase of neonatal


brain development. Toxicological Sciences 67:98-103.
Geyer et al., 2004. Terminal elimination half-lives of the brominated flame
retardants TBBPA, HBCD, and lower brominated PBDEs in humans.
Organohalogen Compounds 66:3867McDonald, 2004. Distribution of PBDE levels among U.S. women: estimates of
daily intake and risk of developmental effects. Abstract presented at BFR
2004 Conference in Toronto Canada, June 2004.
Sjodin et al., 2001. Flame retardants in indoor air at the an electronics recycling
plant and at other work environments. Environmental Science &
Technology 35(3):448-454.
http://www.ecy.wa.gov/biblio/0403045.html
United State Environmental Protection Agency, January 2014. Technical Fact
Sheet Polybrominated Diphenyl Ethers (PBDEs) and Polybrominated
Biphenyls (PBB)
Schecter et al., 2004. Polybrominated diphenyl ethers contamination of United
States food. Environmental Science & Technology, web release September
1, 2004. ,
Renee Sharp and Sonya Lunder, In the Dust: Toxic Fire Retardants in American
Homes Environmental Working Group, 2004
http://www.ecy.wa.gov/biblio/0403045.html

Vous aimerez peut-être aussi