Vous êtes sur la page 1sur 22

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan

Konsep Citywalk

2 BAB 2
TINJAUAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN
2.1

Pengertian Pusat Perbelanjaan Modern

Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan


fasilitas

yang

direncanakan

sebagai

kelompok

terpadu

untuk

memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal kepada pelanggan


dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal 24.

Menurut International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013,


Pusat perbelanjaan sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran
(retailer)

dan

kegiatan

komersil

lainnya

yang

direncanakan,

dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada


umumnya menyediakan tempat parkir.

Menurut situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012, pusat
perbelanjaan adalah tempat yang diperuntukkan bagi pertokoan yang
mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun


2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern menyebutkan bahwa pusat perbelanjaan
adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan
yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan
kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan


adalah suatu kompleks bangunan komersil yang dirancang dan

24

Chiara, J. D. & Crosbie , M. J., 2001. Time Saver Standart For Building Types. 4th penyunt. Singapore: McGraw - Hill
Book Co. hlm.119

2-1

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

direncanakan beserta retail-retail dan fasilitas pendukungnya untuk


memberikan

kenyamanan

dalam

aktifitas

perdagangan

yang

diwadahinya. Aktifitas perdagangan dalam pusat perbelanjaan modern


ini tidak disertai tawar menawar barang seperti halnya pasar tradisional.
Pusat perbelanjaan modern merupakan pusat perbelanjaan dengan sistem
pelayanan mandiri atau dilayani pramuniada, menjual berbagai jenis
barang secara eceran.Pusat perbelanjaan modern biasanya terdiri dari
tenant-tenant yang disewakan kepada pelaku usaha serta terdapat anchor
tenant yang berupa departement store atau supermarket.
2.2

Fungsi pusat perbelanjaan

Sebagai fungsi ekonomi, yaitu sebagai pendukung dinamisasi


perekonomian kota dan wadah penampungan dan penyaluran produksi
dari produsen untuk kebutuhan masyarakat (konsumen)25.

2.3

Fasilitas pendukung pusat perbelanjaan


Fasilitas pendukung pada pusat perbelanjaan yaitu26 :
a.

Fasilitas Perbelanjaan
Berdasarkan lingkup pelayanan skala regional(150.000-400.000)
fasilitas katagori ini meliputi 50-100 unit retail, supermarket dan
departement store.

b.

Fasilitas Rekreasi
Fasilitas yang biasanya ada dibedakan menurut :
Kesenangan meliputi Foodcourt, restaurant, fast food, dan kafe.
Hiburan meliputi Bioskop, auditorium, comunity center.
Ketangkasan meliputi arena permainan dan game.

25

Maitland, B., 1985. Shopping Malls-Planing and Design. New York: Langman Group Limited.(Dalam tugas akhir
Wibowo, A. S., 1999. Shopping Street. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. hlm2).

26

Chiara, J. D. & Crosbie , M. J., 1983. Time Saver Standart For Building Types. 4th penyunt. Singapore: McGraw - Hill

Book Co. hlm.713

2-2

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

2.4

Karakterisitik pusat perbelanjaan


Karakteristik shopping center antara lain27 :

2.5

Koridor

: tunggal

Lebar koridor

: 8-16 meter

Jumlah lantai

: maks. 3 lantai

Entrance

: Dapat dicapai dari segala arah

Atrium

: Di sepanjang koridor

Magnet Anchor Tenant : 100-200 meter

Basement merupakan alternative penting yang lain.

Unsur-unsur dalam Pusat Perbelanjaan


Shopping center merupakan penggambaran dari kota yang terbentuk oleh
elemen-elemen28 :

Anchor (magnet) merupakan transformasi dari node dapat pula


berfungsi sebagai landmark, perwujudan berupa plaza dalam
shopping center.

Secoundary Anchor (magnet sekunder) merupakan transformasi dari


distrik perwujudannya berupa pedestrian yang menghubungkan
magnet-magnet.

Street I merupakan transformasi bentuk path perwujudan berupa


pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet.

Lanscaping (pertamanan) merupakan transformasi dari edges


sebagai pembatas pusat pertokoan di tempat-tempat luar.

2.6

Tipe-tipe Pusat Perbelanjaan


2.6.1. Menurut jenis fisik

27

Maitland, B., 1985. Shopping Malls-Planing and Design. New York: Langman Group Limited. (Dalam tugas akhir

Wibowo, A. S., 1999. Shopping Street. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hlm 3).
28

Rubeinstein, H. M., 1978. Central City Mall. New York: A Willey Inter Sience Publication.hlm 2-3

2-3

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Menurut jenis fisik dari bangunan, toko dibedakan menjadi29 :


Shop Units

: unit retail dengan area untuk berjualan

kurang dari 400 m2


Departement store

: toko yang menawarkan banyak pilihan

barang dan biasanya area untuk berjualan lebih dari 10.000 m220.000 m2.
Supermarket

: toko makanan dengan sistem self service

dan memiliki area minimum untuk berjualan 400 m2.


Cash dan carry dan other retail warehouse : bangunan yang
digunakan untuk menyimpan dan menjual barang yang didiskon
untuk pedagang maupun anggota masyarakat.
Superstores

: Pertokoan dengan area berjualan lebih dari

2.500 m .
Hypermarket

: lokasi hypermarket selalu berada jauh dari

tengah kota dan area untuk berjualannya lebih dari 5.000 m2.
Shopping Arcade

: terdiri dari pedestrian yang sempit dan

tertutup, dengan toko-toko di kedua sisi, memilik lebar yang hanya


cukup untuk di lewati pengunjung, dan tanpa tempat duduk,
tanaman dan perabotan lain.
Shopping Mall

: terdiri dari 3-3.5 m area untuk berjalan

yang berada di depan pertokoan yang berada di sisi-sisnya dan


pusat reservasi sebesar 4-8 m.
2.6.2. Menurut variasi barang yang dijual
Pusat perbelanjaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Specialty Shop : Toko yang menjual barang sejenis, seperti: sepatu,
pakaian, dan sebagainya.
Variety Shop : Toko yang menjual bermacam-macam barang
dengan area 200 m2 hingga 15.000 m2. 30
29

Northen, F. R., 1977. Shopping Center a Developer's Guide to Planning and Design. Ney York: College of Estate
Management.hlm 1-4

2-4

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

2.6.3. Menurut luas areal pelayanan


Menurut luas areal pusat perbelanjaan dibedakan menjadi31 :
Regional Shopping Centers
Luas areal antara 27.870-92.900 m2, terdiri dari dua atau lebih
bangunan yang seukuran dengan departement store. Skala
pelayanan antara 150.000-400.000 penduduk, terletak pada lokasi
yang strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran, rekreasi, dan
seni.
Community Shopping Center
Luas areal antara 9.290-23.225 m2, terdiri atas junior departement
store, super market dengan jangkauan pelayanan antara 40.000150.000 penduduk, terletak pada lokasi yang mendekati pusat-pusat
kota (wilayah).
Neigbourhood Shopping Center
Luas areal anrata 2.720-9.290 m2, jangkauan pelayanan antara
5.000-40.000 penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket,
berada pada suatu lingkungan tertentu.
Tabel 2. 1 Kasifikasi Pusat Perbelanjaan

Tipe Pusat
Perbelanjaan

Penyewa Utama
(sebaagai dasar
Klasifikasi)

Tipe (area
yang
disewakan)

Batas luas
dalam
GLA
(Gross
Leasable
Area )
2.8009.300 m2

Populasi
pelayanan
minimum
(orang)

Neigbourhood
Shopping Center

Supermarket
atau drugstore

50.000
4.650 m2

Community
Shopping Center

Variety discount 150.000


atay drugstore
14.000 m2

9.30027.900 m2

40.000150.000

Regional
Satu atau lebih 400.000
Shopping Centers departement
37.000 m2

27.90083.700 m2

150.000
atau lebih

30

Baddington, Nadine., 1982. Design For Shopping Center. London: Butterworth, Design Series.hlm 54

31

Uli- The Urban Land Institude, 1977. Shopping center Development Handbook. Wasington.hlm 4-7

2.50010.000

2-5

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

store
besar/lengkap
dengan
GLA
100.000
Super Regional Tiga atau lebih 800.000
Shopping Centers departement
74.400 m2
store
besar/lengkap
dengan
GLA
100.000

46.50093.000 m2

300.000
atau lebih

Sumber : Uli- The Urban Land Institude. Wasington: Shopping Center Development
Handbook,1977

2.6.4. Menurut fungsi kegiatan


Pusat perbelanjaan yang dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada
pada bangunan yaitu:
Murni : Pusat perbelanjaan yang tidak hanya sebagai tempat
berbelanja tetapi juga sebagai suatu Community Center.
Multi Fungsi : memiliki fungsi yang hampir sama dengan pusat
perbelanjaan murni. Namun kegiatan yang terjadi di dalamnya
tidak hanya berbelanja dan rekreasi, namun memiliki fungsi untuk
kegiatan perkantoran atau apartemen.
2.6.5. Jenis barang yang dijual
Menurut jenis barang yang dijual pusat perbelanjaan modern dapat
dibedakan menjadi32:
Demand (permintaan), yaotu yang menjual kebutuhan sehari-hari
yang juga merupakan kebutuhan pokok.
Semi demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barangbarang untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Implus (barang yang menarik), yaitu yang menjadi barang-barang
mewah yang menggerakan hati konsumen pada waktu tertentu
untuk membelinnya.

32

Baddington, Nadine., 1982. Design For Shopping Center. London: Butterworth, Design Series

2-6

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Drugery, yaitu yang menual barang-barang higienis seperti, sabun,


parfum, dan lain-lain.
2.6.6. Menurut konfigurasi bangunan
Konfigurasi bangunan merupakan hal yang penting dari proses
perencanaan site bagi penyewa maupun developer. Pertimbangan dari
developer adalah menentukan pola bangunan dan menempatkan
penyewa utama. Penyewa-penyewa inin diatur sedemikian rupa
sehingga menimbulkan suatu jalur lalu lintas perbelanjaan antara
penyewa utama dengan penyewa lain. Berdasarkan konfigurasi
tersebut, terdapat macam dan pola bangunan dan konfigurasi, antara
lain33 :
Bentuk linier merupakan suatu deretan toko-toko yang membentu
garis lurus yang dipersatukan oleh kanopi dan pedestrian yang
terdapat di sepanjang bagian depan toko-toko . Bangunan tipe ini
biasanya dimundurkan dari batas jalan dan sebagian besar parkit
terletak antara jalan dan bangunan. Pengaturan sdengan tipe ini
paling seering diterapkan oada neigbourhood shopping center
dengan peletakan penyewa-penyewa utama pada ujungnya.
Bentuk L dan U merupakan perkembangan dari bentuk linier
shopping center yang besar dan community shopping centers uang
kecil, sedangkan bentuk U sesuai dengan community shopping
center yang besar.
Mall, merupakan daerah bagi pejalan kaki yang terletak diantara
bangunan linier yang berhadapan, kemudian mall menjadi daerah
bagi pejalan kaki unutk hilir-mudik dalam berbelanja. Mall telah
menjadi standart regional shopping center dan sedang diterapkan
pula pada community shopping center.
Cluster, merupakan perkembangan dari konsep mall, tetapi pada
penerapan cluster lebih ditekankan pada penggunaan beberaapa
33

Uli- The Urban Land Institude, 1985. Shopping center Development Handbook. Wasington.hlm 86

2-7

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

massa bangunan yang berdiri sendiri, dipisahkan oleh jalur bagi


pejalan kaki atau taman pada regiaonal shopping center. Bentuk
cluster bervariasi dengan menggunakan bentuk-bentuk dari huruf
X, Y, dan halter.
2.6.7. Berdasarkan cara pelayanan
Berdasarkan cara pelayanan pada pusat perbelanjaan dibedakan
menjadi34 :
Personal Service. Pembeli dilayani langsung oleh pelayan. Setelah
transaksi,

pelayan

langsung

meminta

pembayaran

dan

membungkus barang tersebut.


Self Selection. Pembeli dapat memilih dan membeli barang-barang,
kemudian

mengumpulakan

ke

pelayan

dan

meminta

bon

pembayaran, lalu kekasir untuk mebayar dan mengambil barang.


Self Service. Pembeli dapat memilih dan mengambil barang-barang
yang dibutuhkan, kemudian diletakan pada keranjang/kereta
dorong yang telah disediakan, lalu langsung dibawa ke kasir untuk
pembayaran dan pembungkusan.
2.7

Tipologi Pusat Perbelanjaan


Macam-macam tipologi pusat perbelanjaan35 :
2.7.1. Pusat Perbelanjaan Terbuka
Terbuka langsung terhadap cahaya matahari, merupakan pusat
perbelanjaan

tanpa

pelingkup,

perlingdungan

terhadap

cuaca

dilakukan melalui penggunaan canopy menerus sepnajang muka toko.


Keuntungannya adalah kesan luas dari perencanaan teknis yang
mudah sehingga biaya lebih murah, Kerugiannya berupa kendala
climiting control, berpengaruh pada kenyamanan dan antara retailretail yang terpisah.
34
35

Baddington, Nadine., 1982. Design For Shopping Center. London: Butterworth, Design Series.hlm 6
Rubeinstein, H. M., 1978. Central City Mall. New York: A Willey Inter Sience Publication. Hlm 5-6

2-8

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Gambar 2. 1 Pusat Perbelanjaan Terbuka


Sumber: Rubeinstein, H. M.,. Central City Mall, 1978

2.7.2. Pusat Perbelanjaan Tertutup


Terlindung dari cuaca, merupakan mall dengan pelingkup atap.
Keuntungannya adalah climatic control (kenyamanan). Kerugiannya
adalah biaya mahal dengan kesan kurang luas.

Gambar 2. 2 Pusat Perbelanjaan Tertutup


Sumber: Rubeinstein, H. M.,. Central City Mall, 1978

2.7.3. Pusat Perbelanjaan Terpadu (integraded)


Merupakan penggabungan antara pusat perbelanjaan terbuka
dan pusat perbelanjaan tertutup. Munculnya bentuk ini merupakan
antisipasi terhadap keborosan energi untuk control serta tingginya
biaya pembuatan dan perawatan pada pusat perbelanjaan tertutup.
Selain itu, pusat perbelanjaan ini bertujuan untuk mengkonsentrasikan
daya tarik pengunjung pusat perbelanjaan dengan bagian tertutup
diletakan di tengah sebagai pusat dan magnet yang dapat menarik
pengunjung.

2-9

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Gambar 2. 3 Pusat Perbelanjaan Tertutup


Sumber: Rubeinstein, H. M.,. Central City Mall, 1978

2.9. Sistem Sirkulasi Perbelanjaan


Macam-macam sistem sirkulasi pada pusat perbelanjaan modern36:
2.9.1. Sistem banyak koridor
Ciri-ciri pusat perbelanjaan dengan sistem banyak koridor :

Terdapat banyak koridor tanpa penjelasan orientasi, tanpa ada


penekanan, sehingga semua dianggap sama, yang strategis hanya
bagian depan/ dekat pintu masuk saja.

Efektifitas pemakaian ruangnya sangat tinggi.

Terdapat pada pertokoamn yang dibangun sekitar tahun 1960-an di


Indonesia.
Contoh: Pasar Senen dan Pertokoan Duta Merlin.

Gambar 2. 4 Sistem Sirkulasi Banyak Koridor


Sumber: Avriansyah, R., 2010
36
Avriansyah, R., 2010. Skripsi: Yogyakarta Citywalk Public Space Sebagai Activity Generator Bagi Daya Tarik Pusat
Komersil. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.hlm 20-21

2-10

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

2.9.2. Sistem Plaza


Ciri-ciri pusat perbelanjaan dengan sistem plaza:

Terdapat plaza/ ruang berskala besar yang menjadi pusat orientasi


kegiatan dalam ruang dan masih menggunakan pola koridor untuk
efisiensi ruang.

Mulai terdapat hierarki dari lokasi masing-masingeq toko, lokasi


strategis berada didekat plaza tersebut, serta mulai mengenaal pola
vide dan mezanin.
Contoh: Plaza Indonesia, Gajah Mada plaza, Glodok Plaza, Ratu
Plaza, Plaza Semanggi, ITC Cempaka Mas, dan lain-lain.

Gambar 2. 5 Sistem Sirkulasi Plaza


Sumber: Avriansyah, R., 2010

2.9.3. Sistem Mall


Ciri-ciri pusat perbelanjaan dengan sistem mall:

Dikonsentrasikan pada sebuah jalur utama yang menghadap dua


atau lebih magnet pertokoan dapat menjadi poros massa, dan
dalam ukuran besar dapat berkembang menjadi sebuah atrium.
Jalur

tersebut

akan

menjadi

sirkulasi

utama,

karena

menghubungkan dua titik magnet atau anchor yang membentuk


sirkulasi utama.
Contoh : Pondoh Indah Mall, Blok M, Atrium Senen, Mall
Kelapa Gading 1-2, Mall Ciputra.

2-11

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Gambar 2. 6 Sistem Sirkulasi Sistem Mall


Sumber: Avriansyah, R., 2010

2.10. Variasi Susunan Lay Out Denah Pusat Perbelanaan

Gambar 2. 7 Sususnan Layout Denah Pusat Perbalanjaan


Sumber: Chiara, J. D. & Crosbie , M. J., 2001

Bentuk klasik, Departement store, 1-2 lantai(Classic 2 departement store


plan: 1 or 2 plans with one departement store are rarely undertaken)

Variasi 3 Departemnt store, 1-2 lantai(one of varios 3 departement store


plan, one or two levels)

2 Departement store dan rencana pengembangan (2 departement store


plan an one or two with future 3 or departement store)
2-12

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Variasi 4 Departement store, 1-2 lantai (one of variouse 4 departement


plan: 1-2 level)

2.11. Variasi Susunan Multi Level Potongan Pusat Perbelanjaan

Gambar 2. 8 Susunan Multilevel Potongan Pusat Perbelanjaan


Sumber: Chiara, J. D. & Crosbie , M. J., 2001

Mall/ atrium, retail parkir 1 lantai (one level mall and retail with
grade parking)

Two level mall and retail with grade parking feeding each level

Three level mall and retail ini CBD with basement parking

Two level mall and retail in sub urban CBD with multi-deck
contiguous parking feeding each level

One level mall and retail with leasable basements and truck service
tunnel: Ground level for sales only,basement for service.

2-13

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

2.12. Tata Letak dan Dimensi Pusat Perbelanjaan


Tata letak dan dimensi Pusat Perbelanjaan sangat mempengaruhi
keberhasilan sebuah pusat perbelanjaan. Di negara asalanya Amerika
umumnya tata letak yang paling berhasil adalaha yang berbentuk sederhana
seperti bentuk I,L, dan T. Hal ini sesuai dengan konsep pusat perbelnajaan
lainnya yang mempunyai akses ke dalam dengan koridor tunggal sehingga
menjadikan semua outlet mempunyai peluang sama untuk dikunjungi
konsemen.
Contoh pusat perbelanjaan yang sesuai dengan tata letak sederhana

Eplanade Oxnard (bentuk huruf I di California)

Yardale (bentuk huruf L di Toronto)

Franklin park mall (bentuk huruf T di Toledo Ohio)


Untuk dimensi berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, panjang minimal
180 meter dan maksimal 240 meter. Ketentuan ini sifatnya tidak mutlak,
manun pada prinsipnya tidak boleh terlalu panjang sehingga pengunjung
mempu berjalan ke ujung bangunan. Untuk mengantisipasi hal tersebut dan
untuk mencapai tujuan, agar setiap outlet mempunyai akses sama terhadap
pengunjung, maka diperlukan adanya anchor pada tempat-tempat tertentu,
dengan jarak anchor 100-200 meter. Anchor itu dapat berupa squere,
court, food court atau tempat santai lainnya yang dapat mengalihkan
perhatian pengunjung dari kelelahan. Anchor seperti tersebut diatas, harus
mempertimbangkan total area yang mewadahi luberan (termasuk court dan
squere) minimal 10% dari total luas lantai37.

2.13. Faktor utama perencanaan tata letak pusat perbelanjaan


Yang menjadi faktor utama perencanaan tata letak pusat perbelanjaan,
yaitu38:

37

Rubeinstein, H. M., 1978. Shopping Mall, Planning and Design. New York: Nicoles Publishing. Co. hlm 89(dalam
skripsi: Astarie, F., 2004. Penerapan City Walk Pada Selokan Mataram. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.hlm 41)

38

Northen, F. R., 1977. Shopping Center a Developer's Guide to Planning and Design. Ney York: College of Estate
Management.hlm 24

2-14

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Jumlah, ukuran, dan penempatan anchor atau magnet pertokoan tergantung


pada tipe pedagang dalam memilih ruang.

Distribusi, jumlah, dan ukuran standart unit toko dan persyaratan service.

Adanya obyek menarik serta fasilitas tambahan.

Tempat keluar masuk pusat perbelanjaan dapat berelasi dengan area


transportasi umum,area parkir kendaraan, dan area sirkulasi umum.

Luas dan penempatan parkiran kendaraan.

Ketersediaan penyewa untuk memperhatikan lingkungan dan konsekuen


terhadap efek dari perencanaan.

2.14. Bagian Utama Pusat Perbelanjaan (Major unit/ the large unit shopping
center)
a.
Persyaratan Umum39
Large units terdiri dari pintu masuk yang lebar, dan bagian depan
yang terbuka dengan pandangan yang menarik di bagian depan
pada semua tingkatan.
Ketinggian dari lantai hingga kebagian bawah pelat struktur tidak
perlu berlebihan hanya sekitar 4 meter hingga 5 meter. Ketinggian
tersebut harus memungkinkan untuk ruang saluran dan saluran asap
dengan ketinggian langit-langit yang dapat diterima (katakanlah
3,66 meter), kedalaman balok dalam konstruksi juga harus
dipertimbangkan sebagai pembatas ruang bebas yang tersedia.
b.

The Departement Store


Departement store merupakan toko yang menawarkan banyak
pilihan barang40. Area penjualan minimal sebasar 10.000 m2-20.000
m2, dan menurut definisi maka akan membutuhkan lebih dari 1 lantai.
Pintu masuk dari mall harus memiliki kekhasan dan dapat
mengundang dengan penandaan yang jelas dapat menunjukan tingkat

39

Ibid, 53
Northen, F. R., 1977. Shopping Center a Developer's Guide to Planning and Design. Ney York: College of Estate
Management.hlm 2

40

2-15

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

dominasi toko. Departement store cenderung dapat memberikan


desain sendiri, tetapi tetap harus diintegrasikan dengan bangunan
pusat/ keseluran, dibawah kendali arsitek pusat. Karena beberapa
persyatan utama perlu dipahami.
Staff departement store yang banyak (katakanlah 300)
membutuhkan pintu masuk terpisah, ruang ganti staff, lavatory, dan
akomodasi ruang istirahat , kantin staff, pertolongan pertama atau
pusat pengobatan yang memadahi.
Bagian administrasi mencakup kantor untuk keuangan, iklan,
dan manajemen selain kantor dan ruang wawancara. Pembuangan
limbah dibutuhkan pada setiap lantai41.

Gambar 2. 9 Elemen dan analisis sirkulasi pada departement store


Sumber: Baddington, Nadine., 1982

c.

The variety store, supermarket, super store, hypermarket


The variety store menjual berbagai macam barang dengan kisaran
ukuran area penjualan 200 m2 hingga 15000 m2, menwarkan
berbagai macam barang dagangan dengan self selection sistem.

41

Northen, F. R., 1977. Shopping Center a Developer's Guide to Planning and Design. Ney York: College of Estate
Management.hlm 54

2-16

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Area

penjualan

terbuka

dengan

barang

dagangan

yang

ditampilakan pada rak-rak dan counter.


Supermarket secara umum dipahami sebagai toko makanan
menggunaka sistem self-service dengan area penjualan antara 400
m2 hingga 2000 m2 dan biasanya dikhususkan untuk ritel
makanan.
1.
2.
3.
4.
5.

Grocery store room


Frozen food store
Service provisions store
Meat preparation
Fruit/vegetable
preparation
6. Security cage
7. Toilet/cloakrooms
8. Managers office
9. Kitchen
10. Staff room
11. Wine store
12. General office
13. Cooked meats/dairy
14. Frozen meat
15. Poultry
16. Fish
17. Home freezer
18. Ice cream
19. Serviced provisions
20. Fruit/vegetable
21. Self service wine/spirits
22. Promotions
23. Trolleys

Gambar 2. 10 Tata letak tipikal supermarket


Sumber: Baddington, Nadine., 1982

Super store area penjualanya lebih dari 2500 m2, meskipun yang
diutamakan penjualan makanan tetapi juga terdapat jenis barang
bukan makanan.
Hypermarket merupakan perluasan dari super store.
2.15. Bagian pertokoan kecil pada pusat perbelanjaan(Small shops/ specialist
unit)
a.

Dimensi Pertokoan Kecil

2-17

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Dimensi untuk pertokoan kecil: Bagian depan toko antara 5,5 m-7,3 m
dengan kedalaman pada lantai penjualan utama tergantung pada jenis
barang dagangan, jumlah tingkat perdagangan, dengan kisaran 13,1 m
hingga 39,37m42.
b.

Tipe tata letak pertokoan kecil


Beberapa contoh pedoman tipe tata letak pertokoan kecil43:

Gambar 2. 11 Tata letak tipikal meat and service provisions preparation room
Sumber: Baddington, Nadine., 1982

42
43

Ibid, 49
Ibid, 50-51

2-18

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

f: fitting room, min


size1200mmx900mm
(with staff assistance
1200mmx1200mm)
g.f: group
room
d: display

Gambar 2. 12 Tata letak tipikal untuk toko pakaian wanita

Sumber: Baddington, Nadine., 1982

Gambar 2. 13 Tata letak tipikal toko sepatu

Sumber: Baddington, Nadine., 1982

2-19

fitting

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Gambar 2. 14 Tata letak tipikal toko ikan, buat, dan sayuran


Sumber: Baddington, Nadine., 1982

2.16. Tipe bagian depan pertokoan


Tipe-tipe bagian depan pertokoan pada pusat perbelanjaan44 :

Gambar 2. 15 Komponen bagian depan toko


Sumber: Baddington, Nadine., 1982
44

Ibid, 47

2-20

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Gambar 2. 16 Potongan display windows


Sumber: Baddington, Nadine., 1982

2.17. Pelaku kegiatan pusat perbelanjaan modern


a.

Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu45:

Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin /berulang misal


kebutuhan berbelanja makanan.

Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi, desain,


harga, layanan dll sebelum membuat keputusan barang yang
akan dibeli.

b.

Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa
dan mengunakan ruang serta fasilitas yang disediakan dalam
melakukan kegiatan jual beli.

c.

Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan
yang bertanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan
yang terdapat dalam pusat perbelanjaan.
Pengelola shopping center hanya meliputi dan behubungan
dengan bangunan yang dikelola tidak termasuk pengelola yang ada
pada outlet masing-masing yaitu terdiri46:

45

Ibid, 6

2-21

Pusat Perbelanjaan Modern Di Yogyakarta Studi Tata Ruang Luar Dengan


Konsep Citywalk

Manager (manager/pimpinan)
Pengturan dibatasi pada pengambilan keputusan(decision
making) tingkat atas.

Administration (administrasi)
Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang
berhubungan dengan administrasi kantor.

Marketing team (Tim marketing)


Adalah suatu tim yang mengurusi masalah pemasaran.
Berhasil

tidaknya

shopping

center

tergantung

pada

marketingnya. Marketing sering dikatakan sebagai ujung


tombaknya produksi.

Cleaning service
Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan
dengan kebersihan gedung.

Maintenance Building Service (Perawatan gedung)


Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap
perawatan gedung yang meliputi utilitas dan struktur
geedung.

Security (keamanan)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap
keamanan

lingkungan

bangunan

dari

pencurian,

perampokan, pengerusakan dan lain-lain.


c.

Pemilik
Yakni pihak yang paling berkepentingan terhadap nilai
komersial dari shopping center. Sasaran utama investor adalah para
pedagang/penyewa toko dan sasaran tidak langsungnya adalaaah para
pengunjung.

46

Mills, E. D., 1976. Buildings for administration, entertainment, and recreation. University of Virginia : NewnesButterworths(dalam skripsi : Kamaruddin, 2005. Pusat Perbelanjaan dan Rekreasi di Banjarmasin. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.Hlm 50)

2-22

Vous aimerez peut-être aussi