Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan
eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya suatu rangsangan dari luar. Gangguan persepsi ini meliputi seluruh
panca indra.
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam
interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial,
komunikasi susah, dan kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain
maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan
keperawatan secara intensif dan komprenhensif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ruang Perkutut, terdapat 70 % (dari
24 klien) yang mengalami halusinasi. Masalah keperawatan yang ada, yakni
klien belum tahu bagaimana cara mengontrol halusinasinya, klien menunjukan
perilaku menarik diri, hubungan interpersonal dan komunikasi kurang sebagai
dampak dari timbulnya halusinasi.
Menilik kondisi tersbut di atas kami kelompok terdorong mengambil topik
Asuhan Keperawatan Klien S. dengan Masalah Utama Halusinasi Dengar
dengan harapan dapat bersama-sama tim keperawatan ruang Perkutut pada
khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan klien halusinasi.
B. Tujuan
Tujuan kelompok mahasiswa merawat klies S., melakukan seminar dan menulis
laporan studi kasus adalah :
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
Tn. S. , laki-laki, usia 40 tahun, pendidikan terakhir SMP kelas III, status
menikah tidak mempunyai anak, pernah bekerja di Koperasi Simpan Pinjam
selama 3 tahun, kemudian keluar karena merasa jenuh / bosan, kemudian bekerja
di bengkel bubut selama 1 tahun, kemudian keluar karena klien merasa capek.
Setelah itu klien tidak bekerja. Klien beragama Islam, suku jawa. Klien
merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara.
Klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada bulan Pebruari 1994 dengan
keluhan klien sering menyendiri, melamun, marah-marah, yaitu dengan
membanting gelas, piring karena disuruh roh halus yang membisiki ditelinganya.
Klien dirawat di RSJ Jakarta untuk keempat kalinya dengan masalah atau keluhan
utama yang sama. Dari RSJ Jakarta klien dinyatakan sembuh, tetapi sampai di
rumah kambuh lagi, lalu keluarga membawanya ke RSJ Jakarta.
Sebelum dirawat di RSJP. Jakarta, 10 tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan
ketika mengendarai sepeda motor. Menurut klien waktu itu ada yang mendorong
dari belakang sehingga klien terjatuh. Kemudian klien dirawat di RSU
Pekalongan - Jawa Tengah dan dilakukan operasi pada lengan bawah karena
patah.
Dari hasil observasi tanggal 10 April 1997 sampai dengan 24 April 1997, klien
sering menyendiri, tidur di tempat tidur, jarang berinteraksi dengan klien lainnya.
Klien cenderung diam, mendengarkan pembicaraan orang lain dalam
berinteraksi, klien tampak putus asa. Klien memberikan jawaban bila ditanya
oleh perawat, meskipun jawabannya singkat, jarang membicarakan masalahnya
dengan orang lain. Pada saat tiduran kadang sepertinya klien mendengar sesuatu,
mulut komat-kamit, dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Penampilan diri
klien : rambut tidak disisir rapih, gigi kotor, pakaian kusut, klien malas mandi,
klien mandi satu kali sehari, gosok gigi jarang, ganti pakaian dua hari sekali,
mencuci rambut seminggu sekali, kulit agak kotor, rambut kotor, kuku panjang
dan hitam. Jarang melakukan aktifitas.
Pada pengkajian keluarga: keluarga mengatakan belum bisa merawat klien
dengan halusinasi, dengan marah, dengan menarik diri, dan gangguan kebersihan
diri. (Pengkajian lengkapnya ada di lampiran)
B. Masalah Kperawatan
Dari data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sebagai berikut:
Halusinasi dengar
Data Subyektif: Klien mengatakan :
Saya dibawa ke rumahh sakit karena membanting gelas dan piring karena
disuruh oleh roh halus.
Data Obyektif :
Sering tiduran di tempat tidur dan jarang berbicara dengan klien lain atau
perawat.
Data Obyektif:
Data Obyektif :
Kulit agak kotor, rambut kotor tidak disisir, gigi kotor, pakaian kusut,
kuku panjang dan hitam.
Kurangnya minat
Data Subyektif : Klien mangatakan:
Data Obyektif:
Saya di bawa ke rumah sakit karena membanting gelas dan piring karena
disuruh oleh roh halus.
Potensial amuk
Data Subyektif : Klien mengatakan :
dan lingkungan
Halusinasi dengar
(Core Problem)
Menarik diri
Harga diri rendah
BAB III
TINJAUAN TEORI
oleh
keluarga
isteri
klien
dinikahkan.
Setelah
menikah
selama
tiga
bulan,
klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti
gambaran suara dan sensasi.
Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien
menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia
yang sering mengajaknya berbicara. Sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada
pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai, halusinasi memberikan
kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat
mengancam yaitu klien mendengar suara-suara Saya tidak takut sama kamu !.
Lalu klien S. menjawab Saya juga tidak takut sama kamu !
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah
potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguan kebersihan
diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien
tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial
melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena
klien S. mendengar suara-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh
oleh roh halus untuk membanting piring dan gelas.
B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan masalah keperawatan sejumlah sebelas buah,
yaitu :
1. Gangguan orientasi realitas
2. Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri
3. Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal
4. Koping individu tidak efektif
5. Gangguan persepsi: Halusinasi dengar
6. Gangguan perawatan mandiri
7. Koping keluarga tidak efektif
8. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
9. Potensial amuk
10. Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
11. Potensial kambuh
Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan berikan pendapat bahwa
halusinasi tidak nyata pada perawat.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Terapi Lingkungan
Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam,
nama ruang.
Pendidikan Kesehatan :
Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit
mengendalikan diri saat halusinasi timbul.
Masalah keperawatan 2:
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu
yang dipikirkan.
Batasi klien untuk tidak melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam
aktifitas rutin di ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan
tempat tidur, mencuci piring.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Terapi Lingkungan
Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.
Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai
berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.
Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari
kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.
Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, TV.
Pendidikan Kesehatan
Libatkan
keluarga.
Masalah Kepererawatan 3
Ketidakmampuan mengungkapkan cara marah yang konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk dan dapat mengungkapkan marah yang konstruktif
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
Berespons terhadap respons verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang
dan tidak mengancam
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Terapi Lingkungan
Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang
berlebihan pada dirinya.
Pendidikan Kesehatan
Masalah Keperawatan 4
Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
Tujuan Jangka Panjang:
Klien berminat dan mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
Buat jadwal bersama klien tentang perawatan diri : mandi, gosok gigi, cuci
rambut, potong kuku.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Terapi lingkungan
Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar
mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.
Pendidikan kesehatan
Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun,
ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga
kali seminggu, potong kuku kalau panjang.
Masalah Keperawatan 5
Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping
yang timbul.
Terapi Lingkungan
Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien
untuk amuk.
Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
Pendidikan Kesehatan
Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap
keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.
Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.
BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan disini kelompok menguraikan tentang
pelaksanaan tindakan yang diberikan kepada klien S. Dan untuk lebih jelasnya
mohon membacanya pada lampiran makalah ini.
Diagnosa keperawatan 1
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan halusinasi
dengar.
Tujuan
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan yang telah dilakukan.
Mengadakan kontak yang sering tapi singkat, tiap 20 menit sekali. Mengobservasi
tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi dengan
memperhatikan isi kalimat dan memperhatikan bila klien tiba-tiba tersenyum sendiri
atau diam. Menerima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien, tetapi tidak nyata bagi
perawat. Mengidentifikasi bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya
halusinasi. Menganjurkan klien untuk lapor pada perawat, pada saat mendengar
suara-suara. Melibatkan klien dalam kegiatan ruangan, seperti: merapihkan tempat
tidur, mengelap meja dan menyiapkan makanan. Melibatkan klien dalam terapi
aktifitas kelompok (TAK), olah raga : senam dan volley. Bersama klien membuat
jadwal kegiatan sehari-hari yang dapat mengontrol halusinasi, seperti: menonton TV
dengan teman-teman lainnya, bergabung dengan klien lain, ngobrol atau bercakapcakap, melakukan kegiatan hari-hari di ruangan secara rutin, memberikan pujian /
reinforcement posistif saat klien mau berbincang-bincang dengan klien lain dan mau
menonton TV dengan klien lain.
Evaluasi
Subyektif
Obyektif
Analisa
Planing
(Tindak lanjut)
Diagnosa keperawatan 2
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Pelaksanaan Tindakan
Membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien : memperkenalkan diri,
menyebutkan nama dan tujuan datang, memanggil nama klien sambil tersenyum,
mendengarkan respon verbal dan memperhatikan respon nonverbal. Bersikap empati,
menepati janji dengan datang tepat waktu untuk menemui klien: melakukan kontak
mata dua kali setiap pertemuan 15 - 20 menit, memberi support agar klien bersedia
mengungkapkan perasaannya bila ada sesuatu yang dipikirkan. Menganjurkan klien
untuk berkenalan dengan klien lain dengan cara : memperkenalkan diri, berjabat
tangan, saling menyebut nama, kontak mata, berhadapan. Memulai melakukan
hubungan interpersonal (antara perawat dan klien) dengan cara : mendekati klien,
duduk berhadapan, mempertahankan kontak mata, diam, aktif, menunggu respon
verbal, dan berinteraksi secara bertahap, mengenalkan klien dengan perawat-perawat
(FIK) yang lain. Melibatkan klien dalam kegiatan ruangan: merapihkan tempat tidur,
mengelap meja, menyiapkan makanan. Melibatkan klien dalam terapi aktifitas
kelompok (TAK), sosialisasi: bermain dan menyanyi.
Evaluasi
Subyektif
Obyektif
perawat
Klien sering berkumpul dengan teman-temannya saat nonton TV,
Klien dapat berinteraksi dengan teman-temannya.
Klien terlibat dalam kegiatan ruangan seperti menyapu lantai,
Analisa
Planing
(Tindak lanjut)
Diagnosa Keperawatan 3
Obyektif
Analisa
Planing
(Tindak lanjut)
Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya minat
Tujuan
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Pelaksanaan Tindakan:
Mendiskusikan dengan klien mengenai pengertian kebersihan diri. Arti bersih: tidak
kotor, rapih dan tidak berbau. Tanda-tanda bersih : badan tak berbau, kulit bersih,
rambut bersih, rapih, mulut dan gigi bersih, kuku pendek dan bersih, baju bersih
tidak kusut. Mendiskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri : memelihara
kesehatan badan, meningkatkan rasa nyaman, mencegah kulit gatal (penyakit gatal).
Mendiskusikan cara-cara yang benar tentang mandi, menggosok gigi dan mencuci
rambut: mengkaji kemampuan klien tentang mandi, menggosok gigi dan mencuci
rambut, menjelaskan manfaat mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut,
menjelaskan manfaat penggunaan sabun dan pasta gigi, menganjurkan klien untuk
mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut.
Evaluasi
Subyektif
Klien mengatakan mandi dua kali sehari pagi dan sore, gosok gigi dan
Obyektif
Analisa
Planing
Keluarga
mengatakan
akan
berusaha
menerapkan
apa
yang
teratur.
Keluarga tampak mengerti apa yang telah dijelaskan oleh perawat.
Analisa
Planing
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan sejauh mana keberhasilan tindakan
keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses
terjadinya halusinasi dengar pada klien S. sejalan dengan fase-fase atau tahap-tahap
dalam teori halusinasi, yaitu dimulai dengan klien sering menyendiri, melamun,
pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi, klien
berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi lebih menonjol. Klien
menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana halusinasi
memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya halusinasi berubah
menjadi mengancam.
Adapun tindakan keperawatan pada klien halusinasi dengar salah satunya
adalah tidak menyangkal dan tidak mendukung. Setelah diaplikasikan pada klien S
ternyata teori tersebut dapat diterima oleh klien. Klien dapat menerima realita bahwa
suara-suara tersebut hanya didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak
mendengar. Dalam teori tindakan halusinasi dengar harus dilakukan kontak yang
sering dan singkat dengan tujuan untuk memutuskan stimulus interna, setelah
diaplikasikan pada klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap 20 menit selama
3-5 menit klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modifikasi dengan
melakukan kontak setiap 1 jam selama 10 menit, dan hasilnya lebih baik. Stimulasi
internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. Disamping melalui kontak
yang sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang dilakukan secara rutin di
ruangan dengan melibatkan klien dalam pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari.
Hasil akhir halusinasi dengar klien S yang semula didengar pada pagi, siang, sore dan
malam hari, sekarang hanya didengar pada malam hari ketika menjelang tidur.
Terapi aktifitas kelompok: sosialisasi dan gerak (senam dan bermain volley)
yang telah dilakukan pada klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi klien, terutama pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui
kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK) tersebut klien mampu berhubungan dengan
orang lain dan mampu memutuskan stimulus internal.
Didalam
menyelesaikan
masalah
klien
tentang
tidak
tahu
cara
marah
yang
konstruktif
yaitu
mendorong
klien
untuk
marah yang dilakukan selama ini, berdiskusi dengan klien tentang cara
mengungkapkan marah yang destruktif dan konstruktif. Setelah tiga kali pertemuan,
hal ini dapat membantu klien dalam mengekspresikan marah secara konstruktif.
Klien juga dapat mengerti tanda-tanda marah dalam dirinya, klien dapat
mendemostrasikan cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
Pada klien dengan halusinasi dengar, muncul masalah gangguan kebersihan
diri. Tetapi dengan tindakan yang selalu mengingatkan klien atau membuat jadwal
kegiatan yang teratur membantu klien untuk memelihara kebersihan dirinya.
Dari lima diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien S. (satu diagnosa
keperawatan pada keluarga) yang dapat terselesaikan ada tiga diagnosa keperawatan,
yaitu masalah tentang menarik diri, tidak tahu cara mengungkapkan marah secara
konstruktif dan gangguan kebersihan diri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien S dengan halusinasi dengar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan melakukan kontak yang sering dan singkat disertai dengan tidak
mendukung dan tidak menyangkal apa yang diungkapkan klien dapat membantu
memutuskan siklus halusinasi klien dan mempercepat orientasi klien pada realita.
2. Terapi akitifitas kelompok : sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi
kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah halusinasi dengar dan
menarik diri.
3. Cara mengungkapkan marah yang kostruktif sangat diperlukan pada klien
halusinasi dengar, khususnya isi halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan
mengancam.
Dari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi dengar,
hendaknya dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan memodifikasinya
berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain itu tidak mendukung dan
tidak menyangkal isi halusinasinya.
2. Terapi aktifitas kelompok (TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur
karena merupakan sustu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan.
(dapat memutuskan stimulus internal klien dengan memberikan stimulus
eksternal).
3. Klien dengan halusinasi dengar hendaknya diajarkan cara-cara marah yang
konstruktif, terutama bila isi halusinasinya bersifat menyuruh, mengejek dan
mengancam agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fortinash, K.M. dan Worrest, H.A.P. (1991). Psychiatric Nursing Care Plans, St.
Louis: Mosby Year Book.
Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam Konteks Keluarga.
Disajikan di Fakultas Ilmu Keperawatan -Universitas Indonesia, Jakarta:
tidak dipublikasikan, 1997.
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of Psychiatric Nursing.
St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 4 th ed. St. Louis: Mosby Year Book.
ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif:
MASALAH
Klien mengatakan :
Sering tiduran diu tempat tidur danGangguan hubungan sosial : menarik diri
jarang berbicara dengan klien lain
atau perawat.
Data Obyektif:
Sering
mendengar
membanting
barang-barang
gelas,
lainnya
piring,
karena
Data Obyektif:
Klien
sering
tersenyum
mulut komat-kamit
Data Subyektif:
sendiri,
Klien mengatakan :
tidak
mengetahui
cara
mengatasinya
Data Subyektif:
Klien mengatakan :
Klien mandi sekali sehari, kadangkadang dua hari sekali, mencuci rambut
seminggu sekali.
Malas untuk mandi, mencuci rambut,
memotong kuku, menggosok gigi.
Data Obyektif:
Kulit agak kotor
Rambut kotor ,tidak disisir
Gigi kotor
Pakaian kusut
Kuku panjang dan hitam
Klien banyak tiduran di tempat tidur
Jarang melakukan aktifitas termasuk