Vous êtes sur la page 1sur 41

Mata kuliah

: Sistem Integumen

Dosen Pengajar

: Prof. dr. Winston F.Th. Warouw, SpKK(K)


Johanis Kerangan, S.Kep.,NS.,M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CANDIDIASIS

OLEH :
Adrian Lorenzo Mare (14061093)
Juliana Ariyani (14061064)
Herlina Injilya Rameng (14061081)
Diana Fransiska Kapoh (14061078)

FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2016-2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus yang maha kuasa, karena anugerahNya
kepada kami Mahasiswa Universitas Katolik De La Salle Manado kelas C, kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok ini dengan segala baik, ucapan terima kasih juga kami
lantunkan kepada dosen kami khususnya mata kuliah Sistem Reproduksi 1 dengan kasih kami
sebut sir Johanis Kerangan S.Kep.,Ns yang dimana beliaulah pencetus sehingga tugas ini
bisa ada sebagai mana ada, kami sangat berterima kasih karena sir yang memberikan arahan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini, yang kedua kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada orang tua kami yang selama ini membiayai kami dalam perkuliahan sampai ke
semester lima ini, kemudian ucapan terima kasih kepada Universitas yang sudah
menyediakan fasilitas kepada kami sehingga perkuliahan kami bisa berlangsung dengan
begitu baik, kepada teman-teman, saudara dan keluarga besar kami juga sangat berterima
kasih atas dukungannya, kiranya makalah ini dapat dijadikan referensi untuk penyusunan
makalah selanjutnya.

Manado, 30 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................5
LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................................5
1.1 Definisi.............................................................................................................................5
1.2

Klasifikasi......................................................................................................................6

1.3

Etiologi..........................................................................................................................7

1.4 Manifestasi Klinis............................................................................................................8


1.5 Patofisiologi.....................................................................................................................8
1.6 Pathway.........................................................................................................................12
1.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................13
1.8 Penatalaksanaan.............................................................................................................13
1.9 Komplikasi....................................................................................................................13
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................14
A. Pengkajian.....................................................................................................................14
ANALISA DATA.................................................................................................................20
DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................................22
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.......................................................................23
IMPLEMENTASI & EVALUASI........................................................................................30

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi.
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 %
dari populasi (Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005).
Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau
pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakityang melemahkan daya tahan tubuh
sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS
(Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling
sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa
lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat
menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada
lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003).
Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur
baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit
yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi
dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang umum dari
rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada
mulut bayi disebut kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang
dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga
candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi
jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia
dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan
pasien transplantasi.
Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan,
seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan makin jarang terjadi.

Penyakit ini juga bukan penyakit yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa
penyakit ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati).

1.2

Klasifikasi

1. Thrush
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning- kuningan pada
permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan
meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut
berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg M.
S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk
ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga
mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan
putih, difus, seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan
merah, kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada
bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya
mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.
1

Kronis hiperplastik kandidiasis

Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa bintik-bintik
putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut juga
kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini
mirip dengan leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat
dikerok, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat
invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat
berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling
sering diderita oleh perokok.
2

Kronis atrofik kandidiasis

Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum maupun
mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan
sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi

tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara
klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
1

Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema
difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian
atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau
disebut juga tipe granular (Greenberg, 2003).

Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis
permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa
terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan
selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan
pada penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).

Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan


denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan
jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan
mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan
karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat
pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).

1.3

Etiologi
Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah jamur

yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai
imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang
mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam
pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam vagina
ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti
dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh
semakin cepat.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1. Diabetes
2. Leukimia

3. Gangguan

saluran

gastrointestinal

yang

meningkatkan

terjadinya

malabsorpsi

danmalnutrisi.
4. Pemakaian antibiotic
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotic
membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan,
sehinggapertumbuhan Candida tidak terkendali.
5. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.
Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.Kortikosteroid
(sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya asma)
bisa berdampak pada kandidiasis mulut.

1.4 Manifestasi Klinis


Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi dan
sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit
dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan
mulut bayi dapat berdarah.
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental
berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut
yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri
(walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan
penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum
(kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga
berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke
organ lain bila ada faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).

1.5 Patofisiologi
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta
memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam
sistem pertahanan tubuh.Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa
semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.Virulensi
ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam
jaringan.Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik
seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.

Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah
kuku orang sehat.Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan
maupun dalam tubuh.Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat
jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang
menyebabkan kelainan dalam jaringan.Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat
patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida albicans dalam bentu k
blastospora atau hifa di dalam jaringan.Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh
tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu percobaan di luar tubuh. Pada keadaan
yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih memu n gkinkan
jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora
diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan.Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang
melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pa da kandidosis akut
biasanya

hanya

terdapat

blastospora,

sedang

pada

yang

menahun

didapatkan

miselium.Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang


berjumlah besar, pada stadium lanjut tampak hifa.
Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak,
urin untuk menunjukkan stadium penyakit.Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida
albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma.Pada kandidosis sistemik, alat
dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks
dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan.Alat dalam lainnya
yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok.Mata dan otak
sangat jarang terinfeksi.Kandidisis jantung berupa proliferasi pada katup-katup atau
granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium.Pada saluran pencernaan
tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat
pada pemeriksaan.Manifestasi klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari
organ yang diinfeksinya.
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang komplek
antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu. Faktor penentu patogenitas
kandida adalah :
1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat
menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang paling
tinggi patogenitasnya.

2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang germtube
melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu
glikoprotein permuka an atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur
sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam patogenitas
kandida. Bentuk bl astospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan
mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk
hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.
Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur.
Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara
mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida.
Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya
kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam
mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau
membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk
memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat penting
untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida
yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurann ya, susah
difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag berperan
dalam

melawan

kandida

mieloperoksidase (MPO).

melalui

pembunuhan

intraseluler

melalui

system

4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam per tahanan melawan
infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada
penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan
infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat f akta yang
memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat fagositosis.
a. Mekanisme imun seluler dan humoral : Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit
adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi antara gl
ikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat
keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk
pseudohifa kandida juga mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan
kandida mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi
radang akut. Lapisan luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik
sehingga

akan

mengaktifasi

komplemen

dan

merangsang

terbentuknya

imunoglobulin. Imunoglobulin ini akan me mbentuk kompleks antigen-antibobi di


permukaan sel kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan
rumah. Selain itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan
fagosit lain.
b. Mekanisme non imun : Interaksi antara ka ndida dengan flora normal kulit lainnya
akan mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak
untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi a ntara
mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel
mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekulmolekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil
yang t erdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas
adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai
saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.

1.6 Pathway
Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik
yang tak terkontrol, immunodefisiensi

System imun turun

Gangguan keseimbangan flora


normal di mulut (candida
albicans)

Pertumbuhan jamur
yang tak terkontrol

Menyerang system imun


Proses infeksi

Nyeri pada mulut

Nafsu makan
turun
Perubahan nutrisi
kurang
dariKebutuhan
tubuh

Perubahan persepsi
sensori pengecapan

Hipertermi

Kandidiasis
oral

Menggumpal menutup
permukaan lidah

Candida bermetastase

Ke faring
Nyeri pada
faring

Proses peradangan

Suhu tubuh

Timbul bercak
putih di mulut

Peningkatan hormon
prostatglandin, bradikinin,
histamin

Menghambat implus
syaraf pengecap

Tidak dapat
mengecap rasa
Gejala makin berat
Bercak kemerahan
dengan eksudat
berwarna putih
Nyeri Akut

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1 Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
2 Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.
3 Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4 Diagnosa pasti dengan biopsi

1.8 Penatalaksanaan
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu,
pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop.
Nistatin ini akan diteteskan pada mulut untuk mengobati kandidiasisnya.

1.9 Komplikasi
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena
antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan,
sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.
1

Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.


Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.
Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paruparu (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.

Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus
besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.M


Dengan Diagnosa Medis Candidiasis

A. Pengkajian
1

Identitas Pasien
Nama
:Tn. M
Umur
: 30 Tahun
Alamat
: MANADO KOMBOS
Agama
: Kristen
Pendidikan
: SMP
Status perkawinan
:Menikah
Suku
: INDONESIA
Tanggal Masuk Rumah Sakit :21 JANUARY2016
Tanggal pengkajian
: 21 JANUARY 2016 (00.45 WITA)
Dx Medis
: Candidiasis
Penanggung Jawab
: Ny. K
Hubungan
:Istri
Umur
: 30 tahun
Alamat
:MANADO KOMBOS
Keluhan Utama
Tn. Mdengan berat badan sebelum sakit 69 kg, dibawa ke rumah sakit karena panas,dan
klien tidak mau mkan dan minum. Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil di lidah dan
palatum, terdapat Lesi putih. Suhu badan tersebut 38,5oC.Sebelumnya klien mengalami

diare selama 6 hari.Pucat, lemas dan meringis.


Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. M meringis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut dan tubuhnya
yang panas) Klien mengatakan skala nyeri 5/10, nyeri dirasakan seperti ditekan, nyeri
hanya terasa didalam mulut hampir ke bagian dalam leher, nyeri muncul saat tidak tidur,
Suhu tubuh klien meningkat, pada mulut terdapat Lesi putih, diare (+) berat badan
menurun, tidak ada nafsu makan.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini
selain Tn.M
5

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a
b

Penyakit yang pernah dialami


Klien sering mengalami demam tinggi beberapa waktu lalu.
Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Klien hanya berobat dipoliklinik atau bidan


Alergi
Kien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik obat-obatan, makanan dan minuman .

Pemeriksaan Fisik
a

Status Kesehatan umum :


Klien tampak lemah, berbaring saja dan tampak tidur saja, kesadaran klien compos
mentis dengan tampak lemah, Konjungtiva anemis, BB menurun, Kulit kering,
Mukosa mulut terdapat bercak putih.
Tanda Vital
Tekanan Darah

: 95/60 mmHg

ND

: 110 x / menit

RR

: 30 x / menit

SB

: 38,5 C

Tinggi Badan

: 165 cm

Berat Badan

: 64 kg

Ciri-ciri Tubuh

: Tidak terlalu kurus, Kulit sawo matang.

b Pemeriksaan head to toe


1

Kepala dan rambut


a

Kepala : Kepala tidak kelainan struktur : rambut tebal


Bentuk

: berbentuk oval,

Kebersihan

: kurang

b. Rambut

: rambut hitam,

Kebersihan

: kotor.

Jenis dan struktur rambut

: ikal

c.Wajah :

Warna kulit

: sawo matang

Struktur wajah

: Runcing, simetris

Mata

a Bentuk
: bulat, kuning
b Palpebrae
: tidak bengkak
c Pupil
: mengecil saat bereaksi terhadap cahaya/ isokor
d Konjungtiva
: Tak anemis
e Kornea
: tampak kurang bening
f
Visus
: dapat melihat dalam jarak 30 meter
g Tekanan bola mata: tidak ada tekanan bola mata
3 Hidung

Tulang hidung dan posisi septum : tualang hidung normal, tampak mancung,

Tidak ada deviasi


b Lubang hidung
: lengkap, simetris, bulu ada. Tidak ada Secret
c Cuping hidung
: Lebar, simetris, tidak ada kelainan
Telinga
a Bentuk telinga
: bentuk simetris.
b Ukuran telinga
: lebar, caplang, simetris
c Lubang telinga
: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak
d

ada serumen.
Ketajaman pendegaran : kemampuan mendengar klien masih baik, masih

dapat mendengar gesekan tangan


Mulut dan faring
a. Keadaan bibir
: kering adanya jamur
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi baik, tidak ada luka, dan tidak lengkap lagi.
c. Keadaan lidah
: kering berjamur
d. Orafaring
: baik, tidak ada nyeri tekan.
6 Leher
a. Posisi trachea : Baik, normal pada posisinya
b. Thyroid
: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
c. Suara
: Serak
d. Kelenjar limfe : tidak adanya pembengkakan kelenjar limfe
e. Vena jugularis : saat dilakukan pengkajian vena teraba jelas
f. Denyut nadi korotis : 15 X / menit.
c. Pemeriksaan integumen
5

1. Kebersihan
2. Kehangatan
3. Tugor kulit
4. Warna
5. Kelembapan

: kurang perawatan dari keluarga


: hangat
: sedang
: sawo matang,
: kering

6. Kelainan pada kulit

: kering + pucat

d. Pemeriksaan thorakx/dada
1. Inspeksi thoraks
a Bentuk thoraks
b Pernafasan
c Frekuensi
d Irama
e Tanda kesulitan bernafas
bernapas
2.Pemeriksaan paru
a Palpasi getaran suara
b Perkusi
c Auskultasi
3 Pemeriksaan jantung
a Inspeksi
b Palpasi

: simetris, kiri dan kanan (Normal)


: vesikuler
: 18 x/mnt
: reguler dengan irama teratur
: klien mengalami mempunyai keluhan kesulitan

: adanya getaran
: adanya taktilpremitus
: reguler
: tidak terlihat pembesaran jantung
: tidak ada teraba pembesaran jantung

c
d

Perkusi
: Redup
Auskultasi
1 Bunyi jantung I
: Terdengar suaran bunyi jatung I/ Lub
2 Bunyi jantung II
: Terdengar suara II/ Dup
3 Bunyi jantung tambahan: Tidak ada suara jantung tambahan
4 Murmur
: Tidak terdengar suara murmur
5 Frekuensi
: 82 x/ menit

Pemeriksaan abdomen
1 Inspeksi
Bentuk abdomen
Benjolan dan massa
Bayangan pembulu darah
2 Auskultasi
Peristaltic usus
3 Palpasi
Tanda nyeri tekan
Benjolan dan masa
Tanda acites
Hepar
Lien
Titik Mc. Burney
4 Perkusi
Suara abdomen
Pemeriksaan acites
Ekstremitas : simetris kiri

: normal / semakin kurus dan kering.


: tidak ada benjolan
: tidak terlihat
: terdengar peristaltik
: adanya nyeri pada abdomen
:tidak ada benjolan dan masa
: tidak adanya tanda acites
: tidak ada keluhan pada hepar
: keadaan lien baik
: tidak ada
: kanan dan kiri redup
: tidak adanya pembengkakan pada abdomen
dan kanan edema tidak ada, kekuatan otot penuh,

akral hamgat kanan dan kiri


Tulang belakang : perubahan bentuk tulang beakang tidak ada.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan
pemberian flukonazol.
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur.
Diagnosa pasti dengan biopsi Sputum dan jamur area mukosa mulut.
Terapi
Terapi
Ranitidine
Ketrolac
Ceftriaxon
Ivfd RL
Nistain Drop

Dosis
50mg/12 jam
30 mg /8 jam
1 gr/12 jam
20 tts /i
Permen dihisap 1 x 1
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif

Data Objektif

Klien mengatakan sebelumnya

mengalami diare selama 1 bulan


Klien mengatakan tidak ada nafsu makan
Kien mengatakan nyeri dirasakan saat di

tekan dan saat sedang makan


Keluarga klien mengatakan klien demam
tinggi beberapa waktu lalu sampai

sekarang
Klien mengatakan skala nyeri 5 dari 10
Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti

di tekan
Klien mengatakan nyeri hanya terasa
didalam mulut hampir ke bagian dalam

leher
Klien mengatakan nyeri muncul saat

Tampak klien tidak mau makan &minum


Tampak lidah dan palatum, terdapat Lesi

putih
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
- Berat badan menurun 69 kg 64 kg
- Konjungtiva anemis
- Kesadaran apatis
- Kulit kering
- Mukosa bibir tampak ada bercak putih
- Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah

: 95/60 mmHg

ND

: 110 x / menit

RR

: 30 x / menit

SB

: 38,9 C

tidak tidur

ANALISA DATA
N
o

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

DS :
- Keluarga klien mengatakan
klien demam tinggi

Hipertermi
Proses infeksi
Kandidiasis oral

beberapa waktu lalu sampai


sekarang

Inflamasi

DO :
-

Tanda-Tanda Vital:

Tekanan Darah: 95/60 mmHg


ND

: 110 x / menit

RR

: 30 x / menit

SB
-

: 38,9 C
Kulit kering

DS:
- Kien mengatakan nyeri
dirasakan saat di tekan dan
-

saat sedang makan


Klien mengatakan skala

nyeri 5 dari 10
Klien mengatakan nyeri

dirasakan seperti di tekan


Klien mengatakan nyeri
hanya terasa didalam mulut

Peningkatan
hormon
prostatglandin,
bradikinin,
histamin

Hipertermi
Kandidiasis oral
Menggumpal
menutup
permukaan lidah
Menghambat
implus syaraf
pengecap

hampir ke bagian dalam


-

leher
Klien mengatakan nyeri
muncul saat tidak tidur

DO:
-

Tidak dapat
mengecap rasa

Tampak lidah dan palatum,

terdapat Lesi putih


- Klien tampak meringis
Mukosa bibir tampak ada
bercak putih

Gejala makin berat


Bercak kemerahan
dengan eksudat

Nyeri Akut

berwarna putih
Nyeri Akut

DS :
- Klien mengatakan
sebelumnya mengalami
-

diare selama 1 minggu


Klien mengatakan tidak ada

Proses infeksi
Timbul bercak

Perubahan Nutrisi
kurang dari Kebutuhan
tubuh

putih di mulut

nafsu makan
Kandidiasis Oral
DO :
-

Tampak klien tidak mau

makan &minum
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
Berat badan menurun
69 kg 64 kg

Nyeri pada mulut


Nafsu makan turun
Perubahan Nutrisi
kurang dari
Kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d Peningkatan hormon prostatglandin, bradikinin, histamin. Ditandai dengan
suhu tubuh lebih dari batas normal yaitu 38,9 C

2. Nyeri akut b/d Bercak kemerahan dengan eksudat berwarna putih. Ditandai dengan skala
nyeri 5 dari 10, klien tampak meringis.
3. Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama
Ruangan

: Tn.M
: Kabela

Umur : 30 Tahun
Bed : II

DIAGNOSA KEPERAWATAN

o
1.

Hipertermi b/d Peningkatan hormon

Setelah diberikanasuhan

prostatglandin, bradikinin, histamin

keperawatan selama 2x24 jam,

difokuskan pada suhu

menunjukan proses

diharapkan suhu tubuh klien

tubuh klien.

penyakit infeksius

Ditandai dengan suhu tubuh lebih dari


batas normal yaitu 38,9 C

TUJUAN / KRITERIA HASIL

INTERVENSI
1. Kaji TTV klien,

RASIONAL
1. Suhu 38,9-41,1C

menurun, dengan kriteria hasil:


- Kulit pasien tidak kemerahan
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Kulit pasien tidak teraba panas

akut, membantu dalam


diagnosis, misalnya
kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24
jam menunjukan
demam remitten
(bervariasi hanya
beberapa derajat
tertentu. Menggigil
sering mendahului
puncak suhu.
2.
2. Pantau suhu lingkungan,
batasi/tambahan linen
tempat tidur, sesuai

Suhu ruangan atau


jumlah selimut harus
dirubah untuk
mempertahankan suhu

indikasi.

mendekati normal.
3. Dapat membantu

3. Berikan kompres air

mengurangi demam,

hangat pada lipatan paha

catatan : penggunaan

dan axila, hindari

air es/ alkohol

penggunaan alcohol

mungkin menyebabkan
kedinginan,
peningkatan suhu
secara aktual
4. adanya peningkatan

4. Tingkatkan intake cairan


dan nutrisi

metabolismemenyebab
kan kehilangan banyak
energy, untuk itu
diperukan peningkatan
intake cairan dan
nutrisi.

5. Menganjurkan keluarga
untuk memakaikan
pakaian yang menyerap
keringatdan tidak
memakaikan

5. Pakaian
tipismembantumengur
angi penguapan tubuh

selimut/pakaian yang
tebal pada klien
6.

Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antipiretik, misalnya
ASA (Aspirin),
Asetaminofen (Tylenol)

6. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme dan
meningkatkan
autodestruksi dari sel

2.

Nyeri akut b/d Bercak kemerahan dengan

Setelah diberikan Asuhan

eksudat berwarna putih Ditandai dengan

Keperawatan 2x24 jam

perhatikan lokasi,

kebutuhan untuk

skala nyeri 5 dari 10, klien tampak

diharapkan nyeri klien dapat

intensitas (skala 0-5),

intervensi dan juga

meringis.

berkurang atau hilang dengan

frekuensi, dan waktu,

tanda-tanda

kriteria hasil:
- Klien menunjukan ekpresi

menandai gejala

perkembangan atau

nonverbal misalnya

resolusi komplikasi.

gelisah, takikardia dan

Catatan: sakit yang

wajah rileks
- pasien dapat tidur atau istirahat

1. Kaji keluhan nyeri,

sel yang terinfeksi


1. Mengindikasikan

secara adekuat
- Klien mengatakan skala nyeri
berkurang dari 5-3
- klien tidak mengeluh kesakitan

meringis

kronik tidak
menimbulkan
perubahan autonomic

2. Motivasi pasien untuk


mengungkapkan perasaan

2. Dapat mengurangi
ansietas dan rasa takut
sehingga mengurangi
persepsi akan

3. Berikan aktivitas hiburan,

intensitas rasa sakit

misalnya: membaca,
mendengarkan music,
berkunjung dan lain-lain

3. Memfokuskan kembali
perhatian; mungkit
dapat meningkatkan

4. lakukan tindakan paliatif,


misalnya; mengubah
posisi, massase, rentang

kemampuan untuk
menanggulangi
4. Meningkatkan

gerak atau sendi yang

relaksasi dan

sakit.

menurunan ketegangan

5. Beri lingkungan yang

otot.

nyaman
6. Instruksikan pasien/
dorong untuk

5. Menurunkan stimulasi
berlebih dapat
mengurangi nyeri

menggunakan visualisasi/
bimbingan imajinasi,

6. meningkatkan

relaksasi progresif, teknik

relaksasi dan perasaan

nafas dalam

sehat. Dapat
menurunkan
kebutuhan narkotik
analgesic dimana telah

7. Kolaborasi dengan

terjadi proses

berikan analgesic/

degenerative neuro/

antiterapeutik, analgesic

motor.

narcotic. Gunakan ADP


(Analgetic yang di kontol
pasien) untuk
memberikan analgesia 24
jam dengan dosis prn

7. memberikan
penurunnya nyeri/
tidak nyaman,
mengurangi obat, obat
yang di control pasien
atau berdasarkan
waktu 24 jam
mempertahankan kadar
analgesia dalam darah
tetap stabil, mencegah
kekurangan ataupun
kelebihan obat-obatan.

Perubahan Nutrisi kurang dari Kebutuhan


tubuh b/d nafsu makan menurun.

Setelah diberikan Asuhan

1. Kaji pola nutrisi klien

1. Mengetahui

Keperawatan 2x24 jam


diharapkan status nutrisi klien
membaik dengan kriteria hasil:
- klien mampu

pola

nutrisi klien
2. Beri
keadaan

nutrisi

dalam

lunak,

porsi

2. Memberikan

nutrisi

yang adekuat

sedikit tapi sering

mengidentifikasi kebutuhan
-

nutrisi
Adanya peningkatan berat

badan sesuai dengan tujuan


Tidak ada tanda malnutrisi
Menunjukan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan

3. Hindari

makanan

dan 3. Mencegah

kerusakan

obat-obatan yang dapat

integritas pada mukosa

menimbulkan

mulut

reaksi

alergi pada rongga mulut


4. Anjurkan keluarga untuk
melaporkan
perkembangan

tentang
nutrisi

dengan

dokter dalam pemberian


Obat

klien sangat penting


diperlukan

untuk

intervensi selanjutnya

klien
5. Berkolaborasi

4. Perkembangan nutrisi

5. Membantu klien dalam


penyembuhan
penyakit.

IMPLEMENTASI & EVALUASI


Nama
Ruangan
NO.

: Tn.M
: Kabela

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Umur : 30 Tahun
Bed : II
HARI/TGL
JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

NAMA &
TANDA
TANGAN

Hipertermi b/d
Peningkatan hormon

Jumat,22/01/16
07.00

difokuskan pada suhu

prostatglandin,

2. Memantau suhu

mengatakan klien

batasi/tambahan linen

demam tinggi

tempat tidur, sesuai


09.30

DO :
Tanda-Tanda Vital:

ND : 110 x / menit
RR : 30 x / menit

menurun
-

klien mengatakan badannya


masih sedikit panas

O : - SB : 37,8OC

indikasi.
Hasil : klien tidak terlihat

klien tidak terlihat

berkeringat

berkeringat
klien tampak di kompresi air

hangat oleh keluarga klien


klien terpasang IVFD RL :

20 tts/menit
Perawat memberikan klien

3. Memberikan kompres air

TekananDarah:
95/60 mmHg

suhu tubuh klien sudah sedikit

lingkungan,

beberapa waktu lalu

S :- keluarga klien mengatakan

08.00

DS :
- Keluarga klien

sampai sekarang

Jumat 22, 01, 2016


14.00 wita.

tubuh klien.
Hasil : SB : 38,9oC

bradikinin, histamin.
Ditandai dengan :

1. Mengkaji TTV klien,

hangat pada lipatan paha


07. 45

dan axila
Hasil : klien tampak di
kompresi air hangat oleh

banyak minum airputih


>1000cc/hari

SB: 38,5 C
-

keluarga klien

Kulit kering

4. Meningkatkan intake
cairan dan nutrisi
Hasil :
- klien terpasang IVFD
06.55
-

klien memakai pakaian yang

tipis dan menyerap keringat.


klien minum obat
Paracetamol(Asetaminofen)
3 X 1, ceftriaxone 1gr/12

RL : 20 tts/menit
Perawat memberikan

jam, ranitidine 50gr/12 jam.

klien banyak minum

A : Masalah Hipertermi sebagian

airputih >1000cc/hari

teratasi

5. Menganjurkan keluarga
untuk memakaikan
pakaian yang menyerap
keringatdan tidak
memakaikan
selimut/pakaian yang tebal
09.00

pada klien
Hasil : klien memakai
pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
6. kolaborasi dengan dokter :
memberikan obat
antipiretik
Hasil :klien minum obat

P :Intervensi
1 (Mengkaji TTV klien ), 3
(memberikan Kompres air
hangat pada lipatan paha dan
axila), 4 (Meningkatkan intake
cairan dan nutrisi), 6(kolaborasi
dengan dokter : memberikan
obat antipiretik) di lanjutkan.

Paracetamol(Asetaminofe
n) 3 X 1 dan ceftriaxone
1gr/12 jam, ranitidine
50gr/12 jam.
2

Nyeri akut b/d Bercak


kemerahan dengan

Jumat,22/01/16
07.00

perhatikan lokasi,

eksudat berwarna putih.

intensitas (skala 0-5),

Ditandai dengan :

sedang makan
Q : Klien mengatakan nyeri
dirasakan seperti di tekan
R : Klien mengatakan nyeri
hanya terasa didalam mulut

saat sedang makan


Q : Klien mengatakan

nyeri 5 dari 10
Klien mengatakan

hampir ke bagian dalam leher


S : Klien mengatakan skala

nyeri dirasakan seperti di

nyeri dirasakan

nyeri 4 (0-10)
T : Klien mengatakan nyeri

tekan
R : Klien mengatakan nyeri

seperti di tekan
Klien mengatakan

hanya terasa didalam mulut

nyeri hanya terasa

hampir ke bagian dalam

didalam mulut
dalam leher
Klien mengatakan

dirasakan saat di tekan dan saat

dirasakan saat di tekan dan

mengatakanskala

P : Klien mengatakan nyeri

takikardia dan meringis


Hasil :
P : Kien mengatakan nyeri

sedang makan
Klien

hampir ke bagian

terasa.

misalnya gelisah,

di tekan dan saat

S :- Klien mengatakan nyeri masih

menandai gejala nonverbal

nyeri dirasakan saat

14.00 wita

frekuensi, dan waktu,

DS:
- Kien mengatakan

Jumat, 22/01/16
1. Mengkaji keluhan nyeri,

07.05

leher
S : Klien mengatakan skala
nyeri 5 (0-10)

muncul saat tidak tidur


O : - Klien tampak meringis
-

Tampak lesi putih di lidah

dan palatum
Klien tampak suka
mendengarkan music

nyeri muncul saat

T : Klien mengatakan nyeri

tidak tidur

muncul saat tidak tidur


- Klien tampak meringis

DO:
-

09.15

Posisi klien semi Fowler


Lingkungan tampak nyaman,
tenang dan bersih

A :Masalah (Nyeri Akut) belum

Tampak lidah dan


2. Memotivasi pasien untuk

palatum, terdapat
-

mengungkapkan perasaan
Hasil : Klien mengatakan

Lesi putih
Klien tampak
meringis
Mukosa bibir tampak 09.20

nyeri masih terasa

3. Memberikan aktivitas
hiburan, misalnya:
membaca, mendengarkan
music, berkunjung dan
lain-lain
Hasil : Klien tampak suka
mendengarkan musik
4. Melakukan tindakan
12.15

P : Intervensi 1 (Mengkaji keluhan


nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-5),

ada bercak putih

06.00

teratasi.

paliatif, misalnya;
mengubah posisi, massase,
rentang gerak atau sendi
yang sakit.
Hasil : Posisi klien semi
Fowler

frekuensi, dan waktu,


menandai gejala nonverbal
misalnya gelisah, takikardia
dan meringis, 2 (Memotivasi
pasien untuk mengungkapkan
perasaan), 4 (Melakukan
tindakan paliatif, misalnya;
mengubah posisi, massase,
rentang gerak atau sendi yang
sakit), 5 (Menginstruksikan
pasien/ dorong untuk
menggunakan visualisasi/
bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif, teknik nafas dalam),

7 (Kolaborasi dengan Dokter :


5. Beri lingkungan yang
09.00

nyaman
Hasil : Lingkungan
tampak nyaman, tenang
dan bersih
6. Menginstruksikan pasien/
dorong untuk
menggunakan visualisasi/

Jumat 22/01/16
12.00

bimbingan imajinasi,
relaksasi progresif, teknik
nafas dalam
Hasil :klien tampak
mengikuti instruksi
perawat dalam

12.00

memberikan teknik
relaksasi progesif.
7. Kolaborasi dengan Dokter
: Memberikan analgesic/
antiterapeutik, analgesic

11.30

narcotic. Gunakan ADP


(Analgetic yang di kontol

Memberikan analgesic/
antiterapeutik, analgesic
narcotic) dilanjutkan.

pasien) untuk memberikan


analgesia 24 jam dengan
dosis prn
Hasil :pemberian
ketorolac 30mg/8 jam.
13.00

1. Mengkaji pola nutrisi


klien.
Hasil : klien hanya
makan 2 sendok makan
yang di sediakan
keluarga tiap 2 jam.

Perubahan Nutrisi
kurang dari Kebutuhan
tubuh b/d nafsu makan
menurun.
DS :
- Klien mengatakan
sebelumnya
mengalami diare
-

09.00

2. Memberi nutrisi dalam

makan

14.00 wita
S : - klien mengatakan sudah tidak

keadaan lunak, porsi

diare dan masih tidak nafsu

sedikit tapi sering


Hasil :makanan yang

makan.

disediakan untuk klien


adalah bubur saring.
porsi makanan 1 kom
kecil.

selama 1 minggu
Klien mengatakan
tidak ada nafsu

Jumat 22/01/16

O:- klien tampak sudah mau


makan & minum walaupun
sedikit.
- Klien tampak pucat
-Klien tampak lemas

3. Menghindarkan klien
dari makanan dan obat-

A :-masalah (perubahan nutrisi

obatan yang dapat

kurang dari kebutuhan tubuh)

DO :

menimbulkan reaksi

Tampak klien tidak

alergi pada rongga

mau makan &

mulut.
Hasil :
Klien tidak diberi

minum
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
Berat badan
menurun
69 kg 64 kg

makanan selain bubur


saring.

sebagian teratasi.
P:- Intervensi 1 Mengkaji pola
nutrisi klien, 2 Memberi nutrisi
dalam keadaan lunak, porsi sedikit
tapi sering, 3 Menghindarkan klien
dari makanan dan obat-obatan

4. Menganjurkan keluarga
untuk melaporkan
tentang perkembangan
nutrisi klien.
Hasil :keluarga
mengerti atas instruksi
perawat.
5. Berkolaborasi demgan
dokter dalam
pemberian Nistain
Drop 1 x 1.
Hasil :
Klien di beri Nistain
Drop 1 x 1

yang dapat menimbulkan reaksi


alergi pada rongga mulut.
5Berkolaborasi demgan dokter
dalam pemberian Nistain Drop 1 x
1.Dilanjutkan .

NO.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

HARI/TGL
JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

NAMA &
TANDA
TANGAN

Hipertermi b/d
Peningkatan hormon

Sabtu,23/01/16
07.00

1. Mengkaji TTV klien,

prostatglandin,
bradikinin, histamin.

DS :
- Keluarga klien

Tanda-Tanda Vital:
TekananDarah:

tubuh klien.
Hasil : SB : 37,8 oC

S :- keluarga klien mengatakan

Memberikan kompres air

kompresi air hangat oleh

07.45

keluarga klien
4

RR : 30 x / menit
SB: 38,5 C
-

menurun
-

cairan dan nutrisi


Hasil :
- klien tampak di

O : - SB : 36,8 OC
-

klien tampak di kompresi air

hangat oleh keluarga klien


klien tampak di pasangkan

IVFD : 20 tts/menit
Perawat memberikan klien

pasangkan IVFD : 20
-

tts/menit
Perawat memberikan

klien mengatakan demam


berkurang.

Meningkatkan intake

95/60 mmHg
ND : 110 x / menit

suhu tubuh klien sudah mulai

dan axila
Hasil : klien tampak di

beberapa waktu lalu


DO :

15.00 wita

hangat pada lipatan paha

mengatakan klien

sampai sekarang

difokuskan pada suhu

10.30

Ditandai dengan :

demam tinggi

Sabtu, 23/01/16

banyak minum air putih


-

>1000cc/hari
klien minum obat

klien banyak minum

Paracetamol(Asetaminofen)

airputih >1000cc/hari

3X1

Kulit kering
6. kolaborasi dengan dokter :

A : Masalah Hipertermi teratasi

memberikan obat
antipiretik
Hasil : klien minum obat

P :Intervensi Dihentikan.

Paracetamol(Asetaminofen
) 3 X 1 dan Nistain Drop :
Permen dihisap 1 x 1
ceftriaxone 1gr/12 jam,
2

Nyeri akut b/d Bercak

Sabtu,23/01/16

ranitidine 50gr/12 jam.


1. Mengkaji keluhan nyeri,

Sabtu, 23/01/16

kemerahan dengan

perhatikan lokasi, intensitas

15.00 wita

eksudat berwarna putih.

(skala 0-5), frekuensi, dan

S : - klien mengatakan nyeri

Ditandai dengan :

waktu, menandai gejala

masih dirasakan tetapi sudah

DS:
- Kien mengatakan

nonverbal misalnya

sedikit berkurang

nyeri dirasakan saat


di tekan dan saat
-

sedang makan
Klien mengatakan

skala nyeri 5 dari 10


Klien mengatakan

gelisah, takikardia dan


meringis

P : Kien mengatakan nyeri

Hasil :

dirasakan saat di tekan dan saat

P : Kien mengatakan nyeri

sedang makan
Q : Klien mengatakan nyeri

dirasakan saat di tekan dan


saat sedang makan

nyeri dirasakan

Q : Klien mengatakan nyeri

seperti di tekan
Klien mengatakan

dirasakan seperti di tekan

nyeri hanya terasa


didalam mulut

R : Klien mengatakan nyeri


hanya terasa didalam mulut

dirasakan seperti di tekan


R : Klien mengatakan nyeri
hanya terasa didalam mulut
hampir ke bagian dalam leher
S : Klien mengatakan skala
nyeri 3 (0-10)
T : Klien mengatakan nyeri

hampir ke bagian

hampir ke bagian dalam

dalam leher
Klien mengatakan

leher
S : Klien mengatakan skala

nyeri muncul saat

nyeri 4 (0-10)

tidak tidur

T : Klien mengatakan nyeri

DO:
-

muncul saat tidak tidur

Tampak lidah dan


palatum, terdapat

muncul saat tidak tidur


O : - Tampak lesi putih di lidah
dan palatum sedikit berkurang
-

Klien tampak suka

mendengarkan music
Posisi klien semi Fowler
Lingkungan tampak nyaman,
tenang dan bersih

Lesi putih
Klien tampak

2. Memotivasi pasien untuk


mengungkapkan perasaan

meringis
Mukosa bibir tampak

Hasil : klien mengatakan

ada bercak putih

A : Masalah (Nyeri Akut) sebagian


teratasi

nyeri masih dirasakan


tetapi sudah sedikit
berkurang

P : Intervensi 1 (Mengkaji keluhan


nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-5),
frekuensi, dan waktu,

4. Melakukan tindakan
paliatif, misalnya;
mengubah posisi, massase,
rentang gerak atau sendi
3

Sabtu,

yang sakit.

23/01/16
12.00

Hasil : Posisi klien semi


Fowler

menandai gejala nonverbal


misalnya gelisah, takikardia
dan meringis,4 (Melakukan
tindakan paliatif, misalnya;
mengubah posisi, massase,
rentang gerak atau sendi yang
sakit), 5 (Menginstruksikan

pasien/ dorong untuk


5. Beri lingkungan yang
12.00

menggunakan visualisasi/

nyaman

bimbingan imajinasi, relaksasi

Hasil : Lingkungan tampak

progresif, teknik nafas dalam),

nyaman, tenang dan bersih

7 (Kolaborasi dengan Dokter :


Memberikan analgesic/

7. Kolaborasi dengan Dokter :


Memberikan analgesic/
11.30

antiterapeutik, analgesic
narcotic) dilanjutkan.

antiterapeutik, analgesic
narcotic. Gunakan ADP
(Analgetic yang di kontol
pasien) untuk memberikan

Perubahan Nutrisi
kurang dari Kebutuhan
tubuh b/d nafsu makan
menurun.
DS :
- Klien mengatakan

09.00

analgesia 24 jam dengan

Sabtu, 23/01/16

dosis prn

15.00 wita

Hasil :

S : -klien mengatakan tidak nafsu

1. Mengkaji pola nutrisi

makan

klien. Hasil :klien


makan 4 sendok makan

O:klien tampak sudah mau makan

sebelumnya

yang disediakan

walaupun dipaksa oleh keluarga

mengalami diare

keluarga tiap 2 jam.

selama 1 bulan
Klien mengatakan
tidak ada nafsu

2. Memberi nutrisi dalam


keadaan lunak, porsi

-Klien tampak pucat


-Klien tampak lemas

makan

sedikit tapi sering


Hasil :makanan yang

DO :

disedikan adalah bubur

Tampak klien tidak

saring. Porsi makanan

mau makan &

yang disediakan 1 kom

minum
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
Berat badan

kecil.

menurun
69 kg 54 kg

A :masalah (perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh)
sebagian teratasi.
P: - Intervensi 1 Mengkaji pola
nutrisi klien, 2 Memberi nutrisi
dalam keadaan lunak, porsi sedikit

3. Menghindarkan klien
dari makanan dan obatobatan yang dapat
menimbulkan reaksi
alergi pada rongga
mulut.
Hasil : Klien tidak
diberi makanan selain
bubur saring.
4. Berkolaborasi demgan
dokter dalam
pemberian Nistain
Drop 1 x 1.
Hasil :
Klien diberi Nistain
drop 1 x 1.

tapi sering, 3 Menghindarkan klien


dari makanan dan obat-obatan
yang dapat menimbulkan reaksi
alergi pada rongga mulut.
5Berkolaborasi demgan dokter
dalam pemberian Nistain Drop 1 x
1.Dilanjutkan .

DAFTAR PUSTAKA
http://documents.tips/documents/lp-askep-teori-kandidiasis.html diakses pada tanggal 05 oktober

2016 jam 20.00


Scribd.com diakses pada tanggal 8 oktober jam 01.00

Vous aimerez peut-être aussi