Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
Mega Dissa Afpriyaningrum
C151140321
Dony Prasetyo
C151140391
C151140401
ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
I.
PENDAHULUAN
styrofom agar wadah tersebut tetap terapung di dalam air. Kerangka dan
pelampung berfungsi untuk menahan jaring agar tetap terbuka di
permukaan air, sedang jaring yang tertutup di bagian bawahnya digunakan
untuk memelihara ikan selama beberapa bulan.
Budidaya dalam keramba, seperti halnya sistem budidaya lainnya
memerlukan kualitas perairan yang baik dan sangat mempengaruhi
pemilihan suatu lokasi budidaya. Pemilihan lokasi yang benar dan sesuai
daya dukung adalah suatu hal yang sangat penting karena hal ini
mempengaruhi keberlanjutan kegiatan secara ekonomis (Lawson 1995).
Meskipun demikian, ketersediaan wilayah yang sesuai untuk kegiatan
budidaya pada saat ini mulai berkurang dikarenakan menurunnya kualitas
lingkungan. Persyaratan pertama untuk keberlanjutan kegiatan budidaya
adalah tersedian sistem alokasi sumberdaya untuk budidaya. Sistem yang
demikian harus diterapkan dalam konteks pendekatan perencanaan terpadu
dibandingkan hanya menciptakan serangkaian peraturan untuk
menghindari kerusakan lingkungan (Perez et al 2003)
Hasil tangkapan dari nelayan jarang sekali bisa bertahan hidup. Ini
lantaran alat tangkap yang digunakan kurang mendukung. Penggunaan
bubu, bagan, atau pancing sebagai alat tangkap sering membuat ikan
terluka sehingga melemahkan kondisi tubuhnya, mengingat hal tersebut
potensi budidaya di KJA sangat menjanjikan. Metode KJA merupakan
metode akuakultur yang paling produktif. Beberapa keuntungan yang
dimiliki metode KJA, yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu
air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengelolaan tanah,
mudahnya pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan.
Agar budidaya ikan di KJA berhasil maka pemasangan KJA tidak
dilakukan disembarang tempat, harus dipilih lokasi yang memenuhi aspek
teknis dan sosial ekonomis (Meade 1989).
Suatu wilayah perairan pesisir dapat dikatakan sesuai untuk kegiatan
budidaya ikan Kerapu sistem keramba jaring apung apabila kondisi
lingkungan perairannya layak dan memenuhi kriteria-kriteria teknis
ekologis yang baku. Kondisi lingkungan perairan yang dimaksud antara
lain secara fisika (kontur kedalaman, arus, pasang surut, gelombang) dan
kimia (oksigen terlarut, derajat keasaman/pH, salinitas, BOD 5, nutrien)
(Beveridge 1996).
II.
II.1
KEBIJAKAN STRATEGIS
Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan budidaya Kerapu Bebek di KJA adalah
memproduksi ikan Kerapu Bebek ukuran konsumsi melalui sistem
keramba jaring apung, yang dilakukan pada skala intensif dengan
berorientasi keuntungan, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
II.3
Tabel 1 kondisi secara umum udara dan air di Kepulauan Seribu (Anonim, 2015)
Parameter udara
Suhu udara
Kelembapan
Curah hujan
Kecepatan angin
Tekanan udara
Nilai/kisaran
21,6-32C
80%
1.700 mm/thn
7-20 knot
1009-1011 mb
Parameter air
Salinitas
Kedalaman
DO (0-3 meter)
pH
Kecerahan
Tinggi gelombang
Arus
Nilai/kisaran
30-34 ppt
0-40 meter
7-14 mg/l
6,5-8
8
30-150 cm
20 cm/detik
PETA LOKASI
BUDIDAYA
Lokasi Keramba
III.
III.1
KEBIJAKAN PRODUKSI
III.1.1 Input
Modal yang digunakan sebagai sumber keuangan utama berasal dari
dana individu. Pemberi modal berperan pula sebagai direktur perusahaan.
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan budidaya ini
sebesar 5,2 milyar rupiah sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk
pembelajaan infrastruktur.
pukul 07.30. Berikut feeding rate dan frekuensi pakan berdasarkan ukuran
ikan.
Tabel 2 manajemen pemberian pakan Kerapu di keramba(Yang Sim et
al2005)
Feeding trash fish
Uku
ran
ikan
(g)
510
1050
50150
150300
300600
600-1000
Dry pellets
Feedin
g rate
(% rerata bobot)
Frekuensi
perhari
Ukuran ikan
(g)
Feedi
ng rate
(% rerata bobot)
Frekuensi
perhari
1520
1015
810
68
46
3-4
3-4
2-3
2
1-2
1
1
15
520
20100
100200
200300
>300
4.010.0
2.04.0
1.52.0
1.21.5
1.01.2
0.81.0
3-5
2-3
2
1-2
1
1
Jika ikan yang diberi makan dua kali setiap hari, makan harus
dilakukan pada saat fajar dan senja. Untuk ikan Kerapu yang diberi makan
sekali sehari, waktu yang terbaik untuk memberi makan ikan adalah
sebelum matahari terbenam. Siang dan sore merupakan waktu yang kurang
baik dalam memberi makan ikan Kerapu, karena sinar matahari kuat. Pada
saat ini, Kerapu cenderung beristirahat dibagian bawah dan umumnya
makan kurang aktif. Berikut adalah jadwal pemberian pakan selama sehari.
Tabel 3 jadwal pemberian pakan
Frekuensi
7.30
1
2
3
4
5
17.00
merangsang sifat kanibal bagi Ikan Kerapu Bebek terutama ikan yang berukuran
lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan ikan yang lebih kecil takut untuk
mengejar makanan sehingga dapat mengganggu pertumbuhannya. Munculnya
sifat kanibalisme juga dapat menyebabkan ikan yang lebih kecil menjadi stress
sehingga ikan menjadi lebih rentan terserang penyakit.
Sebelum grading dilaksanakan, perlu dilakukan persiapan wadah
yaitu 1 petak keramba yang kosong dengan jaring yang sudah bersih dan
layak pakai. Setelah itu ikan dipuasakan selama 6 jam. Alat dan bahan
yang digunakan dalam kegiatan penjarangan adalah scope-net, cold box,
keranjang plastik, pena dan kertas untuk mencatat jumlah ikan.
Cara melakukan grading adalah dengan mengangkat jaring dan menggiring
ikan, biasanya dengan alat bantu sebatang bambu. Sedikit demi sedikit ikan
dijaring dengan scope net. Ikan yang berukuran besar dikumpulkan di coolbox
atau langsung diletakkan di petak keramba kosong. Sedangkan ikan yang
berukuran kecil dipindahkan disisi lain jaring yang terangkat. Ikan yang masuk
kedalam masing-masing keramba dicatat kemudian dijumlahkan sebagai arsip.
Pemeliharaan kesehatan ikan perlu dilakukan untuk menjaga
performa pertumbuhan ikan tetap baik dan mengurangi tingkat kematian
ikan yang dapat menurunkan hasil produksi ikan Kerapu Bebek. Untuk itu
perlu dilakukan pengawasan rutin terhadap kondisi kesehatan ikan. Ikan
yang terserang penyakit biasanya menunjukkan tanda-tanda yang dapat
diamati dari permukaan tubuhnya. Adapun tanda-tanda penyakit pada ikan
yang umum terjadi yaitu hilangnya nafsu makan, perubahan warna tubuh
(ikan stress biasanya lebih gelap), berenang lambat, anatomi abnormal
seperti: mata menonjol sirip bengkok dan luka, serta pertumbuhan lambat.
Salah satu kegiatan untuk menjaga kesehatan ikan Kerapu adalah
dengan melakukan perendaman ikan (deeping). Perendaman ikan
dilakukan untuk mematikan jamur dan parasit yang menempel pada tubuh
ikan seperti kutu dan cacing insang. Alat dan bahan yang digunakan dalam
perendaman ikan adalah scope-net, cold box, aerator, batu aerasi dan air
tawar. Aerator berfungsi untuh menambah suplai oksigen selama
perendaman dan batu aerasi berfungsi memecah oksigen untuk
mempermudah respirasi pada ikan.
Prosedur perendaman ikan adalah, mengisi air tawar ke dalam cold
box, memasang aerator untuk mengalirkan oksigen selama perendaman,
memasang batu aerasi untuk memecah oksigen, mengisi ikan ke dalam
cold box lalu ikan direndam selama 10-20 menit.
Ikan Kerapu Bebek rentan serangan bakteri Vibrio sp. yang
menyebabkan penyakit. Untuk vibriosis yang ditandai sirip dan kulit
memborok dan daging pecah-pecah dapat diobati dengan
antibiotik/antiseptik. Aplikasinya melalui perendaman dalam larutan
prefuran atau nitrofurazone 15 ppm selama minimal 4 jam. Bisa juga
secara oral dengan oxytetracyclin sebanyak 0,5 gram per kg pakan selama
7 hari.
Kepala Produksi
Bagian Umum
Supervisor
Pekerja
Kompetensi Minimum
S2/S1 budidaya/berpengalaman
SMK berpengalaman
D3/STIP budidaya/ berpengalaman
SMP sederajat
Total SDM
Jumlah
1
2
2
8
13
III.2.1 Produktivitas
Produktivitasmerupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai
perbandingan antara output dengan masukan input. Menurut Herjanto
(2007), produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan
bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai
hasil yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur
keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau
jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi
produk yang dihasilkan.
Dalam budidaya KJA dengan objek produksi merupakan organisme
hidup maka input yang dimaksud meliputi benih, SDM, alat yang
digunakan, prosedur dan teknologi yang diterapkan. Terdapat pula faktor
diluar input yang sangat mempengaruhi produktivitas yaitu kondisi
perairan sekitar KJA, meski faktor lingkungan tersebut tidak bisa
dikendalikan.
III.2.2 Efisiensi
Efisiensi input dapat diraih dengan menjalankan prosedur proses
produksi sesuai standar yang diterapkan. Namun pedoman tersebut
sifatnya tidak betul-betul mengikat, dalam arti supervisor dan kepala
produksi dalam menjalankan proses dapat melakukan tindakan sedikit
berbeda dengan prosedur didasarkan pada pengalamannya masing-masing.
Setiap kebijakan prosedur yang dijalankan, dicatat sehingga dapat
diketahui prosedur mana yang paling efisien atau minimal menggunakan
input dan menghasilkan output yang maksimal.
IV.
IV.1
KEBIJAKAN PENGENDALIAN
Pengendalian Preventif
Bidang
Input
Tolak ukur
Standar
Monitoring
Benih
Benih
Kondisi fisik,
warna tubuh,
pola renang
sehat, tidak
cacat,
berenang
aktif dan
warna tubuh
cerah,
SNI 016487.5-2000
Observasi
langsung di
tempat
pembenihan
Scoring dengan
skala 1-10
Benih layak
skala > 8
Kebersihan
dan kualitas
kolektor dan
Pocket
Bersih dan
tidak rusak
Pengecekan
langsung pada
wadah
Mengangkat
jaring ke
permukaan
Dilakukan
pembersihan.
Jika rusak maka
harus segera
diganti, atau di
jahit (misalnya
jaring).
Lanjut ke
proses
pemeliharaan
Komposisi
daging dan
Kandungan
nutrien
SNI 017472:
2009
Uji proksimat
pakan
dicocokkan
dengan produk
Mengganti
dengan pakan
yang lebih baik
kualitasnya
Lanjut ke
proses
pemeliharaan
Kelengkapan
dan kondisi
alat
Alat tersedia
lengkat dan
dapat
digunakan
dengan baik
Pengecekan
jumah alat dan
fungsi alat
tersebut
Melakukan
pelatihanpelatihan untuk
meningkatkan
skill dibidang
masing-masing
yang berkaitan
dengan
pendederan
tiram mutiara
Proses
budidaya
berkesinambu
ngan dan
berlanjut
Wadah
Pemeliharaan
Pakan
Input
Alat dan
Bahan
Jumlah
minimum
barang dalam
gundang
Jumlah
memenuhi
kebutuhan
Pencatatan pada
lembar
inventaris alat
dan bahan
IV.2
Pengendalian Pemantauan
Pengendalian pemantauan merupakan pengendalian yang dilakukan
selama proses produksi. Pengendalian meliputi pemakaian pakan,
penggunaan alat, pembersihan dan perbaikan jaring, pengendalian
penyakit ikan. Berikut Tabel 6 adalah standar yang digunakan sebagai
pedoman pengendalian pemantauan.
Tabel 6pengendalian pemantauan pembesaran ikan Kerapu Bebek
Bidang
Objek
Tolak ukur
Pemberian
Pakan
Pakan
Kualitas
pakan
Jumlah dan
Frekuensi
Wadah
pemeliharaa
n
Kesehatan
Ikan
Jaring
Ikan
Standar
Monitoring
SNI 6487.4:
2014
Pengecekan merk
pakan dan
palatabilitas pasca
penyimpanan
Tabel
kegiatan
Banyaknya
epifit yang
melekat dan
kerusakan
jarang
kebersihan
dan kualitas
jaring
Kondisi
kesehatan
ikan dan
obat-obatan
yang
digunakan
SNI
6487.4:2014
Koreksi Kinerja
(sesuai standar/tidak)
Tidak
Ya
(tindakan
(lanjutkan
perbaikan)
Proses)
Mengganti pakan
Lanjut ke
pemeliharaan
Peningkatan
kedisiplinan
prosedur
Menyelam dengan
set snorkling untuk
melihat banyaknya
epifit dan lubang
rusak
Pembersihan
jaring dari epifit
yang menempel
Pemeriksaan
parasit pada bagian
tubuh luar ikan
Perendaman secara
masal pada bak air
tawar dan airasi
Lanjut ke
pemeliharaan
Antibiotik
diberikan melalui
pakan maksimal
pada bulan ke-7
IV.3
Pengendalian Revresif
Pengendalian revresif merupakan pengendalian yang dilakukan
setelah proses produksi. Pengendalian meliputi pengawasan selama panen,
pengendalian distributor. Pengendalian paska panen terkait dengan
penentuan pihak distributor yang baik, kompeten dan berpengalaman. Hal
ini penting dilakukan agar produk yang baik yang telah dihasilkan tidak
Bidang
Objek
Tolak
ukur
Standar
Hasil panen
Ikan
Hasil
Panen
Ukuran
panen
Standar Ikan
Kerapu untuk
konsumsi
950-1000 gr
SNI 6587.4 ;
2014 bab 6.1
Pengukuran
dengan
timbangan
digital secara
individu
ataupun
Ditribusi
dan
Transportasi
Ikan
Hasil
Panen
Kondisi
ikan
Ikan tidak
mengalami
stress (warna
pucat, tidak
aktif
bergerak)
atau mati
Observasi
kondisi ikan
saat proses
distribusi dan
setelah sampai
tujuan
V.
Monitoring
Koreksi Kinerja
(sesuai standar/tidak)
Tidak
Ya
(tindakan
(lanjutkan
perbaikan)
Proses)
Dilakukan
Lanjut ke
pemeliharaan
proses
kembali hingga
pemasaran
mencapai ukuran
1 kg atau
pemeliharaan
maksimal selama
sebulan
Penambahan es,
aerasi, pergantian
air
Lanjut ke
proses
pemasaran
KEBIJAKAN FINANSIAL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah Unit
52
1
1
1
1
1
2
1
10
30
50
1
1
1
1
10
10
1
20
10
Total
Harga Satuan
85.000.000
10.000.000
70.000.000
7.500.000
3.500.000
9.000.000
20.000.000
3.500.000
1.000.000
50.000
20.000
5.000.000
75.000
7.500.000
3.000.000
3.500.000
6500000
6.000.000
1.000.000
10.000
Harga Total
4.420.000.000
10.000.000
70.000.000
7.500.000
3.500.000
9.000.000
40.000.000
3.500.000
10.000.000
1.500.000
1.000.000
5.000.000
75.000
7.500.000
3.000.000
35.000.000
65.000.000
6.000.000
20.000.000
100.000
4.717.675.000
Komponen
Jumlah Unit
Harga Satuan
Harga Tot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kja Aquatec
Rumah Jaga di KJA
Kantor
Tempat Genset
Tandon air tawar
Genset 20 pk
Perahu dan Mesin 24 K
Pompa air laut
Timb. digital
Ember
Serok/seser
Alat Dapur
Styrofoam
Freezer
pH Meter
DO Meter
Refakto-meter
Kulkas
Drum air
Selang
52
1
1
1
1
1
2
1
10
30
50
1
1
1
1
10
10
1
20
10
Total
85.000.000
10.000.000
70.000.000
7.500.000
3.500.000
9.000.000
20.000.000
3.500.000
1.000.000
50.000
20.000
5.000.000
75.000
7.500.000
3.000.000
3.500.000
6500000
6.000.000
1.000.000
10.000
4.420.000
10.000
70.000
7.500
3.500
9.000
40.000
3.500
10.000
1.500
1.000
5.000
75
7.500
3.000
35.000
65.000
6.000
20.000
100
4.717.575
V.1.7 V.1.8
No n
Uraia
V.1.13V.1.14
1
V.1.19V.1.20
2 h
V.1.25V.1.26
3 -obatan
V.1.31V.1.32
4 n pelet
V.1.33
n rucah
V.1.42V.1.43
5 min
V.1.48V.1.49
6 k
V.1.54V.1.55
Solar
Beni
Obat
Paka
Paka
Vita
Plasti
V.1.9
Ju
mlah
V.1.15 1.8
00
V.1.21 114
.400
V.1.27 12
V.1.34 67.
184
V.1.35 433
.524
V.1.44 50
V.1.50
V.1.56
V.1.10
uan
Sat
V.1.11 Harg
a Satuan
V.1.12
V.1.16
er
V.1.22
or
V.1.28
ket
V.1.36
V.1.37
Lit
V.1.17
V.1.18
Ek
V.1.23
Pa
V.1.29
Kg
Kg
V.1.38
V.1.39
V.1.45
Kg
V.1.46
V.1.51
Bal
V.1.52
V.1.57
7.00
0
14.0
00
1.00
0.000
14.0
00
2.00
0
250.
000
500.
000
V.1.58
Total
12.6
00.000
V.1.24 1.60
1.600.000
V.1.30 12.0
00.000
V.1.40 940.
576.000
V.1.41 867.
048.000
V.1.47 12.5
00.000
V.1.53 2.50
0.000
V.1.59 3.44
8.824.000
V.1.60
V.1.61 Biaya Tetap
V.1.62
V.1.63
V.1.67 Kepala
produksi
V.1.71 Bagian
umum
V.1.75 Superviso
V.1.64
V.1.68
Gaji
5.00
0.000
V.1.72 4.00
0.000
V.1.76 4.00
V.1.65 Jumla
h orang
V.1.69 1
V.1.66
Total
V.1.70
5.000.000
V.1.73
V.1.74
8.000.000
V.1.77
V.1.78
8.000.000
r
V.1.79
Pekerja
V.1.80
V.1.83
V.1.85
V.1.86 Uraian
No
V.1.90 V.1.91 Gaji
1
V.1.95 V.1.96 THR
2
V.1.100V.1.101 Konsumsi
3
V.1.105V.1.106 BPJS
4
V.1.110V.1.111 Lampu neon
5
50W
V.1.115V.1.116 Biaya
6
Penyusutan
V.1.120V.1.121 Perawatan
7
Genset
V.1.125
0.000
3.00
0.000
V.1.81
V.1.87 Juml
ah Unit
V.1.92 13
V.1.97
13
V.1.102 12
V.1.107 12
V.1.112 100
V.1.117
V.1.122
V.1.82
24.000.000
V.1.84 45.000.000
V.1.88 Harga
V.1.89 Total
Satuan
V.1.93
V.1.94 7.02
0.000.000
V.1.98 3.000.00 V.1.99 39.0
0
00.000
V.1.103 18.000.0 V.1.104 216.
00
000.000
V.1.108 720.000 V.1.109
8.640.000
V.1.113 200.000 V.1.114 20.0
00.000
V.1.118
V.1.119 39.5
72.000
V.1.123
V.1.124 20.0
00.000
V.1.126 7.36
3.212.000
V.1.127
V.2 Penerimaan
V.2.1 Penerimaan merupakan nilai penjualan dari hasil produksi
yaitu hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual. Total
penerimaan yang diperoleh berasal dari usaha pembesaran selama satu
siklus. Penerimaan yang diperoleh dalam pembesaran kerapu bebek adalah
Rp. 26.000.000.000,V.2.2
V.2.3 Penerimaan
= Total Produksi setahun (kg) x harga jual
(Rp/kg)
V.3
V.4
V.2.4
V.2.5
Pengeluaran
V.3.1
V.3.2 Pengeluaran
V.3.3
3.448.824.000
V.3.4
V.3.5
Analisis Usaha
= 104.000 kg x 250.000,= 26 M
= biaya investasi + biaya tetap + biaya variabel
= 4.717.675.000 + 7.363.212.000 +
= 15.529.711.000,-
V.4.1 Asumsi :
Ukuran benih ikan yang digunakan 50 gr.
Ukuran panen 950-1000 g.
Lama pemeliharaan ukuran 50-200 g selama 3 bulan, ukuran 200-500 g
selama 3 bulan dan ukuran 500-100 selama 4 bulan.
Padat tebar ukuran 50 g sebanyak 156 e/m 2, ukuran 200 g sebanyak 76 e/m 2
dan ukuran 500 g sebanyak 37 e/m2.
KJA berukuran 3x3 meter, dengan jumlah KJA 52 buah.
Tebar dan panen ikan kerapu bebek dilakukan setiap minggu. Pada tahun
pertama dilakukan penanaman sebanyak 52 dan panen 9 kali.
SR pada akhir pemeliharaan adalah 91%, dengan hasil produksi 2 ton/siklus.
Ukuran panen berkisar antara 950-1000 g dengan harga jual Rp. 250.000,-/kg.
V.4.2 Keuntungan
V.4.3
V.4.4
Keuntungan
V.4.5
+ 61.716.048)
= 10.408.572.000,-
V.4.6
V.4.10
V.4.11
R
=
V.4.16
V.4.15
To
tal
pe
ne
ri
m
aa
n
(T
R)
Bi
ay
a
op
er
ati
on
al
(T
C)
V.4.17
= 1,67
V.4.18 R/C ratio dalam usaha pembesaran ikan kerapu adalah 1,67.
V.4.19
V.4.20 Payback Periode (PP)
V.4.21 Payback Periode (PP) adalah periode pengembalian modal
untuk investasi yang ditanamkan.
V.4.24
Biaya
investasi
V.4.22
V.4.23
PP
= V.4.28
Keuntung
an
V.4.25
x
V.4.30 Nilai Payback period dalam usaha budidaya kerapu ini adalah
4,05 bulan.
V.4.31
V.4.32 Break Event Point (BEP)
V.4.33 Break Event Point merupakan parameter analisis yang
digunakan untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi
suatu usaha mencapai titik impas yaitu tidak untung atau rugi. Usaha
dinyatakan layak apabila nilai BEP produksi lebih besar dari pada jumlah
unit yang sedang diproduksi saat ini.Sementara itu, nilai BEP harga lebih
rendah dari pada harga yang berlaku saat ini. Nilai BEP (ekor) dan BEP
(Rp) dihitung menggunakan rumus berikut :
V.4.34
V.4.36
V.4.35
7.363 .212.000
= 250.000 3.448.824 .000
104.000
= 33957.167
V.4.37
V.4.38
7.363.212 .000
V.4.39 = 1 3.448 .824 .000
26.000 .000 .000
= 1.666.463.514
V.4.40 Nilai BEP (unit) dalam usaha budidaya ikan kerapu adalah
sebesar 33957.167 dan nilai BEP (rupiah) dalam usaha
budidaya kerapu adalah Rp. 1.666.463.514,-.
V.4.41 Harga Pokok Produksi (HPP)
I.1.1
I.1.2
=
I.1.6
Bia
ya
Pro
du
ksi
Tot
al
ju
ml
ah
pro
du
ksi
Analisis Finansial
V.5.1
Analisis
finansial
pada
hakikatnya
adalah
untuk
mendapatkan layak atau tidak layaknya
suatu gagasan usaha, dengan kata lain studi kelayakan harus dapat
memutuskan apakah suatu gagasan perlu diteruskan atau tidak. Kemudian
untuk menilai investasi layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek
keuangan, maka dapat digunakan aliran kas (cash flow) usaha selama
periode tertentuyang dapat dihitung berdasarkan penerimaan dan biaya
suatu usaha.
V.5.2
V.5.3 Asumsi
Usaha pembesaran kerapu tikus menggunakan 52 unit keramba
Umur proyek 20 tahun, berdasarkan umur teknis KJA.
SR pada budidaya ini sebesar 91%.
Ukuran panen berkisar antara 950-1000 g dengan harga jual Rp.
250.000,- /kg.
Selama satu tahun dilakukan panen setiap minggu.
Nilai sisa pada akhir proyek diperoleh dari barang investtasi yang masih
tersisa saat umurnya telah habis (tidak terpakai).
Discount rate sebesar 10%/tahun dari tingkat suku bunga Bank Indonesia
pada tahun 2015.
V.5.4
Berdasarkan hasil analisis diperolah nilai NPV >1, Net
B/C >1 dan IRR > discount rate. Dengan demikian usaha pembesaran
Kerapu Bebeklayak untuk diusahakan dan dijalankan.Untuk mengetahui
tingkat keuntungan dan kelayakan usaha yang dijalankan, maka
dilakukan pendekatan analisis sebagai berikut:
V.5.5
V.5.6 Net Present Value (NPV)
V.5.7
Net Present Value (NPV) adalah dihitung berdasarkan
selisih antara nilaisekarang penerimaan yang akan diterima dari hasil
penjualan produksi dikurangidengan nilai sekarang atas biaya yang
akan dikeluarkan selama umur proyek (Pasaribu et al 2005). Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
V.5.8
V.5.9
V.5.10
V.5.11
V.5.12
V.5.13
V.5.14
Keterangan :
Bt : Benefit dari usaha pada tahun ke-t
Ct : Biaya dari usaha pada tahun ke-t
i : Tingkat suku bunga (10% per tahun)
t : Umur proyek (5 tahun)
Besarnya nilai NPV dalam usaha budidaya ikan kerapu ini
adalah Rp.30.781.810.695,-.
V.5.15
V.5.16 Net benefit-cost ratio (Net B/C)
V.5.17 Net B/C merupakan perbandingan antara NPV dari total
benefit bersih terhadap total biaya bersih (Gray, 1993). Net B/C
digunakan untuk ukuran efisiensi dalam penggunaan modal. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
V.5.18
V.5.19
V.5.20
V.5.21
V.5.22
V.5.23
V.5.24
Keterangan :
Bt : Manfaat dari usaha pada tahun ke-t
Ct : Biaya dari usaha pada tahun ke-t
i : Tingkat suku bunga (10% per tahun)
t : Umur proyek (5 tahun)
Besarnya nilai Net B/C dalam usaha budidaya ikan kerapu ini
adalah 8.
V.5.25
V.5.26 Internal rate of return (IRR)
V.5.27 IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukan
jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos
proyek atau NPV sama dengan nol (Gray, 1993). Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
V.5.28
V.5.29 Dimana :
V.5.30 i : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
V.5.31
V.5.32
V.5.33
V.5.34
V.5.35
V.5.36 Payback Periode (PP)
V.5.37 Payback Periode (PP) adalah periode pengembalian modal
untuk investasi yang ditanamkan.
V.5.40
Biaya
investasi
V.5.38
V.5.39
PP
= V.5.44
Keuntung
an
V.5.41
x
V.5.46 Nilai Payback period dalam usaha budidaya kerapu ini adalah
4,05 bulan.
V.5.47
V.5.50
V.5.51
V.9
V.11
NPV
Net B/C
V.13
IRR
V.12
V.14
V.16
V.15
V.17
V.18
3
0
.
7
8
1
.
8
1
0
.
6
9
5
8
2
7
%
4
,
0
5
b
u
l
a
n
Payback
Period
V.18.1 Produksi
V.19
V.20 Biomassa
V.21
V.26
Periode
Biomassa
V.22
SR
(%)
V.27
100
V.23
JumlahI
ndividu
V.28
2.200
V.24
Bobo
t (g)
V.29
50
V.25
Biom
assa (Kg)
V.30
110
tebar
V.31
Biomassa
Grading I
V.36
Biomassa
Grading II
V.41
Panen
V.32
95,5
V.33
2.100
V.34
200
V.35
V.37
97,6
V.38
2.050
V.39
500
V.40
1.025
V.42
97,5
V.43
2.000
V.44
1.00
V.45
2.000
V.46
V.47 Pakan
V.48
FCR rucah
: 6 (Sim et al 2005)
V.49
FCR pelet
: 1,67 (Sim et al 2005)
V.50
FR Rucah
: 6% biomassa/hr (SNI 017472:2009)
V.51
FR Pelet
: 4% biomassa/hr (SNI 017472:2009)
V.52
Jumlah Pakan UkuranTebar Grading I :
V.53 Pelet = (% proporsi x selisih bobot x FCR) x jumlah ikan
V.54
= (0,3 x 150 x 1,67) x 2.200= 165.330 g =
165 kg
V.55 Rucah = (% proporsi x selisih bobot x FCR) x jumlah ikan
V.56
= (0,7 x 150 x 6) x 2.200= 1.386.000g =
1.386 kg
V.57
Jumlah Pakan Grading I Grading II :
V.58 Pelet = (% proporsi x selisih bobot x FCR) x jumlah ikan
V.59
= (0,3 x 300 x 1,67) x 2.100= 315.630 g =
316 kg
V.60 Rucah = (% proporsi x selisih bobot x FCR) x jumlah ikan
V.61
= (0,7 x 300 x 6) x 2.100= 2.646.000 g =
2.646 kg
V.62
Jumlah Pakan Grading II Panen :
V.63 Pelet = (% proporsi x selisih bobot x FCR) x jumlah ikan
V.64
= (0,3 x 500 x 1,67) x 2.050= 513.525 g =
514 kg
V.65 Rucah = (% proporsi x selisih bobot x FCR) x jumlah ikan
V.66
= (0,7 x 500 x 6) x 2.050= 4.305.000 g =
4.305 kg
V.67
V.68
Total Kebutuhan Pakan Pelet Setahun
= (165+316+514) kg x 52 siklus
V.69
= 67.184 kg
V.70
Total Kebutuhan Pakan Rucah Setahun
= (1.386+2.646+4.305) kg x 52 siklus
V.71
= 433.524 kg
V.71.1 Asumsi Sensitifitas
V.71.1.1
Asumsi Peningkatan Harga Pakan
V.72
V.73
Harga rucah/kg
= 2.500,V.74
Harga pelet/kg
= 18.000,-
420
V.75
Kebutuhan rucah/thn = 433.524
V.76
Kebutuhan pelet/thn = 67.184
V.77
Total pengeluaran rucah
=1.083.810.000,V.78
Total pengeluaran pelet
=1.209.312.000,V.79
Total pengeluaran pakan
= 2.293.122.000,V.80
V.81
Biaya variabel
=3.934.322.000,V.82
Biaya pengeluaran
=15.529.711.000,V.83
Keuntungan
= 9.923.074.952,V.84
V.85
V.85.1.1
Asumsi Penurunan Harga Jual
V.86
V.87
Harga perkilo
= 200.000,V.88
Bobot perekor
= 1 kg
V.89
Botot panen
= produksi x bobot perekor
V.90
= 104.000 ekor x 1 = 104.000
kg
V.91
Total pendapatan
= harga perkilo x bobot panen
V.92
= 200.000 x 104.000 =
20.800.000.000,V.93
Keuntungan
= 20.800.000.000 - 8.011.482.000
V.94
= 5.208.572.95
V.95
Sensitifitas
V.96
sensitifitas.
V.97
V.101
V.102
Aspek
Harga
pakan
rucah
Harga
pakan
pelet
V.103
V.104
A
s
u
m
s
i
N
o
m
a
l
2
0
0
0
,
1
4
0
V.99
V.105
V.106
A
su
m
si
S
e
ns
iti
fit
as
V.100
Keuntu
ngan
Sensitif
itas
2
5
0
0,
1
8
0
0
V.107
17.503.
020.00
0,-
V.108
Harga
jual
kerapu
V.109
0
0
,
2
5
0
.
0
0
0
,
-
0,
-
V.110
2
0
0.
0
0
0,
-
V.111
12.788.
518.00
0,-
V.115
V.116
V.117
V.118
V.119
V.120
V.121
V.122
V.123
V.124
V.125
V.126
V.127
V.128
V.129
V.130
V.131
Gambar
Barang
V.138
V.136
Nama/Jenis
V.137
Spesifikasi
V.139
Pelampung
silinder
plastik
(Aquatec)
V.140
V.141
V.142
Papan
plastik
(Aquatec)
V.143
Pelampung
sekaligus
bantalan
pijakan
KJA.
Terbuat dari
bahan baku
minimum
90%
polyethylen
e prime
grade
ditambah
anti UV dan
tidak
beracun
untuk
pijakan dan
pematang
KJA
V.144
V.145
Tali
tambang
plastik
V.146
Berbagai
ukuran
V.147
V.148
Pasak/jangk
ar
V.149
Terbuat dari
beton
dengan
bobot 300
kg
V.150
V.151
Jaring
(Aquatec)
V.152
net yang
tanpa
simpul
(knotless)te
rbuat dari
bahan
Prime
V.153
V.154
V.155
V.156
Tandon air
tawar
(Aquatec)
V.157
V.158
V.159
Rumah
apung
(Aquatec)
V.160
V.161
V.162
Perahu
besar untuk
mengangkut
hasil panen.
Perahu kecil
untuk
mengangkut
perlengkapa
n dari
gudang
darat
P.Panggang
ke KJA
V.164
V.163
V.165
Grade
Polyethylen
e (PE)
Mesh size
3mm
Mesh size 2
inchi
aquatec
terbuat dari
WPC
(Wood
Polyethylen
e
Compound)
dilengkapi
dengan
sistem
penerangan
dari Solar
Cell
Perahu
besar
dengan 2
mesin
kapasitas
masingmasing 3
GT
Perahu
kecil 1
mesin
kapasitas
0,5 GT
V.168
Na
V.169
J
V.170 Ga
mb
ar
V.171
Na
V.172
J
V.173
V.176
V.174
Sc
V.175
V.179
V.178
V.183
se
V.184
V.189
Pis
V.190
V.195
Ma
V.196
V.201
Ke
V.202
V.207
St
V.208
V.182
V.180
Ti
V.181
V.185
V.188
V.186
Ga
V.187
V.194
V.191
V.192
Ak
V.193
V.197
V.200
V.198
Ba
V.199
V.203
V.206
V.204
Ti
V.209
V.177
sy
V.205
V.212
V.213 Jadwal persiapan produksi
V.214
V.215
V.216 Jadwal manajemen pakan
V.217
V.218
V.222