Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
4 Manifestasi Klinis
Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik dari folikel pilosebacea yang
memiliki karakteristik komedo, papul, pustul, dan nodul. Lesi klasik biasanya berupa
pustula, namun biasanya juga dapat berupa papula dan nodula yang inflamasi.
Komedo merupakan lesi primer dari akne. Hal tersebut dapat dilihat sebagai papul
yang datar atau sedikit meninggi dengan pembukaan sentral yang melebar berisi
keratin hitam (komedo terbuka)1. Komedo tertutup biasanya berupa papul kekuningan
berukuran 1 mm yang membutuhkan peregangan pada kulit untuk dapat terlihat.
Makrokomedo, yang jarang terjadi, dapat mencapai ukuran 3-4 mm. Papul dan pustul
biasanya berukuran 1-5 mm dan disebabkan oleh inflamasi, oleh sebab itu pasti
terdapat eritema dan edema. Bentuk tersebut dapat membesar dan membentuk nodul
dan bergabung membentuk plak yang terindurasi mengandung traktus sinus dan
cairan apakan itu serosaginosa atau pus kekuningan2.
Predileksi akne umunya pada wajah, leher, badan bagian atas, dan lengan
atas. Pada wajah hal tersebut paling sering terjadi pada pipi, dan sebagian kecil pada
hidung, dahi, dan dagu. Telinga dapat terlibat, dengan komedo yang besar pada
concha, kista pada lobus, dan kadang-kadang komedo dan kista pre dan retroaurikuler. Pada leher khususnya pada daerah nuchae, lesi kistik yang besar dapat
mendominasi2. Acne paling banyak terjadi di wajah, tetapi dapat terjadi pada
punggung, dada, dan bahu. Di badan, acne cenderung terkonsentrasi dekat garis
tengah tubuh. Penyakit ini ditandai oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu jenis lesi
biasanya lebih mendominasi. Lesi noninflamasi, yaitu komedo, dapat berupa komedo
terbuka (blackhead comedones) yang terjadi akibat oksidasi melanin, atau komedo
tertutup (whitehead comedones). Lesi inflamasi berupa papul, pustul, hingga nodus
dan kista. Scar atau jaringan parut dapat menjadi komplikasi acne noninflamasi
maupun acne inflamasi3.
Lesi primer berupa mikrokomedo yaitu proses impaksi dan distensi dari folikel
dengan sebum dan menjadi deskuamasi keratinosit dari epitelium folikular. Ketika
mikrokomedo mulai muncul dapat dideskripsikan sebagai komedo terbuka atau
tertutup. Komedo terbuka memiliki pori-pori yang terlihat yang terlihat sebagai bintik
hitam yang menandakan terjadinya oksidasi lipid dan melanin. Sedangkan komedu
tertutup memiliki pori-pori yang cukup kecil dan muncul sebagai bintik putih4.
Gambar 1. Campuran komedo terbuka (blackheads) dan komedo tertutup (whiteheads) pada dahi wanita
usia muda4
Gambar 3. Campuran akne komedonal dengan papula yang mengalami inflamasi dan pustula yang
tersebar pada dahi wanita usia muda4
Akne umumnya muncul pada saat pubertas dan seringkali merupakan tanda
awal dari produksi hormon seks yang meningkat. Ketika akne muncul pada usia 8-12
tahun, yang tampak biasanya berupa komedo yang utamanya muncul pada dahi dan
pipi. Laki-laki muda cenderung memiliki kompleks yang lebih berminyak dan
penyebaran penyakit yang lebih berat dibanding perempuan usia muda. Perempuan
dapat mengalami perjalanan penyakit yang berat dari lesi papulo pustular seminggu
sebelum mensturasi. Akne juga dapat muncul pada perempuan usia 20-35 tahun yang
belum mendapatkan akne pada saat remaja. Akne ini kebanyakan bermanifestasi
sebagai papul, pustul, dan nodul yang nyeri pada daerah dagu dan leher bagian atas2.
Gambar 4. Campuran akne komedonal dengan papula yang mengalami inflamasi dan pustula yang
tersebar pada dahi wanita usia muda4
Gambar 5. Komedo terbuka (blackheads) pada hidung laki-laki usia dewasa muda yang
merupakan salah satu tanda usia pubertas4
3.5 Klasifikasi
Acne sampai saat ini cukup sulit untuk diklasifikasikan. Tidak terdapat
sistem grading yang seragam dan terstandarisasi untuk beratnya akne yang diderita.
Akne
pada
umumnya
diklasifikasikan
berdasarkan
tipe
(komedoal/papular,
acne sangat bervariasi tergantung pasien dan perjalanan penyakit pada beberapa
orang berbeda-beda. Klasifikasi acne dengan metode tradisional pada percobaan klinis
yaitu dengan menghitung lesi inflamasi dan non-inflamasi, namun ini sangat sulit
dilakukan untuk menentukan derajat keparahan inflamasi acne. Papula bahkan nyaris
tak terlihat, atau terlalu dalam, atau bahkan hanya berbentuk nodul kecil, dan tetap
harus dihitung sebagai lesi yang ekuivalen4.
Klasifikasi sederhana dari acne vulgaris yaitu akne ringan (mild acne) dimana
komedo merupakan lesi utama, papul dan pustul mungkin ada tetapi memiliki ukuran
yang kecil serta jumlah yang sedikit (umumnya <10). Akne sedang (moderate acne)
dimana jumlah papul dan pustul yang cukup banyak (10-40) serta jumlah komedo yang
cukup banyak (10-40) juga ada, kadang-kadang disertai penyakit yang ringan pada
badan. Akne sedang berat (moderately severe acne) dimana jumlah papul dan pustul
yang sangat banyak (40-100), biasanya dengan banyak komedo (40-100) dan kadangkadang terdapat lesi nodular dalam yang besar dan mengalami inflamasi (mencapai 5).
Area yang luas biasanya melibatkan wajah, dada, dan punggung. Akne sangat berat
(very severe acne) yaitu akne nodulokistik dan akne konglobata dengan lesi yang
parah, banyak lesi nodular/pustular yan besar dan nyeri bersama dengan banyak
komedo, papul, pustul, dan komedo yang lebih kecil1.
Gambar 6. Mild Acne. Wanita 14 tahun dengan komedo tertutup yang multipel dan tersebar.
Terdapat papul inflamasi dan pustula5
Gambar 9. Inflammatory dan non Inflammatory Acne didapatkan komedo terbuka dan tertutup,
papula dan pustula5
3.6 Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis, dan tes laboratorium. Berdasarkan anamnesis, akne vulgaris
biasanya terjadi pada saat pubertas, tetapi gejala klinis yang muncul sangatlah
bervariasi. Perempuan mungkin memperhatikan bentuk yang berfluktuasi berdasarkan
siklus mensturasinya. Akne fulminan merupakan subtipe akne yang jarang dan terjadi
pada
berbagai
manifestasi
sistemik,
termasuk
demam,
arthralgia,
myalgia,
hepatosplenomegaly, dan lesi tulang osteolitik. Pada pemeriksaan fisis akne noninflamasi tampak sebagai komedo terbuka dan tertutup. Lesi inflamasi dimulai dengan
adanya mikrokomedo tetapi dapat berkembang menjadi papul, pustul, nodul, atau
kista. Kedua tipe lesi ditemukan pada area dengan glandula sebacea yang banyak. Tes
fungsi endokrin rutin tidak diindikasikan pada sebagian besar pasien dengan akne.
Pada pasien dengan akne dan terdapat bukti hiperandrogenisme, evaluasi hormonal
untuk testosteron bebas, dehidroepiandrostenedion sulfat (DHEA-S), lutenizing
hormone (LH), FSH dapat dilakukan. Tes mikrobiologi rutin tidak perlu pada evaluasi
dan dan penanganan pasien dengan akne. Jika lesi terpusat pada peri oral dan area
nasal dan tidak responsif terhadap penanganan akne konvensional, tes kultur dan
sensitivitas bakteri untuk mengevaluasi follikulitis gram-negatif dapat dilakukan.
a. Antibiotik oral diindikasikan untuk pasien dengan akne yang masih meradang.
Antibiotik
yang
diberikan
adalah
Tetrasiklin
(tetrasiklin,
doksisiklin,minosiklin)
tambahan untuk mngoptimalkan hasil terapi. Hasil terapi dari isotretinoin menunjukkan
perbaikan yang lebih cepat untuk lesi inflamasi dibandingkan dnegan komedo. Pustule
menghilang lebih cepat daripada papul atau nodul, dan lesi yang berlokasi di wajah,
lengan atas, dan kaki daripada di punggung dan badan4.
c. Terapi hormonal diindikasikan pada wanita yang tidak mempunyai respon terhadap
terapi konvensional. Mekanisme kerja obat-obat hormonal ini secara sistemik
mengurangi kadar testosteron dan dehidroepiandrosterone, yang pada akhirnya dapat
mengurangi produksi sebum dan mengurangi terbentuknya komedo. Ada tiga jenis
terapi hormonal yang tersedia, yaitu: estrogen dengan prednisolon, estrogen dengan
cyproterone acetate (Diane, Dianette) dan spironolakton. Terapi hormonal harus
diberikan selama 6-12 bulan dan penderita harus melanjutkan terapi topikal. Seperti
halnya antibiotik, tingkat respon obat-obat hormonal juga lambat, dalam bulan pertama
terapi tidak didapatkan perubahan dan perubahan kadang-kadang baru dapat terlihat
pada bulan ke enam pemakaian. Terapi setelah itu akan terlihat perubahan yang nyata.
Perubahan yang dihasilkan pada penggunaan diane hampir mirip dengan tetrasiklin 1
g/hari. Diane merupakan kombinasi antara 50 g ethinylestradiol dan 2 mg cyproterone
acetate. Pada wanita usia tua (>30 tahun) dengan kontraindikasi relatif terhadap pil
kontrasepsi yang mengandung estrogen, salah satu terapi pilihan adalah dengan
penggunaan spironolakton. Dosis efektif yang diberikan antara 100-200 mg. Anti
androgen hormone dapat diberikan pada pasien perempuan dengan target
pilosabaseus unit dan menghambat produksi serum 12.5-65%.
2. Topikal
Penggunaan obat-obatan sebagai terapi topikal merupakan satu cara yang
banyak dipilih dalam mengatasi penyakit akne vulgaris. Tujuan diberikan terapi ini
adalah untuk mengurangi jumlah akne yang telah ada, mencegah terbentuknya spot
yang baru dan mencegah terbentuknya scar (bekas jerawat). Terapi topikal diberikan
untuk beberapa bulan atau tahun, tergantung dari tingkat keparahan akne. Obatobatan topikal tidak hanya dioleskan pada daerah yang terkena jerawat, tetapi juga
pada daerah disekitarnya. Ada berbagai macam obat-obatan yang dipakai secara
topikal, yaitu2:
a. Retinoid topical.
Mekanisme kerja dari retinoid topical:
dipermukaan atau dalam saluran kelenjar sebasea.Lebih efektif diberikan pada pustul
dan lesi papulopustular yang kecil. Eritromisin 3% dengan kombinasi benzoil peroksida
5% tersedia dalam bentuk gel. Keefektifan antibiotik topikal pada akne terbatas karena
mekanisme kerja dalam mengeliminasi bakteri membutuhkan jangka waktu yang
panjang. Bakteri dapat timbul di mana-mana dan tidak secara langsung menyebabkan
akne. Pada keadaan di mana kelenjar sebasea memproduksi sebum berlebihan, poripori kulit juga akan lebih mudah terbuka sehingga banyak bakteri yang akan masuk
dan berkembang. Adanya sel kulit mati juga bisa memperburuk keadaan. Bila kelenjar
sebasea tidak memproduksi sebum berlebihan, maka bakteri tidak mudah masuk ke
dalam kulit. Dengan kata lain, jumlah produksi sebum menjadi masalah utama dalam
akne. Antibiotik topikal kerjanya terbatas, karena tidak mengatasi masalah dalam
jumlah produksi sebum2.
g. Asam Salisilat
Asam salisilat efek utamanya adalah keratolitik, meningkatkan konsentrasi dari
substansi lain, selain itu juga mempunyai efek bakteriostatik dan bakteriosidal2.
3. Terapi Fisik
Selain terapi topikal dan terapi oral, terdapat beberapa terapi tambahan dengan
menggunakan alat ataupun agen fisik, diantaranya adalah:
a. Ekstraksi komedo
Pengangkatan komedo
dengan
menekan
daerah sekitar
lesi dengan
menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi akne. Secara teori,
pengangkatan closed comedos dapat mencegah pembentukan lesi inflamasi.
Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
b. Kortikosteroid Intralesi
Akne cysts dapat diterapi dengan triamsinolon intralesi atau krioterapi. Nodulnodul yang mengalami inflamasi menunjukkan perubahan yang baik. Dalam kurun
waktu 48 jam setelah disuntikkan dengan steroid. Dosis yang biasa digunakan adalah
2,5 mg/ml triamsinolon asetonid dan menggunakan syringe 1ml. Jumlah total obat
yang diinjeksikan pada lesi berkisar antara 0,025 sampai 0,1 ml dan penyuntikan harus
ditengah lesi. Penyuntikan yang terlalu dalam atau terlalu superfisial akan
3.9 Prognosis
Onset dari akne vulgaris sangat bervariasi, dimulai dari 6 hingga 8 tahun dan
kemudian tidak timbul lagi hingga umur 20 atau lebih.Kejadian akne ini biasanya diikuti
oleh remisi yang terjadi secara spontan. Walaupun rata-rata pasien akan mengalami
penyembuhan pada usia awal 20an tapi ada juga yang masih menderita akne hingga
decade ketiga sampai decade keempat. Akne pada wanita biasanya berfluktuasi
berkaitan dengan siklus haid dan biasanya bermunculan sesaat sebelum menstruasi.
Kemunculan akne ini tidak seharusnya berhubungan dengan perubahan aktivitas
glandula sabaseus, dimana tidak terjadi peningkatan produksi sebum pada fase luteal
dalam siklus menstruasi5.
Pada umumnya prognosis dari akne ini cukup menyenangkan, pengobatan
sebaiknya dimulai pada awal onset munculnya akne dan cukup agresif untuk
menghindari sekuele yang bersifat permanen. Pada kebanyakan kasus, akne biasanya
sembh secara spontan ketika melewati usia remaja dan memasuki usia 20an. Alasan
untuk hal ini masih belum diketahui secara jelas, tidak ada penurunan secara bersamasama pada produksi sebm ataupun perubahan komposisi lemak1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Batra, Sonia. Acne. In: Ardnt KA, Hs JT, eds. Manual of Dermatology
Therapeutics 7th ed. Massachusetts:Lippincot Williams and Wilkins; 2007. P:418.
2. Jacyk WK. Acne vulgaris. Grades of severity and treatment options. SA Fam
Pract. 2003;45(9):32-6.
3. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne vulgaris and
acneiform eruption. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen
K, eds. Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill,
2008:690-703.
4. Zeichner, JA. 2014. Acneiform Eruptions in Dermatology. 2014, XXI, 418p.
Available online : http://www.springer.com/978-1-4614-8343-4 (Diakses tanggal
30 Juli 2016 pukul 15.00)
5. Thiboutot, D. Zaenglein, A. 2014. Pathogenesis, clinical manifestations, and
diagnosis
of
acne
vulgaris.
Available
online
http://www.uptodate.com/contents/pathogenesisclinicalmanifestationsearchTer
m=acne&selectedTitle=3%7E150&view=print&displayedView=full#
tanggal 31 Juli 2016 pukul 12.15).
(Diakses
6. Cunliff e WJ, Gollnick HPM. Topical therapy. In: Cunliff e WJ, Gollnick HPM,
eds. Acne diagnosis and management. London: Martin Dunitz Ltd, 2001:10714.