Vous êtes sur la page 1sur 102
KERJASAMA ENERGI TURKI DENGAN IRAN PADA MASA PEMERINTAHANAdalet ve Kalkinme Partisi (AKP) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh, GelarSarjana Sosial (S.Sos) oleh Walliyudin 109083000021 Universitas Islam Negeri SVARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul: KERJASAMA ENERGI TURKI DENGAN IRAN PADA MASA PEMERINTAHAHAN Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) 1. Merupakan karya asli saya yang diajukan’ untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2, Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 7 Januari 2014 METERAT TEMPEL 000) Walliyudin ii PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama : Walliyudin NIM :109083000021 Program Studi : imu Hubungan Intemasional ‘Telah menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul: KERJASAMA ENERGI TURKI DENGAN IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN ADALET VE KALKINME PARTISI (AKP) dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji. Jakarta, 7 Januari 2014 Mengetabui, Menyetujui, Sekretaris Program Studi Pembimbing, Agus Nilmada Azmi, Ahmadi Alfajri, MA NIP. 19780904 200912 1 002 PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI KERJASAMA ENERGI TURKI DENGAN IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) oleh Walliyudin 109083000021 telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Imu Sosial dan Timu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperolch gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional. Ketua, Sekretaris, s Nilmada Azmi, M.Si Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP. 19780904 200912 1 002 NIP. 19780904 200912 1 002 Penguji I, Penguji Il, Agus Nilmada Azmi, M.Si Febri Dirgantara Hasibuan, MM NIP. 19780904 200912 1 002 Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 30 Januari 2014. Ketua Program Studi Hubungan Intemasional Kiky Rizky, M.Si NIP. 19730321 200801 1 002 iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisa faktor-faktor yang = membuat Turki ‘mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran pada masa pemerintahan Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP). Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Metode tersebut digunakan karena penulis hanya berusaha menggambarkan, mencatat, menganalisa serta menginterpretasikan data- data yang terkumpul tanpa melalui prosedur statistika. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dengan mencari berbagai informasi, berita analisis, buku, karya tulis ilmiah, artikel, atau jurnal-jumal yang berkaitan deng: tema, Data-data yang terkumpul tersebut kemudian dicocokkan dengan defini: definisi konseptual yang digunakan, Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori analisa kebijakan luar negeri, konsep kepentingan nasional, dan konsep geopolitik. Teori analisa kebijakan luar negeri yang digunakan fokus pada bagaimana pertimbangan faktor intemal dan eksternal dalam menentukan kebijakan luar negeri suatu negara. Sementara kepentingan nasional Turki adalah untuk menjamin keamanan cenergi dan integrasi teritorialnya. Sedangkan konsep geopolitik digunakan untuk melihat bagaimana peran posisi geografi suatu negara dapat dimanfaatkan dalam penentuan kebijakan negara tersebut. Dalam skripsi ini, ditemukan bahwa faktor-faktor yang membuat Turki mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran adalah disebabkan oleh faktor internal dan faktor cksternal. Faktor internal meliputi pengaruh dari aktor politik yang saat itu berkuasa, Selain itu, kelangkaan dan keamanan energi dalam negeti juga turut berperan bagi pemerintah Turki dalam mengambil keputusan, Lebih lanjut, peranan geopolitik dan geostrategis Turki yang berada di lintas kawasan juga menjadi pertimbangan. Turki berusaha untuk memanfaatkan Kkeunikan ‘geografisnya sebagai penghubung antara negara produsen dan konsumen energi. Sedangkan faktor eksternal yang juga berpengaruh dalam penentuan kebijakan Turki adalah upaya untuk menjaga keamanan Turki dari ancaman eksternal, yaitu ancaman dari Partai Pekerja Kurdistan, Selain itu, melalui kerjasama energi tersebut juga, Turki berupaya untuk merangkul Iran sebagai salah satu cara menyelesaikan krisis nuklir Iran. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil'lamiin, segala puji dan syukur tak kan pernah berhenti penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, nikmat dan hidayah- ‘Nya. Peran Allah SWT sangat besar dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada ‘Nabi Muhammad SAW. Penulis sadar bahwa Skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa dukungan, saran, dan bantuan baik materi maupun immateri dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada: 1, Bapak Ahmad Alfajri, M.A selaku Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas waktu, saran, arahan, nasehat, dan kesabaran Bapak dalam membimbing penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Semua yang Bapak berikan merupakan motivasi berharga bagi penulis. 2. Ibu Mutiara Pertiwi, M.A selaku Penaschat Akademik. Terima kasih telah membimbing penulis sejak awal penulisan skripsi, mulai dari mempersiapkan proposal skripsi hingga selesai. 3. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Hubungan Internasional yang telah mengajarkan dan berbagi ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan, 4, Kedua Orang Tua penulis, ayahanda Soekarni dan Ibunda Masnun, Terima kasih atas nasehat, motivasi, keikhlasan, keridhoan, dan kesabaran ayahanda dan ibunda selama ini, Ananda sadar bahwa semua yang telah ayahanda dan ibunda berikan tak akan mampu ananda balas semuanya. 5. Kepada Paman Budiarjo dan Tante Rukmawati. Terima kasih karena selalu mengingatkan dan menasehati penulis di sela-sela kesibukan paman dan tante. 6. Kepada Bang Aziz Hendra, Bang Untung Satria, Bang Hadi Surya, dan Ding Tirta Hasanah, Terima kasih atas pengorbanan dan bantuannya. Semoga kita selalu hidup rukun, dapat saling mengingatkan dan menasehati satu sama lain. 7. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan: Kikay, Robbi, Hafiz, Agus, Deden, Ardhy, Ibin dan Andry. Terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan materi kalian dalam membantu penulis. Semoga pertemanan dan persaudaraan ini akan terus terjaga dan bermanfaat bagi kita semua, 8. Seluruh teman-teman jurusan Hubungan InternasionalFISIP UIN Jakarta, khususnya angkatan 2009 dan umumnya semua angkatan. Terima Kasih atas dukungan dan kebersamaan selama ini, terima kasih telah bersedia berbagi ilmu dan pengalaman. 9. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu vi Penulis berharap semoga segala dukungan dan bantuan ini mendapat imbalan dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan. Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, begita pula dengan skripsi ini, tentu sangat jauh dari kesempumaan, Penulis pun sangat menyadarinya, Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan. Meskipun Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga apa yang telah tertulis di dalamnya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan baik sebagai literature maupun sebagai bahan referensi lainnya. Jakarta, Januari 2014 Walliyudin vii DAFTAR ISI PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI. PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.. ABSTRAK. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR SINGKATAN. DAFTAR LAMPIRAN. BABI PENDAHULUAN Pemyataan Masalah Pertanyaan Penelitian.. Tujuan dan Manfaat Penelitian. Tinjauan Pustaka.. Kerangka Teoretis.. 1, Analisa Kebijakan Luar Negeri. 2. Konsep Kepentingan Nasional.. 3. Konsep Geopolitik. F. Metode Penelitian. G. Sistematika Penelitian, moAD> BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBJAKAN ENERGI TURKI A. Pertumbuhan Ekonomi dan Gap Produksi-Konsumsi Energi. 1. Kemajuan Ekonomi Turki Paska Krisis Ekonomi 2001-2002... : 2. Permasalahan Energi B. Kebijakan Energi Turki 1. Kebijakan Energi Dalam Negeri. 2. Kebijakan Energi Luar Negeri. BAB III DINAMIKA KERJASAMA ENERGI TURKI DAN IRAN ‘A. Sejarah Kerjasama Ekonomi-Energi Turki dan Iran....... 1. Kerjasama Pada Masa Pra-AKP (Sebelum 2002), 2. Kerjasama Pada Masa AKP (2002-2011). B. Hambatan dan Permasalahan dalam Kerjasama Energi Turki dan Iran. C. Resiko dan Kerugian dari Kerjasama Energi dengan Iran Vii xiii DaaSSerar dH 19 19 24 30 30 32 35 36 40 44 BAB IV BAB V DAFTAR PUSTAKA.. bagi Turki. ANALISA FAKTOR-FAKTOR TURKI MEMPERTAHANKAN KERJASAMA ENERGI DENGAN IRAN PADA MASA PEMERINTAHAHAN Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) A. Faktor Internal. 1. Orientasi Politik Luar Negeri Turki pada Masa Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP).. 2, Upaya Diversifikasi Sumber Energi Turki. 3. Keinginan Turki untuk Menjadi Energy Transit State... . . B. Faktor Eksternal 1. Kerjasama dalam Mengatasi Permasalahan Partai Pekerja Kurdistan (PKK). 2. Upaya Turki untuk Mengatasi Krisis Nuklir Iran. PENUTUP Kesimpulan. LAMPIRAN-LAMPIRAN ix 47 51 51 58 61 65 65 69 4 xiv DAFTAR TABEL Tabel I1.B.2.1_Impor Minyak Mentah Turki 2009 dan 2011... ‘Tabel IL.B.2.1_ Impor Gas Alam Turki 2010 dan 2011.. 34 34 Grafik ILA.2.1 Grafik 1.A.2.2 Grafik ILA.2.3 Grafik ILA.2.4 Grafik IIL.B.2.1 Grafik IV.A.2 DAFTAR GRAFIK Produksi dan Konsumsi Minyak Turki 2001-201 26 Produksi dan Konsumsi Batu-Bara Turki 2000-2010. 27 Produksi dan Konsumsi Gas Alam Turki 2001-2011... 28 Konsumsi Gas Alam Turki 29 Ekspor Gas Alam Iran ke Turki 2001-201 47 Negara-Negara Importir Energi Turki, 60 xi AKP bbl/d BTC BIE ‘Tek D-8 ECO EIA FDI GDP IAEA ICRG IEA ILSA IMF JEC KCK. MoU MW MGK. NIMS PJAK PKK RCD SDIF TPAO DAFTAR SINGKATAN Adalet ve Kalkinme Partisi Blue Barrel/Day (barel per hari) -Ceyhan Pipeline Erzurum Pipeline Trillion Cubic Feet Billion Cubic Meter Development Eight Economic Cooperation Organization Energy Information Administration Foreign Direct Invesment Gros Domestic Product Intemational Atomic Energy Agency International Country Risk Guide Intemational Energy Agency Iran-Libya Sanctions International Monetary Fund Joint Economic Commission Koma Civakén Kurdistan Memorandum of Understanding Mega Watt Milli Gunvelik Kuruluk Newly Independent Muslim States Partiya Jiyana Azad a Kurdistané Partiya Karkeren Kurdistan Regional Cooperation and Development Organization Saving and Deposit Insurance Fund Tirkiye Petrolleri Anonim Ortakhigt xii Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 DAFTAR LAMPIRAN Perjanjian dan Kesepakatan Ekonomi antara Turki dan Iran Sejak 1995. : 10 Besar Trading Partner Turki. Profil Energi Uni Eropa. Sumber dan Tujuan Energi Turki. Peta Jalur Pipa Gas Turki. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah Turki adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, Pada 2010, pertumbuhan ekonomi Turki mencapai 11,7 %, Selain itu, Turki juga masuk dalam jajaran negara dengan cadangan devisa 17 besar dunia dan 6 besar di Uni Eropa. Dampak pertumbuhan positif ini, Istanbul (sebagai pusat keuangan Turki) kini menjadi pusat keuangan nomor 4 dunia (setelah New York, ‘Moskow, dan London) dengan total perputaran uang mencapai 28 miliar dolar. Saat ini, Turki juga telah menjadi negara eksportir produk-produk agrikultural, tekstil, sepeda motor, alat-alat transportasi, material konstruksi, peralatan elektronik dan rumah tangga (Dzakirin 2012:240-244).. Seiring dengan perkembangan ekonomi tersebut, kebutuhan energi Turki juga semakin meningkat, Menurut the International Energy Agency (IEA), jumlah konsumsi energi Turki meningkat dua kali lipat selama satu dekade terakhir (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Konsumsi minyak bumi Turki pada 2011 telah mencapai 706.000 barel per hari (bbV/d). Sedangkan konsumsi batu-bara mencapai 110.000 ton pada 2010. Namun, peningkatan paling signifikan terlihat pada konsumsi gas alam. Jika pada 2001, konsumsi gas alam hanya 16 milyar meter kubik (Bom), maka pada 2011 kebutuhan Gas Alam meningkat menjadi 45 milyar meter kubik (Bem). Peningkatan konsumsi energi tersebut berbanding terbalik dengan kemampuan produksi dalam negeri. Kemampuan Turki memenuhi kebutuhan energi hanyalah 26%, sementara 74% sisanya dipenuhi oleh sumber-sumber dari impor (Babali 2012: 3). Dengan demikian, Turki sangat bergantung pada supply dari impor. Oleh karena itu, Turki pertu melakukan kerjasama dan investasi yang signifikan di sektor energi. Untuk tujuan itu, Turki melakukan kerjasama dengan beberapa negara. Ada dua penyuplai yang sangat penting dalam memasok dan memenuhi kebutuhan energi Turki, yaitu Rusia dan Iran. Tulisan ini akan fokus pada kerjasama antara Turki dengan Iran (khususnya di sektor gas alam), Peran Iran sebagai salah satu importir energi Turki mengalami peningkatan yang signifikan selama satu dekade terakhir. Impor gas alam Turki dari Iran meningkat menjadi 8,3 milyar meter kubik (Bem) pada 2011 (Jenkins 2012:55), Sedangkan untuk crude oil, dalam jangka 2 tahun (2009- 2011) terjadi peningkatan yang sangat tajam yaitu meningkat sekitar 290%. Ini ‘menunjukan bahwa kerjasama energi antara Turki dan Iran ini sangat besar. Kerjasama energi antara Turki dan Iran ini telah dimulai sejak 1996. Pada saat itu, kedua negara menandatangani kontrak penjualan gas alam sebesar USS 23 juta. Kontrak tersebut juga meliputi pembangunan pipa gas sepanjang 1.600 mil dari Tabriz hingga Ankara (Habibi 2012:4-5). Berdasarkan pada perjanjian ini, Iran akan menyuplai gas bagi Turki hingga 23 tahun ke depan. Pengiriman ini berkisar rata-rata 4 Bem per tahun dan diharapkan meningkat menjadi rata-rata 10 Bem per tahun pada 2007 (Kinnander 2010:7-8). Pengiriman gas dari Iran ke Turki mulai dilakukan pada 2001 seiring dengan selesainya pembangunan pipa gas dari Tabriz ke Ankara. Namun, kerjasama energi antara kedua negara ini tidak selalu berjalan mudah, ada beberapa hambatan dan permasalahan yang mengiringinya. Seperti pada 2002, Turki menghentikan impor gasnya dari Iran dengan alasan kualitas gas dari Iran Kurang bagus (Jenkins 2012:54). Kualitas yang Kurang bagus tersebut menyebabkan permintaan dalam negeri Turki terhadap Iran menjadi menurun, Akan tetapi alasan sebenamya dari rendahnya permintaan dalam negeri Turki tersebut adalah karena kemampuan ekonomi masyarakat Turki yang menurun. Menurunnya kemampuan ekonomi tersebut merupakan dampak dari krisis ekonomi pada 2001. Selain itu, penghentian ini bertujuan untuk menekan Iran agar mau ‘menegosiasikan kembali kontrak yang telah disepakati pada 1996. Dalam kontrak tersebut, terdapat Klausul “take-or-pay” yang berarti bahwa Turki harus membayar 87% dari kesepakatan kontrak. Ini berarti bahwa Turki akan tetap membayar 87% dari kesepakatan kontrak meskipun seandainya gas yang dikonsumsi tidak sampai 87% (Jenkins 2012: 54). Selain itu, harga yang harus dibayar oleh Turki juga termasuk mahal. Harga gas alam Iran yang harus dibayar oleh Turki adalah US$ 550 per seribu meter kubik. Harga tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan harga gas alam yang harus yang dibayar oleh Turki ke negara lainnya, seperti Rusia dan Azerbaijan. Rusia menjual gas alamnya ke Turki dengan harga US$ 400 per seribu meter kubik, sedangkan Azerbaijan dengan harga USS 330 per seribu meter kubik (Zasztowt, Konrad 2012:7). Kedua permasalahan (Klausul dan harga) di atas terus berlanjut dan berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Sebagai respon atas permasalahan tersebut, akhimya Menteri Energi Turki saat itu, Hilmi Guler, menyatakan bahwa Turki akan melakukan upaya arbitrasi intemasional. Akan tetapi, respon yang ditunjukan oleh Iran justru sebaliknya, Iran meresponnya dengan menghentikan pengiriman selama empat hari pada Desember 2004. Selain disebabkan oleh masalah harga, pengiriman gas dari Iran juga beberapa kali terputus karena berbagai alasan, Seperti pada 19 Januari 2006, Iran menghentikan pengiriman dengan alasan adanya perubahan cuaca yang ekstrim di Tabriz hingga lebih rendah dari 12°C (Kinnander 2010: ). Selanjutnya pada September dan Agustus 2007, pengiriman kembali terputus karena pipa gas antara Tabriz-Ankara disabotase oleh kelompok separatis Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Bahkan pada Januari 2007 dan Januari 2008, Iran mengurangi jumlah pengiriman ke Turki demi memenuhi permintaan dalam negeri Iran. Masalah selanjutnya adalah terkait dengan komitmen Iran terhadap kontrak yang disepakati pada 1996. Sejak dimulainya pengiriman gas pada 2001, Iran belum pernah berhasil mencapai target sesuai dengan kuota pengiriman yang telah disepakati. Bahkan jumlah pengiriman tertinggi yang berhasil Iran capai hanyalah 8,3 Bem pada 2011 (Kinnander 2010:8, Jenkins 2012:55 dan Babali 2012:7). Padahal, berdasarkan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, Iran seharusnya mengirim gas sebanyak 10 Bem sejak 2007. Berdasarkan pada fakta-fakta di atas, seharusnya Turki tidak lagi ‘meneruskan dan mempertahankan kerjasamanya dengan Iran. Alasannya adalah: © Klausul take-or-pay yang merugikan Turki dan lebih menguntungkan Iran. ‘© Harga gas alam yang relatif mahal. Iran terlihat seperti partner yang kurang dapat dipercaya bagi Turki karena beberapa kali menghentikan pengiriman tanpa alasan yang logis. ‘© Iran belum berhasil memenuhi komitmen pengiriman gas alam yang rata-rata 4 juta kubik per tahun dan 10 juta kubik per tahun pada 2007. Sementara itu, pada sisi lain, Iran juga sedang mendapat isolasi intemasional. Pengisolasian ini disebabkan oleh program nuklir Iran yang dianggap memiliki potensi bertranformasi menjadi senjata nuklir. Sehingga Komunitas internasional, seperti PBB dan terutama Amerika Serikat, menjatuhkan sanksi bagi Iran, Target utama dari sanksi tersebut adalah sektor energi dan keuangan Iran. Dalam sanksi tersebut, semua negara, perusahaan multinasional, maupun perorangan dilarangan untuk melakukan perdagangan dan kerjasama di bidang energi dengan Iran (CNN, 24 Mei 2011). Sanksi terhadap Iran tersebut tentu saja akan membuat Turki berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, Turki memiliki hubungan yang cukup erat (baik ekonomi maupun politik) dengan Amerika Serikat. Sementara itu, di sisi lain, Turki juga memiliki kerjasama ekonomi yang cukup besar dengan Iran. Tentunya ada berbagai pertimbangan, beragam alasan, dan sejumlah faktor yang membuat Turki terus menjalankan kerjasama dengan Iran meskipun mendapat tekanan dari Amerika Serikat, Selain itu, Turki juga masih memiliki altematif lain yaitu Rusia. Seandainya Turki memutuskan kerjasama dengan Iran, maka Turki masih tetap bisa memenuhi kebutuhan ene domestiknya. Rusia, sebagai salah satu sumber energi terbesar dunia, tentu tidak akan kesulitan untuk memenuhi permintaan Turki. Apalagi Turki dan Rusia telah menjalin kerjasama yang lebih lama dibandingkan dengan Iran, Kerjasama energi Turki-Rusia telah dimulai sejak 1980-an, sedangkan kerjasama energi Turki-Iran baru dimulai sejak 1996. Berdasarkan pada deskripsi di atas, maka kerjasama energi antara Turki dengan Iran tersebut seharus tidak dipertahankan, Alasannya adalah karena secara ekonomi, Turki mengalami kerugian. Akan tetapi, pada kenyataannya, Turki tetap mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran. Kenyataan tersebutlah yang ‘menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, Dengan demikian, penelitian ini, akan berupaya untuk mencari alasan dan faktor lainnya yang membuat Turki tetap mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran, B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada penjelasan pernyataan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian (research question) yang akan penulis ajukan adalah: Mengapa Turki tetap mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran pada masa pemerintahan Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian bertujuan untuk: 1. Menjelaskan mengenai_faktor-faktor yang == membuat Turki mempertahankan kerjasama energi dengan Iran pada masa pemerintahan Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP). : 2. Secara akademis, penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori- teori yang telah dipelajari dalam sebuah tulisan karya ilmiah, Manfaat dari Penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana hubungan antara Turki dan Iran baik secara politik maupun ekonomi 2. Mengetaui alasan Turki untuk terus mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran dari berbagai faktor. D. Tinjauan Pustaka ‘Ada beberapa penelitian yang pernah mengangkat tema tentang kerjasama energy antara Turki dan Iran, Salah satunya adalah tesis yang ditulis oleh Erkan Dogan dengan judul “Turkey's Iran Card: Energy Cooperation in American and Russian Vortex”. Tesis tersebut berusaha untuk menjelaskan bagaimana pengaruh dari kerjasama antara Turki dan Iran terhadap Rusia dan Amerika Serikat. Sebelum melakukan kerjasama dengan Iran, Russia adalah penyuplai utama bagi kebutuhan energy Turki. Namun sejak dimulainya kerjasama antara Turki dan Iran, Rusia tidak lagi memonopoli pasar energy Turki, Selain itu, kerjasama pipa gas antara Turki dan Iran yang melibatkan Turkmenistan akan membuat peranan Rusia di Kawasan Asia Tengah dan Kaukasia semakin berkurang. Negara-negara di kawasan tersebut telah memiliki alternatif Iain untuk menjual_ dan mendistribusikan sumber daya energy mereka, Dengan demikian, kerjasama energi antara Turki dan Iran ini memiliki dampak dan pengaruh yang cukup signifikan bagi Rusia. Sementara dari sisi Amerika Serikat, kerjasama energi antara Turki dan Iran tersebut akan menjadi halangan bagi Amerika Serikat untuk mengisolasi Iran. Melalui kerjasama dengan Turki, Iran akan mendapatkan akses ke pasar internasional. Kondisi ini bertentangan dengan apa yang diupayakan oleh Amerika Serikat. Sehingga tekanan pengaruh sanksi Amerika Serikat menjadi berkurang. Akan tetapi, di sisi lain, kerjasama energi antara Turki dan Iran tersebut juga bermanfaat bagi Amerika Serikat untuk mengembangkan kawasan Asia Tengah sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada Rusi Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dengan apa yang telah dijelaskan oleh tesis di atas. Jika pada tesis tersebut, Erkan Dogan lebih melihat pada bagaimana dampak dari kerjasama antara Turki-Iran bagi Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan ini lebih fokus kepada alasan Turki untuk mempertahankan kerjasama dengan Iran, Padahal kerjasama tersebut terlihat kurang menguntungkan bagi Turki dan juga memiliki resiko politik. Selain itu, masih ada negara impor altemnatif yang baru seperti Azerbaijan dan Algeria yang dapat menggantikan posisi Iran, E. Kerangka Teoretis Untuk memahami suatu permasalahan dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian di atas, diperlukan adanya sebuah Kerangka berpikir. Kerangka pemikiran ini terdiri dari teori dan konsep yang berguna sebagai acuan dan panduan dalam melakukan penelitian, Schingga penelitian ini dapat memenuhi prosedur ilmiah, Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan Teori Analisa Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy Analysis), Konsep Kepentingan Nasional (National Interests), dan Konsep Geopolitik. Perspektif utama yang digunakan adalah perspektif Realisme. Realisme ‘mengasumsikan bahwa sistem intemasional bersifat anarki, yaitu suatu kondisi tidak adanya supremasi kekuatan di atas negara yang dapat mengatur sistem internasional (Griffiths dan O°Callaghan 2002: 3). Objek analisa Realisme adalah State, power, dan national intersests. Stateadalah aktor utama dan terpenting (main unit of analysis), sementara aktor-aktor lain dianggap sebagai subordinat negara. Oleh karena itu, realisme berusaha meneliti dan menganalisa fenomena- fenomena yang berkaitan dengan tindakan dan perilaku negara dalam hubungan internasional. Sistem intemasional yang anarki, memaksa negara harus selalu skeptis terhadap negara lain (Eby Hara 2011: 35). State bersifat rasional, artinya selalu mengkalkulasikan cost and benefit dari setiap tindakannya demi national 10 interests. Sebagai aktor rasional, negara akan melakukan apa saja untuk survive dalam dunia intemasional. Dalam lingkungan yang anarkis, negara harus menolong dirinya sendiri (sel/*help) dan tidak boleh bergantung pada negara lain meskipun mereka adalah sekutu. Dengan demikian, national interest adalah tujuan dari tindakan suatu negara untuk survive dalam politik internasional. 1, Analisa Kebijakan Luar Negeri Terdapat banyak sekali penjelasan mengenai politik luar negeri, Di antaranya adalah pendapat dari Columbis dan Wolfe yaitu politik Iuar negeri dapat diartikan sebagai suatu perpaduan atau penggabungan dari tujuan (kepentingan) nasional suatu bangsa dengan menggunakan power dan kapabilitas untuk menjalankannya (Columbis dan Wolfe dikutip Permana 2009:14). Pendapat lain dari Rousenau (Perwita dan Yani 2006:49) adalah bahwa kebijakan luar negeri merupakan segala aktivitas negara yang diusahakan untuk merespon sekaligus demi memperoleh keuntungan dari lingkungan ekstemalnya sebagai upaya untuk survival negara tersebut. Pendapat yang diberikan oleh Rousenau sama seperti pendapat Charles Hermann (Seperti dikutip oleh Richard dan Kirsten 2008:347), yaitu: “foreign policy consists of those discrete official actions of the authoritative decision makers of a nation’s government, or their agents, which are intended by the decision makers to influence the behavior of international actors external to their own polity” “kebijakan luar terdiri atas tindakan-tindakan resmi terpisah dari para pengambil keputusan dari pemerintahan suatu negara, atau wakil- wakil mereka, yang dimaksudkan oleh para pengambil keputusan untuk uw mempengaruhi perilaku eksternal aktor-aktor internasional agar bertindak agar sesuai seperti apa yang diinginkan” Dari ketiga pendapat di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Pertama, kebijakan Iuar negeri dirumuskan dan disepakati oleh sekelompok individu yang kemudian akhimya diputuskan oleh pemimpin negara. Kedua, tujuan dari kebijakan luar negeri harus sesuai dengan kepentingan nasional negara tersebut. Dan yang terakhir adalah suatu kebijakan Iuar negeri ditujukan untuk ‘mempengaruhi perilaku dari aktor-aktor lainnya, Dengan demikian, akan ada kemungkinan politik Iuar negeri dari satu negara dengan negara lainnya tidak sama, Masing-masing negara dapat ‘mengeluarkan kebijakan Iuar negeri yang berbeda-beda. Bahkan terkadang sebuah negara mengeluarkan kebijakan yang dapat dianggap kurang rasional oleh negara lain dan dapat dianggap sebagai ancaman. Hal ini selain disebabkan oleh kepentingan nasional yang berbeda, juga disebabkan oleh faktor-faktor lainnya yang menjadi sumber pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara. Alex Mintz, dan Karl DeRouen (2010:4) menyebutkan bahwa setidaknya ada empat hal yang menjadi faktor penentu (determinan) suatu kebijakan diputuskan, yaitu lingkungan pembuatan keputusan (decision environments), faktor domestik dan internasional (domstic and interntional faktors) serta faktor psikologis (psychological faktors). Faktor-faktor domestik tersebut dapat bersumber dari masyarakat yang meliputi faktor kebudayaan dan sejarah, pembangunan ekonomi, struktur sosial, dan opini publik (Perwita dan Yani 2006:57). Sumber kedua adalah sumber pemerintahan yang mencakup 12 pertanggung jawaban politik, struktur dalam pemerintahan, sistem politik dan siklus pemilu serta faktor geografis. Sedangkan sumber terakhir adalah adalah sumber ideosinkratik yang mencakup nilai-nilai pengalaman, bakat, serta kepribadian elit yang memengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka. Selain itu, menurut Holsti (1992:271-302) ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri. Faktor ekstemal tersebut, meliputi: Struktur sistem; faktor ini mencakup struktur sistem intemasional, rezim-rezim intemasional, formasi aliansi dan kerjasama. Kedua adalah tindakan aktor lain; faktor ini muncul sebagai respon atas kebijakan negara lain yang dipersepsikan akan mengancam kepentingannya. Tindakan aktor ini dipengaruhi oleh sistem politik dan pemerintahan yang dianut oleh negara tersebut. Terakhir adalah konstelasi politik regional dan global; masalah yang terjadi di suatu negara dikhawatirkan akan berdampak pada negara lain, schingga sebuah negara merasa perlu untuk meresponnya melalui kebijakan, Faktor internal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah yang meliputi pembangunan ekonomi, pemerintahan, dan faktor geografis. Sementara faktor faktor eksternal meliputi struktur tindakan aktor lain dan konstelasi politik regional dan global. Pemilihan faktor internal dan ekstemnal ini adalah karena keempat faktor tersebut yang dianggap signifikan dalam mempengaruh kebijakan luar negeri Turki. Faktor internal dan ekstemnal sangat berpengaruh dalam penentuan arah kebijakan luar negeri Turki, Sistem politik Turki, terkait dengan struktur, 13, dinamika, dan siapa aktor politik yang berkuasa memiliki peran yang signifikan dalam menentukan kebijakan laur negeri Turki. Sementara itu, di sisi lain, faktor- faktor eksternal juga turut berpengaruh. Hal tersebut mengingat Turki berada di lintas regional yang memiliki dinamika politik fluktuatif. Schingga, tidak bisa dihindari, peristiwa politik regional dan global akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam perumusan kebijakan luar negeri Turki. 2. Konsep Kepentingan Nasional _ Kepentingan Nasional adalah suatu hal yang mempengaruhi dan bahkan ‘menjadi landasan dari tindakan aktor-aktor internasional. Oleh karena itu, dengan mengetahui kepentingan nasional suatu negara maka akan dapat dipahami alasan sebuah negara untuk melakukan tindakan tertentu, Jack C. Plano dan Roy Olton menjelaskan kepentingan nasional sebagai: .-tyjuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara paling vital, seperti pertahanan, Keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi (Perwita dan ‘Yani 2006:35). ‘Sedangkan menurut Morgenthau (Maso’ed 1994:141): Kemampuan minimum yang inheren dalam konsep kepentingan nasional adalah kelangsungan hidup (survival). Kemampuan minimum negara bangsa ini, yakni melindungi identitas fisik, politik, dan kulturalnya dari gangguan negara bangsa lain. Dalam pengertian lebih spesifik, negara bangsa harus bisa mempertahankan integritas terirorialnya, rezim ekonomi-politiknya, serta memelihara norma-norma etnis, relijius, linguistik, dan sejarahnya. Lebih lanjut Roy Olton dan Jack C. Plano (Millati 2009:25) menjetaskan bahwa setidaknya ada lima clemen kepentingan nasional, yaitu mencakup 14 pertahanan diri (self preservation), kemandirian (independence), integritas teritorial (territorial integrity), keamanan militer (military security), dan kemakmuran ekonomi (economic wellbeing). Sementara Northedge (Sihbudi 1997:8-9) membagi kepentingan nasional menjadi lima, yaitu: Pertama adalah kepentingan strategis yang mencakup pertahanan Keamanan teritorial negara; sertausaha ntuk —mempertahankan perimbangan kekuatan, baik global maupun regional, yang menguntungkan, Kedua adalah kepentingan politik yang antara lain mencakup upaya untuk mempertahankan kekuasaan. Selanjutnya adalah kepentingan ekonomi yang mencakup usaha untuk distribusi kekayaan intemasional seadil-adilnya. Keempat adalah kepentingan hukum, yaitu usaha untuk mempertahankan perjanjian intenasional yang menjamin hak- hak setiap negara. Sedangkan yang terakhir adalah kepentingan ideologis yang antara lain mencakup upaya untuk menyebarluaskan falsafah hidup atau ideologi politik negara tersebut, serta upaya untuk menangkal pengaruh negatif dari luar. Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepentingan nasional adalah tujuan-tujuan yang berusaha diraih oleh setiap negara bangsa untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara. Dengan demikian secara umum, kepentingan nasional semua negara relatif sama, yaitu keamanan dan kesejahteraan. Bagi Turki, mencapai dan memenuhi kepentingan nasional adalah hal fundamental bagi kelangsungan negara. Kepentingan nasional yang berusaha dicapai oleh Turki adalah kesejahteraan ckonomi, kestabilan politik dan keamanan, serta perdamaian. Ketiga hal tersebut harus berjalan secara beriringan. Oleh karena itu, demi mencapai kepentingan nasional tersebut, Turki tidak akan 15 menggantungkan dirinya pada negara tertentu dan berusaha untuk bersikap independen. 3. Konsep Geopolitik Menurut Griffiths dan O’Callaghan (2002:120-123) faktor geografis dapat membentuk identitas, karakter, dan sejarah suatu negara-bangsa. Lebih lanjut, faktor geografis juga dapat menjadi pendorong ataupun _penghambat perkembangan sosial, politik dan ekonomi, Faktor geografis ini bersifat konstan, permanen, dan tidak berubah. Sehingga faktor geografis dapat mempengaruhi orientasi politik suatu negara terhadap negara lainnya, Oleh Karena itu, faktor ‘geografis memiliki peranan yang cukup penting dalam hubungan intemnasional. Menurut the Encyclopedia Britannica, geopolitik adalah analisa pengaruh ‘geografi terhadap hubungan power dalam hubungan internasional (seperti yang dikutif oleh Gokmen 2010: 14-15). Sementara menurut the Longman Dictionary of Contemporary English, geopolitik diartikan sebagai studi tentang pengaruh dari posisi dan populasi suatu negara terhadap politiknya. Dengan demikian, geopolitik berarti studi tentang pengaruh faktor geografis terhadap perilaku negara. Misalnya bagaimana lokasi, kondisi iklim, ketersedian sumber daya alam, jumlah populasi, dan kontur dataran menentukan pilihan kebijakan luar negeri, Dalam dunia politik internasional dikenal juga ungkapan bahwa tidak ada sekutu yang abadi, tidak ada musuh yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Oleh karena itu, geopolitik dapat membantu negara-negara dalam menentukan kepentingan nasional mereka (Sempa 2002:5-7). Selain itu, 16 geopolitik juga dapat membantu negara dalam membedakan antara kepentingan abadi dan kepentingan temporer (enduring and trasient intersts). Kondisi ini sangat dimungkinkan karena sifat dari faktor geografis yang permanen, Faktor geografis ini sangat vital peranannya bagi Turki. Letak Turki yang berada di antara kawasan Eropa, Timur Tengah, Kaspian dan Mediterania, dapat memberikan keuntungan politik dan ekonomi bagi Turki. Turki berpeluang untuk menjadi aktor lintas kawasan yang dapat menghubungkan berbagai kawasan tersebut. Oleh Karena itu, faktor geografis dapat menjadi salah satu faktor determinan kebijakan luar negeri Turki. F, Metode Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini akan berusaha untuk menggambarkan, mencatat, menganalisa serta menginterpretasikan kondisi-kondisi atau peristiwa-peristiwa yang terkait dengan permasalahan yang diajukan. Sesuai dengan jenis penelitian, maka jenis data yang akan penulis gunakan adalah data-data kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara penelitian kepustakaan (library research). Library Research yang dimaksud yaitudengan mencari berbagai informasi, berita analisis, konsep-konsep hasil pemikiran para ahli yang dimuat dalam buku, karya tulis ilmiah, artikel, intemet, media cetak, atau jumal-jumal yang berkaitan dengan tema. Oleh karena itu, metode analisis data yang akan penulis gunakan adalah metode kontekstual dan kategorial. Metode kontekstual yang dimaksud adalah mencari data-data dan informasi yang 7 sesuai dengan dimensi waktu yang telah ditentukan. Kemudian, data-data tersebut akan dicocokkan dengan dengan kategori-kategori yang telah dikelompokkan berdasarkan pada definisi-definisi konseptual dalam kerangka teoretis. G. Sistematika Penulisan BAB I BAB IL BAB III PENDAHULUAN A. Pemyataan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka rooe Kerangka Teoritis, 1. Analisa Kebijakan Luar Negeri 2. Konsep Kepentingan Nasional 3. Konsep Geopolitik F. Metode Penelitian G. Sistematika Penelitian PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN ENERGI ‘TURKL A. Pertumbuhan Ekonomi dan Gap Produksi-Konsumsi Energi 1, Kemajuan Ekonomi Turki Paska Krisis Ekonomi 2002 2. Permasalahan Energi Turki B. Kebijakan Energi Turki 1. Kebijakan Energi Dalam Negeri 2. Kebijakan Energi Luar Negeri KERJASAMA ENERGI TURKI DAN IRAN A. Sejarah Kerjasama Ekonomi-Energi Turki dan Iran 1. Kerjasama Ekonomi-Energi Pada Masa Pra-AKP (Sebelum 2002) 2. Kerjasama Ekonomi-Energi Pada Masa AKP (2002-2011) B, Hambatan dan Tantangan Kerjasama Energi Turki-Iran BAB IV BAB V 18 C. Resiko dan Kerugian dari Kerjasama Energi dengan Iran bagi Turki ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBUAT TURK MEMPERTAHANKAN KERJASAMA ENERGI DENGAN IRAN PADA MASA PEMERINTAHAHAN Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) A. Faktor Internal 1. Orietasi Politik Luar Negeri Pada Masa Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) 2. Upaya Diversifikasi Sumbér Energi Turki 3. Keinginan Turki untuk Menjadi Energy Transit State B. Faktor Eksternal 1. Kerjasama dalam Mengatasi Permasalahan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) 2. Upaya Turki untuk Mengatasi Krisis Nuklir Iran KESIMPULAN BABII PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN ENERGI TURKI - Bab ini akanmendeskripsikantentang perekonomian Turki. Setelah berhasil_melewati krisis ekonomi pada 2001, kondisi perekonomian Turki ‘menunjukan grafik yang positif, Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan ditambah dengan jumlah penduduk yang besar, menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi energi. Akan tetapi, peningkatan konsumsi energi ini tidak diimbangi dengan kemampuan produksi, sehingga akhimya memunculkan masalah baru bagi Turki, Oleh karena itu, Turki perlu mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang dapat menyelesaikan permasalahan energi tersebut. A. Pertumbuhan Ekonomi dan Gap Produksi-Konsumsi Energi 1. Kemajuan Ekonomi Turki paska Krisis Ekonomi 2001-2002 Turki pernah mengalami krisis ekonomi pada 2001. Pada saat itu, kondisi perekonomian Turki berada dalam posisi yang sangat riskan dan mengkhawatirkan. Krisis tersebut disebabkan oleh gejolak keuangan dan berdampak buruk tethadap sektor ekonomi riil. Di sektor ril, krisis tersebut menyebabkan tingkat investasi menurun hingga sekitar 30%, Penurunan jumlah investasi tersebut juga menyebabkan menurunnya oufput produksi sebesar 8,7% 19 20 per tahun, Sektor manufaktur pun turut merasakan dampaknya dan mengalami penurunan sebesar 9,4%. Sementara di sektor otomotif, penurunan tercatat sebesar 26% (Macovei 2009:5-6). Menurut penjelasan Macovei (2009:5-6), krisis ekonomi 2001 tersebut juga berdampak pada kegiatan ekspor-impor. jumlah secara keseluruhan dari ekspor barang dan jasa memang tidak terlalu terpengaruh, penyusutan hanya terjadi secara marginal (sekitar 1% dibandingkan dengan tahun 2000). Akan tetapi hal yang sebaliknya terjadi di sektor impor. Kegiatan impor mengalami volume penurunan hingga mencapai 8%. Hal ini disebabkan oleh permintaan domestik yang tertekan dan depresiasi mata uang Lira yang tajam. Seiring dengan menurunnya kegiatan ckonomi ini, maka dampak negatif juga muncul di dunia ketenagakerjaan, Tingkat pengangguran semakin meningkat menjadi 8,4% hingga mencapai 10,4% pada 2002. Di sektor ekonomi makro, krisis pada 2001 tersebut membuat Gross Domestic Product (GDP) Turki mengalami penurunan sebesar 5,7% dan terus mengalami kontraksi hingga minus 7,4% (Dzakirin 2012:240-241). Selain itu, jumlah utang luar negeri juga meningkat drastis menjadi 206 milyar dollar pada 2002 dari 119 milyar dollar pada 2000. Tidak hanya itu, tingkat inflasi juga tinggi hingga mencapai 54.3% (Gormez dan Yigit 2009:16-20). Sementara nilai mata vuang Lira terdevaluasi sekitar 40%-50% menjadi 1.225.412 Lira Turki per Dollar pada 2001-2002. Dampak yang paling signifikan dari krisis tersebut adalah Turki dianggap sebagai negara yang high risk untuk berinvestasi (berdasarkan pada standar International Country Risk GuideACRG). 2 Krisis ekonomi 2001 tersebut memiliki efek yang sangat besar bagi perekonomian Turki. Hal ini karena krisis tersebut berdampak masiv di hampir semua sektor. Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi penyebab dari krisis tersebut. Pertama adalah permasalahan di sektor keuangan dan perbankan yang notabene menjadi penyebab utama krisis. Sistem investasi dan peminjaman modal bagi dunia perbankan yang tidak terkontrol menyebabkan tekanan pada nilai mata uang Turki (Gormez dan Yigit 2009:18-19). Sehingga Turki harus melakukan perubahan sistem nilai tukar mata uang dari fixed exchange menjadi floating exchange. Perubahan tersebut langsung berdampak pada nilai tukar mata vuang Lira Turki, Mata uang Lira terdepresiasi sangat tajam hingga 50%. Kondisi ini membuat kekacauan di sektor keuangan dan perbankan Turki. Akhimya, sejumlsh bank mengalami kebangkrutan, Faktor selanjutnya adalah permasalahan politik. Ketidakharmonisan antara presiden Presiden Ahmet Necdet Sezer dan Perdana Menteri Bulent Ecevit membuat permasalahan semakin kompleks, Pertentangan antara keduanya terlihat ketika Presiden Sezer melemparkan salinan konstitusi di hadapan PM Ecevit di tengah berlangsungnya pertemuan Dewan Keamanan Nasional (Milli Gunvelik KurulukIMGK) pada 19 Februari 2001 (Hava, 20 Februari 2011), Tindakan tersebut ditunjukkan oleh Presiden Sezar sebagai kritikan kerasnya terhadap pemerintahan koalisi yang dinilai gagal mengatasi korupsi. Ketegangan politis tersebut tentu saja membuat kepercayaan publik semakin menurun. Apalagi pertentangan tersebut terjadi di saat Turki sedang terkena krisis ekonomi. 22 Sedangkan faktor terakhir adalah faktor bencana alam, Tidak hanya ketidakstabilan ekonomi dan ketegangan politik yang menyebabkan krisis ekonomi di Turki semakin kritis, tetapi juga ada pengaruh dari faktor bencana alam, Sebelumnya, pada 1999 telah terjadi dua kali gempa bumi di Turki (Nathanson dan Brand 2011:3). Gempa tersebut terjadi di Barat Laut Turki yang, notabene adalah jantung perindustrian Turki. Kejadian ini tentu saja membuat sektor industri mengalami ganguan, schingga aktivitas industri di Turki mengalami penurunan. Kondisi perekonomian Turki berangsur membaik seiring dengan adanya pergantian pemerintahan, Pergantian pemerintah terjadi setelah AKP (Adalet ve Kalkinme Partisi) menjadi pemenang di pemilu 2002. Kemenangan tersebut, membuat AKP berhak untuk membentuk pemerintahan tunggal tanpa koalisi, Saat pemerintahan tunggal terbentuk, Kondisi perpolitikan Turki diharapkan menjadi lebih stabil. Dengan demikian, pemerintah dapat lebih fokus untuk menyelesaikan dan memperbaiki kembali tatanan perekonomian tanpa harus diganggu oleh permasalahan politik domestik. Pemerintah Turki bekerjasama dengan the International Monetary Fund (IMF) merancang berbagai macam program untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut. Program utama yang dilakukan lebih kepada upaya reformasi struktural dan menyeluruh. Salah satunya seperti melakukan privatisasi sektor fiskal dan moneter (Nathanson dan Brand 2011:3). Selain itu, dikeluarkan juga kebijakan- kebijakan baru terkait dengan perpajakan, pembuatan regulasi sektor pasar barang, tenaga kerja, pasar modal dan investasi asing (Macovei 2009: 17). 23 Kebijakan privatisasi tidak hanya dilakukan di sektor finansial dan keuangan, tetapi juga di scktor lain seperti pertanian, pertambangan, dan infrastruktur. Lebih lanjut, peran bank sentral juga diperkuat melalui independensi dan ditugaskan untuk melakukan stabilisasi harga (Macovei 2009:17). Pemerintah Turki juga melakukan restrukturisasi dan rehabilitasi sektor perbankan seperti dengan memprivatisasi beberapa bank negara dan pengetatan pengawasan. Sementara itu, bank-bank yang telah bangkrut diambil alih oleh lembaga penjamin simpanan Turki (SDIF). Kondisi ini membuat kepercayaan internasional membaik, sehingga modal asing (FDI) yang masuk ke Turki pun semakin banyak, Oleh karena itu, aturan-aturan tentang tentang investasi perlu diperbaiki. Setelah melewati periode krisis ekonomi pada 2001, Turki berangsur- angsur mulai berhasil memperbaiki kondisi perekonomiannya. Rasio utang Turki terus menurun hingga pemah mencapai 35% dari GDP pada 2005. Sedangkan pada 2012, jumlah utang Turki adalah US$ 336,9 milyar. Jumlah ini memang lebih besar dari pada jumlah utang pada 2002 yang berjumlah 206 milyar dollar. Akan tetapi, rasio utang Turki pada 2012 berada di kisaran 42% dari GDP dan lebih rendah dari pada rasio utang pada 2002 yang berada di kisaran 78%. Selain itu, sekitar 67% utang tersebut adalah utang pihak swasta (Sonmez, 11 Mei 2013). Sementara tingkat inflasi juga turun menjadi 7,7% (Dzakirin 2012:241- 244). Lebih jauh, pada 2010, Turki telah menjadi negara dengan cadangan devisa sebesar 92,2 miliar dolar dan masuk dalam jajaran negara dengan cadangan devisa 24 17 besar dunia dan 6 besar di Uni Eropa. Prestasi yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika dunia masih terkena dampak krisis ekonomi, Turki justru ‘mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 11,7% pada 2010. Turki termasuk salah satu negara dengan populasi yang cukup besar yaitu sekitar 73.72.98 jiwa. Dengan jumlah populasi yang besar tersebut, Turki berpotensi untuk tumbuh menjadi salah satu Kkekuatan ekonomi dunia, Pertumbuhan ckonomi Turki terus menunjukan progres yang baik. Dampak positif dari pertumbuhan ekonomi tersebut membuat Istanbul (sebagai pusat Keuangan Turki) menjadi pusat keuangan nomor 4 dunia (setelah New York, Moskow, dan London) dengan total perputaran uang mencapai 28 miliar dolar (Dzakirin 2012:241-244). Turki juga telah berada di jajaran negara ekonomi besar dan telah menjadi salah satu anggota dari G-20." 2, Permasalahan Energi Turki Turki termasuk salah satu negara industri besar di dunia, Turki juga telah menjadi negara eksportir produk-produk seperti produk agrikultural, tekstil, sepeda motor, alat-alat transportasi, material konstruksi, peralatan elektronik dan rumah tangga. Dengan demikian, kegiatan industrialisasi di Turki semakin meningkat. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan industrialisasi tersebut, 'G-20 adalah kelompok negara-negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis ‘menghimpun kekuatan-kekuatan ckonomi maju dan berkembang untuk membabas isu-isu penting perekonomian dunia. Negara-negara anggota G-20 adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Britania Raya, RRC, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa. 25 maka kebutuhan energi Turki juga semakin meningkat, Selain itu, jumlah populasi Turki yang besar juga turut menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan energi ‘Turki. Menurut the International Energy Agency (IEA), jumlah komsumsi energi di Turki meningkat dua kali lipat selama satu dekade terakhir (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Statistik terakhir menunjukan jumlzh konsumsi energi Turki saat ini adalah Gas Alam 45 milyar meter kubik (Bem) pada 2011, Minyak Bumi 706,000 per hari pada 2011, dan Batu Bara 109 juta ton pada 2010, Dengan jumlah ini, Turki menjadi negara kedua setelah China dalam permintaan energi, terutama di sektor gas alam. Peningkatan permintaan energi Turki ini diperkirakan akan terus meningkat hingga sekitar 5.9% per tahun, pada 2025 (Bilgin 2010a:82). Turki bukanlah negara yang memiliki cadangan minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang melimpah. Berdasarkan data dari U.S Energy Information Administration (EIA), cadangan minyak bumi Turki pada 1 Januari 2013 diperkirakan hanya sekitar 36 juta ton (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Jumlah ini telah turun dari sebelumnya sejumlah 43 juta ton pada 2006 dan 38,7 juta ton barel pada 2010 (Yazar dan Erkaya 2007; Balat dikutip Bilgin 2010a). Selain cadangan minyak bumi yang sedikit, kemampuan produksi Turki juga sangat rendah. Produksi Turki terus mengalami penurunan sebesar 4% pada tahun 2012 dari tahun 2011 (Turkish Petroleum Corporation 2013:11). Jika pada 26 tahun 2011 produksi mencapai 2,4 juta ton, maka pada 2012 hanya mampu memproduksi 2,3 juta ton. Jadi, rata-rata produksi adalah sekitar 6.000 ton pethari. Grafik I1.A.2.1 Produksi dan Konsumsi Minyak Turki 2001-2012 thousand bates per day at inponts sraduction o8 88888 a 8 zor 2002 008 ae NS HG HT HB MB HID aN ID Sumber: U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013 Berdasarkan pada Grafik ILA2.1 di atas, terlihat bahwa terjadi ketimpangan antara produksi dan konsumsi minyak bumi yang sangat besar di Turki. Ketimpangan tersebut berlangsung secara terus menerus. Sejak 2001-2012, kemampuan produksi Turki berada di bawah 100.000 bbV/d. Sementara di sisi lain, konsumsi energi Turki terus mengalami peningkatan dari 600.000 bb/d pada 2001 menjadi 706.000 bbi/d pada 2012. Begitupun dengan cadangan batu-bara Turki, jumlahnya pun semakin berkurang. Ada dua jenis batu-bara yang terdapat di Turki yaitu hard coal (anthracite dan bituminous) dan lignite (Bilgin 2010a:83). Jumlah cadangan batu- bara yang dimiliki Turki sekitar 11.7 milyar ton, dengan hanya 1.3 milyar ton berupa hard coal. Jika dilihat pada Grafik II.A.2.2 di bawah, sejak tahun 2000 27 hingga 2010 Turki belum mampu memnuhi kebutuhan konsumsi batu baranya. Seperti pada 2010, Turki hanya mampu memproduksi sekitar 79 juta batu bara. Akan tetapi, produksi tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan konsumsi Turki yang mencapai 109 juta ton (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Grafik I.A.2.2 Produksi dan Konsumsi Batu-Bara Turki 2000-2010 thousand short tons cee ‘msshard coal production fs smamirite production total consumption 20,000 60,000 40,000 20000 2000 2001 2002 2003-2004 2005 2008 2007 + 2008 2009-2010 ‘Sumber: U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013 Selain di sektor minyak bumi dan batu bara, cadangan gas alam Turki juga sedikit. Cadangan gas alam Turki pada 1 Januari 2013 adalah sekitar 600 juta meter kubik (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Jumlah tersebut telah jauh turun dari sebelumnya berjumlah 8 milyar meter kubik (Bem) pada 2006 (Yazar dan Erkaya 2007:8). Sedangkan kemampuan produksi Turki pada 2012 hanya mampu menghasilkan 664 juta meter kubik (Turkish Petroleum Corporation 2013:11). 28 Perbandingan antara produksi dan konsumsi gas alam tersebut dapat Gilihat pada Grafik ILA.2.3 di bawah. Konsumsi gas alam Turki mengalami peningkatan yang cukup drastis dari 2001-2011. Sementara kemampuan produksi Turki mengalami stagnansi di bawah 2 milyar kubik per tahun, Jumlah ini tentu saja sangat jauh bila dibandingkan dengan jumlah konsumsi yang pada 2011 saja telah mencapai 45 milyar meter kubik. Jumlah konsumsi gas alam yang besar tersebut karena sekitar 55% persen digunakan sebagai pembangkit listrik (Bilgin 2010a:83). Oleh karena itu, kini gas alam telah menjadi sumber energi utama di ‘Turki. Grafik I1.A.2.3 Produksi dan Konsumsi Gas Alam Turki 2001-2011 billion cubic fet 1,800 1,600 1400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 ‘consumption production 2001 2002 2003-2004 ©2005-2006 -«2007 «008 2009 2010201 Sumber: U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013, Permasalahan energi di Turki memang tidak hanya terjadi di tiga jenis sumber energi di atas saja. Masih terdapat permasalahan di sumber energi lainnya, seperti energi listrik. Permintaan listrik di Turki terus meningkat setiap 29 tahun. Lonjakan permintaan tersebut mencapai 70% dari 2001-2010 (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Namun demikian, energi listrik tersebut juga tetap menggunakan tenaga gas alam dan batu-bara sebagai pembangkitnya, Energi yang paling penting bagi Turki adalah gas alam. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan gas alam di berbagai sektor. Grafik I.A.2.4 di bawah, menunjukan bahwa, gas alam digunakan di sektor power (kelistrikan), industri, rumah tangga, transportasi, dan komersial. Sektor yang paling besar dalam menggunakan energi gas alam tersebut adalah sektor power, yaitu digunakan sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik Turki. Grafik IA.2.4, Konsumsi Gas alam Turki transpen * ‘Sumber: U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013, 30 B. Kebijakan Energi Turki Pertumbuhan permintaan energi yang tidak diiringi dengan kapabilititas produksi domestik membuat Turki mengalami masalah energi. Supply energi yang terganggu tentu juga akan berdampak negatif terhadap roda perekonomian Turki. Oleh karena itu, pemerintah Turki berusaha untuk melakukan berbagai gagasan dan terobosan program untuk mengatasinya. Setidaknya ada lima hal sasaran kebijakan energi Turki, yaitu keamanan suplai energi, efisiensi energi, lingkungan, sumberdaya alam, dan corporate development (Bilgin 2010a:90).. 1. Kebijakan Energi Dalam Negeri Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh Turki untuk menutupi keterbatasan produksi energi dalam negeri. Kebijakan-kebijakan baik yang administratif maupun teknis perlu dikeluarkan. Lebih lanjut, pemerintah Turki harus menemukan dan memberdayakan sumber-sumber energi baru, terutama energi yang dapat diperbaharui (renewable energy). Oleh karena itu, pemerintah Turki berusaha untuk memanfaatkan sumber-sumber energi yang dimiliki, seperti energi angin, energi tenaga surya (solar), energi panas bumi (geothermal), energi air, dan uranium. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses perubahan maupun perbaikan adanya sistem tata kelola yang baik. Hal ini pun disadari oleh pemerintah Turki, Sebelum melakukan perubahan teknis, pemerintah Turki terlebih dahulu melakukan perbaikan sistem pengelolaan energi_ melalui penerapan beberapa aturan perundang-undangan. Pada tahun 2001, pemerintah 31 Turki mengeluarkan The Electricity Market Law and Natural Gas Market Law (Yazar dan Erkaya 2007:21). Undang-undang (UU) tersebut bertujuan untuk ‘meliberalisasi pasar energi Turki sehingga tidak lagi dimonopoli oleh Pemerintah. Perbaikan sistem tata kelola energi tersebut terus berlanjut. Seperti pada 2003, pemerintah Turki kembali mengeluarkan The Petroleum Market Law (Yazar dan Erkaya 2007:12). UU tersebut sebagai kelanjutan dan tambahan bagi penerapan UU yang dikeluarkan pada tahun 2001. Selanjutnya, pada tahun 2005, Pemerintah Turki mengeluarkan the Renewable Energy Law. UU ini bertujuan untuk mempromosikan penggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energy sources) sebagei sumber pembangkit listrik. Kemudian pada tahun 2007 Turki kembali mengeluarkan UU tentang efisensi energi (the Energy Efficiency Law) dan penggunaan energi panas bumi (the Geothermal Resources Law) (Yazar dan Erkaya 2007:21). Kedua UU tersebut berusaha untuk mengkampanyekan penggunaan energi secara efisiensi, mencegah limbahdestruktif, mengurangi beban biaya energi dan untuk melindungi Jingkungan. Dari sisi teknis, Turki fokus pada upaya untuk mengurangi ketergantungan listrik tethadap gas alam. Hal ini disebabkan, listrik adalah sektor terbesar yang menggunakan energi gas alam, yaitu sekitar 55%. Untuk itu, Turki berupaya untuk memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif seperti energi angin, energi tenaga surya, energi panas bumi, dan energi air. 32 Upaya pemanfaatan sumber-sumber energi altematif memang akan memberikan dampak positif bagi keamanan dan ketahanan energi Turki. Selain dapat memenuhi kebutuhan energi, juga dapat diupayakan untuk mengurangi ketergantungan pada impor, terutama impor energi-energi fosil. Akan tetapi, upaya-upaya tersebut tidak dapat dengan mudah direalisasikan, Inisiasi tersebut tidak bisa diterapkan dalam waktu dekat karena membutuh waktu yang cukup Jama untuk membangun fasilitas pendukung lainnya. Selain waktu, dana yang diperlukan juga tidak sedikit. Sehingga program ini hanyalah bersifat program jangka panjang (Yazar dan Erkaya 2007:9-10). Lebih lanjut, upaya pengalihan tersebut jangan sampai mengganggu kestabilan sistem yang telah berjalan. Turki telah memiliki perjanjian pembelian cnergi dalam rentang waktu yang cukup panjang. Seperti perjanjian pembelian gas alam dengan Rusia dan Iran yang berdurasi selama 20-an tahun (Yazar dan Erkaya 2007:9-11). Oleh karena itu, strategi yang diterapkan oleh Turki bukanlah untuk mengurangi volume impor gas alam, Akan tetapi, Turki lebih fokus pada upaya untuk mengalihkan penggunaan gas alam saja, Gas alam lebih diprioritaskan untuk kebutuhan rumah tangga dan transportasi (Bilgin 2010a:83). 2, Kebijakan Energi Luar Negeri Terjadinya gap yang cukup besar antara produksi dan konsumsi energi ‘membuat Turki harus mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Salah satu cara yang dianggap cukup signifikan dan cepat adalah melalui kerjasama perdagangan dengan negara-negara lain. Turki berusaha untuk memperbanyak negara-negara 33 yang dapat menyediakan pasokan energi, Upaya diversifikasi ini dilakukan agar Turki tidak hanya bergantung pada satu negara tertentu saja. Untuk itu, Turki melakukan kerjasama perdagangan dengan Rusia, negara-negara Kaspian dan Timur Tengah, Rusia adalah penyuplai energi utama bagi Turki. Kerjasama antara Turki dengan Rusia telah terjalin sejak 1987 melalui penandatanganan the Blue Stream Natural Gas Purchase. Perjanjian pembelian gas alam ini melalui jalur pipa gas Blue Stream, Satur pipa ini mengirimkan gas dari Rusia melalui Ukraina, Rumania, dan Bulgaria sepanjang 842 km. Pada tahun 2011, Turki membeli sekitar 21,8 milyar meter kubik gas alam dari Rusia. Selain itu, Turki juga mengimpor minyak bumi dari Rusia sejumlah 2.116.500 ton pada 2011 (Yazar dan Erkaya 2007:13). Untuk mengurangi ketergantungan terhadap Rusia, maka Turki juga menjalin kerjasama dengan negara-negara di Kawasan Kaspian. Kerjasama dengan kawasan Kaspian ini telah dimulai sejak 1998 melalui penandatangan pembangunan jalur pipa minyak Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC). Jalur ini melibatkan Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Turki. Namun pembangunan jalur ini baru dimulai pada 2002. Sebagai salah satu sumber energi utama dunia, Kawasan Timur Tengah tentu saja juga dianggap potensial untuk memenuhi kebutuhan energi Turki. Iran merupakan partner utama Turki dari kawasan ini. Kerjasama antara keduanya 34 telah dijalin sejak 1996, Selain itu, Turki juga melakukan kerjasama-kerjasama dengan negara-negara lainnya seperti Iraq, Saudi Arabia, Suriah, dan Mesir. 2.116.500 Persentasi Tran 9.287.092. Iraq 3.071.477 Saudi Arabia 1.965.299 ‘Kazakhstan 1.185.556 Suriah 254.655 Italia 116.405 ‘Azerbaijan 30.719 Other 18.07.703 Sumber: Babali 2012:3, ‘Tabel IL.B.2.2 Impor Gas Alam Turki 2010 dan 2011 ‘Negara 2010(Bem) | Persentasi_ | _2011 (Bem) ‘Persentasi Rusia Iran ‘Azerbaijan 31,7 Sumber: Babali 2012:3 Tabel di atas menggambarkan kerjasama pembelian energi minyak bumi dan gas alam Turki dengan beberapa negara. Berdasarkan pada kedua tabel di atas, terlihat bahwa ada dua negara utama yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan energi Turki. Kedua negara tersebut yaitu Rusia (penyuplai utama gas alam) dan Iran (penyuplai utama minyak bumi). Kerjasama ini nampaknya akan terus berkembang. Apalagi dengan adanya misi Turki untuk menjadi penyalur energi menuju Eropa (Bilgin 2010a:90). BAB II DINAMIKA KERJASAMA ENERGI TURKI - IRAN Bab ini akan menggambarkan secara singkat bagaimana kerjasama ekonomi-energi antara Turki dan Iran, Secara umum, hubungan antara Turki dan Tran dapat dijelaskan menggunakan dua frame waktu, yaitu pra-AKP dan masa pemerintahan AKP di Turki. Kerjasama ekonomi tidak bisa terlepas dari besarnya Kerjasama energi antara kedua negara. Hal ini disebabkan komoditas ekonomi utama Iran adalah sektor energi. Selain itu, akan dijelaskan juga bagaimana dinamika kerjasama tersebut, hambatan dan tantangan yang dihadapi, serta apa resiko dan kerugian dari kerjasama tersebut bagi Turki. A. Sejarah Kerjasama Ekonomi-Energi Turki dan Iran Kerjasama ckonomi-energi antara Turki dan Iran telah berkembang menjadi semakin besar. Kerjasama ini terjalin diberbagai sektor seperti investasi, pariwisata, dan perdagangan. Iran adalah salah satu dari lima besar trading partner Turki dengan total perdagangan lebih dari 16 milyar dolar pada 2011 (Flanagan 2012:5). Komoditas perdagangan utama yang diimpor dari Iran adalah energi. Peran Iran sangat besar di sektor ini dengan menjadi pemasok gas alam nomor dua dan penyuplai utama minyak bumi bagi Turki. 35 36 1. Kerjasama Pada Masa Pra-AKP (Sebelum 2002) Hubungan ekonomi antara Turki dan Iran tidaklah terlalu istimewa. Hal ini disebabkan oleh orientasi kebijakan antara kedua negara (sebelum Revolusi Islam Iran) yang lebih cenderung west-minded dan tidak terlalu memprioritaskan kerjasama dengan negara-negara tetangga Iran lebih cenderung ke Amerika Serikat dan non-neighboring country sepertilndia, sementaran Turki cenderung ke Eropa. Adapun kerjasama ekonomi yang pemsh dijalin keduanya (bersama dengan Pakistan) adalah dalam Regional Cooperation and Development Organization (RCD). Demikian pula dengan bidang energi, kedua negara tidak memiliki kerjasama yang bersifat besar. Iran lebih cederung bekerjasama dengan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang (Dogan 2004:14-18).Sedangkan Turki lebih dekat kepada Rusia. Hubungan antara Turki dan Iran di bidang energi baru dimulai pada 1970-an. Hubungan itu pun hanya pada tataran hubungan transaksional saja, yaitu persetujuan jual beli. Berdasarkan pada persetujuan tersebut, Turki akan membeli sekitar satu juta ton minyak mentah dari Iran. Hubungan ckonomi-energi ini kemudian mengalami stagnasi ketika terjadi revolusi islam di Iran pada 1979. Stagnasi tersebut disebabkan oleh ketidakstabilan politik di Iran dan terjadinya beberapa friksi antara Turki dan Iran, Akan tetapi, paska revolusi, hubungan Turki dengan Iran justra menjadi lebih baik. Total Ekspor Turki meningkat dari sckitar 45 juta dolar pada 1978, 37 menjadi lebih dari 1 milyar dolar pada 1983 (Sinkaya 2004:105). Sedangkan impor Turki dari Iran juga meningkat. Jika pada 1978 hanya sejumlah 189 juta dolar, maka pada 1984 meningkat menjadi 1,5 milyar dolar. Peningkatan ini terjadi Karena kedua negara berusaha untuk memahami perbedaan dan tidak ‘menjadikannya sebagai halangan untuk mendapat keuntungan ekonomi. Setelah mengalami peningkatan yang signifikan pada 1984, akumulasi perdagangan Turki-lran kembali menurun pada 1986-1992 dan berada di kisaran 470 juta dollar. Penurunan ini disebabkan oleh pembatalan kesepakatan perdagangan pada 1985 (Sinkaya 2004:105-107). Selain itu, penurunan tersebut juga disebabkan oleh eskalasi tensi politik kedua negara, Oleh Karena itu, kedua negara membentuk Joint Economic Commission (JEC) sebagai sarana untuk mengatasi isu-isu perdagangan dan ekonomi. Kerjasama di tingkat regional juga berusaha dibangun oleh Turki dan Iran. Oleh karena itu, kemudian dibentuklah the Economic Cooperation Organization (ECO) pada 1985 (Sinkaya 2004:109). ECO ini merupakan pengganti dari RCD. Tujuan dari ECO ini adalah untuk menghapus hambatan perdagangan secara bertahap, mempromosikan perdagangan intra-regional, mengembangkan jaringan infrastruktur transportasi dan komunikasi, dan berupaya untuk berintegrasi dengan ekonomi dunia, Untuk meneapai tujuan tersebut, pada 1992 Turki dan Iran sepakat untuk mengikutsertakan negara- negara baru di Kawasan Kaukasia dan Asia Tengah ke dalam ECO. 38 Hubungan ekonomi yang positif antara Turki dan Iran ini terus berlanjut. Pada 1996, kedua negara menandatangani Billateral Investment and Promotion Agreement sebagai landasan hukum bagi kerjasama kedua negara (Yusa 2012:32). Pada tahun ini juga, PM Turki Necmettin Erbakan melakukan kunjungan ke Iran (Kinnander 2010:7-8). Dalam kunjungan tersebut, Erbakan menandatangani kontrak pembelian gas alam dengan nilai kontrak sebesar US$ 23 juta, Kontrak tersebut juga meliputi pembangunan pipa gas sepanjang 1.600 mil dari Tabriz. hingga Ankara, Berdasarkan pada perjanjian ini, Iran akan menyuplai gas bagi Turki hingga 22 tahun ke depan. Pengiriman ini berkisar rata-rata 4 milyar meter kubik (Bem) per tahun dan diharapkan meningkat menjadi rata-rata 10 Bem per tahun pada 2007, Kebijakan yang dijalankan olch Turki paska revolusi Islam Iran bersifat pragmatis. Turki lebih melihat pada keuntungan yang dapat diraih dari hubungannya dengan Iran.Oleh karena itu, Turki menolak kebijakan Jran- Libya Sanctions (ILSA) yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat pada 5 Agustus 1996 (Jenkins 2012:22).1LSA adalah sebuah Undang-Undang yang memungkinkan Amerika Serikat untuk memberikan sanksi bagi perusahaan- perusahaan non-Amerika Serikat yang melakukan investasi di kedua negara tersebut.ILSA ini dikeluarkan oleh Amerika Serikat karena Iran dan Libya dianggap telah mensponsori terorisme intemnasional dan musuh bagi perdamaian. Berdasarkan pada alasan tersebut, Amerika Serikat berusaha untuk meyakinkan Turki agar tidak melanjutkan kerjasamanya dengan Iran, 39 Namun respon yang ditujukan oleh Turki justru sebaliknya.Turki menolak saran dan alasan dari Amerika Serikat tersebut (OGJ, 19 Agustus 1996).Turki beralasan bahwa ILSA tersebut tidak berlaku, sebab Turki tidak melakukan investasi di Iran.Kesepakatan yang dijalin olch Turki dan Iran hanya bersifat Kerjasama jual beli, bukan investasi.Selain itu, proyek pembangunan pipa gas juga tidak dapat dikatakan sebagai investasi Turki di Iran (Kinnander 2010:7-9).Hal tersebut disebabkan baik Turki maupun Iran bertanggungjawab tethadap pipa gas yang berada di teritori masing-masing saja. Dengan demikian, Turki hanya bertanggungjawab atas pipa gas sepanjang 680 mil. Upaya lain yang dilakukan oleh Turki untuk meningkatkan kerjasama ekonomi-energinya dengan Iran adalah melalui pembentukan the Development Eight (D-8) yang terdiri dari 8 negara muslim. Kedelapan negara tersebut adalah Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Turki. D-8 ini dibentuk berdasarkan pada prakarsa dari Erbakan (Jenkins 2012:23). Organisasi tersebut secara resmi berdiri ketika diadakan D-8Summit pada 15 Juni 1997 di Istanbul. Namun karena berbagai macam perbedaan- seperti posisi geografis, platform politik dan ekonomimembuat organisasi tidak berjalan dengan baik. Sehingga dampaknya tehadap peningkatan hubungan ekonomi antara Turki dan Iran juga tidak signifikan. Untuk memperluas ruang lingkup hubungan ekonomi yang telah terjalin, Iran dan Turki sepakat untuk menandatangani kesepakatan pengurangan customs taxes pada tahun 2000 (Sinkaya 2004:107-108). Kedua 40 negara berkomitmen untuk meningkatkan dan memperluas kerjasama serta menjadikan ECO sebagai common market, Oleh karena itu, keduanya sepakat ‘untuk membentuk Business Council pada November 2001 (Jenkins 2012:50- 52). Selanjutnya, pada 2002 kedua negara kembali menandatangani Double Taxation Prevention Treatment untuk memperlancar kerjasama antara keduanya. 2, Kerjasama Pada Masa AKP (2002-2011) Pada masa pemerintahan AKP ini, orientasi politik Iuar negeri Turki berubah, Turki secara umum berusaha untuk memperkuat hubungannnya dengan negara-negara muslim, khususnya di bidang ekonomi. Begitu juga hubungan Turki dengan Iran, Turki menganggap Iran sebagai salah satu partner ekonomi yang potensial. Oleh karena itu, PM Erdogan berusaha untuk melanjutkan semua kerjasama yang telah dibangun oleh pemerintahan sebelumnya. Hubungan ekonomi Turki-Iran saat ini telah berkembang secara signifikan. Saat ini, Iran masuk dalam jajaran 10 besar tujuan ekspor dan 6 besar sumber impor Turki (Jenkins 2012:53). Komoditas utama yang diekspor Turki ke Iran adalah besi, baja, produk tekstil, elektronik, minyak dan olahannya, serta manufaktur kayu, Sementara produk yang diimpor dari Iran adalah plastik, metal non-besi, dan terutama minyak dan gas. Pada 2012, total perdagangan Turki-Iran telah lebih dari US$ 21 milyar (Kekevi 2013:11). Jumlah ini telah meningkat jauh jika dibandingkan 41 dengan tahun 2002 yang hanya berada di bawah US$ 2 milyar, Dengan demikian, secara keseluruhan Iran merupakan trading partner terbesar keempat bagi Turki setelah Jerman, Rusia, dan China (Lihat Lampiran 2). Kerjasama-kerjasama yang dijalin oleh Turki dan Iran meliputi berbagai sektor, seperti investasi dan konstruksi, Iran terus mengembangkan investasi di Turki, Pada 2010, setidaknya telah ada 421 perusahaan Iran berada di Turki (Yusa 2012:33). Jumlah investasi Iran di Turki juga cukup besar, yaitu senilai US$ 8 juta pada 2011. Sementara investasi Turki di Iran sebesar USS 13 juta pada 2010. Selain itu, pada 2010 Turki juga telah melaksanakan sebanyak 32 proyek di Iran dengan nilai sebesar USS 1,9 milyar. Selain investasi di sektor iil, Turki dan Iran juga telah ‘menandatangani berbagai kesepakatan. Sejak 2003, setidaknya telah tercapai 12 kesepakatan ekonomi (Habibi 2012:4-5). Kesepakatan-kesepakatan tersebut dijalin baik bilateral maupun trilateral yang meliputi berbagai sektor, seperti industri, otomotif, transportasi, konstruksi, telekomunikasi, listrik, Kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dan energi (Lampiran 1). Komoditas utama dalam kerjasama ekonomi Turki-lran adalah kerjasama energi, baik energi fosil maupun energi altemnatif, Turki dan Iran sepakat untuk melakukan kerjasama kelistrikan berbasis gas alam di wilayah perbatasan. Kerjasama tersebut akan memproduksi listrik hingga 6000 MW (Globalresearch.ca. 19 November 2008). Tidak hanya di sektor listrik-berbasis 2 gas alam, kedua negara juga sedang berupaya untuk melakukan kerjasama energi listrik tenaga air (hydroelectric) dengan kapasitas 10.000 MW. Sementara itu, di sektor energi fosil, pemerintahan Erdogan berkomitmen untuk melanjutkan kerjasama pembelian gas yang disepakati pada 1996. Pengiriman gas dari Iran ke Turki tersebut, bara dapat dimulai pada 2001 seiring dengan selesainya pembangunan pipa gas dari Tabriz. ke Ankara. Berdasarkan pada kesepakatan sebelumnya, jalur tersebut akan mengirimkan sckitar 4 Bem gas bagi Turki. Kemudian jumlah tersebut diharapkan dapat meningkat menjadi 10 Bem per tahun, Kerjasama gas alam antara Turki dan Iran terus berlanjut, Kedua negara berusaha untuk meneruskan dan memperkuat kerjasama tersebut, Pada 14 Juli 2007, Turki dan Iran menandatangani MoU on Natural Gas Production and Export (Habibi 2012:4). MoU ini menyepakati bahwa kedua negara akan. membangun pipa gas sepanjang 2.200 mil. Pipa gas tersebut akan menghubungkan jalur pengiriman dari Iran dan Turkmenistan menuju eropa melalui Turki. Pipa gas tersebut diperkirakan mampu mendistribusikan gas sejumlah 30-40 Bem per tahun, Melalui penandatangan MoU tersebut, maka Turki akan menjadi major transitagi sektor gas Iran. Sebagai upaya untuk mengimplementasikan esepakatan tersebut, Perusahaan Minyak Turki Tiirkiye Petrolleri Anonim Ontakge (TPAO) akan membantu Iran dalam mengembangkan dan mengeksplorasi ladang gas alam di South Pars (Glogowska, 2 Agustus 43 2012).South Pars adalah salah satu ladang energi terbesar Iran dengan cadangan gas alam scbesar 51 trilyun meter kubik (Tem) dan 360 juta milyar barel minyak bumi (Daly, 2 Juli 2008). Pemerintah Turki (TPAO) akan menginvestasikan sekitar US$ 12 milyar untuk melakukan eksplorasi di South Pars (Uslu, 21 November 2008). Turki akan turut berperan dalam pengembangan phase 22, 23 dan 24, Kerjasama ini diperkirakan akan memproduksi gas alam hingga 46 juta meter kubik per hari. Investasi sebesar USS 12 milyar tersebut juga digunakan untuk ‘membangun jalur pipa sepanjang 1.200 mil dari South Pars menuju perbatasan Bazargan, Selanjutnya pada 27 Oktober 2009, Iran mengumumkan bahwa Turki sepakat untuk mengembangkan phase 6 dan 7 (Jenkins 2012:60). Akan tetapi, karena tidak ada kesepahaman antara kedua negara, maka kerjasama di South Pars akhimya dibatalkan, Menteri Energi Turki, Taner Yildiz (Kardas, 27 Juli 2010), mengatakan: “Turkey cancelled its plan to invest in the South Pars gas project, after failing to find common ground on the production and marketing of the gas. In the future, there might be other possibilities to advance mutual interests in the South Pars field, Yet, the current project is over.” Sebagai kelanjutan dari MoU yang telah ditandatangani pada 2007, pada Februari 2009 Iran mengumumkan bahwa implementasi dari Mou tersebut akan mulai berjalan pada 2014 (xinhuanet.com, 10 Januari 2011). Jalur pipa gas tersebut diperkirakan akan mengirimkan 35-50Bcm gas alam. Gas alam dari Iran tersebut, selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik Turki, juga akan diteruskan menuju Eropa. B. Hambatan dan Permasalahan dalam Kerjasama Energi Turki dan Iran Kerjasama energi (pengiriman gas tersebut di atas) tidak selalu berjalan mudah, ada beberapa hambatan dan permasalahan yang mengitinginya. Seperti pada 2002, Turki menghentikan impor gasnya dari Iran dengan alasan kualitas gas dari Iran kurang bagus (Jenkins 2012:54). Akan tetapi alasan sebenamya adalah karena rendahnya permintaan dalam negeri Turki saat itu. Rendahnya permintaan dalam negeritersebut dikarenakan Turki masih terkena dampak dari krisis ekonomi pada 2001. Selain itu, penghentian ini bertujuan untuk menekan Iran agar mau menegosiasikan kembali kontrak yang telah disepakati pada 1996 (Jenkins 2012: 54), Dalam kontrak tersebut, terdapat Klausul “‘ake-or-pay” yang berarti bahwa Turki harus membayar 87% dari kesepakatan kontrak. Ini berarti bahwa Turki akan tetap membayar 87% dari kesepakatan kontrak meskipun seandainya gas yang dikonsumsi tidak sampai 87%. Selain itu, harga yang harus diberikan oleh Iran lebih mahal dari pada harga yang harus dibayar Turki ke Rusia. Upaya Turki tersebut membuahkan hasil. Iran bersedia untuk melakukan negosiasi ulang klausul kontrak di atas. Pada penghujung 2003, kesepakatan baru pun akhimya tercapai, Turki berhasil membuat Iran bersedia untuk menurunkan harga gasnya antara 9%-12% dari harga sebelumnya. Selain itu, Klausul “take-or- pay” juga mengalami penurunan menjadi 70% (Kinnander 2010:9-10). Akan 45 tetapi masalah harga ini masih dipermasalahkan keduanya. Bahkan Menteri Energi Turki saat itu menyatakan akan melakukan upaya arbitrasi intemasional. ‘Namun Iran justru meresponnya dengan menghentikan pengiriman selama empat hari pada Desember 2004, Selanjutnya pada pertengahan April 2005 Turki Kembali menghentikan impor dari Iran, Untuk mengatasi perselisihan di atas, PM Turki, Erdogan, melakukan Kunjungan ke Iran (Hen-tov 2011:235-236). Penyelesaian terhadap masalah tersebut menjadi salah satu agenda Erdogan ketika bertemu dengan Khatami dalam ECO Summit di Tajikistan, Pertemuan kedua pemimpin tersebut belum juga berhasil menemukan titik temu. Oleh Karena itu, Turki akhimya membawa permasalahan tersebut ke Arbitrasi Intemasional. Akhimya, pada 2009 Arbitrasi Internasional di Swiss membuat keputusan yang berpihak pada Turki. Selain disebabkan oleh masalah harga, pengiriman gas dari Iran juga beberapa kali bermasalah karena berbagai alasan. Seperti pada 19 Januari 2006, Iran mengurangi pengiriman ke Turki. Alasan yang disampaikan oleh Iran adanya perubahan cuaca yang ekstrim di Tabriz hingga lebih rendah dari 12°C (Kinnander 2010:10). Padahal saat itu, Turki juga sedang membutuhkan gas alam kkarena pada saat bersamaan Turki juga mengalami musim dingin. Kondisi ini tentu saja membuat Turki harus menambah pasokan gas dari Rusia dengan harga yang mahal (Hen-tov 2011:236). Pengurangan maupun terputusnya pengiriman masih sering terjadi. Seperti pada September dan Agustus 2007, pengiriman kembali terputus karena pipa gas 46 antara Tabriz-Ankara disabotase oleh kelompok separatis Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Bahkan pada Januari 2007 dan Januari 2008, Iran kembali mengurangi jumlah pengiriman ke Turki demi memenuhi permintaan dalam negeri Iran. Padahal Iran seharusnya terlebih dahulu memenuhi kewajiban terhadap Turki, Sebab Iran sebelum telah menyepakati dan berkomitmen untuk mengirim gas alam ke Turki. Permasalahan dan tantangan selanjutnya yang harus diselesaikan oleh kedua negara (terutama oleh Iran) adalah terkait dengan kuota pengiriman gas alam. Sejak dimulainya pengiriman gas pada 2001, Iran belum pemah berhasil ‘mencapai target sesuai dengan kuota pengiriman yang telh disepakati. Bahkan jumlah pengiriman tertinggi yang berhasil Iran capai hanyalah 8,3 milyar kubik pada 2011 (Lihat Grafik ILB.1). Padahal, berdasarkan kesepakatan pada 1996, Iran akan mengirim sekitar 4 Bem dan meningkat menjadi 10 Bem per tahun pada 2007. Grafik 11LB.2.1 Ekspor Gas Alam Iran ke Turki 2001-2011 (Milyar Kubik) 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Sumber: Disusun dari Kinnander 2010:8, Jenkins 2012:55 dan Babali 2012:7 47 Selain permasalahan di atas, kerjasama energi antara Turki dan Iran juga ‘mendapat penentangan dari Amerika Serikat. Hal tersebut disebabkan pada saat bersamaan, Amerika Serikat sedang berusaha melakukan isolasi terhadap Iran, Isolasi ini diterapkan sebagai salah satu sanksi bagi Iran yang sedang melakukan pengembangan teknologi nuklir, Turki merespon negatif sikap Amerika tersebut. PM Erdogan menyatakan bahwa Turki tidak perlu meminta persetujuan Amerika Serikat dalam mengejar kepentingan nasionalnya (O'Rourke, Breffni. 19 Juli 2007). Energi adalah sesuatu yang krusial, sebab Turki tidak memiliki sumber energi yang memadai. Oleh Karena itu, Turki sangat bergantung pada impor. Dalam kondisi seperti ini, Turki tidak mungkin untuk memilih dalam melakukan kKerjasama energi. Dengan demikian, Turki akan membeli gas dari manapun, termasuk dari Iran. Menteri Luar Negeri Iran, Davotuglo, menyatakan bahwa Turki membutubkan energi Iran (Poyraz 2009:10). Kerjasama energi Turki dengan Iran tidak bergantung pada hubungan (Turki dengan negara lain atau Iran dengan negara lain) dengan negara lainnya, Namun berdasarkan pada hubungan bilateral kedua negara. C. Resiko dan Kerugian dari Kerjasama Energi dengan Iran bagi Turki Setelah mengetahui hambatan dan permasalahan di atas, maka dapat dilihat bahwa kerjasama energi antara Turki dan Iran ini masih memiliki resiko dan merugikan bagi Turki. Potensi kerugian dan resiko tersebut dapat terjadi di 48 sektor ekonomi maupun politik. Resiko yang akan dihadapi Turki jika terus mempertahankan dan melanjutkan kerjasama energinya dengan Iran adalah pertama, terkait dengan kepentingan nasional Turki untuk menjaga keamanan energinya. Keamanan energi (energy security) adalah supply energi yang dapat dipercaya, stabil, dan berkelanjutan serta terjangkau dari sisi harga (Winrow 2013:146). Dari pengertian ini, kerjasama energi antara Turki dan Iran memang belum bisa menjamin keamanan energi Turki. Hal tersebut disebabkan ketidakstabilan dalam pengiriman, Iran beberapa kali gagal untuk mengirim gas alam ke Turki, Selain itu, harga gas alam dari Iran juga lebih mahal, yaitu USS 550 per seribu meter kubik. Harga tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan harga gas alam Rusia dan Azerbaijan yang sebesar US$ 400 dan US$ 330 per meter kubik (Zastowt 2012:7). Kondisi tersebut tentu saja membuat Iran dianggap sebagai mitra yang tidak dapat dipercaya oleh Turki. Kejadian yang paling buruk dampaknya bagi Turki adalah ketika Iran mengurangi pengiriman gas pada januari 2006. Padahal saat itu, Turki juga sedang membutuhkan gas alam sebab pada saat bersamaan Turki juga mengalami musim dingin. Kondisi ini tentu saja membuat Turki harus menambah pasokan gas dari Rusia dengan harga yang mahal (Hen-tov 2011:236). Sebab, penambahan dari Rusia tersebut bersifat urgen dan insidentil. Berdasarkan pada realitas di atas, maka akan sangat riskan bagi keamanan energi Turki, Jika Turki tetap mempertahankan dan melanjutkan kerjasama 49 dengan Iran, maka keamanan energi Turki menjadi tidak terjamin. Ketika Iran Kembali gagal mengirimkan gas alam ke Turki, maka akan terjadi kekurangan supply di dalam negeri Turki. Sehingga, untuk menutupi kekurangan tersebut, Turki harus menambah impor dari sumber lain seperti Rusia. Opsi seperti ini akan berdampak negatif, sebab Turki harus membayar dengan harga yang lebih mahal. Dengan demikian, maka akan terjadi inefisiensi di scktor keuangan Turki. Sementara kerugian yang diperoleh Turki adalah akan meningkatkan “efisit perdagangan antara Turki dan Iran, Iran adalah salah satu negara yang memberikan defisit perdagangan ekstemal yang cukup besar pada Turki. Pada 2007, Defisit perdagangan Turki Iran adalah US$ 5 milyar. Sektor yang besar berperan dalam menyebabkan defisit perdagangan tersebut adalah sektor energi. Karena energi merupakan komoditas utama impor Turki dari Iran yaitu 90% dari total impor (Turkey Ministry of Foreign Affair:mfa.gov.tr). Dengan demikian, jika Kerjasama energi tersebut terus berlanjut dan dipertahankan, maka defisit perdagangan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk mengurangi defisit perdagangan tersebut, maka Turki harus meningkatkan ekspornya ke Iran. Selain di sektor ekonomi, resiko yang akan dihadapi Turki juga muncul di sektor politik. Resiko tersebut terkait dengan hubungan Turki dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Negara-negara barat (Amerika Serikat dan Uni Eropa) ‘menjatubkan sanksi emargo ekonomi kepada Iran terkait dengan program nuklir Iran. Pada prinsipnya, Turki mengakui bahwa hak untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai merupakan hak semua bangsa, termasuk Iran. 50 Berdasarkan pada pandangan tersebut, Turki menolak anggapan bahwa program nuklir sangat berbahaya. Akan tetapi, pandangan Turki tersebut bertentangan dengan penilaian Amerika Serikat dan Uni Eropa. Mereka meyakini bahwa program nuklir memiliki potensi yang membahayakan. Oleh Karena itu, Amerika dan Uni Eropa (baik melalui PBB maupun unilateral) akhimya ‘menjatuhkan sanksi bagi Iran. Namun Turki menolak sanksi terhadap Iran dan menyatakan bahwa Turki tidak berkewajiban untuk mengikuti sanksi-sanksi tersebut (Zasztwoth 2012:7). Sikap Turki tersebut tentu membuat hubungannya dengan negara sekutu tradisionalnya menjadi terganggu. Selain itu, sikap tersebut ‘menunjukan bahwa Turki tidak lagi menjadi negara yang west-oriented. Sehingga akan menimbulkan persepsi bahwa Turki bukan lagi dianggap sebagai sekutu yang kooperatif. Berdasarkan pada pertimbangan resiko dan kerugian di atas, maka Turki seharusnya tidak melanjutkan dan mempertahankan kerjasamanya dengan Iran. Apalagi Turki masih memiliki alternatif negara importir seperti Rusia dan Azerbaijan. Kerjasama dengan Rusia memiliki resiko lebih sedikit dari pada kerjasama dengan Iran, Jalur pengiriman gas alam dari Rusia melalui dua jalur yaitu Western Pipeline dan Bluestream Pipeline (Lihat Lampiran 5). Sementara kerjasama dengan Azerbaijan masih memungkinkan untuk diperkuat lagi. BAB IV ANALISA FAKTOR-FAKTOR TURKI MEMPERTAHANKAN KERJASAMA ENERGI DENGAN IRAN PADA MASA. PEMERINTAHAHAN Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) Setelah _membahas tentang permasalahan energi Turki dan kerjasama energi Turki-Iran pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab IV ini akan dianalisa faktor-faktor apa saja yang membuat Turki terus mempertahankan kerjasama energinya Iran selama 2007-2011. Setidaknya ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebijakan Turki tersebut, yaitu faktor internal Turki yang terdiri dari perubahan orientasi kebijakan luar negeri Turki pada Masa AKP dan diversifikasi sumber energi Turki. Faktor yang kedua adalah Faktor ekternal yang terdiri dari Kerjasama dalam mengatasi permasalahan Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) dan upaya Turki untuk mengatasi krisis nuklir Iran, A. Faktor Internal 1. Orientasi Kebijakan Luar Negeri Turki pada Masa Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) Motto utama politik luar negeri Turki adalah Peace at Home, and Peace in the World.Oleh karena itu, diperlukan berbagai kebijakan untuk mencapai cita-cita tersebut. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan suatu bangsa dipengaruhi oleh 31 52 berbagai faktor, salah satunya adalah aktor politik dalam negeri. Begitu punyang terjadi di Turki. Kemunculan Adalet ve Kalkinme Partisi (AKP) sebagai aktor politik baru di Turki membawa pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan politik Iuar negeri Turki, Pada periode sebelum AKP, kebijakan luar negeri Turki bersifat west-oriented.Turki lebih fokus untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan Eropa Barat dan Amerika Serikat. Sejak AKP memegang kendali pemerintahan pada 2002, orientasi politik Juar negeri Turki tidak lagi hanya tertuju pada Eropa Barat dan Amerika Serikat. Kebijakan Iuar negeri AKP lebih Iuas dan multidimensi, Perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan doktrin kebijakan luar negeri Turki, Doktrin kebijakan Juar negeri Turki pada masa AKP dikenal dengan istilah Strategic Depth. Doktrin strategic depth tersebut berasal dari pemikiran Ahmet Dovutoglu. Dovutoglu ‘menekankan pada penelashan kembali terhadap sejarah kebesaran Turki (Dinasti Utsmany) dan keunikan posisi geografis Turki yang terletak di lintas kawasan Afro-Eurasia” (Kramer 2010:3-5). Dalam sebuah konferensi intemasional di University of Oxford, Dovutoglu menjelaskan bahwa doktrin strategic depth berdasarkan pada empat isu utama, Keempat isu tersebut adalah menciptakan keamanan di kawasan, proaktif terlibat dalam berbagai dialog politik, interdependensi ekonomi regional, dan mempromosikan perdamaian serta harmonisisasi_ multikultural dan multisektarian (SEESOX 2010:9-10). Oleh Karena itu, ada lima prinsip dalam ? Kawasan Afro-Eurasia yang dimaksud adalah kawasan Timur Tengah, Bakan, Kaukasia, Mediterania, Kaspian, Asia Tengah serta kawasan Teluk dan Laut Hitam. 53 melaksanakan doktrin strategic depth tersebut, yaitu providinga balance between security and democracy in country, a zero problem policy toward Turkey's neighbors, to develop relations with the neighboring regions and beyond, adherence multi-dimensional foreign policy, dan rhythmic diplomacy (Dovutoglu 2008:79-84). Melalui strategic depth, Turki berupaya untuk menjalin kerjasama, bukan berkompetisi. Kelima prinsip strategic depth di atas menjadi pedoman Turki dalam menjalin hubungan dengan negara lain, terutama dengan negera tetangga. Begitu pun halnya dengan Iran, Turki berupaya untuk menerapkan prinsip zero problem policy. Zero problem policy adalah suatu kebijakan yang berupaya untuk menyelesaikan permasalahan dan perbedaan dengan mengedepankan pendekatan non-konfrontasional (Kramer 2010: . Zero problem policy berupaya mencari win-win solutions, Dengan demikian, Turki berusaha untuk melakukan rekonsiliasi atas perbedaan dan friksi dengan Iran. Melalui rekonsiliasi tersebut, bubungan Turki-Iran diharapkan akan mengalami progres positif. Pada periode sebelum AKP, permasalahan-permasalahan yang selalu ‘mengiringi hubungan Turki-Iran adalah sentimen ideologis dan permasalahan Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Sejak terjadinya Revolusi Islam di Iran pada 1979, Iran beberapa kali menunjukan sikap dan kritiknya terhadap ideologi sekuler di Turki. Sikap tersebut, seperti keengganan kedutaan Iran di Turki untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai peringatan 50 tahun meninggalnya at-Taturk pada 1988 (Dogan 2004:21), Selain itu, Iran juga mengkritik kebijakan Turki yang melarang penggunaan jilbab (Sinkaya 2004:55). 54 Sentimen ideologis lainnya terjadi pada Februari 1997 ketika Duta Besar Iran Mohammad Reza Bageri menyatakan dukungannya tethadap demonstrasi yang menuntut diterapkannya syariah islam di distrik Sincan, Ankara (Aras dan Polat 2008:505). Sikap dutabesar Iran tersebut mendapat protes dari pemerintah Turki, olch Karena itu, untuk mengurangi ketegangan terscbut, akhimya pemerintah Iran mengganti dutabesamya di Turki. ‘Terkait dengan permasalahan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), Turki menganggep Iran scbagai pendukung PKK. Anggapan Turki terscbut berdasarkan pada penentangan terhadap operasi Turki untuk mengatasi kelompok PKK pada 1983. Akan tetapi, tindakan Turki tersebut ditentang oleh Iran (Dogan 2004:22). Bahkan beberapa anggota PKK melarikan diri ke wilayah Iran. Lebih lanjut, etnis Kurdi yang tersebar di wilayah Iran diklaim mendapat dukungan senjata ilegal dan pelatihan militer. Kedua permasalahan tersebutlah yang membuat hubungan kedua negara selalu fluktuatif; Bagi Turki, kedua permasalahan tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan domestik Turki, Apalagi dengan kebijakan Iran yang menyerukan export of revolution, yaitu usaha Iran untuk membuat negara-negara muslim lainnya mengikuti sistem pemerintahan Iran yang berdasarkan pada agama, Oleh Karena itu, Turki dibawah pemerintahan AKP berusaha untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Turki berusaha untuk mengubah persepsinya terhadap Iran. Iran tidak lagi dianggap sebagai ancaman potensial, tetapi lebih dianggap sebagai partner potensial di bidang ekonomi-energi. 55 Turki berkeinginan untuk menjalin kerjasama jangka panjang dengan negara manapun. Untuk itu, harus ada persamaan persepsi antara Turki dengan negara tersebut. Kesamaan persepsi tersebut terutama di level birokrasi pemerintahan utama. Sehingga ketika terjadi perubahan aktor politik, kesamaan persepsi tersebut tidak berubah, Turki melihat potensi tersebut di sektor ekonomi Iran, Oleh karena itu, Turki berusaha untuk mempererat kerjasama ekonomi kedua negara, terutama di sektor energi. Melalui kerjasama ekonomi yang erat, diharapkan perbedaan-perbedaan menjadi terlebur. Kerjasama ekonomi Turki-Iran tumbuh semakin kuat. Bahkan saat ini, Iran adalah trading partner keempat Turki (Kekevi 2013:10-12). Sektor energi adalah sektor utama dalam kerjasama ekonomi Turki dan Iran. Kerjasama di sektor energi meliputi kerjasama pembelian Minyak Bumi, Gas Alam, dan Kelistrikan, Dengan semakin meningkatnya kerjasama ekonomi tersebut, friksi- friksi diantara keduanya semakin berkurang. Terutama terkait dengan sentimen ideologis. Dengan demikian, kerjasama di sektor sangat vital bagi kedua negara. Berdasarkan pada deskripsi di atas, peran orientasi politik luar negeri AKP sangat berperan dalam menentukan kebijakan Turki tethadap Iran. Zero problem policy dalam strategic depth Turki merupakan salah satu faktor yang membuat Turki terus mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran. Indikasinya adalah sektor energi merupakan sektor utama perekonomian Iran dan sektor terbesar dalam kerjasama ekonomi kedua negara. Sehingga, apabila Turki memutuskan kerjasama energinya dengan Iran, maka ikatan kerjasama akan berkurang secara 56 drastis. Kondisi tersebut, tentu saja dapat membuat hubungan kedua negara kembali seperti sebelumnya. Kebijakan Turki untuk mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran selama periode 2007-2011 merupakan suatu kebijakan yang rasional. Kerjasama cenergi, sebagai kerjasama vital bagi kedua negara, sangat berperan dalam menjaga agar hubungan kedua negara tetap berjalan baik. Alasannya adalah karena kedua negara seringkali berbeda pandangan dalam berbagai isu, seperti respon terhadap arab spring, konflik Isracl-Palestina, dan persaingan pengaruh di Irak. Oleh karena itu, Turki membutuhkan kerangka kerjasama yang rl dengan Iran, salah, satunya adalah kerjasama di sektor energi. Kerjasama tersebut diharapkan dapat meminimalisir friksi dan perbedaan antara kedua negara. Sehingga tidak memicu terjadi perbedaan yang tajam dan mendasar. Orientasi politik AKP tersebut, membuat Turki berusaha untuk menyelesaikan setiap perbedaan yang muncul, Turki memahami bahwa dalam setiap kerjasama pasti terdapat permasalahan. Ketika permasalahan tersebut muncul, maka harus diselesaikan dengan elegan. Pilihan untuk memutuskan kerjasama sebagai cara untuk menyelesaikan permasalah bukanlsh_pilihan rasional. Oleh karena itu, Turki berupaya untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan dengan Iran melalui mekanisme yang tersedia. Seperti melalui negosiasi bilateral dan media institusional. Misalnya ketika Turki membawa permasalahan sengketa harga ke Arbitrasi Intemasional pada 2009 (Hen-tov 2011:235-236). Akhimya Arbitrasi intenasional mengabulkan gugatan Turki. 37 Turki berusaha untuk mempertahankan kerjasama ekonominya dengan Iran sebagai upaya untuk menghindari hubungan kembali seperti Era pra-AKP. Meskipun masih banyak perbedaan dan perselisihan, kedua negara berusaha untuk mencegah perbedaan dan perselisihan tersebut berubzh menjadi permusuhan. Turki tidak menginginkan masalah-masalah dalam kerjasama_berkembang menjadi penyebab lahimya konflik. Dengan demikian, Kerjasama ekonomi-energi dalam hubungan Turki dan Iran dapat menjadi poin penting bagi kerjasama, Secara politik regional dan global, kebijakan pemerintah AKP dapat menjadi poin penting bagi kedua negara untuk memperkuat kesalingpercayaan. Meskipun sebagian negara berusaha untuk mengisolasi Iran sebagai implikasi dari program pengembangan nuklir Iran, namun Turki tetap mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran, Negara-negara tersebut seperti seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sebagian negara-negara di Timur Tengah. Dengan tetap mempertahankan kerjasama energi, Turki ingin menunjukan pada Iran bahwa Turki tidak berada di pihak yang berlawanan dengan Iran. Meskipun kedua negara tidak erat dalam konteks regional dan global, akan tetapi setidaknya kedua negara tidak bermusuhan secara bilateral. Selain dapat menghindari hubungan bilateral yang konfliktual dengan Iran, keputusan Turki untuk terus mempertahankan kerjasama energi dengan Iran juga dapat meningkat citra politik Turki di kancah regional dan global. Upaya Turki ‘menghindari muncul konflik baru dengan Iran, semakin menunjukan konsistensi Turki tethadap prinsip zero problem policy. Dengan demikian, maka Turki akan 58 dianggap sebagai negara dialogis yang berusaha menghindari terjadinya permasalahan dengan negara lain. 2. Upaya Diversifikasi Sumber Energi Turki Turki adalah salah satu negara yang mengalami peningkatan signifikan dalam konsumsi energi. Berdasarkan pada catatan the International Energy Agency (IEA), jumlah konsumsi energi Turki meningkat dua kali lipat selama satu dekade terakhir (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Konsumsi minyak bumi Turki pada 2011 telah meneapai 706.000 barel per hari (bbV/@). Sedangkan Konsumsi batu-bara mencapai 110,000 ton pada 2010. Sedangkan konsumsi gas alam meningkat menjadi 45 milyar meter kubik (Bem). Akan tetapi, di sisi lain, Turki bukanlah negara yang memiliki cadangan minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang memiliki, Dengan demikian, kemampuan produksi Turki pun juga rendah, Kebutuhan energi yang tinggi dan tidak diiringi dengan kemampuan produksi menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan. Turki hanya mampu memenuhi kebutuhan energi sekitar 26%, sementara 74% dipenuhi oleh sumber- sumber dari luar (Turkey Ministry of Foreign Affairs):Dengan demikian, Turki sangat bergantung pada supply dari impor. Sekitar 93 % supply minyak dipenuhi dari impor. Sementara gas alam dan batu bara masing-masing berjumlah sekitar 97 % dan 90 % hard coal bergantung pada impor. ‘Ada dua negara yang sangat berpengaruh dalam menjaga keamanan energi Turki, yaitu Rusia dan Iran. Kerjasama energi antara Turki dan Rusia telah ada 59 sejak tahun 1980an. Sehingga Turki sangat bergantung pada supply energi dari Rusia, Sementara kerjasama energi Turki dan Iran terjalin sejak 1996. Kerjasama tersebut dimulai dengan penandatangan Kontrak pembelian gas alam dengan nilai kontrak sebesar US$ 23 juta (Kinnander 2010:7-8). Dalam perjanjian tersebut, Turki sepakat untuk membeli gas alam Iran selama 22 tahun, Sebelum menandatangani kesepakatan dengan Iran, Turki sangat tergantung pada Rusia, Namun_ sejak terjalinnya kesepakatan antar Turki dan Iran, Ketergantungan Turki terhadap Rusia semakin berkurang. Meskipun demikian, secara persentase, Rusia masih tetap menjadi pemasok utama energi Turki (Babali 2012:3). Oleh karena itu, peran Iran dalam menjaga keamanan energi dan diversifikasi sumber energi sangat vital bagi Turki. Sehingga akan sangat riskan bagi Turki jika memutuskan kerjasama energinya dengan Iran. Sementara di sisi lain, peran negara lain dalam menjamin keamanan energi Turki masih kecil. Gas alam adalah energi yang mengalami peningkatan permintaan signifikan di Turki. Seperti yang telah disebutkan di atas, konsumsi gas alam Turki meningkat dua kali lipat. Sementara itu, Turki juga sangat bergantung pada pasokan gas alam dari Rusia, Dengan demikian, jika Turki memutuskan kerjasama energinya dengan Iran, maka Turki akan semakin tergantung dengan Rusia. Ada beberapa faktor yang membuat Iran penting bagi keamanan energi Turki. Pertama, Iran berkontribusi terhadap 50 % supply minyak bumi dan 20 % di sektor gas alam. Sehingga, jika terjadi pemutusan kerjasama maka akan terjadi kelangkaan energi yang cukup signifikan. Grafik IV.A.2. Negara-Negara Importir Energi Turki Minyak Bumi Gas Alam ‘Sumber: U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013, Faktor kedua adalah karena sumber potensial Iainnya masih sulit untuk diproyeksikan.Seperti di sektor gas alam misalnya, Turki memiliki beberapa kendala untuk mengembangkan kerjasama dengan Azerbaijan Kendala-kendala tersebut seperti permasalahan harga (Kardas, 26 Februari 2010).Selain itu, Turki juga harus membayar biaya transit bagi Georgia Sementara Algeria dan Nigeria hanya dapat mengekspor dalam bentuk LNG (liquid natural gas)Sehingga peningkatan kerjasama dengan kedua negara tersebut dirasa sulit bagi Turki. Turki harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak terhadap LNG dari Algeria dan Nigeria, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kerjasama gas alam dengan Tran akan mengurangi ketergantungan Turki terhadap Rusia. Turki kini bergantung terhadap gas alam Rusia sebesar 58% (U.S. Energy Information Administration, 1 Februari 2013). Setelah menandatangani MoU dengan Iran pada 2007 dengan Iran, maka 2011 Turki memutuskan untuk tidak melanjutkan 61 kerjasama Western Pipeline dengan Rusia (Jenkins 2012:55-56). Kerjasama tersebut berakhir pada 2012. Dengan keputusan tersebut, Turki akan mengurangi ketergantungan terhadap Rusia dan sekaligus memperkuat kebutuhannya pada gas alam Iran. 3. Keinginan Turki untuk Menjadi Energy Transit State Turki adalah salah satu negara yang dikelilingi oleh negara-negara produsen dan konsumen energi. Turki terletak di antara 71 % sumber gas dan 72 % sumber minyak dunia, Keunikan posisi geografi tersebut membawa keuntungan tersendiri bagi Turki. Turki berusaha memanfaatkan keuntungan geografis tersebut dengan menjadi penghubung antara negara konsumen energy (Eropa) dengan negara sumber energi seperti Rusia, kawasan Kaspian, dan Timur Tengah. Oleh karena itu, Turki menjalin kerjasama pipa gas dan minyak dengan beberapa negara. Dengan demikian, Turki berpotensi untuk menjadi energy transit dan energy hubstate. Energy transit state adalah sebuah negara yang memiliki pipa gas alam maupun minyak bumi sebagai penghubung antara negara produsen energi dan negara konsumen energi (Winrow 2013:152-155), Sementara energy hub state adalah negara yang memiliki infrastruktur energi substansial seperti pipa, kilang, tempat penampungan (storage units), terminal, dan fasilitas-fasilitas lainnya, Selain itu, energy hub juga dapat menjadikan Turki sebagai tempat terjadinya transaksi antara supplier dan comsumer (meet and trade). 62 Demi mencapai tujuan di atas, Turki telah menandatangani kerjasama pengiriman gas alam melalui the Nabucco Pipeline dengan Bulgaria, Rumania, Hungaria, Austria, Swiss dan German pada 2009 (Bilgin 2010b:192-193). The Nabucco Pipeline tersebut akan mengangkut gas alam dari Kaspia (Azerbaijan, Kazakhstan, dan Turkmenistan) dan Timur Tengah (Iran, Irak, dan Suriah). The Nabucco Pipeline memiliki kapasitas muatan sebesar 31 Bem. The Nabucco Pipeline tersebut akan terkoneksi dengan jalur pipa gas yang telah dibangun sebelumnya (Lihat Lampiran 4). Iran, sebagai sumber gas alam terbesar kedua, merupakan partner potensial bagi Turki untuk memenuhi the Nabucco PipelineHal tersebut disebabkan kekurangan supplier untuk memenuhi kapasitas The Nabucco Pipeline.Ada dua negara yang telah memastikan diri menjadi sumber gas bagi jalur pipa tersebut yaitu Azerbaijan dan Turkmenistan, Akan tetapi, Azerbaijan dan Turkmenistan hanya sanggup menyalur gas alam masing-masing sebanyak 10 Bem. Ini berarti hanya 60% dari kapasitas The Nabucco Pipeline (Bilgin 2010b:194). Oleh karena itu, Turki masih membutuhkan 40% gas alam. Meskipun Azerbaijan dan Turkmenistan telah menyatakan kesedian mereka, masih terdapat banyak kendala untuk merealisasikan kesepakatan tersebut.Turki dan Azerbaijan mengalami kemandegan dalam negosiasi terkait masalah harga, volume, dan kondisi transit (Kardas, 26 Februari 2010), Sementara Turkmenistan, masih dianggap belum meyakinkan, Keraguan terhadap Turkmenistan tersebut disebabkan Turkmenistan juga memiliki kesepakatan dengan Rusia dan China (Barysch 2007:5 dan Bilgin 2010b:194-195). Sejak 2010, 63 Turkmenistan harus menyediakan 90 Bem gas alam bagi Rusia dan 30 Bem bagi China. Dengan kenyataan tersebut, Turkmenistan dikhawatirkan tidak mampu berperan signifikan dalam pipa Nabucco. Kedua kondisi di atas, membuat Turki mempertimbangkan Iran sebagai salah satu altematif. Pada 2009, Turki-Iran sepakat untuk mengekspor gas alam Iran ke eropa melalui Turki. Pertimbangan Turki tersebut berdasarkan pada pernyataan Meteri Luar Negeri Iran, Manouchehr Mottaki, ketika berkunjung ke ‘Turki pada Februari 2010. Menurut Mottaki, beberapa negara Eropa telah mendekati Iran untuk menandatangani perjanjian impor (Kardas, 26 Februari 2010). Berdasarkan pada MoU on Natural Gas Production and Export yang ditandatangani pada 2007, kedua negara telah merencanakan pengintegrasian ke jalur pipa Nabucco, Keinginan Turki untuk melibatkan Iran dalam The Nabucco Pipeline sangat krusial bagi Turki dalam merealisasikan tujuannya untuk menjadi energy transit dan energy hub state, Indikasi tersebut terlihat ketika Pemerintah Turki dan ‘Swiss menandatangani perjanjian tentang masa depan pengiriman gas alam Iran menuju Swiss via Turki (Poyraz 2009:11). Kesepakatan tersebut menunjukan bahwa hubungan baik antara Turki dan Iran akan berdampak positif bagi keamanan energi Eropa. ‘Ada beberapa keuntungan yang akan diperolch Turki jika melibatkan Iran dalam The Nabucco Pipeline, Pertama, kerjasama jalur pipa yang akan dibangun tersebut juga akan mengangkut gas alam dari Turkmenistan (Jenkins 2012: 59- 64 60). Dengan demikian, Turki akan mendapatkan keuntungan tambahan dari kerjasama dengan Iran tersebut. Selain gas alam Iran dapat menjadi supplier jalur Nabucco, Turki juga memiliki kemungkinan untuk mengekses sumber gas alam Turkmenistan.Potensi ini dapat menjadi jalur altematif bagi Turki untuk melibatkan Turkmenistan dalam proyek the Nabucco Pipeline. Sebelumnya, Jalur yang menghubungkan Turkmenistan menuju Turki hanyalah melalui Azerbaijan (Lihat Lampiran 5).Oleh Karena itu, melalui kerjasama dengan Iran tersebut, maka Turki tidak perlu khawatir jika kesepakatan dengan Azerbaijan tetap mengalami kebuntuan.Turki masih dapat melibatkan Turkmenistan dalam proyek Nabucco melalui jalur altematif dari Iran.Dengan demikian, Iran dapat menjadi salah satu pemain penting dalam jalur Pipa Nabucco. Selain itu, Turki juga mendapatkan keuntungan secara ekonomi melalui adanya penerimaan dari biaya transit. Negara yang mengangkut energinya (baik gas alam maupun minyak bumi) harus membayar biaya transit kepada Turki. Oleh karena itu, melalui kerjasama dengan Iran tersebut, maka Turki akan mendapat biaya transit dari dua negara sekaligus yaitu Iran dan Turkmenistan, Hal ini tentu saja akan menjadi altenatif baru bagi sumber pendapatan keuangan Turki. Keuntungan Turki menjadi energy transit dan hub stateadalah dapat meningkatkan posisi geopolitik Turki. Salah satunya adalah terhadap Uni Eropa. Pengembangan the Nabucco Pipeline akan semakin meningkatkan pentingnya peran Turki dalam agenda keamanan energi Uni Eropa. Oleh karena itu, kondisi 65 ini dapat dimanfaatkan oleh Turki untuk meningkatkan bargaining position-nya bagi Uni Eropa sebelum renegosiasi keanggotaan pada 2013.PM Erdogan mengatakan bahwa Jika Turki dihadapkan dengan kebuntuan dalam proses aksesi, maka Turki mungkin harus merevisi posisinya di Nabucco (Kardas, 20 Januari 2009). Pernyataan Ergdogan tersebut mengisyaratkan bahwa Erdogan akan menggunakan posisi bagi keamanan energi sebagai bargaining position dalam pembicaraan Turki-Uni Eropa. B. Faktor Eksternal 1, Kerjasama dalam Mengatasi Permasalahan Partai Pekerja Kurdistan ek) Pemerintah Turki berusaha untuk mengatasi permasalahan hak-hak minoritas di Turki, terutama yang berkaitan dengan Etnis Kurdi. Pemerintah Turki telah membuka akses bagi etnis Kurdi untuk terlibat dalam aktivitas politik.Akan tetapi, etnis Kurdi menginginkan adanya pemerintahan khusus bagi etnis Kurdi (Taghian 2011:219-220)Tentu saja, hal tersebut bukan hal yang mudah bagi pemerintah Turki.Keinginan dari Etnis Kurdi tersebut merupakan infiltrasi dari pemikiran Partai Pekerja Kurdistan (Partiya Karkeren Kurdistan/PKK). Partai Pekerja Kurdistan (PKK) adalah kelompok pemberontak yang dibentuk oleh Abdullah Ocalan pada 1987.PKK memiliki ideologi Marxisme- Leninisme dan berusaha untuk mendirikan negara sendiri. Saat ini, basis utama tempat pergerakan PKK adalah di Irak bagian utara.Dari wilayah tersebutlah, kelompok PKK melakukan aksi-aksi teror dan serangan bersenjata dengan target 66 pemerintahan TurkiSehingga, akhimya pemerintah Turki menyatakan PKK tersebut sebagai kelompok terorisme (ICG 2012:20). Pemerintahan AKP di Turki menyatakan bahwa permasalahan etnis Kurdi dan PKK menjadi agenda penting dalam politik domestik Iuar negeri Turki (Ekicit 2010:63-65),Oleh karena itu, pemerintah Turki meminta Amerika Serikat agar segera mengambil tindakan tethadap PKK di IrakSebab PKK semakin nyaman melakukan aktivitasnya di Irak Utara setelah invasi Amerika Serikat di Trak.Akan tetapi, pemerintah Amerika Serikat justru tidak menunjukan sikap kooperatif terkait dengan masalah PKK tersebut.Schingga akhimya, pemerintah Turki bekerjasama dengan Iran untuk mengatasi masalah PKK. Keterlibatan Iran dalam penanganan masalah PKK. dimulai sejak 2004 (Jenkins 2012:32-33). Pada Mei 2004, kelompok Kurdi di Iran berafiliasi dengan PKK membentuk the Party for a Free Life in Kurdistan (Partiya Jiyana Azad a Kurdistané/PJAK).Meskipun berbeda secara organisasi, PJAK dan PKK hubungan yang sangat erat. PKK dan PJAK tergabung dalam Persatuan Masyarakat Kurdi (Koma Civakén Kurdistan/KCK). Kedua kelompok tersebut juga bekerjasama dalam melakukan pelatihan personil. Oleh karena itu, Iran juga berkepentingan untuk mencegah pengaruh PKK semakin kuat di Iran. Perubahan sikap Iran terhadap PKK tentu saja diapresiasi oleh pemerintah Turki. Kemudian, Turki dan Iran menandatangani MoU on Security Cooperation pada Juli 2004 (Jenkins 2012:33), MoU tersebut menjadikan PKK dan PJAK sebagai target operasi keduanya. Baik Iran maupun Turki sepakat untuk menolak 67 PKK mendirikan sebuah negara merdeka di Irak Utara (Taghian 2011:374- 375).Bagi Turki, berdirinya negara Kurdi merdeka akan menjadi ancaman terbesar bagi keamanan dan integrasi wilayah Turki. Jika negara Kurdi berdiri, maka akan ada kemungkinan pecahnya gerakan separatis di wilayah Turki yang terdapat etnis Kurdi. Kerjasama Turki dan Iran dalam menangani PKK/PJAK tersus berlanjut. Pada 2008, Pasukan keamanan Iran membunuh sebelas militan PKK/PIAK (Bkici 2010:86-87). Dua di antaranya adalah militan utama PJAK di Iran, yaitu Celil Kerima dan Faruk Savasli. Sementara sekitar tujuh belas militan lainnya berhasil ditangkap dan kemudian dihukum mati. Selanjutnya pada 16 April 2010, operasi bersama Turki dan Iran berhasil menewaskan 9 militan PKK/PJAK. Selain melakukan operasi bersama, Iran juga mengekstradisi militan PKK ke Turki, Seperti dalam operasi pada 16 April 2010, Iran menyerahkah tiga militan PKK ke pihak keamanan Turki, kemudian pada 2009, Iran menyerahkan lebih dari 150 militan kepada Turki. sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama ini, kedua negara juga melakukan pertukaran informasi inteligen terkait dengan aktivitas PKK/PIAK (Jenkins 2012:33-34). Pemerintah Turki meyakini bahwa Iran adalah partner yang penting dalam ‘melawan ancaman PKK/PJAK.Iran merupakan teman yang sangat instrumental dalam kebijakan counterterrorism Turki.Iran tidak hanya menyatakan dukungan retoris, tetapi Iran ikut berkontribusi secara langsung dalam berbagai operasi.Hal tersebut berbanding terbalik dengan sekutu Turki, yaitu Amerika Serikat.Turki 68 selalu mengkritik Amerika Serikat yang tidak pemah menunjukan sikap kooperatif dalam membantu Turki mengatasi PKK/PJAK.Oleh karena itu, Iran memiliki nilai strategis bagi Turki dalam mengatasi kelompok teroris tersebut. Turki sangat berkepentingan dalam mengatasi ancaman teror dari PKK/PJAK.Pertama, terkait dengan permasalahan etnis Kurdi di dalam negeri Turki.Turki sedang berusaha untuk memperbaiki dan melakukan rekonsiliasi dengan etnis Kurdi.Salah satu caranya adalah dengan memberikan akses politik, ckonomi, dan sosial bagi etnis Kurdi.Rekonsiliasi tersebut sangat penting bagi Turki sebagai salah satu upaya untuk menjadi anggota Uni Eropa.Sesuai dengan kriteria Copenhagen bahwa Turki harus melakukan reformasi politik dan penegakan Hak Asasi Manusia, Selanjutnya adalah terkait dengan keinginan Turki untuk menjadi energy transit dan energy hub. KelompokPKK/PIAK beberapa kali melakukan sabotase terhadap jalur pipa Turki. Seperti jalur pipa gas yang menghubungkan Turki dan Iran pernah beberapa kali disabotase oleh kelompok pemberontak Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Pada 2007, PKK melakukan sabotase dua kali sabotase tethadap jalur pipa Tabriz-Ankara, Sabotase pertama dilakukan pada Agustus 2007 dan kemudian dilakukan kembali pada September 2007. Selain jalur pipa gas Tabriz-Ankara, PKK juga melakukan sabotase tethadap jalur pipa gas BTC (Winrow 2013:157). Pada 2008, jalur pipa BTC ditutup selama lebih dari dua pekan, Penutupan tersebut disebabkan adanya Jedakan yang dilakukan oleh PKK. Bahkan, PKK juga diperkirakan sebagai 69 penyebab kerusakan yang terjadi di jalur SCP pada 2012. Kondi ‘memuncul kekhawatiran akan keamanan Turki sebagai energy transit. Berdasarkan pada dua hal di atas, Turki merasa perlu untuk menjadikan Iran sebagai partner dalam mengurangi ancaman Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Oleh Karena itu, agar Iran dan Turki dapat terus bekerja sama, sangat penting bagi Turki untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan menghindari konflik dengan Iran, Turki harus mampu memanfaatkan setiap potensi kerjasama. Dengan demikian, sektor energi (sebagai sektor vital bagi Iran) dapat menjadi salah satu faktor penentu bagi masa depan kerjasama Turki-Iran, Jika kedua negara mampu mempertahankan Kerjasama energi mereka, maka potensi kerjasama di sektor Jainnya akan semakin terbuka. 2. Upaya Turki untuk Mengatasi Krisis Nuklir Iran Pada prinsipnya, Turki mengakui bahwa hak untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai merupakan hak semua bangsa, termasuk Iran. Oleh karena itu, Turki menolak anggapan bahwa program nuklir sangat berbahaya. Akan tetapi, pandangan Turki tersebut bertentangan dengan penilaian PBB dan Amerika Serikat. Mereka meyakini bahwa program nuklir Iran memiliki potensi yang membahayakan. Kekhawatiran intemasional tersebut dapat difahami oleh Turki. Turki juga tidak menginginkan Iran untuk memiliki senjata nuklir. Turki hanya mendukung, program nuklir Iran untuk kepentingan diversifikasi energi, bukan untuk pengembangan senjata nuklir (Dzakirin 2012; 167-168). Akan tetapi, dalam 70 menyikapi ancaman krisis nuklir, Pemerintah Turki menyerukan kepada barat (Amerika Serikat dan Eropa) untuk menggunakan pendekatan diplomatik dengan Iran, Turki memandang bahwa penjatuhan sanksi terhadap Iran tidak akan ‘menyelesaikan masalah, Justru malah sebaliknya, Iran akan semakin apatis tethadap dunia internasional karena merasa diisolasikan, Turki berupaya untuk menghindari strategi isolasionis dalam mengatasi krisis nuklir Iran. Justru sebaliknya, Turki berusaha untuk ikut terlibat aktif dalam, menyelesaikan isu tersebut. Turki menggunakan pendekatan sosial-ekonomi dalam merangkul Iran. Turki berpendapat bahwa lingkungan diplomatik yang kooperatif dan ikatan ckonomi yang kuat diperlukan agar Iran bersikap kooperatif (Bleek dan Stein 2012:29). Oleh karena itu, Turki tidak ingin untuk memutuskan, kerjasama ekonomi-energinya dengan Iran, Melalui ikatan kerjasama tersebut, Turki ingin menunjukan pada Iran bahwa Turki adalah partner yang dapat dipercaya. Schingga Iran bersedia untuk menjadikan Turki sebagai mediator dalam mengatasi krisis nuklir tersebut. ‘Turki berusaha memanfaatkan hubungan baik dengan Iran tersebut untuk mempromosikan solusi diplomatis terhadap isu nuklir Iran. Pada tanggal 17 Mei 2010, Turki bersama Brazil menandatangani a fuel-swap agreement dengan Iran (Larrabe dan Nader 2013:27-28). Penandatanganan tersebut disaksikan oleh PM Turki Recep Tayyeb Erdogan, Presiden Brazil Louis Lola Dasilva, dan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad. Berdasarkan pada kesepakatan tersebut, Iran setuju untuk melakukan pengayaaan 1200 kg uranium di Turki. Pengayaan di Turki n terscbut akan berada di bawah pengawasan langsung dari Badan Atom Internasional (IAEA). Strategi non-isolasionis lainnya yang ditunjukkan oleh Turki adalah penolakannya terhadap sanksi baru bagi Iran. PBB dan Amerika serikat berusaha mengeluarkan sanksi bagi Iran, Akan tetapi Turki tetap tidak setuju jika Iran harus diberi sanksi lagi. Oleh Karena itu, ketika diadakan voting di DK PBB untuk mengeluarkan resolusi sanksi baru bagi Iran, Turki menyatakan “NO” (Ustun 2010:20-23). Dengan Sikap tersebut, Turki ingin menunjukan konsistensi pada dunia Intemasional dan berusaha menyakinkan Iran bahwa Turki tetap dapat dipercaya. Langkah yang dilakukan Turki tersebut terbukti dapat _memoderasi Iran.Proposal pengayaan uranium yang disepakati Iran, Turki dan Brazil dapat ‘menjadi terobosan penting di tengah kebuntuan negosiasi.Kesepakatan tersebut dapat mencegah ambisi Iran untuk mengakuisisi senjata nuklir. Banyak pihak yang menilai kesepakatan tersebut sebagai sebuah solusi melalui cara kompromi yang bermartabat, Sehingga Iran tidak kehilangan muka dan tetap dapat ‘mengembangkan teknologi nuklir yang dijamin IAEA (Dzakirin 2012). Setidaknya ada beberapa alasan yang mendasari Turki untuk terlibat dalam mengatasi krisis nuklir Iran. Pertama, dapat menghilangkan ancaman dan menjaga stabilitas kawasan. Isu tentang nuklir Iran mendapat perhatian penting dari Turki, terutama dari pihak militer Turki. Turki khawatir jika Tran mengembangkan senjata nuklir, maka akan mendorong negara lainnya untuk RQ melakukan hal yang sama. Akibatnya, maka akan terjadi perlombaan senjata nuklir di kawasan. Oleh karena itu, Turki berusaha untuk berperan aktif dalam mencari solusi untuk mencegah terjadinya ckuisisi senjata nuklir oleh Iran(Larrabe dan Nader 2013:27-28). Pertimbangan kedua adalah untuk menghindari persepsi melawan AS.Usaha diplomatik Turki di atas digunakan untuk menunjukan pada Amerika Serikat bahwa Turki juga sejalan dengan mereka, Baik Turki dan Amerika Serikat sama-sama tidak menginginkan Iran untuk memiliki senjata nuklir, Akan tetapi, taktik yang digunakan oleh keduanya berbeda. Amerika Serikat menggunakan pendekatan koersif melalui penjatuhan sanksi, sementara Turki lebih mengedepankan pendekatan dialogis. Sebab, dalam pandangan Turki, sanksi hanya akan membuat Iran semakin apatis terhadap komunitas internasional. Salah satu upaya Turki adalah melalui proposal pengayaan uranium di atas (Larrabe dan Nader 2013:27-28). Sedangkan pertimbangan terakhir adalah berdasarkan pada kepentingan nuklir Turki, Turki juga sedang berusaha mengembangkan energi nuklir sebagai salah satu alternatif energi. Pada Mei 2010, Turki menandatangani kerjasama pembangunan reaktor nuklir dengan Rusia. Turki akan membangun 4 reaktor nuklir di Akkuyu, Turki bagian selatan, Masing-masing reaktor tersebut berkapasitas 1.200 MW (Flanagan 2012: 4).Oleh karena itu, Turki sangat ‘berkepentingan untuk mempertahankan terbukanya akses tethadap teknologi nuklir,Turki tidak ingin hal yang terjadi pada Iran juga terjadi pada mereka. Bleek dan Stein 2012:29). Lebih jauh lagi, ketika nuklir Iran telah diterima oleh B komunitas intemasional, maka Iran juga berpotensi untuk menjadi partner Turki dalam mengembangkan energi nuklir. Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan di atas, maka Turki sangat berkepentingan dalam mengatasi krisis nuklir Iran. Oleh karena itu, Turki terlibat langsung dalam upaya untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Turki berusaha memanfaatkan kedekatan dan hubungan baiknya untuk merangkul Iran, Dengen demikian, Turki akan tetap mempertahankan kerjasama enegi dengan Iran sebagai salah satu cara untuk membuat Iran percaya terhadap Turki BAB V PENUTUP Kesimpulan Iran merupakan salah satu negara yang sangat vital peranannya dalam memenuhi kebutuhan energi Turki. Akan tetapi, kerjasama energi yang dijalin oleh Turki dan Iran tersebut masih menyimpan berbagai masalah. Masalah- ‘masalah tersebut lebih banyak merugikan Turki, Salah satu contohnya adalah pemutusan dan pengurangan kuota pengiriman oleh Iran. Kondisi tersebut tentu saja membuat pasokan energi Turki menjadi terganggu. Masalahnya menjadi semakin rumit, ketika sektor energi Iran menjadi target sanksi dari PBB (sebagai respon atas program nuklir Iran), Sanksi tersebut melarang setiap negara untuk melakuka kerjasama dan investasi energi di Iran. Meskipun demikian, Turki tetap mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran. Kerjasama energi antara Turki dan Iran tersebut memiliki beberapa resiko dan kerugian. Resiko dan kerugian tersebut antara lain tidak terjaminnya Keamanan energi Turki, meningkatkan defisit perdagangan Turki-Iran, dan membuat hubungan Turi dengan sekutunya seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa kurang harmonis. Padahal, di sisi lain, Turki memiliki kesempatan untuk ‘menghentikan kerjasama energinya dengan Iran karena masih memiliki beberapa opsi sumber energi seperti dari Rusia dan Azerbaijan. Akan tetapi, pada 74 15 kenyateannya Turki tetap melanjutkan dan mempertahankan kerjsama energinya dengan Iran. Kerangka teoretis (seperti analisa politik luar negeri, konsep kepentingan nasional, dan konsep geopolitik) yang digunakan dalam penelitian ini, akhimya mampu menjawab perumusan masalah yang muncul di atas. Skripsi ini menemukan beberapa faktor yang menyebabkan Turki tetap mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran, Secara umum, faktor-faktor tersebut dapat dikelompok menjadi faktor intemal dan faktor eksternal. Ada beberapa Faktor internal yang membuat Turki terus mempertahankan kerjasama energinya dengan Iran. Pertama faktor orientasi politik Iuar negeri AKP. Pemerintahan AKP di Turki memiliki prinsip politik luar negeri strategic depth yang tidak menginginkan adanya masalah-masalah dengan negara tetangga. Oleh karena itu, jika Turki menghentikan kerjasamanya dengan Iran, maka akan menimbulkan masalah bagi hubungan kedua negara, Sebab energi adalah salah satu faktor penting dalam hubungan Turki dan Iran, Faktor internal kedua adalah faktor keamanan energi Turki. Kerjasama cenergi dengan Iran dapat mengurangi ketergantungan Turki terhadap Rusia, Sebab selama ini, Rusia adalah pemasok utama kebutuhan energi Turki. Oleh karena itu, Turki perlu melakukan diversifikasi sumber energi. Iran sebagai salah satu sumber cenergi dunia dapat menjadi solusinya. Kerjasama energi Turki dan Iran telah dapat mengurangi persentase ketergantungan Turki terhadap Rusia, Sehingga, jika Turki 16 ‘menghentikan kerjasamanya dengan Iran, maka Turki akan semakin tergantung dengan Rusia. Faktor intemal terakhir adalah terkait dengan keinginan Turki untuk menjadi energy transit dan energy hub states. Posisi geografis yang terletak diantara negara produsen dan konsumen energi memungkinkan Turki untuk merealisasikan keinginannya tersebut, Turki berkeinginan untuk menjadi jembatan penghubung. Iran, sebagai salah satu sumber energi dunia menjadi salah satu partner potensial bagi Turki. Oleh karena itu, melihat pada potensi tersebut, Turki tidak berharap kerjasama energinya dengan Iran menjadi terputus. Sementara itu, faktor-faktor ekstemnal yang juga menjadi pertimbangan Turki adalah faktor keamanan, Turki dan Iran memiliki kerjasama untuk ‘menghilangkan ancaman keamanan dari PKK dan PJAK. Kedua negara bekerjasama daam menangani kasus tersebut Karena PKK beberapa kali menyabotase pipa gas alam yang menghubungkan kedua negara. Selain itu, keberadaan PKK/PJAK juga menjadi ancaman bagi stabilitas politik dan integrasi wilayah Turki. Sehingga Turki sangat berkepentingan dalam mengatasi kelompok tersebut. Iran adalah salah satu negara yang banyak membantu Turki dalam menangani kasus tersebut Faktor ekstemal kedua adalah upaya Turki untuk terlibat dalam menyelesaikan krisis nuklir Iran, Turki berusaha untuk merangkul Iran agar tidak terisolasi, schingga Iran akan lebih terbuka terhadap komunitas Internasional. Oleh karena itu, kerjasama energi Turki-Iran tersebut dapat menjadi salah satu 1 alasan Tran untuk mempercayai peran Turki, Dengan demikian, maka Turki akan berupaya untuk terus menjaga kepercayaan Iran tersebut dengan tetap ‘mempertahankan kerjasama energi. Berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerjasama energi dengan Iran temyata masih menyimpan beragam keuntungan bagi Turki. Schingga, Turki sangat berkepentingan untuk terus mempertahankan kerjasama, energinya dengan Iran. Meskipun masih terjadi berbagai macam masalah dan halangan, Turki menganggap hal itu semua sebagai dinamika dari kerjasama dan hanya bersifat temporal. DAFTAR PUSTAKA Buku: Cahyadi, Herri. 2012. Agresivitas Turki di Middle Eastern Regional Security Complex (MERSC) Periode AKP (Justice and Development Party) 2002- 2011: Tantangan Turki Terhadap Konsep Insulator, Tesis Magister Sains Fakultas mu Sosial dan Imu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Dzakirin, Ahmad. 2012. Kebangkitan Pos-Islamisme: Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu. Solo: PT Era Adicitra Intermedia. Dogan, Erkan. 2004.Turkey's Iran Card: Energy Cooperation in American and ‘Russian Vortex. Master of Arts Thesis in National Security Affairs, Naval Postgraduate School, California. Ekici, Behsat. 2010. Is Turkey Realligning? A Three Dimentional Investigation of Turkish-Iranian Security Rapproachement, PhD Dissertation in the Graduate School of Public and Intemational Relations, University Of Pittsburgh. Griffiths, Martin dan O’Callaghan, Terry. 2002. International Relations Key Concepts. New York: Routledge. Gokmen, Semra Rana. 2010. Geopolitik and the Study of International Relations. PhD Thesis in the Department of International Relations, the Graduate School of Social Science, Middle East Technical University. Hara, Abu Bakar Eby. 2011, Pengantar Analisa Politik Luar Negeri: Dari Realisme sampai Konstrultivisme. Bandung: Nuansa. Hen-tov, Elliot, 2011. Asymmetry of Interest: Turkish-Iranian Relations Since 1979. PhD Dissertation in the Department of Near Eastem Studies, Princeton University. Larrabee, F. Stephen dan nader, Alireza. 2013. Turkish-Iranian Relations in a Changing Middle East. Pittsburgh: RAND Corporation (National Defense Research Institute). xiv Mint, Alex dan DeRouen, Karl. 2010. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge: University Press Cambridge. Permana, Dana. 2009. PolitikLuar Negeri Indonesia dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis nuklir Iran di DK PBB tahun 2006). Skripsi Fakultas mu Sosial dan Umu Politik (FISIP), Universitas Sumatera Utara (USU). Medan. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. 2006. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sempa, Francis P. 2002. Geopolitics: From The Cold War To The 21" Century. ‘New Jersey: Transaction Publishers. Sihbudi, Riza, 1997. Indonesia-Timur Tengah: Masalah dan Prospek, Jakarta: Gema Insani Press. Sinkaya, Bayram. 2004. Conflict and Cooperation in Turkey-Iran Relations:1989- 2001. Master of Science Thesis in the Department of International Relations, the Graduate School of Social Science, Middle East Technical University. Yusa, Mochamad Yustian. 2012. Dinamika Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Turki pada Era Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan (2003-2011). Tesis Magister Sains Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UN), Jakarta. Buku Elektronil Gormez, Yuksel dan Yigit, Serkan. 2009. “The Economic and Financial Stability in Turkey: a Historical Perspective.” Serbia: National Bank of Serbia. Diunduh 9 Agustus 2013 ELSES latinica/90/SEEMI ferencii IN_1S, Hen-tov, Elliot. “Turkey-Iran.” The London School of Economics and Political Science (LSE). Diunduh 9 Agustus 2013 (http:/Awww.Ise.ac.uk/IDEAS/ is 07/1 Kane, Sean. 2011. “The Coming Turkish-Iranian Competition in Iraq.” United State Institute of Peace (USIP). Diunduh 4 November 2013 (http://www.usip.org/sites/default/files/resources/Turkish Iranian Compet ition pdf) Kekevi, Serkan. 2013. “Turkey and Iran: Brothers Who Are Desired to Strangle Each Other.” 4" Int. Virtual Conference on Iran and the World. Diunduh 5 xv September 2013 (http:/Iranoworld.ir/4th/papers/4thIranoWorld-2013-F04- Kekevi pdf). Macovei, Mihai. 2009. “Growth and Economic Crises in Turkey: Leaving Behind A Turbulent Past?” European Economy: Economic Paper 386. Diunduh 9 Agustus 2013 —_(http//ec.europa.ew/economy_finance/publications/ publication!6004_en.pdf) Nathanson, Roby dan Brand, Gilad. 2011. “Economic Overview of Turkey.” IEPN: Israeli European Policy Network. Diunduh 15 Agustus 2013 (http://www macro.org.il/ib/3031793 pd Stem, Selma, “Turkey's Energy and Her Intemational Relations.” University of Dundee: Centre for Energy, Petroleum and Mineral Law and Policy. Diunduh 9 Agustus 2013) (http//www.dundee.ac.uk/cepmlp/gateway/ files php?file=car7_article20_492659864 pdf) ‘Turkish Petroleum Corporation. 2013. “2012 Oil and Natural Gas Sector Report.” Diunduh 20 September 2013 (http://www.tpao.gov.tritpfiles/userfiles/files/ 2012-sektor-report-may-eng.pdf) ‘Uygur, Erkan. 2010. “The Global Crisis and The Turkish Economy.”Penang: Third World Network (TWN). Diunduh 9 Agustus 2013 (http:/twnside.org.sg/). Artikel, Jurnal, Working Paper, ete: Aras, Biilent and Polat, Rabia Karakaya. 2008. “From Conflict to Cooperation: Desecuritization of Turkey's Relations with Syria and Iran.” Security Dialogue 39 (5):495-515. Babali, Tuncay. 2012. “The Role of Energy in Turkey's Relations with Russia and Iran.”Center for Strategic & International Studies (CSIS). Barysch, Katinka. 2007. “Turkey's Role in European Energy Security.” Centre for European Reform: Essays. (www.cer.org.uk) Bilgin, Mert. 2010a. “Energy and Turkey's Foreign Policy: State Strategy, Regional Cooperation and Private Sector Involvement.”Turkish Policy Quaterly 9(2):81-92. ~~. 2010b. “Geo-Politics of European Gas Security: Trade, Geography and Internationl Politics.” Insight Turkey 12 (4):185-209. Bleek, Philipp C, dan Stein Aaron, 2012. “Turkey and America Face Iran.” ‘Survival 54 (2):27-38. xvi Dovutoglu, Ahmet, 2008. “Turkey's Foreign Policy Vision: an Assessment of 2007.” Insight Turkey 10 (1):77-96, Flanagan, Stephen J. 2012. “Drivers and Startegy in Turkey, Russia, Iran Economic and Energy Relations.”Center For Strategic and International Studies (CSIS). Guzansky, Yoel and Lindenstrauss, Gallia. 2011. “Turkey and Iran: The Politics of Strange Bedfellows.” Strategic Assessment 14(1):95-108 Habibi, Nadher. 2012. “Turkey and Iran: Growing Economic Relations Despite Western Sacntions.”Brandeis University: Crown Center for Middle East Studies. Jenkins, Gareth H. 2012, “Occasional Allies, Enduring Rivals: Turkey;s Relations ‘With Iran.”Central Asia-Caucus Institue & Silk Road Studies Program. Karacasulu, Nilufer dan Karakir, Irem Askar, 2011. “Iran-Turkey Relations in 2000s: Pragmatic Rapproachement.” Ege Academic Review 11(1):111- opts Kinnander, Elin. 2010. “The Turkish Iranian Gas Relationship: Politically Succesful, Commercially Problematic.”Oxford Institute for Energy Studies. Kramer, Heinz. 2010, “AKP’s “New” Foreign Policy Between Vision and Pragmatism.” German Institute for Intemational and Security Affairs: Working Paper, FG 2, 2010/01, June 2010, SWP (Stiftung Wissenschaft und Politik) Berlin. OGI. 19 Agustus 1996. “OGJ Newsletter.” Oil & Gas Jounal 94 (34):2. Diunduh dari ProQuest Research Library. Poyraz, Serdar. 2009. “Turkish-lIranian Relations: A Wider Perspective.” SETA Policy Brief No. 37, November 2009. SEESOX (South East European Studies at Oxford). 2010. “Turkey’s Foreign Policy in a Changing World: Old alignments and new neighbourhoods.” Intemational Conference, Oxford, 30 April-02 Mei 2010. Shaffer, Brenda. 2006. “Turkey's Energy Policies in a Tight Global Energy Market.” Insight Turkey 8(2):97-104. Sinkaya, Bayram. 2012. “Rationalization of Turkey-Iran Relations: Prospects and Limits.” Insight Turkey 14(2):137-156. xvii Tepperman, Jonathan. 2013. “Turkey’s Moment: A Conversation With Abdullah Gul.” Foreign Affairs 92 (1):2-7. Turan, Ilter. 2013. “One Step Forward, Two Steps Back: Success and Failure in Recent Turkish Foreign Policy.” Austral: Brazilian Journal of Strategy & International Relations 2 (3):123-144, Ustun, Kadir. 2010. “Turkey's Iran Policy: Between Diplomacy and Sanctions.” Insight Turkey 12(3):19-26, Yaar, Yusuf dan ErkayaHasan Huseyin. 2007. “Whither Turkey's Energy Policy?” Insight Turkey 9(4):7-22. Zasztowt, Konrad. 2012. “Iran, Turkey and Azerbaijan: Heading Towards a Regional Crisis?” Polsky Instytut Spraw Miedzynarodowych (PISM) No. 35 September 2012. Media Internet: Daly, John C.K. 2 Juli 2008. “Iran and Turkey Energy Ties Deepen.” Diunduh pada 5 September 2013 (http://www jamestown.org/single/?no_cache= 1&tx_ttnewsftt_news]=33771 Glogowska, Justyna, 2 Agustus 2012, “Turkey and Iran: Regional Interdependence and Global Misunderstandings.” Diunduh 05 Mei 2013 i 2option=com_content&view=articl -and-global- -analizler&Itemid=147 Globalresearch.ca. 19 November 2008. “Energy Geopolitics: Iran, Turkey sign preliminary deal on gas transfer.” Diunduh 10 September 2013 :/wrww globalresearch.ca/energy-geopolitics-Iran-turkey-sign- preliminary-deal-on-gas-transfer/1 1038) Hava, Ergin. 20 Februari 2011. “Looking Back at 2001 Crisis Best Way to See Turkey's Economic Miracle.” Diunduh 5 september 2013 (http://www todayszaman.com/news-236098-looking-back-at-2001-crisis- -way-to-see-turke smic-miracle. html Kardas, Saban. 20 Januari 2010. “European Energy Security and Nabucco Occupy ‘a Central Place in Erdogan’s Brussels Trip.” Eurasia Daily Monitor Volumes Issue 12. Diunduh 1 Desember 2013 (http://www,jamestown, /regions/turkey/single/?no_cache=1 &tx_ttnews[pointer]=10. xviii [tt_news]=34377&tx_ttnews[backPid]=649&cHash=103bf3872e4fdd54c2 672221326 faSait. Up0Sday2LD0) ----. 26 Februari 2010, “Delays in Turkish-Azeri Gas Deal Raises Uncertainty Over Nabucco.” Eurasia Daily Monitor Volume 7 Issue 39. Diunduh 1 Desember 2013 foe apes gamrncagnr mn susbe single/?no_cache=1 &tx_tin inter]=5&tx_tinews{tt_news x_ttnews{backPid 649%cHashe 1 Seda baba Ober dvacabeth UpoRmay2tD0) 27 Juli 2010. *Turkis-Irania Energy Cooperation in the Shadow of US Sanctions on Iran.” Eurasia Daily Monitor Volume 7 Issue 144. Diunduh 1 Desember 2013 (http://www,jamestown.org/programs/edm/ single/?tx_ttnews[tt_news]=36672&tx_ttnews[backPid]=484&no_cache=1 #,UpyP96y2LD0) ——--. 18 Februari 2011. “Turkish-Iranian Economic Ties Flourish.” Eurasia Daily Monitor Volume 8 Issue 35. Diunduh 1 Desember 2013 (http://www. jamestown.org/regions/turkey/single/?no_cache=1 &tx_ttnews [pointer]=1&tx_ttnews[tt_news]=37534&x_ttnews[backPid]=645&cHash =e2de40c8F41 £87c60886ef7655e297el #. UpOK v6y2LD0 Keskin, Arif. “Iran-Turkey Relations: Balance, Rivalry and Mutual Dependence.” Diunduh 15 November 2013 {tp://www.gunaskam,com/eng/index.php?option=com_content&task=vie w&id=135éltemid=44) Laciner, Sedat. 21 Februari 2008. “Mistrust Problem in Turkey-Iran Relations.” Diunduh 15 Desember 2013 (http:/Avww turkishweekly.net/columnist/ 2839/mistrust-problem-in-turkey-iran-relations.html) O'Rourke, Breffii. 19 Juli 2007. “Turkey/Iran: Gas Deal Marks New Stage In Energy Cooperation.” Diunduh 10 September 2013 :/iwww xfer] org/content/article/1077717.ht Sonmez, Mustafa. 11 Mei 2013. “Turkey’s IMF debt to be paid off, foreign debt stock still on increase.” Diunduh 5 September 2013 ://www hurriyetdailynews.com/turkeys-imf-debt-to-be-paid-off- ign-debt-stock-stil]-on-incre: m nid=4 Turkey Ministry of Foreign Affair. “Turkey's Energy Strategy.” Diunduh 5 September 2013 (http://www mfa, gov.tr/turkeys-energy-strategy.en.mfa). U.S, Energy Information Administration, 1 Februari 2013, “Turkey.” Diunduh 10 Mei 2013 (www.cia.go/countries/cab.cfm?fips-TU). xix Uslu, Emrullah. 21 November 2008. “Turkey and Iran Sign Accord on Natural Gas Cooperation.” Eurasia Daily Monitor Volume 5 Issue 224. Diunduh 1 Desember 2013 ://wrww jamestown.org/regions/turkey/sin: cache=1 &tx_ttnews{pointer] 1x_tinews[tt_news]=34159&tx_tinews| ackPid}=649&cHash=75b 1 Sbc8602830dc6b3¢85b76c0a59f0#.Up0Siqy2L DO) Xinhuanet.com. 10 Januari 2011. “Iran, Turki Ait at Energy Cooperation.” Diunduh 10 September 2013 (http://news xinhuanet.com/english2010/world/2011- 01/10/e_13683068.htm) LAMPIRAN 1 PERJANJIAN DAN KESEPAKATAN EKONOMI ANTARA TURKI DAN IRAN SEJAK 1995 Tahun Perjanjian/Kesepakatan Ekonomi ‘Agustus | Iran and Turkey sign a $20 billion natural gas sales agreement which 1996 includes theconstruction of a 1,600- mile gas pipeline between Tabriz and Ankara. (This pipeline wascompleted in July 2001, whereupon gas delivery began immediately.) Desember | Iran and a consortium of Turkish firms sign a $193 million 2003 construction project for phasetwo of the Imam Khomeini International Airport in Central Iran, Under politicalpressure from conservative political factions, the Iranian government cancels the Turkishfirm’s contract and pays$15 million in damages. Tuli 2007 | Iran and Turkey sign a Memorandum of Understanding(MoU) to transfer 30 billion cubic meters of Iranian and Turkmen natural gas to Europe via Turkey. Also, the Turkish Petroleum Corporation receives a licensefrom Iran for the exploration and development of three sections of the South Pars gas field. Februari | A Consortium of four Turkish firms purchases the Razi Petrochemical 2008 Company (located in Southwestern Iran) for $650 million. Maret 2009 | Iran and Turkey sign a Memorandum of Understanding(MoU) for cooperation in air, land, and sea transportation. ‘April 2009 | Iran, Iraq, and Turkey sign an agreement to link their electric power grids. Tuni 2009 _| Iran and Turkey sign a telecommunications agreement which gives them access to each other’s telecommunications network. Maret 2010 | Iran and Turkey agree to build a prototype joint industrial park in border areas near the Iranian city of Makou, Februari | Iran’s largest automaker, Irankhodro, and the Turkish firm Hema 2011 Endustri sign a $200 million agreement to jointly produce a car in Turkey. Mei 2011 _ | The energy ministers of Iran and Turkey sign an agreement to expand bilateral investments in the energy sector. Juli 2011 | Tran, Iraq, and Turkey agree to establish a jointinvestment bank to facilitate trade and investment among them. The initial capital is $200 million, and the mainoffice of this bank will be in Tehran. ‘Oktober | Iran and Turkey sign an agreement to cooperate onhuman resources 2011 development and exchange expertise in public administration, Januari Iran and Turkey sign a comprehensive economic cooperation 2012 agreement covering trade, transportation, and investment. Januari___| The Turkish parliament approves a health cooperation agreement with 2012 Iran, Sumber: Habibi 2012:4-5 LAMPIRAN 2 10 BESAR TRADING PARTNER TURKL Negara 2002 2005 2008 2010 2011 2012 Jerman 12.910 | 23.089 | 31.639 | 29.028 | 36.936 | 34.532 Rusia 5.064 | 15.283 | 37.847 | 26.229 | 29.946 | 33.303 China 1.637 7.435 | 17.095] 19.450 | 24.160} 24.129 Tran 1.255 4.383 | 10.229] 10.689 | 16.051] 21.887 Amerika Serikat | 6.455 10.286 | 16.276] 16.082 | 20.618| 19.746 Ttal 6.473 13.183 | 18.501] 16.645 | 21.301} 19.720 Perancis 3.187 9.694 | 15.640} 14.231 | 16.035] 14.792 Inggris 3.463 10.613 | 13.418] 11.916 | 13.992] 14.330 Uni Emirat Arab 558 1.881 8.667 | 4.031 5.356 | 11.774 | Trak [0 2.817 | 4.050 | 6.190 | 8.397 | 10.980 Sumber: Kekevi 2013:11 xxii LAMPIRAN 3. PROFIL ENERGI UNI EROPA Ktoe 2000 | 2005 | 2010 | 2015 | 2020 | 2025 | 2030 ae 254611 | 274764 | 288014| 309574] 333298] 352751] 365108 Consumption Solids 105238 | 103450 | 101516] 102379] 104965] 103569 | 102156 Oil e217 | 69846 | 77807] 85776 | 92248 | 96611] 99276, Natural Gas 34149 | 60266] 66091 | 72640 77779] 83957| 89310 Nuclear 2osia | 24949 | 20936) 23200] 29210] 36735) 38006 Electricity “1957 | -2931 | -2117 | -1832] -2369] -3465 | -3989 Renewable Energy} 459] 19185 | 23780) 27410| 31465] 35344] 40349 Resources Primary 177130 | 181528 | 161694| 161805] 168664] 173679] 174214 Production Solids 114376 | 109242 | 91447|~ 84924] 81676| 76317 | 71319 Oil 10319 | 10509] 8067|~ 8420/8431 | 8279] 8130 Natural Gas 17077 | 16585 | 16280” 16535] 16402 | 1546714705 | Nuclear 20914] 24949 |" 20936] 23200|” 29210 | 36735] 38006 Electricity 14443 | 20244 | 2496a| 28727] 32944 30881 | 42053 Renewable Energy | 76593 96994 | 127803] 149427| 166428) 180969| 192857 Resources ‘Net Imports 11709-4723 | 10068] 17456] 23289] 27252 30837 ‘Solids 53252 | 61712 | 71223 79015] 85611 | 90230] 93110 Oil 37192] 43931 | 49811] 56105] 61377] 68490 74604 Natural Gas “1957 | -2931 | 2117-1832] -2369 | -3465| -3689 Sumber: Bilgin 2010b:188 xxiii €10Z soquiandag ‘yooping Awouosg :kwouosg Jo LSTA, Joqung DMAL IOvaNd NvaLAL Nvd waagwns > NValdNvT xxiv 8:L007 Wosieq raquing nl sn Sat tN oe al aS DRIAL SV9 Vdld MATVE VLAdS NVAIdNVT

Vous aimerez peut-être aussi