Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
DASAR TEORI
A. Definisi Penyakit
A.1 Stoke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif cepat,
berupa deficit neurologis fokal, atau/dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatic (sumber : Kapita Selekta Kedokteran
Jilid II)
A.2 Stoke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(sumber : Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin).
B. Etiologi
B.1 Infark otak (80%)
a. Emboli
Emboli kardiogenik
Fibrilasi atrium dan aritmia lain
Thrombus mural dan ventrikel kiri
Penyakit katub mitral atau aorta
Endokarditis (infeksi atau non infeksi)
Emboli paradoksal (foramen ovalepaten)
Emboli arkus aorta
b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
Penyakit eksrakanial
Arteri karotis interna
Arteri vertebralis
Penyakit intracranial
Arteri karotis interna
Arteri serebri interna
Arteri basilaris
Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
B.2 Pendarahan intraserebral (15%)
a. Hipertensi
b. Malformasi artei-vena
c. Angipati amiloid
B.3 Pendarahan subaraknoid (5%)
B.4 Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
Disartria (bicara pelo atau cadel)
Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau diplopia)
Ataksia (trunkal atau anggota badan)
Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
D. Patofisiologi
Pathway
A. Stroke non hemoragik
B. Stroke hemoragik
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi sietem saraf
Miografi
CT Scan
Angiografi
MRI
EEG
EMG
2. laboratorium
Darah
Urine
Cairan serebrospinal
F. Penatalaksanaan
1. Demam : deman dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus diobati
secara agresif dengan antipiretik (asetaminofen) atau kompres dingin, jika
diperlukan. Penyebab deman tersering adalah pneumonia aspirasi, lakukan kultur
darah dan urine kemudian berikan antibiotik intravena secara empiris
(sulbenisilin,sepalosporin, dll) dan terapi akhir sesuai hasil kultur.
2. Nutrisi : pasien stroke memiliki risiko tinggi untuk aspirasi. Bila pasien sadar
penuh tes kemampuan menelan dapat dilakukan dengan memberikan satu sendok
air putih kepada pasien dengan posisi setengah duduk dan kepala fleksi kedepan
sampai dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau batuk dan apakah
suaranya berubah (negative). Bila tes menelan negative dan pasien dengan
kesadaran menurun, berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran
kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.
3. Hidrasi intravena : hipovolemia sering ditemukan dan harus dikoreksi dengan
kristaloid isotonis. Cairan hipotonis (misalnya dektrosa 5% dalam air, larutan NaCL
0,45%) dapat memperhebat edema serebri dan harus dihindari.
4. Glukosa : hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan sksaserbasiiskemia.
Walaupun relevansi klinis dari efek ini pada manusia belum jelas, tetapi para ahli
sepakat bahwa hiperglikemia (kadar glukosa darah sewaktu >200mg/dl)harus
dicegah. Skala luncur (sliding scale) setiap 6 jam selama 3-5 hari sejak onset stroke.
5. Perawatan paru : fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah
atelaktsis paru pada pasien yang tidak bergerak.
6. Aktivitas : pasien dengan stroke harus diimobilisasi dan harus dilakukan
fisioterapi sedini mungkin bila kondisi klinis neurologist dan hemodinamik stabil.
Untuk fisioterapi pasif pada pasien yang belum bergerak, perubahan posisi badan
dan ekstremitas setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus, latihan gerakan sendi
anggota badan secara pasif 4 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Splin tumit
untuk mempertahankan kaki dalam posisi dorsofleksi dan dapat juga mencegah
pemendekan tendon Achilles. Posisi kepala 30 derajat dari bidang horisontal untuk
menjamin aliran darah yang adekuat ke otak dan aliran ballik vena ke jantung,
BAB II
ASKEP TEORI
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari prosos keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapar
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik mental, sosial dan lingkungan.
(Isi kapan pengkajian dilakukan, jam brapa, siapa yang melakukan,data diperoleh
dari pasien, keluarga, catatan medik, perawat, dokter atau tim kesehatan lain)
Nama Mahasiswa :
Tempat praktik :
Tanggal pengkajian :
Sumber informasi :
A. Identitas diri klien
1. Pasien (diisi lengkap) : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Tgl Masuk RS, No. CM, Alamat.
2. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
2. Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
3. Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4. riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. pemeriksaan persistem
a. sistem persepsi & sensori
(pemeriksaan 5 indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
b. Sistem persarafan
(bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu & tempat)
c. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas)
d. Sistem kardiovaskuler
(nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan frekuensi)
e. Sistem gastrointestinal
(nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, peritaltik, eliminasi)
f. Sistem integumen
(nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien)
g. Sistem reproduksi
h. Sistem perkemihan
(nilai frekunsi BAK, volume BAK)
D. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi terdapat juga
kebiasaan untuk merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan.
2. Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang mengalami/merasa
lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan kesadaran menurun.
3. Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual
dan muntah.
4. Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri.
5. Pola tidur dan istirahat.
BAB II
ASKEP KASUS
GENOGRAM :
Keterangan :
: perempuan : ibu klien dengan riwayat sama
: pasien perempuan
: laki-laki
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama
Setengah badan sebelah kiri tidak terasa, berat & tidak bisa digerakkan, badan
terasa lemas.
Faktor pencetus
Pasien mempunyai penyakit darah tinggi yang berlang sung lama sudah 1 tahun.
Awal serangan
Sejak 1 mingggu sebelum pasien masuk rumah sakit setengah anggota badan
sebelah kiri terasa dingin.
Usaha yang pernah dilakukan
Pasien pernah memeriksakan kondisinya ke Puskemas apabila kepala pasien pusing,
dan pada tanggal 11 agustus 2006 pasien masuk rumah sakit dengan keluhan tibatiba badan terasa lemas, setengah badan sebelah kiri tidak terasa & berat untuk
digerakkan.
Upaya pengobatan
Di UGD pasien mendapat pengobatan :
Oksigen 2-3 Liter/menit
Injeksi piracetam 3 gr IV/12 jam
Injeksi brainaet 1 Amp IV/12 jam
Captopril 2 x 25 gram
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien pernah menderita hipertensi. 1 tahun yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu dari pasien memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien
3. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum
Personal hygine : cukup
Status gizi : tidak ada masalah
B. pemeriksaan persistem
a. sistem persepsi & sensori
Pendengaran : normal, tanpa bantuan
Penglihatan : baik, tidak ada keluhan
Penciuman : baik, tidak ada septum.
Pengecapan : baik,masih bisa merasakan makanan.
Perasa : masih dapat merasakan stimulus
b. Sistem persarafan
Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 4-5-6
Bicara : lancar
Pupil : isokor
Orientasi waktu : klien mengetahui waktu azdan
Orientasi tempat : klien mengetahui dirinya dirawat dirumah sakit
c. Sistem pernafasan
Frekuensi : 20X/menit
Kualitas : kuat
Suara : vesikuler
Jalan nafas : terpasang O2 2 3 ltr/menit
d. Sistem kardiovaskuler
TD : 170/130 mmHg
Nadi
Irama : teratur
Kualitas : kuat
Frekuensi : 78X/menit
e. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan.minum : baik, 3X sehari
Kemampuan menelan : baik
Eliminasi : BAB 5X sehari
f. Sistem integumen
Warna kulit : sawo matang
Turgor kulit : kembali cepat
Tekstur kulit : baik (tidak ada luka)
g. Sistem reproduksi
Tidak ada masalah
h. Sistem perkemihan
Frekunsi BAK : 3-5X sehari, tidak ada masalah
1000-1500 CC/hariVolume BAK :
C. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada badan yang
membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan bahwa kesehatan
merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan aktifitas tanpa disertai
gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani). Pasien mengatakan bahwa sering
mengkomsumsi makanan yang berlemak (krecek) )merugikan kesehatan, tetapi
pasien setiap hari sering mengkonsumsinya.
2. Pola aktivitas - latihan
Kemampuan pasien dalam menata dirinya sebelum dan selama sakit adalah :
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Toileting
Tingkat mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Kekuatan otot
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat Bantu
SGPT (ALT) 98
217
69,6
52,6
69,9
0,9
24
19
20 Mg%
Mg%
Mg%
Mg%
Mg%
Mg%
Mg%
UI/L
UI/L (<180)
(45-160)
(140-250)
(35-50)
(96-155)
(0,5-1,1)
(10-50)
(0,0 37,0)
(0,0 41,0)
2. Urine lengkap
Warna : kuning
Reaksi : asam
Protein : +
Gula : Keton : Urobilin : Bilirubin : Nitrite : Darah : Protein esbach : P.P test : 3. sediment
leukocyte : +++
eritrocyte : ++
epithel cell : PROGRAM TERAPI :
Abstrak
Stroke non hemoragik (non perdarahan) merupakan penyakit stroke yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada
orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di
pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Hemiparese
spastik disebabkan karena pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras
kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada
decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer
akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati
crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik).
Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia
kontralateral. Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga
kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer
dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik.
Key Word : Hemiparese Sinistra Spastik, Stroke Non Hemoragik.
Kasus:
Seorang pria usia 50 tahun datang ke IGD RSUD Kodya Wirosaban dengan keluhan
anggota gerak kiri tidak bisa di gerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS
pernah memiliki riwayat stroke 5 bulan yang lalu. ada riwayat Hipertensi,
Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah
keluhan muncul.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS :
E3V5M6, Tekanan Darah 190/120 mmhg, HR :88x/m, RR: 24 x/m dan to:36oC.
Pemeriksaan Neurologi : Orientasi Baik, Jalan Pikiran Relevan, Daya Ingat baik, Pupil
Isokor. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan
Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada reflek
Fisiologis, Ada Reflek Patologis babinski
Diagnosis : Pasien ini didiagnosis Observasi Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke
Non Hemoragik
Terapi : Pasien ini diberikan terapi Infus Nacl, Infus Manitol. Injeksi Farsix 3x1,
Captopril 3 x25 mg, dan Farmasal 2x1.
Diskusi
Pada pasien di temukan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa digerakan sejak 2 hari
yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 5 bulan yang lalu. Ada
Riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing
sebelum dan setelah keluhan muncul. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah
kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas ,
Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada Reflek Fisiologis, Tidak ada Reflek Patologis dapat
ditegakkan diagnosis HemiparesisSinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragic.
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis
(piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis
di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek
pada sisi kontralateralnya.Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga
kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Jaras piramidalis saat
melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent
(sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi
hemihipestesia kontralateral.
Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi
secara akut, berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran
darah otak. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan
iskemik atau infark serebri. Tidak termasuk disini gangguan peredaran darah otak
sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma (WHO,1986).
Stroke non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau
lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna
sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami
pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis
(penyempitan). Arteria serebri media atau anterior lebih jarang menjadi tempat
aterosklerosis karena darah terdorong melalui sistem vaskular gradien tekanan.
Tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat melalui
lumen yang kecil akan menurunkan gradien tekanan di daerah tersebut. (Price,
2005)
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
arteri serebri media. Sindroma berkenaan dengan arteri serebri anterior berupa
monoparesis sensorimotor anggota bawah atau berupa hemiparesis yang
berkembang meluas, gangguan lebih nyata pada anggota bawah dan bagian
proksimal anggota atas. Sering dijumpai inkontinensia urin, juga adanya refleks
menggenggam pada sisi anggota yang terkena.
Bila topik di batang otak akan muncul gejala berupa : hemiparese/plegi
alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan
sensoris, nyeri, suhu dan kornea wajah ipsilateral dan gangguan nyeri suhu pada
badan kontralateral, diasartria, gangguan menelan, gerakan mata abnormal dan
deviasi lidah. Bila topik di medula spinalis akan timbul : muka biasanya tak tampak
kelainan, Brown Sequad Syndrome, gangguan sensoris dan keringat sesuai tingi
lesi, gangguan miksi dan defikasi (Mangunsong, 1992)
Kesimpulan
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis
(piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis
di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek
pada sisi kontralateralnya.non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau
bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di
arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang
seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga
terjadi stenosis (penyempitan). Pada pasien
terjadi hemiparesesinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada
hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non
hemoragik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut sumber dari situs internet penuaan adalah proses yang dinamis dan
kompleks yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis
(Ahmad Fauzi dkk, 2002).
Pengertian lain mengatakan menua (aging) adalah proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai
sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai
meninggal
(Ignativicus,
Workman, Mishler,
1999).
Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan
anatomik (dan fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan
Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-intrroduksi hukum 1% yang
menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya satu persen setelah
usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor
risiko utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai
macam penyakit kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu
sendiri.Semakin dini diketahui dan diatasi semakin rendah risiko untuk terserang
berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.
1.2.
Tujuan
1.3.
1.3.1.
Manfaat
Bagi Penyusun
Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi salah contoh pembuatan makalah pada mata ajar
keperawatan gerontik.
1.3.3. Bagi Prodi Keperawatan Tanjungpinang
Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi
Keperawatan Tanjungpinang tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Hipertensi.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
2. 1.
Pengertian
2. 2.
Klasifikasi
1.
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2.
lain
3.
2. 3.
Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
1.
2.
3.
4.
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5.
6.
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
7.
Faktor keturunan
2.
Ciri perseorangan
3.
Kebiasaan hidup
Ginjal
Glomerulonefritis
Pielonefritis
Tumor
Vascular
Aterosklerosis
Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
Emboli kolestrol
Vaskulitis
Kelainan endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
Obat obatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
2. 4.
PatofisiologI
2. 5.
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Lemas, kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual
Muntah
Epistaksis
Kesadaran menurun
2. 6.
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
Glukosa
Kalsium serum
Pemeriksaan tiroid
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
Asam urat
Steroid urin
IVP
Foto dada
CT scan
EKG
2. 7.
Penatalaksanaan
1.
a.
Diet
b.
Latihan Fisik
c.
Edukasi Psikologis
Tehnik Biofeedback
Tehnik relaksasi
d.
2.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (
JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1.
Step 1
Step 2
3.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3. 1.
Pengkajian
1. Data Umum :
a)
Kepala keluarga
b)
Komposisi keluarga
c)
Genogram
d)
Tipe keluarga
e)
Suku bangsa
f)
Status sosial-ekonomi
g)
2. Pemeriksaan Fisik
A.
Head to Toe
Nutrisi
ii.
Eleminasi
Aktivitas / istirahat
v Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
v Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
2.
Sirkulasi
3.
Ekstermitas
Integritas Ego
5.
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
6.
Makanan / Cairan
v Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretic
v Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
Glikosuria
7.
Neurosensori
v Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
v Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik
8.
Nyeri/ketidaknyamanan
v Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
9.
Pernapasan
v Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
v Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2)
3)
4)
5)
6)
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
7)
8)
9)
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
10)
11)
12)
13)
2)
3)
4)
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1)
2)
3)
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
4)
5)
6)
7)
8)
Intervensi :
1)
Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
2)
3)
4)
5)
6)
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
BAB IV
LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
A.
Pengkajian
1.
Identitas Klien
Nama
Ny. A
Umur
78 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Agama
Islam
Pendidikan
Tidak Sekolah
Suku
Bugis
Status Perkawinan
Kawin
28 Maret 2008
:
:
19 April 2012
Kawal
Klien mengatakan kepala terasa sakit ( pusing ), skala nyeri 5, badan terasa lemah,
mata trasa seperti berkunang kunang, tidak enak badan, terkadang nafas terasa
sesak.
3.
Tinjauan Sistem
a.
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran
Compos Mentis
Tekanan Darah
Denyut Nadi
82 x / i
b.
Sistem Integumen
Kulit keriput, turgor kulit jelek, tidak ada oedem, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan.
c.
Sistem Hemopoetik
d.
Kepala
Rambut keriting, panjang, ubanan, tidak ada ketombe, kepala tidak ada benjolan,
tidak ada lesi, tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan.
e.
Mata
Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, mata simetris, tidak
ada nyeri tekan
f.
Telinga
Telinga simetris, tidak ada serumen, lubang ada, tidak ada lesi, telnga tidak ada
nyeri tekan.
g.
Mulut Tenggorokan
Mulut simetris, bibir lengkap, palatum ada, ada sariawan, tidak ada kesulitan
menelan.
h.
Leher
Leher simetris, ada reflek menelan, tidak ada pembesaran vena juguralis, tidak ada
nyeri tekan.
i.
Sistem Pernafasan
Dada simetris, pernafasan vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, RR= 18
x/i
j.
Sistem Kardiovaskular
Dada simetris, terdapat ictus cordis di ICS 5, tidak ada BJ 3, HR = 80x/i, BJ1 = BJ 2,
tidak ada pembesaran jantung
k.
Sistem Gastrointestinal
Abdomen simetris, bunyi perkusi dullness, bising usus normal = 8x/i, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi
l.
Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
6.
6.1 Psikososial
Klien mampu bergaul dengan lingkungan sekitarnya, klien tidak menarik diri
6.2 Identifikasi masalah Emosional
Klien mengaku kadang kadang tidur tidak nyenyak, tdur sering pernah erasa
gelisah, terkadang klien pernah menangis sendiri. Klien juga mengaku dalam waktu
kurang dari 3 bulan juga menderita suatu penyakit yaitu hipertensi, gastritis dan
asthma.
6.3 Spiritual
Klien mengaku bahwa klien sholat 5 waktu, klien dapat mengerjakan sholat, klien
hanya hafal beberapa surat pendek, klien juga mengaku tidak pandai mengaji.
7. Pengkajian Fungsional Klien
7.1 KATZ Indeks
Klien mampu makan, kontinensia ( BAK, BAB ), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi secara mandiri tanpa bantuan.
7.2 Modifikasi dari bartel Indeks
Klien mampu makan, minum, berpindah dari kursi, personal toilet, keluar masuk
toilet, mandi, jalan dipermukaan datar, mengenakan pakaian, kontrol bowel dan
blader olahraga dan memanfaatkan waktu rekreasi secara mandiri.
8. Pengkajian status Mental Gerontik
8.1. identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Questioner ( SPSMQ )
Klien mengaku tidak mampu mengingat tanggal, hari, umur, tanggal lahir, nama
presiden sekarang dan sebelumnya dan melakukan pengurangan 3 dari 10.
Klien hanya mampu mengingat nama tempat tinggal, alamat rumah, dan nama
ibunya
8.2. identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini
Mental Status Exam )
Klien tidak mampu menyebutkan tahun, musim, tanggal, hari dan bulan dengan
benar. Klien hanya mampu menyebutkan negara, provinsi, kota, PSTW wisma dan
nama 3 obyek yang ditunjuk.
Lien tidak mampu untuk mengurangi pengurangan 3 dari 100, tetpai klien mampu
mengingat nama obyek dan mengulangi bahasa di contohkan.
8.3. Pengkajian Keseimbangan untuk klien lansia (TINNETI, ME, DAN GINTER, SF,
1998)
Klien mampu bangun dan duduk kekursi, menutup mata, memutar leher,
menggapai sesuatu dan membungkuk tanpa bantuan.
ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS :
Vasokontriksi
Resiko
penurunan curah
jantung
Peningkatyan tekanan
vaskular serebral
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
DO :
Klien tampak lemah, skala nyeri
5
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Implementasi
Evaluasi
1.
- Pertahankan pembatasan
aktivitas
2.
- Kolaborasi untuk
pemberian obat obatan.
1.
Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.
2.
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain ,
sebanyak 10 % .
2.2.2
Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya datadata penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2.
Ciri perseorangan
Kebiasaan Hidup.
4)
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah
sebagai berikut : merokok: karena merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah ; minum alkohol, minum obat-obat,misal; ephedrin,
Prednison, epinefrin.
2.2.3
Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer.
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama
pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena
vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut.
Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahanperubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika
interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia
relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.
2.2.4
2.
Menghindari kegemukan
3.
4.
Olahraga teratur
5.
6.
7.
8.
1.
Krisis Hipertensi
2.
Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul
pada penderita hipertensi.
3.
Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling
penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap
kenaikan tekanan darah.
4.
Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan
neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan
arteri yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
5.
6.
Retinopati hipertenssi.
2.3
1.
- Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
- Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
- Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
- Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Pemeriksaan Diagnostik
- Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
2.
Diagnosa Keperawatan:
Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
4)
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan
3.
Pelaksanaan
a.
Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi
garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
2.
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
3.
4.
5.
b.
Pencegahan sekunder
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2002 pada pukul 11.00
WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1)
a) Nama
b) Tempat dan tanggal lahir
: Tn. S
: - / umur 67 tahun
c) Pendidikan terakhir
a)
Agama
b)
Satus perkawinan
c)
TB/BB
d)
Penampilan umum
: SD tidak tamat
: Islam
: Duda
: 155 cm / 37 kg
: Bersih dan rapi, badan kurus.
e)
jalan masih tegak, rambut sebagian memutih
f)
Alamat
g)
h)
i)
Alamat
2)
Riwayat keluarga
: Cucu.
: Ponorogo.
Keterangan:
= laki - laki
= Tn. S
= perempuan
Perempuan meninggal
3)
Riwayat pekerjaan
Riwayat rekreasi
Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah
kesehatan. Hampir semua kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan
kebutuhan lansia serta kegiatan terjadwal secara teratur. Apabila lansia mengalami
masalah kesehatan yang serius panti melakuykan rujukan ke puskesmas maupun
rumah sakit.
6)
Deskripsi kekhususan
Status kesehatan
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu. Sekarang
klien mngeluh Pusing, Kalau beraktivitas cepat merasa lelah, penglihatan kabur,
kadang kadang terasa lemah diseluruh tubuh .
8)
Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan
mau menerima kehadiran orang lain.
9)
Tinjauan sistem
a)
b)
c)
d)
Tanda tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 37,20C, RR: 16 x/mnt; TD: 170/90 mmHg.
e)
Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus
normal.
f)
g)
Sistem kardiovaskuler:
Sistem pernafasan:
Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, tidak ada retraksi otot bantu
pernafasan.
-
h)
Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (-), dekubitus
(-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit normal.
i)
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari,
Ngompol (-)
j)
Sistem muskuloskletal
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid.
l)
Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-),
riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
m)
Sistem gastrointestinal
Sistem reproduksi
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-). Interpretasi
klien terhadap lawan bicara cukup baik.
10) Status kognitif/afektif/sosial
a)
Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan kesalahan 6,
karena klien sekolah SD tidak tamat.
b)
Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien memang tidak
mengerti.3.1.2 Analisa Data
No
Data
1.
DS:
- Klien mengeluh cepat
merasa lelah kalau bekerja,
Jantung berdebar debar,
sering berkeringat.
Etiologi
Masalah
Ketidakseimban
gan suplai dan
kebutuhan O2.
Intoleran
aktivitas
DO:
- Tekanan darah 170 / 90
mmHg, Nadi 80 kali/menit,.
DS:
2.
Defisit lapang
pandang,
motorik atau
persepsi.
DO:
Resiko tinggi
terhadap cedera
3.3 Perencanaan
No
Diagnosa
Tujuan
1.
Intoleransi Aktivitas
sehubungan dengan
ketidak seimbangan
antara suplai dan
kebutuhan akan
oksigen
Tujuan/ kriteria:
2.
- Berpartisipasi dalam
aktifitas yang diinginkan/
diperlukan.
Intervensi
Rasio
1.
aktiv
jauh
- Melaporkan peningkatan
dalam toleransi aktifitas
yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan
dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologi
- Mengidentifikasi faktor
yang meningkatkan resiko
terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan
keamanan untuk mencegah
cedera.
1)
Lakukan tindakan untuk
mengurangi bahaya lingkungan.
2)
Bila penurunan sensitifitas taktil
menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan
pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari
terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan
kering serta kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
3) Lakukan tindakan untuk
2.
perub
3.
kelela
4.
tubuh
aktiv
5.
dalam
1)
cede
2)
dapa
klien
3)
tidak
meye
4)
mobi
[ema
3.4 Implementasi
Waktu/tgl
Implementasi
Evaluasi
5 03 --2002
12.00
Penyebab terjadinya
kelelahan pada pasien dan
alasan timbulnya keluhan yang
seperti, penglihatan kabur dan
cara cara untuk mengatasinya
agar tidak timbul cedera.
6 03 2002
07.30
Memberikan HE tentang:
Klien kooperatif.
Klien berpartisipasi
dalam kegiatan senam dari
awal sampai akhir.
Melakukan pemeriksaan
fisik, dan melibatkan klien
dalam kegiatan rekreasi.
Memotivasi klien
untuk beristirahat bila merasa
lelah.
Klien mengikuti
kegiatan rekreasi dan klien
banyak tertawa
08.00-10.30
11.00
7 03 2002
08.00
Klien mengatakan
mengikuti saran yang
diberikan mahasiswa
Klien kooperatif.
Menganjurkan pada
pasien untuk melaporkan pada
petugas kesehatan panti bila
timbul keluhan .
Meminta Petugas
kesehatan Panti agar dapat
mengontrol tekanan darah
klien.
11.00
Mengevaluasi tekanan
darah, nadi dan Pernapasan.
Klien berpartisipasi
mengikuti kegiatan senam
tanpa keluhan lelah
Klien kooperatif.
3.5 Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1.
Intoleransi Aktivitas
sehubungan dengan
ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan akan
oksigen
2.
Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.