Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
Galih Suharno, S.Ked
PEMBIMBING :
dr. Helmi Muchtar, Sp.M
I.
IDENTITAS PENDERITA
No Resume Medik
: 05.78.57
Jenis kelamin
: wanita
Nama lengkap
: Ny. E
Agama
: Islam
Umur
:34 tahun
Pendidikan
: S1
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Perawat gigi
Alamat
: 19 Oktober 2016
ANAMNESIS
(autoanamnesis pada 19 Oktober 2016 di poli Mata RSPBA)
Keluhan Utama
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present (19 Oktober 2016)
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda vital
: TD 110/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Pemeriksaan fisik
a.
Suhu : 36,50C
RR
: 20x/menit
Status Generalis
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Status Oftalmologi
OD
OS
OCULUS DEXTER
OCULUS SINISTER
20/70
VISUS
20/50
-1,00=20/20
KOREKSI
-0,75=20/20
Tidak dilakukan
SENSUS COLORIS
Tidak dilakukan
BULBUS OCULI
SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR
spasme (-)
CONJUNGTIVA
edema (-)
PALPEBRALIS
edema (-)
CONJUNGTIVA FORNICES
edema (-)
injeksi (-), secret (-)
edema(-)
CONJUNGTIVA BULBI
SCLERA
CORNEA
CAMERA OCULI
ANTERIOR
IRIS
PUPIL
3 mm, RP (+) N
3 mm, RP (+) N
Jernih
LENSA
Jernih
Tidak diperiksa
FUNDUS REFLEKS
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
TENSIO OCULI
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
SISTEM CANALIS
Tidak diperiksa
LACRIMALIS
IV.
RESUME
Os datang ke poli RSPBA dengan keluhan benjolan di kedua mata atas.
Keluhan muncul sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan awalnya pada kelopaka mata
kiri, awalnya berupa benjolan kecil kemerahan kemudian semakin lama semakin
membesar sehingga kedua kelopak mata atas menjadi bengkak. Benjolan kadang
disertai rasa sakit terutama apabila disentuh, kadang mata berair dan gatal.
Keluhan penglihatan kabur disangkal. Sebelumnya os pernah berobat namun
dirasakan tidak ada perubahan.
Pada pemeriksaan fisisk didapatkan visus OD 20/70 dan OS 20/50, pada
palpebral superior dextra et sinistra didapatkan benjolan disertai kemerahan dan
nyeri tekan.
Status Oftalmologi :
OCULUS DEXTER
OCULUS SINISTER
20/70
VISUS
20/50
PALPEBRA SUPERIOR
PALPEBRA INFERIOR
CONJUNGTIVA
edema (-)
PALPEBRALIS
edema (-)
CONJUNGTIVA FORNICES
edema (-)
edema (-)
CONJUNGTIVA BULBI
CORNEA
V.
DIAGNOSIS KERJA
Hordeolum palpebral superior ODS
VI.
DIAGNOSA BANDING
Kalazion ODS
Blefaritis ODS
VII.
TERAPI
-
Dexamethasone 3x0,5 mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
OD
Dubia Ad bonam
Ad bonam
Quo ad sanam
Dubia Ad bonam
Ad bonam
Quo ad Vitam
Quo ad Cosmeticam
OS
Ad bonam
ad bonam
IX.
SARAN
Insisi dan kuretage pada hordeolum.
X.
EDUKASI
1. Menjaga kebersihan kelopak mata
2. Menjelaskan kepada penderita supaya tidak mengucek-ngucek mata
3. Pasien diminta untuk meneteskan dan menggunakan obat secara teratur
dan menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi
dan istirahat yang cukup untuk mempercepat penyembuhan penyakit.
4. Menjelaskan kepada pasien untuk kembali ke dokter apabila
pembengkakan semakin parah.
5. Kurangi kebiasaan menyentuh mata
ANALISIS KASUS
KASUS
Anamnesa
Gejala yang biasa dikeluhkan oleh
pasien yaitu :
Bengkak pada kelopak mata
Kelopak mata merah
Sakit bila disentuh
Rasa mengganjal pada mata
Riwayat sakit yang sama
sebelumnya
Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Kelopak mata hiperemis
Edema kelopak mata
Seperti gambaran abses kecil
(dengan bintik kekuningan pada
daerah abses)
Palpasi :
Nyeri tekan pada benjolan
Penatalaksanaan
Non farmakologis
Kompres hangat
Farmakologis
Antibiotik topikal
Antibiotik sistemik
Pembedahan
Insisi
Anamnesa
Pada pasien melalui wawancara
didapatkan yaitu :
Kedua kelopak mata bengkak
Kedua Kelopak mata merah
Kedua kelopak mata nyeri
apabila disentuh
Ada perasaan mengganjal
dimata
Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Kelopak
mata
tampak
hiperemis
Terdapat Edema pada kelopak
mata
Seperti gambaran abses kecil
Palpasi :
Nyeri tekan pada benjolan (+)
Penatalaksanaan
Non farmakologis
Kompres hangat 3x sehari
(10mnt)
Farmakologis
Cendo xitrol 4x1 gtt ODS
Ciprofloxaxin 2x250mg
Natrium diklofenac 2x50 mg
Pembedahan
Tidak dilakukan insisi
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISl
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea
kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion
akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak
mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan
bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi
pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang.
Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis
menahun.
ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).
Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian
praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).
Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
10
11
ETIOLOGI
Biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus adalah
penyebab pada 90 95% kasus). Biasanya dapat dicetuskan oleh stress, nutrisi
yang buruk, penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut disekitar
12
mata dan kumisatau tempat lain. Infeksi ini mudah menyebar, sehingga diperlukan
pencegahan terutama mengenai kebersihan individual. Yaitu dengan tidak
menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaiankosmetik bersama-sama, pemakaian
handuk dan washcloth bersama-sama.
FAKTOR RESIKO
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
KLASIFIKASI
13
PATOFISIOLOGI
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss
atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya
mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis
hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus.
Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan
tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik.
Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom
dilempeng tarsal.
14
Pembengkakan
Tanda
-
Eritema
Edema
PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.8
Umum
Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
15
Obat
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak
ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna
dan hordeolum interna ringan.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular.
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama
7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300
mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama
7 hari.
Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
16
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.
17
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Paul, R.E. John, P.W. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi
17.2012. Penerbit Buku Kedokteran ECG:Jakarta
2. Sidarta,I. Yuliantini,R. Ilmu Penyakit Mata.2014. Fakultas Kedokteran
Indonesia:Jakarta
3. Coaster, J.D. Fundamental of Clinical Ophthalmology Cornea. 2002.
London: BMJ:41-64
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Hordeolum dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2.
2002. Penerbit Sagung Seto, Jakarta.
5.
19