Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN PENDAHULUAN

VULNUS LACERATUM
I. KONSEP DASAR MEDIK
1. Pengertian.

Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang


terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau
otot.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah
2. Penyebab.
1)
2)
3)
4)

Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :


Alat yang tumpul.
Jatuh ke benda tajam dan keras.
Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
Kecelakaan akibat kuku dan gigitan

3. Anatomi dan Pathofisiologi.


1) Kulit.
Price 2005 menyatakan Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan
epidermis, dermis, lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan
merupakan benang pertahanan terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga
merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung
syaraf yang saling bertautan.
a. Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :
1) Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan
bertanduk.

2)

Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk

setelah mengalami proses di ferensiasi .


b. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen
elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi dasar. Matrik kulit mengandung
pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis.
Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda
asing. Serabut-serabut kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis
pada dermis.
c. Lemak Subkutan
Price (2005) menyatakan Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga
yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi
untuk mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin.
2) Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut
silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat
menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung
unsur kontaktil.
3) Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
a. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
b. Unsur putih serabut saraf.
c. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang
menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan
prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus
dengan nukleus besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus)
timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada
dan dari sel saraf.
4.

Tipe Penyembuhan luka


Menurut Mansjoer, terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang
terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak
mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang

luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih
kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan
terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih,
tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang
terakhir.
5.

Pathofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap
trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi
apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang
sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya
tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di
koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika
jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan
yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di
atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat
atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.

6.

Manifestasi Klinis
Mansjoer (2000) menyatakan Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

7.

Luka tidak teratur


Jaringan rusak
Bengkak
Pendarahan
Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
Tampak lecet atau memar di setiap luka.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya


untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada
lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
Doenges (2000, p.217) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan vulnus
laseratum di perlukan data-data sebagai berikut:
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang
b.
c.
d.
e.

gerak, perubahan aktifitas.


Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal.
Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.
Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.
Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin.
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.
Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah

cidera , kemerah-merahan.
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah

luka

bila

di

sentuh

atau

di

tekan.

Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah,
tidak bisa tidur.
g. Kulit
Gejala : nyeri, panas.
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kerusakan jaringan
b. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri.
c. Gangguan eliminasi BAB b/d kelemahan fisik.
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.
e. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi b/d perawatan luka tidak efektif.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan:

NOC :

NIC :

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan

Pain Level,

Lakukan

jaringan

pain

komprehensif

level

DO:

Setelah

termasuk

secara
lokasi,

dan faktor presipitasi

comfort

Laporan secara verbal

nyeri

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

control,
DS:

pengkajian

dilakukan

tinfakan

Observasi

reaksi

nonverbal

dari

ketidaknyamanan

Posisi untuk menahan nyeri

keperawatan selama . Pasien

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari

Tingkah laku berhati-hati

tidak mengalami nyeri, dengan

dan menemukan dukungan

Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau

kriteria hasil:

Kontrol

gerakan kacau, menyeringai)

menggunakan

kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan

nonfarmakologi

orang dan lingkungan)

mengurangi

Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui

bantuan)

Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan


tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi
pupil)

suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,

seperti

penyebab

orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

dapat

mempengaruhi

Terfokus pada diri sendiri

nyeri,

Melaporkan
berkurang
menggunakan

nyeri,

mampu
tehnik

Kurangi faktor presipitasi nyeri

untuk

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

mencari

bahwa

nyeri

yang

Mampu mengontrol nyeri (tahu

lingkungan

nyeri
dengan

manajemen

menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:

Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin

dalam rentang dari lemah ke kaku)


-

nyeri

mengenali

nyeri

Tingkatkan istirahat

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,

(skala, intensitas, frekuensi

Berikan informasi tentang nyeri seperti

menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh

dan tanda nyeri)

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

kesah)

Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Mampu

...

Menyatakan

rasa

nyaman

berkurang

dan

antisipasi

setelah nyeri berkurang

ketidaknyamanan dari prosedur

Tanda vital dalam rentang

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

normal

pemberian analgesik pertama kali

Tidak mengalami gangguan


tidur

Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
-

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC:

Intervensi
NIC :

Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia,

Anxiety Control

Sleep Enhancement

suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut,

Comfort Level

kesendirian.

Pain Level

Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol

Rest : Extent and Pattern

Sleep : Extent ang Pattern

tidur, pencahayaan, medikasi (depresan,


stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin.
DS:
-

Bangun lebih awal/lebih lambat

Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah


tidur

Penurunan kemempuan fungsi

Penurunan proporsi tidur REM

Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.

Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur

Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia

teratasi dengan kriteria hasil:

Jumlah jam tidur dalam batas normal

Pola tidur,kualitas dalam batas


normal
Perasaan fresh sesudah

Jelaskan
Fasilitasi

tidur
untuk

mempertahankan

aktivitas

sebelum tidur (membaca)


-

Ciptakan

lingkungan

yang

nyaman
-

Kolaburasi pemberian obat


tidur

tidur/istirahat

pentingnya

yang adekuat
-

selama . gangguan pola tidur pasien

efek-efek

medikasi terhadap pola tidur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

DO :

Determinasi

Mampu mengidentifikasi hal-hal


yang meningkatkan tidur

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Kolaborasi
Konstipasi berhubungan dengan
o
o

NOC:

Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik tidak

Bowl Elimination

mencukupi

Perilaku defekasi tidak teratur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Hidration

Perubahan lingkungan

selama . konstipasi pasien teratasi

Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi

dengan kriteria hasil:

Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental

Pola BAB dalam batas normal

Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan,

Feses lunak

antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi,

Cairan dan serat adekuat

overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif.

Aktivitas adekuat

Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid,

Hidrasi adekuat

gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca


bedah, abses rektum, tumor
o

NIC :
Manajemen konstipasi
-

menyebabkan konstipasi
-

dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku

Nyeri perut

Ketegangan perut

Anoreksia

Perasaan tekanan pada rektum

Nyeri kepala

Peningkatan tekanan abdominal

Mual

Defekasi dengan nyeri


DO:

Feses dengan darah segar

Perubahan pola BAB

Feses berwarna gelap

Penurunan frekuensi BAB

Penurunan volume feses

Distensi abdomen

Feses keras

Bising usus hipo/hiperaktif

Teraba massa abdomen atau rektal

Perkusi tumpul

Sering flatus

Muntah

Jelaskan

penyebab

dan

rasionalisasi tindakan pada


pasien
-

Konsultasikan dengan dokter


tentang

peningkatan

dan

penurunan bising usus


-

Kolaburasi jika ada tanda dan


gejala

konstipasi

yang

menetap
-

Jelaskan

pada

pasien

manfaat diet (cairan dan

makan yang buruk


DS:

Monitor tanda-tanda ruptur


bowel/peritonitis

Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis


makanan, penurunan motilitas gastrointestnal,

Identifikasi faktor-faktor yang

serat) terhadap eliminasi


-

Jelaskan
konsekuensi

pada

klien

menggunakan

laxative dalam waktu yang


lama
-

Kolaburasi dengan ahli gizi


diet tinggi serat dan cairan

Dorong peningkatan aktivitas


yang optimal

Sediakan

privacy

keamanan selama BAB

dan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Gangguan mobilitas fisik


Berhubungan dengan :

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :

Joint Movement : Active

Gangguan metabolisme sel

Mobility Level

Keterlembatan perkembangan

Self care : ADLs

Pengobatan

Transfer performance

Kurang support lingkungan

Setelah dilakukan tindakan

Keterbatasan ketahan kardiovaskuler

keperawatan selama.gangguan

Kehilangan integritas struktur tulang

mobilitas fisik teratasi dengan kriteria

Terapi pembatasan gerak

hasil:

Kurang pengetahuan tentang

kegunaan pergerakan fisik


-

Indeks massa tubuh diatas 75 tahun

percentil sesuai dengan usia

Intervensi
NIC :
Exercise therapy : ambulation

Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat


respon pasien saat latihan

Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana


ambulasi sesuai dengan kebutuhan

Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan


dan cegah terhadap cedera

Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang


teknik ambulasi

Klien meningkat dalam aktivitas


fisik

Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

Mengerti tujuan dari

Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs


secara mandiri sesuai kemampuan

peningkatan mobilitas

Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu

Kerusakan persepsi sensori

Tidak nyaman, nyeri

dalam meningkatkan kekuatan

Kerusakan muskuloskeletal dan

dan kemampuan berpindah

Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

Memperagakan penggunaan

Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

neuromuskuler
-

alat Bantu untuk mobilisasi

kekuatan dan stamina

(walker)

Depresi mood atau cemas

Kerusakan kognitif

Penurunan kekuatan otot, kontrol dan


atau masa

Keengganan untuk memulai gerak

Gaya hidup yang menetap, tidak


digunakan, deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum
DO:

Penurunan waktu reaksi

Kesulitan merubah posisi

Perubahan gerakan (penurunan untuk


berjalan, kecepatan, kesulitan memulai
langkah pendek)

Keterbatasan motorik kasar dan halus

Keterbatasan ROM

Gerakan disertai nafas pendek atau


tremor

Ketidak stabilan posisi selama


melakukan ADL

Memverbalisasikan perasaan

Intoleransi aktivitas/penurunan

Gerakan sangat lambat dan tidak


terkoordinasi

penuhi kebutuhan ADLs ps.

bantuan jika diperlukan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Kerusakan integritas kulit berhubungan

NOC :

dengan :

Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

Eksternal :

Membranes

-Hipertermia atau hipotermia


-Substansi kimia
-Kelembaban
-Faktor mekanik (misalnya : alat yang
dapat menimbulkan luka, tekanan,
restraint)
-Immobilitas fisik
-Radiasi
-Usia yang ekstrim
-Kelembaban kulit
-Obat-obatan
Internal :

NIC : Pressure Management


Hindari kerutan pada tempat tidur

Wound Healing : primer dan sekunder Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Setelah
dilakukan
tindakan Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
keperawatan selama.. kerusakan
Monitor kulit akan adanya kemerahan
integritas kulit pasien teratasi dengan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
kriteria hasil:
tertekan
Integritas kulit yang baik bisa
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
dipertahankan
(sensasi,
Monitor status nutrisi pasien
elastisitas, temperatur, hidrasi,
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan

Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,

pemahaman

-Perubahan status metabolik

dalam proses perbaikan kulit

-Tonjolan tulang

dan

-Defisit imunologi

sedera berulang

-Berhubungan dengan dengan

perkembangan

kekurusan)
-Perubahan status cairan
-Perubahan pigmentasi
-Perubahan sirkulasi
-Perubahan turgor (elastisitas kulit)

terjadinya

tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus


Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin

Mampu melindungi kulit dan Cegah kontaminasi feses dan urin


mempertahankan kelembaban Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

-Perubahan sensasi
-Perubahan status nutrisi (obesitas,

mencegah

karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,

kulit dan perawatan alami

Menunjukkan terjadinya proses


penyembuhan luka

Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

DO:
-Gangguan pada bagian tubuh
-Kerusakan lapisa kulit (dermis)
-Gangguan permukaan kulit (epidermis)

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko infeksi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :

Intervensi
NIC :

Immune Status

Pertahankan teknik aseptif

Knowledge : Infection control

Batasi pengunjung bila perlu

- Prosedur Infasif

Risk control

- Kerusakan jaringan dan peningkatan

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

Setelah

Faktor-faktor risiko :

paparan lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan
kulit, trauma jaringan, gangguan
peristaltik)

dilakukan

tindakan

keperawatan

keperawatan selama pasien tidak Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
mengalami infeksi dengan kriteria Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk
hasil:
umum
Klien bebas dari tanda dan gejala
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
infeksi
kandung kencing
Menunjukkan kemampuan untuk
Tingkatkan intake nutrisi
mencegah timbulnya infeksi
Berikan terapi antibiotik:.................................
Jumlah leukosit dalam batas
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
normal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Menunjukkan perilaku hidup
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
sehat

Status

imun,

genitourinaria
normal

gastrointestinal,
dalam

panas, drainase

batas Monitor adanya luka


Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan)
Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika:
Jakarta.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI:
Jakarta.

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.


Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.
Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi
(Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi