Vous êtes sur la page 1sur 4

Asal Usul Terjadinya Tanah

Tanah terjadi dari hasil pelapukan batuan. Oleh karena itu, tanah juga
merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan lapuk karena berbagai sebab,
diantaranya karena perubahan suhu yang naik turun secara berulang. Selain
itu, tanah juga terjadi dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah
mati. Lapisan tanah paling atas disebut humus atau bunga tanah. Bagian
tersebut merupakan hasil pelapukan dari sisa-sisa makhluk hidup, mungkin
lapukan dari daun-daunan, sampah, atau bangkai hewan. Lapisan humus
bersifat gembur dan subur. Lapisan tanah di bawahnya berwarna lebih
terang dan butirannya lebih berat dan keras.
Jenis-Jenis Tanah
Dalam

ilmu

pengetahuan

alam,

terdapat

berbagai

jenis

tanah

diantaranya adalah tanah pasir, tanah kapur, tanah vulkanik dan tanah liat.
Setiap jenisnya mempunyai sifat dan kegunaan yang berbeda. Tanah pasir
biasanya tidak subur, karena sulit menyimpan air. Tanah pasir berasal dari
pelapukan batuan yang telah ada sebelumnya. Tanah pasir biasanya dapat
kita temukan di sekitar sungai dan pantai.Sama seperti tanah pasir, tanah
kapur juga termasuk tanah yang tidak subur. Sebagian besar tanah ini
mengandung kapur, karenanya tanah kapur sering digunakan untuk industri
semen dan industri kapur tulis. Tanah vulkanik berasal dari letusan gunung
berapi. Tanah ini banyak ditemukan di daerah yang berada dekat dengan
gunung berapi yang pernah meletus. Tanah vulkanik berwarna keabu-abuan,
butirannya halus dan ringan. Tidak seperti tanah pasir dan tanah kapur,
tanah vulkanik bersifat sangat subur.Jenis tanah terakhir adalah tanah liat.
Tanah jenis ini dapat ditemukan pada kedalaman setengah sampai satu
meter di dalam tanah. Tanah ini banyak ditemukan di daerah pegunungan
dan juga di tebing-tebing sungai. Warna tanah liat hitam kemerahan dan
bersifat liat. Tanah liat tidak bersifat subur walaupun kadar airnya cukup. Jika
kering,

tanah

liat

menjadi

sangat

keras

dan

padat.

Banyak

orang

memanfaatkan tanah liat untuk membuat barang kerajinan seperti guci dan

juga patung. Selain itu tanah liat sering digunakan untuk membuat genting
dan batu bata.
Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan
informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat
dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum
mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah
memiliki kesamaan sifat fisis. Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem
identifikasi untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis tanah.
Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan
sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan konstruksi. Pada
awalnya, metode klasfikasi yang banyak digunakan adalah pengamatan
secara kasat-mata (visual identification) melalui pengamatan tekstur tanah.
Selanjutnya,

ukuran

butiran

tanah

dan

plastisitas

digunakan

untuk

identifikasi jenis tanah. Karakteristik tersebut digunakan untuk menentukan


kelompok klasifikasinya. Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan
untuk mengelompokan tanah adalah Unfied Soil Clasification System (USCS).
Sistem ini didasarkan pada sifat-sifat indek tanah yang sederhana seperti
distribusi ukuran butiran, batas cair dan indek plastisitasnya. Disamping itu,
terdapat sistem lainnya yang juga dapat digunakan dalam identifikasi tanah
seperti yang dibuat oleh American Association of State Highway and
Transportation Officials Classfication (AASHTO).
Klasifikasi Tanah Menurut USCS
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan
selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR)
dan United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian

American

Society for Testing and Materials (ASTM) telah memakai USCS sebagai
metode standar guna mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk yang
sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik.
Dalam USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu
:

1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas kerikil dan
pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos saringan No. 200 (F200 <
50). Simbol kelompok diawali dengan G untuk kerikil (gravel) atau tanah
berkerikil (gravelly soil) atau S untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy
soil).
2. Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari 50% tanah
lolos saringan No. 200 (F200 50). Simbol kelompok diawali dengan M untuk
lanau inorganik (inorganic silt), atau C untuk lempung inorganik (inorganic
clay), atau O untuk lanau dan lempung organik. Simbol Pt digunakan untuk
gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi. Simbol lain
yang digunakan untuk klasifikasi adalah W untuk gradasi baik (well graded),
P gradasi buruk (poorly graded), L plastisitas rendah (low plasticity) dan
H plastisitas tinggi (high plasticity).
Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah
guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar (subgrade).
Karena

sistem

ini

ditujukan

untuk

pekerjaan

jalan

tersebut,

maka

penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan terhadap


maksud aslinya. Sistem

ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama

yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok
A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah granuler yang memiliki partikel yang
lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang lolos saringan No. 200
lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Tanahtanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah lanau
lempung.Dalam

dan

Sistem klasifikasi menurut AASHTO disajikan 5 macam

kriteria sebagai berikut ini :


1. Ukuran partikel
a.Kerikil : fraksi yang lolos saringan ukuran 75 mm (3 in) dan tertahan pada
saringan No. 10.
b.Pasir : fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan
No. 200 (0,075 mm).

c.Lanau dan lempung : fraksi yang lolos saringan No. 200. 2. Plastisitas :
tanah berbutir halus digolongkan lanau bila memiliki indek plastisitas, PI
10, dan dikategorikan sebagai lempung bila mempunyai indek plastisitas, PI
11.
2. Plastisitas
Tanah berbutir halus digolongkan lanau bila memiliki indek plastisitas, PI
10, dan dikategorikan sebagai lempung bila mempunyai indek plastisitas, PI
11

Vous aimerez peut-être aussi