Vous êtes sur la page 1sur 18

OM

SWASTIASTU
PEMERINTAH PROVINSI BALI

DINAS PEKERJAAN UMUM


BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

UJI PROFISIENSI BBM,


PELUMAS DAN GAS BUMI
UNTUK KEPENTINGAN
KONSUMEN DI
PROVINSI BALI
HOTEL HARIS RESOR KUTA BEACH
KUTA, KAMIS-JUMAT, 6-7 OKTOBER 2016

Urusan Pemerintahan Bid. ESDM Pemprov :


(Lampiran UU No. 23 Tahun 2014)

a. Sub Urusan Geologi


(izin pengeboran, pemakaian dan pengusahaan air tanah)

b. Urusan Mineral dan Batubara

(Penerbitan IUP bukan logam dan batuan s/d 12 mil laut)

c. Sub Urusan Energi Terbarukan

(Penerbitan izin, pembinaaan dan pengawasan usaha niaga


biofuel sbg bahan bakar)

d. Sub Urusan Ketenagalistrikan


` (Izin usaha penyediaan tenaga listrik non-BUMN, izin
operasi,, Izin usaha jasa penunjang)

KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT


DENGAN PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMPROV. BALI
:
1. Perda Provinsi Bali No. 6 Tahun 2009 tentang RPJPD Provinsi
Bali Tahun 2005 - 20025
2. Perda Provinsi Bali Nomor : 16 Tahun 2009 tentang RTRW
Provinsi Bali tahun 2009 2029.
3. Peraturan Gubernur Bali Nomor : 49 Tahun 2012 tentang
Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD
GRK).
4. Perda Provinsi Bali Nomor : 1 Tahun 2014 tentang RPJMD
tahun 2013 2018.
5. Keputusan Menteri ESDM No. 3573.K/70/MEM/2015 tanggal 14
Agustus 2015 tentang Penetapan Prov. Bali Sebagai Kawasan
Nasional Energi Bersih (KNEB)
6. MOU antara Gubernur Bali Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), tanggal 19 Agustus 2015 Tentang
Penetapan Provinsi Bali Sebagai Kawasan Nasional Energi
Bersih
Page 3

PENJABARAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT DENGAN


PENGEMBANGAN ENERGI DI PROVINSI BALI.

1. Perda Prov. Bali Nomor : 6 Th 2009 ttg RPJPD 2005-2025


BAB IV Sasaran, Arah dan Tahapan Prioritas Pembangunan, point
pembangunan ketenagalistrikan, a.l. menyebutkan arahan diversifikasi energi
untuk pembangkit listrik seperti panas bumi, mikro hidro, gas dan batu bara,
juga dapat diterapkan pembangkit listrik tenaga surya, angin dan gelombang

2. Perda Prov Bali No.49 Th 2012 ttg Rencana Aksi Daerah


Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada BAB IV
menyebutkan :
Implementasi mitigasi GRK di Bali antara lain melalui pemanfaatan bahan
bakar yang memenuhi mutu standar emisi

PERATURAN GUBERNUR BALI


Nomor 7 Tahun 2016
(Tanggal 22 Januari 2016)

Perizinan Usaha Energi Baru Terbarukan


dan Ketenagalistrikan.
- Izin Usaha Penyediaan Tenaga listrik Non. BUMN
*Kepentingan Umum
*Kepentingan Sendiri
- Izin Operasi Usaha Ketenagalistrikan
- Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
- Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai
Bahan Bakar Lain

Persyaratan Perizinan
1. Izin Usaha Bahan Bakar Nabati
Data administrasi : Akta persh,profil,TDR, domisili,
NPWP
Data teknis
: izin prinsip, sumber perolehan, fasil.
Izin Lingkungan

2. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik


Data administrasi : identitas, profil, badan hukum, NPWP
Data teknis
: studi kelayakan, lokasi, izin prinsip
Izin Lingkungan
6

REALISASI BBM DAN BBK DI WILAYAH PROVINSI BALI (DALAM KL)

NO

KETERANGAN

2015

2016
(JAN-AGST)

PREMIUM

794.914

467.312

SOLAR

207.914

129.256

PERTAMAX

69.823

95.468

PERTAMAX PLUS

2.004

1.240

PERTADEX

726

917

PERTALITE

8.040

34.016

KEROSINE

1.690

820

1.085.111

729.029

JUMLAH

REALISASI AVTUR DI WILAYAH PROVINSI BALI (DALAM KL)

2016
NO

KETERANGAN

2015
(JAN-AGST)

1AVTUR

570.803.250

459.494.423

REALISASI LPG DI WILAYAH PROVINSI BALI (DALAM KL)


2016
NO

KETERANGAN

2015

(JAN-AGST)
1

PSO

NON PSO
JUMLAH

155.842

109.752

18.821

11.139

174.663

120.891

REALISASI PELUMAS DI WILAYAH PROVINSI BALI (DALAM KL)


2016
NO

KETERANGAN

2015
(JAN-AGST)

PELUMAS

11.213

9.100

PROGRAM UJI PROFISIENSI :


(uji banding antar laboratorium)
1. Adalah suatu program untuk melakukan
evaluasi kinerja laboratorium
kalibrasi/pengujian terhadap kriteria yang telah
ditetapkan sesuai kompetensinya.
2. Uji banding antar laboratorium telah digunakan
secara luas untuk sejumlah tujuan dan
penggunaannya meningkat secara
internasional.
10

Manfaat Uji Profisiensi :


a. Membantu laboratorium untuk mendeteksi adanya
penyimpangan dalam pengujian serta menemukan
penyebab dan cara perbaikan / koreksinya.
b. Merupakan salah satu sarana jaminan mutu hasil uji
c. Untuk memenuhi persyaratan KAN
d. Bahan pertimbangan dalam pemberian akreditasi.
e. Membentuk kepercayaan kepada Laboratorium dengan
uji terus menerus

Dukungan terhadap pernyataan kesetaraan


pengukuran Lembaga Metrologi Nasional.
11

Beberapa tujuan umum uji profisiensi :


a. Evaluasi kinerja laboratorium dalam pengujian atau
pengukuran tertentu dan pemantauan kinerja
laboratorium
b. Penetapan efektivitas dan kesebandingan
(comparability) metode uji dan pengukuran.
c. Validasi klaim ketidakpastian.
d. Dukungan terhadap pernyataan kesetaraan pengukuran
Lembaga Metrologi Nasional.
12

TUJUAN :
Memantau kesesuaian mutu BBM di titik-titik
distribusi tertentu (Kilang, Depot, Agen, Industri,
SPBU) dibandingkan dengan spesifikasi yang
ditetapkan Pemerintah.
Melindungi konsumen dan produsen dari
kemungkinan penyimpangan mutu
Upaya penegakan hukum.
Pembinaan, penyuluhan, dan konsultasi
mengenai mutu dan pengelolaan BBM.
13

PENGAWASAN MUTU BBM


Kegiatan mengakses mutu produk BBM
dibandingkan dengan batasan mutu atau
spesifikasi yang ditetapkan Pemerintah, mulai
dari titik awal sampai titik akhir distribusi
Sifat-sifat Fisika-Kimia Bensin yang Berpengaruh
pada Kinerja Mesin
Sifat Pembakaran
Sifat penguapan (votalitas)
Sifat lain : Stabilitas, korosifitas

14

Spesifikasi Bahan Bakar :


Angka Oktan
berakibat knocking bila oktan rendah

Kandungan Olefin
Terkait emisi Nox, bahan beracun)
Kandungan timbal
Bensin TT terealisasi tahun 2006 di Indonesia

Kandungan CO
Pembakaran tidak sempurna
Daya Turun
15

Wasdal & Sanksi :


Pembinaan dan pengawasan oleh
Gubernur Bali melalui Dinas
Pekerjaan Umum Cq. Bidang ESDM

Sanksi administratif (teguran lisan,


tertulis, penghentian sementara
kegiatan, pencabutan izin)
.
16

PENUTUP :
1. Izin-izin usaha energi baru terbarukan dan
ketenagalistrikan efektif mulai 1 April 2016 ditangani
oleh Pemerintah Provinsi Bali.
2. Kewenangan di bidang Migas di Daerah, seluruhnya
ditarik ke Pusat, sehingga Pemerintah Prov./Kab./Kota
tidak mempunyai payung hukum untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian di Daerah.
2. Mengingat keterbatasan rentang kendali Pemerintah
Pusat, diperlukan acuan /payung hukum untuk
menyertakan partisipasi Daerah dalam pengawasan
hilir Migas yang merupakan hajat hidup orang banyak

18

Vous aimerez peut-être aussi