Vous êtes sur la page 1sur 3

Latar belakang

Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatra Utara yang memiliki jumlah penduduk
dalam jumlah yang besar sekitar 1.993.602 juta jiwa pada tahun 2003, sedangkan pada tahun
2014 jumlah penduduk kota Medan telah mencapai 2.763.632 (Kemendagri). Artinya dalam
sebelas tahun terakhir ini telah terjadi penambahan jumlah penduduk kota Medan sebanyak
770.030 jiwa dalam 21 kecamatan. Disamping berfungsi sebagai pusat pemerintahan juga
berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan komersil, perdagangan, industri, jasa, pendidikan
maupun kegiatan sosial lainnya. Peranan kota Medan yang sedemikian besar membuat
suasana kehidupan kota Medan semakin sibuk.
Menurut data MUTS (Medan Urban Transportation System) pada tahun 1990 jumlah
perjalanan orang di kota Medan mencapai 2.132.000 trip per hari; dan pada tahun 2000
perjalanan mencapai 3.699.000 trip per hari dengan rata-rata perjalanan kendaraan 1.171.000
trip per hari. Selain itu pada periode 1991 sampai dengan 1995 rata-rata pertumbuhan
kendaraan cukup tinggi yakni berkisar 5.4 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan panjang
jalan hanya mencapai 1.9 persen per tahun
Mencermati fenomena pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan yang demikan
pesat serta tingkat perjalanan orang dari dan ke kota Medan yang demikian tinggi dapat
menimbulkan masalah lalu lintas. Masalah lalu lintas pada umumnya muncul sebagai akibat
interaksi antara komponen lalu lintas yang berada di luar batas kemampuan yang ada.
Kondisi ini terjadi bila keseimbangan dan ketidaksesuaian antara ketersediaan dan
permintaan lalu lintas tidak terpenuhi. Komponen lalu lintas berupa sarana, pemakai jalan,
prasarana serta perilaku berlalu lintas saling berinteraksi sehingga menyebabkan terjadinya
pergerakan penumpang dan barang.
Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatra Utara yang semakin berkembang
membutuhkan ketersediaan berbagai sarana salah satunya prasarana lalu lintas. Pembangunan
prasarana lalu lintas berupa jaringan jalan yang menghubungkan kota Medan dengan kotakota lainnya telah direncanakan oleh Pemerintah Daerah. Pergerakan penduduk misalnya dari
kota Binjai ke kota Medan dalam melakukan aktivitas sekolah, bekerja, berdagang maupun
aktivitas social lainnya biasanya menggunakan kendaran pribadi seperti sepeda motor dan
mobil serta kendaraan umum seperti bus besar, bus sedang maupun bus kecil.

Efisiensi kegiatan ekonomi di kota Medan sebagai jantung perkembangan


perekonomian di propinsi Sumatra Utara akan sangat ditentukan oleh kinerja system
perlalulintasan yang ada. Bagaimana propinsi Sumatra Utara dapan bersaing, tumbuh dan
berkembang dalam era ekonomi daerah dan persaingan global dipengaruhi oleh system lalu
lintas yang memadai. Problem lalu lintas di beberapa kota besar di Indonesia umumnya sama,
yakni sering terjadi di jam-jam puncak pada pagi dan sore hari, saat masyarakat pergi maupun
pulang kerja. Kecepatan rata-rata di ruas jalan menuju pusat kota Medan dari kota Binjai
sekitar 20 km/jam. Kemacetan yang sering terjadi pada ruas jalan Medan-Binjai
menyebabkan terjadinya inefisiensi waktu perjalanan yakni sekitar 45 persen dari total waktu
perjalanan yang semestinya.
Panjang jalan Medan- Binjai dari Pinang Baris sampai Binjai lebih kurang 11
kilometer. Kemacetan yang terjadi pada ruas jalan Medan-Binjai dimulai dari jalan Gatot
Subroto sampai pada Kilometer 8 jalan Binjai, khususnya pada simpang Sei Mencirim,
simpang Kompos, simpang Diski. Kemacetan yang terjadi ini menyebabkan terjadinya
antrian panjang, tundaan perjalanan, kecepatan sangat rendah, polusi udara maupun suara.
Masalah lalu lintas tersebu jelas menimbulkan kerugian yang sangat besar pada
pemakai jalan, terutama pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu , juga rendahnya
tingkat kenyamanan. Dapat dibayangkan berapa banyak uang dan waktu yang terbuang
percuma karena kendaraan terperangkap dalam kemacetan dan berapa uang yang dapat
disimpan jika kemacetan dapat dikurangi. Selain itu dampak social yang ditimbulkannya
adalah terjadi konflik social karena stress yang di alami masyarakat akibat kemacetan lalu
lintas.
Untuk mengurangi permasalahan tersebut pembangunan jalan baru perlu dilakukan.
Dan pembangunan jalan tol yang dilakukan merupakan cara yang tepat untuk mengurangi
permasalahan diatas. Untuk itu PT.Hutama Karya (Persero) yang telah ditunjuk pemerintah,
sedang merampungkan proyek jalan tol Trans Sumatra Medan-Binjai sepanjang 16.7 Km.
Nantinya jalan tol ini akan dihubungkan kejalan tol Balmahera yang telah selesai dikerjakan.
Dengan nilai proyek Rp.1.192.494.019.091 dan masa pelaksanaan 380 hari , diharapkan akan
rampung pada pertengahan bulan tahun 2017 nanti. Dan nantinya proyek ini diharapkan dapat
mengurangi kemacetan yang telah terjadi dan juga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, PT.Hutama Karya (Persero) sebagai pemilik proyek
(owner) bersama PT. Hutama Karya Infrastruktur sebagai kontraktor melaksanakan pekerjaan
pembangunan jalan tol Trans Sumatra yang menghubungkan Medan Binjai sepanjang 16.72
Km yang terbagi menjadi 3 seksi. Proyek tersebut sebagai salah satu upaya untuk
memfasilitasi kebutuhan masyarakat di bidang transportasi. Dan diharapkan nantinya dengan
dibangun jalan tol Trans Sumatra dapat mengurangi kemacetan yang telah terjadi, dan juga
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena semakin mudah dan terjangkaunya
akses untuk menuju satu daerah ke daerah lainnya.
Dengan adanya jaringan jalan yang lancar, diharapkan aktivitas ekonomi pun akan menjadi
lancar, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa dipacu lebih cepat yang akan bermuara pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Vous aimerez peut-être aussi