Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Jimmy Suwangsa
(1302114682)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2013
AUDIT ATAS TRANSAKSI UTANG, PIUTANG, UTANG LAIN-LAIN DAN
AKTIVA LAIN-LAIN
SIFAT TRANSAKSI
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang memiliki jangka waktu jatuh tempo yang
kurang dari pada 12 bulan (setahun). Kewajiban ini biasanya memiliki bagian yang besar dalam
laporan keuangan. Pada perusahaan yang mengejar keuntungan, biasanya berbentuk utang usaha,
sedangkan pada instansi Negara berbentuk utang pada pihak ketiga dan lainnya.
Menurut paragraf 11 PSAP 09, kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek
antara lain terdiri dari:
1) Utang kepada Pihak Ketiga
2) Utang Bunga
3) Utang Perhitungan Pihak Ketiga
4) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
5) Utang Transfer
6) Utang Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
7) Utang Jangka Pendek Lainnya, yang meliputi :
Utang Biaya
Pendapatan Diterima Dimuka
Kewajiban Jangka Panjang
Merupakan kewajiban yang jangka waktu jatuh temponya lebih daripada 12 bulan (setahun).
Kewajiban ini berbentuk obligasi pada perusahaan yang mencari keuntungan, sedangkan bagi
Negara biasanya berbentuk utang ke luar negeri dan lainnya.
Sebagaimana disebut dalam kalimat kedua dari paragraf 11 PSAP 09, kewajiban jangka panjang
adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang antara lain terdiri dari:
1) Utang Luar Negeri
2) Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan
3) Utang Dalam Negeri-Obligasi
4) Utang Pembelian Cicilan
sebagai
aset harus
memenuhi
kriteria umum
aset seperti
dijelaskan
dalam Kerangka Konseptual. Aset non-moneter artinya aset ini bukan merupakan kas atau
setara kas atau aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya
atau
dapat
pasti
dipisahkan dari aset lainnya. Tidak memiliki wujud fisik, artinya aset tersebut tidak memiliki
bentuk fisik tertentu seperti halnya aset tetap. Bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk
menentukan keberadaan ATB;
merupakan
karena
hak
cipta, misalnya,
ekonomi
masa
depan
yang
dihasilkan
oleh
ATB dapat
berupa
pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya atau efisiensi,
dan hasil
lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan ATB. Manfaat lain ini dapat berupa peningkatan
kualitas layanan atau keluaran, proses pelayanan yang lebih cepat, atau penurunan jumlah
tenaga/sumber daya
fungsi. Sebagai
Mengemudi
yang
diperlukan
untuk
(SIM
melaksanakan
suatu
tugas
dan
yang
masuk
dalam
kategori ATB
adalah software
yang
bukan
merupakan bagian tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi software
ini dapat
digunakan
di komputer
lain. Oleh
karena
itu software
komputer
Lisensi dapat diartikan memberi izin. Pemberian lisensi dilakukan jika ada pihak yang
memberi lisensi dan pihak yang menerima lisensi, melalui sebuah perjanjian. Dapat juga
merupakan pemberian izin dari pemilik barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi
untuk
menggunakan
barang
Franchise
merupakan
perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak
dari kekayaan intelektual (HAKI) atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
3.
Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya
tersebut
atau memberikan
persetujuannya
kepada
cipta
pihak
adalah
lain
hak
eksklusif Pencipta
atau Pemegang
Hak
hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Hak cipta merupakan "hak untuk
menyalin suatu ciptaan". Hak cipta memungkinkan pemegang
membatasi
penggandaan
tidak
sah
atas
hak
tersebut
untuk
memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya
seni atau karya cipta atau ciptaan. Hak-hak
adanya
kepemilikan
yang
dapat
tersebut pada
dasarnya
diperoleh
karena
menghasilkan
memanfaatkannya. Oleh karena itu Hak Paten dan Hak Cipta sepanjang memenuhi definisi
dan kriteria pengakuan merupakan ATB.
4. Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang
Hasil
kajian/pengembangan
yang
memberikan
manfaat
jangka
panjang
adalah
suatu kajian atau pengembangan yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa
yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak dapat
diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat
diakui sebagai ATB.
5.
Film
dokumenter,
misalkan,
dibuat
untuk
mendapatkan
kembali
naskah
kuno/alur sejarah/rekaman peristiwa lalu yang pada dasarnya mempunyai manfaat ataupun
nilai bagi
pemerintah
ataupun
masyarakat.
Hal
ini
berarti
film
tersebut
mengandung nilai tertentu yang dapat mempunyai manfaat di masa depan bagi
pemerintah. Film/Karya Seni/Budaya dapat dikategorikan dalam heritage ATB.
6.
pelaksanaan
operasional
pemerintahan,
sehingga
bagian
dari ATB.
KEGIATAN PENGENDALIAN
Kegiatan pengendalian adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan
atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah
dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual
seperti merek dagang).
Dengan system akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan dapat menyediakan informasi
keuangan bagi setiap pengguna laporan keuangan tersebut. Auditor perlu membuat perancangan
progam audit untuk kegiatan pengendalian untuk menguji pengendalian tersebut.
Perancangan Program Audit Untuk kegiatan Pengendalian:
1. Fungsi terkait.
2. Dokumen.
3. Catatan Akuntansi.
4. Bagan alir Sistem Informasi Akuntansi.
5. Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan, dan prosedur audit untuk
pengujian pengendalian yang dapat digunakan oleh auditor.
6. Penjelasan aktivitas pengendalian yang diperlukan.
7. Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi yang
bersangkutan.
8. Penjelasan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi yang
bersangkutan.
MENDAPAT PEMAHAMAN DAN MENILAI RESIKO PENGENDALIAN
Assessing Control Risk merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern suatu
entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan (AU
319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat
suatu pertimbangan mengenai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan.
Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami
2. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi Entitas
dari
pertanyaan-pertanyaan tertentu
terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu
memahami bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk
mengevaluasi dan menilai salah saji potensial intern yang dapat muncul dalam asersi laporan
keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi utama
dan yang berhubungan dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang usaha.
3. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang Diperlukan
Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan menggunakan
perangkat lunak computer yang memproses jawaban kuesioner pengendalian intern atau dengan
cara manual dengan menggunakan daftar (check list).
4. Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan computer, bukti
pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil an mengamati personil klien dalam
melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian seharusnya menyediakan
bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari pengendalian yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan computer untuk menguji
bahwa computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan pemasukan dalam
pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap transaksi
peneluaran kas.
5. Mengevaluasi Bukti Dan Membuat Penilaian
Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada
pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai
pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat resiko
pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.
Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai efektifitas pengendalian intern,
auditor sering kali menggunakan petunjuk mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di
tolerasni, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan
pengendalian yang sesuai.
efektifitas
pelaksanaannya
sepanjang
periode. Pemeriksa
juga
Pemeriksa sudah mengidentifikasi prosedur-prosedur uji substantif yang efisien dan efektif yang
diyakini penting untuk mendukung saldo akun terkait
MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektifitas operasi dari suatu
pengendalain berkaitan dengan bagaimana pengendalian diterapkan, konsistensi ketika
pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh siapa pengendalian diterapkan. Prosedur untuk
pengujian yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang
berkenaan dengan pengendalian adalah sebagai berikut:
a.
b.
Kegiatan dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian memberikan bahan bukti
documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan akan meninggalkan jejak dokumen berupa
faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Auditor memeriksa dokumen untuk meyakinkan
bahwa proses telah selesai dan ditandingkan dengan pantas dan bahwa terhadap tandatangan atau
inisial yang diperlukan.
c.
d.
3.
LUAS PENGUJIAN
Berkenaan degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian atas pengendalian
dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam perencanaan. Semakin rendah
risiko pengendalian maka akan semakin luas pengujian atas pengendalian yang harus dilakukan.
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak bukti
yang dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan perosedur pengendalian. Luas
pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang telah
ditetapkan dalam perencanaan oelh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang di
tetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Bagi klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh penggunaan bukti yang diperoleh
pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan
audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan tidak ada perubahan yang signifikan atas
rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada
pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut mempengaruhi tingkat keyakinan atas bukti-bukti yang diperoleh
dari pengujian pengendalian :
1.
Jenis Bukti
Jenis bukti untuk pengujian pengendalian meliputi pertanyaan, pemerikasaan dokumen
dan laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang dari pengendalian atau teknik audit yang dibantu
oleh computer. Dalam pelaksanaan pengujian, auditor memilih prosedur yang akan menyediakan
bukti yang paling dapat diandalkan mengenai efektifitas pengendalian.
2.
Sumber Bukti
Sumber bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan bagaimana auditor
memperoleh bukti baik yang secara langsung seperti melalui pengamatan, memberikan
keyakinan yang lebih besar dari pada bukti yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
penarikan kesimpulan.
3.
seharusnya
tersebut
B.
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan
nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis
dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni saat
perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.
Prosedur analitis pada tahap perencanaan bertujuan:
a) Memahami kegiatan entitas yang diaudit
Umumnya auditor mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang auditan yang
diperoleh di tahun sebelumnya sebagai titik tolak perencanaan audit tahun berjalan. Dengan
melakukan prosedur analitis, perubahan yang terjadi dapat diamati dari perbandingan informasi
tahun berjalan (yang belum diaudit) dengan informasi tahun sebelumnya yang telah diaudit.
Perubahan tersebut dapat mencerminkan kecenderungan yang penting atau kejadian spesifik.
Contohnya menurunnya persentase marjin kotor selama beberapa waktu dapat mengindikasikan
inefisiensi kinerja perusahaan.
b) Menunjukkan kemungkinan salah saji
Perbedaan yang tidak diharapkan (fluktuasi yang tidak biasa) antara data keuangan tahun
berjalan yang belum diaudit dengan data keuangan yang dijadikan pembanding dapat
mengindikasikan adanya salah saji atau ketidakberesan akuntansi. Fluktuasi yang tidak biasa
terjadi jika diperkirakan tidak ada perbedaan tetapi kenyataannya terjadi perbedaan, atau bila
diperkirakan terjadi perbedaan, yang ternyata tidak terjadi. Aspek prosedur analitis ini sering
disebut arahan perhatian karena prosedur ini menghasilkan prosedur yang lebih rinci dalam
bidang
c)
audit
khusus
di
mana
terdapat
kemungkinan
ditemukannya
salah
saji.
Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka implikasinya
adalah adanya kemungkinan salah saji material telah diminimalisasikan. Dengan kata lain, pos
tersebut tidak memerlukan pengujian rinci, prosedur audit tertentu dapat dihilangkan, sampel
dapat dikurangi, atau pelaksanaan prosedur audit pada pos tersebut dapat dilaksanakan sesudah
tanggal neraca. Prosedur analitis lebih sering digunakan pada audit keuangan karena data
keuangan yang menjadi analisis dalam audit keuangan memiliki hubungan dan kecenderungan
antar berbagai data dari berbagai akun-akun pencatatan. Walaupun demikian, prosedur analitis
juga dapat digunakan pada audit-audit lain terutama bila data yang digunakan adalah data-data
kuantitatif. Kecenderungan (trend) tingkat kematian bayi, misalnya, dapat digunakan dalam
prosedur analitis pemeriksaan kinerja efektivitas Program Imunisasi Nasional.
Auditor umumnya melakukan beberapa langkah berikut untuk mencapai tujuan-tujuan prosedur
analitis awal, yaitu:
a)
b)
biasa.
c)
Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan pada
bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat diterima
sebelum memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis sesuai dengan yang
diharapkan dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, maka tidak perlu dilakukan
pengujian terinci.
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan-hubungan (korelasi) untuk
memperkirakan apakah saldo akun atau data yang lain telah disajikan dengan layak. Contoh dari
prosedur analitis adalah membandingkan persentase gross margin pada tahun ini dengan tahun
yang lalu. Prosedur analitis digunakan secara luas dalam praktik dan kegunaanya meningkat
sejak adanya komputer yang membantu melakukan penghitungan-penghitungan ini.
Dalam audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat penting
karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan, pengujian substantif
dan pada waktu penyelesaian audit. Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis
dalam audit atas laporan keuangan adalah:
a)
Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan sebagai
bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan prosedur analitis di mana informasi
laporan keuangan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi laporan keuangan tahun
lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi. Perubahan-perubahan ini
dapat mewakili kecenderungan-kecenderungan yang penting atau kejadian-kejadian tertentu
dimana semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit. Sebagai contoh penambahan saldo
dari aktiva tetap mungkin mengindikasikan perolehan signifikan yang harus diperiksa.
b) Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern)
Prosedur analitis berguna sebagai indikasi jikalau auditan sedang mengalami masalah keuangan.
Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam memperkirakan kemungkinan
kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi kombinasi antara perbandingan di atas normal
dari hutang jangka panjang dengan kekayaan bersih dan perbandingan di bawah rata-rata dari
penghasilan dengan total aktiva, maka risiko kegagalan keuangan yang tinggi mungkin
terindikasi. Hal ini bukan hanya mempengaruhi perencanaan audit, tetapi mempengaruhi
modifikasi laporan audit jika prosedur analitis ini dilakukan pada tahap penyelesaian.
c)
Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain yang
digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa (unusual fluctuations).
Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan yang seharusnya tidak muncul
tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan yang seharusnya muncul tetapi tidak ada.
Pada dua kasus ini, satu alasan yang mungkin untuk fluktuasi yang tidak biasa ini adalah
kesalahan pencatatan akuntansi. Karena itu apabila fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi dalam
jumlah besar, auditor harus menemukan alasan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa
penyebabnya adalah kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena adanya salah saji.
d) Mengurangi pengujian terinci.
Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka
kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini, prosedur analitis
adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian secara layak atas akun-akun yang
berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan pengujian terinci yang lebih sedikit atas
akun-akun tersebut. Dengan kata lain beberapa prosedur audit tertentu dapat dihapuskan, jumlah
sampel dapat dikurangi, atau waktu pelaksanaan prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih jauh
dari tanggal neraca.
PROSEDUR ANALISIS
Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu
yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio yang
dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average
industry
Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
1.
2.
dengan aktiva lancar, rate of return on net sales, ratio kerugian piutang
dengan
pendapatan bersih, ratio kerugian piutang dengan piutang yang sesungguhnya tidak tertagih.
Prosedur Analisis Aktiva Lain-Lain
a. Hitung ratio berikut ini :
1.
Tingkat perputaran aktiva lain-lain
2.
Ratio laba bersih dengan aktiva lain-lain
3.
Ratio tetap dengan modal saham
4.
Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva lain-lain
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data masa
lalu, jumlah yang dianggarkan, atau data lain
c. Pengujian terhadap transaksi rinci
PENGUJIAN SUBSTANTIVE
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji moneter (dalam
satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan
keuangan.
Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi
klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan
diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Pengujian atas transaksi :
Pengujian tersebut meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman
memperoleh sekitar pengendalian internal dan menyertakan uraian tentang prosedur dan risiko
pengendalian yang dinilai dalam kegiatan audit atas utang,piutang,utang lain-lain dan aktiva lainlain.