Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 6
1. Ni Putu Linda Yasmita
1406305127 / 17
1406305154 / 23
1406305169 / 27
1406305180 / 31
1406305199 / 33
menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diausit untuk mendapatkan opini audit.
Informasi keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal. SAK ETAP
disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi
Indonesia.
2. KONSEP DAN PRINSIP PERVASIF SAK ETAP
1. Tujuan laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
1
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam
posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi
tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang
telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan
a)
d) Keandalan. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.
e)
f)
mengakibatkan
informasi
menjadi
tidak
benar
atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relevansi.
h) Dapat Dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
i)
j)
3. Posisi Keuangan
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu
waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-unsur ini
didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas.
b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar
dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
4. Kinerja keuangan
Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas
sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian
investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung
terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban
didefinisikan lebih lanjut sebagai berikut:
a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode
pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan
distribusi kepada penanam modal.
5. Pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara
langsung dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban. Kriteria pengakuan
penghasilan dan beban dibahas lebih lanjut, yaitu:
a. Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos
dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut
biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak
mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.
Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam
laporan laba rugi.
b) Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal.
c) Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset
atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
d) Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
e) Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban.
Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan,
dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat
digantikan dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau catatan
atau materi penjelasan.
b. Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses
ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum
adalah biaya historis dan nilai wajar:
a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang
diterima atau sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu
aset, atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
c. Prinsip pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas (pervasif)
Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban,
penghasilan dan beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip
pervasif dari Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran Laporan
Keuangan.
6. Dasar akrual
Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset,
kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.
7. Saling hapus Tidak Diperkenankan
Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau penghasilan
dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.
3. RUANG LINGKUP SAK ETAP
3.1 Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik yaitu:
c. Entitas dengan akuntabilitas publilk signifikan boleh menggunakan SAK ETAP jika
diijinkan oleh otoritas berwenang. SE No.11/37/DKBU Bank Indonesia tanggal 31
Desember 2009 yang menetapkan standar akuntansi keuangan untuk BPR adalah
SAK ETAP dan SE No. 12/14/DKBU Bank Indonesia tanggal 1 juni 2010 yang
menetapkan penggunaan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditas Rakyat (PA BPR)
yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.
3.2 SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan
keuangan. Terdiri dari:
5.1.1 Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyarakatkan penyajian jujur atas pengaruh
transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan
asset, kewajiban, penghasilan, dan beban. Penyajian wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas.
Entitas yang menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara
penuh atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan. Entitas harus
menilai kelangsungan usaha pada saat menyusun laporan keuangan. Entitas menyajikan
laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun. Informasi komparatif dengan periode
sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Pos-pos yang material disajikan terpisah.
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan
mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
5.1.3 Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usahanya.
5.1.4 Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
5.1.5 Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar perioda harus
konsiseten kecuali:
a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan
penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik
sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, atau
b. SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
5.1.6 Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan perioda sebelumnya kecuali
dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangn dan catatan
atas laporan keuangan).
5.1.7 Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang
tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
Kelalalian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap
material jika, baik secara individuan maupun bersama-sama, dapat memengaruhi pengguna
laporan keuangan dalam penggambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur
tersebut dapat menjadi factor penentu.
5.1.8 Identifikasi Laporan Keuangan Lengkap
9
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan. Perubahan periode laporan keuangan sehingga periode
laporan berbeda, maka ETAP mengungkapkan:
(a) Fakta tersebut.
(b) Alasan penggunaan perioda yang lebih pendek atau lebih panjang.
(c) Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan keuangan yang terkait
tidak dapat diperbandingkan.
(d) Identifikasi secara jelas setiap komponen laporan keuangan.
Informasi berikut, jika perlu, pada setiap halaman:
a) Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan perioda
terakhir;
b) Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat
bagi setiap komponen laporan keuangan;
c) Mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam Bab 25 Mata Uang Pelaporan;
d) Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Catatan laporan keuangan:
a) Domisili , bentuk hukum dan alamat kantor yang terdaftar;
b) Penjelasan sifat operasi dan aktivitas Utama.
6. MANFAAT DAN TUJUAN SAK ETAP.
SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan memiliki prinsip going concern
yakni menginginkan usahanya terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha perlu
banyak upaya yang harus dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan
publik bahwa usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud
pertanggungjawaban tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang
sesuai dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh berbagai
kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa yang datang; dapat
memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.
Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan menyulitkan bagi
penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas public (ETAP) yang mayoritas
adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan menengah. ETAP sebagaimana
10
kepanjangan yang telah diuraikan di atas merupakan unit kegiatan yang melakukan aktifitas
tetapi sahamnya tidak dimiliki oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha yang
dimiliki oleh orang perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya masih
terbatas. Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka sekitar 80 %. Oleh sebab
itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang berkepentingan dalam hal
penyajian laporan keuangan.
7. IMPLEMENTASI SAK ETAP.
PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK ini harus
konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah memutuskan untuk
menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan keuangan, maka untuk selanjutnya
tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK ETAP.
Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka
entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang
menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam
SAK ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau
komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan
jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK
ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru
diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya. Oleh
karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi sejak
tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan penerapan secara prospektif
artinya kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi
setelah tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap periode
sebelumnya.
11
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya
berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama
dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang
muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum tanggal efektif SAK ETAP
diakui secara langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP,
tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan
laporan keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK
ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP,
maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan
SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK nonETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP.
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK
ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETA ini dalam menyusun laporan
keuangan. Entitas tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 29.3.
8. KEBIJAKAN AKUNTANSI SAK ETAP.
Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi
dan Koreksi kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi,
aturan dan praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi,
kejadian atau keadaan lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP. Namun, jika
dampak tidak material maka entitas tidak perlu mengikuti persyaratan dalamSAK ETAP.
Jika transaksi, peristiwa tidak diatur spesifik dalam SAK ETAP, maka manajemen dengan
menggunakan judgementnya mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang menghasilkan informasi:
1. Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi; dan
12
2. Andal yaitu dalam laporan keuangan yang menyajikan dengan jujur posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari suatu entitas.
3. Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya,
serta tidak hanya mencerminkan bentuk hukumnya.
4. Netral yaitu bebas dari bias
5. Mencerminkan kehati-hatian.
6. Bersifat lengkap dalam semua hal yang material
Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5):
a. Persyaratan dan panduan dalamSAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang
serupa dan terkait; dan
b. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban,
pendapatan dan beban dan prinsip-prinsip pervasif di Bab 2 Konsep dan Prinsip
Pervasif.
c. PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan, namun tidak
boleh bertentangan dengan Bab 9.5
9. PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN SAK ETAP DENGAN PSAK.
SAK ETAP
Neraca
Laporan laba rugi
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan keuangan
PSAK
Laporan posisi keuangan (neraca)
Laporan laba rugi komprehensif
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan keuangan
Laporan posisi keuangan pada awal
periode
komparatif
untuk
penyajian
kembali
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.iaiglobal.or.id/v02/prinsip_akuntansi/standar.php?cat=SAK%20ETAP&id=71.
(Diakses tanggal 23 November 2016)
https://tsetyaernawati.wordpress.com/2012/04/05/rangkuman-isi-sak-etap/
(Diakses tanggal 23 November 2016)
http://daniels-stephanus.blogspot.com/2013/07/standat-akuntansi-keuangan-entitas.html
(Diakses tanggal 23 November 2016)
http://syannegracetine.blogspot.com/2013/11/materi-sak-etap_14.html
(Diakses tanggal 23 November 2016)
14
15