Vous êtes sur la page 1sur 2

Kamis, 1 Oktober 2015 - 17:53 wib

Dibunuh Sadis, Kasus Salim Kancil Pelanggaran


HAM Berat
LUMAJANG - Aktivis petani,
Salim Kancil (46), dibunuh
secara sadis oleh puluhan
orang karena menyuarakan
penolakan tambang pasir
ilegal di kampungnya, Desa
Selok Awar-Awar, Pasirian,
Lumajang, Jawa Timur, pada
26 September 2015.
Anggota Komnas HAM M,
Nurkhoiron menjelaskan,
apabila kasus terbunuhnya Salim Kancil itu dilakukan oleh aktor
negara, maka pelaku sudah melanggar Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
"Ada dua jenis pelanggaran HAM yang termasuk dalam kategori
berat. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000,
yakni kejahatan kemanusiaan dan genosida (perbuatan yang
dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok, ras, agama)," jelas dia, Kamis
(1/10/2015).
Dalam kasus itu, kata dia, telah terjadi pelanggaran hak asasi
manusia karena menghilangkan hak hidup seseorang. Maka
berdasarkan kronologis kejadian yang diterima Komnas HAM,
menurut Nurkhoiron, kasus yang dialami oleh Salim Kancil
merupakan pelanggaran HAM berat karena termasuk ke dalam
kategori kejahatan kemanusiaan.
"Semua bukti akan kami kumpulkan dari penyelidikan di lapangan
secara komprehensif, kemudian dilakukan kajian dan hasilnya akan
diterbitkan dalam bentuk rekomendasi akhir," paparnya.
Rekomendasi itu akan ditujukan kepada sejumlah pihak seperti
aparat kepolisian yang kini sudah menangani kasus tersebut dan
Pemerintah Kabupaten Lumajang terkait dengan izin penambangan.
Seperti diberitakan, kasus pelanggaran hak kembali terjadi pada
Sabtu 26 September 2015 di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan

Pasirian, Kabupaten Lumajang. Dua aktivis antitambang pasir, Salim


Kancil dianiaya dan dibunuh secara tidak manusiawi, sedangkan
Tosan dianiaya hingga mengalami luka parah.
Keduanya menjadi korban tindak kekerasan karena ikut menolak
tambang pasir di pesisir Pantai Watu Pecak.

Vous aimerez peut-être aussi