Vous êtes sur la page 1sur 3

EPIDEMIOLOGI

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang masih menjadi


masalah, baik di negara maju maupun berkembang. Setiap tahunnya, di
Amerika Serikat 478.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner.
Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk
menderita PJK. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus
bertambah.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi
Jantung Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung
akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun
2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung
terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan
kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan
merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada
2010.
Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka
kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada lakilaki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih
rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020
diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang
setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi
penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks
dan beragam. Mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif
serta penyakit psikososial. Namun tetap saja penyebab angka kematian
terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner . Tingginya angka kematian
di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan

hasil

Survei

Kesehatan

Rumah

Tangga

Nasional

(SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami


peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %.

kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka


kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di
negara Indonesia.

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Gejala Klinik
Gejala adalah sakit dada sentral atau retrosentral yang dapat menyebar kesalah satu atau

kedua tangan, leher atau punggung. Sakit sering timbul pada kegiatan fisik maupun emosi atau
dapat timbul spontan waktu istirahat.
Penderita dengan aninga pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik. Penderita
dengan Angina pektoris stabil, pola sakit dadanya dapat dicetuskan kembali oleh suatu kegiatan
dan oleh faktor-faktor pencetus tertentu, dalam 30 hari terakhir tidak ada perubahan dalam hal
frekuensi, lama dan faktor-faktor pencetusnya (sakit dada tidak lebih lama dari 15 menit). Pada
Angina pektroris tidak stabil, umumnya terjadi perubahan-perubahan pola : meningkatnya
frekuensi, parahnya dan atau lama sakitnya dan faktor pencetusnya. Sering termasuk disini sakit
waktu istriahat, pendeknya terjadi crescendo kearah perburukan gejala-gejalanya. Subset ketiga
adalah angina Prinzmetal (variant) yang terjadi karena spasme arteri koronaria.
Faktor pencetus yang paling banyak menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi
yang berlebihan dan kadang-kadang sesudah makan. Semua keadaan ini meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard dengan meningkatkan baik denyut nadi maupun tekanan darah
sistemik. Hasil perkalian kedua parameter ini merupakan indeks dari kebutuhan oksigen
miokard.
Biasanya angina pektoris klasik tidak lebih lama dari beberapa menit dan menghilang
dengan istirahat. Ini sering dikenal sebagai angina of effort. Akan tetapi pada keadaan dimana
terjadi pengurangan aliran darah koroner atau kekurangan pasok oksigen yang secara primer
disebabkan suatu proses penyumbatan, kadang-kadang sakit dadanya lebih lama pada istirahat.
Pada keadaan demikian kemungkinan stenosis pembuluh darah korroner yang lebih berat harus
dipertimbangkan. Ini dinamakan angina et rest (angina istrahat) atau bahkan kadang-kadang
infark miokard.

Penyebab dari angina of effor biasanya suatu penyempitan arteria koronaria proksimal
yang bermakna (>75%). Kalau penyempitan lumen arteria koroner oleh plak aterosklerotik tidak
berat, peningkatan tahanan proksimal ini tentu dapat diatasi dengan dilatasi arteriol, yaitu reduksi
tahanan perifer di cabang-cabang intramiokardial dari arteria koroner. Dengan demikian aliran
koroner dapat memenuhi kebutuhan normal. Ini tidak dimungkinan lagi pada penyempitan yang
bermakna. Dilatasi arteriol koroner dan aliran darah koroner melalui pembuuh arteria koroner
yang menyempit ini dengan cepat mencapai maksimum (cadangan koroner = coronary reserve.
Penyebab dari angina istirahat sebetulnya banyak, dapat terjadi karena oklusi akut pada suatu
cabang utama koroner, apakah oleh spasme atau trombus, atau yang lebih jarang peningkatan
kebutuhan oksigen primer tanpa ada hubungannya dengan stress.

Pemeriksaan

Bila kita memeriksa seorang penderita dalam keadaan serangan sakit dada, pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan bunyi jantung ketiga, bunyi jantung keempat, dan sering terdengar bising
sistorik diapeks sesuai dengan disfungsi otot papilaris. Diantara serangan tidak ditemukan tanda
fisik apa-apa ( atau hanya bunyi jantung keempat).
Pada 50% dari kasus terdapat kelainan berupa iskemia miokard yang manifest sebagai
depresi horizontal atau upsloping segmen ST. Elektrokardiografi normal belum tentu
menyingkirkan adanya suatu angina. Sebaliknya kelainan elektrokardiografi yang menyerupai
iskemia dapat sekunder disebabkan oleh hal-hal lain seperti digitalis, hipertrofi ventrikel kiri atau
kelainan elektrolit. Pada angina variant atau Prinzmetal biasanya sakit lebih hebat dan lebih lama
dari angina klasik, sering terjadi saat istirahat. Pada 50 % penderita, waktu sakit terdapat aritmia,
biasanya berasal dari ventrikel. Elektrokardiografinya memperlihatkan kelainan khas berupa
elevasi segmen ST, berlawanan dengan depresi segmen ST pada angina klasik.
Hasil pemeriksaan radiologis dan laboratorium pada uumumnya dalam batas normal kecuali
kalau sudah ada komplikasi atau penyakit lain yang bersamaan. Dianjurkan untuk memeriksa
darah lengkap, dula darah dan lipid.

Vous aimerez peut-être aussi