Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Mila Machmudah D
Hadi P.
Setia Pranata
Penerbit
ii
SUSUNAN TIM
Buku seri ini merupakan satu dari tiga puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan 2015 pada 30 etnik di Indonesia.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan Kepala
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/V.1/221/2015, tanggal 2 Pebruari 2015,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
Sekretariat
: Mardiyah, SE. MM
Dri Subianto, SE
iii
Koordinator Wilayah:
1. Prof. Dr. dr. Lestari Handayani, M.Med (PH): Kab. Mesuji, Kab.
Klaten, Kab. Barito Koala
2. dr. Tri Juni Angkasawati, M.Sc: Kab. Pandeglang, Kab. Gunung
Mas, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
3. Dr.drg. Niniek Lely Pratiwi, M.Kes: Kab. Luwu, Kab. Timor Tengah
Selatan
4. drs. Kasno Dihardjo: Kab. Pasaman Barat, Kab. Kep. Aru
5. Dr. Gurendro Putro, SKM. M.Kes: Kab. Aceh Utara, Kab. Sorong
Selatan
6. dra. Suharmiati, M.Si. Apt: Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Sumba
Barat
7. drs. Setia Pranata, M.Si: Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Kab.
Sumenep, Kab. Aceh Timur
8. drg. Made Asri Budisuari, M.Kes: Kab. Mandailing Natal, Kab.
Bantaeng
9. dra. Rachmalina Soerachman, M.Sc.PH: Kab. Cianjur, Kab.
Miangas Kep.Talaud, Kab. Merauke
10. dr. Wahyu Dwi Astuti, Sp.PK, M.Kes: Kab. Sekadau, Kab. Banjar
11. Agung Dwi Laksono, SKM. M.Kes: Kab. Kayong Utara, Kab. Sabu
Raijua, Kab. Tolikara
12. drs. F.X. Sri Sadewo, M.Si: Kab. Halmahera Selatan, Kab. Toli-toli,
Kab. Muna
iv
KATA PENGANTAR
Penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat
di Indonesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan logika dan
rasional, sehingga masalah kesehatan menjadi semakin kompleks.
Disaat pendekatan rasional yang sudah mentok dalam menangani
masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat
kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk menyelesaikannya. Untuk
itulah maka dilakukan riset etnografi sebagai salah satu alternatif
mengungkap berbagai fakta kehidupan sosial masyarakat terkait
kesehatan.
Dengan mempertemukan pandangan rasionalis dan kaum
humanis diharapkan akan menimbulkan kreatifitas dan inovasi untuk
mengembangkan cara-cara pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.simbiose ini juga dapat menimbulkan rasa memiliki (sense
of belonging) dan rasa kebersamaan (sense of togetherness) dalam
menyelesaikan masalah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Tulisan dalam Buku Seri ini merupakan bagian dari 30 buku seri
hasil Riset Etnografi Kesehatan 2015yang dilaksanakan di berbagai
provinsi di Indonesia. Buku seri sangat penting guna menyingkap
kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah tertimbun agar dapat diuji
dan dimanfaatkan bagi peningkatan upaya pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan kearifan lokal.
Kami mengucapkan terima kasih pada seluruh informan,
partisipan dan penulis yang berkontribusi dalam penyelesaian buku
seri ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan
kesempatan pada Pusat Humaniora untuk melaksanakan Riset
Etnografi Kesehatan 2015, sehingga dapat tersusun beberapa buku
seri dari hasil riset ini.
vi
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM ..........................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................
iii
v
vii
ix
xi
1
1
4
6
7
7
9
9
14
23
38
44
45
45
46
48
49
52
54
58
61
63
96
vii
115
115
121
124
131
133
136
136
137
141
145
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 4.4
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Gambar 3.12
Gambar 3.13
Gambar 3.14
xi
Gambar 3.15
Gambar 3.16
Gambar 3.17
Gambar 3.18
Gambar. 4.1
Gambar. 4.2
Gambar. 4.3
xii
105
107
110
113
119
123
125
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Negara indonesia merupakan negara yang besar dengan
sumberdaya alam yang melimpah. Hal tersebut merupakan potensi
untuk bisa memberikan penghidupan bagi rakyatnya untuk menjadi
sejahtera. Masalahnya, potensi yang sedemikian besar tersebut belum
sepenuhnya dimanfaatkan dengan optimal. Kemiskinan masih menjadi
permasalahan yang mendapatkan perhatian serius. Berdasarkan data
BPS, prosentasi kemiskinan di Indonesia pada bulan maret 2014
adalah 11,25 % atau sekitar 28,28 Juta jiwa (BPS,2014).
Berbicara tentang kesejahteraan masyarakat, UNDP
menggunakan Human Development Index sebagai tolok ukur untuk
melihat kesejahteraan masyarakat. Tiga dimensi yang digunakan
untuk melihat kesejahteraan adalah kesehatan, pendidikan, serta
sosial ekonomi. Sementara ini, Indonesia masih berada di peringkat
111 dunia.(https://id.wikipedia.org/wiki) Hal tersebut menjadi poin
penting untuk diperhatikan oleh pemerintah dan semua lapisan
masyarakat di Indonesia.
Memperhatikan
kondisi
kesejahteraan
masyarakat
sebagaimana tergambar pada peringkat HDI, Pemerintah Indonesia
sudah berusaha untuk mengadakan perbaikan pada semua bidang.
Dibidang kesehatan, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
kesehatan. Pencanangan indonesia sehat 2010, sampai pada
komitmen mensukseskan Millenium Development Goals. Namun
demikian, beberapa indokator penting masih belum bisa dikatakan
baik. Angka kematian ibu dan bayi masih saja menjadi permasalahan,
Tuberkulosis paru (TB), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta,
serta berbagai macam penyakit menular maupun penyakit tidak
menular masih perlu mendapatkan penanganan serius. Survei
Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa Angka
BAB 2
BUDAYA ETNIK MONGONDOW
2.1. SEJARAH
2.1.1. Asal Usul Desa
Perkembangan Desa Nunuk ini diawali dengan kedatangan
orang-orang dari daerah Kotobangon, yang sekarang dikenal sebagai
Kotamobago, daerah Loloyan, dan Dumoga. Kedatangan mereka ini
terjadi pada tahun 1917. Orang yang pertama kali datang dari
Kotobango, yang sekarang dikenal sebagai Kotamobago adalah
keluarga Paputungan dan Gonibala. Sedangkan yang datang dari
Lolayan adalah keluarga Paputungan juga. Awalnya Desa Nunuk
disebut dengan nama Idugi, yang artinya duri karena banyak
ditemukan batu berduri.
Mereka datang pertama kali ke Idugi yang terletak di daerah
pesisir selatan dengan maksud untuk membuat garam dari air laut
modapug.Selain itu mereka juga mencari lahanuntuk pertanian.
Dalam pencariannya mereka menemukan lahan, yang dianggap bagus
untuk pertanian dan perkebunan. Temuan tersebut merupakan
kabarkan kepada sanak keluarga.
Beberapa bulan kemudian anak-anak mereka datang dengan
membawa lengkap alat pertanian bersama dua bersaudara pandai
besi Makalentang dari Kininolotagan Dumoga.Hampir bersamaan
dengan mereka datang juga dari Desa Doloduo Dumuga yaitu Bapak
A.D. Kobandaha dengan tujuan membuat garam.
Periode tahun 1917-1923 jumlah penduduk yang datang di
Idugi semakin berkembang hingga mencapai 47 Kepala Keluarga dan
terdaftar sebagai penduduk sementara di Desa Tolotoyon, yang
kemudian menjadi Desa Pinolosian. Semakin lama penduduk yang
bermukim di perkebunan Idugi bertambah, tahun 1932 tokoh-tokoh
agama dan tokoh-tokoh adat mengadakan pertemuan untuk
membahas dan sepakat membentuk pedukuhan untuk diajukan ke
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
2.2.2. Kependudukan
Data penduduk Desa Nunuk berdasarkan jenis kelamin terdiri
727 Jiwa laki-laki dan 628 jiwa perempuan, total adalah 1.355 orang.
Tercakup dalam 377 Kepala Keluarga dengan perincian 368 Kepala
Keluarga laki-laki dan 9 Kepala Keluarga perempuan. Dari 377 KK
tersebut ada 67 Keluarga prasejahtera.Seluruh penduduk Desa Nunuk
berjumlah 1.355 orang tersebut beragama Islam (Profil Desa Nunuk
2013).
Berdasarkan diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat,
dikemukakan bahwa kebanyakan penduduk di Desa Nunuk bermarga
Paputungan.Bisa jadi demikian sebab kekerabatan ini bersumber dari
keluarga besar Paputungan di Kotamobago. Dari perjalanan sejarah,
orang yang pertama kali datang ke Desa Nunuk adalah keluarga
Paputungan dari Kotobango sekarang Kota Kotamobago. Selain etnis
Mongondow, penduduk Desa Nunuk ada yang berasal dari etnis
Gorontalo, Makasar, Bali, dan Jawa.
Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut; 156 orang saat ini sedang duduk di bangku SD, tamat SD ada
412 orang, tamat SMP ada 50 orang, tamat SMA ada 80 orang, sedang
menuntut ilmu di perguruan tinggi ada 10 orang, tamat S1 ada 16
orang, dan tamat S2 ada 1 orang. Di Desa Nunuk hanya ada 1 TK dan 1
SD, sedangkan untuk SMP dan SMA harus ke Kecamatan Pinolosian.
Untuk masuk perguruan tinggi kebanyakan memilih di Kotamobago,
Menado, Gorontalo, dan Makasar. Kabupaten Bolsel belum memiliki
fasilitas perguruan tinggi.
Data penduduk berdasarkan mata pencaharian atau pekerjaan
masyarakat Desa Nunuk terbesar adalah sebagai petani ada 303
orang. Pekerjaan lainnya adalah PNS ada 30 orang, karyawan swasta
ada 10 orang, pedagang ada 8 orang, tukang ada 7 orang, buruh tani
ada 7 orang, perawat/bidan ada 3 orang, tukang jahit ada 2 orang, dan
tukang listrik ada 1 orang.
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
f.
Kelahiran,
Pada saat kelahiran dilakukan adzan dan iqomat yang
dilakukan oleh Imam atau pegawai syariah lainnya. Sebagai
rentetan kegiatan, setelah itu dilakukan pula aqiqah dan gunting
rambut.
Dalam upacara gunting rambut, pemangku adat
mengambil bunga pinang yang diletakkan diatas dalam ruangan
rumah. Kemudian diambil kelapa muda, dengan cara dilubangi,
diambil airnya dan diusap di rambut yang mau digunting. Setelah
rambut digunting kepala bayi diusap lagi dengan air kelapa.
Guntingan rambut dimasukan ke dalam buah kelapa yang
dilubangi sebelumnya, selanjutnya kelapa digantung ditirisan
depan rumah sampai jatuh sendiri. Upacara ini bertujuan agar
bayi tidak diganggu makhluk halus. Seperti yang disampaikan oleh
Bapak Syam Madi sebagai salah satu pemangku adat, adat
gunting rambut ini supaya bayi tidak ada diganggu arwah-arwah.
31
32
Pernikahan,
Di Desa Nunuk ini pesta pernikahan tidak ditentukan oleh
tanggal dan atau hari baik berdasarkan kepercayaan tertentu.
Waktu pernikahan biasanya dilakukan pada hari sabtu atau
minggu. Masyarakat tidak bisa seenaknya menentukan waktu
pernikahan. Ada peraturan desa yang mengatur jumlah
33
34
35
36
37
38
Tete Neme
39
40
Imam ini juga perwakilan Kementrian Agama dalam hal ini Kantor
Urusan Agama (KUA) sebagai Pembantu Pencatat Nikah di Desa.
2.5. PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
2.5.1. Konsep Tentang Sehat dan Sakit
Konsep sehat bagi penduduk Desa Nunuk adalah dapat
melakukan aktifitas sehari-hari dengan kondisi badan yang nyaman
atau enak. Gejala-gejala sakit seperti demam, pusing, dan batuk bagi
mereka sudah dianggap sakit karena di badan terasa tidak enak meski
masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari.
Membeli atau mengkonsumsi obat-obat di warung terdekat
menjadi pilihan pertama pengobatan. Beberapa penduduk ada yang
menggunakan ramuan dari tanaman yang tumbuh di sekitar
pekarangan atau kebun mereka. Tetapi sepanjang pengamatan
mereka lebih memilih cara cepat membeli obat di warung. Bila merasa
belum sembuh maka mereka akan datang ke Pustu Desa untuk
berobat. Bila dalam jangka waktu empat-lima hari belum sembuh
juga, sebagian mereka mencari pengobatan alternatif. Salah satunya
adalah dengan upacara momolapag dan pengobatan alternative
cengkeh.
2.5.2. Pengetahuan Penyembuhan Tradisional dan Biomedikal
Konsep sakit bagi penduduk Desa Nunuk adalah sakit akibat
penyakit dan sakit akibat gangguan makhluk halus.Ketika mereka
mengalami gejala sakit, pilihan pertama mereka adalah penyembuhan
biomedical. Namun demikian, kuatnya keyakinan mereka terhadap
hal-hal ghaib terkait kesehatan membuat masyarakat menggunakan
teknik penyembuhan secara adat/tradisional yang mereka,
diantaranya adalah.
a. Momolapag, adalah upacara adat memuja dan meminta pada
arwah leluhur dengan menyediakan sesajen agar memberikan
41
42
43
44
2.6. BAHASA
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Melayu, Menado,
Mongondow, dan Bahasa Indonesia. Bahasa menjadi kendala kami di
dalam penelitian yang cukup singkat, meskipun mereka bisa
berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia tetapi gaya bahasanya lepas
dengan pedoman baku bahasa Indonesia. Pemilihan kata pun cukup
membingungkan, seperti bentar malam dan bentar sore, torang
dan dorang, dan DP (dia punya). Menulis kembali ucapan-ucapan
mereka bukan pekerjaan muda.
Di dalam pengucapan etnis Mongondow selama penelitian ada
dua huruf yang pengucapannya beda, yaitu huruf L dibaca R dengan
lidah di langit-langit mulut, dan N dibaca NG. Momolapag dibacanya
Momorapag, Bolaang Mongondow dibacanya Boraang Mongondow,
dan Ikan dibacanya Ikang.
Selama penelitian kami mengamati bahwa Bahasa Indonesia
lebih banyak dipakai oleh orang-orang pemerintahan, seperti Ketua
BPD, Sangadi, Sekretaris Desa, dan Dinas Kesehatan. Sedangkan
masyarakat sehari-hari lebih menggunakan bahasa Melayu dan
Menado, untuk bahasa Mongondow sendiri lebih banyak di kalangan
orang tua.
2.7. KESENIAN
Waktu riset yang hanya satu bulan tidak cukup untuk menggali
tentang kesenian yang ada, beberapa yang dapat kami rekam adalah :
a. Salamat
Seni sastra sajak bersajak berisi doa, harapan, dan humor, yang
dapat ditemukan pada saat upacara adat perkawinan. Salamat
ini seperti di etnis Padang atau pun Betawi berbalas pantun.
Salamat pada saat upacara perkawinan
b. Bolad
Kerajinan membuat tikar dari daun pandan yang diberi warna
merah, hijau, biru, dan ungu. Beberepa orang tua masih bisa
45
46
47
BAB 3
DINAMIKA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
48
49
162
100
0
18
13
Medis
Gizi
Kesmas
Perawat/Bidan
Teknisi Medis
22
Farmasi
Sanitasi
50
Puskesmas
Jumlah Bidan
Di Puskesmas
Bidan Di
Desa
Molibagu
Duminanga
3
4
Momalia
Milangodaa
1
1
2
3
5
6
7
Pinolosian
Adow
Dumagin
1
2
3
10
4
3
4
21
Jumlah
Sumber. Profil Dinas Kesehatan 2013
51
Puskesmas pembantu
52
Puskesmas
53
54
55
56
57
Hal ini bila berkelanjutan akan dapat mengganggu organ vital manusia
seperti jantung, ginjal serta otak.
Hipertensi sendiri di masyarakat etnis Mongondow tidak
memiliki nama khusus. Namun gejala yang dirasakan masyarakat yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi dikenal dengan Nopo nikin
dugu. Peneliti mencoba untuk melihat bagaimana pemahaman
masyarakat mengenai penyakit yang satu ini. Focus group discussion
(FGD) peneliti lakukan untuk mengetahui sejauh mana hipertensi
terjadi dan dipahami di masyarakat. Dari 10 ibu berusia 30 40 tahun,
hanya 2 orang yang mengaku memiliki kondisi tekanan darah kisaran
130/90 mmHg. Sisanya, 8 orang mengalami tekanan darah bervariasi,
ada yang 180/90 mmHg sampai 200/ 90 mmHg. Ada pernyataan
menarik ketika peneliti lontarkan berapa tekanan darah ibu-ibu saat
ini. 4 orang menyampaikan bahwa ia memiliki tekanan darah 140/100
mmHg dan Normal. Kata normal disini yang dimaksud adalah yang
dipahami masyarakat bahwa tekanan darah sekitar 140/90 mmHg
bagi orang yang berusia 40 tahun ke atas adalah normal. Mereka
memahami bahwa, untuk usia yang semakin tua, maka tekanan darah
dianggap wajar bila memiliki tekanan lebih tinggi. Dokter di
Puskesmas Pinolosian menyatakan bahwa pemahaman masyarakat
kurang tepat mengenai hal itu.
...itulah yang terjadi di masyarakat yang perlu dirubah.
Sebenarnya untuk hipertensi, semua umur harusnya ya 120/90.
Jadi kalau dia bilang 140/90 itu normal bagi orang yang sudah
tua ya keliru itu...
58
273
325 214
129
CC
ISPA
325
2268
403
HYPERTENSI
DERMATITIS
750
DIARE
1360
1560
ASMA
REMATIK
59
Nama
Penyakit
cc
Ispa
Hipertensi
Gastritis
DKA
Myalgia
Diare
Asma
Pupitis akut
Reumatik
Januari
119
105
117
56
78
51
28
27
-
april
198
141
113
44
43
40
21
20
20
18
60
memudar. Untuk penderita kusta, Sampai saat ini masih ada sekitar 3
orang yang masih dalam tahap pengobatan.
Untuk menggali lebih jauh mengenai penyakit kusta kepada
penderita langsung memang sangat sulit. Sampai penelitian ini
berakhir, peneliti tidak sempat menemui penderita kusta secara
langsung. Mereka merasa malu dengan stigma yang ada. Ada sebagian
yang beranggapan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit
kutukan. Kutukan tersebut terjadi karena ia durhaka dengan orang
tua.
Semua penderita kusta yang ada di desa Nunuk pernah
diasingkan di Kebun. Mereka biasanya ditempatkan di rumah gubuk
yang terbuat dari kayu. Pemahaman tentang pengobatan yang rutin
dan terus menerus selama 6 bulan masih belum bisa dipahami. Dalam
upaya memerangi stigma bagi masyarakat yang sudah sembuh, pihak
desa biasanya akan mengumumkan penderita yang sudah sembuh
dengan mengundang seluruh masyarakat untuk hadir dan
menyaksikan pengumuman bahwa si fulan sudah sembuh dari kusta.
3.5. Upaya mencari Pengobatan
Menarik untuk di amati bagaimana masyarakat etnik
mongondow dalam mencari pengobatan apabila ia merasakan sakit.
Namun sebelumnya perlu di ketahui bagaimana konsep sehat dan
konsep sakit menurut masyarakat etnik Mongondow. Berdasarkan
wawancara dengan beberapa informan, peneliti berusaha
menyimpulkan konsep sehat dari sisi etik masyarakat mongondow.
Sehat adalah keadaan dimana masyarakat masih bisa bekerja dan
beraktifitas seperti biasanya. Sakit adalah kondisi dimana badan
merasa tidak seperti biasanya. apabila mereka merasakan pusing serta
kurang enak badan, maka hal tersebut sudah dikategorikan sakit.
Meskipun kadar kesakitannya tidak tinggi dan mereka masih bisa
beraktifitas. Namun mereka tetap menganggap sakit. Untuk konsep
61
sakit, yang menjadi ukuran bukanlah aktifitas namun lebih kepada apa
yang dirasakan.
Berdasarkan sumbernya, rasa sakit yang dialami seseorang
diyakini berasal dari dua penyebab. Pertama adalah Sakit yang
disebabkan oleh bakteri,virus, atau kuman lainnya. Kedua adalah sakit
yang disebabkan oleh gangguan makhluk halus. Jenis kedua ini bisa
diperoleh ketika seseorang berada di rumah, halaman, dan kebun.
Dalam mencari pengobatan, hal pertama yang ia lakukan
adalah melakukan self treatment atau upaya pengobatan sendiri
menggunakan obat di warung. Bila yang dirasakan hanya sekedar
pusing, panas, sakit gigi, atau berdasarkan pengalaman terdahulu
bahwa sakitnya akan sembuh menggunakan obat warung. Kondisi ini
sebenarnya menjadi beresiko karena obat yang dikonsumsi tanpa
aturan serta dosis yang tepat. Hal ini akan menyebabkan resistensi
penyakit terhadap obat. Terlebih bila obat yang dikonsumsi adalah
antibiotik.Apabila tidak kunjung sembuh, maka langkah kedua adalah
mengunjungi tenaga kesehatan. Untuk masyarakat Desa Nunuk
biasanya akan berkunjung ke bidan wilayah di Poskesdes atau kepada
dokter praktik.Langkah terakhir apabila dalam mencari pengobatan,
penyakit yang dirasakan tidak kunjung sembuh, masyarakat akan
meminta pertolongan kepada dukun pengobatan atau mogogonow.
Berikut ini gambaran pencarian pengobatan oleh ibu Nola, 36
tahun. Selama 1 minggu, badannya panas, tidak enak makan, pusing
serta tidak bersemangat dalam beraktifitas. Ia sempat mengunjungi
bidan ses wayan yang ada di Poskesdes dan dokter praktik. Namun,
penyakitnya tidak kunjung sembuh. Obat yang dikonsumsi tidak
mengurangi apa yang ia rasakan. Pada akhirnya, ibu nola melakukan
ritual momolapag yang dipimpin oleh bapak Arif yang seorang
mogogonow. Berdasarkan penuturnya, setelah dilaksanakan ritual
tersebut, pada malam harinya bisa tidur nyenyak, makan enak dan
badan tidak sakit. Ia menyimpulkan bahwa sembuh.
62
63
64
65
66
67
pasti soalnya diperiksa luarnya saja. Suami ndak ikut jadi dokter
ndak mau periksa, harus persetujuan suami. Soalnya suami ada
kerja di kebun. Suami umur 26 tahun. Kalau ada ya kepengen.
Tidak terpikir, lupa karena ke kebun, sebenarnya kepengen
(tersenyum)...
68
ramuan agar esterlita bisa hamil. Tapi hasilnya nihil. Ada niat untuk
memeriksakan kesehatan reproduksinya pada dokter ahli di
Kotamobagu untuk melihat bagaimana kualitas kesehatan alat
reproduksinya. ...ini masih tunggu gaji dulu baru kita mau ke dokter di
kotamobagu... kata esterlita.
Yang menjadi perhatian di sini adalah bagaimana keturunan
menjadi sangat diidamkan untuk dimiliki. Pandangan masyarakat
terhadap orang yang belum memiliki keturunan biasa saja. Bukan
malah menganggap atau menjustifikasi bahwa ia menderita sakit
tertentu. Namun lebih kepada bagaimana masyarakat juga ikut
memberikan saran tentang apa yang perlu dilakukan untuk segera
mendapatkan anak.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas kepada
ibu hamil di Desa nunuk adalah melalui posyandu. Selain itu,
pelayanan di Poskesdes juga siaga selama 24 jam. Untuk pelaksanaan
posyandu, di jadwalkan setiap awal bulan. Desa nunuk memang tidak
terlalu luas serta jumlah penduduk tidak terlalu banyak. Posyandu
yang ada di Desa Nunuk hanya ada 1 dan terletak di kantor Desa. Pada
saat penelitian ini berlangsung, pelaksanaan posyandu dijadwalkan
pada tanggal 7 mei 2015. Jadwal bisa berubah tergantung
kesepakatan petugas dan kader posyandu. Pemeriksaan ibu hamil
dilakukan sebanyak minimal 4 kali. 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke 3. Penuturan
informan Intan menyebutkan bahwa ia memeriksakan anak ketiganya
itu mulai usia kandungan satu bulan di posyandu. Upaya untuk
menjaga kehamilannya dilakukan pemeriksaan setiap bulan secara
rutin. Senada dengan yang disampaikan oleh ibu Intan, Andri, 31
Tahun, merupakan Suami dari Ibu Yulianti yang pada saat penelitian
sedang hamil 4 bulan menuturkan, istrinya semenjak hamil 1 bulan
sudah diperiksakan ke bidan.
Pemeriksaan ibu hamil bagi masyarakat Desa Nunuk Tidak
hanya dilakukan pada bidan saja, tetapi juga kepada Biang. ...jadi
69
70
Desa
1
Linawan
2
Linawan 1
3
Nunuk
4
Ilomata
5
Pinolosian
6
Pinolosian Selatan
7
Kombot
8
Kombot timur
9
Lungkap
10 Tolotoyon
Kecamatan
Jumlah
Bumil
21
19
27
22
24
11
31
6
18
27
206
Bumil risti
4
4
5
4
5
2
6
1
4
5
41
Komplikasi
ditangani
2
0
5
2
3
4
4
2
7
4
39
71
Jumlah Bumil
21
19
27
22
24
11
31
6
18
27
206
Tablet Fe 1
23
15
25
22
16
13
25
6
18
24
187
Tablet Fe3
21
13
20
14
14
10
20
5
15
22
154
Jika ada tanda-tanda mual atau merasa tidak enak badan maka
bisa juga menghirup aroma jeruk tersebut yang memiliki bau segar.
Secara logika sebenarnya penggunaan jeruk suwanggi ini memang
masuk akal. Bahwa aroma jeruk yang segar tersebut bisa menjadi
pereda saat ibu hamil mengalami mual-mual.
72
73
74
75
tidak boleh duduk di pintu rumah yang ada perempuan hamilnya. Bagi
ibu hamil yang akan keluar rumah, jangan sekali-kali berdiam sejenak
di tengah-tengah pintu, niat untuk keluar harus diteruskan keluar. Bila
ibu hamil masih tidak langsung keluar rumah, tetapi masih berdiam
diri di antara pintu rumah, maka diyakini pada saat melahirkan bayi
akan sulit keluar. Kepercayaan lain yang diyakini oleh ibu hamil adalah
ibu hamil hendaknya mencuci piring bekas makannya dengan bersih.
Keyakinan ini dipercaya akan berpengaruh pada kebersihan bayi yang
nantinya akan dilahirkan. Selain itu, bagi ibu hamil yang keluar malam
diharuskan untuk menggunakan penutup kepala. Namun saat ini
sudah mulai banyak berkurang. Kecuali yang berkerudung. ibu hamil
yang keluar malam mulai tidak menghiraukan hal tersebut. Ada
benarnya juga tentang pemahaman tersebut. upaya menghindari
kepala dari dinginnya malam serta embun malam adalah bermanfaat
bagi ibu hamil. Pantangan lain juga disebutkan bu hasmiah melalui
pernyataannya sebagai berikut :
...Tidak boleh makan di dalam kamar. suami makan apa aja
harus bilang kepada istrinya supaya nanti anaknya ndak keluar
liur dan ibunya tidak keluar kotoran saat melahirkan...
76
77
78
79
80
Utara. Temuan Sri handayani, dkk pada etnik ini adalah bahwa ibu
yang akan melahirkan akan duduk di atas bangku kecil yang terbuat
dari kayu. Dalam posisi duduk tersebut, kedua kakinya dibuka lebarlebar dan ditekuk sambil tangannya berpegangan pada kain yang
digantung pada tiang rumahnya.
Dari kasus fahrudin diatas, bagaimana seorang istri sangat
mendominasi dalam pengambilan keputusan tempat persalinan. Hal
ini membuktikan bahwa sang istri memiliki peran lebih besar dalam
menentukan dimana ia akan bersalin. Fahrudinpun menyatakan
kekesalannya, bahwa sang istri tidak mau melahirkan di pelayanan
kesehatan kala itu. Bila istri menginginkan melahirkan di rumah, maka
ia akan melahirkan dirumah. Ibu deti juga menuturkan hal yang
serupa, ia adalah salah satu ibu yang melahirkan dirumah. Ia lebih
nyaman ketika bisa melahirkan di rumah ditemani biang dan
keluarganya.
3.6.3.2 Peran keluarga
Pada kasus ibu marlina, bagaimana sang suami sangat
berperan dalam membantu istrinya yang akan melahirkan. Upaya
untuk memanggil biang dan bidan pun dilakukan. Suami menjadi
tokoh utama selain sang istri. Keluarga yang lain biasanya ada
memberikan support bagi kedunya. Setelah proses melahirkan.
Beberapa keluarga membantu menyiapkan pakaian bayi, membantu
mengurus ibu yang melahirkan, serta membantu memasak makanan,
mengantisipasi bila ada kerabat yang datang menjenguk. Sebagian
masyarakat memiliki pola yang sama dalam memilih perannya masingmasing selama ada orang yang akan melahirkan.
Peran keluarga dalam mensukseskan persalinan menurut
pandangan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Keluarga hendaknya selalu mengingatkan ibu hamil untuk
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan dan melakukan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Beberapa
81
82
83
84
85
86
87
Desa
Linawan
Linawan 1
Nunuk
Ilomata
Pinolosian
Pinolosian selatan
Kombot
Kombot timur
Lungkap
Tolotoyon
Kecamatan
Laki
13
3
4
10
4
3
8
2
3
9
59
Bayi
Perempun
3
3
2
9
4
1
6
1
9
8
46
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
bayi dan balita, salah satu tujuannya adalah untuk melihat bagaimana
status kesehatan bayi dan balita dilihat dari berat badan per umur.
Bila berat badan sesuai umur tidak mencapai standar maka dikatakan
bayi BGM (Bawah Garis Merah) atau gizi kurang bahkan gizi buruk.
Berdasarkan informasi dari salah satu kader posyandu di Desa nunuk,
untuk kasus gizi kurang di Desa Nunuk tercatat ada 4 balita. Namun, 2
diantaranya telah mendapatkan penanganan oleh puskesmas. 1 balita
jarang dibawa ke posyandu, anak balita berusia 2 tahun dengan berat
badan 6 Kg. 1 balita masih dalam penanganan.
Berbicara masalah posyandu, tentunya kegiatan ini bisa
dikatakan sebagai miniatur dari bagaimana pelaksanaan peran serta
masyarakat yang ada di Desa nunuk. Kader sebagai ujung tombak
pelaksanaan posyandu memiliki peranan cukup besar dalam
pelaksanaan posyandu. Dukungan dari masyarakat terhadap
pelaksanaan posyandu bisa dikatakan cukup baik. Tidak hanya
kelompok ibu-ibu yang terlihat pada saat pelaksanaan posyandu,
tetapi bapak-bapak terlihat mengantar sang anak untuk ditimbang.
Hal ini menunjukkan bahwa perhatian posyandu tidak hanya datang
dari kalangan ibu-ibu. Namun bapak-bapak juga memiliki perhatian
lebih. Kehadiran mereka tidak lepas dari peran masjid untuk
menyampaikan pengumuman posyandu.
Seperti persepsi kebanyakan bahwa, posyandu masih dianggap
sebagai milik Puskesmas. Sejatinya, posyandu sepenuhnya merupakan
tanggung jawab Desa dan dilaksanakan oleh masyarakat Desa Nunuk.
Sehingga yang terjadi adalah pelaksanaan posyandu seolah masih
menjadi kepentingan Puskesmas.
3.7.2 Cuci tangan pakai sabun
Salah satu hal kecil dan sederhana, namun memberikan
dampak yang luar biasa terhadap pencegahan penyakit adalah cuci
tangan menggunakan sabun. Tidak mudah diterapkan kecuali melalui
kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil. Sayangnya, kebiasaan mencuci
99
100
101
102
103
104
105
Lain halnya Bagi pendi, 36 tahun, rokok akan selalu ada dalam
kesehariannya. Setelah makan, mengobrol, ataupun saat kapanpun
yang dirasa ingin merokok, maka sebatang rokok tidak lama akan
berada di mulutnya. Asap putih pekat dengan aroma tembakau segera
meluncur keluar dari mulutnya. Kegiatan mengobrol dengan
tetanggapun tidak lepas dari menghisap rokok. Merokok menjadi
bagian yang harus ada di setiap kegiatan.
Andri, 30 tahun, pernah ingin berhenti merokok. Dia memang
sempat mengurangi batang rokok yang dihisapnya. Namun pengaruh
lingkungan tidak mampu ia tahan. Akhirnya ia kembali merokok lagi.
...saya dulu merokok mulai kecil, sempat dulu mau berhenti.
Sempat berhenti tapi tidak bisa. ya balik lagi. Kalau tidak
merokok itu malas. Kadang kalau kerja tidak ada rokok tidak
semangat. Rasanya ingin pulang saja. Tapi setelah merokok, lalu
diam sebentar, rokok tinggal separuh itu di taruh lagi, baru kita
bisa lanjut kerja...
106
107
108
109
110
Buang Air Besar, mencuci piring, mencuci baju, mandi, dan Gosok gigi
memang secara fisik terlihat bersih namun tidak terlalu jernih. Namun
bila dinilai dari standar kebersihan atau sanitasi pada sumber air
bersih masih belum memenuhi standar. Namun masih ada yang
memanfaatkan aliran irigasi tersebut.
Untuk pemanfaatan mata air yang ada di dekat aliran sungai
yang dikenal dengan nama tonop, kegiatan mencuci baju juga
dilakukan di sana. Contohnya ibu hasmia, dirumahnya memiliki sumur
suntik sebagai sumber air bersih. Bahkan untuk mencuci, ia memiliki
mesin cuci baju. Namun sepertinya ia merasa lebih nyaman bila
mencuci di mata air tersebut. Kendala listrik menjadi alasan utamanya
mengapa ia jarang sekali mencuci menggunakan mesin cuci. Seringnya
pemadaman listrik memaksa ibu hasmia hanya menggunakan mesin
cucinya sebagai alat pengering pakaian saja. Tidak hanya bu hasmia,
beberapa warga juga acap kali memanfaatkan tonop tersebut. Mata
air yang sudah di buatkan alas papan untuk mencuci dan mandi
memang dirasa lebih nyaman. ...itu kemarin waktu selesai pesta
duka, semua dicuci disana. Belanga semua digosok disana. Dicuci
bersih. Kan dibuatkan papan, jadi bagus...mama rijan.
Mata air tersebut tidak hanya digunakan untuk kegiatan mandi
dan mencuci baju. Masyarakat juga meyakini bahwa air yang berasal
dari mata air tersebut bisa diminum tanpa dimasak terlebih dahulu.
Biasanya beberapa warga membawa timba untuk kebutuhan minum
mereka. Beberapa informan yang ditemui mengaku bahwa rasa air
yang berasal dari sumber mata air tersebut sangat segar. Berbeda
dengan air dari sumur. Tidak berbau dan tidan berasa. Berdasarkan
pengamatan, peneliti melihat air dari mata air tersebut sesuai dengan
3 indokator fisik sebagai patokan yaitu tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak berasa. Namun standar untuk menjaga kesehatan, air yang
akan dikonsumsi harus di masak sampai mendidih terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi.
111
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Desa
Linawan
Linawan 1
Nunuk
Ilomata
Pinolosian
Pinolosian
selatan
Kombot
Kombot timur
Lungkap
Tolotoyon
Kecamatan
Keluarga yang
diperiksa
211
162
225
217
228
112
Jamban
Keluarga
memiliki
42
35
70
45
77
23
316
64
167
238
1940
76
12
24
75
479
Sehat
42
35
70
45
77
23
76
12
24
75
479
112
113
Desa
Linawan
Linawan 1
Nunuk
Ilomata
Pinolosian
Pinolosian
Selatan
7
Kombot
8
Kombot timur
9
Lungkap
10 Tolotoyon
Kecamatan
Jumlah
Bangunan
211
162
225
217
228
112
316
64
167
238
206
305
57
159
235
187
205
159
223
205
219
80
114
Bab 4
PESTA MUDA MUDI, BAGAI PISAU BERMATA DUA
115
116
117
118
Tidak ada batasan usia untuk bisa masuk dalam acara tersebut.
Semua kalangan diperbolehkan termasuk anak kecil. Peneliti sempat
menyaksikan bagaimana anak yang masih kecil juga menikmati musik
tersebut. Berjoget berhadapan dengan lawan jenis. Beberapa
diantaranya menyaksikan orang lain yang sedang menggelenggelengkan kepalanya. bahkan beberapa diantaranya ada yang sedang
berduaan.
Tidak hanya sekedar berjoget, beberapa remaja akan minumminuman keras sebelum berjoget di panggung. Remaja pria biasanya
akan berkumpul di tempat yang gelap untuk minum minuman keras.
Kondisi mabuk inilah yang dikhawatirkan ketika ikut berjoget. Kejadian
kerusuhan beberapa kali terjadi. feldy mengatakan bahwa di Desa
Pinolosian pernah terjadi keributan. Keributan yang terjadi karena
beberapa remaja berjoget dalam keadaan mabuk. Saat emosi tidak
terkontrol, tersenggol orang lain pun bisa menjadi pemicu keributan.
Kegiatan ini memang tidak bisa dipisahkan, seolah menjadi
satu paket dengan acara pernikahan. Pesta ini juga menggunakan
undangan bagi pemuda atau teman yang berada di luar kampung.
119
Kegiatan yang di sinyalir sudah ada sejak beberapa puluh tahun yang
lalu ini sudah menjadi budaya baru dikalangan remaja. Kepala dusun 1
di Desa nunuk menuturkan bahwa pesta tersebut tidak bisa
dihilangkan dari acara pernikahan. Apabila sampai ditiadakan, maka
konsekuensinya adalah remaja tidak akan mau untuk ikut kegiatan
baku tolong.
Di satu sisi, pesta muda mudi ini merupakan upah bagi jerih
payah pemuda pemudi yang terlibat dalam kesibukan pesta
perkawinan, serta hiburan bagi remaja. Namun disisi lain, pelaksanaan
pesta muda mudi menjadi kegiatan yang kurang baik bagi anak dan
remaja. Ada korelasi yang bisa di tarik dari kegiatan pesta muda mudi
tersebut dengan perilaku remaja. Memang bukan menjadi akar
penyebab terjadinya permasalahan remaja. Namun pesta muda mudi
menjadi salah satu pemicu serta faktor pendorong terhadap cara
pergaulan remaja.
Melihat dari sisi pemahaman lokal, sebenarnya pesta mudamudi ini adalah kegiatan hiburan yang diperlukan bagi kalangan
remaja. Seperti yang dijelaskan diawal bahwa Kabupaten Bolsel ini
merupakan daerah pemekaran yang baru yang terpencil. Mengapa
kemudian budaya pesta ini muncul adalah karena mereka sangat
membutuhkan hiburan. Berbeda halnya dengan di Kotamobagu.
Arman mokoginta menuturkan bahwa acara semacam ini sudah tidak
lagi ditemukan. Acara pesta sudah lebih modern. Tempat-tempat
hiburan di Kotamobagu sudah banyak ditemui. Tidak susah bagi
remaja di Kotamobagu untuk mencari kesenangan.
Intinya adalah peneliti bukan bermaksud bersepakat dengan
adanya pesta muda-mudi, namun poin pentingnya adalah diperlukan
sebuah kondisi yang menyenangkan bagi remaja atau hiburan
tertentu yang mengarah pada hal-hal positif. Jangan sampai pesta
muda mudi merupakan pintu masuk bagi permasalahan remaja di
Desa Nunuk khususnya dan di Bolsel pada umunya.
120
121
122
123
124
125
126
interaksi antar remaja putra dan putri kian bebas. selain itu, hal ini
juga menunjukkan betapa lemahnya pengawasan orang tua terhadap
pergaulan sang anak. Aturan dan denda seolah bisa mencegah
perilaku remaja tetapi kenyataannya masih belum menjadi suatu
aturan yang di patuhi. Berdasarkan observasi peneliti terlihat
bagaimana remaja putri masih berada diluar rumah padahal sudah
lewat dari jam 9 malam. Pacaran yang seharusnya di larang, masih
mendapatkan toleransi bersyarat. Harus tau diri, harus sewajarnya,
harus tahu batasan. Namun belum tentu kewajaran dan batasan
antara orang tua dan anak sama. Informasi yang dilihat melalui
televisi, internet dan media lain akan menggeser nilai-nilai dan norma
yang ada pada diri remaja. Batasan orang tua tidak boleh berciuman,
berpegangan tangan, dan berpelukan apakah sama dengan batasan
anak remaja saat ini. hal ini menjadi pertanyaan besar. bisa jadi hal
tersebut menjadi hal yang biasa dikalangan remaja. Salah seorang ibu
yang memiliki anak perempuan ditanya mengenai batas kewajaran
menurut versi remaja, berikut komentarnya
...Kalau menurut orang tua itu ndak wajar. Yang wajar ya
ngobrol saja. Ndak boleh sering-sering ketemu. Seminggu sekali
kalau ketemu. Kalau boncengan ndak apa-apa jangan ke tempat
yang sepi. Kalau malam saya ndak kasih. Kecuali sama saudara
laki-laki...
127
128
Usia >20
Jumlah
L
2015*
24
20,83
11
44,83
19
79,16
13
54,17
2014
84
10
11,90
33
38,38
74
88,09
51
69,71
total
108
15
13,89
44
40,74
93
86,11
64
59,26
129
130
tidak hamil, yang proporsinya meningkat dari 30,9% pada tahun 2010
menjadi 46,6% pada tahun 2013.
Tidak hanya itu, dalam kasus konsumsi miras dan
penyalahgunaan obat, kejadian yang mengakibatkan kematian pernah
terjadi. penyebabnya adalah konsumsi miras yang berlebihan
mengakibatkan kondisi yang tidak stabil dalam berkendara
menggunakan sepeda motor, sehingga menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa, penyalahgunaan
obat sudah memberikan efek sangat buruk bagi perkembangan
mental remaja. salah satu informan mengalami keadaan yang sangat
memprihatinkan. Ia tidak bisa fokus dengan apa yang dipikirkannya.
Seringkali dalam pembicaraan dengan kawannya, ia tidak bisa
berkomunikasi dengan baik karena yang ia bicarakan terkadang tidak
nyambung dengan temannya. Kejadian tersebut sudah selayaknya
menjadiperhatian serius. Tidak bisa dibiarkan begitu saja karena hal ini
akan menjadi bom waktu bagi kabupaten yang terbilang masih
sangat baru.
4.4.Cerita tentang perkawinan dini
Dalam penelitian selama satu bulan bersama dengan
masyarakat, peneliti melihat beberapa kasus pernikahan dini yang
terjadi. Peneliti melakukan wawancara dengan seorang informan
untuk mengetahui lebih jauh tentang pernikahan dini. untuk
kerahasiaan, informan yang diwawancarai akan disamarkan
identitasnya. Sebutlah namanya x
Saat diwawancara, informan x sedang berusia 21 tahun. ia
menceritakan bahwa kala itu ia sedang duduk di kelas 2 SMA di
Kotamobagu. Jarak kotamobagu ke Pinolosian cukup jauh. Sehingga ia
harus kost. Pergaulan remaja di Kotambagu bisa dibilang cukup
memprihatinkan. Pergaulan bebas juga sudah mulai dilakukan di
kalangan anak2 usia sekolah. Tidak terkecuali informan x. Awalnya ia
berkenalan dengan seorang teman sekolahnya. Dari proses
131
132
133
134
Dimulai dari sebatang rokok, lama lama kirim untuk doi bulanan uang
dibelikan rokok dan lain-lain, sebaginya.
kepercayaan orang tua itu harus kalian balas dengan keberhasilan ya
mulai miris menghadiri pesta nikah, ada yang baru semester 2 semester
6 orang suruh pergi sekolah ini untuk mencari sarjana bukan untuk
mencari sarjono...saya kurang bisa berpesan kepada mereka
meskipun menikah tetap harus bisa melanjutkan sekolah, tetapi apa
bisa konsentrasi pada pelajaran so ada anak
135
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
permasalahan dari maraknya kehamilan pada usia dini dan
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja adalah pergaulan bebas
yang secara tidak sadar semakin marak dengan adanya tradisi Pesta
Muda Mudi yang seiring adanya tradisi Baku Tolong di dalam adat
perkawinan etnis Mongondow. Pesta Muda Mudi menjadi ajang
perkenalan dan atau pertemuan remaja-remaja dari dalam dan luar
desa.
Adapun akar permasalahannya dapat ditinjau dari aspek sosial
budaya, aspek kesehatan, dan aspek regulasi kebijakan. Dalam aspek
sosial budaya dapat disimpulkan; (1) Tradisi pesta muda mudi sudah
mengarah ke pada budaya hedonis, seks bebas, dan penyalahgunaan
narkoba, (2) Budaya permisif perangkat desa dan masyarakat atas
pergeseran tradisi pesta muda mudi, (3) Dilema antara kebutuhan
akan tradisi baku tolong dengan dampak pergeseran tradisi pesta
muda mudi, (4) masyarakat sudah tidak menganggap aib terhadap
kasus hamil di luar nikah, dan (5) banyak muda mudi pengangguran
karena putus sekolah.
Akar permasalahan dari aspek kesehatan adalah minimnya
program promotif tentang kesehatan reproduksi remaja,
penanggulangan HIV dan AIDS, dan penanggulangan narkoba.
Sedangkan akar permasalahan dari aspek regulasi kebijakan, yaitu; (1)
Kasus HIV di Bolsel baru muncul tahun 2014 sehingga belum ada
program terpadu antar dinas terkait untuk penanggulangan penularan
IMS dan AIDS, (2) Belum ada regulasi minuman beralkohol dan
minimnya aparat keamanan untuk pengawasan, (3) Skala priorotas
Kabupaten pemekaran masih pada pembangunan infrastruktur.
136
137
138
139
140
Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Balitbangkes Kemenkes RI
Badan Pusat Statistik.Survey Demografi Kesehatan Indonesia.2012.
Jakarta : Badan Pusat Statistik, macro International, Bappenas.2012
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Pedoman Pengisian
KuesionerRiset Pembiayaan Kesehatan Di Era Jaminan Kesehatan
Nasional 2015. Surabaya: Pusat Humaniora, kebijakan kesehatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
Damopili, A.P. Hukum Adat Perkawinan Bolaang Mongondow, 1985
Damopolii, A.P. Sejarah Bolaang Mongondow, 1984.
Damopolii, A.P. Sejarah Masuknya Agama Islam di Kabupaten Bolang
Mongondow, 1986.
Dinas Kesehatan Bolaang Mongondow Selatan, 2013. Profil Dinas
Kesehatan Bolsel Tahun 2013. Molibagu : Dinas Kesehatan.
Dunnebier, W. Verloven en Trouwen In Bolaang Mongondow,
Pertunangan dan Perkawinan di Bolaang Mongondow, terjemahan B.
Ginupit, 2002.
Dunnebier, W. Over de Vorsten Van Bolaang Mongondow,
Mengenal Raja-Raja Bolaang Mongondow, terjemahan R. Mokoginta,
1983
Handayani, sri. dkk. Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2014,
Hembusan topo tawui dalam persalinan, etnik kaili daa kabupaten
mamuju utara. surabaya; Pusat Humaniora, kebijakan Kabupaten
Bolaang Mongondow, Empat Aspek Aset Daerah Bolaang
Mongondow, Hasil Seminar Adat Daerah Bolaang Mongondow, 1996.
141
142
Sumber Internet :
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/dampak-danpenyebab-stunted.html
http://manajemenpelayanankesehatan.net/papua/images/presentasi/A2-1.pdf
http://www.path.org/publications/files/Indonesian_16-3.pdf
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/kesehatanreproduksi-remaja-dalam-aspek-sosial.html
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
http://promkes.depkes.go.id/menkes-ajak-remaja-cegah-penyebaranhivaids/
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/678
https://books.google.co.id/books?id=LKpz4vwQyT8C&pg=PT276&lpg=
PT276&dq=remaja+anemia+dan+kehamilan&source=bl&ots=gj03KR8
dpm&sig=9N_2FEeThxn57uLsXe14DcAW5mU&hl=id&sa=X&ei=mEaVV
Yu3IcemuQTfmo74CA&ved=0CDwQ6AEwBQ#v=onepage&q=remaja%
20anemia%20dan%20kehamilan&f=false
http://www.pusat3.litbang.depkes.go.id/berita-118-penelitian-kohortumbuh-kembang-anak.html
143
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488
http://budaya-indonesia.org/asal-mula-bolaang-mongondow/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bolaang_Mongondow_Selatan
http://www.gosulut.com/2297/satu-warga-bolsel-positif-hiv/
http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/71/name/sulawesi-utara/detail/7101/bolaangmongondow
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bolaang_Mongondow_Selatan
http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/71/name/sulawesi-utara/detail/7111/bolaangmongondow-selatan
http://www.bolsel.com
http://paguyubanpulukadang.forumotion.net/t1364-sejarah-permesta
http://geocities.ws/potabalink/index.htm
144
GLOSARIUM
Biang
Bogani
Dabu-dabu
Dompo
Gedi
Gogundanan
Imam
Induwa
Kobong
Kintal
Lingkit
Makatanak
Mamak
Mo bangun kon lipu
Mobuju
Modeyangow
Mogogonow
Momolapag
Monibi
Mopo umaan limu
Mopokaan
Nopo nikin dugu
: dukun bayi
: orang yang kuat / leluhur orang
mongondow
: sambal dari irisan cabai, bawang merah,
dan jeruk nipis ditambahkan minyak
dan air panas
: dodol yang terbuat dari durian
: sayuran khas mongondow dimasak
menggunakan santan
: ayunan untuk bayi (bue-bue)
: tokoh agama dan pembantu kua
: plasenta
: kebun
: halaman rumah
: jimat untuk bayi agar tidak rewel
: obat tradisional
: ibu
: membangun wilayah
: dibujuk / dirayu
: cara menentukan penyebab sakit/
mendiagnosa
: orang yang bisa mengobati penyakit
secara tradisional
: pengobatan karena gangguan gaib
: pengobatan masal secara tradisional
: mandi lemon
: sesajen
: gejala yang dirasakan saat hipertensi
145
Pesta duka
Pesta muda mudi
Rica
Sangadi
Tete
Toiton
Tonop
146
7.
lakukan
Tim Peneliti
147