Vous êtes sur la page 1sur 13

ACTION REASERCH

METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh
<< G. Dinda Pratika>> <<1501170910>>

Akuntansi & Sistem Informasi


Bina
Nusantara University
2015
DASAR-DASAR ACTION RESEARCH
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Penelitian Tindakan atau Action Research mulai berkembang
sejak perang dunia ke dua. Saat itu, Penelitian TIndakan sedang

berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris,


Amerika, Australia, dan Canada. Pada awalnya penelitian tindakan
digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi seseorang
dalam tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya, seperti kantor,
pabrik, bank, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya. Penelitian
Tindakan ini bersifat partisipatif karena dilakukan sendiri oleh peneliti
dari
penentuan
topik
permasalahan,
merumuskan
masalah,
merencanakan, melaksanakan, sampai menganalisis dan membuat
laporannya. Selain bersifat partisipatif, penelitian tindakan juga
bersifat kolaboratif. Hal ini dikarenakan pada penelitian tindakan juga
melibatkan rekan kerja dalam proses penelitiannya.
Tahun enam puluhan baru dikenal beberapa metode penelitian
maka saat sekarang jumlah itu sudah berkembang menjadi banyak.
Beberapa di antaranya adalah: metode penelitian survai, ex postfacto, eksperimen, evaluasi, kualitatif, historis, analisis kontent,
data sekunder, penelitian dan pengembangan (R & D), penelitian
sastra, penelitian filsafat, penelitian tindakan, dan penelitian
tindakan kelas. Tentusaja, masing-masing metode memiliki ciri-ciri
tersendiri,
sehingga
peneliti
harus
cermat
bilamana
akan
menggunakan suatu metode tertentu. Pemilihan metode ini harus
didasar-kan pada jenis masalah yang akan dipecahkan.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai penelitian
tindakan (action research). Tampaknya metode penelitian kali ini
sedang berkembang di kalangan masyarakat. Perkembangan ini tidak
hanya terjadi di Indonesia, di Negara Negara maju pun demikian.

B. PENGERTIAN ACTION RESEARCH


Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu
bentuk rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti
mendeskripsikan, menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi
sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau
intervensi
dengan
tujuan
perbaikan
atau
partisipasi. Action

research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka


penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara
peneliti dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt Lewin,1973
disitasi
Sulaksana,2004),
sedangkan
pendapat
Davison,
Martinsons & Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan,
sebagai sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori
dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran
dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci
terhadap konteks masalahnya.

Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan


atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya digarap secara sistematik dan sistematik sehingga
validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Action
research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang
mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence);
dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian
tindakan ditujukan untuk memberikan andil pada pemecahan masalah
praktis dalam situasi problematik yang mendesak dan pada
pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam
rangka kerja etis yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi
Madya,2006). Proses penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara
finding pada saat penelitian, dan action learning. Dengan demikian
action research menghubungkan antara teori dengan praktek.

Baskerville (1999), membagi action research berdasarkan


karakteristik model (iteratif, reflektif atau linear), struktur (kaku atau
dinamis), tujuan (untuk pengembangan organisasi, desain sistem atau
ilmu pengetahuan ilmiah) dan bentuk keterlibatan peneliti (kolaborasi,
fasilitatif atau ahli.

BAB 2
SEJARAH PERKEMBANGAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN ACTION RESEARCH
Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt
Lewin seorang Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi
social dan eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap
masalah-masalah social dan memfokuskannya pada proses kelompok
partisipatif untuk menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan
yang umumnya ada dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali
mengemukakan istilah action research (penelitian tindakan) pada
makalah-makalah yang ditulisnya pada tahun 1946, yang antara lain
berjudul
Action Research and Minority Problems, dan Characterizing
action research as a Comparative Research un the Condition and
Effect of Various Forms of social action and Research Leading to social
Action.
Dalam ilmu sosial, Kurt levin (dalam McTaggart, 1993)
memahami antara hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi
dari hasil penelitian. Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan
terletak pada fokus penelitian, yaitu masalah-masalah sosial poitik.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1952 1953,
Stephen Corey memakai model ini untuk tindakan dalam dunia
pendidikan yang menurutnya bahwa dengan menggunakan Action
Reasearch perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan. Setelah itu
tercatat ada beberapa proyek yang terkait dengan Action Research
diantaranya, Councils Humanities Curriculum Project (HCP) pada tahun
1967-1972 di Inggris. Kepala HCP, Lawrence Steen House (1975)
memperkenalkan istilah the teacher as researcher atau guru sebagai
peneliti.
Sekitar tahun 1972-1975, ada proyek yang dinamakan dengan
Ford Teaching Project, yang dipimpin oleh John Elliot dan Clem
Adelman (Hopkins, 1993 : 32). Ada 40 guru sekolah dasar dan sekolah
menengah yang dilibatkan dalam penelitian ini untuk menelaah

praktek kelasnya dengan penelitian tindakan, sebagai


memperbaiki dan meningkatkan pengajaran meereka.

upaya

Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan untuk


mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan profesionalisme
antara
pendidik
dan
tenaga
kependidikan. Gideonse (1983)
mengemukakan bahwa restorasi terhadap pendekatan penelitian perlu
diadakan sehingga penelitian yang dilakukan merupakan investigasi
yang terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran
dengan cara refleksi dan sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal
sebagai tindakan atau Action research.
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep
Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan
(Kemmis,1982). Berpusat pada Deakin University di Australia, Kemmis
dan kolegannya telah menghasilkan suatu seri publikasi dan materi
pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum, dan
Evaluasi. Selanjutnya, artikel mereka mengenai Penelitian Tindakan
bermanfaat untuk pengembangan penelitian Tindakan dalam bidang
pendidikan.
B. PERKEMBANGAN PENELITIAN TINDAKAN DI INDONESIA
Sampai dewasa ini keberadaan Action Reasearch sebagai salah
satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama
jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Di dalam bidang
pendidikan penelitian ini dapat dilakukan ada skala mikro maupun
makro.
Di Indonesia Action Research masih dapat dikatakan relative
muda, karena selama ini model penelitian masih berupa penelitian
kuantitatif. Paradigm lama beranggapan bahwa kelas hanya
merupakan tempat uji coba terori, tempat menyebarkan angket
penilitian tanpa ada usaha melibatkan guru sebagai tim peneliti.
Pada tahun 1994-1995 proyek PGSD memprogramkan penelitian
kebijakan dan penelitian tindakan dengan topic ke-SD-an.

BAB 3
PRINSIP PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN
A. TUJUAN & TAHAPAN PENELITIAN TINDAKAN
Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan
utama, yaitu: meningkatkan dan melibatkan. Tujuan pertama
meningkatkan praktik, professional, yakni peningkatan
pemahamandanpraktik oleh praktisinya, sertapeningkatan situasi
tempat pelaksanaan praktik.Dengan kata lain, tujuan utama
penelitian ini adalah untuk merubah perilaku penelitianya, perilaku
orang lain, dan atau merubah cara kerja, kerangka kerja, organisasi,
atau struktur lain yang pada gilirannya menghasilkan perubahan
perilaku para penelitinya dan atau perilaku orang lain.
Jadi,
penelitian
tindakan
lazimnya
dimaksudkan
untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan
untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada ruang
kelas atau ajang dunia kerja. Jadi, penelitian tindakan
dimaksudkan untuk meningkatkan praktik tertentu dalam situasi kerja
tertentu.
Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam
buku Educational Research In Australia mengemukakan bahwa
penelitian tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu
meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang
praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh
praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan.
Sedangkan involve berarti, melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika
penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah

antara lain, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua
siswa.
Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-sama
paling sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau klien
yang berasal dari akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu,
tujuan yang akan dicapai dari suatu penelitian tindakan (action
research) akan dicapai dan berakhir tidak hanya pada situasi
organisatoris tertentu, melainkan terus dikembangkan berupa aplikasi
atau teori kemudian hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat
dengan tujuan riset (Madya,2006).

Berikut tahapan penelitian tindakan (action research) yang dapat


ditempuh yaitu : (Davison, Martinsons & Kock (2004) lihat
Gambar berikut : Siklus action research, (Davison, Martinsons &
Kock (2004)
Davison,
Martinsons & Kock
(2004), membagi A
ction
research dalam
5
tahapan
yang
merupakan siklus,
yaitu :

1. Melakukan diagnosa
(diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna
menjadi dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi perubahan,
untuk
pengembangan
situs
web
pada
tahap
ini
peneliti

mengidentifikasi kebutuhan stakeholder akan situs web, ditempuh


dengan cara mengadakan wawancara mendalam kepada stakeholder
yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan
pengembanga situs web.

2. Membuat rencana tindakan (action planning)


Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok masalah
yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan
yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada, pada tahap ini
pengembangan situs web memasuki tahapan desain situs web.
Dengan memperhatikan kebutuhanstakeholder terhadap situs web
penelitian bersama partisipan memulai membuat sketsa awal dan
menentukan isi yang akan ditampilkan nantinya.

3. Melakukan tindakan (action taking)


Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan
rencana tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah.
Selanjutnya setelah model dibuat berdasarkan sketsa dan
menyesuaikan isi yang akan ditampilkan berdasarkan kebutuhan
stakeholder
dilanjutkan
dengan
mengadakan
ujicoba
awal
secara offline kemudian melanjutkan dengan sewa ruang di internet
dengan tujuan situs web dapat ditampilkan secara online.

4. Melakukan evaluasi (evaluating)


Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup
kemudian peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi hasil dari
implementasi tadi, dalam tahap ini dilihat bagaimana penerimaan
pegguna terhadap situs web yang ditandai dengan berbagai aktivitasaktivitas.

5. Pembelajaran (learning)
Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui
dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang telah berakhir
kemudian penelitian ini dapat berakhir. Seluruh kriteria dalam prinsip
pembelajaran harus dipelajari, perubahan dalam situasi organisasi
dievaluasi oleh peneliti dan dikomunikasikan kepada klien, peneliti dan
klien merefleksikan terhadap hasil proyek, yang nampak akan
dilaporkan
secara
lengkap
dan
hasilnya
secara
eksplisit
dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap penerapanCanonical
Action Reaserch (CAR). Untuk hal tertentu, hasilnya dipertimbangkan
dalam hal implikasinya untuk tindakan berikutnya dalam situasi
organisasi lebih-lebih kesulitan yang dapat dikaitkan dengan
pengimplementasian perubahan proses.
Dari penjelasan di atas kita dapat melihat dengan jelas bahwa
penelitian tindakan berurusan langsung dengan praktik di lapangan
dalam situasi alami. Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan
pengguna langsung hasil penelitiannya dengan lingkup ajang
penelitian sangat terbatas. Yang menonjol adalah penelitian tindakan
ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan
perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai
perbaikan praktik secara inkremental dan berkelanjutan
(Madya,2006).
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ACTION RESEARCH
Shumsky (Suwarsih Madya, 1994) menjelaskan kelebihan
kelebihan penelitian tindakan, antara lain:
1.Kerjasama dalam penelitian tindkan menimbulkan rasa
memiliki. Kerjasana dalam penelitian tindakan memberikan
ajang untuk menciptakan kelompok dasar yang baru dan meendorong
lahirnya rasa keterikatan.
2.Kerjasama dalm penelitian tindkn mendorong kreativitas dan
pemikiran kritis . Melalui interaksi dengan orang lain dalam melakukan
pekerjaan, seseorang akan menemukan bahwa setiap manusia
memiliki kekurangan dan kelebihan.
3.Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk berubah.
Mencoba sesuatu yang baru selalu mengandung resiko. Ketika seluruh
kelompok menanggung resiko, resiko perseorangan akan banyak

berkurang. Penelitiantentang dinamika kelompok menunjukkan


bhwa seseorang sebagai anggota kelompok lebih mudah berubah
dibandingkan dengan orang yang bukan anggota kelompok.
Selain memiliki beberapa kelebihan, penelitian tindakan
juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu
adalah:
1.Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik
dasar penelitian tindakan pada fihak peneliti. Peneliti tindakan
lazimnya dilakukan oleh para praktisi, seperti guru, pelatih,
pengelola, dan pengawas yang selalu peduli akan ketimpangan atau
kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya dan berkehendak
untuk memperbaikinya.
2.Waktu yang diperlukan oleh peneliti lama. Oleh karena
penelitian tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk
terlibat dalam prosesnya, maka waktu menjadi faktor penghambat.
Praktisi yangingin melakukan penelitian tindakan harus
membagi waktunyauntuk melakukan tugas rutinnya dan untuk
melakukan penelitian tindakan.
3.Perbedaan konsepsi dalam kelompok. Proses kelompok
dapat berjalan lancar jika pemimpin kelompok itu demokratis,
yaituseseorang yang memungkinkan para anggotanya ikut
mengendalikan jalannyadiskusi.
C. KESUKARAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN
Nazir (1988: 96-97) mengemukakan bahwa kesulitan-kesulitan
pelaksanaan penelitian tindakan dapat mencakup dua hal, yaitu dalam
mengadakan evaluasi serta kesulitan dalam koordinasi antara peneliti
dan pelaksana kegiatan serta pelaksana program.
Kesukaran evaluasi
Terkadang tidak diperoleh pengaruh yang dapat diobservasikan atau
beda yang nyata antara kelompok-kelompok di mana dilaksanakan
program karena tidak ada kontrol untuk membuat hal-hal lain di luar
program tidak berubah
Kurangnya dokumentasi yang sistematik dan hati-hati dari program,
mengakibatkan sukarnya analisa dan evaluasi itu sendiri
Terkadang stimulus terlalu lemah, relatif terhadap faktor-faktor lain
yang terjadi di luar program,
Adanya sifat mengamati langsung oleh peneliti terhadap manusia
yang melaksanakan dan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

perubahan itu sendiri, maka berakibat dampak yang diperlihatkan


tidak murni lagi.
Kesukaran kerjasama
Karena dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini perlu sekali adanya
kerja sama antara peneliti dengan pelaksana kegiatan (decision
maker), mengakibatkan:
Sukar untuk menjelaskan apakah proyek tersebut suatu penelitian
atau suatu program tindakan, sehingga sukar menentukan siapa
yang akan menjadi pengambil keputusan
Adanya ketergantungan antara peneliti dan pelaksana program
sedangkan kedua belah pihak mempunyai profesi serta orientasi
dan perbedaan dalam deskripsi pekerjaa serta sistem
rewarding
Adanya ketentuan serta requirement yang interdisiplin dari
peneltian tindakan (antara ahli antropologi dengan ahli
pertanian, dan sebagainya) membuat penelitian tindakan
merupakan satu penelitian yagn menghendaki kerja sama yang
utuh.
D. PROSEDUR PENELITIAN
Selain prinsip-prinsip seperti yang dijelaskan di atas,
Kemmis dan Mc Taggart dalam buku The Action Research Planner
(1997) menjelaskan bahwa Action Research mempunyai prosedur
penelitian yang khusus. Prosedur itu membentuk siklus seperti
spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Apabila perubahan belum seperti yang diharapkan, siklus itu
diulangi lagi; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Sebenarnya Action Research dapat juga dimulai dari pengumpulan
data; apa yang terjadi atau apa yang tidak beres pada masalah
atau pekerjaan itu, diteruskan dengan merefleksi, merencanakan
tindakan, kemudian diterus-kan dengan tindakan, observasi, refleksi,
dan seterusnya
Senada dengan para ahli lainnya, Calhoun (1994) juga
menjalaskan bahwa Action Research merupakan penelitian yang
mempunyai siklus: (1) pemilihan area dan fokus penelitian, (2)
mengumpulkan data, (3) mengorganisasi data, (4) menganalisis dan
menginterpretasikan data, dan (5) melakukan tindakan. Menurut
Calhoun, data yang dikumpulkan untuk dasar membuat keputusan

tindakan itu dapat berasal dari data yang ada sekarang dan hasil
penelitian yang lalu serta studi literatur.
Sementara itu John Elliot (1991) menjelaskan bahwa
kegiatan AR itu meliputi: (1) permasalahan, (2) pengumpulan data,
(3) perencanaan, (4) implementasi perencanaan atau tindakan, dan
(5) evaluasi.
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat ditarik suatu
pemahaman bahwa Action Research, dapat terdiri dari satu, dua, tiga
ataupun empat siklus dan masing-masing siklus terdiri dari
permasalahan, pengumpulan data, perencanaan tindakan, tindakan
dan observasi, serta refleksi.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Siapkan Rencana Yang Matang, bila perlu siapkan rencana
cadangan.
Usahan Schedule ditepati.
Memperbanyak dokumentasi selama pelaksanaan penelitian.
Siapkan alat perekam yang baik.
Action Reasearch menurut saya sebaiknya dipergunakan karena
mempertegas akhir penelitian.

PUSTAKA
Baskerville,L.R. (1999) Journal : Investigating Information System with
Action Research, Association for Information Systems: Atlanta
Sulaksana,U., (2004), Managemen Perubahan, Cetakan I, Pustaka
Pelajar Offset, Yogyakarta.
Davison, R. M., Martinsons, M. G., Kock N., (2004), Journal : Information
Systems Journal : Principles of Canonical Action Research 14, 6586
Madya, S, (2006) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action
Research), Alfabeta: Bandung.
Gunawan, (2004), Makalah untuk Pertemuan Dosen UKDW yang akan
melaksanakan penelitian pada tahun 2005, URL : http://uny.ac.id
Kemmis, Stephen and Robin Mc Taggart. (1997). The Action
Research Planner. Geelong: Deakin University
Gambar 1. https://chandrax.files.wordpress.com/2008/07/clipimage002.jpg

Vous aimerez peut-être aussi