Vous êtes sur la page 1sur 9

ASKEP SECTIO CAESARIA

Ditulis pada Maret 26, 2008 oleh harnawatiaj


Pengertian sectio caesaria
Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesaria :
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Sesuai pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan, sectio
caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan
melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan
keadaan utuh dan sehat.
Ibu
Indikasi sectio caesaria
disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
Disfungsi uterus
Distosia jaringan lunak
Plasenta previa
Anak
Janin besar
Gawat janin
Letak lingtang
Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada
janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).
(Sarwono, 1991)

Sektio caesaria abdominalis


Tipe operasi sektio caesaria
Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim
Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
Sektio Caesaria vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
Sayatan huruf T (T-incision)
(Mochtar, Rustam, 1992)
Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa
sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh
tenaga tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara negara dengan pengawasan
antenatal yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal
sekitar 4 7 % (Mochtar Rustam, 1992).
Komplikasi
Pada Ibu
Infeksi puerperal
Perdarahan

Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang
terjadi.
Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
caesaria. Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal
dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar
antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).
Pemeriksaan diagnostik
Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
Pemantauan EKG
JDL dengan diferensial
Elektrolit
Hemoglobin/Hematokrit
Golongan dan pencocokan silang darah
Urinalisis
Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)
Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang
tertampung dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.
Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan. Catat
lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi
ditandatangani oleh operator.
Buat instruksi perawatan yang meliputi :
Perawatan pasca operasi
Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.

Jadwal pengukuran jumlah produksi urin


Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan pada
No. 1 dan 2.
Penatalaksanaan medis
Cairan IV sesuai indikasi.
Anestesia; regional atau general
Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
Tanda vital per protokol ruangan pemulihan
Persiapan kulit pembedahan abdomen
Persetujuan ditandatangani.
Pemasangan kateter foley
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio
caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :
Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin,
1998)
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi
sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 1998) yaitu ;
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan
perawatan sebelum melahirkan sesar.
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan


interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang
berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
melahirkan caesar.
Perencanaan
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan
perawatan sebelum melahirkan sesar.
Tujuan : - Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan
bekerjasama dalam persiapan prabedah.
Intervensi :
Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.
Jelaskan prosedur praoperasi normal dan resiko variasi untuk situasi saat ini.
Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.
Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.
Dapatkan urine untuk urinalisis.
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Tujuan : Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia
nyaman.
Intervensi :
Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen,
wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau
menyokong dengan bantal.

Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan


interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Tujuan : - Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan
- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam
selama perawatan di rumah sakit.
Intervensi :
Kaji status pernafasan dengan tanda vital.
Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif,
ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.
Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari
pascaoperasi pertama.
Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.
Anjurkan penggunaan spirometer insentif.
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang
berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Tujuan : - Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan
Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
Intervensi :
Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
Palpasi

abdomen

bawah

bila

pasien

melaporkan

distensi

kandung

kemih

ketidakmampuan untuk berkemih.


Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.
Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : - Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi.
Involusi uterus berlanjut secara normal

dan

Intervensi :
Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.
Observasi insisi terhadap infeksi.
Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.
Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
melahirkan caesar.
Tujuan : - Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan
sesar.
Intervensi :
Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 4 minggu, berubah dari merah ke coklat
sampai putih.
Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
Pelaksanaan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien
memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap implementasi terdiri dari :
Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American

Nurses Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian;


dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja


dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah masalah klien.
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan
keperawatan.
Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang
diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan
diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien
harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan
kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)
Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan
kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses
keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke
dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap tahap
proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol
Vestal, 1998)
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai
berikut :
Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam
persiapan prabedah
Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala
emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai
4 hari setelah pembedahan
Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara
normal
Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar

Sumber:
1. Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6,
EGC. Jakarta.
3. Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.
4. Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.
5. Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
6. ______________, (1999), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
7. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.
8. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
1. _____________, (1991), Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1 Cet. 2, Yayasn Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi