Vous êtes sur la page 1sur 10

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM AKUNTANSI

KEUANGAN DAERAH
8:24 vm. Setiawan waone No comments

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


Akuntansi keuangan daerah mempunyai dua pengertian, pengertian yang pertama mengacu
pada kegiatan administrasi atau pengurusan keuangan daerah, sehingga akuntansi keuangan
daerah lebih diartikan sebagai tata usaha keuangan atau tata buku. Pengertian yang kedua
mengacu pada kegiatan penyediaan informasi dalam bentuk laporan keuangan bagi pihak
eksternal dari Pemerintah Daerah. Pengertian kedua laporan keuangan inilah yang lebih
mencerminkan definisi akuntansi karena ia tidak membatasi akuntansi hanya sebagai kegiatan
administratif, namun menuntut adanya sistem yang yang bertujuan untuk menghasilkan
informasi berupa laporan keuangan bagi pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonominya A. Pengertian Akuntansi Keuangan
Daerah Pengertian akuntansi keuangan daerah menurut Abdul Halim dalam bukunya
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah menyatakan bahwa: Akuntansi
Keuangan Daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan
transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota atau provinsi)
yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihakpihak ekstern entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota atau provinsi) yang memerlukan.
(2004:34) Dari pengertian diatas pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang
memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); Badan Pengawasan Keuangan; Investor;
Kreditor, dan donatur; Analis Ekonomi dan Pemerhati Pemerintah Daerah; Rakyat;
Pemerintah Daerah lain; dan pemerintah pusat, yang semuanya ada dalam lingkungan
akuntansi keuangan daerah. B. Lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah Salah satu tujuan
dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap,
cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan informasi keuangan yang andal, dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan
keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak eksternal
Pemerintah Daerah untuk masa yang akan datang. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh

akuntansi keuangan daerah akan digunakan oleh berbagai pihak eksternal tersebut. Pihakpihak eksternal Pemerintah Daerah yang berkepentingan terhadap Pemerintah Daerah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut meliputi: 1. DPRD (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah) DPRD adalah badan yang memberikan otorisasi kepada
Pemerintah Daerah untuk mengelola keuangan daerah 2. Badan Pengawasan Keuangan
Badan pengawasan keuangan adalah badan yang melakukan pengawasan atas pengelolaan
keuangan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Yang termasuk dalam badan ini
adalah: Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 3. Investor, Kreditor,
dan Donatur Badan atau organisasi baik pemerintahan, lembaga keuangan, maupun lainnya
baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang menyediakan sumber keuangan bagi
Pemerintah Daerah. 4. Analisis Ekonomi dan Pemerhati Pemerintah Daerah Yaitu pihakpihak yang menaruh pemerhati atas aktivitas yang dilakukan Pemerintah Daerah, seperti:
lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi beserta akademisnya), ilmuwan, peneliti,
konsultan, LSM, dan lain-lain. 5. Rakyat Rakyat di sini adalah kelompok masyarakat yang
menaruh perhatian kepada aktivitas pemerintah khususnya yang menerima pelayanan
Pemerintah Daerah atau yang menerima produk dan jasa dari Pemerintah Daerah. 6.
Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat memerlukan laporan keuangan pemerintah daerah untuk
menilai pertanggungjawaban Gubernur sebagai wakil pemerintahan (Pasal 2 PP Nomor
108/2000). 7. Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, atau Kota) Pemerintah Daerah saling
berkepentingan secara ekonomi misalnya dalam hal melakukan pinjaman. Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Pengertian sistem
akuntansi keuangan daerah itu sendiri terdapat dalam Keputusan Mendagri No. 29 Tahun
2002, tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah
serta tata cara penyusunan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha
keuangan daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang
berbunyi: Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) adalah suatu sistem akuntansi yang
meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atas kejadian
keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.(Pasal 70: ayat 1) Sedangkan didalam Kepmendagri
No. 13 Tahun 2006, mengemukakan: Sistem akuntansi pemerintahan daerah sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.(Pasal 23:ayat 1) Dari pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur yang
saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh yang ditinjau
untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan oleh
pihak intern dan pihak ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi.
Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) menurut Kepmendagri No. 29 Tahun
2002, meliputi: 1. Pencatatan, bagian keuangan melakukan pencatatan dengan menggunakan
sistem pencatatan double entry. Dengan menggunakan cash basis selama tahun anggaran dan
melakukan penyesuaian pada akhir tahun anggaran berdasarkan accrual basis untuk
pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas pemerintah. 2. Penggolongan dan Pengikhtisaran,
Adanya penjurnalan dan melakukan posting ke buku besar sesuai dengan nomor perkiraan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung. 3. Pelaporan, setelah semua proses
diatas selesai maka akan didapat laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berupa
laporan realisasi anggaran, necara, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan tersebut oleh bagian keuangan akan dilaporkan kepada pihak-

pihak yang memerlukannnya. Pihak-pihak yang memerlukannnya antara lain: Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); Badan Pengawasan Keuangan; Investor; Kreditor; dan
donatur; Analisis Ekonomi dan Pemerhati Pemerintah Daerah; Rakyat; Pemerintah Daerah
lain; dan Pemerintah Pusat yang semuanya ada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Sistem Pencatatan Karena akuntansi pemerintahan/keuangan daerah merupakan salah satu
jenis akuntansi, maka di dalam akuntansi keuangan daerah juga terdapat proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi ekonomi yang
terjadi di pemerintah daerah. Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan
dalam akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut akuntansi
pengertian demikian tidaklah tepat. Hal ini disebabkan karena akuntansi menggunakan sistem
pencatatan. Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi
Keuangan Daerah Ada beberapa macam sistem pencatatan yang digunakan, yaitu: 1. Single
Entry Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau
tata buku saja. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi
Penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
Pengeluaran. 2. Double Entry Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan
sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi
akan dicatat dua kali (double = berpasangan/ganda, entry = pencatatan). Pencatatan dengan
sistem ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan
Kredit. Sisi Debit ada disebelah Kiri sedangkan sisi Kredit ada di sebelah Kanan. Dalam
melakukan pencatatan tersebut, setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan
dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem
pencatatan ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut: AKTIVA +
BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN Suatu transaksi yang berakibat
bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi Debit sedangkan yang berakibat berkurangnya
aktiva akan dicatat pada sisi Kredit. Hal yang sama dilakukan untuk belanja. Hal yang
sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila suatu transaksi
mengakibatkan bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan pada sisi Kredit,
sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang, maka pencatatan dilakukan pada sisi
Debit. Hal serupa ini dilakukan untuk ekuitas dana dan pendapatan. 3. Triple Entry. Sistem
pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem
pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi, sementara
sistem pencatatan double entry dijalankan, satuan pemegang kas pada satuan kerja maupun
pada bagian keuangan atau badan/biro pengelola kekayaan daerah juga mencatat transaksi
tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa anggaran.

Akuntansi Keuangan Daerah


Manajemen keuangan daerah meliputi dua pengertian. Pengertian yang pertama
mengacu pada kegiatan administrasi atau pengurusan keuangan daerah, sehingga
akuntansi keuangan daerah lebih diartikan sebagai tata usaha keuangan atau tata
buku. Pengertian yang kedua mengacu pada kegiatan penyediaan informasi dalam

bentuk laporan keuangan bagi pihak intern maupun ekstern Pemerintah Daerah.
Pengertian kedua inilah yang lebih mencerminkan definisi akuntansi karena ia tidak
membatasi akuntansi hanya sebagai kegiatan administratif, namun menuntut
adanya sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan bagi
pihak

dalam

dan

luar

entitas

dalam

pengambilan

keputusan-keputusan

ekonomisnya.
Di era reformasi keuangan daerah saat ini, sistem keuangan daerah yang digunakan
mengarah pada akuntansi. Hal ini disebabkan tata buku tidaklah mampu
menghasilkan informasi sebagaimana dituntut oleh peraturan yang berlaku di era
reformasi.
Akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki lingkup yang luas. Oleh karena
itu, akuntansi dibagi menjadi beberapa bidang berdasarkan pokok bahasan yang
dikaji.
Pengertian Akuntasi
Ada berbagai definisi akuntansi. Menurut Accounting Principles Board (1970),
akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya menyediaakan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan tetntang entitas ekonomi yang dimaksudkan aga
berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik-dalam membuat pilihan-pilihan
yang nalar di antara pelbagai alternatif arah tindakan.

Sedangkan menurut American Accounting Association (1966), akuntansi adalah


suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi
ekonomi dari suatu organisasi yang dijadikan sebagain informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Pengertian ini
juga dapat melingkupi penganalisaaan atas laporan yang dihasilkan oleh akuntansi
tersebut.

Dari kedua definisi di atas, dapat diketahui bahwa :


1. Fungsi akuntansi adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutaa yang
bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi.

2. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar berguna sebagai


input yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang
rasional.

Adanya kriteria bahwa informasi yang dihasilkan oleh akuntansi adalah informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam kedua definisi di atas
menunjukan bahwa pengertian akuntansi haruslah menghasilkan informasi yang
berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi adalah
keputusan yang menyangkut ilmu ekonomi, tidak terbatas pada keputusan yang
berkaitan dengan dana yang dimiliki oleh pengambil keputusan. Keputusan
ekonomi investor terhadap laporang keuangan suatu pemerintah daerah dapat
hanya terbatas pada keputusan akan berinvestasi atau tidak di daerah tersebut.
Akan tetapi, keputusan yang diambil oleh analis ekonomi terhadap laporan
keuangan suatu pemerintah daerah tidak terbatas pada keuputusan yang terkait
dengan dana yang dimiliki oleh analis ekonomi tersebut.

Dalam ilmu akuntansi terdapat sistem pencatatan dan dasar akuntansi. Adanya
sistem pencatatan disebabkan oleh salah satu tahap dalam akuntansi, yaitu tahap
pencatatan. Ada beberapa sistem pencatatan, yaitu single entry, double entry, dan
triple entry. Tata buku adalah salah satu sistem pencatatan dalam akuntansi, yaitu
single entry. Akuntansi meliputi ketiga sistem pencatatan. Oleh karena itu, tata
buku hany sebagian akecil dari akuntansi. Pada dasarnya ada dua basis atau dasar
akuntansi, yaitu dasar kas dan dasar akrual.
Dasar akuntansi merupakan salah satu dari asumsi dasar yang ada dalam akuntansi.
Asumsi dasar merupakan landasan bagi proses akuntansi. Asumsi-asusi dasar selain
dasar akuntansi adalah asumsi entitas ekonomi, asumsi kelangsungan usaha, asumsi
periodisasi, dan asumsi unit moneter.
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Akuntansi
Dalam definisi akuntansi terdapat kata entitas. Entitas adalah satuan, yang
dapat diartikan sebagai satuan organisasi. Contoh satuan organisasi adalah
organisasi perusahaan atau organisasi pemerintah. Contoh organisasi pemerintahan

adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Akuntansi yang berkaitan dengan
organisasi perusahaan biasanya dikenal dengan akuntansi sektor privat, dan
yangberkaitan dengan organisasi pemerintahan atau lembaga nonprofit dikenal
dengan akuntansi pemerintahan atau akuntansi sektor public. Oleh karena itu
pemerintah daerah merupakan satuan organisasi nonprofit, maka akuntansi yang
berkaitan dengan pemerintah daerah, yakni akuntansi keuangan daerah termasuk
ke dalam akuntansi sektor publik.
Akuntansi terdiri dari 3 bidang utama, yakni akuntansi komersial/perusahaan,
akuntansi pemerintahan, dan akuntansi sosial. Dalam akuntansi komersil, data
akuntansi digunakan untuk memberikan informasi keuangan kepada manajemen,
pemilik modal, penanam modal, kreditor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan perusahaan tersebut. Dalam akuntansi pemerintaha, data akuntansi
digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan
pemerintah kepada pihak eksekutif, legislative, yudikatif, dan masyarakat.
Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan pada lebaga
dlam artian makro, yang melayani perekonomian nasional. Sebagai contoh adalah
neraca pembayaran negara, rekening arus dana, rekening pendapatan, dan
produksi nasional, serta neraca nasional.
Lingkup akuntansi pemerintahan adalah :
1. Akuntansi Pemerintahan Pusat
2. Akuntansi Pemerintajan Daerah, terdiri atas:
a. Akuntansi Pemerintahan Provinsi
b. Akuntansi Pemerintahan Kabupaten/Kota

Akuntansi pemerintahan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :


1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
Tujuan pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi keuangan
yang lengkap, cermat, dalam bentuk yang tepat, yang berguna bagi pihak
yang

bertanggungjawab

yang

berkaitan

dengan

operasi-operasi

unit

pemerintahan. Lebih lanjut, tujuan pertanggungjawaban ini mengharuskan


tiap orang atau badan yang mengelola keuangan negara harus memberikan
pertanggungjawaban atau perhitungan.
2. Manajerial

Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintah harus menyediakan


informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan.
3. Pengawasan
Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus
memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan
fungsional secara lebih efektif dan efisien.

Karena tujuan di atas akan lebih mampu dipenuhi oleh akuntansi daripada oleh
tata buku, karena :
Akuntansi menghasilkan lebih banyak informasi dibandingkan tata buku,
misalnya dihasilkannya neraca, laporan surplus/deficit anggaran, laporan
perubahan ekuitas dana, dan laporan arus kas. Hal ini menyebabkan tujuan
pertanggungjawaban

makin

terpenuhi

melalui

laporan

surplus/deficit

anggaran.
Akuntansi menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi yang lebih baik
dibandingkan tata buku, sehingga dari segi pengawasan intern dan ekstern,
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi lebih akuntabel dan transparan,
sesuai dengan jiwa PP No. 105/2000
Selain klasifikasi di atas, akuntansi sering pula dikelompokkan berdasarkan
pemakai laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi menjadi dua, yaitu
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan adalah
akuntansi yang ditujukan untuk menyediakan informasi bagi pihak luar entitas
pembuat laporan keuangan, sedangkan akuntansi manajemen adalah akuntansi
yang ditujukan untuk menyediakan informasi bagi pihak dalam entitas pembuat
laporan keuangan. Untuk mengklasifikasikan akuntansi keuangan daerah dalam
penggolongan tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni :
Akuntansi keuangan daerah merupakan bagian dari manajemen keuangan
daerah, sehingga konsekuensinya, akuntansi keuangan daerah termasuk
dalam akuntansi manajemen

Secara terminologi, akuntansi keuangan daerah termasuk dalam akuntansi


keuangan
Secara yuridis, akuntansi keuangan daerah berfungsi untuk menghasilkan
laporan keuangan bagi pihak luar Pemerintah Daerah, sehingga akuntansi
keuangan daerah cenderung masuk dalam akuntansi keuangan.
Akuntansi keuangan daerah menghasilkan informasi bagi pihak intern maupun
ekstern Pemerintah Daerah, sehingga dapat digolongkan sebagai akuntansi
manajemen maupun akuntansi keuangan. Bagi pihak intern, akuntansi
keuangan daerah digunakan sebagai pendukung penyusunan anggaran dan
sebagai alat analisis kinerja Pemerintah Daerah.
Saat ini akuntansi keuangan daerah belum berkembang sebaik akuntansi di
sektor privat.
Sistem Informasi Keuangan Daerah
Penyelenggaraan

pemerintahan

di

daerah

perlu

didukung

dengan

sistem

pengelolaan keuangan yang cepat, tepat, dan akurat.

Pembaharuan peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan


dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dan ditindaklanjuti dengan adanya petunjuk teknis pelaksanaan
PP 58/2005 dengan disahkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD 2007) mengacu pada PP 58 tahun 2005 dan
Permendagri 13 tahun 2006. Sistem ini berbasis pada jaringan komputer, yang
mampu menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) dengan SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah), sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi dengan baik.

SIKD 2007 mampu menangani proses pengelolaan keuangan daerah, mulai dari
perencanaan, penyusunan anggaran, sampai dengan pelaporan keuangan daerah.

SIKD 2007 terdiri dari beberapa modul yang merupakan satu kesatuan. Modulmodul aplikasi yang ada pada SIKD 2007 adalah sebagai berikut:

Modul Perencanaan dan Penganggaran


1. Penyusunan KUA (Kebijakan Umum APBD) dan PPAS (Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara)
2. Penyusunan RKA-SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD)
3. Penyusunan APBD

Modul Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD


1. Penyusunan DPA-SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD)
2. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD)
3. Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), terdiri dari SPP-GU, SPP-TU,
SPP-UP, SPP-LS
4. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)
5. Penerbitan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)
Modul Akuntansi dan Pelaporan
1. Akuntansi SKPD
2. Laporan Keuangan SKPD
3. Akuntansi SKPKD
4. Laporan Keuangan Pemda

Modul Perubahan APBD


1. Penyusunan KUA dan PPAS perubahan APBD
2. Penyusunan RKA-SKPD untuk perubahan APBD
3. Penyusunan Rancangan DPPA-SKPD (Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran
SKPD)

SIKD 2007 adalah produk yang merupakan kelanjutan pengembangan dari


NEOKEUDA-SAKD (Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, mengacu pada Kepmendagri
29 tahun 2002), yang telah berhasil diimplementasikan di beberapa Pemerintah
Daerah.

Vous aimerez peut-être aussi