Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal disebut juga sistem digestif atau sistem pencernaan yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna keluar dari tubuh (Haryono, 2012). Selain
berfungsi secara fisiologis permukaan saluran cerna juga melakukan peran proteksi untuk
melindungi jaringan terhadap 1) efek korosif dan asam enzim, 2) respon tekanan mekanik seperti
abrasi, dan 3) agen bakteri yang ikut serta dalam material makanan (Muttaqin, 2011).
Berdasarkan fungsinya tersebut sistem gastrointestinal memiliki peranan yang besar bagi
tubuh. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan terganggunya kebutuhan nutrisi. Salah
satu contoh gangguan dari sistem ini adalah perdarahan saluran cerna.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera gangguan hemodinamik.
Selain trauma abdomen kasus kegawatdaruratan pada sistem pencernaan salah satunya
perdarahan saluran cerna. Perdarahan saluran cerna adalah perdarahan yang terjadi sepanjang
saluran cerna dari mulut sampai ke anus (Sudoyo, 2009).
Kejadian perdarahan saluran cerna baik dalam bentuk hematemesis atau melena merupakan
keadaan yang banyak dijumpai dalam pelayanan endoskopi saluran cerna bagian atas. Kasus
perdarahan tersebut menunjukkan penyebab terbanyak perdarahan adalah pecahnya varises
kerongkongan, luka yang dalam pada lambung dan usus duabelas jari. Bercak-bercak perdarahan
pada lambung juga merupakan penyebab dari perdarahan tersebut terutama pada pengguna obat
rematik baik yang diresepkan dokter atau yang dibeli sendiri di warung oleh pasien. Angka
kematian karena perdarahan saluran cerna bagian atas juga cukup tinggi hampir mencapai 26%
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di RSCM. Penelitian yang dilakukan terakhir di
RSCM dari 4.154 endoskopi saluran cerna atau selama 5 tahun (2001-2005) didapatkan 837
kasus dengan perdarahan saluran cerna.
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan saluran cerna adalah sangat
penting terutama bagi perawat agar dapat memberikan tindakan yang sesuai dan mencegah
terjadinya kematian.
B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan perdarahan saluran cerna.
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perdarahan saluran cerna dan asuhan keperawatan yang akan diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Perdarahan saluran cerna adalah perdarahan dimana saja yang terjadi di sepanjang
saluran cerna dari mulut sampai ke anus (Sudoyo, 2009). Hematemesis dapat diartikan sebagai
muntah darah dan melena sebagai pengeluaran feses yang berwarna kehitaman. Dua istilah ini
merupakan tanda terjadinya perdarahan gastrointestinal. Perdarahan saluran cerna terbagi
menjadi dua yaitu:
A. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
1. Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makanan
proksimal dari ligamentum Treitz. Dibedakan menjadi perdarahan varises dan non-varises.
Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bisa beragam tergantung lama, kecepatan,
banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah perdarahan berlangsung terus-menerus atau
tidak. Kemungkinan pasien yang datang dengan anemia defisiensi akibat perdarahan
tersembunyi yang berlangsung lama, hematemesis, dan atau melena disertai atau tanpa
anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik. Derajat hipovolemi menentukan
kegawatan klien (Sudoyo, 2009).
2. Etiologi
Perdarahan saluran cerna paling sering dilaporkan adalah akibat pecahnya varises
esophagus, gastritis erosive, ulkus peptikum, gastropati kongestif, dan keganasan atau
kanker.
a. Gastritis
Gastritis sering terjadi diakibatkan diet yang sembrono individu makan terlalu
banyak, cepat, atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit (Smeltzer & Bare, 2001). Gastritis dapat berkaitan
dengan konsumsi alkohol atau penggunaan obat-obat antiinflamasi seperti aspirin atau
ibunofrin (Muttaqin, 2011). Gastritis terbagi menjadi dua yaitu:
1) Gastritis akut
a) Patofisiologi
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan, darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi
sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak
mukus. Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Hemoragik kadang-kadang memerlukan nintervensi bedah. Bila
makanan iritan tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus dapat mengakibatkan
kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan
mungkin menurun selama dua atau tiga hari kemudian.
b) Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastritis akut adalah sebagai berikut:
(1) Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid (Indometasin,
Ibunofren, dan Asam Salisilat), Sulfonanmide, Steroid, Kokain, agen
kemoterapi (mitomisin, 5-fleuro-2-deoxyuridine), salisilat, dan digitalis
bersifat mengikis mukosa asam lambung.
(2) Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin.
(3) Infeksi bakteri seperti h. Pylori (paling sering), h. Heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Proteus sp, Clostrididum sp, e. Coli, Tuberculosis, dan
Secondary syphilis.
(4) Infeksi virus oleh Sitomgalovirus.
(5) Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
(6) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks ususlambung.
(7) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein serta alkohol merupakan agen yang
menyebabkan iritasi mukosa lambung.
(8) Garam empedu, terjadi pada refluks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke
mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa
(9) Iskemia, hal ini berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
Komplikasi
5
(1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian
(2) Ulkus jika prosesnya hebat
(3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah yang hebat
(Muttaqin, 2011)
c) Manifestasi klinis
Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, mual, dan anoreksia, sering
disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimptomatik.
2) Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
a) Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bissa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non-infeksi.
Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan
manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi halhal berikut ini.
(1) H.pylory. Beberapa penelitian menyebutkan bakteri ini merupakan
penyebab utama dari gastritis kronis
(2) Helicobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
(3) Infeksi parasit
(4) Infeksi virus
Gastritis non-infeksi
(1) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kirakira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel
parietalnya
(2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin
(3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung
(4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai
penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatosis,
6
2) Etiologi
Etiologi ulkus peptikum adalah infeksi bakteri H. Pylori. Penyakit ini paling
beresiko terjadi pada individu di usia 40-60 tahun, tetapi relative jarang terjadi pada
wanita menyusui. Factor predisposisi dari ulkus ini di duga adalah stress atau marah
yang tidak diekspresikan. Ulkus cenderung terjadi pada orang yang emosional, tetapi
adanya factor pendukung yang lain masih belum diketahui secara pasti.
3) Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (Asam Hidroklorida) dan
pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asampepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa
yang rusak tidak mensekresi mukus yang cukup untuk bertindak sebagai barrier
terhadap asam klorida.
Pada manusia sekresi lambung adalah campuran mukopolisakarida dan
mukoprotein yang disekresi secara kontinyu melalui kelenjar mukosal. Mukus ini
mengabsorbsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam klorida disekresi
secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisma neurogenik dan
hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan dinetralisasi, dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan
perlindungan, asam hidroklorida, bersamaan dengan pepsin, akan merusak lambung.
Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan mukosa lambung;
kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki
disebut barrier mukosa lambung. Barrier ini adalah pertahanan utama lambung
terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yag
mempengaruhi pertahanan mukosa lambung adalah suplai darah, keseimbangan
asam-basa, intregitas sel mukosal, dan regeneraasi epitel.
Oleh karena itu individu yang mengalami ulkus peptikum mungkin dikarenakan
dua factor ini 1) hipersekresi asam-pepsin dan 2) kelemahan barier mukosa lambung.
Adapun yang menurunkan produksi mukosa lambung adalah ulserogenik: Salisilat
dan obat antiinflamasi nonsteroid lain, alkohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
mkategori ini.
8
4) Manifestasi klinis
Gejala ulkus dapat hilang selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Adapun
manifestasi klinis dari ulkus ini adalah:
a) Nyeri. Biasanya pasien yang mengalami ulkus mengalami nyeri tumpul,
seperti tertusuk atau sensasi terbakar pada atrium atau di punggung. Nyeri
biasanya hilang dengan makan karena terjadi netralisasi asam
b) Pirosis (nyeri ulu hati). Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung yang naik ke mulut dan kadang disertai asam.
Eruktasi atau sendawa umumnya dialami jika lambung pasien dalam keadaan
kosong
c) Muntah. Meskipun jarang terjadi pada ulkus duodenal tanpa komplikasi
muntah dapat menjadi gejala dari ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan
dengan obstruksi jalan keluar lambung oleh spasme mukosal pylorus yang
dapat dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan
akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut. Muntah dapat terjadi dengan atau tanpa didahului mual. Biasnya
setelah nyeri akut akan terjadi ejeksi asam lambung.
d) Konstipasi dan perdarahan. Konstipasi yag terjadi pada pasien ulkus
kemungkinan disebabkan karena diet dan obat-obatan. Pasien juga biasanya
datang dengan keluhan perdarahan gastrointestinal.
5) Evaluasi Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri,
nyeri tekan epigastrik, atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak
ada.
2. Endoskopi. Endoskopi gastrointestinal atas digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan inflamasi, ulkus, dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat dilihat
secara langsung dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah terbukti dapat
mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui sinar x karena ukuran
atau lokasinya.
3. Penatalaksanaan
Web of Causion Perdarahan Saluran Cerna Atas
predisposisi infeksi
bakteri H. pylori
infeksi virus,
infeksi jamur,
makanan dan
minuman iritan,
iskemia, dan
trauma langsung
lambung
OAINS
Imunitas
stress
minuman beralkohol
psikologis
sekresi prostaglandin
perlindungan
mukosamenurun
sekresi H+
sekresi
pepsinogen
garam empedu
peradangan
mukosa lambung
kurang pengetahuan
gastritis
Kerusakan epitel
Ulkus peptikkum
Nyeri
perdarahan
hematemesis
respon
psikologis
respon psikologis
kecemasan
10
a. Penatalaksanaan medis
1) Non Endoskopis
Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah lama dilakukan adalah
kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini
diharapkan mengurangi distensi lambung dan memperbaiki proses hemostatik,
namun demikian manfaatnya dalam menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah
lambung ini sangat diperlukan untuk persiapan pemeriksaan endoskopi dan dapat
dipakai untuk membuat perkiraan kasar jumlah perdarahan. Berdasar percobaan
hewan, kumbah lambung dengan air es kurang menguntungkan, waktu perdarahan
jadi memanjang, perfusi dinding lambung menurun, dan bisa timbul ulserasi pada
mukosa lambung.
Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami
perdarahan SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak
merugikan dan relatif murah.
Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek vasokontriksi
pembuluh darah spanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
menurun. Digunakan di klinik untuk perdarahan akut varises esophagus sejak tahun
1953. Pernah dicobakan pada perdarahan nonvarises, namun berhentinya perdarahan
tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang
mengandung vasopressin murni dan preparat pituitary gland yang mengandung
vasopressin dan oxcytocin. Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan
sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan 0,5 1
mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam; atau setelah
pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/ menit. Vasopressin dapat
menimbulkan efek samping serius berupa insufiensi koroner mendadak, oleh karena
itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat, misalnya nitrogliserin
intravena dengan dosis awal 40 mcg/menit kemudian secara titrasi dinaikkan sampai
maksimal 400 mcg/menit dengan tetap mempertahankan tekanan sistolik di atas 90
mm Hg.
11
2) Endoskopis
Terapi endoskopis dilakukan pada gangguan saluran pencernaan dengan
komplikasi perdarahan.
3) Terapi Radiologi
4) Pembedahan
Intervensi bedah dilakukan apabila dengan terapi obat dan endoskopik tidak
menurunkan keluhan perdarahan. Pembedahan dengan gastrektomi distal disertai
Billroth I (gastroduodenostomi) atau Billroth II (gastrojejunostomi) untuk
menghilangkan kondisi ulkus atau dengan intervensi gastrektomi total.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada perdarahan saluran cerna bagian atas adalah
sebagai berikut:
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b.d iritasi
mukosa lambung
Kriteria Hasil
1. Secara
Intervensi
Keperawatan
1. Jelaskan dan
Rasional
Pendekatan
subjektif
bantu pasien
dengan
melaporkan
dengan tindakan
menggunakan
nyeri
pereda nyeri
berkurang
non-farmakologi
farmakologi
atau dapat
dan non-invasif
lainnya telah
diadaptasi
2. Skala nyeri
berkurang
3. Dapat
mengidentifi
kasi aktifitas
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri
2. Lakukan
manajemen nyeri
a. Istirahatkan
yang
pasien pada
meningkatk
saat nyeri
an atau
muncul.
menurunkan
nyeri
4. Pasien tidak
gelisah
a. Istirahat
secara
fisiologis akan
menurunkan
kebutuhan
oksigen yag
diperlukan
12
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolism
basal
b. Meningkatkan
b. Ajarkan
teknik
relaksasi
nafas dalam
saat nyeri
muncul
c. Ajarkan
teknik
distraksi
pada saat
nyeri
intake oksigen
sehingga akan
menurunkan
nyeri sekunder
dari iskemia
intestinal
c. Distraksi
(pengalihan
perhatian)
dapat
menurunkan
stimulus
internal
d. Lingkungan
d. Manajemen
tenang akan
lingkungan:
menurunkan
lingkungan
stimulus nyeri
tenang,
eksternal.
batasi
Pembatasan
pengunjung
pengunjung
dan
membantu
istirahatkan
meningkatkan
13
pasien
kondisi
oksigen
ruangan yang
akan
berkurang
apabila
banyak
pengunjung
yang berada di
ruangan.
Istirahat akan
menurunkan
kebutuhan
oksigen
jaringan
perifer
e. Manajemen
e. Lakukan
sentuhan pada
manajemen
saat nyeri
sentuhan
berupa
sentuhan dan
dukungan
psikologis
dapat
membantu
dapat
membantu
menurunkan
nyeri
14
3. Tingkatkan
Pengetahuan yang
pengetahuan
akan dirasakan
pasien tentang
membantu
penyabab nyeri
mengurangi nyeri
dan
yang dirasakan
menghubungkan
dan dapat
berapa lama
membantu
nyeri akan
mengembangkan
berlangsung
kepatuhan pasien
terhadap rencana
terapeutik
4. Tindakan
kolaborasi
a. Pemakaian
penghambat
H2 (seperti
Cimetidin
atau
Ranitidin)
a. Cimetidin
penghambat
Histamin H2
menurunkan
produksi asam
lambung,
meningkatkan
pH lambung
dan
menurunkan
iritasi pada
mukosa
lambung. Hal
ini penting
untuk
pencegahan
dan
penyembuhan
15
lesi
b. Antasida
b. Antasida
untuk
mempertahank
an pH
lambung pada
Kurang
1. Pasien
Kaji kemampuan
tingkat 4.5
Keberhasilan
pengetahuan b.d
mampu
pasien untuk
proses
ketidakadekuatan
mengulang
mengikuti
pembelajaran
informasi
(menyebutk
pembelajaran
dipengaruhi os
penatalaksanaan
an kembali)
(tingkat kecemasan,
pembelajaran
informasi
kelelahan umum,
dipengaruhi oleh
pencetus iritasi
penting
pengetahuan pasien
kesiapan fisik,
pada mukosa
yang
sebelumnya dan
emosianal, dan
diberikan
2. Pasien
lingkungang yang
terlihat
Jelaskan tentang
kondusif.
Pengetahuan
termotivasi
proses terjadinya
pasien tentang
terhadap
gastritis akut
gastritis dievaluasi
informasi
sampai
sehingga rencana
yang
menimbulkan
penyuluhan dapat
diberikan
keluhan pada
bersifat individual
pasien.
diet diberikan
lambung
dan disesuaikan
dengan jumlah
kebutuhan kalori
harian, makanan
yang disukai, serta
16
Bantu pasien
pola makan.
Meningkatakan
meniidentifikasi
partisipasi pasien
agen iritan
dalam program
pengobatan dan
mencegah klien
untuk kontak
kembali dengan
agen iritan
lambung.
Pasien diberi
iritan untuk
predisposisi
misalnya kafein,
timbulnya keluhan.
nikotin, bumbu
pedas, pengintasi
atau makana
sangat
merangsang dan
Tekankan
alkohol.
Diet TKTP dan
pentingnya
cairan yang
mempertahankan
adekuat
memenuhi
mengandung protein
peningkatan
kebutuhan
metabolik tubuh.
Pendidikan
setiap hari
kesehatan tentang
hal tersebut
meningkatakan
kemandirian
17
pasien dalam
perawatan
Terpenuhinya
Kaji pengetahuan
penyakitnya.
Tingakat
ketidakseimbanga
kebutuhan
pengetahuan
n nutrisi: kurang
nutrisi secara
nutrisi.
dipengaruhi oleh
optimal
1. Resiko
kondisi sosial
ketidakadekuatan
ekonomi pasien.
intake nutrisi
Perawat
respon sekunder
menggunakn
akibat nyeri,
pendekatan yang
ketidaknyamanan
sesuai dengan
lambung dan
kondisi pasien.
intestinal
Dengan
mengetahui
tingkat
pengetahuan
tersebut, perawat
dapat lebih
terarah dalam
memberikan
pendidikan
kesehatan yang
sesuai dengan
pengetahuan
pasien secara
2.
Mulai dengan
makanan dapat
tingkatakan sesuai
mengakibatakan
dengan toleransi.
ketidak
Catat tanda
koleransian GI,
18
kepenuhan gaster,
sehingga
regurgitasi, dan
memerlukan
diare
perubahan pada
kecepatan atu tipe
formula
Macam- macam
seimbang
jenis makanan
(misalanya: semi
dapat dapat
kental/ makanan
dibuat untuk
halus) atau
tambahan atau
makanan selang
bbatasan faktor,
contoh : makanan
dihancurkan atau
gula atau
sediaan yang
memberikan
dijual) sesuai
makanan yang
indikasi
disediakan
Fasilitas pasien
pasien.
Konsumsi
memperoleh diet
minuman yang
mengandung
anjurkan
kafein perlu
menghindari
dihindari karena
kafein adalah
iritan.
stimulan sistem
saraf pusat yang
dpat
meningkatakan
aktifitas aktivitas
lambung serta
sekresi pepsin.
Konsumsi
alkohol harus
19
dihindari,
demikian juga
dengan rokok
karena nikotin
akan mengurangi
sekresi bikarbonat
pankreas
sehingga akan
mengahambat
netralisasi asam
lambung dalam
duodenum.
Nuikotin juga
meingkatkan
stimulasi
parasimpatis yang
meningkatkan
aktifitas otot
dalam usus dan
dapat
menimbulkan
5.
mual muntah.
Pemberian diet
rutin
sedikit tapi
sering pada
pasien gastritis
akut merupakan
intervensi yang
tidak efektif dan
tidak efisien
apabila pasien
20
mendapat respon
h2 dimana
pemberian diet
sedikit tapi sering
akan merangsang
pengeluaran
kembali asam
lambung yang
berakibat
meningkatkan
perasaan tidak
nyaman pada
Berikan nutrisi
gastrointestinal.
Nutrisi secara
parenteral
intravena datrisi
yang pat
membantu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
yang diperlukan
oleh pasien untuk
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
harian.
7. Resiko
Terpenuhinya
Monitor status
ketidakseimbang
cairan dan
cairan pengganti
an cairan dan
elektrolit
membran mukosa,
ditentukan dari
keadaan status
elektrolit b.d
keluarnya cairan
cairan. Penurunan
volume cairan
21
berlebihan
imenurunya
produksi urine.
Monitor
dilakukan dengan
ketat pada
produksi urine.
Produksi urine <
600ml/ hari
merupakan
tanda- tanda
terjadinya syok
Kaji sumber
hipovolemik.
Kehilangan cairan
kehilngan cairan
Pengukuran tekanan
elektrolit.
Hipotensi dapat
darah
terjadi pada
kondisi
hipovolimia. Hal
tersebut
menunjukan
manifestasi
terlibatnya sistem
kardiovaskular
untuk melakukan
konpensasi
22
mempertahankan
Kaji warna kulit,
tekanan darah.
Megetahui
adanya pengaruh
perifer, dan
peningkatan
diaforesis secara
tahana perifer
teratur.
11.
Tindakan
kolaborasi :
penting untuk
pertahankan
pemberian cairan
pemberian cairan
cepat dan
intravena
memudahkan
perawat dalam
melakukan
kontrol intake dan
output cairan
Monitor respon
Digunakan dalam
adanya nyeri
fisik, seperti
mengevaluasi
muntah darah
kelemahan,
derajat/ tingkat
perubahan tanda
kesadaran atau
konsentrasi,
yang yang
khususnya ketika
berulang- ulang,
melakukan
catat kesesuaian
komunikasi
verbal
nonverbal selama
komunikasi
Anjurkan pasien
Memberikan
kesempatan untuk
mengungkapkan
berkonsentrasi,
23
dan
mengekspresikan
takut, dan
rasa takutnya
mengurangi
cemas yang
berlebih
Respon dan
kecemasan
, berikan
anggota keluarga
kesempatan untuk
mendiskusikan
terjadi, dapat
perasaan/
disampaikan
konsentrasinya serta
kepada perawat
Sejumlah
pengalihan
aktivitas atau
perhatian sesuai
keterampilan baik
kemampuan
sendiri maupun
individu, seperti:
dibantu selama
menulis, menonton,
melakukan rawat
inap dalam
tangan.
menurunkan
tingkat kebosanan
yang dapat
menurunkan
stimulus
kecemasan.
80% dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada tekanan
darah seperti pada perdarahan hemoroid, polip kolon atau colitis. Hanya sekitar 15% pasien
dengan perdarahan berat dan berkelanjutan berdampak pada tekanan darah (Sudoyo, 2009)
2. Etiologi
Sedikit darah yang berwarna merah segar pada permukaan feses dan tisu toilet sering
disebabkan oleh hemoroid, divertikulusis, fisura ani, atau fistula. Perdarahan ini biasanya
disebabkan feses yang keras sehingga defekasi harus dilakukan dengan mengejan. Penyebab
perdarahan rectum lainnya yaitu proktitis.
a. Divertikulisis
1) Definisi
Divertikulitis adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk dari lapisan
usus yang meluas sepanjang defek dilapisan otot. Divertikulum dapat terjadi dimana
saja sepanjang saluran gastrointestinal. Divertikulisis merupakan divertikula multipel
yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala. Divertikulisis merupakan divertikula multipel
yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala.
2) Etiologi
Divertikulisis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di suatu divertikulum
yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan
akhirnyamenimbulkan perforasi atau pembentukan abses. Divertikulitis paling umum
terjadi pada kolon sigmoid (95 %)
3) Patofisiologi
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa kolon mengalami
hermiasi sepanjang dinding muskuler akibat tekanan intraluminal yang tinggi.
Volume kolon yang rendah dan penurunan kekuatan otot dalam dinding kolon.
Divertikulum menjadi tersumbat dan kemudian terinflamasi bila obstruksi terus
berlanjut. Inflamasi cendrung menyebar ke dinding usus sekitar, mengakibatkan
timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat terjadi, menimbulkan
peritonitis sedangkan erosi pembuluh darah dapat menyebabkan perdarahan.
4) Manifestasi klinis
25
27
3. Penatalaksanaan
Web of Causion Perdarahan Saluran Cerna Bawah
Mengejan,
kehamilan, duduk
terlalu lama
Kongesti vena
pleksus
Pelebaran vena
Hemoroid
Kecemasan
28
Penuaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi endoskopi
Perubahan
keras, meningkat
Colonoscopi bipolar cautery,feses
monopolar
coutery, heatet probe application, argon
struktur kolagen
segmen kolon
plasma caogulation, dan Nd:YAG laser bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia
dan perubahan vaskular pada kolitis radiasi. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk
melakukan
yang berdarah
atau mengendalikan perdarahan
Keluarnya
dinding ablasi dan reseksi polip
Tekanan
intraluminal
intestinal
yang timbul pada kanker kolon. Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid
internal dengan ligasi maupun teknik termal.
2) Angiografi terapeutik Terbentuknya kantung, pada dinding
Bilamana kolonoskopi gagal atau intrauiminal
tidak dapat dikerjakan maka angiografi dapat
digunakan untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisasi arteri secara selektif
dengan polyvinyl alkohol atau mikrokoil telah menggantikan vasopressin intraartery
Diertikulisis
untuk mengatasi perdarahan saluran cerna
bagian bawah. Embolisasi angiografi
merupakan pilihan terakhir karena dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.
Ketidaknyamanan
Nyeri
3) Terapi bedah
abdomen bawah,
Ganguan
Diagnostik bedah merupakan pendekatan
utama setelah keadaan pasien stabil.
konstipasi
gastrointestinal
Bedah emergensi menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan dapat
memperburuk keadaan klinis. Pada kasus-kasus dengan perdarahan berulang tanpa
Intervensidiketahui
farmakologis,
sumber perdarahannya maka henikolektomi kanan atau hemikolektomi
mual, muntah
diet
Komplikasi abses,
subtotal dapat dipertimbangkan dan memberikan hasil yang baik.
fistula , obstulasi,
b. Penatalaksanaan Keperawatan
perforasi, perdarahan
Adapun diagnosa yang sering muncul pada perdarahan saluran cerna bagian bawah
Pemenuhan
Ketidakseimbangan nutrisi
adalah
sebagai
berikut:
informasi
kurang dari kebutuhan
1. Aktual/ resiko tinggi syok hipovolemik b.d penurunan volume darah sekunder,
Aktual atau resiko
syok hipovolemi
perdarahan saluran intestinal
2. Pemenuhan informasi b.d evaluasi diagnostik, rencana pembedahan, dan rencana
perawatan di rumah
3. Nyeri b.d iritasi intestinal, reson pembedahan
4. Kecemasan b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan
5. Konstipasi b.d penyempitan kolon akibat penyempitan segmen otot dan struktur
(Muttaqin, 2011)
N
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
29
o
1
Keperawatan
Pemenuhan
1. Klien dapat
Keperawatan
Kaji pengetahuan
Kaji pengetahuan
klien tentang
pasien yag
informasi b.d
menjelaskan
evaluasi
diagnostik,
kes yang
pembedahan, dan
rencana
telah
pembedahan,
dan rencana
perawatan di
rumah
diberikan
2. Klien
social ekonomi.
pendekatan yang
termotivasi
sesuai
Keluarga atau orang
untuk
meningkatkan
melakukan
penerimaan
dilibatkan dalam
penjelasan
informasi
pemenuhan
yag telah
informasi
diberikan
Jelaskan:
1. Diskusikan
jadwal
pembedahan
1. Pasien adan
keluarga harus
diberitahu
waktu
dimulainya
pembedahan.
Apabila rumah
sakit
mempunyai
jadwal kamar
operasi yang
padat, lebih
baik pasien dan
keluarga
diberitahukan
mengenai
banyaknya
30
jadwal operasi
yang telah
ditetapkan
2. Persiapan
administrasi
dan inform
consent
sebelum pasien
2. Pasien sudah
menyelesaikan
administrasi
dan mengetahui
secara financial
biaya
pembedahan.
Pasien sudah
mendapat
penjelasan dan
menandatangan
i informed
consent
3. Perawat
3. Konfirmasi
mengonfirmasi
kepada pasien
penjelasan ahli
tentang
bedah tentang
penjelasan
akan
yang telah
dilakukannya
dijelaskan oleh
kolostomi. Hal
ahli bedah
ini penting
dilakukan
karena pada
beberapa pasien
bisa terkejut
setelah
pascabedah
31
terdapat anus
buatan pada
dinnding perut
yang dapat
memberikan
manifestasi
sedih pada
pasien. Pasien
yang menjalani
pembedahan
untuk kolostomi
sementara dapat
mengekspresika
n rasa takut dan
masalah yang
serupa dengan
individu yang
memiliki stoma
permanen.
Berdiskusi
dengan individu
yang berhasil
menghadapi
kolostomi
serinng
membantu
pasien prabedah.
4. Manfaat dari
instruksi
4. Lakukan
pendidikan
preoperative
telah dikenal
32
kesehatan
sejak lama.
preoperative
Setiap pasien
diajarkan
sebagai seorang
individu dengan
mempertimbang
kan segala
keunikan
ansietas,
kebutihan, dam
harapanharapannya
5. Jika sesi
penyuluhan
dilakukan
5. Programkan
instruksi yang
didasarkan
pada
kebutuhan
individu,
direncanakan
dan
diimplementasi
kan pada waktu
yang tepat
beberapa hari
sebelum
paembedahan,
pasien mungkin
tidak ingat
tentang apa
yang telah
dilakukan. Jika
instruksi
diberikan terlalu
dekat sengan
waktu
pembedahan,
pasien mungkin
tidak dapat
berkonsentrasi
33
atau belajar
karena ansietas
atau efek dari
medikasi
praanestasi
Beritahu persiapan
pembedahan
meliputi:
1. Persiapan
intestinal
1. Penting untuk
menghindari
pengiritasi
kolon. Pagi hari
sebelum
pembedahan
lakukan
pemberian
alksatif ringan
dan lakukan
2. Persiapan
puasa
enema
2. Pasien yang
sudah
melakukan
puasa dimonitor
hidrasi dan
intake dalam
3. Persiapan kulit
setiap kondisi
3. Mengurangi
sumber bakteri
tanpa
34
4. Pencukuran
area operasi
mencederai kulit
4. Untuk
melakukan
pencukuran
pilih posisi yang
nyaman dan
tidak memajan
bagian yang
Beritahu pasien
tidak perlu
Istirahat membantu
tentang
proses pemulihan
pembedahan
berkaitan dengan
istirahat dan tidur
Latihan nafas
Untuk
diafragma
meningkatkan
ventilasi paru dan
oksigenasi darah
setelah anestesi
Latihan tungkai
umum
Untuk memperbaiki
sirkulasi dan
mencegah stasis
Beri informasi
vena
Untuk
manajemen nyeri
meningkatkan
keperawatan
35
c. Hemodinamik
keseimbangan tubuh
d. Hematemesis
: muntah darah bewarna hitam
a. Antiinflamasi
: obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan
bukan karena mikroorganisme (non infeksi).
e. Pirosis
: nyeri uluh hati
f. Kolik
: ganguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
g. Anoreksia
a. Iskema
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. N (58 th) masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada bagian perut. Klien
mengatakan sejak beberapa hari sebelumnya sering mengalami muntah yang berwarna
kehitaman. Kini klien tampak terbaring lemah dan sering meringis di ruang rawatnya. Klien
terlihat kurus karena memang tidak nafsu makan. Klien memiliki riwayat sirosis hepatis dan
pernah dirawat sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh tekanan darah 100/ 70 mmHg,
nadi 80x/ menit, respirasi rate 24x/ menit, suhu 370 C. Pemeriksaan penunjang Hb: 6.4 gr/ dL.
A. Pengkajian
Data subjektif:
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut
2. Klien mengatakan beberapa hari sebelumnya muntah dan feses berwarna kehitaman
Data objektif:
1. Klien tampak terbaring lemah
2. Klien tidak nafsu makan
3. Tanda-tanda vital tekanan darah: 100/ 70 mmHg, nadi: 80x/ menit, respirasi rate: 24x/
menit, suhu: 370 C
4. Hb: 6.4 gr/ dL
37
B. Analisa Data
Web of Causion Kasus
Kerusakan hati
Garam empedu
Agredasi bahan
kimia meningkat
Peradangan mukosa
lambung
Mual, muntah, dan
anoreksia
Gastritis
Metaplasia
epitel
Ulkus peptikum
Intake nutrisi
tidak adekuat
Nyeri
Aktual atau risiko
ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi
Perdarahan
Hematonesis, melena
38
Analisa dataData
Data subjektif:
A. Klien mengeluh nyeri
B. Klien tampak meringis
Etiologi
Gastritis
Masalah Keperawatan
Nyeri
Data subjektif
Gastritis
1. Klien mengatakan
beberapa hari sebelumnya
Ulkus peptikum
Perdarahan
Hematemesis, melena
kehitaman
Data objektif
Kerusakan hati
Gangguan nutrisi
1. Klien mengatakan
beberapa hari sebelumnya
Garam empedu
muntah berwarna
kehitaman
2. Klien memiliki riwayat
sirosis hepatis
Data objektif
1. Klien tidak nafsu makan
2. Klien tampak terbaring
lemah di tempat tidur
3. Klien tampak kurus
Gastritis
Mual, muntah, anoreksia
39
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No
keperawatan
1. Nyeri berkaitan
Kriteria hasil
1. Dalam 24
Intervensi
Rasional
jam
beratnya, karakter,
lambung
penerimaa
mengevaluasi adanya
n klien
pencetus, metode
berkurang
2. Pasien
pasien, rentangkan
tidak
gelisah
ketidaknyamanan dari
0 (tanpa nyeri) sampai
10 (nyeri hebat)
Beritahu pasien untuk
Zat-zat iritan
menghindari makanan
mengakibatkan kerusakan
mengiritasi,
lambung
khususnya yang
berkaitan dengan
gejala.
Intruksikan pasien
lambung
makanan seimbang
setiap hari
Tawarkan metode
non-farmakologis
mampu meningkatkan
untuk pengendalian
nyeri (misalnya
Untuk meningkatkan
mencegah atau
mengendalikan
pemantauan terhadap
ansietas dengan
mengajarkan tindakan
pertolongan diri dan
anjurkan ekspresi
perasaan.
Resiko syok
1. Pasien
hipovolemik b.d
menunjuk
respons perdarahan
penurunan darah
kan
sekunder akibat
perbaikan
hematemesis
system
dengan kebutuhan
kardiovask
individu
1. Penurunan kualitas
uler
2. Hemateme
Monitor TTV
sis dan
jantung merupakan
melena
parameter penting
terkontrol
3. Konjungti
va tidak
anemis
4. Pasien
tidak
mengeluh
pusing,
membran
mukosa
tekanan darah
3. Peningkatan RR
lembab,
merupakan
turgor
manifestasi dari
kulit
kompensasi respirasi
normal,
untuk mengambil
dan akral
sebanyak-banyaknya
hangat
5. TTV
O2 , akibat penurunan
dalam
kadar Hb dan
batas
penurunan volume
normal,
darah
4. Hipotermi dapat
CRT > 3
terjadi pada
detik,
perdarahan massif
urine >
600
ml/hari
6. Laboratori
um: nilai
7. hemoglobi
n, sel
darah
merah,
hematokrit
, dan
BUN/kreat
inin dalam
batas
normal
Monitor status cairan
(turgor kulit,membran
pengganti darah
output)
volume darah
mengakibatkan
menurunnya output urine
(jika <600 mL merupakan
tanda terjadinya syok
Lakukan kolaborasi
hipovolemik)
Pemberian transfuse
pemberian transfuse
disesuaikan dengan
pengganti darah
Secara fisiologis tubuh
pemberian transfuse
Lakukan gastric
respon tersebut.
Pemberian cairan dingin
cooling
ke lambung untuk
melakukan vasokontriksi
pembuluh darah lambung
dan diharapkan dapat
menurunkan perdarahan
Perubahan kardiovaskular
risiko syok
Terapi endoskopik
terapi endoskopik
dilakukan dengan
melakukan hemostasis
koagulasi atau thrombosis
terapi. Beberapa terapi
elektrokoagulasi, heater
probe atau laser YAG
dilakukan untuk
mengontrol perdarahan
Lakukan dokumentasi
ulkus peptikum
Setiap perubahan yang
dilakukan laporkan
apabila terjadi
perubahan kondisi
mempermudah untuk
Ketidakseimbangan 1. Membuat
yang mendadak
Kaji status nutrisi,
tindakan lanjutan
Menetapkan masalah dan
pilihan
menentukan intervensi
kebutuhan tubuh
diet untuk
badan, derajat
yang tepat
b.d
memenuhi
penurunan berat
ketidakadekuatan
kebutuhan
badan, integritas
intake nutrisi
nutrisi
mukosa oral,
sesuai
kemampuan menelan,
kondisi
individu
dan diare
44
2. Menunjuk
kan
output
peningkata
dukungan cairan.
n berat
badan
berkurang
Makan tiga kali sehari
menetralisir asam
tetapi tetap
menghindari
predisposisi
diperlukan selama
peningkatan kadar
asam
Berikan makanan
digunakan
Pasien dapat
perlahan dengan
berkonsentrasi pada
kodisi lingkungan
yang tenang
Berikan diet secara
adanya distraksi
Cara ini tidak efektif jika
rutin
45
D. Penanganan
1. Penanganan farmakologis
Obat-obatan yang dapat diberikan pada kasus di atas adalah:
a. Penghambat reseptor histamine (antagonis reseptor H2) yang berfungsi menurunkan
sekresi asam lambung
b. Antasida, obat ini mempercepat penyembuhan dengan menetralisir asam hidroklorida
dan mengurangi aktivitas pepsin, namun obat ini tidak menutupi tukak
c. Potrektor mukosa, biasanya digunakan Misoprostol
d. Penghambat pompa proton, obat ini mengurangi sekresi asam
e. Antikolinergik, obat ini menghambat sekresi asam
f. Kombinasi antibiotik dengan garam bismuth untuk menekan H. pylori
g. Melakukan terapi endoskopik
h. Melakukan pembedahan
2. Penanganan non-farmakologis
Pada kasus dapat ditegakkan tiga diagnosa yakni masalah nyeri, nutrisi, dan cairan.
Penanganan non-farmakologis untuk tiga diagnosa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Teknik distraksi dan relaksasi. Teknik ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
yang dialami klien. Teknik distraksi yang dapat digunakan misalnya bercerita,
menonton tv, ataupun kegiatan lain yang disukai dan menarik perhatian klien.
Sedangkan teknik relaksasi yang dapat digunakan adalah teknik nafas dalam.
b. Diet terkontrol. Gangguan pada saluran pencernaan dapat disebabkan oleh makanan
dan obat-obatan yang bersifat iritan pada mukosa saluran cerna. Diet berguna untuk
memilih dan membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh, klien dapat
menghindari konsumsi makanan yang bersifat iritan pada mukosa pencernaan seperti
minuman beralkohol, obat-obatan OAINS.
c. Menghindari stress. Stress atau emosi memicu produksi asam lambung.
d. Mengkonsumsi ekstrak daun pepaya. Dari informasi ini belum ada penelitian yang
menyatakan bahwa daun pepaya berkhasiat terhadap tukak lambung, tetapi
berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat, diketahui bahwa daun pepaya
dapat digunakan untuk pengobatan gangguan lambung dan masalah pada saluran
pencernaan. Hal ini diduga karena kandungan flavonoid dan fenol yang terdapat
dalam daun pepaya yang dapat meningkatkan sekresi prostaglandin di lambung, serta
mencegah pembentukan radikal bebas dan meminimalisir luka akibat reaksi oksidasi.
Selain itu daun pepaya juga mempunyai daya kerja sebagai antimikroba (Gracioso
dalam Suhatri, 2009)
46
47