Vous êtes sur la page 1sur 47

MAKALAH KEPERAWATAN KLINIK VI

(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


PERDARAHAN SALURAN PENCERNAAN

Disusun oleh kelompok VIII (program A 2010)


Asra Septia
Sari Widayati
Yunia Mariantari
Dosen Pembimbing : Yesi Hasneli, SKp, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal disebut juga sistem digestif atau sistem pencernaan yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna keluar dari tubuh (Haryono, 2012). Selain
berfungsi secara fisiologis permukaan saluran cerna juga melakukan peran proteksi untuk
melindungi jaringan terhadap 1) efek korosif dan asam enzim, 2) respon tekanan mekanik seperti
abrasi, dan 3) agen bakteri yang ikut serta dalam material makanan (Muttaqin, 2011).
Berdasarkan fungsinya tersebut sistem gastrointestinal memiliki peranan yang besar bagi
tubuh. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan terganggunya kebutuhan nutrisi. Salah
satu contoh gangguan dari sistem ini adalah perdarahan saluran cerna.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera gangguan hemodinamik.
Selain trauma abdomen kasus kegawatdaruratan pada sistem pencernaan salah satunya
perdarahan saluran cerna. Perdarahan saluran cerna adalah perdarahan yang terjadi sepanjang
saluran cerna dari mulut sampai ke anus (Sudoyo, 2009).
Kejadian perdarahan saluran cerna baik dalam bentuk hematemesis atau melena merupakan
keadaan yang banyak dijumpai dalam pelayanan endoskopi saluran cerna bagian atas. Kasus
perdarahan tersebut menunjukkan penyebab terbanyak perdarahan adalah pecahnya varises
kerongkongan, luka yang dalam pada lambung dan usus duabelas jari. Bercak-bercak perdarahan
pada lambung juga merupakan penyebab dari perdarahan tersebut terutama pada pengguna obat
rematik baik yang diresepkan dokter atau yang dibeli sendiri di warung oleh pasien. Angka
kematian karena perdarahan saluran cerna bagian atas juga cukup tinggi hampir mencapai 26%
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di RSCM. Penelitian yang dilakukan terakhir di
RSCM dari 4.154 endoskopi saluran cerna atau selama 5 tahun (2001-2005) didapatkan 837
kasus dengan perdarahan saluran cerna.
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan saluran cerna adalah sangat
penting terutama bagi perawat agar dapat memberikan tindakan yang sesuai dan mencegah
terjadinya kematian.

B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan perdarahan saluran cerna.
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perdarahan saluran cerna dan asuhan keperawatan yang akan diberikan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
Perdarahan saluran cerna adalah perdarahan dimana saja yang terjadi di sepanjang
saluran cerna dari mulut sampai ke anus (Sudoyo, 2009). Hematemesis dapat diartikan sebagai
muntah darah dan melena sebagai pengeluaran feses yang berwarna kehitaman. Dua istilah ini
merupakan tanda terjadinya perdarahan gastrointestinal. Perdarahan saluran cerna terbagi
menjadi dua yaitu:
A. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
1. Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran makanan
proksimal dari ligamentum Treitz. Dibedakan menjadi perdarahan varises dan non-varises.
Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bisa beragam tergantung lama, kecepatan,
banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah perdarahan berlangsung terus-menerus atau
tidak. Kemungkinan pasien yang datang dengan anemia defisiensi akibat perdarahan
tersembunyi yang berlangsung lama, hematemesis, dan atau melena disertai atau tanpa
anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik. Derajat hipovolemi menentukan
kegawatan klien (Sudoyo, 2009).
2. Etiologi
Perdarahan saluran cerna paling sering dilaporkan adalah akibat pecahnya varises
esophagus, gastritis erosive, ulkus peptikum, gastropati kongestif, dan keganasan atau
kanker.
a. Gastritis
Gastritis sering terjadi diakibatkan diet yang sembrono individu makan terlalu
banyak, cepat, atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit (Smeltzer & Bare, 2001). Gastritis dapat berkaitan
dengan konsumsi alkohol atau penggunaan obat-obat antiinflamasi seperti aspirin atau
ibunofrin (Muttaqin, 2011). Gastritis terbagi menjadi dua yaitu:

1) Gastritis akut
a) Patofisiologi
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan, darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi
sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak
mukus. Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami
gastritis. Hemoragik kadang-kadang memerlukan nintervensi bedah. Bila
makanan iritan tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus dapat mengakibatkan
kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan
mungkin menurun selama dua atau tiga hari kemudian.
b) Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastritis akut adalah sebagai berikut:
(1) Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid (Indometasin,
Ibunofren, dan Asam Salisilat), Sulfonanmide, Steroid, Kokain, agen
kemoterapi (mitomisin, 5-fleuro-2-deoxyuridine), salisilat, dan digitalis
bersifat mengikis mukosa asam lambung.
(2) Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin.
(3) Infeksi bakteri seperti h. Pylori (paling sering), h. Heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Proteus sp, Clostrididum sp, e. Coli, Tuberculosis, dan
Secondary syphilis.
(4) Infeksi virus oleh Sitomgalovirus.
(5) Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
(6) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks ususlambung.
(7) Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein serta alkohol merupakan agen yang
menyebabkan iritasi mukosa lambung.
(8) Garam empedu, terjadi pada refluks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke
mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa
(9) Iskemia, hal ini berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
Komplikasi
5

(1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian
(2) Ulkus jika prosesnya hebat
(3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah yang hebat
(Muttaqin, 2011)
c) Manifestasi klinis
Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, mual, dan anoreksia, sering
disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimptomatik.
2) Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
a) Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bissa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non-infeksi.
Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan
manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi halhal berikut ini.
(1) H.pylory. Beberapa penelitian menyebutkan bakteri ini merupakan
penyebab utama dari gastritis kronis
(2) Helicobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
(3) Infeksi parasit
(4) Infeksi virus
Gastritis non-infeksi
(1) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kirakira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel
parietalnya
(2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin
(3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung
(4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai
penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatosis,
6

penggunaan kokain, Isolated granulomas, Rheumatoid nodules, tumor


amyloidosis, dan granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung
(5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan Collagenous gastritis.
(6) Eosinophilic gastritis
(7) Injuri radiasi pada lambung.
(8) Iskemik gastritis
(9) Gastritis sekunder dari terapi obat-obatan
b) Patofisiologi
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut gastritis autoimun) diakibatkan perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung.
d) Manifestasi klinis
Gejala yang ditunjukkan hampir sama dengan gastritis akut, hanya saja
berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama.
e) Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan penyebab spesifik yang diketahui,
misalnya akibat infeksi H. pylori. Pengobatan simptomatis dilakukan untuk
menurunkan keluhan, seperti pemberian obat lambung. Anemia yang disebabkan
oleh gastritis kronis biasanya bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau
preparat besi, tergantung dari defisiensinya. Apabila penyebabnya dapat
ditemukan, misalnya refluk usus lambung, sebaiknya dikoreksi.
Prioritas intervensi dilakukan untuk menurunkan respon nyeri epigastrium,
penurunan resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, pemenuhan intake
nutrisi harian, dan penurunan respon kecemasan.
b. Ulkus peptikum
1) Definisi
Ulkus peptikum adalah eksavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosa lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus (Brunner & Suddarth, 2011)
ulkus peptikum sering disebut sebagai ulkus lambung, duodenal, atau esophageal
tergantung pada lokasinya. Ulkus disebabkan oleh erosi area terbatas dari membran
mukosa. Erosi ini meluas sedalam lapisam otot atau seluruh otot.
7

2) Etiologi
Etiologi ulkus peptikum adalah infeksi bakteri H. Pylori. Penyakit ini paling
beresiko terjadi pada individu di usia 40-60 tahun, tetapi relative jarang terjadi pada
wanita menyusui. Factor predisposisi dari ulkus ini di duga adalah stress atau marah
yang tidak diekspresikan. Ulkus cenderung terjadi pada orang yang emosional, tetapi
adanya factor pendukung yang lain masih belum diketahui secara pasti.
3) Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (Asam Hidroklorida) dan
pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asampepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa
yang rusak tidak mensekresi mukus yang cukup untuk bertindak sebagai barrier
terhadap asam klorida.
Pada manusia sekresi lambung adalah campuran mukopolisakarida dan
mukoprotein yang disekresi secara kontinyu melalui kelenjar mukosal. Mukus ini
mengabsorbsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam klorida disekresi
secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisma neurogenik dan
hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan dinetralisasi, dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan
perlindungan, asam hidroklorida, bersamaan dengan pepsin, akan merusak lambung.
Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan mukosa lambung;
kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki
disebut barrier mukosa lambung. Barrier ini adalah pertahanan utama lambung
terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yag
mempengaruhi pertahanan mukosa lambung adalah suplai darah, keseimbangan
asam-basa, intregitas sel mukosal, dan regeneraasi epitel.
Oleh karena itu individu yang mengalami ulkus peptikum mungkin dikarenakan
dua factor ini 1) hipersekresi asam-pepsin dan 2) kelemahan barier mukosa lambung.
Adapun yang menurunkan produksi mukosa lambung adalah ulserogenik: Salisilat
dan obat antiinflamasi nonsteroid lain, alkohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
mkategori ini.
8

4) Manifestasi klinis
Gejala ulkus dapat hilang selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Adapun
manifestasi klinis dari ulkus ini adalah:
a) Nyeri. Biasanya pasien yang mengalami ulkus mengalami nyeri tumpul,
seperti tertusuk atau sensasi terbakar pada atrium atau di punggung. Nyeri
biasanya hilang dengan makan karena terjadi netralisasi asam
b) Pirosis (nyeri ulu hati). Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung yang naik ke mulut dan kadang disertai asam.
Eruktasi atau sendawa umumnya dialami jika lambung pasien dalam keadaan
kosong
c) Muntah. Meskipun jarang terjadi pada ulkus duodenal tanpa komplikasi
muntah dapat menjadi gejala dari ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan
dengan obstruksi jalan keluar lambung oleh spasme mukosal pylorus yang
dapat dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan
akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut. Muntah dapat terjadi dengan atau tanpa didahului mual. Biasnya
setelah nyeri akut akan terjadi ejeksi asam lambung.
d) Konstipasi dan perdarahan. Konstipasi yag terjadi pada pasien ulkus
kemungkinan disebabkan karena diet dan obat-obatan. Pasien juga biasanya
datang dengan keluhan perdarahan gastrointestinal.
5) Evaluasi Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri,
nyeri tekan epigastrik, atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak
ada.
2. Endoskopi. Endoskopi gastrointestinal atas digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan inflamasi, ulkus, dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat dilihat
secara langsung dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah terbukti dapat
mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui sinar x karena ukuran
atau lokasinya.

3. Penatalaksanaan
Web of Causion Perdarahan Saluran Cerna Atas
predisposisi infeksi
bakteri H. pylori
infeksi virus,
infeksi jamur,
makanan dan
minuman iritan,
iskemia, dan
trauma langsung
lambung

stress fisik (trauma langsung, pembedahan


transplantasi organ, tuberkulosis, luka bakar,
sepsis, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
dan refluks usus-lambung

OAINS

Imunitas
stress

minuman beralkohol

psikologis

sekresi prostaglandin

perlindungan
mukosamenurun

sekresi H+
sekresi
pepsinogen

perfusi darah lokal


menurun

garam empedu
peradangan
mukosa lambung

fungsi barier terganggu

kurang pengetahuan

gastritis

mual, muntah, dan


anoreksia

intake nutrisi tidak


adekuat, kehilangan
cairan dan elektrolit

Kerusakan epitel

Ulkus peptikkum

Nyeri

agregasi bahan kimia

perdarahan

hematemesis

respon
psikologis

respon psikologis

kecemasan

aktual/ resiko ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari kebutuhan,
resiko ketidakseimbangan cairan

10

a. Penatalaksanaan medis
1) Non Endoskopis
Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah lama dilakukan adalah
kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini
diharapkan mengurangi distensi lambung dan memperbaiki proses hemostatik,
namun demikian manfaatnya dalam menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah
lambung ini sangat diperlukan untuk persiapan pemeriksaan endoskopi dan dapat
dipakai untuk membuat perkiraan kasar jumlah perdarahan. Berdasar percobaan
hewan, kumbah lambung dengan air es kurang menguntungkan, waktu perdarahan
jadi memanjang, perfusi dinding lambung menurun, dan bisa timbul ulserasi pada
mukosa lambung.
Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami
perdarahan SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak
merugikan dan relatif murah.
Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek vasokontriksi
pembuluh darah spanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
menurun. Digunakan di klinik untuk perdarahan akut varises esophagus sejak tahun
1953. Pernah dicobakan pada perdarahan nonvarises, namun berhentinya perdarahan
tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang
mengandung vasopressin murni dan preparat pituitary gland yang mengandung
vasopressin dan oxcytocin. Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan
sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan 0,5 1
mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam; atau setelah
pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/ menit. Vasopressin dapat
menimbulkan efek samping serius berupa insufiensi koroner mendadak, oleh karena
itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat, misalnya nitrogliserin
intravena dengan dosis awal 40 mcg/menit kemudian secara titrasi dinaikkan sampai
maksimal 400 mcg/menit dengan tetap mempertahankan tekanan sistolik di atas 90
mm Hg.

11

2) Endoskopis
Terapi endoskopis dilakukan pada gangguan saluran pencernaan dengan
komplikasi perdarahan.
3) Terapi Radiologi
4) Pembedahan
Intervensi bedah dilakukan apabila dengan terapi obat dan endoskopik tidak
menurunkan keluhan perdarahan. Pembedahan dengan gastrektomi distal disertai
Billroth I (gastroduodenostomi) atau Billroth II (gastrojejunostomi) untuk
menghilangkan kondisi ulkus atau dengan intervensi gastrektomi total.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada perdarahan saluran cerna bagian atas adalah
sebagai berikut:
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b.d iritasi
mukosa lambung

Kriteria Hasil
1. Secara

Intervensi
Keperawatan
1. Jelaskan dan

Rasional
Pendekatan

subjektif

bantu pasien

dengan

melaporkan

dengan tindakan

menggunakan

nyeri

pereda nyeri

relaksasi dan non-

berkurang

non-farmakologi

farmakologi

atau dapat

dan non-invasif

lainnya telah

diadaptasi
2. Skala nyeri
berkurang
3. Dapat
mengidentifi
kasi aktifitas

menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri
2. Lakukan
manajemen nyeri
a. Istirahatkan

yang

pasien pada

meningkatk

saat nyeri

an atau

muncul.

menurunkan
nyeri
4. Pasien tidak
gelisah

a. Istirahat
secara
fisiologis akan
menurunkan
kebutuhan
oksigen yag
diperlukan
12

untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolism
basal

b. Meningkatkan
b. Ajarkan
teknik
relaksasi
nafas dalam
saat nyeri
muncul
c. Ajarkan
teknik
distraksi
pada saat
nyeri

intake oksigen
sehingga akan
menurunkan
nyeri sekunder
dari iskemia
intestinal
c. Distraksi
(pengalihan
perhatian)
dapat
menurunkan
stimulus
internal
d. Lingkungan

d. Manajemen

tenang akan

lingkungan:

menurunkan

lingkungan

stimulus nyeri

tenang,

eksternal.

batasi

Pembatasan

pengunjung

pengunjung

dan

membantu

istirahatkan

meningkatkan
13

pasien

kondisi
oksigen
ruangan yang
akan
berkurang
apabila
banyak
pengunjung
yang berada di
ruangan.
Istirahat akan
menurunkan
kebutuhan
oksigen
jaringan
perifer
e. Manajemen

e. Lakukan

sentuhan pada

manajemen

saat nyeri

sentuhan

berupa
sentuhan dan
dukungan
psikologis
dapat
membantu
dapat
membantu
menurunkan
nyeri

14

3. Tingkatkan

Pengetahuan yang

pengetahuan

akan dirasakan

pasien tentang

membantu

penyabab nyeri

mengurangi nyeri

dan

yang dirasakan

menghubungkan

dan dapat

berapa lama

membantu

nyeri akan

mengembangkan

berlangsung

kepatuhan pasien
terhadap rencana
terapeutik

4. Tindakan
kolaborasi
a. Pemakaian
penghambat
H2 (seperti
Cimetidin
atau
Ranitidin)

a. Cimetidin
penghambat
Histamin H2
menurunkan
produksi asam
lambung,
meningkatkan
pH lambung
dan
menurunkan
iritasi pada
mukosa
lambung. Hal
ini penting
untuk
pencegahan
dan
penyembuhan
15

lesi

b. Antasida

b. Antasida
untuk
mempertahank
an pH
lambung pada

Kurang

1. Pasien

Kaji kemampuan

tingkat 4.5
Keberhasilan

pengetahuan b.d

mampu

pasien untuk

proses

ketidakadekuatan

mengulang

mengikuti

pembelajaran

informasi

(menyebutk

pembelajaran

dipengaruhi os

penatalaksanaan

an kembali)

(tingkat kecemasan,

pembelajaran

diet dan factor

informasi

kelelahan umum,

dipengaruhi oleh

pencetus iritasi

penting

pengetahuan pasien

kesiapan fisik,

pada mukosa

yang

sebelumnya dan

emosianal, dan

diberikan
2. Pasien

suasana yang tepat)

lingkungang yang

terlihat

Jelaskan tentang

kondusif.
Pengetahuan

termotivasi

proses terjadinya

pasien tentang

terhadap

gastritis akut

gastritis dievaluasi

informasi

sampai

sehingga rencana

yang

menimbulkan

penyuluhan dapat

diberikan

keluhan pada

bersifat individual

pasien.

diet diberikan

lambung

dan disesuaikan
dengan jumlah
kebutuhan kalori
harian, makanan
yang disukai, serta
16

Bantu pasien

pola makan.
Meningkatakan

meniidentifikasi

partisipasi pasien

agen iritan

dalam program
pengobatan dan
mencegah klien
untuk kontak
kembali dengan
agen iritan

Hindari dan beri

lambung.
Pasien diberi

daftar agen- agen

daftar agen- agen

iritan yang menjadi

iritan untuk

predisposisi

misalnya kafein,

timbulnya keluhan.

nikotin, bumbu
pedas, pengintasi
atau makana
sangat
merangsang dan

Tekankan

alkohol.
Diet TKTP dan

pentingnya

cairan yang

mempertahankan

adekuat

intake nutrisi yang

memenuhi

mengandung protein

peningkatan

dan kalori yang

kebutuhan

tinggi, serta intake

metabolik tubuh.

cairan yang cukup

Pendidikan

setiap hari

kesehatan tentang
hal tersebut
meningkatakan
kemandirian
17

pasien dalam
perawatan
Terpenuhinya

Kaji pengetahuan

penyakitnya.
Tingakat

ketidakseimbanga

kebutuhan

pasien tentang intake

pengetahuan

n nutrisi: kurang

nutrisi secara

nutrisi.

dipengaruhi oleh

dari kebutuhan b.d

optimal

1. Resiko

kondisi sosial

ketidakadekuatan

ekonomi pasien.

intake nutrisi

Perawat

respon sekunder

menggunakn

akibat nyeri,

pendekatan yang

ketidaknyamanan

sesuai dengan

lambung dan

kondisi pasien.

intestinal

Dengan
mengetahui
tingkat
pengetahuan
tersebut, perawat
dapat lebih
terarah dalam
memberikan
pendidikan
kesehatan yang
sesuai dengan
pengetahuan
pasien secara

2.

Mulai dengan

efektif dan efisien


Kandungan

makan kecil dan

makanan dapat

tingkatakan sesuai

mengakibatakan

dengan toleransi.

ketidak

Catat tanda

koleransian GI,
18

kepenuhan gaster,

sehingga

regurgitasi, dan

memerlukan

diare

perubahan pada
kecepatan atu tipe

Berikan diet nutrisi

formula
Macam- macam

seimbang

jenis makanan

(misalanya: semi

dapat dapat

kental/ makanan

dibuat untuk

halus) atau

tambahan atau

makanan selang

bbatasan faktor,

contoh : makanan

seperti lemak dan

dihancurkan atau

gula atau

sediaan yang

memberikan

dijual) sesuai

makanan yang

indikasi

disediakan

Fasilitas pasien

pasien.
Konsumsi

memperoleh diet

minuman yang

sesuai indikasi dan

mengandung

anjurkan

kafein perlu

menghindari

dihindari karena

paparan dari agen

kafein adalah

iritan.

stimulan sistem
saraf pusat yang
dpat
meningkatakan
aktifitas aktivitas
lambung serta
sekresi pepsin.
Konsumsi
alkohol harus
19

dihindari,
demikian juga
dengan rokok
karena nikotin
akan mengurangi
sekresi bikarbonat
pankreas
sehingga akan
mengahambat
netralisasi asam
lambung dalam
duodenum.
Nuikotin juga
meingkatkan
stimulasi
parasimpatis yang
meningkatkan
aktifitas otot
dalam usus dan
dapat
menimbulkan
5.

Berikan diet secara

mual muntah.
Pemberian diet

rutin

sedikit tapi
sering pada
pasien gastritis
akut merupakan
intervensi yang
tidak efektif dan
tidak efisien
apabila pasien
20

mendapat respon
h2 dimana
pemberian diet
sedikit tapi sering
akan merangsang
pengeluaran
kembali asam
lambung yang
berakibat
meningkatkan
perasaan tidak
nyaman pada
Berikan nutrisi

gastrointestinal.
Nutrisi secara

parenteral

intravena datrisi
yang pat
membantu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
yang diperlukan
oleh pasien untuk
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
harian.

7. Resiko

Terpenuhinya

Monitor status

Jumlah dan tipe

ketidakseimbang

cairan dan

cairan (turgor kulit,

cairan pengganti

an cairan dan

elektrolit

membran mukosa,

ditentukan dari

dan urine output).

keadaan status

elektrolit b.d
keluarnya cairan

cairan. Penurunan

dari muntah yang

volume cairan
21

berlebihan

imenurunya
produksi urine.
Monitor
dilakukan dengan
ketat pada
produksi urine.
Produksi urine <
600ml/ hari
merupakan
tanda- tanda
terjadinya syok
Kaji sumber

hipovolemik.
Kehilangan cairan

kehilngan cairan

dari muntah dapat


disertai dengan
keluarnya natrium
melalui oral yang
juga akan
meningkatkan
resiko ganguan

Pengukuran tekanan

elektrolit.
Hipotensi dapat

darah

terjadi pada
kondisi
hipovolimia. Hal
tersebut
menunjukan
manifestasi
terlibatnya sistem
kardiovaskular
untuk melakukan
konpensasi
22

mempertahankan
Kaji warna kulit,

tekanan darah.
Megetahui

suhu, sianosis, nadi

adanya pengaruh

perifer, dan

peningkatan

diaforesis secara

tahana perifer

teratur.
11.

Tindakan

Jalur yang paten

kolaborasi :

penting untuk

pertahankan

pemberian cairan

pemberian cairan

cepat dan

intravena

memudahkan
perawat dalam
melakukan
kontrol intake dan
output cairan

12. Kecemasan b.d

Monitor respon

Digunakan dalam

adanya nyeri

fisik, seperti

mengevaluasi

muntah darah

kelemahan,

derajat/ tingkat

perubahan tanda

kesadaran atau

vital, serta gerakan

konsentrasi,

yang yang

khususnya ketika

berulang- ulang,

melakukan

catat kesesuaian

komunikasi

respon verbal dan

verbal

nonverbal selama
komunikasi
Anjurkan pasien

Memberikan

dan keluarga untuk

kesempatan untuk

mengungkapkan

berkonsentrasi,
23

dan

kejelasan dan rasa

mengekspresikan

takut, dan

rasa takutnya

mengurangi
cemas yang

Catat reaksi dari

berlebih
Respon dan

pasien atau keluarga

kecemasan

, berikan

anggota keluarga

kesempatan untuk

terhadap apa yang

mendiskusikan

terjadi, dapat

perasaan/

disampaikan

konsentrasinya serta

kepada perawat

harapan masa depan


Anjurkan aktivitas

Sejumlah

pengalihan

aktivitas atau

perhatian sesuai

keterampilan baik

kemampuan

sendiri maupun

individu, seperti:

dibantu selama

menulis, menonton,

melakukan rawat

tv, dan keterampilan

inap dalam

tangan.

menurunkan
tingkat kebosanan
yang dapat
menurunkan
stimulus
kecemasan.

B. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah (Hematokezia)


1. Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang
berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Pasien dengan perdarahan saluran
cerna bagian bawah datang dengan keluhan darah segar pada saat buang air besar. Hampir
24

80% dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada tekanan
darah seperti pada perdarahan hemoroid, polip kolon atau colitis. Hanya sekitar 15% pasien
dengan perdarahan berat dan berkelanjutan berdampak pada tekanan darah (Sudoyo, 2009)
2. Etiologi
Sedikit darah yang berwarna merah segar pada permukaan feses dan tisu toilet sering
disebabkan oleh hemoroid, divertikulusis, fisura ani, atau fistula. Perdarahan ini biasanya
disebabkan feses yang keras sehingga defekasi harus dilakukan dengan mengejan. Penyebab
perdarahan rectum lainnya yaitu proktitis.
a. Divertikulisis
1) Definisi
Divertikulitis adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk dari lapisan
usus yang meluas sepanjang defek dilapisan otot. Divertikulum dapat terjadi dimana
saja sepanjang saluran gastrointestinal. Divertikulisis merupakan divertikula multipel
yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala. Divertikulisis merupakan divertikula multipel
yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala.
2) Etiologi
Divertikulisis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di suatu divertikulum
yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan
akhirnyamenimbulkan perforasi atau pembentukan abses. Divertikulitis paling umum
terjadi pada kolon sigmoid (95 %)

3) Patofisiologi
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa kolon mengalami
hermiasi sepanjang dinding muskuler akibat tekanan intraluminal yang tinggi.
Volume kolon yang rendah dan penurunan kekuatan otot dalam dinding kolon.
Divertikulum menjadi tersumbat dan kemudian terinflamasi bila obstruksi terus
berlanjut. Inflamasi cendrung menyebar ke dinding usus sekitar, mengakibatkan
timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat terjadi, menimbulkan
peritonitis sedangkan erosi pembuluh darah dapat menyebabkan perdarahan.
4) Manifestasi klinis
25

Konstipasi sering mendahului terjadinya divertikulosis sampai beberapa tahun


tandatanda akutnya yaitu iregularitas usus, nyeri dangkal dan kram pada kuadran kiri
bawah dari abdomen dan demam ringan. Mual dan muntah mungkin dijumpai. Pada
inflamasi lokal divertikula berulang, usus besar menyempit pada striktur pibrotik.
Yang menimbulkan kram, feses berukuran kecil- kecil, dan peningktan konstipasi,
perdarahan samar dapat terjadi menimbulkan anemia difesiensi besi, selain itu tampak
kelemahan dan keletihan. Pertimbangan gerontologis, insiden penyakit divertikulisis
meningkat sesuai usia akibat degenerasi dan perubahan struktur pada lapisan otot
sirkuler dari kolon serta hipertrofi seluler. Gejalanya kurang menonjol pada lansia
dibndingkan pada dewasa lanjut. Lansia mungkin tidak mengalami nyeri abdomen
samapi terjadi infeksi.
b. Hemoroid
1) Definisi
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal (Brunner &
Suddarth, 2001). Hemoroid merupakan sangat umum terjadi. Pada usia 50an 50%
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Hemoroid dibagi menjadi 2 tipe yaitu hemoroid internal ,yaitu hemoroid yang terjadi
di atas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar sfingter anal disebut hemoroid
eksternal.
2) Etiologi
Factor resiko hemoroid antara lain mengedan pada saat buang air besar, pola
buang air besar yang salah (dijamban sambil merokok, membaca, melamun),
peningkatan tekanan intraabdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia,
konstipasi kronik, diare kronik,
3) Patofisiologi
Hemoroid timbul karena adanya dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh factor-faktor resiko.
4) Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari hemoroid adalah:
a) Anus mengalami perdarahan
b) Nyeri di sekitar rectum
c) Iritasi dan ngatal-gatal
26

d) Ada tonjolan pada anus

27

3. Penatalaksanaan
Web of Causion Perdarahan Saluran Cerna Bawah
Mengejan,
kehamilan, duduk
terlalu lama
Kongesti vena
pleksus

Aliran balik vena


terganggu

Pelebaran vena
Hemoroid
Kecemasan

28

Penuaan

Diet rendah serat

a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi endoskopi
Perubahan
keras, meningkat
Colonoscopi bipolar cautery,feses
monopolar
coutery, heatet probe application, argon
struktur kolagen
segmen kolon
plasma caogulation, dan Nd:YAG laser bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia
dan perubahan vaskular pada kolitis radiasi. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk
melakukan
yang berdarah
atau mengendalikan perdarahan
Keluarnya
dinding ablasi dan reseksi polip
Tekanan
intraluminal
intestinal
yang timbul pada kanker kolon. Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid
internal dengan ligasi maupun teknik termal.
2) Angiografi terapeutik Terbentuknya kantung, pada dinding
Bilamana kolonoskopi gagal atau intrauiminal
tidak dapat dikerjakan maka angiografi dapat
digunakan untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisasi arteri secara selektif
dengan polyvinyl alkohol atau mikrokoil telah menggantikan vasopressin intraartery
Diertikulisis
untuk mengatasi perdarahan saluran cerna
bagian bawah. Embolisasi angiografi
merupakan pilihan terakhir karena dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.
Ketidaknyamanan
Nyeri
3) Terapi bedah
abdomen bawah,
Ganguan
Diagnostik bedah merupakan pendekatan
utama setelah keadaan pasien stabil.
konstipasi
gastrointestinal
Bedah emergensi menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan dapat
memperburuk keadaan klinis. Pada kasus-kasus dengan perdarahan berulang tanpa
Intervensidiketahui
farmakologis,
sumber perdarahannya maka henikolektomi kanan atau hemikolektomi
mual, muntah
diet
Komplikasi abses,
subtotal dapat dipertimbangkan dan memberikan hasil yang baik.
fistula , obstulasi,
b. Penatalaksanaan Keperawatan
perforasi, perdarahan
Adapun diagnosa yang sering muncul pada perdarahan saluran cerna bagian bawah
Pemenuhan
Ketidakseimbangan nutrisi
adalah
sebagai
berikut:
informasi
kurang dari kebutuhan
1. Aktual/ resiko tinggi syok hipovolemik b.d penurunan volume darah sekunder,
Aktual atau resiko
syok hipovolemi
perdarahan saluran intestinal
2. Pemenuhan informasi b.d evaluasi diagnostik, rencana pembedahan, dan rencana
perawatan di rumah
3. Nyeri b.d iritasi intestinal, reson pembedahan
4. Kecemasan b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan
5. Konstipasi b.d penyempitan kolon akibat penyempitan segmen otot dan struktur
(Muttaqin, 2011)
N

Diagnosa

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional
29

o
1

Keperawatan
Pemenuhan

1. Klien dapat

Keperawatan
Kaji pengetahuan

Kaji pengetahuan

klien tentang

pasien yag

informasi b.d

menjelaskan

evaluasi

kembali pen- evaluasi diagnostik, dipengaruhi kondisi

diagnostik,

kes yang

pembedahan, dan

rencana

telah

perawatan di rumah Gunakan

pembedahan,
dan rencana
perawatan di
rumah

diberikan
2. Klien

social ekonomi.
pendekatan yang

termotivasi

Cari sumber yang

sesuai
Keluarga atau orang

untuk

meningkatkan

terdekat klien perlu

melakukan

penerimaan

dilibatkan dalam

penjelasan

informasi

pemenuhan

yag telah

informasi

diberikan
Jelaskan:
1. Diskusikan
jadwal
pembedahan

1. Pasien adan
keluarga harus
diberitahu
waktu
dimulainya
pembedahan.
Apabila rumah
sakit
mempunyai
jadwal kamar
operasi yang
padat, lebih
baik pasien dan
keluarga
diberitahukan
mengenai
banyaknya
30

jadwal operasi
yang telah
ditetapkan
2. Persiapan
administrasi
dan inform
consent

sebelum pasien
2. Pasien sudah
menyelesaikan
administrasi
dan mengetahui
secara financial
biaya
pembedahan.
Pasien sudah
mendapat
penjelasan dan
menandatangan
i informed
consent
3. Perawat

3. Konfirmasi

mengonfirmasi

kepada pasien

penjelasan ahli

tentang

bedah tentang

penjelasan

akan

yang telah

dilakukannya

dijelaskan oleh

kolostomi. Hal

ahli bedah

ini penting
dilakukan
karena pada
beberapa pasien
bisa terkejut
setelah
pascabedah
31

terdapat anus
buatan pada
dinnding perut
yang dapat
memberikan
manifestasi
sedih pada
pasien. Pasien
yang menjalani
pembedahan
untuk kolostomi
sementara dapat
mengekspresika
n rasa takut dan
masalah yang
serupa dengan
individu yang
memiliki stoma
permanen.
Berdiskusi
dengan individu
yang berhasil
menghadapi
kolostomi
serinng
membantu
pasien prabedah.
4. Manfaat dari
instruksi
4. Lakukan
pendidikan

preoperative
telah dikenal
32

kesehatan

sejak lama.

preoperative

Setiap pasien
diajarkan
sebagai seorang
individu dengan
mempertimbang
kan segala
keunikan
ansietas,
kebutihan, dam
harapanharapannya
5. Jika sesi
penyuluhan
dilakukan

5. Programkan
instruksi yang
didasarkan
pada
kebutuhan
individu,
direncanakan
dan
diimplementasi
kan pada waktu
yang tepat

beberapa hari
sebelum
paembedahan,
pasien mungkin
tidak ingat
tentang apa
yang telah
dilakukan. Jika
instruksi
diberikan terlalu
dekat sengan
waktu
pembedahan,
pasien mungkin
tidak dapat
berkonsentrasi
33

atau belajar
karena ansietas
atau efek dari
medikasi
praanestasi

Beritahu persiapan
pembedahan
meliputi:
1. Persiapan
intestinal

1. Penting untuk
menghindari
pengiritasi
kolon. Pagi hari
sebelum
pembedahan
lakukan
pemberian
alksatif ringan
dan lakukan

2. Persiapan
puasa

enema
2. Pasien yang
sudah
melakukan
puasa dimonitor
hidrasi dan
intake dalam

3. Persiapan kulit

setiap kondisi
3. Mengurangi
sumber bakteri
tanpa
34

4. Pencukuran
area operasi

mencederai kulit
4. Untuk
melakukan
pencukuran
pilih posisi yang
nyaman dan
tidak memajan
bagian yang

Beritahu pasien

tidak perlu
Istirahat membantu

tentang

proses pemulihan

pembedahan
berkaitan dengan
istirahat dan tidur
Latihan nafas

Untuk

diafragma

meningkatkan
ventilasi paru dan
oksigenasi darah
setelah anestesi

Latihan tungkai

umum
Untuk memperbaiki
sirkulasi dan
mencegah stasis

Beri informasi

vena
Untuk

manajemen nyeri

meningkatkan

keperawatan

control nyeri pada


pasien

4) Daftar pertanyaan dan kata sulit


a. Digestif
: sistem pencernaan untuk menerima makanan.
b. Ulkus peptikum
: area berlubang dalam dinding mukosa lambung

35

c. Hemodinamik

: ganguan pada tubuh baik aliran darah maupun

keseimbangan tubuh
d. Hematemesis
: muntah darah bewarna hitam
a. Antiinflamasi
: obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan
bukan karena mikroorganisme (non infeksi).
e. Pirosis
: nyeri uluh hati
f. Kolik
: ganguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
g. Anoreksia
a. Iskema

: ganguan pola makan


: berkurangnya aliran darah yang dapat menyebabkan

perubahan fungsional pada sel norma


h. Tuborkulosis
: kuman atau bakteri
i. Gastritis kronis
: Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung
j. Gastritis
: tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
k. Syok hipovolemik
: syok akibat perdarahan
l. Distraksi
: (pengalihan perhatian)
a. Apakah perdarahan saluran cerna?
Perdarahan yang terjadi di sepanjang saluran cerna dari mulut sampai ke anus.
b. Apakah penyebab perdarahan saluran cerna?
1) Perdarahan saluran cerna atas yaitu pecahnya varises esophagus, gastritis
erosive, ulkus peptikum, gastropati kongestif, dan keganasan atau kanker.
2) Perdarahan saluran erna bawah yaitu feses yang keras sehingga defekasi harus
dilakukan dengan mengejan
c. Diagnosa apa saja yang sering muncul pada perdarahan saluran cerna?
1) Nyeri b.d iritasi mukosa lambung
2) ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d ketidakadekuatan
intake nutrisi respon sekunder akibat nyeri, ketidaknyamanan lambung dan
intestinal
3) ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d keluarnya cairan dari muntah
yang berlebihan
4) Kecemasan b.d adanya nyeri , muntah darah
5) Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi penatalaksanaan diet
dan faktor pencetus iritan pada mukosa lambung.
d. Bagaimana penatalaksanaan pada perdarahan saluran cerna?
Jawaban di makalah

36

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. N (58 th) masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada bagian perut. Klien
mengatakan sejak beberapa hari sebelumnya sering mengalami muntah yang berwarna
kehitaman. Kini klien tampak terbaring lemah dan sering meringis di ruang rawatnya. Klien
terlihat kurus karena memang tidak nafsu makan. Klien memiliki riwayat sirosis hepatis dan
pernah dirawat sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh tekanan darah 100/ 70 mmHg,
nadi 80x/ menit, respirasi rate 24x/ menit, suhu 370 C. Pemeriksaan penunjang Hb: 6.4 gr/ dL.
A. Pengkajian
Data subjektif:
1. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut
2. Klien mengatakan beberapa hari sebelumnya muntah dan feses berwarna kehitaman
Data objektif:
1. Klien tampak terbaring lemah
2. Klien tidak nafsu makan
3. Tanda-tanda vital tekanan darah: 100/ 70 mmHg, nadi: 80x/ menit, respirasi rate: 24x/
menit, suhu: 370 C
4. Hb: 6.4 gr/ dL

37

B. Analisa Data
Web of Causion Kasus
Kerusakan hati

Garam empedu

Agredasi bahan
kimia meningkat
Peradangan mukosa
lambung
Mual, muntah, dan
anoreksia

Gastritis

Metaplasia
epitel

Ulkus peptikum
Intake nutrisi
tidak adekuat

Respon saraf lokal

Nyeri
Aktual atau risiko
ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi

Perdarahan

Hematonesis, melena

Aktual atau risiko syok


hivopolemi

38

Analisa dataData
Data subjektif:
A. Klien mengeluh nyeri
B. Klien tampak meringis

Etiologi
Gastritis

Masalah Keperawatan
Nyeri

Respon syaraf local


Nyeri

Data subjektif

Gastritis

Risiko syok hipovolemik

1. Klien mengatakan
beberapa hari sebelumnya

Ulkus peptikum

sering muntah berwarna


kehitaman
2. Klien mengatakan
fesesnya berwarna

Perdarahan
Hematemesis, melena

kehitaman
Data objektif

Resiko syok hipovolemik

1. tekanan darah: 100/ 70


mmHg, nadi: 80x/ menit,
respirasi rate: 24x/ menit,
suhu: 370 C
Data subjektif:

Kerusakan hati

Gangguan nutrisi

1. Klien mengatakan
beberapa hari sebelumnya

Garam empedu

muntah berwarna
kehitaman
2. Klien memiliki riwayat
sirosis hepatis

Agregasi zat kimia


Peradangan mukosa lambung

Data objektif
1. Klien tidak nafsu makan
2. Klien tampak terbaring
lemah di tempat tidur
3. Klien tampak kurus

Gastritis
Mual, muntah, anoreksia

39

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No
keperawatan
1. Nyeri berkaitan

Kriteria hasil
1. Dalam 24

Intervensi

Rasional

Kaji dan catat nyeri:

Untuk mengetahui tingkat

dengan adanya lesi

jam

beratnya, karakter,

nyeri pasien dan

lambung

penerimaa

lokasi, durasi, factor

mengevaluasi adanya

n klien

pencetus, metode

penurunan skala nyeri

mengataka penghilang. Gunakan


n nyeri

skala nyeri dengan

berkurang
2. Pasien

pasien, rentangkan

tidak
gelisah

ketidaknyamanan dari
0 (tanpa nyeri) sampai
10 (nyeri hebat)
Beritahu pasien untuk

Zat-zat iritan

menghindari makanan

mengakibatkan kerusakan

dan obat yang

yang lebih parah pada

mengiritasi,

lambung

khususnya yang
berkaitan dengan
gejala.
Intruksikan pasien

Untuk menetralisir asam

untuk makan tiga kali

lambung

makanan seimbang
setiap hari

Tawarkan metode

Metode ini terbukti

non-farmakologis

mampu meningkatkan

untuk pengendalian

kenyamanan klien untuk


40

nyeri (misalnya

beradaptasi dengan nyeri.

distraksi dan gosokan


punggung)
Bantu pasien

Untuk meningkatkan

mencegah atau

kenyamanan klien dan

mengendalikan

pemantauan terhadap

ansietas dengan

status kecemasan klien

mengajarkan tindakan
pertolongan diri dan
anjurkan ekspresi
perasaan.

Resiko syok

1. Pasien

Kaji sumber dan

Deteksi awal mengenai

hipovolemik b.d

menunjuk

respons perdarahan

seberapa jauh tingkat

penurunan darah

kan

dari melena dan

pemberian intervensi yang

sekunder akibat

perbaikan

hematemesis

akan diberikan sesuai

muntah dan melena

system

dengan kebutuhan

kardiovask

individu
1. Penurunan kualitas

uler
2. Hemateme

Monitor TTV

dan kuantitas denyut

sis dan

jantung merupakan

melena

parameter penting

terkontrol
3. Konjungti
va tidak
anemis
4. Pasien
tidak
mengeluh
pusing,
membran

gejala awal syok


2. Hipotensi dapat
terjadi pada
hipovolemia, hal
tersebut menunjukkan
terlibatnya sistem
kardiovaskuler dalam
melakukan kmpensasi
mempertahankan
41

mukosa

tekanan darah
3. Peningkatan RR

lembab,

merupakan

turgor

manifestasi dari

kulit

kompensasi respirasi

normal,

untuk mengambil

dan akral

sebanyak-banyaknya

hangat
5. TTV

O2 , akibat penurunan

dalam

kadar Hb dan

batas

penurunan volume

normal,

darah
4. Hipotermi dapat

CRT > 3

terjadi pada

detik,

perdarahan massif

urine >
600
ml/hari
6. Laboratori
um: nilai
7. hemoglobi
n, sel
darah
merah,
hematokrit
, dan
BUN/kreat
inin dalam
batas
normal
Monitor status cairan

Jumlah dan tipe cairan

(turgor kulit,membran

pengganti darah

mukosa, dan urin

ditentukan dari keadaan

output)

status cairan. Penurunan


42

volume darah
mengakibatkan
menurunnya output urine
(jika <600 mL merupakan
tanda terjadinya syok
Lakukan kolaborasi

hipovolemik)
Pemberian transfuse

pemberian transfuse

disesuaikan dengan

sel darah merah (PRC) banyaknya darah yang


keluar dan hasil
pemeriksaan Hb. Jika
kondisi kritis dan darah
tidak tersedia naikkan
pemberian cairan
Evaluasi adanya

pengganti darah
Secara fisiologis tubuh

respon klinik dari

akan merespon terhadap

pemberian transfuse

masuknya darah sehingga


cenderung terjadi reaksi
alergi dan reaksi transfuse.
Perawat memonitor untuk
mencegah terjadinya

Lakukan gastric

respon tersebut.
Pemberian cairan dingin

cooling

ke lambung untuk
melakukan vasokontriksi
pembuluh darah lambung
dan diharapkan dapat

Evaluasi kondisi klien

menurunkan perdarahan
Perubahan kardiovaskular

setiap pergantian sif

akibat hematemesis dan


melena massif bisa
43

bervariasi sesuai dengan


tingkat toleransi individu.
Menemukan adanya
perubahan merupakan
deteksi awal untuk
mencegah meningkatnya
Kolaborasi pemberian

risiko syok
Terapi endoskopik

terapi endoskopik

dilakukan dengan
melakukan hemostasis
koagulasi atau thrombosis
terapi. Beberapa terapi
elektrokoagulasi, heater
probe atau laser YAG
dilakukan untuk
mengontrol perdarahan

Lakukan dokumentasi

ulkus peptikum
Setiap perubahan yang

intervensi yang telah

terjadi pada pasien harus

dilakukan laporkan

diketahui tim medis,

apabila terjadi

dokumentasi yang baik

perubahan kondisi

mempermudah untuk

Ketidakseimbangan 1. Membuat

yang mendadak
Kaji status nutrisi,

tindakan lanjutan
Menetapkan masalah dan

nutrisi: kurang dari

pilihan

turgor kulit, berat

menentukan intervensi

kebutuhan tubuh

diet untuk

badan, derajat

yang tepat

b.d

memenuhi

penurunan berat

ketidakadekuatan

kebutuhan

badan, integritas

intake nutrisi

nutrisi

mukosa oral,

sesuai

kemampuan menelan,

kondisi

riwayat mual muntah,

individu

dan diare
44

2. Menunjuk
kan

Pantau intake dan

Berguna untuk mengukur

output

keefektifan nutrisi dan

peningkata

dukungan cairan.

n berat

Makanan dan cairan tidak

badan

diizinkan masuk peroral


selama beberapa jam
sampai gejala akut
Anjurkan makan tiga

berkurang
Makan tiga kali sehari

kali sehari dengan diet

merupakan upaya untuk

yang disukai pasien

menetralisir asam

tetapi tetap

lambung. Makan sedikit

menghindari

tapi sering tidak

predisposisi

diperlukan selama

peningkatan kadar

antasida atau histamine

asam
Berikan makanan

digunakan
Pasien dapat

perlahan dengan

berkonsentrasi pada

kodisi lingkungan

mekanisme makan tanpa

yang tenang
Berikan diet secara

adanya distraksi
Cara ini tidak efektif jika

rutin

klien mendapat reseptor


H2, dimana pemberian
makanan sedikit tapi
sering akan merangsang
pengeluaran asam
lambung dan berakibat
ketidaknyamanan pada
klien

45

D. Penanganan
1. Penanganan farmakologis
Obat-obatan yang dapat diberikan pada kasus di atas adalah:
a. Penghambat reseptor histamine (antagonis reseptor H2) yang berfungsi menurunkan
sekresi asam lambung
b. Antasida, obat ini mempercepat penyembuhan dengan menetralisir asam hidroklorida
dan mengurangi aktivitas pepsin, namun obat ini tidak menutupi tukak
c. Potrektor mukosa, biasanya digunakan Misoprostol
d. Penghambat pompa proton, obat ini mengurangi sekresi asam
e. Antikolinergik, obat ini menghambat sekresi asam
f. Kombinasi antibiotik dengan garam bismuth untuk menekan H. pylori
g. Melakukan terapi endoskopik
h. Melakukan pembedahan
2. Penanganan non-farmakologis
Pada kasus dapat ditegakkan tiga diagnosa yakni masalah nyeri, nutrisi, dan cairan.
Penanganan non-farmakologis untuk tiga diagnosa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Teknik distraksi dan relaksasi. Teknik ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
yang dialami klien. Teknik distraksi yang dapat digunakan misalnya bercerita,
menonton tv, ataupun kegiatan lain yang disukai dan menarik perhatian klien.
Sedangkan teknik relaksasi yang dapat digunakan adalah teknik nafas dalam.
b. Diet terkontrol. Gangguan pada saluran pencernaan dapat disebabkan oleh makanan
dan obat-obatan yang bersifat iritan pada mukosa saluran cerna. Diet berguna untuk
memilih dan membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh, klien dapat
menghindari konsumsi makanan yang bersifat iritan pada mukosa pencernaan seperti
minuman beralkohol, obat-obatan OAINS.
c. Menghindari stress. Stress atau emosi memicu produksi asam lambung.
d. Mengkonsumsi ekstrak daun pepaya. Dari informasi ini belum ada penelitian yang
menyatakan bahwa daun pepaya berkhasiat terhadap tukak lambung, tetapi
berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat, diketahui bahwa daun pepaya
dapat digunakan untuk pengobatan gangguan lambung dan masalah pada saluran
pencernaan. Hal ini diduga karena kandungan flavonoid dan fenol yang terdapat
dalam daun pepaya yang dapat meningkatkan sekresi prostaglandin di lambung, serta
mencegah pembentukan radikal bebas dan meminimalisir luka akibat reaksi oksidasi.
Selain itu daun pepaya juga mempunyai daya kerja sebagai antimikroba (Gracioso
dalam Suhatri, 2009)

46

47

Vous aimerez peut-être aussi