Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok Para sebetulnya sudah memiliki bank konvensional yakni Bank Mega.
Namun, pemilik modal tak ingin membuka unit usaha syariah. Memang pemilik
kami ingin membuka bank tersendiri yang beroperasi murni syariah, kata Budi.
Menurut Budi, pemilik modal beranggapan jika membuka unit usaha syariah beban
biayanya lebih besar. Setiap membuka kantor cabang butuh tambahan modal Rp 2
miliar. Lebih ideal jika membuka bank syariah utuh. Lebih efisien, cepat, dan
menguntungkan, tutur Budi. Sedangkan bila membuka unit usaha syariah banyak
yang harus dipikirkan termasuk strategi, chemistry, dan lainnya.
Pada saat yang sama ada sebuah bank yakni Bank Tugu yang kondisinya hampir
bangkrut. Pemilik modal melirik bank milik kelompok Bob Hasan itu.
Pemilik modal memilih membeli bank disehatkan dan kemudian disyariahkan,
tutur Budi. Selama dua tahun, pengelola bank baru menyehatkan kinerja Bank Tugu
sebelum konversi jadi Bank Syariah Indonesia.
Portofolio bank Tugu adalah bank ritel, terutama kredit konsumtif di bidang
otomotif. Manajemen BSI, menurut Budi, sadar bahwa tidak bisa mengandalkan
sektor itu saja tapi juga perlu ekspansi ke sektor lainnya.
sementara waktu masih mempertahankan sektor yang sudah kita kuasai, kata
Budi. Hal itu, menurut dia, sebagai kompetensi dan keterampilan BSI.
BSI juga masuk ke sektor UKM. BSI juga peduli pada transportasi dan distribusi
bahan bakar. Kami juga masuk pada sektor telekomunikasi yang sifatnya aman,
tuturnya.
Sumber: Republika, 26 Agustus 2004