Vous êtes sur la page 1sur 10

TUGAS

SISTEM NEUROBEHAVIOUR I
ASKEP DAN HE PADA ANAK DENGAN GANGGUAN NEUROLOGIS :
HIDROCEPHALUS

Oleh :
KELOMPOK SGD 1
I GUSTI AYU CITRA KUSMALA DEWI

1302105001

NI MADE UMI KRISDYANTINI

1302105004

NI PUTU INTAN PARAMA ASTI

1302105007

NI WAYAN LUH WAHYUNI

1302105011

YANTIK WEDASTUTI

1302105016

GUSTI AYU PUTU BUDIANINGSIH

1302105025

NI MADE KARISMA WIJAYANTI

1302105032

PUTU WINDA MAHAYANI

1302105051

NI WAYAN ARI SATRIYANI

1302105061

MADE GEDE BRATA ADITYA

1302105072

ANAK AGUNG PURNAMA JAYANTI

1302105078

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

Learning Task : Askep dan HE pada anak dengan Hidrocephalus


Soal :
1. Buatlah WOC Hidrocephalus pada anak !
2. Sebutkan kemungkinan temuan pada saat pengkajian !
3. Sebutkan dan jelaskan penatalaksanaan keperawatan pada saat praoperatif,
pascaoperatif, dan perawatan di rumah !

2. Sebutkan kemungkinan temuan pada saat pengkajian !


PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 16 Oktober 2014.
1.
Identitas pasien/keluarga/penanggungjawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, hubungan pasien dengan
penanggungjawab.
2.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada saat dikaji pasien mengeluh mual muntah, kesadaran menurun (letargi),
nyeri kepala, gelisah, hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak, lelah
apatis, penglihatan ganda, dan perubahan pupil.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat infeksi (biasanya infeksi pada selaput otak dan meningens)
sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi seorang anak mengalami
pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS <15), kejang, muntah,
kesadaran menurun (letargi), nyeri kepala, gelisah, hiperfleksi seperti kenaikan
tonus anggota gerak, lelah apatis, penglihatan ganda, dan perubahan pupil.
c. Riwayat Perkembangan
Kelahiran prematur, lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak serta adanya keterlambatan dalam tumbuh kembang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita stenosis akuaduktal
yang sangat berhubungan dengan penyakit keluarga atau keturunan yang terpaut
seks.
3. Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang tua) untuk
menilai respon terhadap penyakit yang di derita dan perubahan peran dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehariharinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dampak yang timbul pada
klien dan orangtua seperti ketakutan akan kecacatan rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
4. Pengkajian pola Kesehatan Fungsional Gordon
a).
Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai :
Status kesehatan secara keseluruhan
Pandangan terhadap kesehatan
Pengetahuan tentang pemeriksaan diri
Riwayat medis, riwayat perawatan di Rumah Sakit dan operasi, riwayat medis
keluarga

b).

Pola Nutrisi Cairan dan Metabolik.


Mengkaji kebiasaan jumlah asupan nutrisi dan intake cairan. Dimana pada
pasien hidrosefalus mengalami mual dan muntah akibat peningkatan tekanan

c).
d).

intrakraial yang dapat mengurangi asupan nutrisi dan cairan pasien.


Pola Eliminasi.
Mengkaji pola BAB dan BAK pada pasien.
Pola Aktivitas dan Latihan.
Mengkaji pola aktivitas dan latihan pasien dimana pada pasien hidrosefalus
sebagian besar mengalami imobilisasi akibat pembesaran pada kepala. Selain
itu mengalami kesadaran menurun (letargi), hiperfleksi seperti kenaikan tonus

e).

anggota gerak, dan lelah apatis yang menghambat pola aktivitas pasien.
Pola Istirahat dan Tidur
Pada pasien hidrosefalus mengalami peningkatan tekanan intracranial yang
menyebabkan nyeri pada kepala. Nyeri kepala ini merupakan suatu faktor yang
dapat menimbulkan gangguan pada pola tidur pasien.

f).

Pola Persepsi Sensori dan Kognitif.


Mengkaji adanya penggunaan alat bantu dalam beraktivitas maupun dalam
mengatasi ketidaknyamanan , perubahan dalam pengindraan, dan persepsi

g).

nyeri.
Pola Hubungan dengan Orang Lain.
Mengkaji pola hubungan pasien anak hidrosefalus dengan keluarga dalam
berkomunikasi. Selain itu mengkaji pentingnya dukungan keluarga, proses
pengambilan keputusan yang berefek pada kesehatan.

h).
i).

j).

k).

Pola Reproduksi dan Seksual.


Mengkaji masalah seksual yang timbul yang berdampak terhadap kesehatan.
Persepsi Diri dan Konsep Diri.
Pada konsep diri didapatkan data:
Citra diri: pasien memiliki riwayat hidrosefalus yang dapat disertai dengan

pembesaran pada kepala.


Identitas: pasien menyadari identitas diri sendiri.
Peran: pasien memiliki peran yang jelas pada keluarga, misalnya sebagai

anak dalam keluarga.


Ideal diri: pasien berharap kondisinya segera pulih dan gejala-gejala seperti

mual, muntah, nyeri kepala dapat berkurang.


Harga diri: pasien memiliki penghargaan terhadap diri sendiri.
Pola Mekanisme Koping.
Mengkaji pola mekanisme koping pasien dengan hidrosefalus dalam mengatasi
stress sebagai dampak dari penyakit.
Pola Nilai Kepercayaan atau Keyakinan.
Mengkaji latar belakang budaya serta dampak masalah kesehatan terhadap
spiritualitas pasien.

4. Pengkajian Fisik
a.
Keadaan Umum

Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami penurunan kesadaran


(GCS <15) dan terjadi perubahan tanda-tanda vital. Didapatkan data data
sebagai berikut :

b.

c.

a.

Peningkatan sistole tekanan darah.

b.

Penurunan nadi atau Bradikardia.

c.

Peningkatan frekuensi pernapasan.

Inspeksi :

Anak dapat melioha keatas atau tidak.

Pembesaran kepala.

Dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh dara terlihat jelas.

Palpasi

Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga


fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

d.

Tanda-tanda khas pada pasien hidrosefalus

Fontanel anterior yang sangat tegang. Biasanya fontanel anterior dalam


keadaan normal tampak datar atau bahkan sedikit cekung ke dalam pada
bayi dalam posisi berdiri (tidak menangis)

Sutura cranium tampak atau teraba melebar

Kulit kepala licin mengkilap atau tampak vena vena supervisial menonjol.
Pada kepala akan terdapat pot bunga yang retak (cracked pot sign)

Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomena) tampak kedua bola


mata deviasi kebawah dan kelopak mata atas tertarik, sclera tampak di
atas iris sehingga iris seakan akan matahari yang akan terbenam.

5. Pengkajian Neurologis
a.

Pengkajin saraf cranial, meliputi:

Saraf I (Olfaktori)
Pada beberapa keaaan hidrosefalus menekan anatomi dan fisiologis saraf
ini klien akan mengalami kelainan padda fungsi penciuman.

Saraf II (Optikus)

Pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema pupil saraf otak II
pada pemeriksaan funduskopi.

Saraf III, IV dan VI (Okulomotoris, Troklearis, Abducens)


Pasien dapat mengalami paralisis otot-otot okular, alis mata atau bulu
mata keatas, tidak bisa melihat keatas, strabismus, nistagmus, atrofi optik
sering di dapatkan pada anak dengan hidrosefalus. Dapat pula ditemukan
sunset phenomena.

Saraf V (Trigeminius):
Karena terjadinya paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah atau menyusu pada bayi.

Saraf VII(facialis)
Pasien hidrosefalus dapat mengalami perubahan pada persepsi
pengecapan.

Saraf VIII (Akustikus)


Sebagian besar tidak didapatkan gangguan fungsi pendengaran.

Saraf IX dan X( Glosofaringeus dan Vagus)


Kemampuan pasien dalam menelan kurang baik dan mengalami kesulitan
dalam membuka mulut.

Saraf XI (Aksesorius)
Mobilitas pasien hidrosefalus sebagian besar kurang baik karena dampak
dari pembesaran kepala yang menghambat mobilitas leher klien

Saraf XII (Hipoglosus)


Pasien hidrosefalus dapat mengalami perubahan pada indra pengecapan.

b.

Pengkajian Sistem Motorik

Pada infeksi umum, didapatkan kelemahan umum karena kerusakan


pusat pengatur motorik.

Tonus otot ditemukan menurun sampai hilang.

Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan


otot didapatkan penurunan kekuatan otot-otot ekstermitas.

Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena


kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam berjalan.

c.

Pengkajian Sistem Sensorik.


Kehilangan sensori karena hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan
sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.

d.

Pengkajian refleks.
Pemeriksaan refleks profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau
periosteum derajat refleks pada respon normal. Pada tahap lanjut,
hidrosefalus yang mengganggu pusat refleks, maka akan didapatkan
perubahan dari derajat refleks. Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut
refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.

6. Pemeriksaan Penunjang
a.Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
b.Opthalmoscopy untuk mengetahui adanya edema pupil.
c.CT Scan dan MRI untuk mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak. MRI digunakan sama
dengan CT scan.
d.Untrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang yang mempunyai
peran penting dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada periode perinatal
dan pascanatal selama fontanelnya tidak menutup sehingga dapat ditentukan
adanya pelebaran ventrikel atau perdarahan dalam ventrikel.
e.Radiologi menemukan pelebaran sutura dan erosi tulang intrakranial.

1. Sebutkan dan jelaskan penatalaksanaan keperawatan pada saat praoperatif,

pascaoperatif, dan perawatan di rumah !


Perawatan Praoperatif
1. Pantau, cegah, dan lakukan tindakan bila ada peningkatan TIK.

a. Letakkan anak pada posisi yang nyaman; naikkan kepala tempat tidur
setinggi 30 derajat (untuk mengurangi kongesti dan meningkatkan drainase).
Pertahankan kepala pada posisi netral.
b. Pantau adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
Penurunan frekuensi pernapasan, penurunan

denyut

jantung,

peningkatan tekanan darah, dan peningkatan suhu tubuh.


Penurunan tingkat kesadaran.
Aktivitas kejang.
Muntah.
Perubahan ukuran, kesimetrisan, dan reaktivitas pupil.
Fontanel penuh cenderung menonjol.
c. Turunkan stimulus eksternal.
d. Pertahankan oksigen dan alat pengisap di sisi tempat tidur.
2. Siapkan anak dan orang tua untuk menghadapi prosedur pembedahan.
a. Berikan penjelasan yang sesuai dengan usia.
b. Memberikan dan kuatkan informasi yang diberikan kepada orang tua tentang
kondisi dan pengobatan anak (Bets & Sowden, 2009).

Perawatan Pascaoperatif
1. Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis anak; laporkan adanya tanda
peningkatan

TIK

(penurunan

tingkat

kesadaran,

anoreksia,

pengisapan

kurang/tidak efektif, muntah, konvulsi, kejang, atau kelambanan).


2. Pantau dan laporkan adanya tanda-tanda infeksi (demam, takikardia, malaise
secara umum, nyeri tekan, inflamasi, mual, dan muntah).
3. Pantau dan pertahankan fungsi pirau.
a. Laporkan tanda malformasi pirau (iritabilitas, penurunan tingkat kesadaran,
muntah).
b. Periksa kepenuhan pirau.
c. Naikkan bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat (untuk meningkatkan
drainase dan menurunkan kongesti vena). Beberapa teknik yang lebih baru
mengharuskan anak berbaring lurus pada awal setelah pembedahan).
d. Posisikan anak miring ke kiri (sisi yang tidak dioperasi), ganti posisi sesuai
anjuran ahli bedah. Gunakan karet busa atau bantalan bulu domba sintetis
dan kasur udara, air atau kasur udara yang dapat bergerak untuk mengurangi
titik tekanan pada kepala.
e. Jika pirau PV telah dipasang, kemudian anak akan dipuasakan dengan
dipasang slang nasogastrik karena pemasangan kateter abdomen. Berikan
cairan intravena sesuai anjuran. Kaji asupan dan haluaran secara ketat. Cek
pengembalian bising usus.
f. Pantau adanya aktivitas kejang.
4. Bantu anak dan orang tua dalam mengatasi stress emosional karena
hospitalisasi dan pembedahan.
a. Berikan informasi yang sesuai dengan usia sebelum prosedur dilakukan.
b. Dorong partisipasi dalam kegiatan rekreasi dan hiburan.

c. Masukkan rutinitas anak di rumah ke dalam aktivitas sehri-hari (Bets &


Sowden, 2009)..

Perawatan di Rumah
1. Ajarkan kepada orang tua untuk memantau dan melaporkan adanya tanda-tanda
komplikasi pirau.
a. Malfungsi pirau
b. Infeksi pirau
2. Bantu orang tua untuk menghubungi sumber-sumber komunitas.
a. Tindak lanjut oleh perawat kesehatan di rumah
b. Kelompok pendukung untuk orang tua yang memiliki anak hidrosefalus
c. Rujukan pada program intervensi dini
d. Pemilihan program prasekolah dan program rekreasi.
3. Dukung orang tua untuk meningkatkan cairan dan makanan berserat pada diet
anak untuk mencegah konstipasi karena mengejan dan jalannya feces
mengakibatkan peningkatan TIK.
4. Kaji perilaku kognitif, linguistik, adaptif, dan sosial untuk menentukan tingkat
perkembangan; gunakan riwayat perkembangan untuk mengkaji pencapaian
tahap perkembangan dini, dan rujuk ke spesialis bila perlu (Bets & Sowden,
2009).

DAFTAR PUSTAKA
Bets, CL.,Sowden LA. 2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5 .Jakarta:ECG
Mutakin,Arif.2008.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan:Salemba Medika Available at
http://books.google.co.id/books?
id=LhzANK2oLfoC&pg=PA240&dq=pengkajian+neurologis+hidrosefalus&hl=en&sa=
X&ei=83U-VMTQI8puQSfgYHQBg&ved=0CCcQ6AEwAg#v=onepage&q=pengkajian%20neurologis
%20hidrosefalus&f=false (diakses pada tanggal 15 oktober 2014)
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Ed. 2012-2014.
Jakarta. EGC

Vous aimerez peut-être aussi