Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SISTEM NEUROBEHAVIOUR I
ASKEP DAN HE PADA ANAK DENGAN GANGGUAN NEUROLOGIS :
HIDROCEPHALUS
Oleh :
KELOMPOK SGD 1
I GUSTI AYU CITRA KUSMALA DEWI
1302105001
1302105004
1302105007
1302105011
YANTIK WEDASTUTI
1302105016
1302105025
1302105032
1302105051
1302105061
1302105072
1302105078
b).
c).
d).
e).
anggota gerak, dan lelah apatis yang menghambat pola aktivitas pasien.
Pola Istirahat dan Tidur
Pada pasien hidrosefalus mengalami peningkatan tekanan intracranial yang
menyebabkan nyeri pada kepala. Nyeri kepala ini merupakan suatu faktor yang
dapat menimbulkan gangguan pada pola tidur pasien.
f).
g).
nyeri.
Pola Hubungan dengan Orang Lain.
Mengkaji pola hubungan pasien anak hidrosefalus dengan keluarga dalam
berkomunikasi. Selain itu mengkaji pentingnya dukungan keluarga, proses
pengambilan keputusan yang berefek pada kesehatan.
h).
i).
j).
k).
4. Pengkajian Fisik
a.
Keadaan Umum
b.
c.
a.
b.
c.
Inspeksi :
Pembesaran kepala.
Palpasi
d.
Kulit kepala licin mengkilap atau tampak vena vena supervisial menonjol.
Pada kepala akan terdapat pot bunga yang retak (cracked pot sign)
5. Pengkajian Neurologis
a.
Saraf I (Olfaktori)
Pada beberapa keaaan hidrosefalus menekan anatomi dan fisiologis saraf
ini klien akan mengalami kelainan padda fungsi penciuman.
Saraf II (Optikus)
Pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema pupil saraf otak II
pada pemeriksaan funduskopi.
Saraf V (Trigeminius):
Karena terjadinya paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah atau menyusu pada bayi.
Saraf VII(facialis)
Pasien hidrosefalus dapat mengalami perubahan pada persepsi
pengecapan.
Saraf XI (Aksesorius)
Mobilitas pasien hidrosefalus sebagian besar kurang baik karena dampak
dari pembesaran kepala yang menghambat mobilitas leher klien
b.
c.
d.
Pengkajian refleks.
Pemeriksaan refleks profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau
periosteum derajat refleks pada respon normal. Pada tahap lanjut,
hidrosefalus yang mengganggu pusat refleks, maka akan didapatkan
perubahan dari derajat refleks. Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut
refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.
6. Pemeriksaan Penunjang
a.Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
b.Opthalmoscopy untuk mengetahui adanya edema pupil.
c.CT Scan dan MRI untuk mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak. MRI digunakan sama
dengan CT scan.
d.Untrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang yang mempunyai
peran penting dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada periode perinatal
dan pascanatal selama fontanelnya tidak menutup sehingga dapat ditentukan
adanya pelebaran ventrikel atau perdarahan dalam ventrikel.
e.Radiologi menemukan pelebaran sutura dan erosi tulang intrakranial.
a. Letakkan anak pada posisi yang nyaman; naikkan kepala tempat tidur
setinggi 30 derajat (untuk mengurangi kongesti dan meningkatkan drainase).
Pertahankan kepala pada posisi netral.
b. Pantau adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
Penurunan frekuensi pernapasan, penurunan
denyut
jantung,
Perawatan Pascaoperatif
1. Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis anak; laporkan adanya tanda
peningkatan
TIK
(penurunan
tingkat
kesadaran,
anoreksia,
pengisapan
Perawatan di Rumah
1. Ajarkan kepada orang tua untuk memantau dan melaporkan adanya tanda-tanda
komplikasi pirau.
a. Malfungsi pirau
b. Infeksi pirau
2. Bantu orang tua untuk menghubungi sumber-sumber komunitas.
a. Tindak lanjut oleh perawat kesehatan di rumah
b. Kelompok pendukung untuk orang tua yang memiliki anak hidrosefalus
c. Rujukan pada program intervensi dini
d. Pemilihan program prasekolah dan program rekreasi.
3. Dukung orang tua untuk meningkatkan cairan dan makanan berserat pada diet
anak untuk mencegah konstipasi karena mengejan dan jalannya feces
mengakibatkan peningkatan TIK.
4. Kaji perilaku kognitif, linguistik, adaptif, dan sosial untuk menentukan tingkat
perkembangan; gunakan riwayat perkembangan untuk mengkaji pencapaian
tahap perkembangan dini, dan rujuk ke spesialis bila perlu (Bets & Sowden,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Bets, CL.,Sowden LA. 2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5 .Jakarta:ECG
Mutakin,Arif.2008.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan:Salemba Medika Available at
http://books.google.co.id/books?
id=LhzANK2oLfoC&pg=PA240&dq=pengkajian+neurologis+hidrosefalus&hl=en&sa=
X&ei=83U-VMTQI8puQSfgYHQBg&ved=0CCcQ6AEwAg#v=onepage&q=pengkajian%20neurologis
%20hidrosefalus&f=false (diakses pada tanggal 15 oktober 2014)
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Ed. 2012-2014.
Jakarta. EGC