Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAMA BIANG:
DI NEGERI POILATEN
Etnik Talaud Kab. Kepulauan Talalud
Arief S.
Ade A.F
Rachmalina Soerachman
Penerbit
iii
SUSUNAN TIM
Buku seri ini merupakan satu dari tiga puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan 2015 pada 30 etnik di Indonesia.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan Kepala
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/V.1/221/2015, tanggal 2 Pebruari 2015,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
Sekretariat
: Mardiyah, SE. MM
Dri Subianto, SE
iii
Koordinator Wilayah:
1. Prof. Dr. dr. Lestari Handayani, M.Med (PH): Kab. Mesuji, Kab.
Klaten, Kab. Barito Koala
2. dr. Tri Juni Angkasawati, M.Sc: Kab. Pandeglang, Kab. Gunung
Mas, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
3. Dr.drg. Niniek Lely Pratiwi, M.Kes: Kab. Luwu, Kab. Timor Tengah
Selatan
4. drs. Kasno Dihardjo: Kab. Pasaman Barat, Kab. Kep. Aru
5. Dr. Gurendro Putro, SKM. M.Kes: Kab. Aceh Utara, Kab. Sorong
Selatan
6. dra. Suharmiati, M.Si. Apt: Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Sumba
Barat
7. drs. Setia Pranata, M.Si: Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Kab.
Sumenep, Kab. Aceh Timur
8. drg. Made Asri Budisuari, M.Kes: Kab. Mandailing Natal, Kab.
Bantaeng
9. dra. Rachmalina Soerachman, M.Sc.PH: Kab. Cianjur, Kab.
Miangas Kep.Talaud, Kab. Merauke
10. dr. Wahyu Dwi Astuti, Sp.PK, M.Kes: Kab. Sekadau, Kab. Banjar
11. Agung Dwi Laksono, SKM. M.Kes: Kab. Kayong Utara, Kab. Sabu
Raijua, Kab. Tolikara
12. drs. F.X. Sri Sadewo, M.Si: Kab. Halmahera Selatan, Kab. Toli-toli,
Kab. Muna
iv
KATA PENGANTAR
Penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat
di Indonesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan logika dan
rasional, sehingga masalah kesehatan menjadi semakin kompleks.
Disaat pendekatan rasional yang sudah mentok dalam menangani
masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat
kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk menyelesaikannya. Untuk
itulah maka dilakukan riset etnografi sebagai salah satu alternatif
mengungkap berbagai fakta kehidupan sosial masyarakat terkait
kesehatan.
Dengan mempertemukan pandangan rasionalis dan kaum
humanis diharapkan akan menimbulkan kreatifitas dan inovasi untuk
mengembangkan cara-cara pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.simbiose ini juga dapat menimbulkan rasa memiliki (sense
of belonging) dan rasa kebersamaan (sense of togetherness) dalam
menyelesaikan masalah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Tulisan dalam Buku Seri ini merupakan bagian dari 30 buku seri
hasil Riset Etnografi Kesehatan 2015yang dilaksanakan di berbagai
provinsi di Indonesia. Buku seri sangat penting guna menyingkap
kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah tertimbun agar dapat diuji
dan dimanfaatkan bagi peningkatan upaya pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan kearifan lokal.
Kami mengucapkan terima kasih pada seluruh informan,
partisipan dan penulis yang berkontribusi dalam penyelesaian buku
seri ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan
kesempatan pada Pusat Humaniora untuk melaksanakan Riset
Etnografi Kesehatan 2015, sehingga dapat tersusun beberapa buku
seri dari hasil riset ini.
vi
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
iii
v
vii
xi
xiii
1
1
1
11
12
12
18
18
19
22
BAB 2 ...........................................................................................
2.1 Sejarah Miangas Selayang Pandang .........................
2.1.1 Asal-usul .......................................................
2.1.2 Perkembangan Desa .....................................
2.2 Geografi dan Kependudukan ...................................
2.2.1 Gambaran Geografi ......................................
2.2.2 Kependudukan..............................................
2.3 Pola Tempat Tinggal .................................................
2.4 Sistem Religi .............................................................
2.4.1 Kosmologi .....................................................
2.4.2 Praktek Keagamaan ......................................
2.5 Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan ....................
2.5.1 Sistem Kekerabatan ......................................
24
24
30
39
53
53
71
82
91
91
109
119
119
vii
134
156
161
167
171
175
180
182
192
192
192
204
viii
214
218
220
220
220
222
224
226
226
236
240
244
244
246
247
247
3.3
3.4
3.5
3.6
248
249
250
254
254
258
261
265
265
267
269
269
271
273
274
277
279
281
282
282
288
289
292
296
299
300
303
310
ix
312
312
322
325
333
334
337
339
340
341
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
8
39
54
62
63
71
90
90
94
103
108
113
117
119
166
171
179
183
184
191
198
200
xiii
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Gambar 3.12
gambar 3.13
Gambar 3.14
Gambar 3.15
Gambar 3.16
Gambar 3.17
Gambar 3.18
Gambar 3.19
Gambar 3.20
Gambar 3.21
Gambar 3.22
Gambar 3.23
Gambar 3.24
Gambar 3.25
Gambar 3.26
Gambar 3.27
xiv
217
224
229
229
236
242
242
245
246
259
253
256
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
Gambar 3.28
Gambar 3.29
Gambar 3.30
Gambar 3.31
Gambar 3.32
Gambar 3.33
Gambar 3.34
Gambar 3.35
Gambar 3.36
Gambar 3.37
Gambar 3.38
Gambar 3.39
Gambar 3.40
Gambar 3.41
Gambar 3.42
Gambar 3.43
Gambar 3.44
278
280
280
281
282
284
284
290
291
293
295
296
298
301
305
306
307
xv
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1
Gambaran Umum Studi
1.1.1 Latar Belakang Studi
Pencapaian-pecapaian pembangunan yang sudah dilaksanakan
di Republik Indonesia dalam tiga dekade terakhir menunjukan
fenomena kemajuan yang sangat besar. Pencapaian tujuan
pembangunan tersebut meliputi persoalan penurunan tingkat
kemiskinan yang ekstrim, menaikkan jumlah angka kelulusan pada
tingkat pendidikan dasar. Bahkan pencapain dalam pembangunan
kesehatan juga nampak sukses berupa pengurangan munculnya
insiden angka malaria dan TBC.
Dibalik kesuksesan pencapaian pembangunan tersebut,
ternyata aspek Kesehatan Ibu dan Anak masih menyisakan persoalan
yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan Survey Demografi
Indonesia (SDKI) 2012 memberikan data bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) 359/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian bayi (AKB)
32/1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat kematian balita
terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian
Badan Pusat Statistika, 2012. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Badan Pusat Statistika, Macro International, Bappenas.
2
Laksono A.D., Setia P., Wahyu D.A., 2014. Positioning Dukun Bayi. Yogyakarta:
Kanisius.
3
Ibid.
Rocco L, Suhrcke M., 2012. Is social capital good for health? A European
perspective. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2014, Kepulauan Talaud dalam
Dalam Angka. Melonguane; BPS Kabupaten Kepulauan Talaud.
8
Taulu L.A, Bahtiar, 2013. Profil Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil Dan Daerah
Perbatasan Sulawesi Utara.
Ibid.
Gambar 1.1.
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Talaud Pada
Tahun 2009 - 2013
Sumber: Bidang UPK Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2013
12
lingkup tradisi ibu dan anak yang sudah melekat pada sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
Menurut Setyawati (2010) perilaku pemilihan penolong
persalinan dukun sebagai aktor lokal dipercaya oleh masyarakat
sebagai tokoh kunci terutama yang berhubungan dengan
kesehatan dan keselamatan. Pada kasus persalinan, dukun tidak
hanya berperan saat proses tersebut berlangsung, namun juga pada
saat upacara-upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan
bagi ibu dan anaknya seperti upacara tujuh bulanan kehamilan
sampai dengan 40 hari setelah kelahiran bayi. Aktivitas ini
tentunya tidak sama dengan apa yang dilakukan bidan sebagai tenaga
paramedis, dan hal ini juga lah yang membuat dukun memiliki
tempat terhormat dan kepercayaan yang tinggi di masyarakat13.
Hal serupa ternyata juga ditemukan pada Riset Etnografi
Kesehatan Tahun 2012 dan 2014 yang dilakukan di beberapa wilayah
di Indonesia. Hasil riset tersebut menunjukkan pemasalahan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang terkait budaya kesehatan. Dukun
bayi masih berperan dalam menolong persalinan pada Etnik Aceh
(Kab. Aceh Barat), Baduy Dalam (Kab. Lebak), Kaili Daa (Kab. Mamuju
Utara), dan Melayu Jambi (di Kab. Sarolangun)14. Pilihan utama untuk
persalinan dilakukan di rumah dan dibantu oleh dukun karena ibu
merasa aman dari gangguan roh jahat serta nyaman karena ditunggui
keluarga. Selain itu, pemotongan tali pusat dengan sembilu (bambu
yang ditipiskan dan berfungsi seperti pisau) masih banyak digunakan
untuk memotong tali pusat bayi yang baru dilahirkan. Sembilu (betop)
masih digunakan untuk potongtali pusat di beberapa daerah
penelitian antara lain Kab. Sampang, Manggarai, Murungraya, Gayo
13
Setiawati, Gita, 2010. Modal Sosial Dan Pemilihan Dukun Dalam Proses
Persalinan: Apakah Relevan?. Makara, kesehatan vol 14, no.1 Juni 2010: 11-16.
14
Afreni M., Amalian T., Rizaldi, Rahanto S., 2014. Kesembuhan Mulia Mamoh
Ranub. Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat. Buku Seri Etnografi Kesehatan 2014.
Jakarta: LPB.
Kemenkes RI, 2012. Laporan Hasil Riset Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012.
Surabaya: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Badan Litbangkes.
16
Ibid.
10
11
12
13
14
15
xvi-xvi.
16
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press, Hal 16-18
17
18
Etnik Talaud secara umum. Oleh sebab itu, Etnik Talaud yang
dideskripsikan secara mendalam di dalam buku ini adalah Etnik Talaud
yang bermukim di Kecamatan Khusus Miangas, bukan Etnik Talaud
yang bermukin di berbagai kecamatan lainnya yang menyebar di 17
pulau di kepulauan Talaud.
Ketersediaan data sekunder terutama berupa profil kesehatan
masyarakat di Kecamatan Khusus Miangas sangat terbatas, sehingga
peneliti tidak bis amelihat pencapaian-pencapain program kesehatan
yang telah dilakukan di Kecamatan Khusus Miangas.
Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti di lapangan juga
secara tidak langsung perolehan data yang ada di Miangas. hal ini
dikarenakan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk bisa
membaur dan diterima oleh masyarkat itu sendiri. Secara tidak
langsung, dengan berjalannya waktu penelitian, masyarkat cenderung
terbuka dan memberikan informasi secara mendalam mengenai sutu
topik studi, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu, informasiinformasi lebih mendalam tersebut kurang bisa diekplorasi peneliti,
hal tersebut juga terjadi dalam hal observasi terhadap masyarkat yang
lebih mendalam.
1.2
Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu mengenai Desa Miangas, Kecamatan Miangas
secara khusus tidak banyak yang dapat ditemukan. Pada umumnya
kajian yang berkaitan dengan wilayah ini terkait erat dengan wilayah
Budaya Sangihe Talaud atau wilayah geografis Kecamatan Nanusa.
Tulisan pertama yang khusus membahas mengenai Desa
Miangas adalah berasal H.J Lam, 1932, Miangas (Palmas), G. Koff &
Co. at Batavia. Secara umum buku ini melukiskan berbagai hal
mengenai kehidupan masyarakat Desa Miangas pada tahun 1926.
Pertama di lukiskan mengenai kondisi flora yang hidup di wilayah ini.
Hal ini tidak lepas dari latar belakang H.J Lamb yang sebagai pegawai
Kebun Raya Bogor yang mencoba untuk mengamati berbagai ragam
19
20
21
Sistematika Buku
Buku ini terdiri atas lima bab dengan beragam topik
pembahasan di masing-masing babnya. Meskipun demikian, deskripsi
dan analisis yang dilakukan tetap dalam ruang lingkup kajian dan tidak
sama sekali keluar dari wilayah studi yang direncanakan. Kelima bab
atau bagian tersebut dideskripsikan secara umum sebagai berikut:
Bab 1 menjelaskan tentang gambaran umum atas studi yang
dilakukan, latar belakang, masalah dan tujuan studi, serta batasanbatasan studi. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan masalah
desain studi, wilayah kajian, keterbatasan studi, kajian studi terdahulu
serta sistematika buku.
Bab 2 menjelaskan tentang unsur budaya Etnik Talaud yaitu
sejarah, asal-usul, serta perkembangan yang terjadi pada masyarakat
Etnik Talaud. Pada bagian ini akan dijelaskan perihal geografi,
kependudukan, pola tempat tinggal, sistem religi, sistem organisasi
kemasyarakatan, pengetahuan tentang kesehatan, bahasa, kesenian,
mata pencarian, serta adat yang masih hidup bagi orang Talaud yang
bermukin di Kecamatan Miangas.
Bab 3 menjelaskan tentang potret budaya kesehatan yang
berlaku pada masyarakat Etnik Talaud di Miangas. Pada bagian ini
dipaparkan tentang implementasi pembangunan kesehatan di
Miangas, potret Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), potret penyakit di
masyarakat, potret Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta
22
sistem pelayanan kesehatan yang ada. Selain dan itu dipaparkan juga
tentang perilaku pencarian pengobatan masyarakat Etnik Talaud yang
bermukim di Kecamatan Khusus Miangas.
Bab 4 menjelaskan secara lebih mengenai tematik yang
diangkat yaitu tentang eksistensi seorang mama biang di Miangas
yang ditinjau dari segi budaya dan emik (perspektif informan) dan etik
(perspektif peneliti). Pengambilan data tematik ini menggunakan
desain studi kasus pada ibu melahirkan maupun ibu yang hamil yang
bermukim di Kecamatan Khusus Miangas. Ibu sebagai informan kunci,
dilanjutkan dengan pandangan tenaga kesehatan, masyarakat
setempat maupun tokoh adat dan ketersediaan pelayanan kesehatan
yang ada.
Bab 5 menjelaskan tentang apa yang telah didapatkan dari
hasil pengumpulan data yang dirangkum dalam beberapa kesimpulan.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut peneliti mencoba
memaparkan rekomendasi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
lokal masyarakat untuk menjamin fisibilitas dari implementasi
rekomendasi yang diajukan.
23
Bab 2
2.1
24
25
26
M.P.H Roessingh, 1967, Dutch relations with the Philippines: a survey of sources
in the General State Archives, the Hague, Netherlands
27
28
29
30
31
32
oleh Putri Sangiang dan anak laki-lakinya tidak diketahui oleh Raja
Ular.
Sampai suatu hari, kapal yang dibuat telah selesai lengkap dan
siap dinaiki untuk berlayar. Skenario terakhir yang dilakukan kakakkakaknya adalah mengajari adik bungsunya untuk meminta nyamuk
yang ditangkap dengan jala besar. Permintaan anak bungsunya ini luar
biasa susahnya bahkan sangat tidak mungkin bisa dilakukan. Namun
karena kecintaan Raja Ular terhadap putrinya sangat besar, ia
berusaha untuk segera memenuhi permintaannya. Ia tidak sadar
bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan yang sudah direncanakan.
Hal ini nampak ketika Raja Ular melakukan perburuan untuk
menangkap nyamuk dengan jala besar hingga berhari-hari, ternyata
Putri Sangiang dan seluruh anak-anaknya telah berlayar menuju Pulau
Halmahera Maluku Utara. Begitu susahnya menangkap nyamuk
tersebut, sampai tidak terasa perjalan panjang prahu Putri Sangiang
hampir mencapai Halmahera.
Kesadaran mengenai kebodohan Raja Ular muncul ketika ia
diingatkan burung yang terbang diatasnya. Kata burung tadi, "Hai Raja
Ular, kamu telah melakukan tindakan bodoh, lihatlah, Putri Sangiang
dan anak-anaknya telah lari meningggalkanmu". Setelah Raja Ular
mengetahu bahwa ia telah ditipu, marahlah ia. Kemudian ia mengejar
prahu tersebut. Namun, Putri Sangiang dan anak-anaknya telah
menyiapkan peralatan untuk membunuhnya. Potongan-potongan ular
tersebut kemudian berserak di sepanjang lautan di sana, sehingga
memunculkan beberapa pulau yang ada. Masyarakat Miangas percaya
bahwa Pulau Miangas dulunya adalah sisik Raja Ular dalam legenda
Raja Sangiang yang terlempar hingga di tempat sekarang.
Asal usul keberadaan orang-orang yang ada di Miangas
memiliki dua versi. Versi pertama menjelaskan bahwa sejarah silsilah
awal mula kehadiran manusia di Pulau Miangas mengacu pada
datangnya orang Sulawesi. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.
33
34
35
36
37
38
Gambar 2.1. Geneologi Keluarga Marga Ratujuri yg merujuk Sopu dan Tinuri
Sumber: Dokumentasi Peneliti
39
40
namun harus keluar menuju Pulau Miangas yang mana kaya dengan
sumber pangan seperti sagu, laluga, kelapa, kepiting kenari (ketang).
Untuk itulah, mereka perlu setiap hari menyeberang menuju ke Pulau
Miangas.
Persoalan menjadi sangat berat ketika sekeliling wilayah gugus
pulau Tanjung Bora dikepung oleh Bangsa Moro. Kehadiran Bangsa
Moro selalu disertai dengan niat jelek terhadap mereka, yaitu berniat
untuk menghancurkan. Niat Bangsa Moro selalu gagal untuk
mencapai perkampungan mereka di Tanjung Bora. Hal ini disebabkan
adanya benteng alam berupa kecuraman kondisi pulau dan adanya
pasukan yang ada di benteng. Pasukan yang ada di benteng selalu siap
setiap sat melempar senjata batu dari atas untuk menghancurkan
orang-orang Moro tersebut.
Kesulitan yang selalu berulang seperti itu, menyebabkan tetuatetua adat mengambil keputusan untuk berpindah ke sebuah bukit
yang ada di Pulau Miangas. Bukit tersebut dikenal sebagai keramat.
Proses perpindahan tersebut dimulai ketika kepungan Bangsa Moro
menyebabkan kelaparan yang sangat di pemukiman masyarakat
Miangas di Tanjung Bora tersebut. Satu demi orang-orang di Tanjung
Bora berenang menuju bukit tersebut. Strategi yang dilakukan agar
tidak diketahui oleh Bangsa Moro adalah dengan berenang dan
bersuara seperti burung camar. Perilaku orang-orang di Tanjung Bora
yang mirip perilaku burung camar dalam proses migrasi masal ke
wilayah perbukitan sangat membantu mereka dalam proses tersebut.
Proses migrasi menjadi sangat tersamar dan Orang Moro mengira
orang-orang yang ada di Tanjung Wora telah mati kelaparan akibat
pengepungan, sehingga memutuskan untuk kembali ke daerahnya.
Di wilayah perbukitan keramat di Pulau Miangas, masyarakat
membangun pemukiman baru. Pemukiman tersebut berada di
perbukitan yang sekelilingnya ditandai dengan kontur-kontur yang
sangat curam. Di pemukiman yang baru inilah mereka juga
membangun perbentengan seperti yang pernah mereka buat di
41
42
43
yang penuh dengan angin, setiap hari angin akan bertiup kencang
tanpa henti. Kerasnya tekanan angin adakalanya dapat merobohkan
pohon kelapa yang ada atau memporak-porandakan atap rumah
penduduk.
Kondisi jaringan jalan utama yang membelah pemukiman saat
ini sudah sangat berubah. Pada masa sebelumnya, jaringan jalan
utama masih berwujud jalan berbatu (makadam) atau tanah, baik
yang sudah diperkeras maupun belum. Namun sekarang, kondisi jalan
sudah diperkeras dengan semen, sehingga semakin memudahkan
akses dan meminimalkan munculnya debu. Pola rancangan jaringan
jalan seperti ini, memungkinkan semua rumah-rumah warga memiliki
akses langsung terhadap jalan, dan memudahkan mobilitas .
Jaringan jalan yang terdapat di pemukiman saat ini sudah
terhubung dengan baik dengan jaringan jalan yang menuju ke arah
kebun. Kondisinya pun relatif sangat baik karena telah diperkeras
dengan beton. Sehingga memungkinkan masyarakat mudah
melakukan mobilitas ke kebun baik dengan jalan kaki, membawa
gerobak ataupun dengan menggunakan kendaran bermotor seperti
sepeda motor, mobil pickup, truk dan Sepeda.
Pengerasan jalan yang sudah dilakukan di Desa Miangas
memang belum dilakukan seluruhnya khususnya jaringan jalan di
dalam kebun. Ada beberapa ruas jalan yang terhubung dengan jalan
yang masih bertumpu pada jalan tanah. Namun kondisi ini sudah
membawa kegembiraan bagi masyarakat setempat karena dengan
perubahan kondisi jalan yang lebih baik, proses pemindahan buah
kelapa menjadi lebih cepat dan ringan. Kegiatan pengerasan jalan
berhasil karena ditunjang oleh dana PNPM pada tahun 2011.
Perlintasan jalan ke arah kebun melintasi perkebunan kelapa,
rawa, kebun laluga dan sagu. Di perkebunan kelapa disisi sebelah
utara cenderung dimanfaatkan dengan cara tumpangsari. Mereka
memanfaatkan lahan berkebunan dengan menanam sayuran.
Berbagai ragam sayuran mereka tanam seperti kangkung, terong, rica
44
45
46
47
peralatan ini disuplai oleh panel tenaga surya dan PLN setempat.
Panel tenaga surya saat ini berada dalam kondisi rusak pada switch
yang mengubah secara otomatis dari panel tenaga surya ke PLN jika
daya di dalam accu telah habis. Demikian juga berkaitan dengan daya
yang diambil dari tenaga listrik PLN juga mengalami kendala berkaitan
dengan kontuinitasnya. Pada siang hari PLN juga mendapat suplai dari
panel surya hingga sore kemudian dilanjutkan pada sore hari dengan
tenaga diesel. Kondisi ini menyebakan stabilitas layanan komunikasi
dari provider Simpati menjadi naik turun tergatung catu daya yang
ada.
Banyaknya konsumsi tenaga listrik di Desa Miangas juga
mempengaruhi daya listrik yang dihantar dan diditribusikan ke
masyarakat. Pertumbuhan peralatan listrik sangat signifikan. Hampir
semua telah memiliki alat musik yang membutuhkan daya listrik
tinggi, kulkas, televisi flat dan fan. Secara tidak langsung,
pertumbuhan alat listrik dan ketiadaan penambahan sumber daya
listrik yang memadai menyebabkan daya listrik di wilayah ini
cenderung naik turun. Konsekuensinya, banyak ditemukan beberapa
peralatan listrik warga mengalami persoalan serius.
Disamping berkenaan dengan stabilitas layanan, provider
komunikasi disini juga tidak memiliki spot layanan sinyal yang cukup
lebar. Sinyal yang terlayani cenderung di wilayah pemukiman yang
dekat dengan menara sinyal. Sedangkan pemukiman di dekat pantai
cenderung tidak mendapat sinyal atau seringkali terputus-putus.
Provider juga tidak menyediakan akses layanan data. Sebagian warga
mengatakan bahwa semenjak menara tersebut dibangun, seakanakan menara tersebut dibiarkan hidup mandiri. Tidak ada
penjadwalan yang kontinyu berkaitan dengan aspek "maintenace"
untuk melihat apakah peralatan tersebut masih masih baik apa tidak.
Setiap kerusakan yang terjadi, selalu dipecahkan bersama oleh
masyarakat Desa Miangas, karena memang sudah menjadi kebutuhan
mereka. Demikian juga berkenaan dengan pembiayaan listrik PLN
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Karatung-Geme-Melonguane-Lirung-Mangarang-Tahuna.
Putaran
kedua
adalah
Tahuna-Mangarang-Lirung-Melonguane-EssangKakorotan-Karatung- Miangas-Marore-Kawio- Kawaluso-TahunaKahakitang-Siau-Bitung. Sedangkan kapal Sabu Nusantara memilik
trayek pelayaran Bitung-Tagulandang-Kahakitang-Tahuna-LipangKawaluso-Matutuang- Kawio-Marore-Kawaio-Matutuang-KawalusoLipangTahuna-Mangarang-Melonguane
-Beo-Essang-KaratungMarampit-Miangas-Marampit-Miangas-MarampitKaratung-EsangBeo-Melongnuane- Mangarang-Tahuna- Kahakitang-TagulandangBitung
Dari seluruh kapal perintis yang melayani trayek ke Kecamatan
Khusus Miangas, munurut pernyataan masyarakat Miangas, Kapal
Meliku Nusa merupakan kapal yang dianggap paling handal
dibandingkan kapal yang lain. Kehandalan kapal tersebut berupa
kemampuan melakukan pelayaran ketika gelombang cukup tinggi
hingga kekonsistenan dalam melayani pelayaran ke Pulau Miangas.
Kapal Sanging seringkali disebut sebagai kapal yang sering
memberikan pelayanan yang tidak menyenangkan seperti ingkar janji
untuk meneruskan pelayaran ke Pulau Miangas atau menurunkan
kembali penumpang.
Kehandalan kapal Meliku Nusa dalam menembus gelombang
tinggi ketika menuju Pulau Miangas disamping disebabkan konstruksi
kapal juga disebabkan karena perilaku ABK tersebut yang banyak
membantu masyarakat Miangas. Konstruksi kapal Meliku Nusa
dipercaya sangat berbeda dibandingkan kapal yang lain. Jika ada
gelombang, kapal yang lain cenderung bergoyang ke arah kanan dan
kiri, sedangkan kapal Meliku Nusa bergoyang ke arah depan dan
belakang. Di samping itu, ABK Kapal Meliku Nusa lebih sering memiliki
empati ketika masyarakat membutuhkan seperti membawa peti mati
tanpa meminta bayaran hingga membantu membawa penumpang
yang sedang sakit secepatnya tanpa mempedulikan jadwal kapal yang
seharusnya berhenti lama di dermaga-dermaga tertentu.
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
putih dengan jenis flash dan berkedip secara periodik FL 0,5 - ECL 3,5,
FL 0,5 - ECL 11,5.
Keberadaan menara suar membantu memberikan panduan
bagi setiap kapal yang ingin berlabuh di demaga Pulau Miangas pada
kondisi gelap. Namun adakalanya, ketika kondisi tidak memungkinkan
seperti cuaca yang tidak bersahabat seperti bergelombang, kapal yang
ingin bersandar di Pulau Miangas dapat membuang jangkar di depan
dermaga atau beralih ke Pantai Racuna depan POS Angkatan Laut.
Dermaga di Pantai Miangas tampaknya belum dilengkapi dengan banban karet penghalang benturan antara kapal dengan sisi dermaga.
Dengan begitu, ketika muncul gelombang atau arus yang agak besar,
kapal tidak berani untuk bersandar di dermaga karena akan beresiko
kebocoran akibat benturan antara dinding kapal dengan tembok
beton dermaga.
Di Pantai Racuna kapal yang datang tidak bisa berlabuh di
demaga namun hanya bisa menurunkan jangkar. Kemudian kapal dan
barang akan dipindahkan dengan menggunakan perahu kecil atau
Pamboat. Aktifitas pemindahan barang orang harus dilakukan dengan
hati-hati mengingat kondisi dasar laut yang sangat curam dan sangat
dalam. Kesalahan dalam pemindahan barang akan menyebabkan
barang terjebur ke laut dan dapat dipastikan akan hilang dan tidak
ditemukan lagi.
Wilayah Kecamatan Khusus Miangas, jika dibandingkan dengan
kecamatan lain di Kabupaten Talaud, merupakan salah satu wilayah
yang tidak memiliki gunung berapi dan aliran sungai. Gunung berapi
hanya ada di Kecamatan Pulutan dengan tinggi 864 m dengan kondisi
saat ini tidak aktif. Meskipun kondisinya tidak aktif, cakupan daerah
bahaya mencapai 20 km2 dan daerah waspada mencakup wilayah
sebesar 40 km2. Keberadaan sungai banyak berada di Kecamatan
Melonguane, Melonguane Timur, Pulutan, Tampan'amma, Gemeh,
Beo utara, Beo, Beo Selatan, Lirung, Rainis dan Damau.
68
69
70
71
72
73
74
75
76
terbukti dengan adanya dua anak muda Desa Miangas yang saat ini
sedang belajar di Menado dalam bidang sanitasi.
Kondisi pendidikan di Desa Miangas cukup baik meskipun
belum bisa dikatakan sangat memadai. Hal ini nampak dari kondisi
sarana dan prasaranan fasilitas pendidikan seperti bangunan sekolah
yang sudah berdiri kokoh dan beberapa fasilitas penunjang lainnya.
Kondisi yang sudah ada masih perlu ditingkatkan lagi kualitasnya
seperti keberadaan perpustakaan yang lebih baik, khususnya
penambahan koleksi buku. Koleksi perpustakaan di sekolah tersebut
cenderung di dominasi oleh buku ajar siswa bukan materi-materi yang
bisa memperkaya wawasan siswa.
Keberadaan sarana dan prasarana fasilitas pendidikan yang
ada di Desa Miangas mulai dari tingkat Sekolah PAUD, Taman KanakKanak (TK) , Sekolah Dasar (SDN), Sekolah Mengah Pertama (SMPN)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMK). Sekolah PAUD setiap hari
dilaksanakan dengan memanfaatkan komplek bangunan calon Kantor
Desa Miangas yang belum difungsikan. Sedangkan sekolah Taman
Kanak-Kanak Wui menempati bangunan bersebelahan dengan Sekolah
Dasar Negeri Inpres Miangas. Untuk fasilitas Sekolah Menengah
Pertama Negeri Miangas terletak berdekatan dengan Sekolah
Menengah Kejuruan Perikanan Miangas.
Jumlah tenaga pengajar yang ada di Miangas cukup beragam.
Tenaga pengajar untuk Sekolah TK Wui sebanyak satu orang guru,
Sekolah Dasar Negeri Inpres sebanyak delapan orang, Sekolah
Menengah Pertama Negeri sebanyak enam orang dan terakhir
Sekolah Menengah Kejuruan (Perikanan) sebanyak delapan orang.
Bapak ibu yang menjadi pengajar di sekolah-sekolah di Desa Miangas
ada yang masih berstatus guru honorer atau kontrak dan ada juga
yang sudah diangkat menjadi PNS. Pada saat penelitian berlangsung,
Bapak Leo yang menjadi pengajar di SMP Negeri Miangas bertepatan
dengan mendapatkan undangan untuk melaksanakan prajab di
Melonguane.
77
78
79
80
yang paling menonjol di Desa Miangas saat ini. Dua penyakit yang
menempati posisi paling tinggi selama beberapa bulan terakhir adalah
Hipertensi dan ISPA. Kemudian diikuti dengan penyakit Gastritis,
Dermantis Alergi, Furonkulosis, Comend Cold, Copp, Rhematik, D.M,
Chepalgia, Diare, Asma secara silih berganti31. Pada Bulan April 2014,
jumlah penderita hipertensi yang telah meminta pengobatan di
Puskesmas sebanyak 20 pasien. Jumlah tersebut terdiri dari pasien
perempuan sebanyak 17 orang dan laki-laki sebanyak 3 orang. Jumlah
penderita terbanyak pada usia 45 - 55 sebanyak tujuh pasien yang
terdiri dari dua pasien laki-laki dan lima pasien perempuan, usia 55 59 sebanyak empat orang yang didominasi perempuan dan usia 70
sebanyak empat yang juga didominasi oleh perempuan.
Pada kasus penyakit ISPA, keseluruhan pasien yang melakukan
akses ke Puskesmas Miangas sebanyak 13 pasien dengan perincian
sebanyak delapan pasien pria dan lima pasien wanita.
Dari
keseluruhan pasien yang berobat di Puskesmas Miangas, di dominasi
pada pasien yang berusia 20 - 44 tahun sebanyak lima pasien dengan
perincian satu pasien pria dan empat pasien wanita. Kemudian pasien
yang berusia 45 - 54 tahun sebanyak dua pasien dengan perincian dua
pasien pria.
Pada kasus berikutnya adalah penyakit Gastritis, keseluruhan
pasien yang melakukan akses ke Puskesmas Miangas sebanyak
delapan pasien dengan perincian sebanyak lima pasien pria dan tiga
pasien wanita. Dari keseluruhan pasien yang berobat di Puskesmas
Miangas, di dominasi pada pasien yang berusia 60 - 69 tahun
sebanyak tiga pasien dengan perincian satu pasien pria dan dua
pasien wanita. Kemudian pasien yang berusia 55 - 59 tahun sebanyak
dua pasien dengan perincian dua pasien pria.
Pada kasus penyakit peringkat keempat, adalah penyakit
Dermatitis Alergi, keseluruhan pasien yang melakukan akses ke
31
81
82
83
84
85
86
87
88
89
32
H.J Lam, 1932, Miangas (Palmas), G. Koff & Co. at Batavia, Hal 47-48
90
2.4
Sistem Religi
2.4.1 Kosmologi
Masyarakat Desa Miangas secara umum sudah menjalankan
kehidupan modern. Ide modernitas bukanlah suatu pantangan yang
harus dihindari, namun sudah menjadi bagian kehidupan keseharian.
Terpaan media-media komunikasi seperti televisi melalui parabola
dan jaringan transportasi yang semakin baik menjadikan ide-ide dari
luar mudah diakases dan diterima oleh mereka. Namun di tengahtengah kehidupan modernitas yang mereka adopsi, masyarakat Desa
Miangas ternyata masih mempercayai mengenai hal-hal yang sifatnya
supranatural. Mereka masih percaya mengenai dunia di luar dunia
yang mereka tinggali ternyata memiliki penghuni juga.
Dunia luar atau dunia ghaib yang mereka percayai bukanlah
dunia yang ditinggali oleh dewa-dewa namun dunia yang ditinggali
oleh makhluk yang ghoib. Makhluk ghoib yang masih dipercaya
91
92
93
94
95
96
warga dalam bentuk susahnya mencari ikan ketika ada wanita yang
tidak bersuami ternyata sudah hamil. Mereka wajib segera
menemukan wanita tersebut dan melakukan upacara agar kondisi
semula kembali normal berupa kemudahan mencari ikan di laut.
Disamping adanya kepercayaan mengenai hal yang ghoib yang
berkaitan dengan keberadaan datu-datu, masyarakat Desa Miangas
juga mengenal makhluk gaib yang sering menggoda warga desa.
Mereka percaya bahwa makhluk-makhluk gaib tersebut juga
menempati atau berdiam pada wilayah-wilayah tertentu seperti
pohon, areal kebun, tanjung, bukit atau tempat lainnya. Makhluk
ghoib seperti ini dipercayai memiliki kuasa yang berbeda dengan
kuasa yang dimiliki oleh datu-datu. Mereka memiliki kuasa untuk
selalu mengganggu kehidupan warga desa.
Makhluk-makhluk gaib dengan tipe sejenis ini sangat banyak
ragamnya. Sayangnya ketika peneliti bertanya lebih banyak mengenai
hal ini, beberapa subyek merasa merinding sehingga tidak berkenan
melanjutkan ceritanya. Beberapa jenis makhluk ghaib yang
teridentifikasi adalah makhluk gaib bernama pontiana, berwujud
seperti kunang-kunang kecil yang kemudian dapat membesar seperti
bola api. Bagi warga desa yang pernah bertemu makhluk ini pasti akan
bercerita mengenai perubahan yang dramatis dari binatang kunangkunang menjadi api yang besar dalam waktu yang cepat tepat di
depan mata mereka. Solusi yang sering digunakan untuk
menanggulanginya atau mencegah efek yang tidak baik yaitu dengan
cara melempar garam ke arah dimana makhluk tadi tampak.
Kemudian ada makhluk yang bernama amummu. Makhluk ini
sering menggoda warga yang sedang berada diperjalanan, Baik berada
di kebun maupun di tempat-tempat tertentu. Wujud gangguannya
berupa perubahan orientasi arah atau ruang/ spasial. Gangguan
orientasi yang sifatnya spasial ini menyebabkan seseorang akan
kehilangan arah untuk kembali pulang. Ia merasa seakan-akan jalan
yang telah dipilih berputar-putar kembali di tempat semula. Salah satu
97
98
99
100
101
Sulawesi Tengah kan....saya mau pergi kerja.... mungkin karena saya orang
baru...saya mo jalan ini tapi...dia putar-putar..supaya kan ...angkutannya
lebih-lebih.....pas melihat saya orang baru...ia putar-putar sampai mobilnya
pecah....pecahnya kan saya ganti mobil baru karena ia harus ganti ban baru,
tambal ban....."
102
103
104
105
106
107
Gambar 2.11.
Makam dulu dan kini bergaya "berundak" dan "kepala nisan besar"
Sumber: Dokumentasi Peneliti
108
109
110
111
112
acara ritual ini juga tidak disisipi dengan acara orang tua-tua adat yang
berbicara mengenai suatu hal.
Pada seluruh rangkaian kegiatan ritual, semua anggota
masyarakat Desa Miangas akan terlibat dan berkumpul bersamasama. Persiapan sudah dilakukan sejak siang hari. Mereka tanpa
banyak mengeluh saling bahu membahu membuat makanan dan
mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan, misalnya tenda,
meja, kursi, piring, gelas, atau yang lain. Tidak jarang mereka
membuat lapak sendiri berupa seperangkat meja dan kursi. Selain itu
mereka juga mempersiapkan diri dengan aneka ragam hidangan yang
lezat yanag akan dimakan bersama atau ditukarkan dengan tetangga
terdekat di acara tersebut. Menu makanan yang sering ditampilkan
adalah menu dengan aneka olahan berbahan dasar ikan laut, kepiting
(ketang), laluga, sayuran lokal dan ketupat atau nasi.
113
114
115
116
117
rakyat, mereka boleh bertukar ikan atau masakan. Namun yang pasti,
semuanya akan dinikmati bersama di tempat. Di samping itu, setiap
orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ritual adat Manam'i harus
harus mentaati pantangan-panyangan seperti, tidak boleh berbicara
jorok, bersendau gurau berlebihan, turun ke laut sebelum dapat
perintah, tergesa-gesa menangkap ikan dan menyembunyikan ikan
yang didapat tanpa menyerahkan kepeda tetua ada sebagai
pengumpul dan pembagi ikan.
Ritual yang berkaitan dengan daur hidup manusia salah
satunya adalah upacara kematian. Di dalam prosesi upacara kematian
di Desa Miangas, pada umumnya hanya dilakukan ibadah
pemakaman. Ibadah pemakaman ini dilakukan di rumah duka dan
dihadiri seluruh warga masyarakat. Warga kolom pelayanan dimana
orang yang meninggal tersebut menjadi anggota, cenderung sangat
berperan dalam membantu ketersediaan segala keperluan yang
dibutuhkan dan terselenggarakan acara ibadah pemakaman dengan
baik. Bila prosesi ibadah pemakaman sudah selesai, maka proses
selanjutnya adalah mengantar ke makam yang sudah disediakan
seperti di lingkungan rumah atau di luar lingkungan rumah namun
masih merupakan tanah pribadi mereka. Ada sedikit perbedaan, jika
yang meninggal tersebut adalah PNS atau tetua adat. Jika ada anggota
masyarakat yang PNS atau tetua adat meninggal biasanya dalam
prosesi tersebut ada sedikit penghormatan formal.
118
2.5
Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
2.5.1 Sistem Kekerabatan
Kehidupan masyarakat Suku Talaud yang mendiami wilayah
Desa Miangas, Kecamatan Miangas, Pulau Miangas memiliki
kesamaan budaya dengan masyarakat Suku Talaud yang mendiamai
berbagai wilayah kepulauan yang berada di Kabupaten Talaud. Setiap
wilayah Budaya Talaud memiliki sistem kekerabatan yang sama.
Sistem kekerabatan Suku Talaud adalah pseudo patrilineal cenderung
ke bilateral. Hal ini dapat dilihat dari pengenaan nama marga yang
selalu diturunkan pada garis laki-laki merujuk pada sistem patrilineal.
Akan tetapi, sistem patrilineal yang berlaku di Desa Miangas
cenderung kurang begitu tegas. Hal ini nampak adanya kompromi
yang berkaitan dengan pengenaan marga ibu pada anak dalam
konteks tertentu, seperti turunnya jumlah keturunan yang memiliki
marga tertentu, kelahiran anak yang tanpa didasarkan pada suatu
pernikahan atau anak hasil adopsi dari suatu keluarga setempat, atau
ketika ibu menikah dengan orang luar yang tidak memiliki nama
marga, maka anak boleh menggunakan nama marga ibu. Terkadang
dua marga antara dari bapak dan ibu dapat disematkan pada anak-
119
120
121
122
123
buyut saya dulu, kalau oma buyut marganya namare, istri saya kan namare,
oma melahirkan opa saya dari papa ke saya, itu namanya tiga lapis....itu
tidak bisa karena dekat sekali"
124
125
"tapi kalo kayak kita to kayak macam kita sudah kawin, belum kawin tapi
sudah hidup sama-sama.... itu tetap juga ini dikenakan denda karena kan kita
belum ada ikatan syah dari hukum kan. dendanya uang, kita masak
makanan... kita bikin makanan undang tetua-tetua adat ini... kita makan trus
didoakan. kan biasanya kalau dikota kalau sudah ketemu... sudah kita hidup
sama-sama kan, tapi belum kawin, karena adakalanya tidak ada biaya... tidak
bisa kawin kumpul dulu dana, disini tidak boleh. sebelum kawin itu tidak bisa
sama-sama kecuali kita sudah lapor ke adat... sudah diketahui oleh pentuapentua adat bahwa mereka berdua ini memang sudah betul-betul mau
hidup sama-sama dan di dalamnya mereka mau kawin. dan harus dipanggil
dari orang tua kedua belah pihak. kalau sudah beres, clear aman, bisa hidup
sama-sama. memanggil dua belas kepala suku dan kedua belah pihak dari si
perempuan dan laki-laki. pengikatan saja, kalau masalah perkawinan
terserah mempelai laki-laki dan perempuan."
126
127
"kalau sudah sah baru ke gereja, karena di gereja juga ada yang namanya
kawin subuh. kawin subuh itu meringankan beban, meringankan daripada
pihak yang macam kita kan orang miskin ndak ada apa apa, kalau kita bikin
kawin yang mewah-mewah mau ambil dana dimana... kan kita kan harus
undang masyarakat makan... biayanya terlalu besar. tapi kalau kawin subuh
itu kawin pagi pagi pas kita ibadah pagi diberkati pulang ke rumaha sudah
selesai"
128
Cucu : Pulu
Cicit : Cece/ Pulu
Ipar : Ip'a
Mantu laki-laki : Yabu Esak
Mantu Perempuan : Yabu
Wawineh
Mertua Laki-laki : Lakyanah
Esak
Mertua Wanita : Lakyanah
Wawineh
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
1.
142
143
144
2.
3.
4.
a. denda adat berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah melangar
aturan adat di lokasi ritual adat manam'mi".
Bila di pantai Pulau Miangas telah ditemukan ikan paus
terdampar baik secara pribadi maupun berkelompok, penemuan
tersebut akan diacarakan secara adat. Selanjutnya ikan paus
tersebut akan dipotong dan dibagikan kepada seluruh masyarakat
secara merata.
Bila ana'u wanua (warga/masyarakat adat Miangas), ketika
sedang bekerja melaut mendapatkan ikan Toda atau ikan yang
berukuran besar lainnya, maka ada aturan adat berkaitan dengan
pembagiannya.
a. Kepala ikan bagian kanan akan diberikan kepada Ratumbanua
(Mangkubumi I)
b. Kepala ikan bagian kiri akan diberikan kepada
Nangnguwanua (Mangkubumi II) dan Kepala Desa
c. Dagingnya akan diberikan kepada Ketua Kepala Suku dan juga
kepada orang tua yang duda, janda dan anak yatim piatu.
Bila ana'u wanua (warga/masyarakat adat Miangas) dalam
mencari penghidupan baik di darat maupun laut mengalami
banyak gangguan, maka seluruh masyarakat Miangas wajib
melaksanakan acara adat dalam bentuk ibadah. Dalam
pelaksanaan acara adat tersebut, setiap keluarga perlu
menyediakan makanan yang akan didoakan secara adat. Tujuan
dalam pemberian doa adalah memohon kepada Tuhan agar
menjauhkan segala hama yang menyerang tanaman serta
memohon ampun kepada Tuhan berkenaan dengan berbagai
pelanggaran dan perbuatan yang mungkin telah dilakukan dan
tidak diperkenankan oleh kehendak Tuhan.
145
5.
6.
7.
8.
9.
146
1.
147
c.
Jumlah denda daging babi dan uang akan berlipat ganda, jika
perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang kedua kali
atau seterusnya.
d. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak, bagi yang bujang : "jangan ikuti saya
yang telah merusak rumah tangga orang lain". Sedangkan
bagi yang beristri : "jangan ikuti saya yang telah melakukan
hubungan gelap dengan seorang bujangan".
3. Bilamana terjadi hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan yang kedua-duanya masih bujang, maka keduanya
akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berwujud makanan beserta lauk-pauk sebanyak 8
piring makanan setiap pelaku. Jumlah seluruhnya adalah 16
piring.
b. Kedua pelaku tidak diijinkan tinggal serumah jika keduanya
belum menikah.
c. denda penyerahan satu lahan kebun kelapa akan dikenakan
bagi laki-laki bujang yang melarikan diri dan tidak
bertanggung-jawab dan ditambah dengan sejumlah uang
sebesar Rp. 1.000.000,-. Kebun kelapa akan diserahkan pada
pihak perempuan yang menjadi korban.
Dalam bidang hak kepemilikan:
1. Bilamana seseorang, sendiri maupun berkelompok terbukti
melakukan pencurian hak milik orang lain, maka orang tersebut
atau dengan kelompoknya (jika dilakukan berkelompok) akan
mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 200.000,- setiap pelaku.
b. mengembalikan benda yang dicuri kepada pemiliknya.
c. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
148
2.
149
150
5.
6.
7.
151
8.
9.
152
3.
153
3.
154
155
2.6
156
Linda Ewles, Ina Simnett, 2003, Promoting Health, A Practical Guide, Bailliere
Tindall; 5 edition
157
158
berafiliasi pada cara lama dengan menyembur pada pasien. Jika dukun
tradisional disebut dukun sembur, maka dukun untuk pengobatan
akibat gangguan "kuasa kegelapan" ini tidak berkenan dianggap
sebagai dukun namun sebagai orang yang membantu untuk
memanjatkan doa kepada Tuhan YME. Sebagaimana pengalaman Ibu
Surani :
"dulu ... mas, ...waktu anak saya sakit.... pertama saya bawa ke
puskesmas....disana kemudian diberi obat, setelah obat diminum sampai
sepuluh hari...ternyata tidak menunjukan dampak apa pun....saya kembali ke
puskesmas......diberi obat lagi dan juga tidak menunjukan hasil......setelah itu
saya putuskan bahwa anak saya pasti sakit karena gangguan makhluk
halus...makanya saya bawa ke Opa Maksi, dukun sembur disini... seandainya
masih tidak sembuh.... orang sini sering dibawa ke Mama Nista yang bisa
menyembuhkan akibat kuasa kegelapan"
159
160
2.7
Bahasa
Bahasa dominan yang digunakan di Pulau Miangas adalah
Bahasa Indonesia dialek Menado dan Talaud dengan dialek Miangas.
Ada beberapa generasi tua orang Miangas yang masih menunjukan
kemampuan berbahasa asing yang cukup baik seperti penguasaan
Bahasa Tagalok, Bisaya atau Inggris. Kemampuan penguasaan bahasa
asing pada generasi tua merupakan hal yang lumrah pada masa yang
lalu36. Hal ini dimungkinkan karena aspek sejarah, dimana generasi tua
memiliki kebiasaan untuk melakukan hubungan dagang (barter)
dengan masyarakat yang ada di Philipina dan juga bekerja sebagai
pengurus kebun di Pulau Mindanau.
Menurut S.J Esser (1938) dalam bukunya Atlas Van Tropisch
Nederland, secara umum Bahasa Talaud masuk kedalam keluarga
besar Bahasa Austronesia atau Melayu Polinesia37. Oleh sebab itu,
hubungan kekerabatan Bahasa Talaud dengan bahasa - bahasa yang
ada di Negera Philipina sangatlah dekat seperti Bisaya dan Tagalok38
39
. Di Kecamatan Nanusa sendiri, tersebar beberapa macam dialek di
dalam Bahasa Talaud, seperti Dialek Kabaruan, Dialek Kakorotan,
Dialek Marampit dan beberapa Dialek di Karakelang.
Hal yang membedakan antara satu dialek dengan dialek yang
lain lebih dominan pada penggunaan fonem akhir kata dan morfem
dibandingkan pada penekanan ujaran tertentu dan intonasi.
Penekanan pada ujaran tertentu dan intonasi lebih dimaksudkan
sebagai bunga-bunga dalam komunikasi didalam dialek tersebut.
36
Esser, S.J, 1938, "Talen", in, Atlas van tropisch Nederland, 9-9b (Amsterdam:
Koninklijk Nederladsch Aardrijkskundig Genootschap)
38
Anceaux, J.C, 1965a, "Austronesian Linguistics and Intra Subgroup Comparison",
Lingua 14:309-314
39
Anceaux, J.C, 1965b, "Linguistic Theories about the Austronesian Homeland", BKI
23:417-431
161
162
163
Bermanfaat : Piagunanne
Dimanfaatkan : Inapahuna
Dengung : Salinggutta
Selalu dalam keadaan sakit : Longko na
waa
Musim
Kamarau
:
Tandiawa,
Allontaterrangaga
Musim
Dingin
:
samu,
allommalurruema
Dipulihkan : Pinassulungnga
Urut : U'alinturrutta
Madu : Pula
Air madu : U'aempula
Kepiting : Sarrangnga
Ikan Batu : Sunga
Ikan Todak : Salasuhi
Ikan Hiu : Ambolengnga
164
165
Gambar 2.15
Brosur Kesehatan Berbahasa Talaud
Sumber: Dokumentasi Peneliti
166
makna "dia punya" yang secara harfiah dapat dipahami sebagai kata
milik mengenai sesuatu yang dilekatkan pada kata benda. Masyarakat
Pulau Miangas selalu mengartikulasikan ketiga ujaran secara intensif
sebagai bagian dari identitas sebagai penutur Bahasa Indonesia
berbahasa ibu Bahasa Talaud. Contoh pengartikulasian dari ketiga
ujaran sebagai berikut, "pergi ke kebun, jo", "iya, jo", "iya no", "dia
pergi ke kebun depe papa", Mari sini "Mari jo".
2.8
Kesenian
Kesenian yang terdapat dan berkembang di Pulau Miangas
sangat beragam, pertama berupa kesenian tari. Kesenian tari ini
berkembang sehubungan dengan sejarah yang terjadi di Pulau
Miangas yaitu sejarah yang berkaitan dengan perang
mempertahankan Pulau Miangas. Untuk mengenang persitiwa
keberadaan perang yang sangat heroik dan penuh pengorbanan
tersebut diciptakan sebuah tarian yang dinamakan Tari Perang atau
Sasalo. Makna dari tarian tersebut adalah berkenaan dengan tari
kebesaran dan kemenangan melawan musuh.
Tari Perang Sasalo dilakukan olah pentua adat dengan busana
yang terdiri dari dua jenis yaitu warna putih dan ungu. Gerakannya
cukup sederhana dan mudah dipelajari. Alat-alat musik yang biasa
digunakan untuk mengiringi tarian ini berupa tambur sedang,
harmonika mulut, pianika dan gamelan. Disamping tari Sasalo, di
Pulau Miangas juga terdapat tari yang lain seperti Tari Lenso laki-laki
dan perempuan, Tari Gunde pemuda dan Tarian Manam'mi
Desa Miangas juga memiliki kesenian kerajinan tangan yang
dikenal hingga negeri seberang Filipina sejak dahulu kala. Kerajinan
tangan tersebut dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan
bahan baku yang berasal dari tanaman yang tumbuh di Pulau
Miangas, yaitu pohon pandan. Pohon pandan yang memenuhi syarat
seperti usia, ukuran lebar dan banyaknya daun akan diambil daunnya.
Kemudian daun pandan yang sudah dikumpulkan tersebut
167
168
169
170
Gambar 2.16
Tarian dan kerajinan tikar
Sumber: Dokumentasi Peneliti
2.9
Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Miangas dikenal sebagai masyarakat bahari
sejak dahulu kala. Kehidupan sehari-harinya tidak lepas dengan
strategi mereka mensiasasi kondisi lingungannya yang serba laut.
Ketrampilan yang dominan yang mereka kembangkan adalah
ketrampilan mengarungi lautan untuk mencari ikan. Menurut Ulaen40
, pamor masyarakat Desa Miangas sebagai pelaut handal sudah tidak
perlu disangsikan lagi. Mereka merupakan pelaut-pelaut yang sangat
handal. Kemampuan mereka yang sangat khas adalah berlayar dengan
menggunakan perahu tanpa perlu membentangkan layar dan juga
sering berlayar ketika angin jarang bertiup untuk mencapai pulau40
171
172
173
174
175
176
177
178
Gambar 2.17
Batu Mura
Sumber: Dokumentasi Peneliti
179
Bab 3
POTRET BUDAYA KESEHATAN
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari
Provinsi Sulawesi Utara yang ber-ibukota di Melonguane. Sebagian
besar wilayahnya merupakan lautan, sehingga dikenal juga sebagai
daerah maritim atau bahari. Memiliki luas laut sekitar 37.800 km yang
membentang dari garis pantai Pulau Miangas hingga garis pantai
Pulau Kabaruan. Kabupaten Kepulauan Talaud sendiri membawahi 19
kecamatan yang tersebar di 17 Pulau, yaitu 11 kecamatan di Pulau
Karakelang, 4 kecamatan di Pulau Salibabu, 2 kecamatan di Pulau
Kabaruan, 1 kecamatan di Kepulauan Nanusa, dan yang terakhir 1
kecamatan khusus di Pulau Miangas41.
Secara umum status kesehatan di Kabupaten Kepulauan
Talaud menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
pada tahun 2013 menduduki peringkat 326 dari 497 Kabupaten di
Indonesia. Secara khusus, kabupaten ini berada di peringkat 12 dari 15
kabupaten yang ada di Sulawesi Utara. Adapun indikator kesehatan
yang menjadi lampu kuning di Kabupaten ini adalah aspek pelayanan
kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta kesehatan
41
180
Taulu L.A, Bahtiar, 2013. Profil Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil Dan Daerah
Perbatasan Sulawesi Utara
181
182
Gambar 3.1.
Puskesmas Miangas
Sumber: Dokumentasi Peneliti
183
Gambar 3.2.
Kegiatan posyandu, imunisasi, dan pemeriksaan ibu hamil
Sumber: Dokumentasi Peneliti
184
185
186
187
188
pasien juga nda mau minum itu, akhirnya sering nda terpakai itu obat...
(Kepala Puskesmas)
189
Berdasarkan hal tersebut, peneliti juga berusaha mencari datadata kesehatan masyarakat langsung dari puskesmas. Namun,
berdasarkan temuan peneliti di lapangan, data-data profil, evaluasi,
serta pencatatan lainnya tidak tersedia di puskesmas. Peneliti hanya
menemukan catatan registrasi pasien yang berobat. Peneliti kemudian
menemui para pemegang program puskesmas dengan harapan
mendapatkan beberapa data yang telah mereka evaluasi. Namun
setelah dikonfirmasi satu sama lainnya, tenaga kesehatan yang ada
terkesan saling tunjuk menunjuk antara satu dengan lainnya mengenai
data puskesmas yang mereka pegang.
Salah satunya contohnya adalah ketika peneliti mencari data
status gizi balita yang ditimbang di posyandu. Tenaga kesehatan
(nakes) A mengatakan bahwa datanya berada pada nakes B yang
sedang pergi ke luar Miangas untuk suatu urusan. Akhirnya setelah
peneliti menunggu kurang lebih 3 minggu, nakes B pun datang.
Namun, tidak seperti yang diharapkan peneliti, nakes B pun mengaku
bahwa datanya sedang berada pada salah seorang kader posyandu.
Setelah peneliti menelusuri kader posyandu yang dimaksud, peneliti
hanya menemukan catatan mentah pencatatan berat badan hasil
penimbangan balita yang tercatat di posyandu. Peneliti kemudian
190
Gambar 3.3.
Satu-satunya data tentang balita yang didapatkan oleh peneliti di lapangan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
48
Laporan hanya berupa data mentah berat badan bayi dan balita yang ditimbang
191
...Iya baru dibagi juga sih dp laporan, baru dibagi si ini pengan ini-ini-ini
sebelum kita baru-baru ini berangkat49, andai Kepala Puskesmas mulai dulu
bagi, ini baru sekarang dibagi. Sebelum dibagi ini, Kepala Puskesmas no yang
bikin dp laporan, kita nda tau apa-apa. Pernah itu nakes A kirim laporan
puskesmas ke dinkes itu ditanya sama Pa Donald50, di Miangas kamu pegang
laporan apa? Nakes A jawabnya juga bingung pegang laporan apa, dia jawab
bahwa dia nda pegang laporan, karna kapusnya nda bagi. Jangankan dia
nakes A yang baru 3 bulan disini, kita yang sudah setahun lebih disini nda tau
pegang laporan apa... (Nakes C)
50
192
193
52
194
tempat sunyi (kebun), habis pulang katanya dia itu darah mens-nya keluar
banyak, bergumpal-gumpal kaya orang mencret gitu... (Informan MT)
195
196
197
Gambar 3.4.
Salah satu kegiatan rutin remaja yang diatur oleh adat yaitu ibadah minggu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Mandi ombak merupakan sebutan masyarakat Miangas untuk kegiatan mandimandi maupun berenang di sekitaran pantai, namun bukan untuk tujuan mencari
ikan maupun menyelam
198
55
56
Eha artinya adalah larangan, jika seseorang mendapat eha artinya seseorang itu
sudah melanggar peraturan adat, sehingga dikenakannya sangsi adat
199
Gambar 3.5.
Talut pinggir pantai tempat favorit para remaja menunggu senja
Sumber: Dokumentasi Peneliti
57
Hal ini berkaitan dengan ketentuan adat di Miangas yang mengatur bahwa untuk
sepasang muda-mudi harus melihat silsilah kekerabatan minimal tiga turunan ke
atas sebelum menikah.
200
...Iya ka disini kalo cari pacar sesama orang Miangas susah, kan disini
semuanya berkeluarga. Soalnya kan susah juga nanti kalau udah terlanjur
sayang pas mau nikah tahu-tahunya nda boleh sama tua-tua adat karena
kerabat dekat, kan sakit juga harus pisah cuma karena silsilah keluarga.
Makanya muda-muda disini cari pacarnya sering sama orang luar Miangas,
orang Tahuna, orang Karatung, atau pendatang. Makanya kadang ribut juga
masalah pacar bukan hanya antar geng satu dengan geng yang lain, sesama
anggota pun kadang bertengkar, masalahnya biasanya rebutan pacar...
(Informan CL)
201
202
203
sama berumah tangga berkeliling kampung teriak pake tambor juga mereka
teriak baku jangan ikuti kita, nanti kaya kita.. bla..bla..bla.. (Tokoh Adat
Miangas)
204
61
Di Miangas sendiri ada 2 jenis mama biang, yaitu mama biang yang diangkat oleh
desa dan mama biang yang tidak. Perbedaan kedua mama biang ini selanjutnya
akan dibahas lebih mendalam pada Sub Bab persalinan
205
206
disini nda boleh, itu sama dosa membunuh orang juga... (Tokoh Adat
Miangas)
207
208
63
209
Mata tinggi merupakan penyakit kejang-kejang yang menyerang bayi dan balita
65
210
211
212
213
214
215
Penyakit ini maksudnya adalah seorang ibu tidak bisa melahirkan atau mengasuh
anak perempuannya sendiri, sehingga disebut penyakit anak perempuan
67
Payudara ibu
216
perempuan itu musti nda boleh beri itu totok sebelum dp urat naga diobati,
kalau nda itu totok bisa bikin jahat itu ade bayi. Kalau ade bayi laki-laki nya
nda papa, kecuali anak perempuan. Itu penyebab urat naga itu karena dp
urat telingkar dang, itu penyebabnya orang nda bisa punya anak laki-laki
atau perempuan kaya itu dp TL punya... (Mama biang Blude)
Gambar 3.6.
Penyakit urat naga yang diderita informan TL
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Ramuan makatana artinya ramuan tradisional yang terbuat dari akar-akar dan
atau daun-daun yang dipercaya masyarakat Miangas dapat mengobati penyakit
217
218
219
3.2.2 Hamil
3.2.2.1 Upacara pada masa kehamilan
Masyarakat Miangas pada umumnya tidak mengenal adanya
upacara atau ritual pada masa kehamilan seperti di beberapa daerah
Indonesia. Meskipun masayarakat Miangas sangat kental adatnya, tak
ada tradisi khusus untuk wanita yang sedang hamil, baik hamil yang
pertama, hamil muda, maupun hamil tua.
3.2.2.2 Pantangan dan keharusan pada masa hamil
Meskipun masyarakat Miangas tidak mengenal upacara
seputar kehamilan, tetapi mereka masih mempercayai adanya
pantangan-pantangan seputar kehamilan. Adat yang masih kental
membuat masyarakat Miangas masih mempercayai akan adanya
kekuatan supranatural yang dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat, tak terkecuali bagi ibu hamil. Menurut Informan PT yang
juga merupakan seorang ibu hamil 6 bulan mengatakan ada beberapa
pantangan yang harus dihindari oleh ibu hamil. Berdasarkan informasi
dari Informan PT, beberapa pantangan itu seperti:
1) Tidak boleh makan semua jenis terong-terongan. Hal ini dipercaya
akan mengakibatkan ketuban ibu saat melahirkan sulit pecah
2) Tidak boleh duduk di bangku kecil, kalau pun harus duduk, maka
bangku tersebut harus diberi alas koran, kertas, ataupun alas
lainnya. Hal ini dipercaya apabila ibu duduk di bangku kecil, maka
akan susah untuk melahirkan
3) Tidak boleh jahit menjahit karena dipercaya akan menyulitkan ibu
yang hamil untuk melahirkan
4) Tidak boleh duduk di depan pintu. Hal ini dipercaya akan
membuat anak tertahan di pintu kelahiran, sehingga sulit untuk
keluar
5) Tidak boleh menggunting rambut bagi ibu yang sedang hamil. Hal
ini dipercaya bahwa anak yang akan lahir akan mengalami
kebotakan, tidak memiliki rambut
220
6) Tidak boleh makan gurita. Hal ini dipercaya akan membuat badan
bayi akan merah-merah serta plasentanya lari (plasenta tak bisa
dikeluarkan), sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Masih menurut informan PT, pernah ada seorang ibu hamil yang
memakan daging gurita. Ketika melahirkan bayinya keluar, tetapi
plasentanya tak bisa keluar, sehingga sang ibu meninggal
7) Tidak boleh makan ikan penyu. Hal ini dipercaya akan dapat
menyebabkan pendarahan saat persalinan
8) Bagi yang sedang hamil muda, tidak boleh pergi ke kebun saat
gerimis. Hal ini dipercaya dapat menyebabkan keguguran pada
ibu hamil. Pernah ada cerita tentang dua orang ibu yang hamil
muda, saat gerimis mereka pergi ke kebun untuk mencari sagu.
Beberapa hari kemudian kedua ibu tersebut mengalami
pendarahan dan keguguran
Masih menurut informan PT, bahwa terdapa beberapa anjuran
yang harus diikuti oleh ibu hamil. Beberapa anjuran itu seperti:
Kalau ingin pergi ke luar rumah di malam hari harus menggunakan
penutup kepala seperti kain atau sapu tangan. Hal ini dipercaya
sebagai pelindung agar sang ibu tidak diganggu oleh angin jahat69
yang dapat mengakibatkan sakit bahkan keguguran pada ibu
hamil
Jika ingin lewat di daerah-daerah keramat, daerah adat, atau
daerah yang dipandang ada penunggunya seperti kebun maka
harus membawa pegangan70 seperti lemong suwangi71, dan
bawang putih
Memakan tanaman gedi, bisa disayur, di tumbuk, atau direbus
lalu diminum airnya
69
Angin jahat merupakan sebutan Masyarakat terhadap gangguan-gangguan rohroh yang menegur seseorang dengan cara yang tidak baik sehingga orang yang
terkena teguran angin jahat ini akan sakit
70
71
Belimbing tunjuk
221
222
makan tidur makan tidur, semua pekerjaan rumah yang kerjakan papanya
kelvin, mama tinggal dirumah aja no... (informan PT)
223
Gambar 3.7.
Pemeriksaan LILA ibu hamil pada kegiatan posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
224
225
juga sering pijat-pijat sama oma H itu, so lama pakai oma H itu... (Informan
MR)
226
saya bukan penduduk asli pasti berusaha melahirkan di luar. kemudian kalau
umpanya biar masyarakat sini tapi punya pekerjaan tetap seperti PNS atau
suaminya polisi atau tentara itu mereka mau melahirkannya di luar di
Ibukota Kabupaten atau di Provinsi. Tapi kalau masyarakat biasa, kaya
masyarakat petani mereka tetap melahirkan disini dengan risiko yang
mereka tanggung sendiri. Kaya yang kemarin itu, sudah 1 minggu pecah
ketuban tapi tidak keluar bayi jadi mau dibawa lari ke Tahuna atau
Melonguane sudah tidak keburu karna pas kapal sampai, si ibu sudah
meninggal. Jadi kalau masyarakat sini cuma masyarakat petani keluarga pra
sejahtera itu cuma bisa pasrah saja... (Informan SL)
227
228
ada peralatan yang lengkap disana. Peralatannya juga beberapa udah hilang,
sampai pernah no kita bantu melahirkan, tapi nda ada gunting, jadi kita
sampai pinjam peralatan mama biang... (Tenaga Kesehatan B)
Gambar 3.8.
Kondisi ruang bersalin di Puskesmas Miangas
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 3.9.
Peralatan persalinan yang dimiliki oleh seorang mama biang
Sumber: Dokumentasi Peneliti
229
230
...Kalau mama melahirkan kelima anak mama ini sendiri, baru kalau mau
potong tali pusat panggil mama biang untuk dipotong. Jadi mama
melahirkan sendiri, ketika mama dp rasa sakit perut, mama bilang sama
papa no ini dp tanda ade bayi mau keluar. Lalu mama baring itu di tempat
tidur, cari posisi nyaman, kemudian mama angkat ini kaki. Mama langsung
bakuat (mengejan) dang, tau-tau ade bayi sudah di bawah di tempat tidur.
Mama melahirkan semua anak mama begitu sampai ari-arinya juga keluar.
Baru ade sudah keluar mama panggil mama biang buat potong tali pusat.
Mama nda takut itu melahirkan sendiri, karna mama sudah biasa begitu,
syukur sampai sekarang mama nda pernah itu kejadian gawat-gawat
begitu.. (Informan ALT)
231
Service yang diberikan mama biang terkait dengan ibu hamil seperti pemijatan
kandungan, pembuatan ramuan makatana, perawatan pasca melahirkan, ritual
papancunge, hingga urusan pijat-memijat ketika sakit.
232
74
75
233
desa adalah mama biang yang tidak mau bermitra dengan tenaga
kesehatan.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tata cara
penolongan persalinan tradisional yang dilakukan oleh kedua mama
biang ini kecuali pada kemitraan dengan petugas kesehatan dan juga
peralatan yang digunakan. Mama biang yang diangkat oleh desa dan
mau bermitra dengan tenaga kesehatan diberi peralatan medis
persalinan oleh puskesmas. Sedangkan mama biang yang tidak
bermitra dengan tenaga kesehatan masih menggunakan peralatan
tradidional seperti buluh bambu atau tempurung kelapa untuk
memotong tali pusat.
Asal-muasal seseorang menjadi mama biang pun bermacammacam, ada yang memang keturunan mama biang sebelumnya, dan
ada pula seseorang yang diberi ilham dari Tuhan sehingga dapat
menolong persalinan. Contohnya saja mama biang K. Mama biang K
merupakan seorang masyarakat biasa yang tidak memiliki riwayat
keturunan seorang mama biang. Mama biang K mengaku bahwa
sebelumnya beliau diberi ilham dari Tuhan sehingga memiliki
kemampuan untuk dapat menolong persalinan. Lebih lanjut mama
biang K menceritakan,
...Mama itu udah mulai tolong-tolong ibu melahirkan itu mulai tahun 2004.
Sebelum itu mama cuma biasa urut-urut orang yang sakit-sakit. Tapi sejak
tahun 2004 itu mama ada mimpi, torang bilang talenta dari atas dang, mulai
situ mama so bisa bantu-bantu orang melahirkan. Mama itu nda ada
keturunan mama biang, jadi bisa bantu-bantu orang melahirkan dari
kehendak tuhan no beri mama kemampuan... (Mama biang K)
234
235
Penyakitnya bisa bikin itu ibu sakit terus-terusan kalau nda ditangani. Itu
ramuan makatana dari akar-akaran tumbuhan di gunung itu. itu dari akar
alang-alang itu, terus direbus biar sisa 1 gelas kaca, habis itu baru diberi
minum sama itu ibu no... (Mama biang K)
Gambar 3.10.
Tumbuhan alang-alang yang dipakai sebagai bahan ramuan makatana
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Wabbari jaha artinya plasenta yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu hamil
jika tidak ditangani dengan benar
77
79
236
237
agar si kakak bayi ini tidak merasa sakit hati karena diabaikan oleh
keluarga yang hanya memberikan perhatian kepada si adik bayinya
saja. Oleh sebab itu, plasenta yang telah dilahirkan tidak boleh
diperlakukan sembarang dikarenakan dapat membuat si plasenta
menjadi sakit hati sehingga menggangu si adik bayi yang dilahirkan.
Seorang informan mengatakan,
...Itu ari-ari nda boleh dikasih biar, apalagi kalau itu ari-arinya nda
dibungkus bagus nda disimpan bagus. Itu adiknya itu manusia (bayi),
sedangkan dp kakak itu si ari-ari, jadi kalau itu ari-ari nda dikasih bagus, bikin
si adik selalu nangis karena diganggu itu ari-ari. Jadi itu ari-ari jangan dikasih
biar atau kasih sembarangan, dia harus disimpan bagus-bagus. Dp (ari-ari)
bilang gini sama si adik bayi, situ di tempat baik, kita d itempat nda baik, jadi
kaya sakit hati gitu dang si ari-arinya melihat si adik bayi kalau dianya nda
dikasih tempat yang bagus... (Informan MP)
238
ditarohnya bisa di bawah itu tempat tidur, bisa juga digantung di sudut
rumah gitu... (Informan MP)
82
239
240
sanksi yang diberikan apabila ritual ini tidak dilakukan oleh sebuah
keluarga.
Ritual ini dilakukan tergantung dari kesiapan dan kondisi
keluarga si bayi untuk mengadakannya. Tidak ada batasan umur
berapa bulan kah ritual ini harus dilakukan. Biasanya masyarakat
melakukan ritual ini ketika usia si bayi menginjak bulan ke 6 sampai 7
bulan. Ritual ini dilakukan dengan cara mengundang para keluarga
terdekat, mama biang, dan tetua adat (minimal kepala suku marga
mereka). Dalam acara ini, mama biang berperan sebagai pemberi doa
dan pemberi makanan kepada si bayi secara simbolis. Makanan yang
diberikan berupa berbagai jenis makanan khas daerah Miangas seperti
ikan laut, laluga83, ubi kayu, ketupat, serta pisang rebus. Masingmasing jenis makanan ini diberikan secubit demi secubit kepada si
bayi. Selain hidangan tersebut, tidak ada hidangan atau peralatan
khusus untuk melaksanakan ritual ini, seperti yang diungkapkan
Informan MY,
...Nda ada persiapan khusus sih, cuma dia ada hidangan yang nanti
dikasihkan ke bayi, itu kaya ikan laut, laluga, ubi kayu, ketupat, serta pisang
rebus. Dikasihkannya ya secubit-secubit, biar sedikit dp ade biar bisa rasa.
Acara itu kaya makan-makan biasa aja, undang keluarga, panggil tetua sama
mama biang yang bantu melahirkan, kemudian berdoa dan makan
bersama... (Informan MY)
83
241
Gambar 3.11.
Ritual papancunge, saat mama biang menyuapkan hidangan ke bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 3.12.
Ritual papancunge, hidangan yang wajib diberikan kepada si bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
242
243
3.2.4 Menyusui
3.2.4.1 ASI Eksklusif dan makanan bayi
Ketika ibu telah melahirkan maka dilakukan inisiasi ASI
pertama bagi bayi. Masyarakat Miangas menganggap ASI yang
pertama kali keluar merupakan ASI yang sangat bagus untuk bayi,
anggapan mereka bahwa ASI yang pertama kali keluar adalah vitamin
yang sangat bagus bagi bayi, sehingga mereka segera memberikan ASI
yang mengandung kolustrum tersebut bagi bayi. Informan K yang
berpofesi sebagai mama biang di Miangas mengatakan,
...Itu ASI yang pertama keluar itu yang kuning-kuning itu dp bagus untuk
bayi, jadi setiap oma yang bantu-bantu orang melahirkan, biasanya oma
kasih itu totok ke ade bayinya... (Mama biang K)
244
Gambar 3.13.
Sagu tanah yang sudah dijadikan tepung
Sumber: Dokumentasi Peneliti
245
Gambar 3.14.
Ibu muda yang memberi bubur sagu tanah kepada bayinya yang berusia 5 bulan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
246
kuat soalnya kan belum kering rahimnya begitu. pantangan yang paling
banyak ya itu pada makanan. So makanan kan mempengaruhi ASI...
(Informan PT)
247
magrib itu sama-sama warga sama kita, kalau dulu sama nenek moyang kita
ambil kaya ini (mengambil lampu minyak tanah dan menunjuk ujung
sumbunya yang hitam) kita ambil hitamnya ini terus dikasih di dahi si bayi
kaya india begitu. Supaya nda ada angin-angin jahat itu lihat. Terus bisa juga
itu kompor sumbu minyak tanah, digosok di telapak kaki... (Informan YT
)
248
...Ada posyandu disini sama bidan, anak-anak sini juga rutin ke posyandu.
Biasanya kalau posyandu ada sekitar 40 balita, mereka lumayan antusias itu
ikut posyandu. Biasanya di posyandu dikasih makan, disini biasanya dikasih
makan bubur kacang ijo, ibu hamil biasanya dikasih bubur manado. Itu ada
kadernya yang bikin, kader disini lumayan aktif, tapi sayangnya nda ada itu
posyandu lansianya. Posyandu disini cuma untuk bayi balita sama ibu hamil
aja.. (Informan YT)
Gambar 3.15
Kegiatan posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
3.3
249
250
..Waktu opa ada sakit TB itu waktu mereka (anak-anak informan) masih
SMP. Itu so lama, so sekitar 15 tahun yang lalu. Itu (terjadinya) karna opa
sering kerja berat, baru mengail, masuk dingin tidak ada berhenti-berhenti
itu cari ikan di laut. Baru kerjanya di darat itu terlalu berat, barokok juga.
Sehingga waktu opa diperiksa bapa dokter paru-paru gitu jadi memang itu
(terkena penyakit TB)... (Informan FT)
84
251
252
Gambar 3.16.
Daun seibanua
Sumber: Dokumentasi Peneliti
253
3.3.2 Panu
Berdasarkan pengamatan penelti selama penelitian, penyakit
panu memang banyak di derita oleh masyarakat Miangas, mulai dari
anak kecil hingga dewasa. Penyebab dari banyaknya terjadi penyakit
panu atau penyakit kulit sejenisnya, salah satu diantaranya adalah
disebabkan oleh mandi di pantai pada siang hari yang panas. Menurut
salah seorang informan PT mengatakan,
...Iya disini banyak yang kena panu, ini (menunjuk anak beliau) kena panu
ya karna sering mandi ombak no. Harinya panas, kan pada keluar suar
(keringat), langsung di bawa mandi ombak ya jadinya panu... (Informan PT)
254
255
Gambar 3.17.
Komplikasi Diabetes melitus pada salah seorang informan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
256
...Awalnya ibu itu luka kecil, cuma dokter bilang ada tambahannya, bukan
cuma gula begitu, ada tambahannya, dorang bilang salibabo api atau apa,
makanya itu dibelah no itu kaki, bengkak sampai di buku-buku, ada kemarin
dokter bilang 2 penyakit, penyakit gula nda terlalu tinggi, yang satunya ada
salibabo api, itu maksudnya bangka mulai dari ujung kaki sampai buku-buku
tegang dp urat punya. Ada juga ini katanya dijahatin sama orang, ada itu
orang-orang jahat ada kemungkinan lantaran sakit hati kong dorang...
(informan MO)
MO juga
pengobatan
menceritakan
yang harus
257
258
259
260
...Ada obat tradisional darah tinggi, torang banyak bilang itu bunga pepaya
itu disayur, bisa diminum airnya, itu juga bisa sayur gingseng dimasak kuah
terang boleh campur ikan itu, itu rasanya nda pahit... (Informan NN)
261
itu ditambah lagi sering minum-minum, itu paru-paru bisa bocor itu...
(Nakes B)
85
86
262
263
minum itu pil astma soho itu hari-hari, so sudah satu karung kita kalo mau
hitung-hitung. Mulai pagi sampai sore, itu satu bungkus isi 4 biji itu untuk
satu hari itu, opa itu sudah kecanduan itu obat, kalau nda minum obat opa
bisa mati. Kalau nda minum obat itu kambuh terus, ini opa tinggal kekuatan
obat aja lagi no, kalo lagi sakit-sakit itu bisa 2 papan itu (8 biji), klo biasabiasa aja bisa 1 papan (4 biji). Bila siang-siang gitu khosa opa sering kambuh,
opa harus minum obat itu, klo nya nda minum obat batambah kambuh...
(Informan WP)
264
3.4
265
266
267
Gambar 3.18.
Kegiatan penimbangan balita di posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
268
Gambar 3.19.
Perilaku dan tradisi pemberian sagu tanah pada bayi mulai berusia 3 bulan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
269
Gambar 3.20.
Kebiasaan anak Miangas bermain sambil memakan camilan di pasir
Sumber: Dokumentasi Peneliti
270
Gambar 3.21.
Seorang anak yang bisulan sedang memegang makanan selagi bermain di pasir
Sumber: Dokumentasi Peneliti
271
...Dulu itu, memang sanitasi disini masih buruk. Ada yang BAB sembarangan
itu di pantai. Jadi dulu memang pernah jadi KLB diare disini, tapi sekarang so
nda, masyarakat sudah sadar, mereka punya itu jamban masing-masing. Ada
juga yang nda punya jamban, tapi dia pasti pinjam ke tetangga sebelah...
(Kepala Puskesmas)
Gambar 3.22.
Salah satu jamban milik warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti
272
Gambar 3.23.
Aktivas warga bekerja di kebun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
273
Gambar 3.24.
Aktivas sore bermain voli
Sumber: Dokumentasi Peneliti
274
Gambar 3.25.
Perkebunan sayur warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti
275
Gambar 3.26.
Daun bawang dan cabe rawit yang ditanam secara mandiri
Sumber: Dokumentasi Peneliti
276
Gambar 3.27.
Menu makanan masyarakat ketika musim ikan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
277
Gambar 3.28.
Perilaku merokok di masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti
278
sama opa cocok yang gini karna makin lama makin tinggi (dosis tembakau).
Tapi kalau masih nyong-nyong (masih muda) itu pake rokok yang dijual-jual
di warung, itu umur muda buat bikin bastan (gaya-gayan) sama orang-orang
biar bisa diginikan (Informan MP menirukan gaya menghisap dan
mengeluarkan asap rokok seperti di film-film action)... (Informan MP)
279
Gambar 3.29.
Sumber air bersih utama masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 3.30.
Masyarakat yang mengangkut air secara mandiri
Sumber: Dokumentasi Peneliti
280
Gambar 3.31.
Salah satu drum penyimpanan air warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti
281
...Iya mama sering bersihin itu penampungan air, setiap mau ngisis air lagi
no, mama cuci terus itu. Kalau disini airnya habis kadang ada 3 sampai 4 hari,
setelah itu ngisi lagi... (Informan TT)
Gambar 3.32.
Spanduk 3M plus yang dipajang di depan puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti
3.5
Sistem Pelayanan Kesehatan
3.5.1 Pelayanan Pengobatan Medis
Pengobatan secara medis di Miangas pada awal mulanya
masuk sekitar tahun 70an. Pada waktu itu, Miangas masih menjadi
282
283
Gambar 3.33.
Akses jalan menuju puskesmas induk
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 3.34.
Puskesmas Pembantu (Pustu)
Sumber: Dokumentasi Peneliti
284
285
286
287
288
289
Gambar 3.35.
Seorang calon mama biang yang sedang melakukan pengobatan makatana
Sumber: Dokumentasi Peneliti
290
Gambar 3.36.
Salah satu tumbuhan (Sereh) yang dipakai dukun makatana membuat ramuan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
291
292
Gambar 3.37.
Peralatan pengobatan yang digunakan, batu putih, sumpit, dan pisau putih
Sumber: Dokumentasi Peneliti
293
mama si ade bayi, itu pembicaraan harus dikeluarkan dalam air, lalu airnya
opa sembur sama dikasih minum dp air sama itu ibu, baru ade bayinya bisa
keluar... (Informan MP)
294
ujungnya. Setalah itu, sumpit ini ditusukan kepada bagian tubuh yang
sakit. Pengobatan ini dilakukan untuk mengobati bagian tubuh yang
sakit, khususnya bagian tubuh yang bengkak. Fungsi dari sumpit
sendiri adalah untuk mengempiskan bagian tubuh yang telah
membengkak akibat gangguan kuasa kegelapan.
Gambar 3.38.
Salah satu cara pengobatan dengan menggunakan media sumpit
Sumber: Dokumentasi Peneliti
295
Gambar 3.39.
Salah satu cara pengobatan dengan menggunakan media pisau putih
Sumber: Dokumentasi Peneliti
296
297
Gambar 3.40.
Media Penyembuhan yang dipakai Ibu AT
Darah Yesus (berwarna merah), Tubuh Yesus (biskuit), serta Minyak Urapan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
298
3.6
Julike FP, Endang S. 2012. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Perilaku Mencari
Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara di RSUD Ibnu Sina Gresik. Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 1:2; 138-144.
88
299
300
Gambar 3.41.
Seorang anak yang membeli obat bebas untuk keluarganya di warung
Sumber: Dokumentasi Peneliti
301
302
padahal bisa saja penyakit gawat. Kalau nda diperiksa kita kan nda bisa
tahu... (Tenaga kesehatan A)
303
304
Gambar 3.42.
Kondisi tenaga kesehatan dan pasien di puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti
305
Gambar 3.43.
Kondisi obat-obatan di apotik puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti
306
Gambar 3.44.
Salah satu kebijakan di puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti
307
308
309
310
2-3 juta sebagai biaya hidup di ibukota. Hal tersebut tentunya menjadi
suatu beban yang harus dipersiapkan masyarakat pra-sejahtera.
Diamping kesiapan finansial, perujukan pun terkadang
terkendala akses transportasi untuk menuju ibukota. Satu-satunya alat
transportasi yang bisa diakses oleh masyarakat di pulau ini adalah
kapal perintis. Kapal perintis yang masuk ke Miangas bervariasi, mulai
dari 1 minggu sekali sampai 2 minggu sekali di kala cuaca tenang.
Namun, apabila cuaca sedang berangin kencang maka terkadang 1
bulan sekali kapal baru bisa masuk.
Ketersediaan finansial dan akses transportasi inilah yang
menjadi dilema masyarakat yang ingin melakukan perujukan ke
fasilitas pelayanan di ibukota. Meskipun demikian, tak ada satupun
masyarakat yang melakukan pengobatan ke Philipina. Meskipun jarak
antara Miangas dan Philipina lebih dekat daripada
ibukota,
masyarakat lebih memilih berobat di fasilitas pelayanan kesehatan
dalam negeri. Beberapa contoh kasus yang telah diceritakan
sebelumnya merupakan potret perilaku masyarakat dalam
mengutamakan penggunaan pelayanan kesehatan dalam negeri.
Meskipun mereka tidak bisa melakukan perujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih memadai, mereka lebih memilih untuk survive
dengan pengobatan tradisional yang ada.
311
Bab 4
MAMA BIANG SURGA DI NEGERI POLIATEN
4.1
312
313
melahirkan orang-orang, tapi sekarang oma so nda, so tua dang, jadi oma so
pensiun... (Mantan mama biang)
314
315
316
317
318
319
nah ini disini cuma satu-satunya dokter jadi kalau dokter pergi nda ada
dokter disini, bisa sampai 1 bulan nda ada disini. makanya orang sini
mauanya ada dokter tetap, soalnya kalau dokter kontrak mereka nda
menetap disini, beberapa tahun terus ganti begitu. Padahal dokter itu dia
yang penting, kan beda juga antara perawat dan dokter, kalau dokter kan
memang pengalamannya lebih mengobati orang... (Informan GA)
320
321
Adat Mangelo
Mangelo merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk
memeriksa para wanita yang berpotensi untuk terjadinya kehamilan di
luar pernikahan seperti para remaja dan para janda. Pemeriksaan
mangelo hanya terbatas pada remaja dan janda, karena para remaja
dan janda tentunya tidak memiliki suami, sehingga jika memang
terbukti remaja dan janda sedang hamil pada pemeriksaan mangelo
maka sudah bisa dipastikan bahwa kehamilan tersebut merupakan
kehamilan yang diluar pernikahan.
Pemeriksaan mangelo dilakukan oleh mama biang91. Mama
biang yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan mangelo tidak
terbatas pada mama biang yang diangkat oleh desa, tetapi juga mama
biang lainnya yang tidak diangkat oleh desa92. Pemeriksaan mangelo
ini diawali dengan pengumuman oleh tokoh desa untuk
mengumpulkan semua remaja dan janda yang ada di Miangas untuk
dilakukan pemeriksaan mangelo. Pemeriksaan mangelo biasanya
dilakukan di rumah salah seorang petua adat maupun rumah mama
biang. Setelah para remaja dan janda berkumpul, maka mama biang
mulai meraba dan memijat perut si perempuan. Melalui pijatan
tersebut lah mama biang dapat memastikan bahwa si perempuan
yang diperiksanya sedang hamil atau tidak. Ketika mama biang telah
menemukan ada yang sedang hamil, maka berita itu pun disebarkan di
91
322
Wabbari jaha artinya plasenta yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu hamil
jika tidak ditangani dengan benar
94
Wabbari merupakan sebutan masyarakat Miangas untuk menyebut plasenta
95
Wabbari urita artinya plasenta gurita, disebut demikian karena bentuknya yang
menyerupai gurita yang memiliki 8 tentacle
96
Wabbari asiarre artinya plasenta burung, disebut demikian karena bentuknya
yang menyerupai burung yang memiliki sayap
97
Wabbari biasa artinya plasenta yang biasa
323
324
325
326
apalagi jika tidak ada biaya untuk melahirkan di luar, kecuali kalau seperti
saya bukan penduduk asli pasti berusaha melahirkan di luar. kemudian kalau
umpanya biar masyarakat sini tapi punya pekerjaan tetap seperti PNS atau
suaminya polisi atau tentara itu mereka mau melahirkannya di luar di
Ibukota Kabupaten atau di Provinsi. Tapi kalau masyarakat biasa, kaya
masyarakat petani mereka tetap melahirkan disini dengan risiko yang
mereka tanggung sendiri. Kaya yang kemarin itu, sudah 1 minggu pecah
ketuban tapi tidak keluar bayi jadi mau dibawa lari ke Tahuna atau
Melonguane sudah tidak keburu karna pas kapal sampai, si ibu sudah
meninggal. Jadi kalau masyarakat sini cuma masyarakat petani keluarga pra
sejahtera itu cuma bisa pasrah saja... (Informan SL)
327
Beo merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Kep. Talaud yang dekat
dengan Melonguane
328
329
330
331
Dokter dan bidan hanya bisa melihat tanpa berbuat apapun. Oabatobatan ataupun vitamin untuk menahan pendarahan pun tak tersedia
di puskesmas. Dokter dan bidan tidak bisa berbuat banyak, mereka
hanya bisa menginfus dengan infus seadanya saja. Tidak sampai disitu,
ternyata jarum infus yang tersedia di puskesmas terlalu besr untuk
pembuluh darah SL, akibatnya setiap kali ditusuk, pembuluh darah SL
selalu pecah. Dokter dan bidan pun hanya bisa berdoa semoga ada
jalan keluarnya. Untunya, disisa-sisa peralatan medis pos marinir
terdapat jarum infus untuk bayi, dan syukurnya jarum tersebut dapat
digunkan untuk SL.
Pemasangan infus ternyata tak memberikan pengaruh yang banyak
terhadap pendarahan yang dialami oleh SL. Akhirnya harapan terakhir
yang bisa SL lakukan adalah dengan memanggil mama biang yang ada
di Miangas untuk membuatkan ramuan makatana untuk
menghentikan pendarahan. Mama biang pun membuatkan ramuan
makatana tersebut, akhirnya pendarahan pun berhasil di hentikan.
Setelah 1 minggu kemudian, kapal baru datang ke Miangas, langsung
saja tanpa berfikir panjang SL dan suaminya menuju Rumah Sakit
Tahuna untuk memeriksakan kandungannya. Sesampainya di Rumah
Sakit, SL pun langsung dirujuk ke UGD. Setelah diperiksa, sang dokter
spesialis kandungan sempat memarahi SL, seharusnya kasus SL ini
ditangani sesegera mungkin. Setelah diperiksa ternyata masih ada sisa
darah di dalam rahimnya yang berpotensi menjadi racum bagi SL.
Untungnya, hal tersebut dapat ditangani oleh dokter spesialis meski
rahim SL harus dikuret agar bersih.
Mama biang memang tak jarang menjadi satu-satunya
harapan para ibu hamil untuk menangani kasus kegawat daruratan
kehamilan. Dibandingkan dengan bidan maupun dokter yang tidak
bisa berbuat banyak dengan keterbatasan fasilitas medis yang ada. Hal
tersebut tak jarang menimbulkan stigma bahwa bidan yang ada tidak
dapat berbuat banyak dalam menolong ibu hamil. Ditambah lagi bidan
332
yang ada masih merupakan tenaga kontrak yang masih sangat muda,
akibatnya bagi mereka yang harus bertahan di Miangas lebih memilih
tenaga mama biang untuk menolong mereka. Salah satunya adalah
yang dialami oleh PT ketika dia keguguran. Informan PT mengatakan,
...waktu mama keguguran kemarin, karena disini cuma pakai ramuan
makatana mama cuma pakai ramuan tradisional, terus hamil lagi tapi
keguguran lagi, jadi mama berfikir untuk periksa ke Manado, itu kan lebih
baik karena diperiksa secara total, periksa di Rumah Sakit, dokter kasih
mama obat untuk membersihkan darah yang masih ada di dalam kandungan
tapi nda sampai dikuret, jadi habis dari situ kandungan mama sudah bersih.
Disini nda ada dokter spesialis cuma dokter umum aja disini, disini juga ada
bidan, tapi kan nda... nda... nda... kan lebih bagus kita pergi periksa ke
Manado.. (Informan PT)
333
334
335
336
337
338
nya nda, dia harus dipotong habis plasentanya keluar, katanya kalau
langsung dipotong bisa bikin plasentanya lari, padahal kan kalau kita di
medis itu kan nda ngaruh no, saya dimarahin itu, ya saya cuma diam aja no.
Mau gimana lagi, pemahaman mereka begitu no... (Tenaga Kesehatan BE)
339
340
para tetua adat untuk menjatuhkan sanksi adat bagi mereka yang
melanggar hukum adat di Miangas.
4.9
341
342
343
berusaha untuk dapat melahirkan ke luar pulau. Akan tetapi jika sisi
finansial tidak mencukupi, akhirnya mereka pasrah melahirkan di
Pulau Miangas dengan bantuan bidan serta mama biang.
Disamping itu, masih suburnya tradisi dan konsepsi masyarakat
terhadap persalinan tradisional, menambah kuatnya posisi mama
biang dalam kehidupan masyarakat Miangas. Mulai dari tradisi
mangelo, konsepsi tentang perlakuan plasenta, hingga tradisi
papancunge yang tak terlepas dari peran mama biang di dalamnya.
Profesi sebagai mama biang juga mendapat legitimasi dari pihak
pemerintah desa, sehingga membuat profesi mama biang dianggap
legal sejajar dengan bidan di puskesmas.
Pada akhirnya, Negeri Poliaten yang masih subur dengan
tradisi dan praktik hukum adat di dalamnya menjadi suatu wadah
yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi mama biang di dalamnya.
Mama biang yang menjadi sebuah icon alternatif penolong bagi
masyarakat yang tak bisa mengakses persalinan yang lebih baik di luar
pulau Miangas. Kedekatannya dengan masyarakat dan adat membuat
positioning yang lebih dari tenaga kesehatan persalinan yang ada,
hingga membuat negeri poliaten ini menjadi sebuah surga bagi
eksistensi mama biang, baik mama biang yang bermitra dengan
tenaga kesehatan maupun yang tidak. Kemitraan mereka dengan
tenaga kesehatan tidak mempengaruhi eksistensi mereka di mata
masyarakat selama masyarakat lebih mempercayakan persalinannya
kepada mama biang di Miangas.
344
Mampu
Kurang Mampu
Sosial
Penduduk Asli
Persalinan di
fasilitas
kesehatan yang
lebih memadai
di luar Miangas
Memilih
persalinan di
dalam Miangas
dengan ditolong
mama biang
yang bermitra
dengan bidan
maupun tidak
Memilih
persalinan di
dalam Miangas
tanpa tenaga
penolong
persalinan
(bersalin
sendiri)
Pendatang
Persalinan di
fasilitas
kesehatan yang
lebih memadai
di tempat asal
atau di Ibukota
Persalinan di
fasilitas
ksehatan yang
lebih memadai
di tempat asal
atau di Ibukota
345
Mampu
Kurang Mampu
Sosial
Penduduk Asli
346
Pemeriksaan
kehamilan
dilakukan di
fasilitas kesehatan
formal
(Puskesmas,
Rumah Sakit,
Klinik Dokter
Spesialis
kandungan)
Terkadang
meminta bantuan
mama biang untuk
pemijitan
kandungan, tetapi
dengan izin dokter
Persalinan minimal
dengan bidan di
fasilitas kesehatan
yang lebih baik
daripada
Puskesmas
Miangas
Apabila meminta
bantuan mama
biang, maka
didampingi oleh
tenaga kesehatan
Pemeriksaan
kehamilan di
bidan puskesmas
dan mama biang
Penolong utama
persalinan adalah
mama biang
Pertolongan
dengan bidan
puskesmas
tergantung dari
inisiatif mama
biang yang
bermitra maupun
yang tidak
Beberapa kasus
ditemukan bahwa
sang ibu
melahirkan
sendiri di rumah
tanpa tenaga
penolong
persalinan (baik
bidan maupun
mama biang)
Pendatang
Pemeriksaan
kehamilan
dilakukan di
fasilitas kesehatan
formal
(Puskesmas,
Rumah Sakit,
Klinik Dokter
Spesialis
kandungan)
Terkadang
meminta bantuan
mama biang untuk
pemijitan
kandungan, tetapi
dengan izin dokter
Persalinan minimal
dengan bidan di
fasilitas kesehatan
yang lebih baik
daripada
Puskesmas
Miangas
Apabila meminta
bantuan mama
biang, maka
didampingi oleh
tenaga kesehatan
Pemeriksaan
kehamilan di
bidan puskesmas
dan mama biang
Sebisa mungkin
kembali ke
daerah asal
sebelum tanggal
melahirkan,
dikarenakan lebih
memilih
melahirkan di
tempat asal
daripada di
Miangas
347
Bab 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
348
349
Rekomendasi
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014, pembangunan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan
dan kepulauan menjadi sebuah prioritas, agar masyarakat yang
berada di daerah tersebut dapat dengan mudah menjangkau
350
351
DAFTAR PUSTAKA
352
353
GLOSARIUM
Alumbanua
Amummu
Ana'u wanua
Angin jahat
Teguran
roh-roh
mengakibatkan sakit
Bakuat
Mengejan
Bantahan
Bastan
Gaya-gayaan
Bully
Cap tikus
Cerai diatur
damai
Dukun Sembur
354
yang
dapat
Ciri
Lepas
Datu
Nenek Moyang
Dego-dego
Doi
Uang
Eha
Larangan
Gogel
Selingkuh
Hubungan gelap
Jubi
Kunci Tahun
Khosa
Kuasa kegelapan
Pengaruh
supranatural
yang
mengakibatkan keburukan dalam diri
Laluga
Lapis
Generasi
Larenosasua
Llanta'a
Meriam
355
Lemong
suwangi
Belimbing tunjuk
Makatana
Malatata
Malintuhalele
Mama biang
Bidan kampung
Manam'i
Mandi ombak
Mangelo
Manucu
Menusuk
Mata tinggi
Naik darah
Hipertensi
Nanguwanua
Nyare
Papancunge
356
Pedas
Pontiana
Raho
Ratumbanua
Roangan
Suku
Rumah Kubur
Nisan
Sabu
Sagu anuwwu
Sagu tanah
Salese
Salibabo api
Sangiang
Suar
Keringat
Tamako
Kapak
Tambor
Toki Tambur
Totok
Payudara
357
Urat naga
Wabbari
Plasenta
wabbari assiarre
wabbari biasa
wabbari jaha
wabbari urita
358
359
Meskipun buku ini telah selesai kami tuliskan, kritik dan saran
yang membangun tetap kami nantikan. Pada akhirnya kami sangat
berharap buku ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan bebasiskan evidence based local wisdom bagi
masyarakat Miangas.
Tim Peneliti
360