Vous êtes sur la page 1sur 376

Surga Dukun

MAMA BIANG:
DI NEGERI POILATEN
Etnik Talaud Kab. Kepulauan Talalud

Arief S.
Ade A.F
Rachmalina Soerachman

Penerbit

Unesa University Press

Arief S., dkk.

Surga Dukun MAMA BIANG:


DI NEGERI POILATEN
Etnik Talaud Kab. Kepulauam Talaud
Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15Surabaya
Telp. 031 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 8288598
Email: unipress@unesa.ac.id
unipressunesa@yahoo.com
Bekerja sama dengan:
PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Jl. Indrapura 17 Surabaya 60176
Tlp. 0313528748 Fax. 0313528749

xv, hal 360., Illus, 15,5 x 23


ISBN: 978-979-028-957-4
copyright 2016, Unesa University Press
All right reserved
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun baik
cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari penerbit

iii

SUSUNAN TIM
Buku seri ini merupakan satu dari tiga puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan 2015 pada 30 etnik di Indonesia.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan Kepala
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/V.1/221/2015, tanggal 2 Pebruari 2015,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina

: Kepala Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI

Penanggung Jawab

: Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan


Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Wakil Penanggung Jawab : Prof. Dr.dr. Lestari Handayani, M.Med (PH)


Ketua Pelaksana

: dr. Tri Juni Angkasawati, M.Sc

Ketua Tim Teknis

: drs. Setia Pranata, M.Si

Anggota Tim Teknis

: Dr. Gurendro Putro, SKM. M.Kes


Agung Dwi Laksono, SKM. M.Kes
drg. Made Asri Budisuari, M.Kes
dra. Rachmalina Soerachman, M.Sc.PH
drs. Kasno Dihardjo
dr. Lulut Kusumawati, Sp.PK

Sekretariat

: Mardiyah, SE. MM
Dri Subianto, SE

iii

Koordinator Wilayah:
1. Prof. Dr. dr. Lestari Handayani, M.Med (PH): Kab. Mesuji, Kab.
Klaten, Kab. Barito Koala
2. dr. Tri Juni Angkasawati, M.Sc: Kab. Pandeglang, Kab. Gunung
Mas, Kab. Ogan Komering Ulu Selatan
3. Dr.drg. Niniek Lely Pratiwi, M.Kes: Kab. Luwu, Kab. Timor Tengah
Selatan
4. drs. Kasno Dihardjo: Kab. Pasaman Barat, Kab. Kep. Aru
5. Dr. Gurendro Putro, SKM. M.Kes: Kab. Aceh Utara, Kab. Sorong
Selatan
6. dra. Suharmiati, M.Si. Apt: Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Sumba
Barat
7. drs. Setia Pranata, M.Si: Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Kab.
Sumenep, Kab. Aceh Timur
8. drg. Made Asri Budisuari, M.Kes: Kab. Mandailing Natal, Kab.
Bantaeng
9. dra. Rachmalina Soerachman, M.Sc.PH: Kab. Cianjur, Kab.
Miangas Kep.Talaud, Kab. Merauke
10. dr. Wahyu Dwi Astuti, Sp.PK, M.Kes: Kab. Sekadau, Kab. Banjar
11. Agung Dwi Laksono, SKM. M.Kes: Kab. Kayong Utara, Kab. Sabu
Raijua, Kab. Tolikara
12. drs. F.X. Sri Sadewo, M.Si: Kab. Halmahera Selatan, Kab. Toli-toli,
Kab. Muna

iv

KATA PENGANTAR
Penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat
di Indonesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan logika dan
rasional, sehingga masalah kesehatan menjadi semakin kompleks.
Disaat pendekatan rasional yang sudah mentok dalam menangani
masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat
kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk menyelesaikannya. Untuk
itulah maka dilakukan riset etnografi sebagai salah satu alternatif
mengungkap berbagai fakta kehidupan sosial masyarakat terkait
kesehatan.
Dengan mempertemukan pandangan rasionalis dan kaum
humanis diharapkan akan menimbulkan kreatifitas dan inovasi untuk
mengembangkan cara-cara pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.simbiose ini juga dapat menimbulkan rasa memiliki (sense
of belonging) dan rasa kebersamaan (sense of togetherness) dalam
menyelesaikan masalah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Tulisan dalam Buku Seri ini merupakan bagian dari 30 buku seri
hasil Riset Etnografi Kesehatan 2015yang dilaksanakan di berbagai
provinsi di Indonesia. Buku seri sangat penting guna menyingkap
kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah tertimbun agar dapat diuji
dan dimanfaatkan bagi peningkatan upaya pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan kearifan lokal.
Kami mengucapkan terima kasih pada seluruh informan,
partisipan dan penulis yang berkontribusi dalam penyelesaian buku
seri ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan
kesempatan pada Pusat Humaniora untuk melaksanakan Riset
Etnografi Kesehatan 2015, sehingga dapat tersusun beberapa buku
seri dari hasil riset ini.

Surabaya, Nopember 2015


Kepala Pusat Humaniora, kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI

Drg. Agus Suprapto, MKes

vi

DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

iii
v
vii
xi
xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................


1.1 Gambaran Umum Studi............................................
1.1.1 Latar Belakang Studi .....................................
1.1.2 Masalah dan Tujuan Studi ............................
1.1.3 Batasan Studi ................................................
1.1.4 Desain Studi ..................................................
1.1.5 Wilayah Kajian Studi .....................................
1.1.6 Kelemahan-kelemahan Studi .......................
1.2 Kajian Terdahulu.......................................................
1.3 Sistematika Buku ......................................................

1
1
1
11
12
12
18
18
19
22

BAB 2 ...........................................................................................
2.1 Sejarah Miangas Selayang Pandang .........................
2.1.1 Asal-usul .......................................................
2.1.2 Perkembangan Desa .....................................
2.2 Geografi dan Kependudukan ...................................
2.2.1 Gambaran Geografi ......................................
2.2.2 Kependudukan..............................................
2.3 Pola Tempat Tinggal .................................................
2.4 Sistem Religi .............................................................
2.4.1 Kosmologi .....................................................
2.4.2 Praktek Keagamaan ......................................
2.5 Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan ....................
2.5.1 Sistem Kekerabatan ......................................

24
24
30
39
53
53
71
82
91
91
109
119
119

vii

2.5.2 Sistem Kemasyarakatan dan Politik Lokal ....


2.6 Konsep Tentang Sehat dan Sakit ..............................
2.7 Bahasa ......................................................................
2.8 Kesenian ...................................................................
2.9 Mata Pencaharian ....................................................
2.10 Teknologi dan Peralatan ...........................................

134
156
161
167
171
175

BAB 3 POTRET BUDAYA KESEHATAN............................................


3.1 Implementasi Pembangunan Kesehatan di Miangas ..
3.2 Potret Status Kesehatan Ibu dan Anak.....................
3.2.1 Pra Hamil ......................................................
3.2.1.1 Masa Remaja ..................................
3.2.1.2 Kehamilan yang Tidak Diinginkan...
3.2.1.3 Pasangan Usia Subur Belum
Memiliki Anak .................................
3.2.1.4 Nilai Anak dan Pembatasan Jumlah
Anak ................................................
3.2.2 Hamil .............................................................
3.2.2.1 Upacara Pada Masa Kehamilan ......
3.2.2.2 Pantangan dan Keharusan Pada
Masa Hamil .....................................
3.2.2.3 Masa Kehamilan : Masa
Mendapatkan Perhatian.................
3.2.2.4 Pemeriksaan Kehamilan .................
3.2.3 Persalinan dan Nifas .....................................
3.2.3.1 Ritual Saat Persalinan .....................
3.2.3.2 Ritual Ibu Pasca Persalinan.............
3.2.3.3 Ritual Bayi APsca Dilahirkan ...........
3.2.4 Menyusui ......................................................
3.2.4.1 ASI Eksklusif dan Makanan Bayi .....
3.2.4.2 Pantangan Pada Saat Menyusui .....
3.2.5 Neonates, bayi dan Balita .............................
3.2.5.1 Pantangan Bayi ...............................

180
182
192
192
192
204

viii

214
218
220
220
220
222
224
226
226
236
240
244
244
246
247
247

3.3

3.4

3.5

3.6

3.2.5.2 Imunisasi dan Posyandu Balita .......


Potret Penyakit di Masyarakat .................................
3.3.1 Tuberculosis ..................................................
3.3.2 Panu ..............................................................
3.3.3 Diabetes Melitus...........................................
3.3.4 Naik Darah (Hipertensi) ................................
3.3.5 Khosa (Sesak Nafas) ......................................
Potret Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ...................
3.4.1 Persalinan dengan Tenaga Kesehatan ..........
3.4.2 Penimbangan Bayi dan Balita .......................
3.4.3 ASI Eksklusif ..................................................
3.4.4 Cuci Tangan Pakai Sabun ..............................
3.4.5 Jamban Sehat ...............................................
3.4.6 Aktivitas Fisik ................................................
3.4.7 Konsumsi Buah dan Sayur ............................
3.4.8 Tidak Merokok dalam Rumah ......................
3.4.9 Penggunaan Air Bersih .................................
3.4.10 Memberantas Jentik Nyamuk ......................
Sistem Pelayanan Kesehatan ...................................
3.5.1 Pelayanan Pengobatan Medis ......................
3.5.2 Pelayanan Pengobatan Tradisional ..............
3.5.2.1 Pelayanan Pengobatan makatana ..
3.5.2.2 Pelayanan Pengobatan dengan
kuasa dunia.....................................
3.5.2.3 Pelayanan Pengobatan dengan
Kuasa Tuhan ...................................
Health Seeking Behavior ..........................................
3.6.1 Mencari kesembuhan di Miangas ................
3.6.2 Puskesmas VS Pelayanan Kesehatan
Tradisional ....................................................
3.6.3 Dilematika Perujukan di Miangas .................

248
249
250
254
254
258
261
265
265
267
269
269
271
273
274
277
279
281
282
282
288
289
292
296
299
300
303
310

ix

BAB 4'MAMA BIANG' SURGA DI NEGERI POILATEN ......................


4.1 Kondisi Pelayanan Kesehatan di Perbatasan
Miangas ....................................................................
4.2 Adat Mangelo ...........................................................
4.3 Persalinan di Miangas, Antara Keinginan dan
Kenyataan .................................................................
4.4 Mama Biang dan Life Circle Anak Miangas ..............
4.5 Kehamilan dan Pijatan Jemari Mama Biang .............
4.6 Mama Biang, Bidadari Penolong di Tengah
Keterbatasan ............................................................
4.7 Kelahiran hingga Ritual Papancunge ........................
4.8 Remaja dan Ritual Mangelo .....................................
4.9 Mama Biang Surga di Negeri Poliaten ......................

312
312
322
325
333
334
337
339
340
341

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................... 348


5.1 Kesimpulan ............................................................... 348
5.2 Rekomendasi ............................................................ 350
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 352
GLOSARIUM ................................................................................... 354
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................. 359

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1

Matriks Pola Pemilihan Tenaga


Penolong Persalinan dengan kondisi
Sosial Ekonomi di Miangas Tahun 2015................. 345

Tabel 3.2

Matriks Pola Pemilihan Tenaga


Penolong Persalinan dengan kondisi
Sosial Ekonomi di Miangas Tahun 2015................. 347

xi

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5

Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


di Kabupaten Talaud Pada Tahun 2009 2013.
Genelogi Keluarga Marga Ratujuri yang
Merujuk Sopu dan Tinuri ..................................
Peta Perbandingan Jarak Miangas ke Davao dan
melong...............................................................
Temperatur .......................................................
Curah Hujan ......................................................
Peringatan menjaga kebersihan sumber air .....
Desa miangas dari Drone ..................................
Peta Pemukiman Desa ......................................
Lantaa ( Meriam Penjaga) ................................
Pelangi di Pulau Miangas yang tiba-tiba muncul .....
Makam dulu dan kini bergaya berundak dan
kepala nisan besar.........................................
Ritual Larenosasua di halaman gereja .............
Ritual ManamI ..................................................
Nanguwanua (Mangkubumi 2), Bapak Awalla wafat.
Brosur kesehatan berbahasa Talaud .................
Tarian dan kerajinan Tikar .................................
Batu Mura..........................................................
Puskesmas Miangas ..........................................
Kegiatan Posyandu, Imunisasi dan
Pemeriksaan Ibu Hamil.....................................
Satu-satunya data tentang Balita yang
didapatkan oleh peneliti Di lapangan ...............
Salah satu rutin remaja yang diatur oleh ada
yaitu ibadah minggu ..........................................
Talut pinggih pantai tempat favorit para remaja
menunggu senja ...............................................

8
39
54
62
63
71
90
90
94
103
108
113
117
119

166
171
179
183
184

191
198
200

xiii

Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Gambar 3.12
gambar 3.13
Gambar 3.14
Gambar 3.15
Gambar 3.16
Gambar 3.17
Gambar 3.18
Gambar 3.19
Gambar 3.20
Gambar 3.21
Gambar 3.22
Gambar 3.23
Gambar 3.24
Gambar 3.25
Gambar 3.26
Gambar 3.27

xiv

Penyakit urat naga yang diderita Informan TL.......


Pemerikasaan LILA ibu Hamil pada kegiatan Posyandu....
Kondisi ruang bersalin di Puskesmas Miangas ..
Peralatan persalinan yang dimiliki
oleh seorang mama biang ................................
Tumbuhan alang-alang yang dipakai sebagai
bahan ramuan Makatana ..................................
Ritual Papancunga saat mama biang
menyuapkan hidangan ke bayi..........................
Ritual papancunge, hidangan yang wajib
diberikan kepada si bayi ....................................
Sagu Tanah yang sudah dijadikan tepung .........
Ibu Muda yang member bubur sagu tanah
kepada bayinya Yang berusia 5 bulan ..............
Posyandu ...........................................................
Daun Saibanua ..................................................
Komplikasi Diabetes mellitus pada
salah seorang informan .....................................
Kegiatan penimbangan balita di Posyandu .......
Perilaku dan tradisi pemberian sagu tanah
pada bayi mulai berusia 3 bulan .......................
Kebiasaan anak Miangas bermain sambil
memakan camilan di pasir ................................
Seorang anak yang bisulan sedang memegang
makanan selagi bermain Di pasir ......................
Salah satu jamban milik warga ..........................
Aktivitas warga bekerja di kebun ......................
Aktivitas sore bermain Voli ...............................
Perkebunan Sayur Warga ..................................
Daun Bawang dan cabe rawit yang ditanam
secara Mandiri ...................................................
Menu makanan masyarakat ketika musim ikan

217
224
229
229
236
242
242
245
246
259
253
256
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277

Gambar 3.28
Gambar 3.29
Gambar 3.30
Gambar 3.31
Gambar 3.32
Gambar 3.33
Gambar 3.34
Gambar 3.35
Gambar 3.36
Gambar 3.37
Gambar 3.38
Gambar 3.39
Gambar 3.40
Gambar 3.41
Gambar 3.42
Gambar 3.43
Gambar 3.44

Perilaku merokok di masyarakat .......................


Sumber air bersih utama masyarakat ...............
Masyarakat yang mengangkut air secara mandiri ..
Salah Satu Drum penyimpanan air warga .........
Spanduk 3M yang dipajang di depan pintu puskesmas .
Akses Jalan menuju puskesmas Induk ..............
Puskesmas Pembantu (Pustu) ...........................
Seorang calon Mama Biang yang
Sedang melakukan pengobatan Makatana ......
Salah satu tumbuhan ( Sereh) yang
dipakai dukun Makatana membuat ramuan ....
Peralatan yang digunakan , Batu Putih, Sumpit
dan Pisau Putih ..................................................
Salah satu cara pengobatn dengan
menggunakan media sumpit .............................
Salah satu cara pengobatan dengan
menggunakan media pisau putih .....................
Media Penyembuhan yang dipakai Ibu AT........
Seorang anak yang membeli obat bebas
untuk keluarganya di warung ............................
Kondisi tenaga kesehatan dan pasien di puskesmas.....
Kondisi obat-obatan di apotik puskesmas ........
Salah satu kebijakan di Puskesmas ...................

278
280
280
281
282
284
284
290
291
293
295
296
298
301
305
306
307

xv

Bab 1
PENDAHULUAN
1.1
Gambaran Umum Studi
1.1.1 Latar Belakang Studi
Pencapaian-pecapaian pembangunan yang sudah dilaksanakan
di Republik Indonesia dalam tiga dekade terakhir menunjukan
fenomena kemajuan yang sangat besar. Pencapaian tujuan
pembangunan tersebut meliputi persoalan penurunan tingkat
kemiskinan yang ekstrim, menaikkan jumlah angka kelulusan pada
tingkat pendidikan dasar. Bahkan pencapain dalam pembangunan
kesehatan juga nampak sukses berupa pengurangan munculnya
insiden angka malaria dan TBC.
Dibalik kesuksesan pencapaian pembangunan tersebut,
ternyata aspek Kesehatan Ibu dan Anak masih menyisakan persoalan
yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan Survey Demografi
Indonesia (SDKI) 2012 memberikan data bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) 359/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian bayi (AKB)
32/1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat kematian balita
terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian

bayi terjadi pada periode neonatus1. Berdasar kesepakatan global


(Millenium Development Goal/MDGs 2000) diharapkan tahun 2015
terjadi penurunan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB
menjadi 23/1000 kelahiran hidup.
Mengacu pada hal di atas, pemerintah hingga kini masih
bekerja keras untuk merealisasikannya. Pembangunan Kesehatan
pada tahun 2010-2014 diprioritaskan pada peningkatan kesehatan
ibu, bayi, Balita dan Keluarga Berencana (KB). Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan memerlukan terobosan baru untuk
meningkatkan kesehatan ibu, bayi, Balita dan Keluarga Berencana2.
Upaya-upaya terobosan pemerintah telah banyak dibuat,
seperti kebijakan pembiayaan persalinan Jaminan Persalinan
(Jampersal) yang dikeluarkan mulai bulan Maret 20113. Namun,
penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat di
Indonesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan logika dan
rasional, sehingga masalah kesehatan menjadi semakin komplek.
Disaat pendekatan rasional yang sudah mentok dalam menangani
masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat
kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan masalah
kesehatan masyarakat4.
Contohnya adalah buku yang ditulis Gutomo Priyatmono yang
berjudul Bermain dengan Kematian: Potret Kegagalan Pembangunan
Kesehatan Monokultur di Negeri 1001 Penyakit, merupakan salah satu
contoh bagaimana pembangunan di sektor kesehatan telah
memarginalkan atau bahkan membunuh berbagai bentuk kreasi dan
1

Badan Pusat Statistika, 2012. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Badan Pusat Statistika, Macro International, Bappenas.
2
Laksono A.D., Setia P., Wahyu D.A., 2014. Positioning Dukun Bayi. Yogyakarta:
Kanisius.
3

Ibid.

Protokol Penelitian Riset Etnografi Kesehatan 2015. Surabaya; Pusat Humaniora,


Kebijakan Kesehatan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Badan Litbangkes.

pengetahuan lokal. Pembangunan nasional yang seharusnya bersifat


multikultur dalam praktek menjadi tereduksi ke dalam kebijakan yang
bersifat monokultur yang berakibat membatasi ruang gerak
masyarakat. Ringkasnya, menurut Gutomo Priyatmono, pembangunan
kesehatan di bidang malaria telah membunuh pengetahuan lokal
tentang kesehatan masyarakat dalam kaitannya dengan pengetahuan
penyakit malaria itu sendiri. Pengetahuan masyarakat tentang
penyakit dan pengobatan malaria yang secara kultur telah ada
sebelum kebijakan pemerintah masuk menjadi termarginalkan dan
justru mendatangkan kebingungan masyarakat yang bersangkutan5.
Oleh sebab itu, harus disadari sepenuhnya bahwa masalah
kesehatan masyarakat tidak bisa lepas dari faktor sosial, budaya dan
lingkungan dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor tradisi,
kepercayaan, konsepsi dan pengetahuan masyarakat mengenai
berbagai hal seringkali membawa dampak positif dan negatif terhadap
kesehatan. Pemahaman tentang nilai budaya yang berkaitan dengan
kesehatan menjadi penting untuk diperhatikan. Nilai budaya ini bisa
menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dengan mempertemukan pandangan rasional dan indigenous
knowledge (al. kearifan lokal) maka akan menimbulkan kreatifitas dan
inovasi untuk mengembangkan cara-cara pemecahan masalah
kesehatan masyarakat. Hal ini akan menimbulkan rasa memiliki (sense
of belonging) dan rasa kebersamaan (sense of togetherness) dalam
menyelesaikan masalah dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Dengan mengetahui budaya suatu etnik diharapkan dapat
membantu kelancaran dan keberlangsungan setiap program, karena
sentuhan budaya sebagai katalisator atau pelumas intervensi atau
5

Heru Nugroho (Mewaspadai Pembangunan yang Menggusur Lokalitas) sebuah


Pengantar dalam buku Bermain dengan Kematian: Potret Kegagalan Pembangunan
Monokultur di Negeri 1001 Penyakit

perubahan. Semakin disadari budaya tidak bisa diabaikan dalam


mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Karena itu riset tentang
budaya kesehatan masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan sangatlah penting untuk dilakukan. Pemahaman budaya
secara spesifik, dengan menggali kearifan lokal akan dapat digunakan
sebagai strategi upaya kesehatan dengan tepat secara lokal spesifik.
Masalah kesehatan yang lokal spesifik terkait dengan sosial
budaya setempat perlu digali guna mengetahui permasalahan
mendasar sehingga perlu dilakukan perbaikan atau diberdayakan bagi
budaya yang berdampak positif bagi kesehatan. Dengan demikian
kekayaan budaya Indonesia yang baik dapat terus dikembangkan,
dilestarikan dan dimanfaatkan secara lokal bahkan bila
memungkinkan secara nasional. Berdasar budaya yang sudah
terpantau tersebut program kesehatan dapat dirancang untuk
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak sesuai dengan
permasalahan lokal spesifik. Dalam proses ini pendekatan budaya
merupakan salah satu cara yang penting dan tidak bisa diabaikan.
Masalah kesehatan tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor
sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya antara
lain kepercayaan, pengetahuan, praktek atau perilaku mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan
kondisi sehat-sakit, kebiasaan, dan pengetahuan tentang kesehatan,
dapat membawa dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan.
Hasil temuan Riset Etnografi Kesehatan 2012 dan 2014 di
beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan masalah kesehatan
terkait budaya kesehatan. Kepercayaan tentang hal-hal mistis masih
melekat kuat pada budaya mereka, antara lain mitos bahwa ibu hamil
rentan untuk diganggu oleh roh jahat sehingga ibu hamil harus
menjalani ritual dan memakai jimat serta mematuhi pantangan dan
larangan agar terhindar dari gangguan roh jahat. Pantangan

mengkonsumsi makanan yang justru mengurangi asupan pemenuhan


gizi ibu hamil sangat mempengaruhi status gizi ibu hamil.
Hasil riset tersebut di atas menggambarkan bahwa banyak
modal sosial yang dimiliki masyarakat dari berbagai suku yang bisa
dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan. Menurut Bank Dunia
(2011) dalam Rocco & Suhrcke (2012), modal sosial bukan hanya
sejumlah gabungan dari institusi dalam masyarakat namun
merupakan perekat yang mengikat keseluruhan tersebut yang dapat
menghasilkan luaran sosial dan/atau ekonomi yang menguntungkan.
Koordinasi akan muncul mengikuti keuntungan-keuntungan potensial
yang ada, kemudian diikuti munculnya kepercayaan dalam interaksi
sosial yang terwujud6.
Kekayaan budaya Indonesia dari berbagai macam suku bangsa
yang tersebar di seluruh Indonesia telah mewarnai upaya kesehatan.
Upaya kesehatan bisa berupa pelayanan konvensional maupun
tradisional dan komplementer berupa kegiatan preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif. Upaya kesehatan diselenggarakan guna
menjamin tercapai derajat kesehatan masyakarat setinggi-setingginya.
Dalam hal pelayanan kesehatan meliputi pula pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat, di dalam termasuk pengobatan dan cara-cara
tradisional yang terjamin keamanan dan khasiatnya.
Salah satu cara mendekati kearifan lokal ini adalah dengan
metode etnografi. Etnografi mencoba mendalami masyarakat,
menceritakan dengan detail setiap peristiwa yang terjadi, mencoba
memahami pola dan mengaitkannya dengan konteks sosial, budaya
dan ekonomi masyarakat sehingga bias menghasilkan deskripsi yang
holistik. Studi etnografi memperpendek jarak antara peneliti dengan
obyek penelitian, sehingga pendekatan yang dipakai untuk
menangkap pola keseharian dan pola kesehatan masyarakat menjadi
tidak berjarak.
6

Rocco L, Suhrcke M., 2012. Is social capital good for health? A European
perspective. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.

Penelitian Etnografi Kesehatan ini difokuskan untuk


menangkap sisi budaya yang selama ini kurang diperhatikan. Tulisan
ini akan membahas persepsi sehat dan sakit pada Etnik Talaud di
Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Etnik Talaud
merupakan penduduk asli yang tersebar di Kepulauan Talaud. Secara
khusus tulisan dalam buku ini akan memfokuskan pada Etnik Talaud
yang tinggal di Kecamatan Khusus Miangas.
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari
Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten ini membawahi 19 kecamatan
yang tersebar di 17 Pulau, yaitu 11 kecamatan di Pulau Karakelang, 4
kecamatan di Pulau Salibabu, 2 kecamatan di Pulau Kabaruan, 1
kecamatan di Kepulauan Nanusa, dan yang terakhir 1 kecamatan
khusus di Pulau Miangas7. Secara umum status kesehatan di
Kabupaten Kepulauan Talaud menurut Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM) pada tahun 2013 menduduki peringkat
326 dari 497 kabupaten di Indonesia. Secara khusus, kabupaten ini
berada di peringkat 12 dari 15 kabupaten yang ada di Sulawesi Utara8.
Disamping itu, Kabupaten Kepulauan Talaud juga merupakan
salah satu Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) yang
berbatasan langsung dengan Negara Philipina, khususnya di
Kecamatan Khusus Miangas dan Kecamatan Nanusa9. Merujuk pada
arah dan strategi nasional dalam RPJMN 2010-2014, disebutkan
bahwa salah satu sasaran prioritas nasional adalah pembangunan dan
pengembangan kesehatan khususnya ditujukan pada Daerah
Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) yang berada di wilayah
perbatasan dengan negara tetangga. Prioritas pembangunan
7

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2014, Kepulauan Talaud dalam
Dalam Angka. Melonguane; BPS Kabupaten Kepulauan Talaud.
8

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2014.


Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Kemenkes RI.
9

Taulu L.A, Bahtiar, 2013. Profil Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil Dan Daerah
Perbatasan Sulawesi Utara.

kesehatan di DTPK dimaksudkan agar masyarakat yang berada di


daerah tersebut dapat dengan mudah menjangkau pelayanan
kesehatan yang terjangkau dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan (Kemenkes, 2012)10.
Hal ini menunjukan bahwa pembangunan kesehatan di
Kabupaten Kepulauan Talaud khususnya daerah yang termasuk dalam
kategori DTPK menjadi sangatlah penting. Pelayanan kesehatan di
DTPK, ditujukan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di DTPK. Tentunya dengan memperhatikan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat setempat serta sesuai dengan
perkembangan dan permasalahan yang dihadapi tanpa menimbulkan
culture shock bagi masyarakat11.
Pada prinsipnya, pelayanan kesehatan di DTPK sama dengan
pelayanan di tempat lainnya. Akan tetapi, dalam pelaksanaan dan
tahapan kegiatan diperlukan pendekatan yang berbeda. Mengingat
adanya karakteristik dan hambatan yang berpengaruh secara
mendasar, salah satunya yaitu kondisi budaya sosial, ekonomi yang
masih tertinggal. Tujuan akhir (impact) peningkatan akses pelayanan
kesehatan di DTPK adalah meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat sehingga terjadi
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Impact lain yang
juga perlu dicegah adalah kekecewaan masyarakat. untuk mencapai
IPM, perlu dicapai outcome yang sesuai seperti Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM).
Salah satu indikator penilaian IPKM adalah aspek Kesehatan
Ibu. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Kepulauan
Talaud Tahun 2013 dapat dilihat dalam beberapa indikator, salah satu
indikatornya adalah proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
10

Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan


Kesehatan di DTPK. Jakarta; Kemenkes RI.
11

Ibid.

kesehatan. Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan pada


tahun 2013 di Kabupaten Kepulauan Talaud mencapai 85%. Angka
tersebut meningkat sejak 4 tahun terakhir, yaitu : 80,3% tahun 2010,
83,4% tahun 2011 dan 81,9% pada tahun 2012.Lebih jelas dapat
dilihat pada gambar berikutnya. Nilai cakupan Persalinan yang di
tolong oleh Tenaga Kesehatan pada tahun 2013, ternyata belum
mencapai target MDGs.Target MDGs diharapkan pada tahun 2015
cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 90%12.

Gambar 1.1.
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Talaud Pada
Tahun 2009 - 2013
Sumber: Bidang UPK Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2013

Salah satu faktor yang berhubungan dengan pemilihan


penolong persalinan adalah masih eratnya hubungan antara mama
biang (dukun bersalin) dalam kehidupan masyarakat Etnik Talaud.
Kedekatan mama biang dengan ibu hamil sudah dimulai jauh sebelum
si ibu memeriksakan kandungannya di fasilitas kesehatan formal yang
ada. Selain itu, peran mama biang sendiri tak bisa dilepaskan dari

12

Dinkes Kabupaten Kepulauan Talaud, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten


Kepulauan Talaud. Melonguane; Dinkes Kabupaten Kepulauan Talaud.

lingkup tradisi ibu dan anak yang sudah melekat pada sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
Menurut Setyawati (2010) perilaku pemilihan penolong
persalinan dukun sebagai aktor lokal dipercaya oleh masyarakat
sebagai tokoh kunci terutama yang berhubungan dengan
kesehatan dan keselamatan. Pada kasus persalinan, dukun tidak
hanya berperan saat proses tersebut berlangsung, namun juga pada
saat upacara-upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan
bagi ibu dan anaknya seperti upacara tujuh bulanan kehamilan
sampai dengan 40 hari setelah kelahiran bayi. Aktivitas ini
tentunya tidak sama dengan apa yang dilakukan bidan sebagai tenaga
paramedis, dan hal ini juga lah yang membuat dukun memiliki
tempat terhormat dan kepercayaan yang tinggi di masyarakat13.
Hal serupa ternyata juga ditemukan pada Riset Etnografi
Kesehatan Tahun 2012 dan 2014 yang dilakukan di beberapa wilayah
di Indonesia. Hasil riset tersebut menunjukkan pemasalahan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang terkait budaya kesehatan. Dukun
bayi masih berperan dalam menolong persalinan pada Etnik Aceh
(Kab. Aceh Barat), Baduy Dalam (Kab. Lebak), Kaili Daa (Kab. Mamuju
Utara), dan Melayu Jambi (di Kab. Sarolangun)14. Pilihan utama untuk
persalinan dilakukan di rumah dan dibantu oleh dukun karena ibu
merasa aman dari gangguan roh jahat serta nyaman karena ditunggui
keluarga. Selain itu, pemotongan tali pusat dengan sembilu (bambu
yang ditipiskan dan berfungsi seperti pisau) masih banyak digunakan
untuk memotong tali pusat bayi yang baru dilahirkan. Sembilu (betop)
masih digunakan untuk potongtali pusat di beberapa daerah
penelitian antara lain Kab. Sampang, Manggarai, Murungraya, Gayo
13

Setiawati, Gita, 2010. Modal Sosial Dan Pemilihan Dukun Dalam Proses
Persalinan: Apakah Relevan?. Makara, kesehatan vol 14, no.1 Juni 2010: 11-16.
14
Afreni M., Amalian T., Rizaldi, Rahanto S., 2014. Kesembuhan Mulia Mamoh
Ranub. Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat. Buku Seri Etnografi Kesehatan 2014.
Jakarta: LPB.

lues, Bantul, Seram Bagian Timur, Toraja Utara, Mamasa dan


Pengunungan Bintang (Kemenkes 2012)15.
Disamping itu, terdapat juga penggunaan ramuan yang berasal
dari berbagai tumbuhan, baik yang diminum, dibalurkan ke badan
maupun yang dimasukkan ke luang vagina, juga dipercaya dapat
mempercepat kesembuhan dan mengeringkan vagina ibu setelah
melahirkan. Selain itu kebiasaan pijat baik pada ibu paska melahirkan
maupun pada bayi yang baru lahir dengan air dingin, di sungai, danau
atau sumber air lain, akan menjadikan bayi lebih kuat baik fisik
maupun mentalnya. Namun hal ini akan beresiko terhadap kesehatan
bayi yaitu terjadinya hipotermi16.
Dari temuan-temuan tersebut maka sangat penting melihat
permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan hubungannya
dengan budaya kesehatan yang ada pada Etnik Talaud. Oleh sebab itu,
tematik yang dipilih dalam studi ini adalah aspek Kesehatan Ibu dan
Anak khususnya mengenai peran mama biang (dukun bersalin) yang
menjadi alternatif penolong persalinan masyarakat Etnik Talaud,
khususnya yang bermukim di Kecamatan Khusus Miangas.
Pengangkatan tematik ini dipandang penting, sebab salah satu
poin penting dalam pengurangan insiden Angka Kematian Ibu dan Bayi
(AKI dan AKB) adalah ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan. Pemilihan mama biang (dukun
bersalin) yang menjadi salah satu alternatif tenaga persalinan
tentunya tak terlepas dari keberadaan mama biang itu sendiri dalam
faktor sosial dan budaya masyarakat setempat. Dengan mendalami
aspek sosial budaya dan potret kesehatan masyarakat Etnik Talaud
khususnya yang bermukim di Kecamatan Khusus Miangas, diharapkan
15

Kemenkes RI, 2012. Laporan Hasil Riset Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012.
Surabaya: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Badan Litbangkes.
16

Ibid.

10

dapat menjadi sebuah informasi yang penting dalam menyusun


kebijakan berbasis local spesific dan evidence based local wisdom.
Diharapkan dengan kebijakan ini, masyarakat tidak akan mengalami
culture shock dalam pengimplementasian intervensi kesehatan yang
diberikan.
Adapun pertanyaan pada studi ini adalah 1) bagaimana
konteks sosial budaya pada Etnik Talaud; 2) bagaimana konteks situasi
kesehatan yang meliputi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Penyakit
Menular (PM), Penyakit Tidak Menular (PTM), serta Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS); 3) bagaimana keterkaitan antara unsur
budaya dengan permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
khususnya peranan mama biang dalam studi ini.
1.1.2 Masalah dan Tujuan Studi
Studi ini mengambil topik budaya kesehatan dan dilaksanakan
di beberapa wilayah tertentu di Indonesia dengan kategori kabupaten
bermasalah berat kesehatan berdasarkan hasil Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM). Studi ini diharapkan menjawab
beragam aspek potensi budaya masyarakat secara menyeluruh terkait
masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Penyakit Tidak Menular (PTM),
Penyakit Menular (PM), dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Secara umum studi ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh aspek potensi budaya masyarakat
terkait masalah kesehatan yang meliputi Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Penyakit Tidak Menular (PTM), Penyakit Menular (PM), dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Lebih spesifik lagi tujuan yang
ingin dicapai meliputi: 1) mendeskripsikan dan menganalisis secara
mendalam kebudayaan setempat dalam rangka memahami masalah
Kesehatan Ibu dan Anak pada Etnik Talaud di Kabupaten Kepulauan
Talaud, dan 2) menyusun rekomendasi berdasarkan kearifan lokal
untuk menyelesaikan masalah-masalah Kesehatan Ibu dan Anak.

11

1.1.3 Batasan Studi


Studi ini dilaksanakan dalam waktu 32 hari ( 3 Mei 5 Juni
2015) dengan mengambil subyek penelitian Etnik Talaud yang tinggal
atau menetap di Kecamatan Khusus Miangas, Kabupaten Kepulauan
Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Adapun ruang lingkup masalah studi,
yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Penyakit Tidak Menular (PTM),
Penyakit Menular (PM), dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Namun secara spesifik, ruang liangkup yang akan digali secara
mendalam adalah dalam lingkup Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
merupakan indikator dasar dalam pemilihan lokasi studi ini. Secara
umum, berdasarkan IPKM tahun 2013, Kabupaten Kepulauan Talaud
menduduki peringkat 326 dari 497 kabupaten di Indonesia dan
peringkat 12 dari 15 kabupaten di Sulawesi Utara17. Disamping itu,
Kabupaten Kepulauan Talaud, khususnya Kecamatan Khusus Miangas
merupakan salah satu Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK) yang berbatasan dengan negara Philipina. Sehingga, penting
dialakukan kajian yang mendalam tentang akulturasi dengan warga
negara Philipina serta perilaku pemilihan pelayanan kesehatan yang
dilakukan masyarakat di perbatasan Miangas-Philipina. Berdasarkan 2
alasan tersebut, maka Etnik Talaud yang menetap di Kecamatan
Khusus Miangas dinilai memenuhi kriteri pemilihan lokasi studi.
1.1.4 Desain Studi
Studi ini didesain dengan menggunakan pendekatan etnograf
modern yang masuk dalam kategori aliran antropologi kognitif.
Menurut kajian Goodenough (1957)18 budaya dalam suatu masyarakat
17

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2014.


Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Kemenkes RI.
18

Goodenough, Ward H, 1957, "Cultural Anthropology and Linguistics:, dalam


Report of the Seven th Annual Round Table Meeting on Lingustics and Language
Study. (Penyunting P. Garvin). Washington D.C.: Georgetown University

12

terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercaya


seseorang agar dia dapat berperilaku sesuai dengan cara yang
diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, budaya bukanlah sebuah
fenomena yang sifatnya material yang terdiri dari artefak-artefak
kebendaan, emosi dan perilaku, namun budaya merupakan suatu
bentuk pengorganisasian mengenai segala hal tersebut. Budaya
merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang
ditempatkan di dalam alam pikirannya dan melalui pikiran inilah,
manusia akan mempersepsikan, menghubung-hubungkan dan
akhirnya menginterpretasikan mengenai beragam hal.
Pemilihan pendekatan etnografi modern yang mengkaji bidang
kesehatan ini, lebih didasarkan pada persoalan yang dikaji dalam
penelitian ini berupa pengetahuan masyarakat Desa Miangas yang
secara dominan ber-etnis Talaud mengenai kesehatan. Untuk itulah,
dalam penelitian ini sangat membutuhkan beragam data yang aktual
dan kontekstual. Data-data tersebut akan diperoleh melalui metode
pengumpulan data berupa pengamatan terlibat, wawacara
terstruktur, pengumpulan cerita-cerita kehidupan. Kedua, pemilihan
pendekatan etnografis lebih disebabkan pada persoalan keterkaitan
antara persoalan yang dikaji dengan sejumlah data primer dan subyek
penelitian yang tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan latar belakang
habitat aslinya. Subyek tidak bisa dicerabut dari akar kehidupan
sehari-harinya.
Pengetahuan mengenai kesehatan merupakan fenomena yang
sifatnya partikular-karakteristik. Hal ini membutuhkan sebuah
penjelasan yang lebih mendalam dan spesifik. Dalam penelitian ini,
peneliti mencari sesuatu yang umum dan khusus dari sebuah kasus,
namun hasil akhirnya selalu menyajikan sesuatu yang unik dan
spesifik.
Dengan demikian, etnografi kesehatan merupakan kegiatan
yang mendeskripsikan suatu kebudayaan secara holistik dan
mendalam khususnya berkaitan dengan persoalan kesehatan

13

masyarakat. Bagaimana mereka membangun konsep, berperilaku dan


menciptakan artefak dalam konteks kesehatan. Dalam riset ini,
peneliti akan memaparkan segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan subyek dan konteks kehidupannya. Oleh sebab itu, peneliti
wajib langsung turun ke lapangan untuk mencari data melalui
informan. Tujuan utama dalam aktifitas ini adalah untuk memahami
suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli19.
Adapun kerangka konsep studi disusun berdasar teori Blum
tentang status kesehatan dan unsur-unsur budaya dari
Koentjaraningrat. Kerangka konsep yang digunakan dalam
mempelajari status kesehatan dipengaruhi oleh: perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Lingkungan terdiri dari
lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya. Terkait dengan tujuan
penelitian yang akan mengkaji budaya kesehatan, maka tujuh unsur
budaya merupakan kajian pokok untuk menggali budaya setempat
yaitu: 1) alam, kedudukan dan tempat tinggal; 2) organisasi sosial dan
sistem kekerabatan; 3) sistem teknologi; 4) sistem pengetahuan; 5)
sistem mata pencaharian; 6) sistem religi; dan 7) kesenian20.
Dalam proses pencarian data yang berkaitan dengan ketujuh
unsur budaya dalam kaitan dengan kesehatan tersebut, perlu adanya
prosedur yang perlu dilalui. Secara bertahap, pencarian data harus
dilakukan melalui beberapa rangkaian pentahapan seperti melakukan
observasi kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat, observasi
melalui keterlibatan atau partisipatif, wawancara mendalam, simak
(mendengarkan) dan studi pustaka. Pengamatan dan wawancara
mendalam melalui keterlibatan di dalam kehidupan masyarakat
merupakan tahapan yang paling dominan dalam proses pencarian
data dan menjadi elemen paling penting dalam riset etnografi.
Terlebih dalam konteks ini, kehadiran peneliti merupakan bagian dari
19

Spradley, James P., 1997. Metode Etnografi (terjemahan). Yogyakarta: Tiara


Wacana.
20
Koentjaraningrat, 2011. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

14

instrumen penelitian yang tidak bisa dipisahkan. Oleh sebab itu,


pentingnya nilai "kehadiran" peneliti sebagai instrumen berimplikasi
pada tidak adanya toleransi untuk menggantikan kehadirannya oleh
orang lain atau digantikan dalam bentuk instrumen yang lain.
Sebagai konsekuensi, dimana peneliti sebagai instrumen
penelitian, peneliti harus tinggal di lokasi penelitian dalam jangka
waktu yang panjang. Lamanya kehadiran peneliti dalam kehidupan
masyarakat memungkinkan peneliti dapat menggambarkan secara
detail kondisi lingkungan geografis dan menangkap fenomena budaya
yang dilakukan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan
kesehatan. Untuk memperoleh kedalaman informasi yang dapat
menggambarkan realitas yang sesungguhnya, peneliti perlu
melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview)
kemudian diikuti dengan tahap triangulasi. Ketekunan, kesungguhan,
dan lamanya peneliti tinggal di kehidupan masyarakat yang ditelitinya
akan menentukan reliabilitas (keajegan) data yang diperoleh. Agar
penggalian data dapat terfokus pada masalah budaya kesehatan,
peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara sebagai
panduan menggali informasi kepada para informan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian di Desa Miangas menggunakan
alur penelitian maju bertahap (The Development Research Sequence).
Teknik ini didasarkan pada 5 prinsip, yaitu: teknik tunggal, identifikasi
tugas, maju bertahap, penelitian orisinal, dan problem solving.
Pertama, dalam penelitian etnografi, peneliti dapat melakukan
berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase
penelitian, seperti wawancara etnografik, observasi partisipasi,
membuat peta genealogis, dan sebagainya. Kedua, peneliti mengenali
langkah-langkah pokok yang harus dilakukan dalam menjalankan

15

teknik tersebut. Dalam teknik wawancara etnografis Spradley21


menggariskan 12 langkah pokok, yaitu: (1) menetapkan informan, (2)
mewawancarai informan, (3) membuat cacatan etnografis, (4)
mengajukan pertanyaan deskriptif, (5) melakukan analisis wawancara,
(6) membuat analisis domain, (7) mengajukan pertanyaan struktural,
(8) membuat analisis taksonomik, (9) mengajukan pertanyaan kontras,
(10) membuat analisis komponen, (11) menentukan tema-tema
budaya, dan (12) menulis etnografi.
Ketiga, setiap langkah pokok tersebut sebaiknya dijalankan
secara berurutan atau maju bertahap. Keempat, peneliti melakukan
proyek penelitian secara sungguh-sungguh. Kelima, teknik alur
penelitian maju bertahap didasarkan pada pandangan Spradley 22
bahwa ilmu harus mempunyai kegunaan praktis dalam menyelesaikan
masalah-masalah kemanusiaan.
Jenis data yang didapatkan meliputi data primer berupa
pengetahuan (cara, prosedur, dan tahapan) yang dimiliki oleh
masyarakat Desa Mingas. Data ini diperoleh melalui hasil wawancara
mendalam dan pengamatan. Kemudian data sekunder yang
dibutuhkan berasal dari berbagai dokumen hasil penelitian
sebelumnya melalui penelusuran dokumen dan pustaka terkait
budaya dan permasalahan kesehatan di Etnik Talaud khususnya di
Kecamatan Khusus Miangas, kemudian dokumen-dokumen yang
berwujud data monografi desa maupun data kesehatan yang tercatat
di puskesmas. Data sekunder diperlukan untuk memperkuat,
melengkapi, atau menguji kebenaran data yang diperoleh dari
informan. Data visual diperoleh dari pengambilan gambar dan film
dengan menggunakan kamera.
21

Spradley, James P., 1997. Metode Etnografi (terjemahan). Yogyakarta: Tiara


Wacana.
22
Marzali, Amri, 2007, Antropologi & pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana hal

xvi-xvi.

16

Informan terpilih yang dilibatkan menjadi subyek dalam


penelitian etnografi ini adalah orang-orang yang memiliki pengalaman
dan kemampuan mengartikulasikan pengalaman dan pandangannya
tentang pengetahuan budaya dan kesehatan. Informan terpilih
tersebut, yaitu: pertama, sejumlah tokoh adat seperti Mangkubumi 1
dan dua, ketua-ketua marga, pendeta, kepala desa, guru dan tokoh
masyarakat, Kedua, para pelaku pencari kesehatan di Desa Miangas
baik penduduk setempat maupun pendatang, Ketiga, sejumlah
pejabat birokrasi terutama yang terlibat dalam aktifitas kesehatan di
Desa Miangas.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan metode deskripsi, interpretasi fungsi dalam
sudut pandang emik dan etik, analisis keterkaitan dari data yang
ditemukan, komparasi data sekunder dan data primer, serta
triangulasi data. Adapun prosedur awal dalam teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertama, melakukan tahap
reduksi data berwujud memisahkan antara data yang relevan dan
kurang relevan, kedua melakukan pen- display -an data, yaitu dengan
melakukan pengkategorian data, ketiga melakukan tahap verifikasi,
dan penarikan simpulan 23.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa setelah data penelitian
baik primer maupun sekunder terkumpul, peneliti akan mereduksi
sekaligus juga mengkategorikan data mentah untuk diklasifikasi sesuai
dengan tujuan penelitian. Data yang sudah tereduksi dan sudah
diklasifikasikan ditampilkan (di-display), serta diverifikasi kembali
untuk meminimalisir kesalahan dan ketidaktepatan dalam proses
interpretasi data. Penafsiran terhadap data yang sudah terkumpul
dilakukan pada tahap akhir untuk menemukan pola-pola, bentuk
modus operandi partisipasi sekaligus juga solusi yang telah dilakukan
oleh subjek penelitian.
23

Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press, Hal 16-18

17

Dalam melakukan analisis data, peneliti akan membahas


secara sistematis berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian ini,
yaitu: untuk mendeskripsikan, menjelaskan, serta menafsirkan
konstruksi pengetahuan dan kearifan lokal komunitas masyarakat
yang berpartisipasi dalam aktifitas kesehatan. Tahap selanjutnya,
peneliti akan menganalisis tentang bentuk-bentuk praktik sosial yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Miangas.
1.1.5 Wilayah Kajian Studi
Wilayah studi dilakukan pada Etnik Talaud yang berada di
Kecamatan Khusus Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi
Utara. Adapun Wilayah kajiannya meliputi Kesehatan Ibu dan Anak,
Penyakit Tidak Menular (PTM), Penyakit Menular (PM), dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hanya saja, keempat lingkup yang
dimaksud, tidak dijelaskan secara keseluruhan dan mendetail dalam
buku ini. Hal ini dilakukan karena studi ini dikhususkan membaca
secara spesifik dan utuh bagian-bagian tertentu dari keempat wilayah
kajian dimaksud.
1.1.6 Kelemahan-kelemahan Studi
Deskripsi tentang Etnik Talaud dalam kaitannya antara unsur
budaya dan unsur yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
diupayakan digali sedalam dan sedetail mungkin. Meskipun demikian,
tak dapat dipungkiri dalam proses pengambilan data di lapangan
terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi peneliti. Diantara
keterbatasan tersebut yaitu cakupan wilayan penelitian, data-data
sekunder yang berhubungan dengan kesehatan, serta keterbatasan
waktu studi.
Studi ini tentunya tidak bisa mencakup seluruh wilayah yang
dihuni oleh Etnik Talaud yang berada di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Sehingga, tidak dapat mendeskripsikan Etnik Talaud secara
menyeluruh tentang perkembangan dan pembentukan kebudayaan

18

Etnik Talaud secara umum. Oleh sebab itu, Etnik Talaud yang
dideskripsikan secara mendalam di dalam buku ini adalah Etnik Talaud
yang bermukim di Kecamatan Khusus Miangas, bukan Etnik Talaud
yang bermukin di berbagai kecamatan lainnya yang menyebar di 17
pulau di kepulauan Talaud.
Ketersediaan data sekunder terutama berupa profil kesehatan
masyarakat di Kecamatan Khusus Miangas sangat terbatas, sehingga
peneliti tidak bis amelihat pencapaian-pencapain program kesehatan
yang telah dilakukan di Kecamatan Khusus Miangas.
Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti di lapangan juga
secara tidak langsung perolehan data yang ada di Miangas. hal ini
dikarenakan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk bisa
membaur dan diterima oleh masyarkat itu sendiri. Secara tidak
langsung, dengan berjalannya waktu penelitian, masyarkat cenderung
terbuka dan memberikan informasi secara mendalam mengenai sutu
topik studi, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu, informasiinformasi lebih mendalam tersebut kurang bisa diekplorasi peneliti,
hal tersebut juga terjadi dalam hal observasi terhadap masyarkat yang
lebih mendalam.
1.2

Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu mengenai Desa Miangas, Kecamatan Miangas
secara khusus tidak banyak yang dapat ditemukan. Pada umumnya
kajian yang berkaitan dengan wilayah ini terkait erat dengan wilayah
Budaya Sangihe Talaud atau wilayah geografis Kecamatan Nanusa.
Tulisan pertama yang khusus membahas mengenai Desa
Miangas adalah berasal H.J Lam, 1932, Miangas (Palmas), G. Koff &
Co. at Batavia. Secara umum buku ini melukiskan berbagai hal
mengenai kehidupan masyarakat Desa Miangas pada tahun 1926.
Pertama di lukiskan mengenai kondisi flora yang hidup di wilayah ini.
Hal ini tidak lepas dari latar belakang H.J Lamb yang sebagai pegawai
Kebun Raya Bogor yang mencoba untuk mengamati berbagai ragam

19

flora yang tumbuh di Pulau Miangas dalam rangka mengkaitkan


dengan kondisi flora di wilayah Filipina, Maluku dan Australia. Kedua,
menceritakan mengenai asal-usul atau mitologi masyarakat yang
bertempat tinggal di Pulau Miangas. Ketiga, menceritakan pola
tempat tinggal dan irama kehidupan masyarakat Suku Talaud di Desa
Miangas.
Terakhir, melukiskan mengenai kondisi kesehatan
masyarakat Desa Miangas ketika muncul wabah Kolera pada masa
Kolonial Belanda dan kebijakannya mengenai transmigrasi ke wilayah
Pulau Karakelang.
Kedua, Buku Ulaen, Alex J, 2012, Sejarah WIlayah Perbatasan
Miangas - Philipina 1928-2010. Buku ini secara khusus melukiskan
kehidupan masyarakat Desa Miangas dalam perspektif sejarah. Aspek
sejarah yang diangkat berkenaan dengan asal-usul keberadaan, nama
pulau hingga pada persoalan sejarah perebutan kepemilikan dari masa
ke masa. Posisi Pulau Miangas atau Palmas yang berada di wilayah
perbatasan antara Indonesia dan Filipina, merupakan potensi konflik
di wilayah ini. Ulaen mencoba menelusuri secara mendetail
bagaimana sejarah kepemilikan Pulau Miangas tersebut silih berganti
diperebutkan. Di awali dengan sejarah asal-usul siapa yang bertama
kali menemukannya hingga politik perebutan wilayah dalam konteks
batas wilayah saat ini hingga potensi munculnya konflik pada masa
yang akan datang. Ulasannya cukup komprehensif dan disertai
paparan data yang memperkuat kepemilikan Pulau Miangas sebagai
bagian NKRI.
Ketiga, paparan paper dari Djorina Velasco, "Navigating the
Indonesian-Philippine Border: The Challenges of Life in the
Borderzone" dalam Philippine Journal of Third World Studies 2010 25
(1-2):95-118 . Paper ini membahas persoalan yang berkaitan dengan
isu-isu terkini mengenai wilayah perbatasan antara Indonesia dan
Filipinan. Perbedaan perspektif antara pusat dan masyarakat di
wilayah perbatasan seringkali menimbulkan berbagai persoalan yang
awalnya tidak mereka rasakan. Negara seringkali mengemukakan

20

berbagai idiom yang berkaitan dengan legitimasi wilayah perbatasan.


Negara membangun berbagai kategori yang eksklusif sebagai
pembeda yaitu seperti warga negara / alien, hukum / ilegal, lokal /
asing. Dampaknya luar biasa. Ruang-ruang sosial dan identitas yang
dalam konteks sejarah dahulunya merupakan sesuatu yang tidak perlu
dipersoalkan kini hal tersebut menjadi masalah besar. Ruang tersebut
diputus ketiga negara lahir. Sehingga hubungan kerabat yang dulunya
rukun sekarang menjadi wacana antara orang legal dan illegal.
Pedekatan keamanan menjadi hal yang dominan dan penting
dibandingankan dengan pendekatan budaya bagi sebuah hubungan
antara saudara yang berbeda negara
Kempat, paparan paper dari M. P. H Roessingh, Dutch relations
with the Philippines: a survey of sources in the General State Archives,
the Hague, Netherlands. ASJ 05-02-1967. Paper ini melukiskan
menganai hubungan Belanda dalam hal ini VOC dan Filipina pada abad
ke 16. Ketika Belanda melakukan pemberontakan terhadap Spanyol,
dampak yang muncul adalah tertutupnya berbagai pelabuhan yang
ada untuk berdagang dengan Belanda. Hal ini menyebabkan Belanda
membangun rute rute baru untuk mendapatkan rempah-rempah di
Timur jauh melalui jalur ke Filipina. Namun dalam pembangunan jalur
tersebut, Belanda tetap saja bertemu dengan musuh mereka yaitu
Spanyol dan Portugis yang menguasai jalur tersebut. Dalam proses
pembangunan jalur perdagangan yang baru, Belanda banyak
melakukan pendekatan-pendekatan dengan penguasa lokal yang
sifatnya penaklukan seperti Raja Kandhar yang menguasai Pulau
Miangas pada waktu itu.
Kelima, paparan dari Macario D. Tiu Tiu, 2006 dalam The
Indonesian Migrants of Davao and Cotabato, Kyoto Review of
Southeast Asia. Issue 7. States, People, and Borders in Southeast Asia.
September 2006. Paper ini menjelaskan mengenai sejarah migrasi dari
orang-orang Sangire dan Talaud ke Davao dan Cotabato. Dari tiga
puluh lima informan yang di wawancarai di Davao dan Cotabato,

21

semuanya merupakan keturunan Indonesia dari suku Sangire dan


Talaud termasuk migran dari Pulau Miangas. Mereka termasuk warga
asli dan dikategorikan sebagai native Davao namun sebagai suku yang
berbeda separate tribe. Kehadiran mereka di Davao merupakan hasil
migrasi pada masa kuno, dimana kontak-kontak antar wilayah tidak
dibatasi secara politik. Sampai saat ini, mereka masih membangun
hubungan-hubungan kekrabatan dengan masyarakat Sangir dan
Talaud di wilayah Indonesia.
1.3

Sistematika Buku
Buku ini terdiri atas lima bab dengan beragam topik
pembahasan di masing-masing babnya. Meskipun demikian, deskripsi
dan analisis yang dilakukan tetap dalam ruang lingkup kajian dan tidak
sama sekali keluar dari wilayah studi yang direncanakan. Kelima bab
atau bagian tersebut dideskripsikan secara umum sebagai berikut:
Bab 1 menjelaskan tentang gambaran umum atas studi yang
dilakukan, latar belakang, masalah dan tujuan studi, serta batasanbatasan studi. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan masalah
desain studi, wilayah kajian, keterbatasan studi, kajian studi terdahulu
serta sistematika buku.
Bab 2 menjelaskan tentang unsur budaya Etnik Talaud yaitu
sejarah, asal-usul, serta perkembangan yang terjadi pada masyarakat
Etnik Talaud. Pada bagian ini akan dijelaskan perihal geografi,
kependudukan, pola tempat tinggal, sistem religi, sistem organisasi
kemasyarakatan, pengetahuan tentang kesehatan, bahasa, kesenian,
mata pencarian, serta adat yang masih hidup bagi orang Talaud yang
bermukin di Kecamatan Miangas.
Bab 3 menjelaskan tentang potret budaya kesehatan yang
berlaku pada masyarakat Etnik Talaud di Miangas. Pada bagian ini
dipaparkan tentang implementasi pembangunan kesehatan di
Miangas, potret Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), potret penyakit di
masyarakat, potret Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta

22

sistem pelayanan kesehatan yang ada. Selain dan itu dipaparkan juga
tentang perilaku pencarian pengobatan masyarakat Etnik Talaud yang
bermukim di Kecamatan Khusus Miangas.
Bab 4 menjelaskan secara lebih mengenai tematik yang
diangkat yaitu tentang eksistensi seorang mama biang di Miangas
yang ditinjau dari segi budaya dan emik (perspektif informan) dan etik
(perspektif peneliti). Pengambilan data tematik ini menggunakan
desain studi kasus pada ibu melahirkan maupun ibu yang hamil yang
bermukim di Kecamatan Khusus Miangas. Ibu sebagai informan kunci,
dilanjutkan dengan pandangan tenaga kesehatan, masyarakat
setempat maupun tokoh adat dan ketersediaan pelayanan kesehatan
yang ada.
Bab 5 menjelaskan tentang apa yang telah didapatkan dari
hasil pengumpulan data yang dirangkum dalam beberapa kesimpulan.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut peneliti mencoba
memaparkan rekomendasi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik
lokal masyarakat untuk menjamin fisibilitas dari implementasi
rekomendasi yang diajukan.

23

Bab 2
2.1

Sejarah Miangas Selayang Pandang


Miangas, merupakan istilah yang sebenarnya tidak asing bagi
kita, namun sangat jarang terdengar di telinga sebagian besar
masyarakat Indonesia. Bahkan kosa-kata itu cenderung menjadi
sangat tidak familiar bagi mereka dan terdengar sangat sayup-sayup
dan kemudian menghilang. Kondisi ini akan berubah berbalik 180
derajat, ketika persoalan-persoalan yang mengacu pada pergolakanpergolakan perbatasan di setiap batas-batas negara mulai
mengemuka. Kosa kata ini menjadi terdengar nyaring dan menjadi
perbincangan nasional. Bahkan sebagai masyarakat berlomba-lomba
untuk membangun kesadaran akan eksistensi mengenai kosa kata
tersebut dalam konteks kedaulatan negara.
Dari sinilah kemudian pemahaman mengenai hakikat makna
dan keberadaannya tersadarkan. Demikianlah, kosa kata Miangas
sangat beraksentuasi dengan persoalan-persolan politik dan
kepentingan kepentingan para pemilik "kuasa" di sekitar wilayah
tersebut. Ia seakan-akan menjadi putri cantik jelita yang menawan
hati dan diperebutkan banyak orang dari masa ke masa. Alex Ulaen
(2012) dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Wilayah Perbatasan :
Miangas - Filipina 1928 - 2010, Dua nama Satu Juragan", memaparkan
dengan panjang lebar mengenai drama sejarah penaklukan dari masa

24

ke masa terhadap Pulau Miangas. Ia mengawali dengan deskripsi


mengenai penemuan, penguasaan, pendudukan hingga perebutan
wilayah hingga saat ini hingga strategi-strategi pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan demi mempertahankan penguasaan
atas pulau tersebut. Memang, sejarah Miangas adalah sejarah yang
penuh dengan drama-drama penguasaan dan pendudukan, relasi
antara satu kuasa dengan kuasa yang lain24.
Hingga saat ini, kosa kata Miangas akan menjadi tautan dan
perdebatan yang hangat, hanya jika, ketika muncul adanya
pergolakan-pergolakann di sekitar perbatasan. Ia kemudian baru
menjadi kosa-kata yang sangat penting dan harus muncul di tengahtengah kita. Di benak kita, semua orang serempak mengacu pada
sebuah pulau penting yang berada sangat jauh di utara yang
merupakan batas negara yang menjadi dasar bagi eksistensi sebuah
batas-batas kuasa. Begitu istimewanya, wilayah ini akan mendapatkan
perhatian sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Di sinilah pergulatan
identitas, politik, budaya dan berbagai kepentingan terajut satu
dengan lain dari waktu ke waktu. Di satu sisi, ia menjadi halaman
belakang, di sisi yang lain yang menjadi beranda depan.
Mengacu pada asal usul nama pulau hingga bernama Miangas,
menurut Ikrar Nusa Bhakti dalam Ganesan, N dan Ramses Amer Ed
(2010) International Relations in Southeast Asia: Between Bilateralism
and Multilateralism, makna Miangas berarti "terbuka bagi bajak laut"
artinya posisi pulau Miangas seringkali menjadi pulau yang selalu
dikunjungi oleh para bajak laut, khususnya bajak laut yang berasal dari
Pulau Mindanau Selatan25. Sedangkan menurut Alex Ulaen (2012)
24

Ulaen, Alex J.; Wulandari, Triana; Tangkilisan, Yuda B. (2012). Sejarah


WilayahPerbatasan: Miangas - Filipina 1928 - 2010 Dua Nama Satu Juragan. Jakarta:
Gramata Publishing.
25

Ganesan, N.; Amer, Ramses (2010). International Relations in Southeast Asia:


Between Bilateralism and Multilateralism. Singapore: ISEAS Publishing.

25

mengatakan bahwa awal mula nama pulau tersebut bukanlah


Miangas, namun di dahului dengan nama Palma26. Nama Palma sudah
disematkan menjadi nama pulau tersebut semenjak abad ke 16. Nama
Palma mengacu pada bahasa Spanyol yang nota bene menjadi
penguasa atas berbagai kepulauan yang berserakan yang menjadi cikal
bakal berdirinya negara Filipina. Palma atau Las Palmas dalam Bahasa
Spanyol atau Ilha de Palmeiras dalam Bahasa Portugis yang artinya
adalah Palem atau Pohon Palem. Keterkaitan nama Pulau Miangas
dengan pohon palem ditunjukan dengan adanya bekas tanaman
palem yang masih tumbuh di wilayah perbukitan yang sekarang
dinamakan bukit keramat.
Masih menurut Alex Ulaen (2012), mengacu pada bahasa lokal
yaitu bahasa Sasahara, pulau tersebut diberi nama Tinonda atau
Poilaten yang artinya bahwa masyarakat tersebut hidup terpisah
dengan rangkaian pulau besar yang ada di wilayah Nanusa Utara27.
Pada fase terakhir yaitu tahun 1946, pulau tersebut diberi nama
Miangas yang artinya menangis. Dimaknai dengan menangis lebih
disebabkan adanya perasaan kesedihan yang berkaitan dengan
kondisi lokasi Pulau Miangas yang jauh dari kepulauan induknya yang
memiliki kesamaan budaya, atau kasihan berkenaan dengan posisi
geografisnya yang sangat terpencil dan jauh dari sarana transportasi
laut. Pemaknaan kosa kata Miangas seperti ini juga memunculkan
polemik diantara masyarakat Pulau Miangas. Ada dua kubu yang
berseteru meskipun tidak terlalu nyata. Sebagian besar masyarakat
dan juga para pejabat lokal menyetujui akan pemaknaan tersebut,
namun ada juga orang Miangas yang jelas-jelas menolak. Penolakan
tersebut sering diutarakan pada beberapa orang yang ia percayai.
Mereka yang menolak lebih setuju akan tafsir dari kosa kata Miangas
26

Ulaen, Alex J.; Wulandari, Triana; Tangkilisan, Yuda B. (2012). Sejarah


WilayahPerbatasan: Miangas - Filipina 1928 - 2010 Dua Nama Satu Juragan. Jakarta:
Gramata Publishing
27
ibid

26

lebih mengacu pada makna akan kemenangan. Kemenangan dalam


hal apa ?. Kemenangan dalam melawan berbagai usaha-usaha
penjajahan dan pendudukan yang dilakukan oleh berbagai bangsa,
khususnya terhadap Bangsa Moro yang sering melakukan
penyerangan dan penghancuran terhadap masyarakat di Pulau
Miangas.
Sejarah lokal yang diperoleh dari tradisi lisan menunjukan
bahwa wilayah-wilayah yang ada di kepulauan Sangir, Talaud dan
Sitaro awal mulanya dimiliki oleh dua kerajaan besar yang bernama
Tabukan dan Kalongan. Kekuasaan para pangeran-pangeran yang
berasal dari kedua kerajaan tersebut hingga mencapai Pulau Miangas.
Fakta ini juga diperjelas oleh Roessingh (1967 : 377-407) bahwa sejak
Belanda terpikat dengan rempah-rempah di akhir abad 16 dengan
memulai perjalanan panjang mereka untuk mencapai kepulauan kaya
rempah di Maluku telah membuat proposal kepada sultan penguasa
Pulau Mindanau untuk membangun basis-basis dagang di Pulau
Mindanau. Meskipun di satu sisi mereka menerima kehadirannya,
disisi yang lain sultan juga memiliki ketakutan akan kehadiran
mereka28.
Selama menetap di Pulau Mindanau, Belanda juga sering
bertemu dengan para pangeran yang berasal dari Sangir. Penampilan
dan gaya mereka mirip dengan penguasa Mindanau pada umumnya.
Pangeran ini memiliki kekuasaan di beberapa bagian di wilayah
Mindanau selatan. Namun sejak 1677, para pangeran merupakan
vassal dari perusahan. Raja Kandhar dari Pulau Sangihe menyerahkan
hasil yang dimiliki kepada Belanda seakan perusahaan hanya memiliki
title resmi tanpa kekuasaan di suatu wilayah. Dua abad kemudian,
perjanjian dengan raja Kandhar dari Sangir muncul kembali dalam
28

M.P.H Roessingh, 1967, Dutch relations with the Philippines: a survey of sources
in the General State Archives, the Hague, Netherlands

27

konteks perselisihan antara Amerika sebagai penguasa Filipina


menggantikan Spanyol dengan Kerajaan Belanda. Perjanjian dengan
Raja Kandhar menjadi dasar agar Amerika menghormati kedaulatan
Kerajaan Belanda atas Pulau Miangas akibat hubungannya yang
terlebih dahulu dengan pangeran lokal. Belanda membangun
kedaulatan diatas wilayah para pangeran tersebut termasuk Pulau
Miangas.
Kuatnya cengkeraman Belanda terhadap pulau tersebut juga
terbukti dengan adanya pemberian mendali kepada EJ Jellesma yang
telah mengunjungi Pulau Miangas pada tahun 1895 dan melihat
sendiri bagaimana masyarakat di sana menolak mengibarkan bendera
Spanyol. Rentetan dari kunjungan ini, akhirnya Pastor Kroll mencoba
untuk membaptis 254 warga merjadi beragama Protestan29.
Pada tahun 1906, sengketa masih berulang. Mengacu pada
perjanjian Paris yang memaparkan bahwa wilayah Filipina berada
pada batas wilayah yang luas termasuk Pulau Miangas di wilayah
selatan. Akhirnya, Jenderal Leonard Wood, Gubernur Jenderal Moro
berkunjung ke Miangas pada 21 Januari 1906. Namun sesampainya
disana mereka menemukan bendera Belanda masih berkibar di sana
dan sebagai dasar bahwa wilayah Pulau Miangas merupakan milik
Hindia Belanda. Kemudian atas dasar pengamatannya, ia melapor
sekertaris militer Amerika di Zamboanga.
Laporan ini diteruskan ke pengadilan Arbitrase Internasional.
Di pengadilan arbitrase internasional yang dipimpin oleh orang Swiss
yaitu Max Huber. Arbiter akhirnya memutuskan bahwa kepemilikan
Pulau Miangas adalah Hindia Belanda dengan dasar pada penggunaan
bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat yang menggunakan
Bahasa Talaud dan Melayu sebagai media komunikasi sehari-hari
dibandingkan pengunaan bahasa - bahasa yang ada di Filipina.
29

Ulaen, Alex J.; Wulandari, Triana; Tangkilisan, Yuda B. (2012). Sejarah


WilayahPerbatasan: Miangas - Filipina 1928 - 2010 Dua Nama Satu Juragan. Jakarta:
Gramata Publishing.

28

Kehadiran bahasa inilah yang hingga sekarang menjadi argumen


masyarakat Pulau Miangas bahwa perjuangan mereka melawan
penjajah bukan atas bantuan siapapun namun karena kehendak dan
kemampuan mereka sendiri. Kencintaan mereka terhadap bahasa
yang mereka gunakan sehari-hari memunculkan istilah ACI (Aku Cinta
Indonesia). Istilah ACI (Aku Cinta Indonesia) berulang-ulang diucapkan
dalam berbagai situasi ketika mereka ditanya mengenai perspektif
keindonesiaan mereka. Nasionalisme mereka tidak perlu diragukan,
namun perhatian pemerintah terhadap mereka yang perlu
ditingkatkan. Mereka menghendaki wilayah Miangas sebagai beranda
depan negara yang perlu dipersolek, bukan sebagai halaman belakang
yang dibiarkan kotor dan tertinggal.
Setelah kemerdekaan, pada tahun 1956, Indonesia sebagai
pewaris negara Hindia Belanda membuat perjanjian keimigrasian
antara Indonesia dan Filipina. Perjanjian ini memungkinkan warga
Sangir, Talaud, Nunukan, Balut dan Sarangani memiliki pas
penyeberangan untuk aktifitas perdagangan barter, kekerabatan dan
ibadah. Pada tahun 1965 ditanda tangani perjanjian imigrasi dan
pembangunan Border Crossing yang memungkinkan wilayah Marore,
Miangas, Mabila, dan Balut menjadi cek poit perbatasan.
Pulau Miangas merupakan pulau yang menarik hati banyak
pihak. Disamping sebagai menjadi bahan perembutan antara negaranegara barat, yaitu Spanyol, Hindia Belanda dan Amemerika. Pulau
Miangas juga mengalami persoalan-persoalan lokal berkaitan konflik
diantara mereka. Konflik tersebut berkaitan dengan usaha-usaha dari
masyarakat Moro yang berungkali hendak menguasai Pulau setempat.
Hal ini terbukti dengan banyaknya situs-situs peninggalan yang
berkaitan dengan usaha mereka melakukan penyerangan ke wilayah
tersebut. Bagi masyarakat lokal, Miangas pun menjadi situs
pertahanan. Hal ini terbukti dengan kehadiran peninggalan yang
masih tersisa di Tanjung Bora, Gua Kemenangan, Gunung Ota dan
Bukit Keramat.

29

Pengaruh perang lokal antara penguasa-penguasa Pulau


Miangas seperti Raja Yarre dengan penakluk dari Suku Moro di
Mindanau Selatan sejak tahun 1677, memunculkan orang-orang gagah
setempat yang memiliki kemampuan luar biasa dalam proses
pengusiran orang Moro tersebut. Orang-orang hebat tersebut dikenal
sebagai Panglima Mura dan Raja Uli. Dalam pertempuran tersebut, hal
yang dikenang oleh masyarakat setempat adalah kemampuan
Panglima Mura dalam mengusir orang Moro. Mereka kalah dalam
peperangan tanpa harus terjadi pertumpahan darah yang banyak.
Kekalahan mereka lebih banyak disebabkan ketakutan akan kekuatan
Panglima Mura yang berhasil menancapkan batu besar ke dalam
tanah. Sebagai simbol bahwa mereka adalah orang kuat yang bisa
menghancurkan mereka, jika mereka menghendaki.
2.1.1. Asal Usul
Menurut cerita rakyat setempat yang hingga saat ini masih
hidup didalam benak setiap anggota masyarakat dan diwariskan
secara lisan, asal usul keberadaan Pulau Miangas tidak lepas dengan
keberadaan legenda Putri Sangiang. Legenda Putri Sangiang menjadi
dasar penjelas mengenai eksistensi wilayah yang hingga saat ini masih
mereka diami dan kaitannya dengan wilayah-wilayah yang lain.
Menilik keberadaan cerita rakyat yang ada di masyarakat
ditemukan banyak versi mengenai keberadaan Putri Sangiang. Secara
umum, menurut kepercayaan mereka, rangkaian kepulauan yang
berserak mulai dari Pulau Miangas, Kepulauan Nanusa hingga Pulaua
Karakelang merupakan bagian dari wilayah yang masih bersatu.
Perpecahan tersebut dikaitkan dengan kemarahan Raja Ular yang
hidup di rangkaian pulau tersebut. Adalah si Raja Ular yang sangat
Besar yang tinggal di wilayah Talaud Atas yaitu di Bambung,
Kecamatan Gemeh dengan putri yang ia nikahi yaitu Putri Sangiang.
Pada masa itu, hiduplah seorang putri yang bernama Putri
Sangiang. Putri tersebut sangatlah cantik. Seperti biasa, Putri Sangiang

30

melaksanakan kegiatan sehari-harinya yaitu membersihakan badan. Ia


berangkat menuju tempat biasa dimana ia akan mandi. Di tengah
perjalanan, ia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Ia menemukan
adanya tanaman padi yang tumbuh di tengah jalan. Akhirnya, ia
berinisiatif untuk memetik bulir-bulir padi yang menjuntai ke bawah.
Ia beranggapan bahwa tanaman padi tersebut tidak ada yang
memilikinya, sehingga ia bebas dan tanpa bersalah untuk
memetiknya. Bulir padi yang telah ia petik, ia kumpulkan dan segera
bawa ke rumah untuk disimpan. Sesampainya dirumah, ia melakukan
pekerjaan sebagaimana biasa. Tidak ada perasaan was-was berkaitan
dengan penemuan tanaman padi di tengah jalan.
Namun, keadaan damai di rumah Putri Sangiang menjadi
berubah ketika malam telah tiba. Ia sangat kaget, ada seseorang yang
mengetuk rumahnya di tengah malam begini. Ketika ia membuka
pintu untuk menyambut tamunya, ternyata yang datang pada malam
itu adalah tamu yang istimewa. Ia kedatangan tamu berupa seekor
ular. Ular tersebut sangat besar sekali. Sehingga membuat Putri
Sangiang menjadi ketakutan sambil bertanya mengenai urusan apa
yang diemban Raja Ular tersebut. Raja ular kemudian menjawab
bahwa Putri Sangiang telah berbuat salah yaitu mengambil bulir padi
miliknya tanpa ijin. Oleh sebab itu, ia harus menerima hukuman
darinya. Ia tidak iklas jika ada orang yang mengambil tanaman
tersebut tanpa ijin terlebih dahulu. Itu adalah perbuatan pencurian.
Berkaitan dengan kesalahan yang ia lakukan, Putri Sangiang
bertanya mengenai hukuman apa yang akan ia terima. Ternyata
hukuman yang diberikan oleh Raja Ular sangatlah berat. ia wajib
menerima lamaran Raja Ular untuk menajadi istrinya. Ia tidak boleh
menolak lamaran cinta dari Raja Ular. Karena tekanan yang kuat dan
tidak adanya pilihan hukuman yang diberikan dari Raja Ular, akhirnya
tanpa Putri Sangiang menerima keinginan Raja Ular.
Selama menjalankan perkawinan dengan Raja Ular, Putri
Sangiang dianugerahi sembilan anak. Delapan anak berjenis kelamin

31

laki-laki dan satu anak paling bungsu berjenis kelamin perempuan.


Mereka selama menjalankan kehidupan sehari-hari tinggal di gua yang
besar dan berada di dekat puncak perbukitan. Raja Ular sebagai
kepala rumah tangga, setiap hari ia pergi ke bawah untuk mencari
segala hal yang dibutuhkan oleh keluarganya, terlebih dengan
keinginan dari anak-anaknya.
Dari seluruh anak-anaknya, Raja Ular sangat mengasihi dan
menyayangi anak bungsunya dengan kasih sayang yang sangat besar.
Anak bungsunya merupakan satu-satunya yang berjenis kelamin
perempuan dan berparas cantik seperti ibunya. Perbedaan kasih
sayang inilah menyebabkan saudara laki-lakinya iri dengan adik
bungsunya. Adikk bungsunya setiap hari sering dicubit hingga
menangis. Tangisnya yang keras menyebabkan Raja Ular sering segera
datang menemuinya. Ia merasa kasihan sehingga ia segera
memanjakannya agar segera diam kembali.
Kebiasaan Raja Ular yang sangat perhatian kepada adik
bungsunya ternyata telah diamati cukup lama oleh Putri Sangiang dan
anak laki-lakinya. Saudara laki-lakinya memiliki rencana besar dibalik
kebiasaan mencubit. Ia telah mengajari adik bungsunya agar meminta
sesuatu kepada Raja Ular ketika ia berusaha mendiamkan tangisnya.
Dengan begitu, ketika adik bungsunya menangis karena dicubit, kakakkakaknya telah memberitahu apa-apa yang perlu diminta jika Si Raja
Ular datang.
Setiap adik bungsunya menangis karena dicubit, Raja Ular
segera datang menemuinya dan selalu bertanya "kenapa anak
bungsuku menangis". Sesuai skenario, adik bungsunya yang sudah
diajari untuk meminta sesuatu menjawab, "aku minta tamako
(kapak)". Hari berikutnya, ia diajari untuk meminta pedang besar dari
Sangir, besoknya lagi diajari meminta paku. Akhirnya seluruh
peralatan yang dibutuhkan oleh kakak-kakaknya untuk membuat
perahu layar terpenuhi. Rencana pelarian ke Maluku yang dirancang

32

oleh Putri Sangiang dan anak laki-lakinya tidak diketahui oleh Raja
Ular.
Sampai suatu hari, kapal yang dibuat telah selesai lengkap dan
siap dinaiki untuk berlayar. Skenario terakhir yang dilakukan kakakkakaknya adalah mengajari adik bungsunya untuk meminta nyamuk
yang ditangkap dengan jala besar. Permintaan anak bungsunya ini luar
biasa susahnya bahkan sangat tidak mungkin bisa dilakukan. Namun
karena kecintaan Raja Ular terhadap putrinya sangat besar, ia
berusaha untuk segera memenuhi permintaannya. Ia tidak sadar
bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan yang sudah direncanakan.
Hal ini nampak ketika Raja Ular melakukan perburuan untuk
menangkap nyamuk dengan jala besar hingga berhari-hari, ternyata
Putri Sangiang dan seluruh anak-anaknya telah berlayar menuju Pulau
Halmahera Maluku Utara. Begitu susahnya menangkap nyamuk
tersebut, sampai tidak terasa perjalan panjang prahu Putri Sangiang
hampir mencapai Halmahera.
Kesadaran mengenai kebodohan Raja Ular muncul ketika ia
diingatkan burung yang terbang diatasnya. Kata burung tadi, "Hai Raja
Ular, kamu telah melakukan tindakan bodoh, lihatlah, Putri Sangiang
dan anak-anaknya telah lari meningggalkanmu". Setelah Raja Ular
mengetahu bahwa ia telah ditipu, marahlah ia. Kemudian ia mengejar
prahu tersebut. Namun, Putri Sangiang dan anak-anaknya telah
menyiapkan peralatan untuk membunuhnya. Potongan-potongan ular
tersebut kemudian berserak di sepanjang lautan di sana, sehingga
memunculkan beberapa pulau yang ada. Masyarakat Miangas percaya
bahwa Pulau Miangas dulunya adalah sisik Raja Ular dalam legenda
Raja Sangiang yang terlempar hingga di tempat sekarang.
Asal usul keberadaan orang-orang yang ada di Miangas
memiliki dua versi. Versi pertama menjelaskan bahwa sejarah silsilah
awal mula kehadiran manusia di Pulau Miangas mengacu pada
datangnya orang Sulawesi. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.

33

Syahdan di suatu waktu. Hiduplah anak-anak sultan di negeri


yang kini menjadi wilayah Sulawesi Tengah (dipercaya dari wilayah
Toli-toli) dengan aman sentosa dan serba berkecukupan. Dari
beberapa anak yang dimiliki sultan tersebut, ada satu anak yaitu
pangeran yang pertama memiliki kesenangan bepergian ke negeri negeri yang jauh untuk melihat-lihat negeri seberang.
Pada suatu waktu, pangeran pertama menghadap kepada
ayahanda sultan. Sebagaimana biasanya, keinginan pangeran pertama
menghadap kepada sultan adalah untuk mendapatkan restu akan
rencananya untuk bepergian. Tepatlah dugaan ayahanda. Pengeran
pertama berkeinginan untuk melakukan kegiatan bepergian ke negeri
seberang. Pangeran pertama memohon kepada ayahanda untuk
memberikan ijin dan doa restu akan rencananya untuk pergi berlayar
ke Pulau Mangindanau (Mindanau). Sebuah negeri yang berada di
sebuah pulau yang berada di sebelah utara kerajaan ayahanda.
Setelah mendapatkan restu dari ayahanda, berangkatlah
Pangeran Pertama dengan menggunakan kapal menuju Pulau
Mangindanau. Akan tetapi, sayangnya rencana perjalanan yang telah
disusun oleh Pangeran Pertama ternyata tidak sesuai dengan harapan.
Perahu yang seharusnya membawanya ke Pulau Mangindanau, karena
sesuatu hal ternyata terdampar di suatu wilayah. Ia kemudian
memutuskan untuk tinggal di wilayah pegunungan yang dikenal
Ikulamah atau Kulama. Kulama dikenal sebagai wilayah yang paling
tinggi di Philipina dan sering disebut dengan Gunung Buki. Selama di
Kulama, Pangeran pertama hidup sederhana dalam beberapa masa.
Selama masa tinggal di Kulama, akhirnya Pangeran Pertama
berkenalan dengan gadis cantik jelita yang bernama Maman Duata.
Dari hasil perkenalannya dengan gadis tersebut, munculah bibit-bibit
cinta yang kemudian menyebabkan Pangeran Pertama memberanikan
dirinya untuk melamar gadis pujaan hatinya tersebut. Tidak berselang
kemudian, pesta perkawinan dilaksanakan di tempat tinggal gadis
tersebut dengan sangat meriah. Seluruh handai tolan dan tetangga

34

sekitar rumah turut diundangnya, melengkapi kebahagiaan yang


dirasakan oleh kedua pasangan tersebut.
Setelah sekian lama memadu kasih, akhirnya Pangeran
Pertama mendapatkan istrinya sedang hamil. Mendengar istrinya
sedang hamil, Pangeran Pertama sangatlah gembira. Kemudian
Pangeran Pertama berencana untuk mengajak istrinya Maman Duata
ikut dengannya kembali ke negeri ayahanda di Sulawesi Tengah.
Selama tinggal di kerajaan ayahanda dan seiring dengan berjalannya
waktu, kandungan Maman Duata semakin besar dan akhirnya
melahirkan di sana. Anak yang dilahirkan ternyata anak perempuan.
Begitu gembira hati Pangeran Pertama mendengar istrinya telah
melahirkan anak perempuan yang cantik seperti ibunya. Anak
perempuan tersebut diberi nama Alora Binalu.
Setelah Alora Binalu cukup besar, Pangeran Pertama mengajak
anak dan istrinya untuk pergi ke Mangindanau. Akhirnya mereka
bertiga kembali berlayar menuju Pulau Mangindanau. Sesampai di
Pulau Mangindanau, keluarga Pangeran Pertama berencana untuk
tinggal di Gunung Kulama atau Gunung Bugi. Sebagai penanda bahwa
mereka tinggal di Gunung Kulama, Pangeran menanam pohon palma
atau pinang. Sejak itu mereka tinggal dengan bahagia hingga akhir
hayatnya.
Selama tinggal di Gunung Kulama, lambat laun Alora Binalu
tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita seperti ibunya. Setelah tiba
waktunya, Pangeran Pertama pun mencarikan jodoh untuk anaknya.
Di tempat itulah kemudian Alora Binalu mendapatkan jodohnya.
Nama calon suaminya adalah Onto Urangi. Dari perkawinannya
dengan Onto Urangi, Alora Binalu mendapatkan tiga anak yang sehatsehat, cantik dan tampan.
Anak pertama mereka adalah laki-laki, diberi nama Padudu,
kemudian anak kedua yaitu perempuan diberi nama Matanggenan.
Sedangkan anak terakhir adalah laki-laki diberi nama Sakurao. Setelah
anak-anak mereka besar, saatnya untuk mencarikan jodoh baginya.

35

Anak perempuan mereka yang bernama Matanggenan mendapat


suami yang bernama Sakurao. Dari perkawinan ini, mereka
mendapatkan anak perempuan yang bernama Sapu dan anak laki-laki
yang bernama Tinuri.
Setelah kedua anak ini menjadi besar, mereka berdua sering
turun ke nyare (tempat yang mengalami pasang turun). Kulama dan
mereka berdua sering melempar jala di nyare. Pada suatu hari, ketika
mereka sedang memasang jala, mereka mendapatkan seekor ikan
Gurango (Hiu) masuk di dalam jaringnya. Setelah mengetahui ada ikan
Hiu masuk di dalam jaring, mereka mengambil ikan tersebut dan
dibuat mainan seperti mainan anak-anak. Setelah ikan hiu
dipermainkan dengan cukup lama. Tidak diduga ternyata ikan Hiu
tersebut dapat berbicara kepada mereka berdua. Ikan Hiu berbicara
kepadanya "Lepaskan saya"
Mendengar ada suara sayup-sayup yang diucapkan ikan Hiu,
Sapu kemudian meminta kepada saudaranya yaitu Tinuri untuk segera
melepaskan ikan Hiu tersebut, walaupun dalam hati mereka, mereka
tidak percaya bahwa ada Ikan Hiu yang dapat berbicara. Namun
keinginan untuk melepaskan ikan Hiu tersebut sangatlah besar.
Pada masa berikutnya, kedua orang ini yaitu Sapu dan Timuri
berencana untuk pergi ke nyare lagi. Seperti biasa ketika pergi ke
nyaree mereka ingin memasang jala kembali untuk mendapatkan ikan
yang akan mereka jadikan lauk pauk. Saat itu hari masih pagi, mereka
berencana untuk turun gunung menuju nyaree namun ditengah
perjalanan menuju lembah gunung. Secara tidak sengaja ketika ia
memandang ke arah Timur Laut, nampaklah dimata mereka sesuatu
yang menarik yang sebelumnya tidak pernah ia lihat yaitu sebuah
pulau yang indah. Namun demikian mereka berdua tergoda untuk
memandanginya terus, namun tetap melanjutkan perjalanan ke
nyaree. Sesampai di nyaree, mereka bertemu dengan ikan Gurango
atau Hiu yang pernah ia lepaskan.

36

Melihat Ikan Gurango di depan mata, mereka berdua lari


sambil berkata "tangkap". Ikan Gurango berkata "apa maksud Tinuri
dan Sapu" . Dari penjelasan Tinuri dan Sapu akhirnya Ikan Gurango
bersedia menolong mengantarkan kedua orang tersebut
menyeberang. Keduanya pun segera menaiki punggung ikan Gurango
dan pergi menuju Pulau indah yang telah dilihatnya di punggung bukit
tadi. Setelah menempuh perjalanan beberapa waktu, akhirnya Ikan
Gurango tiba di Pulau yang diinginkan yaitu Pulau Poilaten. Kedua
orang tersebut kemudian mendarat di lokasi pantai Mera.
Sesampai mereka di Pulau Poilaten, mereka memutuskan
untuk tinggal di sana. Setelah mereka menjalani kehidupan di Pulau
Poilaten selama satu bulan, tanpa sengaja kedua orang tersebut
melihat dari atas bukit ada perahu layar yang datang dari arah Pulau
Karatung. Dari arah perahu layar terlihat sengaja menuju ke arah
Pulau Mangindanau. Namun, ketika mereka agak jelas melihatnya
ternyata arah perahu berubah haluan menuju Pulau Poilaten. Di
dalam perahu tadi terdapat dua orang yaitu Langgu dan Rarungoh.
Sesampai di pantai Pulau Poilaten, mereka melihat dua jejak
kaki yang berbeda. Kemudian menyusuri hingga kemana jejak-jejak
tadi berakhir. Ternyata jejak tadi berakhir di Pantai Mera. Di pantai
Mera, mereka segera dengan mudah menemukan Tinuri dan Sapu.
Secepat mungkin keduanya segera ditangkap dan diikat. Selanjutnya
membawa Tinuri dan Sapu yang telah terikat menuju perahu untuk
dibawa ke arah Pulau Karatung. Perahu yang membawa kedua orang
tersebut berangkat pulang. Ketika berada di tengah laut, Langgu dan
Rarungoh ternyata memiliki niat jelek. Sopu dan Tinuri dibuang ke
tengah laut dalam keadaan terikat. Meski dalam keadaan terikat,
akhirnya Sopu dan Tinuri diselamatkan oleh Ikan Gunaro yang telah
mengantarkan mereka sebelumnya ke Pulau Poilaten. Mereka kembali
lagi ke Pulau Poilaten.
Dari Dampulis, Langgu dan Rarungoh merencanakan pelayaran
kedua kali menuju Poilaten. Mereka membawa seluruh keluarganya

37

dengan rencana untuk hidup selamanya di sana. Mereka berkeyakinan


bahwa penghuni Pulau Poilaten yaitu Tinuri dan Sapu telah meninggal
ketika dibuang di laut. Namun kenyataannya, ketika mereka berhasil
mendekati Pulau Poilaten, mereka melihat banyak asap
membumbung tinggi. Mereka kaget, ternyata orang yang sudah ia
buang kenyataannya masih hidup dan tinggal di Pulau Poilaten.
Melihat kenyataan demikian orang-orang yang berangkat dari
Dampulis merasa malu dan kembali lagi ke daerah asalnya. Dari rasa
malu ini munculah istilah Miangas yang artinya malu karena sudah ada
orang. Sejak itu, orang-orang Dampulis menyebut Pulau itu bukan
Poilaten lagi namun menjadi Pulau Miangas.
Perkawinan antara Sapu dan Tinuri menghasilkan anak anak
yang bernama Padudu, Yubah, Ratu Yuri. Kemudian Ratu Yuri
mendapatkan anak yang bernama Naung dan Padudu. Naung
mendapatkan anak yang bernama Papea dan Papea mendapatkan
anak yang bernama Pande Papea dan Horda Papea. Sedangkan
Padudu mendapatkan anak yang bernama Pasiale. Pasiale
mendapatkan anak yang bernama Riun. Riun mendapatkan anak yang
bernama Wernado, Rober dan Tapilus.
Semua marga-marga yang ada di Desa Miangas memiliki peta
rujukan atau susunan anggota keluarga marga yang berisi tentang
asal-usul nenek moyang hingga percabangan-percabangan yang
menurun hingga pada generasi saat ini. Siapapun yang terlahir dapat
dipastikan asal-usul atau silsilah keluarga dan marga tercatat dengan
baik. Apalagi masyarakat Desa Miangas telah membangun konstruk
mengenai mitologi keberadaan nenek moyang mereka yang sama
yaitu Sapu dan Tinuri, maka peta genealogis marga tersebut berfungsi
sebagai panduan dalam persoalan pewarisan keturunan. Hal ini
penting agar dalam setiap prosesi perkawinan tidak mendapati
sebuah perkawinan yang sumbang. Pada setiap peristiwa perkawinan
yang berlangsung pasti akan dibacakan mengenai susunan peta
genealogi antara kedua pasang pengantin tersebut. Untuk itulah,

38

ritual pembacaan tersebut merupakan tahapan yang sangat penting


dalam prosesi pengesahan perkawinan di antara anggota masyarakat
yang ada. Sebuah contoh peta genealogis dari sebuah marga yang
masih tercatat dan tersimpan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Geneologi Keluarga Marga Ratujuri yg merujuk Sopu dan Tinuri
Sumber: Dokumentasi Peneliti

2.1.2. Perkembangan Desa


Secara geografis, Desa Miangas terletak di Pulau Miangas.
Namun secara administrasi, Desa Miangas awal mulanya merupakan
bagian dari Kecamatan Nanusa, namun semenjak keluarnya Peraturan
Daerah No. 11 Tahun 2006 tertanggal 7 Desember 2006, terjadi
pemekaran Kecamatan. Kedudukan Desa Miangas ditingkatkan
menjadi Kecamatan Khusus Miangas. Dampak dari pemekaran
tersebut, maka segera diangkat Bapak Sepno Lantaa SH sebagai
Kepala Kecamatan Khusus melalui surat Keputusan Bupati No 78
Tahun 2007.

39

Dari kejauhan, penampakan Pulau Miangas terdiri dari dua


gugus pulau, pertama adalah pulau besar yang sekarang menjadi
wilayah hunian masyarakat dan kedua adalah gugus pulau kecil yang
dikenal sebagai Tanjung Wora. Tanjung Wora saat ini tidak dihuni
namun dijadikan lahan perkebunan kelapa dan simbol keberadaan
khas masyarakat religius dengan adanya lambang salib raksasa yang
terpancang di depan.
Meskipun gugus Pulau Tanjung Wora saat ini tidak
berpenghuni, Tanjung Wora dipercaya merupakan cikal bakal dari
kehidupan masyarakat di Desa Miangas saat ini. Hal ini terbukti
dengan masih banyak ditemukan sisa-sisa pemukiman di Tanjung
Wora, namun sisa-sisa pemukiman berupa batu-batu yang tampak
berserakan atau tertata karena telah dirubah menjadi lahan
perkebunan kelapa. Sisa-sisa yang masih tampak sangat baik adalah
peninggalan susunan batu karang sebagai benteng kecil. Benteng itu
merupakan susunan batu yang diatur dengan posisi tertentu yang
menyerupai benteng. Tanjung Wora sendiri merupakan gugus pulau
yang sangat khas karena kecuramannya. Sisi-sisi yang sangat curam
tidak nampak adanya bekas susunan batu yang berbentuk benteng
namun pada beberapa sudut wilayah yang cenderung landai susunan
tersebut terlihat jelas. Apalagi pada sudut wilayah yang merupakan
pintu keluar masuk orang melakukan kontak dengan dunia luar sangat
khusus dibuat seperti perbentengan.
Kehidupan masyarakat Miangas selama berada di Tanjung
Wora sangatlah susah, disamping pulaunya yang sangat kecil, sumber
daya alamnya juga sangat terbatas. Keterbatasan lahan menyebabkan
pembangunan tempat tinggal menjadi tidak bisa berkembang dalam
masa yang akan datang demi mengakomodasi perkembangan jumlah
penduduk yang berubah setiap waktu. Sedangkan keterbatasan
sumber daya alamnya menyebabkan kebutuhan sehari-hari menjadi
sangat terbatas, terlebih ketika laut saat pasang. Mereka tidak dapat
mencari pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari di Tanjung Wora

40

namun harus keluar menuju Pulau Miangas yang mana kaya dengan
sumber pangan seperti sagu, laluga, kelapa, kepiting kenari (ketang).
Untuk itulah, mereka perlu setiap hari menyeberang menuju ke Pulau
Miangas.
Persoalan menjadi sangat berat ketika sekeliling wilayah gugus
pulau Tanjung Bora dikepung oleh Bangsa Moro. Kehadiran Bangsa
Moro selalu disertai dengan niat jelek terhadap mereka, yaitu berniat
untuk menghancurkan. Niat Bangsa Moro selalu gagal untuk
mencapai perkampungan mereka di Tanjung Bora. Hal ini disebabkan
adanya benteng alam berupa kecuraman kondisi pulau dan adanya
pasukan yang ada di benteng. Pasukan yang ada di benteng selalu siap
setiap sat melempar senjata batu dari atas untuk menghancurkan
orang-orang Moro tersebut.
Kesulitan yang selalu berulang seperti itu, menyebabkan tetuatetua adat mengambil keputusan untuk berpindah ke sebuah bukit
yang ada di Pulau Miangas. Bukit tersebut dikenal sebagai keramat.
Proses perpindahan tersebut dimulai ketika kepungan Bangsa Moro
menyebabkan kelaparan yang sangat di pemukiman masyarakat
Miangas di Tanjung Bora tersebut. Satu demi orang-orang di Tanjung
Bora berenang menuju bukit tersebut. Strategi yang dilakukan agar
tidak diketahui oleh Bangsa Moro adalah dengan berenang dan
bersuara seperti burung camar. Perilaku orang-orang di Tanjung Bora
yang mirip perilaku burung camar dalam proses migrasi masal ke
wilayah perbukitan sangat membantu mereka dalam proses tersebut.
Proses migrasi menjadi sangat tersamar dan Orang Moro mengira
orang-orang yang ada di Tanjung Wora telah mati kelaparan akibat
pengepungan, sehingga memutuskan untuk kembali ke daerahnya.
Di wilayah perbukitan keramat di Pulau Miangas, masyarakat
membangun pemukiman baru. Pemukiman tersebut berada di
perbukitan yang sekelilingnya ditandai dengan kontur-kontur yang
sangat curam. Di pemukiman yang baru inilah mereka juga
membangun perbentengan seperti yang pernah mereka buat di

41

Tanjung Bora. Keputusan membuat benteng juga bermanfaat ketika


Bangsa Moro melakukan penyerangan kembali. Mereka masih bisa
menghadapi penyerangan yang mereka lakukan. Namun kondisinya
sangat jauh berbeda jauh dengan sebelumnya ketika masih tinggal di
Tanjung Wora. Ketika pemukiman telah berada di bukit keramat,
setiap ada pengepungan yang dilakukan oleh Bangsa Moro, mereka
masih bisa mencari dan memenuhi kebutuhan pokok. Alam di sekitar
pemukiman di bukit Keramat masih luas dan mampu mengakomodasi
segala kebutuhan selama pengepungan.

Gambar 2.2. Batu Mura


Sumber: Dokumentasi Peneliti

Masa-masa penyerbuan Bangsa Moro yang semakin berkurang


intensitasnya, kontur tanah yang sangat berbukit dan angka
penambahan penduduk, menyebabkan para tetua memutuskan untuk
memindah pemukiman di wilayah bawah Pulau Miangas yang
cenderung landai. Wilayah yang dipilih adalah wilayah yang terdapat
sumber air tawar dan mudah mengaksesnya. Beberapa wilayah yang
landai memiliki sumber-sumber air yang cenderung payau.
Rancangan wilayah pemukiman di tempat yang baru dibuat
seperti model pemukiman di perumahan di kota. Wilayah pemukiman
tersebut dibelah oleh tiga jalan utama yang mengarah pada arah utara

42

- selatan (bukit keramat - pantai). Dari ketiga jalur utama tersebut,


terdapat satu jalur yang melintang agak ditengah dengan arah barat timur yang menuju ke dermaga. Rumah-rumah dibangun saling sejajar
dan berhadapan. Setiap rumah memiliki beberapa ruas tanah yang
menjadi halaman. Rancang bangun situs pemukiman seperti ini
dipercaya oleh masyarakat telah ada sejak dahulu kala. Hanya saja,
pada masa itu, semua rumah dibangun dengan menggunakan bahan
kayu yang diambil di wilayah setempat. Konstruksi bangunan
berwujud seperti rumah panggung, namun ketinggian bangunan juga
menjadi perhatian khusus bagi masyarakat setempat. Hal ini berkaitan
dengan cara adaptasi mereka dengan kondisi lingkungan yang
cenderung tidak stabil, dimana arah dan kekuatan angin menjadi
persoalan khusus pada bukan-bulan tertentu. Bagian bawah rumah
panggung umumnya dibiarkan menjadi ruang kosong. Mereka
meletakkan binatang peliharaan di belakang rumah yang memang
sengaja disediakan untuk peliharaan hewan ternak seperti babi atau
yang lain.
Bangunan rumah yang terbuat dari kayu atau berpondasi
semen dengan dinding kayu sudah mulai banyak berubah saat ini.
Bangunan-bangunan permanen dengan bahan batako yang dibuat
sendiri dengan menggunakan campuran pasir putih dan semen
banyak bertebaran di sepanjang ruas jalan. Sehingga berkesan seperti
kompleks perumahan. Beberapa keluarga juga sudah mulai beralih
dengan membangun rumah dengan gaya arsitektur rumah urban,
sebagian mempertahan gaya lama atau mencoba membuatnya
bertingkat. Bagian dasar rumah sudah sangat rendah, jarak antara
lantai rumah dengan tanah nyaris sama. Kondisi ini menyebabkan
kehadiran tangga menuju kedalam rumah sudah banyak yang
dihilangkan. Namun ada hal yang hingga kini masih dipertahankan,
yaitu berkenaan dengan kearifan lokal mengenai pola adaptasi
bangunan rumah berkaitan dengan kemampuan menahan tekanan
angin, dalam hal ini adalah ketinggian rumah. Setiap memasuki bulan

43

yang penuh dengan angin, setiap hari angin akan bertiup kencang
tanpa henti. Kerasnya tekanan angin adakalanya dapat merobohkan
pohon kelapa yang ada atau memporak-porandakan atap rumah
penduduk.
Kondisi jaringan jalan utama yang membelah pemukiman saat
ini sudah sangat berubah. Pada masa sebelumnya, jaringan jalan
utama masih berwujud jalan berbatu (makadam) atau tanah, baik
yang sudah diperkeras maupun belum. Namun sekarang, kondisi jalan
sudah diperkeras dengan semen, sehingga semakin memudahkan
akses dan meminimalkan munculnya debu. Pola rancangan jaringan
jalan seperti ini, memungkinkan semua rumah-rumah warga memiliki
akses langsung terhadap jalan, dan memudahkan mobilitas .
Jaringan jalan yang terdapat di pemukiman saat ini sudah
terhubung dengan baik dengan jaringan jalan yang menuju ke arah
kebun. Kondisinya pun relatif sangat baik karena telah diperkeras
dengan beton. Sehingga memungkinkan masyarakat mudah
melakukan mobilitas ke kebun baik dengan jalan kaki, membawa
gerobak ataupun dengan menggunakan kendaran bermotor seperti
sepeda motor, mobil pickup, truk dan Sepeda.
Pengerasan jalan yang sudah dilakukan di Desa Miangas
memang belum dilakukan seluruhnya khususnya jaringan jalan di
dalam kebun. Ada beberapa ruas jalan yang terhubung dengan jalan
yang masih bertumpu pada jalan tanah. Namun kondisi ini sudah
membawa kegembiraan bagi masyarakat setempat karena dengan
perubahan kondisi jalan yang lebih baik, proses pemindahan buah
kelapa menjadi lebih cepat dan ringan. Kegiatan pengerasan jalan
berhasil karena ditunjang oleh dana PNPM pada tahun 2011.
Perlintasan jalan ke arah kebun melintasi perkebunan kelapa,
rawa, kebun laluga dan sagu. Di perkebunan kelapa disisi sebelah
utara cenderung dimanfaatkan dengan cara tumpangsari. Mereka
memanfaatkan lahan berkebunan dengan menanam sayuran.
Berbagai ragam sayuran mereka tanam seperti kangkung, terong, rica

44

(lombok), ketela pohon, ketela rambat, dan tomat. Seluruh sayuran


cenderung dijual kepada pendatang terutama orang-orang yang
bekerja di proyek-proyek negara. Namun sekarang ada
kecenderungan, sayuran tersebut juga dibeli masyarakat setempat
yang tidak melakukan penanaman di kebunnya.
Kebun di sisi bagian barat cenderung tidak dimanfaatkan
dengan cara tumpang sari. Kebun dibiarkan saja ditumbuhi ilalang,
sehingga terkesan gelap. Sedangkan kebun yang dimanfaatkan untuk
berkebun sayur cenderung terang dan bersih karena setiap hari
pemiliknya selalu membersihkan lahan tersebut. Mereka
membersihkan rumput yang mengganggu tanaman sayurnya,
menyiram atau membersihkan daun kelapa yang sudah tua.
Lahan kebun dan rawa-rawa yang terdapat tanaman laluga
dan sagu juga banyak yang tidak mendapatkan perawatan. Saat ini
tanaman-tanaman tersebut dibiarkan tumbuh liar. Sangat berbeda
dibandingkan dengan masa-masa yang lalu dimana ketika tanaman
laluga dan sagu masih menjadi tanaman pokok dan satu-satunya yang
bisa diakes. Setiap penduduk setiap hari pasti akan pergi ke kebun
untuk menanam dan merawat tanaman-tanaman tersebut. Kehadiran
tanaman tersebut berkaitan dengan masalah hidup dan matinya ia
tinggal di Pulau Miangas. Mereka yang malas menanam dan merawat
pasti akan mendapat resiko kematian atau bergantung pada
tetangganya untuk menghidupi keluarganya. Pada masa itu tidak ada
alternatif bahan pangan pokok yang bisa mereka konsumsi. Jadi setiap
keluarga harus giat bekerja merawat tanaman di kebun.
Berubahnya kondisi tersebut banyak disebabkan adanya
penetrasi bahan pokok berupa beras yang luar biasa. Beras saat ini
sudah menjadi makanan pokok bagi warga Desa Miangas.
Ketersediaan bahan pokok tersebut juga sangat mudah. Setiap warung
yang ada di desa tersebut selalu memiliki stok beras yang bisa
dikonsumsi sehari-hari. Kehadiran beras dan mudahnya beras di
dapatkan sewaktu-waktu di Pulau Miangas telah mengubah pola

45

perilaku masyarakat. Mereka menjadi tidak rajin untuk mengolah dan


merawat tanaman pokok yang telah diturunkan oleh nenek moyang.
Disamping perubahan berkenaan dengan konsumsi makanan
pokok, perubahan yang lain yang terjadi di Desa Miangas adalah
berkenaan dengan kodifikasi mengenai hukum ada. Hukum adat yang
digunakan sudah mengalami banyak perbaikan. Dasar perbaikan
mengacu pada kemampuan masyarakat dan kemanusiaan. Oleh sebab
itu, hukum adat yang ada saat ini bisa dikatakan cukup ringan
dibandingankan dengan kondisi masyarakat di Miangas pada masa
yang lampau. Meskipun dikatakan cukup ringan, namun dalam
konteks masyarakat Desa Miangas, hukuman yang diberlakukan cukup
berat juga. Apalagi berkenaan dengan kemampuan mereka
mendapatkan penghasilan dari hasil berkebun, mencari ikan dan
menjadi tenaga angkut di pelabuhan atau kuli di beberapa proyek di
wilayah setempat.
Kondisi solidaritas masyarakat setempat cukup baik dan
terpelihara. Hal ini nampak ketika masyarakat setempat melakukan
kegiatan, seperti acara perkawinan atau acara yang lain. Pada
kegiatan acara-acara tertentu, pada umumnya mereka saling
berkerjasama untuk mempersiapkan lokasi, membersihkan, memasak
dan memasang tenda di depan rumah. Dengan begitu setiap ada
acara, keluarga dalam satu marga selalu berkumpul bersama dibantu
dengan warga yang lain.
Ketika ada masyarakat yang memiliki hajat perkawinan,
disamping warga setempat membantu mempersipakan acara
tersebut, ternyata ketika hari "h" pelaksanaan, setiap undangan pasti
membawa makanan sendiri-sendiri. Baik membawa nasi maupun laukpauk. Di tempat pelaksanaan perkawinan, mereka dapat
mempertukarkan lauk-pauk yang mereka bawa dari rumah satu
dengan lain. Mereka sangat bangga jika lauk-pauk yang mereka masak
dari rumah ternyata disukai oleh tamu undangan yang lain. Dengan
begitu, setiap tamu akan menikmati hidangan yang dibawa oleh tamu

46

undangan yang lain. Pemilik rumah biasanya hanya menyediakan


minuman dan daging babi.
Kondisi solidaritas dan kegotongroyongan semakin terpupuk
dengan adanya ritual manami yang dilakukan setiap tahun. Ritual
Manami merupakan ritual pesta adat yang diwujudkan berupa
penangkapan ikan bersama dan dimakan bersama-sama. Biasanya
ritual ini dilakukan dilakukan pada bulan mei. Acara ritual ini akan
dianggap berhasil jika setiap eleman masyarakat yang ada saling bantu
membantu. Tanpa adanya kerjasama dan solidaritas, bisa dipastikan
jika ritual penangkapan ikan akan gagal untuk mendapatkan ikan dan
konsekuensinya acara bakar ikan sebagai puncak dari nilai-nilai kerja
sama akan hilang. Di dalam acara ini egoisme akan dibuang jauh-jauh
demi kebersamaan.
Sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan dengan
jarak yang sangat jauh, mobilitas masyarakat bisa dikatakan sangat
tinggi. Tingginya mobilitas ditunjang dengan kehadiran sarana
transportasi berupa kapal laut yang melayari setiap 15 hari sekali.
Setiap kapal yang melewati Pulau Miangas pasti akan dipenuhi dengan
warga Miangas yang akan turun maupun naik. Antusiasme masyarakat
menggunakan kapal tersebut lebih disebabkan angkutan tersebut
merupakan satu-satunya kapal yang mengakomodasi kepentingan dan
kebutuhan mereka terhadap bahan pokok, bahan bangunan,
pengiriman kopra dan beberapa kepentingan bagi para pegawai
setempat.
Disamping kehadiran kapal yang melayari wilayah ini, Pulau
Miangas juga dilengkapi dengan sarana komunikasi. Sarana
komunikasi yang ada disediakan oleh provider Simpati. Kehadiran
provider ini memungkinkan masyarakt Desa Miangas dapat
berkomunikasi dengan siapapun. Namun hal yang menjadi kendala
berkaitan dengan kehadiran provider tersebut adalah berkenaan
dengan masalah daya listrik yang menjadi kekuatan peralatan
komunikasi tersebut. Daya listrik yang menunjang keberlangsungan

47

peralatan ini disuplai oleh panel tenaga surya dan PLN setempat.
Panel tenaga surya saat ini berada dalam kondisi rusak pada switch
yang mengubah secara otomatis dari panel tenaga surya ke PLN jika
daya di dalam accu telah habis. Demikian juga berkaitan dengan daya
yang diambil dari tenaga listrik PLN juga mengalami kendala berkaitan
dengan kontuinitasnya. Pada siang hari PLN juga mendapat suplai dari
panel surya hingga sore kemudian dilanjutkan pada sore hari dengan
tenaga diesel. Kondisi ini menyebakan stabilitas layanan komunikasi
dari provider Simpati menjadi naik turun tergatung catu daya yang
ada.
Banyaknya konsumsi tenaga listrik di Desa Miangas juga
mempengaruhi daya listrik yang dihantar dan diditribusikan ke
masyarakat. Pertumbuhan peralatan listrik sangat signifikan. Hampir
semua telah memiliki alat musik yang membutuhkan daya listrik
tinggi, kulkas, televisi flat dan fan. Secara tidak langsung,
pertumbuhan alat listrik dan ketiadaan penambahan sumber daya
listrik yang memadai menyebabkan daya listrik di wilayah ini
cenderung naik turun. Konsekuensinya, banyak ditemukan beberapa
peralatan listrik warga mengalami persoalan serius.
Disamping berkenaan dengan stabilitas layanan, provider
komunikasi disini juga tidak memiliki spot layanan sinyal yang cukup
lebar. Sinyal yang terlayani cenderung di wilayah pemukiman yang
dekat dengan menara sinyal. Sedangkan pemukiman di dekat pantai
cenderung tidak mendapat sinyal atau seringkali terputus-putus.
Provider juga tidak menyediakan akses layanan data. Sebagian warga
mengatakan bahwa semenjak menara tersebut dibangun, seakanakan menara tersebut dibiarkan hidup mandiri. Tidak ada
penjadwalan yang kontinyu berkaitan dengan aspek "maintenace"
untuk melihat apakah peralatan tersebut masih masih baik apa tidak.
Setiap kerusakan yang terjadi, selalu dipecahkan bersama oleh
masyarakat Desa Miangas, karena memang sudah menjadi kebutuhan
mereka. Demikian juga berkenaan dengan pembiayaan listrik PLN

48

yang mensuplai peralatan tersebut selalu dibayar bersama-sama oleh


masyarakat setiap bulan dengan cara urunan untuk membeli token,
khususnya bagi masyarakat yang memiliki HP.
Kehadiran POS Angkatan Laut dengan peralatan komunikasi
satelit sedikti banyak membantu masyarakat setempat. Kehadirannya
bisa menjadi alternatif dalam berkomunikasi. Apalagi ketika akses
komunikasi dari provider terkendala oleh listrik mati. Disamping itu,
keberadaan akses di POS Angkatan Laut dapat membantu masyarakat
yang memiliki tablet atau HP Android dalam mengakses kebutuhan
akan data.
Kondisi sosial yang ada di Desa Miangas sedikit banyak
dipengaruhi oleh masalah BBM. BBM disini sangat langka, khususnya
ketersediaan minyak tanah, bensin dan solar. Menurut keterangan
Pak Kapus, warga Desa Miangas dipaksa oleh keadaan untuk
melakukan kegiatan yang dilarang oleh negara yaitu menyelundupkan
BBM baik dari Kota Melonguane atau Bitung melalui kapal laut.
Menurut aturan, pemuatan BBM di kapal laut adalah hal yang
terlarang karena dapat menyebabkan masalah serius. Namun dengan
sedikit negoisasi dan merancang ulang kemasan yang digunakan untuk
memuat bensin, proses penyelundupan bisa berhasil. Bahkan
adakalanya proses penyamaran kemasan digabung dengan barangbarang lain. Prinsipnya dalam penyelundupan ini, kemasan BBM harus
tersamar dan jangan mengeluarkan bau yang menyengat yang dapat
mengganggu penumpang dan mengundang aparat untuk memeriksa.
Kenekatan warga Desa Miangas sudah lama dilakukan. BBM
adalah kebutuhan penting bagi mereka. Bensin di Desa Miangas sudah
mencapai Rp. 20.000,- bahkan bisa sampai Rp.35.000,- jika kondisi
sangat langka. Harga yang mahal dapat mempengaruhi kegiatan
mereka dalam mencari ikan sebagai sumber penghasilan sehari-hari.
Disamping persoalan bahan bakar untuk melaut, persoalan bahan
bakar untuk memasak pun menjadi masalah. Agen penjual minyak
tanah di Desa Miangas seringkali tidak mendapatkan minyak tanah

49

secara kontinyu, pada saat penelitian berlangsung, minyak tanah yang


mereka beli terkendala alat angkut yang menolak melayani
pengiriman ke Pulau Miangas karena ketiaadaan surat. Kondisi seperti
ini jika berlangsung terus dalam jangka waktu lama akan berpengaruh
terhadap kegiatan keseharian. Alternatif mereka adalah menggunakan
pepohonan yang jumlahnya terbatas untuk digunakan sebagai bahan
bakar dalam kegiatan memasak.
Selain BBM, persoalan yang muncul juga berkaitan dengan
semakin menipisnya lahan perkebunan kelapa dan pertanian akibat
pertambahan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah
membawa konsekuensi kebutuhan akan lahan yang lebih luas untuk
pemukiman bagi keluarga-keluarga baru. Belum lagi dengan adanya
proyek pembangunan bandara yang saat ini sedang berlangsung.
Keberadaan proyek ini ternyata sangat rakus lahan sehingga sangat
berpengaruh terhadap merosotnya jumlah populasi pohon kelapa di
Pulau Miangas. Turunnya populasi kelapa akan berdampak pada
sektor produksi kopra yang menjadi andalan dan sandaran kehidupan
masyarakat Desa Miangas. Tenaga kerja pemetik kelapa menjadi
berkurang jumlahnya dan jumlah kelapa yang dipetik juga menjadi
turun.
Harapan terakhir dari masyarakat Desa Miangas adalah
adanya konversi pekerjaan yang lebih mengarah pada spesialisasi
bidang kelautan. Spesialisasi ini diharapkan dapat diwariskan kepada
anak cucu mereka di masa depan. Oleh sebab itu, segala bentuk
program-program pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh
pemerintah lebih tepat jika membidik pada persoalan-persoalan di
bidang perikanan. Bidang inilah yang akhirnya menjadi bidang
alternatif yang sangat rasional diterapkan dan menjadi harapan satusatunya bagi penghidupan mereka. Untuk itulah, dana-dana yang
mungkin akan masuk dapat diwujudkan dalam bentuk kapal tangkap
yang lebih baik dengan kemampuan yang besar, pendingin ikan,
rompon, bahan bakar yang mudah dan perlengkapan perikanan

50

lainnya serta sangat penting mengundang para investor perikanan


yang akan membeli produk mereka. Jika diwujudkan, mereka akan
menjadi masyarakat pelaut yang mandiri dan setiap hasil perikanan
yang mereka peroleh tidak sekedar menjadi produk yang akan
konsumsi sendiri namun dapat diolah menjadi produk lain. Sehingga
predikat pelaut "gurem" berubah menjadi pelaut produktif. "Ke
depan, masyarakat Desa harus lebih mengandalkan sektor perikanan
sebagai mata pencaharian", demikian menurut Ketua BPD Miangas
Batuel Lupa.
Jika pemerintah gagal mengarahkan masyarakat Desa Miangas
dalam bidang perikanan, persoalan sosial akan menjadi lebih parah
lagi. Hal ini berkaitan dengan orang-orang yang mungkin tidak
memiliki lahan atau memiliki lahan namun dalam jumlah yang sangat
sedikit. Saat ini saja, persoalan sosial sudah muncul yaitu berkaitan
dengan munculnya kasus pencurian buah kelapa. Buah kelapa yang
diambil oleh pemilik lahan biasanya akan dibawa pulang jika
jumlahnya cukup banyak. Namun cara seperti ini tidak bisa
dilaksanakan seperti dulu. Kasus-kasus buah kelapa yang menghilang
sebelum dibawa pulang mulai bermunculan, sehingga membuat
keresahan. "Saya sering kehilangan kelapa di kebun" kata Pak Albert
Nusa. Untuk mengantisipasi kasus-kasus pencurian, ada juga
masyarakat yang menggunakan cara-cara ghaib. Pak M (56th)
menceritakan pengalamannya, "saat kelapa saya banyak yang
hilang.....saya mencoba dengan cara ghaib. Saya mencari penangkal
tersebut sampai ke Jawa. Penangkal tersebut kemudian saya
pasangkan di kebun saya. Setelah itu saya hanya duduk-duduk di
rumah saja. Ternyata penangkal tersebut manjur. Orang yang mencuri
kelapa saya secara tidak sadar telah mengantarkan kelapa saya yang
dicuri ke rumah saya. Setelah saya anggap kelapa saya di kebun sudah
habis dibawa ke rumah kemudian orang tersebut saya tepuk
pundaknya. Akhirnya dia sadar dan malu kepada saya. Saya pun
menasehati supaya jangan mengulangi perbuatan seperti itu lagi"

51

Kekecewaan terhadap janji presiden yang berubah mengenai


persoalan ganti rugi lahan yang dijadikan bandara masih membekas
di kalangan masyarakat Desa Miangas. Pada saat berkomunikasi
dengan Presiden SBY, masyarakat dijanjikan ganti rugi sebesar Rp.
350.000,-/m2 oleh negara namun kenyataannya realisasi ganti rugi ke
masyarakat hanya menerima Rp. 150.000,-/m2. Mereka merasa ditipu
oleh negara.
Hal ini menjadi persoalan tersendiri. Bahkan
menimbulkan kecurigaan di antara orang Miangas jika ada deal-deal
tersembunyi. Seorang yang kecewa terhadap jumlah ganti rugi adalah
Papa Mk (56th), "saya sudah mengatakan pada masyarakat sini supaya
meminta ganti rugi sebesar Rp. 500.000,-/m2 namun mereka lebih
mengikuti keinginannya sehingga malah dapat rendah.
Masyarakat Miangas yang menerima ganti rugi lahan tidak
banyak yang menggunakan dananya untuk usaha-usaha yang kreatif
dan produktif. Memang ada juga yang menggunakan sebagai modal
membuka warung, menyekolahkan anak ke luar daerah namun
banyak yang menggunakan dana-dana tersebut untuk mempercantik
dan mengisi rumah-rumah mereka. Rumah-rumah yang bertebaran di
Desa Miangas mengalami perubahan yang signifikan sejak adanya
proyek konversi lahan menjadi bandara. Seperti yang dikatakan oleh
Pak Aph (35th), "Iya Pak, rumah disini bagus-bagus sekarang karena
uang bandara"
Persoalan anak muda juga cukup penting untuk diselesaikan.
Banyak anak-anak di Desa Miangas yang sudah lulus sekolah SMK
tidak meneruskan sekolah. Biasanya mereka menganggur, bekerja
menjadi nelayan atau melakukan kebiasaan masyarakat yaitu minum
Cap Tikus buat mabuk-mabukan. Untuk itulah maka menurut Ketua
BPD Miangas Batuel Lupa, negara perlu memperhatikan dengan
menyediakan beragam beasiswa untuk dapat kuliah di Perguruan
Tinggi. Pembangunan SDM setempat perlu ditingkatkan lebih besar
lagi.

52

Perhatian negara terhadap Desa Miangas sudah sangat bagus


terbukti bahwa pembangunan fisik yang dilakukan di sini sangat
banyak dan beragam. Banyak fasilitas infrastruktur yang sudah
diwujudkan seperti, jalan beton, dermaga, bandara dan beragam
kantor. Namun sayangnya, beragam fasilitas yang berhasil dibangun
tersebut ternyata tidak berfungsi dengan baik. Fasilatas yang
seharusnya melayani kepentingan masyarakat, kenyataannya saat ini
banyak yang terbengkalai dan kosong. Hal ini menyebabkan
bangunan-bangunan tersebut menjadi kotor, rusak dan menjadi ajang
mainan anak-anak bahkan mengundang orang untuk berbuat mesum.
Kondisi ketidakfungsionalnya fasilitas negara ini jika tetap
dibiarkan sedemikian rupa, akhirnya memperlihatkan kepada
masyarakat bahwa proyek-proyek yang diberikan oleh negara tersebut
cenderung menjadi proyek mubazir. Beberapa bangunan yang hingga
saat ini kelihatan terbengkelai yaitu bangunan yang direncanakan
untuk penampungan kebutuhan pokok masyarakat selama musim
angin dan gelombang, yaitu bulog, empat buah tangki untuk BBM.
Bangunan tersebut sudah dibangun sejak tahun 2007 namun aspek
kegunaannya belum nampak hingga kini. Bahkan saat ini terkesan
sebagai gudang kumuh.
Kehadiran fasilitas-fasilitas tersebut dapat mengesankan
bahwa negara sangat serius hadir di wilayah perbatasan. Namun jika
pembangunan tersebut mubasir, maka kesan yang muncul bukan
keseriusan kehadiran negara yang mengayomi namun bisa saja
menjadi perhatian yang sangat berlebihan. Apalagi jika dibandingkan
dengan wilayah-wilayah terdekat seperti Kecamatan Nanusa.
2.2
Geografi dan Kependudukan
2.2.1 Gambaran Geografi
Pulau Miangas atau Kecamatan Khusus Miangas memiliki luas
3,15 km2, merupakan wilayah kecamatan terkecil di wilayah
Kabupaten Talaud. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar NKRI

53

(Negara Kesatuan Republik Indonesia) di sisi utara. Sebagai wilayah


terluar, Pulau Miangas atau Kecamatan Khusus Miangas berbatasan
langsung dengan negara tetangga yaitu Philipina di samping Pulau
Marore dan Pulau Kamboleng di wilayah Sangir. Wilayah Pulau
Miangas atau Kecamatan Khusus Miangas merupakan bagian dari
gugusan kepulauan yang disebut sebagai gugusan Kepulauan Nanusa.
Kepulauan Nanusa sendiri terdiri dari Pulau Garat 1.460 km2 tidak
berpenghuni, Marampit 12.750 km2 berpenghuni, Karatung 7.430 km2
berpenghuni, Mangupung 2.360 km2 tidak berpenghuni, Intata 0.280
km2 tidak berpenghuni, Kakorotan 1.710 km2 berpenghuni dan Malo
2.160 km2 tidak berpenghuni. Seluruh kepulauan tersebut merupakan
bagian integral wilayah Kabupaten Talaud, Propinsi Sulawesi Utara.
Secara geografis, Pulau Miangas atau Kecamatan Khusus
Miangas berada di 05 32' - 09 14' 02 Lintang Utara dan 127 34' 05 126 9' Bujur Timur. Kecamatan Khusus Miangas berbatasan
langsung dengan Negara Filipina di wilayah utara dan barat, Laut
Pasifik di wilayah timur,
dan Laut Sulawesi di wilayah Selatan.
Ketinggian Kecamatan Khusus Miangas berada pada 4 dpl. Panjang
garis pantai mencapai 6 km ditambah dengan Tanjung Wora sebesar
2,20 km.

Gambar 2.3. Peta Perbandingan Jarak Miangas ke Davao dan Melong


Sumber: http://beruangkaki5.blogspot.com/2013/03/pulau-yang-berbatasandengan-filipina.html

54

Jarak Pulau Miangas atau Kecamatan Khusus Miangas dengan


wilayah Kota Davao di Pulau Mindanau berkisar kurang lebih 77 Km
atau 47 mil, sedangkan jarak Pulau Miangas atau Kecamatan Khusus
Miangas dengan kepulauan terdekat di wilayah Negara Republik
Indonesi yang kondisinya relatif sama, yaitu Kecamatan Nanusa
berkisar kurang lebih 145 mil. Jika bentang tersebut diukur hingga ke
arah ibukota Kabupaten berkisar kurang lebih 110 mil atau 197 Km.
Perbedaan jarak akses menuju negara tetangga Philipina dan wilayah
pulau terdekat di Kab Talaud, menyebabkan Pulau Miangas atau
Kecamatan Khusus Miangas dikategorikan sebagai wilayah perbatasan
atau wilayah terluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebuah
beranda belakang dari negeri ini.
Sebagai wilayah terluar yang memiliki jarak tempuh mencapai
145 mil dan kondisi wilayah yang dikelilingi oleh lautan, akses menuju
wilayah tersebut hingga saat ini hanya dapat dicapai dengan
mengunakan alat transportasi kapal laut. Kapal laut yang melayani
pelayaran ke wilayah tersebut bertipe perintis. Tipe pelayaran yang
biaya operasionalnya masih disubsidi oleh pemerintah. Oleh sebab itu,
ongkos yang harus dibayarkan oleh penumpang menuju kota-kota
kecamatan tertentu yang dilalui oleh jalur pelayaran tersebut masih
terhitung sangat murah. Sebagai contoh adalah ongkos kapal yang
harus dibayar oleh penumpang dari Pelabuhan Laut Kota Melonguane
menuju Dermaga di Kecamatan Khusus Miangas cukup mengeluarkan
uang Rp.50.000,-. Ongkos sebesar itu sudah termasuk bed dengan
catatan jika masih tersedia. Jika sudah habis, penumpang bisa
menggunakan tikar mencari tempat untuk istirahat. Ada beberapa
kapal laut perintis yang melayani trayek pelayaran ke arah Kecamatan
Khusus Miangas, yaitu Kapal Sabuk Nusantara 35, Sabuk Nusantara 78,
Meliku Nusa dan Sangiang (Pelni).
Bagi masyarakat luar yang ingin bepergian menuju wilayah
kepulauan seperti Kepulauan Nanusa, Sangir hingga Miangas dapat
mengakses kapal-kapal tersebut. Kapal tersebut dapat diakses mulai

55

dari pelabuhan di Kota Bitung atau kalau ingin memperpendek


pelayaran, mengakses dari ibu kota kabupaten yaitu Kota
Melonguange. Adanya pilihan untuk mengakses kapal laut melalui
Kota Melonguange untuk mempersingkat waktu perjalanan menuju ke
Ibu Kota Propinsi atau sebaliknya tersedia sejak dibukanya bandar
udara di Kota Melonguange. Dengan dibukanya bandar udara tersebut
dapat mempersingkat perjalanan masyarakat yang akan berangkat
dari kota Manado atau Bitung menuju Kota Melonguange untuk
melanjutkan pelayaran menuju Kecamatan Khusus Miangas,
Kecamatan Nanusa dan Wilayah Pulau Karakelang di bagian utara
menjadi hanya 45 menit saja.
Bandar Udara Melonguane yang berjarak 2 km dari Kota
Melonguane memiliki ukuran landas pacu 1.400 x 30 m. Awal 24 Juli
2014 telah berubah menjadi 2100 x 45 meter, sehingga dapat didarati
pesawat Wings Air dan Ekspress Air. Pesawat yang melayani bertipe ATR 72500 dengan kapasitas penumpang sebanyak 70 orang. Oleh karena

antusiasme masyarakat yang menggunakan layanan tersebut sangat


tinggi terbukti dengan banyaknya penumpang yang berada di kabin
pesawat dalam setiap penerbangan. Dalam tahun-tahun ke depan
Garuda juga berencana untuk membuka jalur penerbangan ke bandar
udara tersebut.
Seluruh kapal perintis tersebut memiliki jalur perjalanan
pulang pergi mengitari kepulauan yang bertebaran di Kabupaten
Sangir dan Talaud atau Nanusa utara. Panjangnya trayek yang dilewati
menyebabkan lama perjalanan hingga mencapai 15 hari dalam satu
putaran dan 15 hari lagi untuk kembali. Kondisi inilah menyebabkan
ketersediaan kapal hanya ada sebanyak 2 kali dalam sebulan. Jika
beruntung, ada kalanya kedatangan kapal Meliku Nusa, Sabuk
Nusantara 35, Sabuk Nusantara 78 bisa berurutan dalam beberapa
hari dalam minggu yang sama. Adapun trayek yang dilewati Kapal
Meliku Nusa pada putara pertama adalah sebagai berikut, Bitung-SiauMakalehi-Kahakitang-Tahuna-Kawaluso-Kawio-Marore-Miangas-

56

Karatung-Geme-Melonguane-Lirung-Mangarang-Tahuna.
Putaran
kedua
adalah
Tahuna-Mangarang-Lirung-Melonguane-EssangKakorotan-Karatung- Miangas-Marore-Kawio- Kawaluso-TahunaKahakitang-Siau-Bitung. Sedangkan kapal Sabu Nusantara memilik
trayek pelayaran Bitung-Tagulandang-Kahakitang-Tahuna-LipangKawaluso-Matutuang- Kawio-Marore-Kawaio-Matutuang-KawalusoLipangTahuna-Mangarang-Melonguane
-Beo-Essang-KaratungMarampit-Miangas-Marampit-Miangas-MarampitKaratung-EsangBeo-Melongnuane- Mangarang-Tahuna- Kahakitang-TagulandangBitung
Dari seluruh kapal perintis yang melayani trayek ke Kecamatan
Khusus Miangas, munurut pernyataan masyarakat Miangas, Kapal
Meliku Nusa merupakan kapal yang dianggap paling handal
dibandingkan kapal yang lain. Kehandalan kapal tersebut berupa
kemampuan melakukan pelayaran ketika gelombang cukup tinggi
hingga kekonsistenan dalam melayani pelayaran ke Pulau Miangas.
Kapal Sanging seringkali disebut sebagai kapal yang sering
memberikan pelayanan yang tidak menyenangkan seperti ingkar janji
untuk meneruskan pelayaran ke Pulau Miangas atau menurunkan
kembali penumpang.
Kehandalan kapal Meliku Nusa dalam menembus gelombang
tinggi ketika menuju Pulau Miangas disamping disebabkan konstruksi
kapal juga disebabkan karena perilaku ABK tersebut yang banyak
membantu masyarakat Miangas. Konstruksi kapal Meliku Nusa
dipercaya sangat berbeda dibandingkan kapal yang lain. Jika ada
gelombang, kapal yang lain cenderung bergoyang ke arah kanan dan
kiri, sedangkan kapal Meliku Nusa bergoyang ke arah depan dan
belakang. Di samping itu, ABK Kapal Meliku Nusa lebih sering memiliki
empati ketika masyarakat membutuhkan seperti membawa peti mati
tanpa meminta bayaran hingga membantu membawa penumpang
yang sedang sakit secepatnya tanpa mempedulikan jadwal kapal yang
seharusnya berhenti lama di dermaga-dermaga tertentu.

57

Kondisi wilayah yang sangat dekat dengan negara tetangga


Filipina menyebabkan wilayah ini dikategorikan sebagai wilayah
perbatasan. Sebagai wilayah perbatasan, Kecamatan Khusus Miangas
saat ini dipandang sangat penting dari sisi keamanan, pertahanan dan
pengembangan ekonomi regional menyandang atribut sebagai
wilayah yang sangat penting, sangat istimewa dan harus diperhatikan
karena menyangkut batas terluar dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Di samping wilayah tersebut juga sangat rawan terhadap
munculnya gejala global seperti terorisme, penyelundupan senjata
dan trafficking. Hal ini terbukti dengan lengkapnya keberadaan
lembaga negara di wilayah ini, seperti Kantor Desa, Polsek,
Kecamatan, Karantina, Bea Cukai, Imigrasi, Pos Angkatan Darat
(Koramil) dan Pos Angkatan Laut.
Mengacu pada urgensi diatas, wilayah Desa Miangas yang
pada awalnya secara administratif merupakan sebuah desa yang
menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Nanusa, mulai bulan Juni
2007, kedudukannya ditingkatkan atau dimekarkan menjadi wilayah
Kecamatan Khusus Miangas. Pemekaran ini digagas pada periode
pemerintahan Bupati Dikson A Udampo pada tahun 2001-2006
melalui Peraturan Pemerintah Kabupaten Talaud tentang
Pemerintahan Desa Miangas dimekarkan menjadi Kecamatan Khusus
yang memiliki karakteristik satu desa dan satu kecamatan. Implikasi
status baru yang diembannya tersebut menyebabkan wilayah tersebut
semakin mendapatkan perhatian khusus dan langsung dari pusat.
Setiap hari Pos Angkatan Laut di Kecamatan Khusus Miangas selalu
memberikan laporan mengenai perkembangan terkini di wilayah
tersebut.
Sebagai wilayah perbatasan antar negara, Pulau Miangas
memiliki Titik Referensi No RT 056 dan Titik Dasar No TD 056 serta
penanda sah sebagai wilayah negara Republik Indonesia dengan
diwujudkan dalam bentuk Tugu NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Posisinya yang sangat strategis, menjadikan pulau ini

58

sebagai check point dalam penentuan batas wilayah antara negara


Republik Indonesia dan Philipina.
Secara umum wilayah Kecamatan Khusus Miangas terbentang
berupa dataran berpasir putih, rawa-rawa tetumbuhan beluga,
perkebunan rakyat yang didominasi tanaman kelapa, cengkih, pala,
sagu dan adakalanya ketela pohon, dan ketela rambat ditanam secara
tumpangsari, perbukitan rendah dan bebatuan karang. Dengan begitu
dapat dikatakan bahwa wilayah Kecamatan Khusus Miangas memiliki
pola topografi yang beragam. Secara terperinci terdiri dari 80,18%
wilayah yang masuk dalam kategori landai, 18,82% berombak dan
berbukitan dengan ketinggian antara 50 hingga 70 meter dpl.
Perbukitan yang ada di wilayah ini adalah perbukitan Gunung Keramat
dengan ketinggian 150 m, perbukitan Gunung Solo dengan ketinggian
130 m dan Bukit Limoma dengan ketinggian mencapai 25 m.
Komposisi permukaan wilayah Pulau Miangas sangat beragam.
Sebagian besar memiliki komposisi permukaan berwujud tanah pasir
putih dan bebatuan karang. Di daerah rawa-rawa memiliki komposisi
permukaan berwujud tanah gambut. Sisanya memiliki komposisi
permukaan berupa tanah liat dan batu-batu yang sangat keras yang
umumnya dapat ditemukan di wilayah perbukitan sebelah timur.
Berdasarkan kemiringan tanah, wilayah Kecamatan Khusus
Miangas dapat dikategorikan menjadi 4 kategori. Adapun periciannya
adalah sebagai berikut, pertama adalah kemiringan tanah antara 0 - 2
mencapai luasan 2,6 km2 atau sebesar 38,81% dari luasan lahan yang
ada, kedua adalah kemiringan tanah antara 2 - 15 mencapai luasan 2,5
km2 atau sebesar 37,31% dari luasan lahan yang ada, ketiga adalah
kemiringan tanah antara 15 - 40 mencapai luasan 0,2 km2 atau
sebesar 2,99% dari luasan lahan yang ada. Terakhir adalah kategori
kemiringan tanah diatas 40 mencapai luasan 1,4 km2 atau sebesar
20,90% dari luasan lahan yang ada.
Keberadaan lahan yang sangat terbatas di Pulau Miangas
menyebabkan perlu adanya pola pemanfaatan lahan secara efektif

59

dan efisien di wilayah Kecamatan Khusus Miangas. Dari keseluruhan


lahan yang terdapat disana, kurang lebih tiga hektar lahan
diperuntukkan sebagai pemukiman, 21 hektar diperuntukkan sebagai
kebun aneka ragam, 60 hektar lahan diperuntukkan sebagai
perkebunan monokultur berupa perkebunan kelapa, 12 hektar lahan
diperuntukan sebagai tegalan untuk bertanam sayur-sayuran, 4 hektar
lahan diperuntukan sebagai hutan atau konservasi dan 10 hekter
lahan diperuntukkan sebagai lahan terbuka.
Kecenderungan lahan yang diperuntukan bagi perkebunan
digunakan untuk menanam tanaman tahunan seperti kelapa, pala dan
cengkeh, menyebabkan pola pengairan menjadi tidak berguna.
Tanaman dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. Tanah-tanah yang
digunakan sebagai lahan penanaman laluga dan sagu cenderung
basah dan lembab bahkan ada yang berawa. Bagi masyarakat Desa
Miangas yang juga melakukan penanaman tumpangsari dengan
tanaman sayuran, mereka perlu datang ke kebun setiap hari untuk
memberikan air secukupnya. Jika tidak, maka sayuran yang ditanam
bisa mati kekurangan air. Bahkan adakalnya mereka perlu membuat
pagar kecil yang terbuat dari bambu untuk penahan serangan hama
kepiting yang sering merusak tanaman sayuran.
Komposisi peruntukan lahan ini juga mengalamai perubahan
secara signifikan saat ini. Terlebih pada lahan yang diperuntukan
sebagai perkebunan kelapa. Semenjak ada ide dari pusat (Jakarta)
berkenaan dengan perlunya pembangunan infrastruktur bandara
sebagai titik akses ke wilayah Kecamatan Khusus Miangas ketika
wilayah ini memasuki bulan-bulan paling sulit untuk diakses dengan
menggunakan kapal laut. Jumlah lahan perkebunan kelapa mengalami
penyusutan yang cukup tinggi akibat kebijakan konversi menjadi lahan
bandara. Kebutuhan akan lahan bagi pembangunan infrastruktur
bandara dapat dikatakan sangat rakus lahan ditengah keberadaan
lahan yang sangat terbatas di pulau yang sangat kecil.

60

Dampak ekologis yang paling dirasakan oleh masyarakat


wilayah Kecamatan Khusus Miangas akibat kebijakan konversi lahan
menjadi bandara tersebut seringkali dikaitan dengan perubahan suhu
yang semakin panas menyengat. Kondisi pemukiman yang semakin
terasa panas menyebabkan banyak penduduk yang menggunakan
tegalan sebagai tempat beristirahat dan mencari udara sejuk. Mereka
banyak membangun pondok-pondok di setiap tegalan yang mereka
miliki sambil bekerja menanam sayuran.
Wilayah Kecamatan Khusus Miangas memiliki satu desa yang
terdiri dari 3 dusun. Setiap dusun tidak memiliki nama yang mengacu
pada perbedaan yang khas, namun hanya dibedakan berdasarkan
angka saja yaitu dusun 1, dusun 2 dan dusun 3. Perbedaan dusun
didasarkan pada alokasi tiga wilayah pemukiman yang dipisahkan oleh
tiga jalan yang melintang di tengah-tengah desa Miangas tersebut.
Berkenaan dengan luas wilayah pada tingkat dusun, ada variasi antara
satu dusun dengan dusun yang lain. Dusun 1 memiliki wilayah
cakupan sebesar 2,2 km2 dengan persentase 32,84 %. Dusun 2
memiliki wilayah sebesar 0,2 km dengan persentase 2,99% dan
terakhir Dusun 3 memiliki wilayah sebesar 4,3 km dengan persentase
64,18 %.
Pulau Miangas merupakan suatu pulau yang terletak di laut
bebas khususnya di lautan pasifik dan juga berada di sisi utara
khatulistiwa. Berdasarkan pada keberadaan lokasinya, Pulau Miangas
memiliki iklim yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lautan. Kondisi
lautan yang selalu berubah-ubah tanpa dapat diduga sebelumnya
menyebabkan kondisi iklim di Kecamatan Khusus Miangas cenderung
menjadi tidak menentu.
Secara umum iklim di wilayah ini masuh ke dalam kategori
iklim tropis equaterial yang dipengaruhi oleh angin Muson yang
berlangsung pada bulan Juni hingga Oktober. Kondisi iklim juga relatif
sama dengan kondisi di wilayah Kabupaten Talaud pada umumnya.

61

Berdasarkan hasil observasi dari stasiun meterologi di Naha, suhu


udara di wilayah ini rata-rata berkisar antara 26 hingga 280 C.
Wilayah ini memiliki sejumlah bulan musim hujan dalam satu
tahun yang signifikan. Iklim yang terjadi di wilayah ini dikategorikan
sebagai Af mengacu pada klasifikasi iklim menurut Kppen-Geiger.
Temperatur selama satu tahun berada dalam rentang antara 26,60 C
hingga 27,40 C. Temperatur tinggi berada di bulan april sebesar 27,00
C, bulan mei sebesar 27,40 C, bulan agustus sebesar 27,00 C, bulan
oktober sebesar 27,40 C, bulan november sebesar 27,30 C. Temperatur
rendah berada di bulan januari sebesar 26,60 C, bulan februari sebesar
26,60 C, bulan juni sebesar 26,80 C, dan bulan juli 26,40 C. Rata-rata
temperatur mencapai 26,90 C.

Gambar 2.4. Temperatur


Sumber: http://en.climate-data.org/location/1004316/

62

Berkenaan dengan keadaan curah hujan, kondisi curah hujan di


Pulau Miangas sangat dipengaruhi oleh kondisi angin laut. Pada
musim hujan, hampir setiap hari selalu turun hujan walaupun
adakalanya gerimis dan mendung. Sebaliknya pada musim kemarau,
sekali-sekali bisa terjadi fenomena turun hujan. Kondisi ini muncul
karena tidak lepas dari lokasi Pulau Miangas yang dikelilingi oleh
lautan yang luas. Lautan luas yang melingkupinya, menyebabkan suhu
yang panas bisa menyebabkan kelembapan yang cukup tinggi.
Bulan maret dan april merupakan bulan yang paling kering
dengan angka rata-rata curah hujan sebesar 112 dan 120 mm. Bulan
januari dan juli memiliki curah hujan sebesar 260 mm, kemudian
bulan juni dan november memiliki curah hujan sebesar 190 mm,
desember sebesar 180 mm, februari dan mei sebesar 172 mm, dan
bulan agustus memiliki curah hujan sebesar 160 mm.

Gambar 2.5. Curah Hujan


Sumber: http://en.climate-data.org/location/1004316/

Kelembapan udara rata-rata dalam satu tahun terbesar terjadi


di bulan desember sebesar 88 %, kemudian diikuti bulan januari,
febuari dan april sebesar 86 %, bulan mei, juli dan november sebesar
85 %, dan bulan maret sebesar 84 %. Kelembapan rata-rata terendah
berada di bulan september dan oktober sebesar 81 %.
Berkenaan dengan rata-rata penyinaran matahari, bulan maret
memiliki angka rata-rata terbesar mencapai 76%, diikuti bulan oktober

63

dengan angka rata-rata sebesar 75% dan bulan desember dengan


angka rata-rata penyinaran matahari sebesar 66%. Rata-rata
penyinaran paling kecil terjadi di bulan januari sebesar 41%, kemudian
diikuti bulan febuari dengan angka rata-rata mencapai 45%.
Selanjutnya bulan april, juni dan agustus dengan rata-rata penyinaran
matahari sebesar 60%. Bulan november dengan rata-rata penyinaran
matahari sebesar 63%, dan terakhir bulan mei dengan rata-rata
penyinaran matahari sebesar 62%.
Keadaan awan yang melingkupi wilayah Pulau Miangas
tergantung pada kondisi musim. Pada musim penghujan, biasanya
kondisi awan baik pada siang maupun malam terdapat awan yang
tebal. Sebaliknya, jika memasuki musim kemarau, kondisi awan baik
siang maupun malam cenderung terdapat awan tipis bahkan
adakalanya tidak terdapat awan sama sekali. Namun kondisi tersebut
akan berbeda, jika telah memasuki masa pancaroba. Pada masa ini,
kondisi awan seringkali tidak menentu. Adakalanya terdapat awan
tipis namun kemudian berubah menjadi awan tebal dalam waktu
relatif singkat atau sebaliknya.
Rata-rata kecepatan angin terbesar berada di bulan juli hingga
oktober sebesar 6 km/jam. Bulan januari hingga juni dan bulan
november kecepatan angin rata-rata mencapai 5 km/jam. Sebaliknya,
rata-rata kecepatan angin terendah berada di bulan desember sebesar
4 km/jam. Secarai detail penamaan angin dapat dikategorikan sebagai
berikut, pertama adalah angin barat. Angin ini bertiup ke arah timur
antara bulan September hingga Januari. Pada umumnya, angin barat
bertiup hingga mencapai kecepatan rata-rata antara 50 hingga 80
km/jam. Kondisi angin yang memiliki kecepatan sebesar itu
berdampak pada kondisi laut dibawahnya. Kondisi laut selalu
berombak sangat besar dan disertai hujan yang sangat lebat. Hal ini
menyebabkan dampak yang cukup besar khususnya berkaitan dengan
lalu lintas pelayaran dan munculnya angka kecelakaan laut.

64

Kedua adalah angin utara, angin ini bertiup ke arah selatan


pada bulan Februari hingga Maret. Kecepatan angin utara pada
umumnya berkisar pada kecepatan rata-rata antara 30 hingga 60
km/jam. Angin utara juga masih berpotensi menciptakan gelombang
yang sangat besar, hanya saja dibandingkan dengan angin barat,
keberadaan curah hujan cenderung berkurang. Kondisi tiupan angin
juga relatif tidak stabil. Adakalanya angin bertiup terus menerus
selama satu hingga dua minggu kemudian dilanjutkan dengan kondisi
tenang antara dua hingga tiga hari. Jika kondisi angin yang bertiup
tenang, keadaan laut juga ikut tenang kembali dan laut dapat dilayari
untuk mencari ikan atau lalu lintas pelayaran. Kondisi angin bertiup
kencang dan tenang demikan terjadi silih berganti hingga mencapai
musim berikutnya.
Ketiga adalah angin selatan, angin ini bertiup ke arah utara.
Biasanya, angin selatan berembus dengan kecepatan 20 hingga 40
km/jam. Kecepatan angin yang cukup membuat keadaan laut kembali
bergejolak dengan munculnya ombak yang cukup besar. Angin ini
seringkali muncul pada bulan Juli hingga Agustus.
Keempat adalah angin timur, angin ini bertiup ke arah barat.
Dibandingkan dengan ketiga angin sebelumnya, angin timur relatif
tenang dan dianggap bersahabat dengan masyarakat di Pulau
Miangas. Angin Timur biasanya muncul pada bulan April hingga Juni
dengan kecepatan antara 15 hingga 25 km/jam. Adakalanya pada
bukan-bulan angin timur ini, seringkali angin tidak bertiup sama sekali.
Kondisi ini menyebabkan kondisi lautan sangat tenang dan sangat baik
untuk lalu lintas pelayaran dan mencari nafkah bagi pelaut setempat.
Keberadaan informasi kecepatan angin sangatlah penting bagi
masyarakat Desa Miangas berkenaan dengan pencarian nafkah
sebagai seorang pelaut.
Kondisi angin yang berubah-rubah
menyebabkan mereka memiliki pengetahuan mengenai kapan laut
dapat dilayari dan kapan tidak dapat dengan menggunakan kapal
tradisionalnya.

65

Kondisi lingkungan dan lautan di Pulau Miangas berbeda pada


musim penghujan, kemarau dan pancaroba. Pada musim penghujan
biasanya pada siang hari terlihat cerah, langit bersih. Namun pada
sore hari terdapat kabut yang melingkupi wilayah lautan hingga
malam dan pagi hari. Pada musim kemarau, kondisi wilayah dan
lautan cenderung bersih dari siang hari hingga sore hari. Namun di
pagi hari adakalnya muncul sedikit kabut tipis. Sedangkan pada
musim pancaroba, kondisi wilayah dan lautan cenderung berubahubah. Hal ini di sebabkan pengaruh dari kondisi alam seperti
kecepatan angin, hujan dan gelombang.
Kontur wilayah pantai Pulau Miangas memiliki karakteristik
yang sangat khas, ada yang landai, curam dan landai berkarang. Pulau
Miangas ibarat sebuah gunung yang menjulang di tengah lautan. Hal
ini menyebabkan pantai di sini sangat curam. Meski ada sebagian kecil
wilayah pantai relatif landai dan berkarang, namun pada jarak
tertentu kelandaian lantai dasar pantai akhirnya menjulang ke bawah
secara curam. Pantai di sebelah utara dan timur laut cenderung curam
hingga ke dasar laut namun di sebelah barat dan selatan cenderung
landai berpasir putih atau berkarang.
Pandangan mengenai kondisi pantai sangatlah berbeda ketika
mengalami masa pasang dan surut setiap harinya. Ketika air laut
surut, pantai cenderung menunjukan hamparan karang hingga
mencapai 25 meter dari garis pantai atau kombinasi dengan
hamparan karang dan pasir putih yang menyilaukan mata di siang
hari. Namun ketika air pasang naik, hamparan karang tersebut
cenderung hilang ditelan gelombang laut. Terkadang masih
menyisakan sedikit hamparan pasir putih. Kondisi pasang surut juga
mempengaruhi kondisi dermaga satu - satunya yang dimiliki Pulau
Miangas. Pada saat air laut pasang, kedalaman dermaga mencapai
9,55 meter namun ketika laut surut mencapai kedalaman hingga 7
meter.

66

Kondisi arus laut di Pulau Miangas cenderung berubah-ubah


karena dipengaruhi dari kekuatan angin yang sedang bertiup. Jika
angin yang berembus sangat kuat, biasanya akan disertai oleh
tingginya gelombang. Dampaknya adalah keadaan dan gerakan arus
menjadi sangat kuat. Namun kondisi ini juga relatif mudah berubahubah karena mengingat lokasi Pulau Miangas yang berada di laut
pasifik. Pada musim angin barat dan utara yang adakalanya bisa
mencapai kecepatan 40 mil/jam, air laut menjadi sangat
bergelombang. Hal ini bisa menyebabkan kapal-kapal kecil dibawah
1000 DWT tidak mampu melintasi wilayah ini apalagi bersandar.
Kondisi Pulau Miangas yang berpantai karang dan
bergelombang besar membutuhkan alat pandu bagi lalu lintas
pelayaran. Oleh sebab itu, pulau ini juga memiliki alat penuntun
navigasi berupa menara suar yang dibangun di atas bukit Keramat
menghadap ke sisi timur pulau. Meskipun letaknya berada jauh diatas
bukit namun kondisi menara suar sangatlah bagus. Sumber daya yang
digunakan berasal dari tenaga matahari. Sepanjang siang hari menara
suar memproduksi tenaga yang berasal dari sinar matahari dan
disimpan di dalam baterai kering yang dipasang di dalam menara.
Akumulasi tenaga listrik tersebut akan digunakan ketika malam hari.
Pada saat malam hari, menara suar secara otomatis akan
menggunakan tenaga yang telah disimpannya. Seluruh tenaga yang
didapat dari pencahayaan matahari memungkinkan Lampu suar
memiliki daya tahan untuk menyala sepanjang malam bahkan ketika
mendung gelap melanda Pulau Miangas.
Menara suar yang terdapat di Pulau Miangas dibangun dan
dimiliki oleh Dinas Perhubungan Laut direktorat navigasi. Untuk
melengkapi keberadaan menara suar tersebut, Dinas Perhubungan
melengkapinya dengan Kantor Direktorat Navigasi yang dibangun di
bawah bukit tersebut beserta dilengkapi dengan petugasnya untuk
melakukan perawatan berkala. Menara suar di Pulau Miangas
memiliki karakteristik jarak tampak hingga 20 mil. Lampu berwarna

67

putih dengan jenis flash dan berkedip secara periodik FL 0,5 - ECL 3,5,
FL 0,5 - ECL 11,5.
Keberadaan menara suar membantu memberikan panduan
bagi setiap kapal yang ingin berlabuh di demaga Pulau Miangas pada
kondisi gelap. Namun adakalanya, ketika kondisi tidak memungkinkan
seperti cuaca yang tidak bersahabat seperti bergelombang, kapal yang
ingin bersandar di Pulau Miangas dapat membuang jangkar di depan
dermaga atau beralih ke Pantai Racuna depan POS Angkatan Laut.
Dermaga di Pantai Miangas tampaknya belum dilengkapi dengan banban karet penghalang benturan antara kapal dengan sisi dermaga.
Dengan begitu, ketika muncul gelombang atau arus yang agak besar,
kapal tidak berani untuk bersandar di dermaga karena akan beresiko
kebocoran akibat benturan antara dinding kapal dengan tembok
beton dermaga.
Di Pantai Racuna kapal yang datang tidak bisa berlabuh di
demaga namun hanya bisa menurunkan jangkar. Kemudian kapal dan
barang akan dipindahkan dengan menggunakan perahu kecil atau
Pamboat. Aktifitas pemindahan barang orang harus dilakukan dengan
hati-hati mengingat kondisi dasar laut yang sangat curam dan sangat
dalam. Kesalahan dalam pemindahan barang akan menyebabkan
barang terjebur ke laut dan dapat dipastikan akan hilang dan tidak
ditemukan lagi.
Wilayah Kecamatan Khusus Miangas, jika dibandingkan dengan
kecamatan lain di Kabupaten Talaud, merupakan salah satu wilayah
yang tidak memiliki gunung berapi dan aliran sungai. Gunung berapi
hanya ada di Kecamatan Pulutan dengan tinggi 864 m dengan kondisi
saat ini tidak aktif. Meskipun kondisinya tidak aktif, cakupan daerah
bahaya mencapai 20 km2 dan daerah waspada mencakup wilayah
sebesar 40 km2. Keberadaan sungai banyak berada di Kecamatan
Melonguane, Melonguane Timur, Pulutan, Tampan'amma, Gemeh,
Beo utara, Beo, Beo Selatan, Lirung, Rainis dan Damau.

68

Ketidaan sungai di wilayah Kecamatan Khusus Miangas tidak


menghambat masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Tuhan telah
menganugerahi masyarakat setempat dengan keberadaan sumbersumber air baik berupa sumur maupun mata air. Ada peninggalan
beberapa sumur tua yang masih dapat dimanfaatkan. Sumur tua yang
masih digunakan dan lokasinya dekat dengan pemukiman warga
adalah sumur yang terdapat disebelah Gereja Germita. Air sumur
tersebut kondisinya cukup baik dan berasa tawar. Bagi orang-orang
tua, keberadaan air sumur tersebut telah lama berperan dalam
menghidupi mereka selama ini. Bahkan pada masa itu, air sumur
tersebut dapat diminum tanpa direbus terlebih dahulu. Beberapa
sumur sejenis yang terdapat di wilayah pemukiman pada umumnya
berasa payau, sehingga jarang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Sumur yang lain yang dapat ditemukan di Desa Miangas adalah
sumur yang terletak di depan Puskesmas Miangas dan di dalam area
kantor Navigasi. Sumur tersebut pada masa sebelumnya juga
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun untuk
kondisi saat ini, sumur tersebut terlihat hanya sebagai kenangan
meskipun debit air cukup baik dan warna air terlihat jernih.
Keengganan warga untuk memanfaatkan kedua sumur tersebut lebih
disebabkan lokasi keberadaan sumur yang bisa dikategorikan cukup
jauh dari pemukiman. Namun kata "cukup jauh" lebih disebabkan
karena saat ini ada pelayanan air melalui perpipaan yang dikelola oleh
desa.
Pelayanan perpipaan mulai terealisasi semenjak ditemukan
mata air yang memiliki debit yang sangat tinggi. Sumber air tersebut
berada di tanah milik Papa Maxi yang dibeli oleh desa. Penemuan
sumber air tersebut tidak terjadi begitu saja namun atas bantuan dari
tenaga ahli yang berasal dari luar. Kondisi tanah tersebut awalnya
memang selalu basah dan mengeluarkan air meskipun sedikit. Atas
dasar itu, dicobalah untuk mengebor dengan harapan agar
mendapatkan sumber air yang diharapkan.

69

Sejak ditemukan mata air yang memiliki debit yang besar,


persoalan yang muncul berikutnya adalah bagaimana menyalurkan air
tersebut ke pemukiman penduduk. Solusinya adalah dengan
memanfaatkan gaya grafitasi bumi. Namun untuk bisa memanfaatkan
gaya tersebut, air harus di pompa ke atas. oleh sebab itu, di atas bukit
dibangun bak penampung air yang besar. Di bawah bak penampungan
air terdapat pipa yang mengarah ke pemukiman. Untuk mengisi air ke
bak penampungan dibutuhkan pompa. Pompa tersebut digerakkan
oleh tanaga listrik PLN. Kontinuitas pelayanan air bersih juga
bergantung pada tenaga listrik. Jika listrik PLN sering mati maka
pelayanan air bersah yang seharusnya tiga hari sekali menjadi mati
total. Jika air bersih melalui pipa berhenti total, masyarakat Desa
Miangas pada umumnya akan pergi ke sumber air dengan membawa
jerigen atau menyewa mobil untuk mengambil air sebanyak satu
tandon ukuran 1000 liter dengan biaya Rp. 70.000,- setiap pengiriman.
Jika uang yang dimiliki terbatas, maka mereka lebih memilih ke arah
sumber air untuk mandi dan mencuci baju atau memenuhi segala
keperluan.
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat
penting. Perilaku-perilaku yang berkaitan dengan usaha-usaha
pencemaran mulai dihindari. Aturan-aturan juga mulai dibuat dan
diterapkan. Setiap penduduk Desa Miangas yang memanfaatkan air
bersih di dekat sumber air dilarang untuk membuang limbahnya di
dekat sumber air. Hal ini disebabkan pernah terjadi bagaimana air
bersih tersebut beraroma sabun detergen. Setelah diusut, kondisi ini
berkaitan dengan kebiasan masyarakat yang membuang air limbah
bekas cucian di dekat sumber air, sehingga airnya meresap kembali ke
sumber dengan tambahan detergen.

70

Gambar 2.6. Peringatan menjaga kebersihan sumber air


Sumber: Dokumen peneliti

Hewan-hewan peliharaan masyarakat Desa Miangas seringkali


berupa babi, ayam, dan bebek. Babi pada umunya di pelihari di
belakang rumah. Jumlahnya terbatas. Namun keterbatasan tersebut
seringkali juga berdampak terhadap polusi udara. Bau busuk seringkali
menyebar di sekalilingnya. Jika kandang tersebut berdekatan dengan
halaman belakang rumah tetangga, adakalanya bau tersebut bisa
tercium hingga depan rumah. Sebagai contoh adalah kandang babi
yang terletak di belakang PUSTU. Meskipun jumlah babi yang
dipelihari cuma sedikit namun bau yang dikeluarkan terasa hingga ke
ruangan PUSTU khususnya di ruangan yang dipakai bidan tidur seharihari.
Hewan peliharaan yang sering di pelihara di kebun biasanya
adalah ayam. Ayam-ayam tersebut dilepas bebas. Mereka adakalanya
diberi makan namun ada kalanya juga dibiarkan mencari makan
sendiri. Ayam yang dimiliki Papa Maxi dilepas di kebun dan dibuatkan
kandang. Pemeliharaan ayam di kebun juga sering mendapatkan
masalah berkaitan dengan keberadaan ular. Ular tersebut sering
memakan anak anak ayam.
2.2.2. Kependudukan
Secara umum masyarakat yang tinggal di Pulau Miangas
mengaku bersuku bangsa Talaud, kemudian diikuti Sangir, Jawa,

71

Gorontalo, Ternate dan beberapa suku yang lain. Keragaman


kehadiran suku bangsa yang berasal dari suku di luar Suku Talaud
lebih disebabkan akibat adanya perkawinan antar suku bangsa atau
penugasan kerja bagi tentara di wilayah terluar ini. Meski demikian,
kondisi persukuan masih didominasi oleh masyarakat yang bersuku
bangsa Talaud. Hal ini menyebabkan bahasa ibu yang digunakan
adalah bahasa Talaud kemudian diikuti dengan bahasa Indonesia
dialek Menado sebagai lingua franca dari beberapa suku bangsa yang
ada.
Berkenaan dengan agama yang dianut masyarakat di Pulau
Miangas,
masyarakat yang beragama Kristen protestatan
mendominasi sebesar 98 % kemudian diikuti masyarakat muslim
sebesar 2 %. Keberadaan masyarakat muslim di Pulau Miangas lebih
banyak disebabkan kehadiran para anggota ABRI baik AL (Angkatan
Laut) maupun AD (Angkatan Darat) yang sedang bertugas di wilayah
ini. Kemudian diikuti dengan adanya pola perkawinan antara pria
muslim dengan wanita setempat. Oleh karena masyarakat Pulau
Miangas memiliki sistem kekerabatan Patrlineal, ada kecenderungan
bagi pasangan yang menikah berbeda agama, pihak perempuan akan
mengikuti agama suami.
Secara keseluruhan, Desa Miangas memiliki jumlah penduduk
sebayak 766 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 265 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 401 jiwa yang
tersebar di dalam tiga dusun. Dusun 1 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 217 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki sebanyak 97 jiwa
dan wanita sebanyak 120 jiwa. Dusun 2 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 249 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki sebanyak 125
jiwa dan wanita sebanyak 124 jiwa. Dusun 3 memiliki jumlah
penduduk sebanyak 300 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki
sebanyak 143 jiwa dan wanita sebanyak 157 jiwa. Sedangkan jumlah
KK yang ada di Desa Miangas mencapai 210 KK yang terbagi menjadi

72

60 KK tinggal di Dusun 1, 68 KK tinggal di Dusun 2 dan 82 KK tinggal di


Dusun 3.
Jika dilihat dari kelompok umur, penduduk dengan kategori
kelompok umur 0-6 tahun mencapai 53 jiwa dengan perinciaan jumlah
laki-laki sebanyak 26 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 27 jiwa.
Peta persebarannya di setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 19 jiwa
dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 9 jiwa dan jumlah
perempuan sebanyak 10 jiwa, Dusun 2 sebanyak 18 jiwa dengan
perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 10 jiwa dan jumlah perempuan
sebanyak 8 jiwa. Dusun 3 sebanyak 16 jiwa dengan perinciaan jumlah
laki-laki sebanyak 7 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 19 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 7-12 tahun
mencapai 106 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 54
jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 52 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 25 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 13 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 12
jiwa, Dusun 2 sebanyak 39 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 19 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 20 jiwa. Dusun 3
sebanyak 42 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 22 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 20 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 13-15 tahun
mencapai 100 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 45
jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 56 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 26 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 11 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 15
jiwa, Dusun 2 sebanyak 34 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 16 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 18 jiwa. Dusun 3
sebanyak 41 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 23 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 20 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 16-18 tahun
mencapai 95 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 42 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 53 jiwa. Peta persebarannya di

73

setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 28 jiwa dengan perinciaan


jumlah laki-laki sebanyak 13 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 15
jiwa, Dusun 2 sebanyak 36 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 16 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 16 jiwa. Dusun 3
sebanyak 42 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 20 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 22 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 19-30 tahun
mencapai 88 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 44 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 44 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 26 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 11 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 15
jiwa, Dusun 2 sebanyak 25 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 15 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 10 jiwa. Dusun 3
sebanyak 37 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 18 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 19 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 31-40 tahun
mencapai 83 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 38 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 45 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 24 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 10 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 14
jiwa, Dusun 2 sebanyak 26 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 12 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 14 jiwa. Dusun 3
sebanyak 34 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 15 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 17 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 41-50 tahun
mencapai 79 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 38 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 41 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 20 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 10 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 10
jiwa, Dusun 2 sebanyak 28 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 13 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 15 jiwa. Dusun 3

74

sebanyak 31 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 15 jiwa


dan jumlah perempuan sebanyak 16 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 51-60 tahun
mencapai 79 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 40 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 39 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 25 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 13 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 12
jiwa, Dusun 2 sebanyak 24 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 13 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 11 jiwa. Dusun 3
sebanyak 30 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 14 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 16 jiwa.
Penduduk dengan kategori kelompok umur 60 tahun ke atas
mencapai 75 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 37 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 38 jiwa. Peta persebarannya di
setiap dusun adalah Dusun 1 sebanyak 24 jiwa dengan perinciaan
jumlah laki-laki sebanyak 13 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 11
jiwa, Dusun 2 sebanyak 23 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki
sebanyak 11 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 12 jiwa. Dusun 3
sebanyak 28 jiwa dengan perinciaan jumlah laki-laki sebanyak 13 jiwa
dan jumlah perempuan sebanyak 15 jiwa.
Kepadatan penduduk di Desa Miangas pada tahun 2011 115,52
jiwa per km, kemudian mengalami penurunan menjadi 114,33 jiwa
per km pada tahun 2012, hingga menjadi 113,58 jiwa per km pada
tahun 2013. Namun pada tahun 2015, mengacu pada data desa,
kepadatan penduduk mengalami kenaikan kembali menjadi 114,33
jiwa per km. Kepadatan penduduk pada tingkat dusun pada tahun
2013 menunjukan variasi. Pada Dusun 1 tingkat kepadatan
penduduknya mencapai 97,73 jiwa per km, Dusun 2 tingkat kepadatan
penduduknya mencapai 1,225 jiwa per km dan Dusun 3 tingkat
kepadatan penduduknya mencapai 70,00 jiwa per km.
Tingkat kelahiran anak di pulau Miangas setiap tahun rata-rata
mencapai tiga orang. Rendahnya tingkat kelahiran di sini tidak lepas

75

dari pemahaman masyarakat setempat akan manfaat keluarga


berencana bagi kehidupan mereka. Tingkat pemanfaatan alat-alat KB
cukup tinggi. Dari beberapa alat kontrasepsi yang ditawarkan, susuk
menjadi pilihan dominan bagi ibu-ibu Pulau Miangas. Meskipun ada
kendala bagi sebagian ibu-ibu yang bekerja berat. Susuk yang
dipasang di lengan adakalanya berpindah akibat tekanan di dalam
bekerja di kebun. Sehingga membutuhkan penanganan agar bisa
berfungsi kembali. Sebaliknya tingkat kematian setiap tahun rata-rata
mencapai delapan orang setiap tahun.
Fasilitas kesehatan yang ada di Pulau Miangas berupa
Puskesmas dan PUSTU. Puskesmas tersebut terletak kurang lebih tiga
ratus meter ke timur laut dari pemukiman, tepatnya ke arah wilayah
perkebunan kelapa sedangkan fasilitas PUSTU terletak di wilayah
pemukiman warga. Keberadaan PUSTU terletak di Dusun Dua
sehingga memudahkan warga Desa Miangas mengakses fasilitas
tersebut. Kondisi fasilitas kesehatan baik Puskesmas dan PUSTU sama
saja. Keduanya juga kurang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai. Ketersediaan obat dan peralatan medis masih sangat
terbatas. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan banyak pasien yang
perlu di rujuk ke RSUD Menado, Melonguane atau Tahuna.
Jumlah tenaga kesehatan yang ada saat ini adalah dokter
sebanyak satu orang. Status dokter saat ini adalah tenaga kontrak.
Beliau berasal dari Desa Bulude, Kecamatan Essang, Pulau Karakelang.
Kemudian, bidan sebanyak dua orang yang berasal dari Toraja dan
Pulau Karakelang, Kab Talaud, dan perawat sebanyak lima orang.
Adanya tenaga kesehatan yang masih berstatus tenaga honorer yang
dikontrak oleh pusat maupun daerah merupakan solusi di tengahtengah keterbatasan tenaga setempat yang sangat langka. Meski
demikian, sedikit demi sedikit terdapat tenaga kesehatan yang berasal
dari Desa Miangas, misalnya Kepala Puskesmas, tenaga perawat.
Untuk waktu yang akan datang animo masyarakat setempat yang
berkehendak untuk menjadi tenaga kesehatan sudah mulai nampak,

76

terbukti dengan adanya dua anak muda Desa Miangas yang saat ini
sedang belajar di Menado dalam bidang sanitasi.
Kondisi pendidikan di Desa Miangas cukup baik meskipun
belum bisa dikatakan sangat memadai. Hal ini nampak dari kondisi
sarana dan prasaranan fasilitas pendidikan seperti bangunan sekolah
yang sudah berdiri kokoh dan beberapa fasilitas penunjang lainnya.
Kondisi yang sudah ada masih perlu ditingkatkan lagi kualitasnya
seperti keberadaan perpustakaan yang lebih baik, khususnya
penambahan koleksi buku. Koleksi perpustakaan di sekolah tersebut
cenderung di dominasi oleh buku ajar siswa bukan materi-materi yang
bisa memperkaya wawasan siswa.
Keberadaan sarana dan prasarana fasilitas pendidikan yang
ada di Desa Miangas mulai dari tingkat Sekolah PAUD, Taman KanakKanak (TK) , Sekolah Dasar (SDN), Sekolah Mengah Pertama (SMPN)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMK). Sekolah PAUD setiap hari
dilaksanakan dengan memanfaatkan komplek bangunan calon Kantor
Desa Miangas yang belum difungsikan. Sedangkan sekolah Taman
Kanak-Kanak Wui menempati bangunan bersebelahan dengan Sekolah
Dasar Negeri Inpres Miangas. Untuk fasilitas Sekolah Menengah
Pertama Negeri Miangas terletak berdekatan dengan Sekolah
Menengah Kejuruan Perikanan Miangas.
Jumlah tenaga pengajar yang ada di Miangas cukup beragam.
Tenaga pengajar untuk Sekolah TK Wui sebanyak satu orang guru,
Sekolah Dasar Negeri Inpres sebanyak delapan orang, Sekolah
Menengah Pertama Negeri sebanyak enam orang dan terakhir
Sekolah Menengah Kejuruan (Perikanan) sebanyak delapan orang.
Bapak ibu yang menjadi pengajar di sekolah-sekolah di Desa Miangas
ada yang masih berstatus guru honorer atau kontrak dan ada juga
yang sudah diangkat menjadi PNS. Pada saat penelitian berlangsung,
Bapak Leo yang menjadi pengajar di SMP Negeri Miangas bertepatan
dengan mendapatkan undangan untuk melaksanakan prajab di
Melonguane.

77

Jumlah pendidikan yang sangat terbatas pada setiap tingkatan


pendidikan menimbulkan persoalan ketika muncul kebijakan
sertifikasi bagi guru-guru. Jumlah siswa yang terbatas berkonsekuensi
dengan terbatasnya jumlah kelas paralel setiap tahunnya. Kondisi
seperti ini berlangsung hampir setiap tahun ajaran baru. Hal ini
menimbulkan masalah pelik bagi pengajuan tunjangan sertifikasi bagi
guru. Konsekuensi yang nampak adalah rendahnya jumlah jam
mengajar yang dimiliki setiap guru per minggunya. Jumlah jam
mengajar setiap guru yang sangat rendah berdampak pada banyaknya
jumlah guru yang tidak memenuhi syarat untuk menerima tunjangan
profesional bagi pendidik. Bagi bapak ibu guru yang mengajar di
tempat yang kondisi jumlah sekolah setiap tingkat pendidikan atau
jumlah siswanya cukup banyak, hal ini tidak menjadi persoalan.
Karena mereka memiliki jumlah kelas paralel yang banyak atau
mereka dapat mengajar di sekolah lain. Namun untuk kasus di Desa
Miangas yang terletak jauh dari wilayah Indonesia yang lain, mengajar
di sekolah lain yang berada di desa sebelah adalah sesuatu hal yang
mustahil. Jangkauan jaraknya yang sangat jauh dan kontinuitas sarana
transportasi setiap hari. Dengan begitu sampai kapanpun jika syarat
yang diwajibkan adalah jumlah jam setiap minggunya, maka guru di
Pulau Miangas tidak akan mendapatkan tunjangan profesional.
Pada tahun-tahun yang lampau, di Desa Miangas memang
pernah hadir sekolah-sekolah swasta yang dibangun dan didanai oleh
organisasi keagamaan. Mereka membangun sekolah yang cukup baik
dan berbasis keagamaan yaitu Agama Protestan di beberapa desa di
Kecamatan Nanusa. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, dari
beberapa sekolah yang sudah didirikan tersebut, akhirnya ada yang
mendapatkan kebijakan untuk tidak diteruskan. Sekolah yang berada
di Desa Mingas merupakan sekolah yang menerima kebijakan
tersebut. Keterbatasan jumlah murid yang ada merupakan persoalan
yang krusial. Mereka harus bersaing mendapatkan murid dengan
sekolah yang didirikan oleh negara. Hal ini menyebabkan sekolah-

78

sekolah tersebut lambat laun akhirnya ditutup akibat kekurangan


murid. Saranan dan prasarana yang ditinggalkan sekolah berbasis
agama tersebut banyak yang dihibahkan pada sekolah-sekolah yang
ada saat ini.
Di tengah keterbatasan yang ada di Desa Miangas tidak
mematahkan hasrat anak-anak muda untuk melanjutkan sekolah ke
luar Pulau Miangas. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak-anak
muda yang sudah atau sedang mengenyam pendidikan hingga ke
akademi atau perguruan tinggi baik di Melonguane atau Kota
Manado. Kebiasaan sekolah di luar Pulau Miangas sudah tertanam
sejak lama. Sebelum sekolah-sekolah yang ada saat ini dibangun oleh
pemerintah. Mereka sudah mengarungi lautan dengan perahu layar
untuk mencari pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Sekolahsekolah di wilayah Kecamatan Nanusa seringkali menjadi rujukan bagi
mereka untuk bersekolah baik tingkat Sekolah Menengah Pertama
atau Sekolah Menengah Atas. Kebiasaan mencari sekolah yang berada
di luar Pulau Miangas menyebabkan jaringan sosial anak-anak di Desa
Miangas cukup luas. Generasi tua membangun jaringan sosial melalui
teman-teman sekolah akibat ketiadaan sekolah di Desa Miangas,
namun generasi muda sekarang melalui pencarian sekolah yang lebih
baik dan yang lebih tinggi tingkatannya.
Kebiasaan untuk mencari sekolah di luar Desa Miangas,
jaringan kekerabatan yang tersebar di Kabupaten Talaud dan juga
dampak dari kebijakan negara yang melakukan transmigrasi ke
wilayah Dodap, Kecamatan Kotabunan, Kab Bolaang Mongondow
akibat bencana tsunami tahun 1972 sangat berpengaruh pada tingkat
mobilitas masyarakat setempat saat ini. Mobilitas masyarakat antar
pulau di Kepulauan Nanusa menjadi hal yang umum saat ini apalagi
jaringan trasnportasi sudah cukup memadai bagi mereka
dibandingkan ketika mereka harus menggunakan perahu layar yang
membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melakukan aktifitas
jejaring sosial tersebut.

79

Persebaran kekerabatan keluarga Miangas menyebabkan


jaringan perdagangan dengan Pulau Miangas cukup kental dan
intensif. Kehadiran keluarga-keluarga semarga atau hasil dari
perkawinan yang tinggal di wilayah yang berbeda menjadi mata rantai
yang sangat ampuh dalam memudahkan jejaring mereka melakukan
berbagai aktifitas ekonomi dan sosial. Beberapa warung yang tersebar
di Desa Miangas merupakan bukti bagaimana dukungan keluarga
semarga di luar wilayah dalam hal pembelian berbagai produk yang
akan dijual di Desa Miangas atau sebaliknya sangat membantu
berbagai macam geliat transaksi ekonomi di tengah-tengah ketiadaan
jaringan keuangan elektronik seperti ATM atau Bank. Bagi mereka
yang tidak memiliki jaringan kekerabatan akan mengalami kesulitan
dalam mengelola transaksi tersebut dan cenderung akan mengalami
transaksi yang high cost karena mereka harus melakukan mobiltas
secara fisik.
Berkenaan dengan kehadiran penyakit, Desa Miangas pernah
memiliki sejarah penyakit yang menonjol pada masa yang lalu. H.J Lam
(1932 : 43) menceritakan dari hasil kunjungannya di Pulau Miangas,
bagaimana pada akhir abad 19 yaitu pada tahun 1885, Desa Miangas
pernah mengalami tragedi kesehatan. Tragedi kesehatan tersebut
berkaitan dengan munculnya epidemi penyakit kolera yang
menakutkan30. Lamanya penyakit ini ditanggulangi oleh pemerintah
yang berkuasa pada masa itu, menyebabkan gambaran penyakit
Kolera menjadi sangat dramatis. Dampak dari tragedi ini
menyebabkan ratusan warga Desa Miangas memutuskan untuk
melakukan migrasi besar-besaran ke Kuma di Pulau Karakelang.
Saat ini kondisi kesehatan sudah sangat berubah, tidak ada
penyakit yang menimbulkan epidemi yang luar biasa seperti kasus
Kolera. Dari data kesehatan Puskesmas Miangas, dapat diperoleh
ragam penyakait yang diderita oleh masyarakat. Ada sepuluh penyakit
30

H.J Lam, 1932, Miangas (Palmas), G. Koff & Co. at Batavia

80

yang paling menonjol di Desa Miangas saat ini. Dua penyakit yang
menempati posisi paling tinggi selama beberapa bulan terakhir adalah
Hipertensi dan ISPA. Kemudian diikuti dengan penyakit Gastritis,
Dermantis Alergi, Furonkulosis, Comend Cold, Copp, Rhematik, D.M,
Chepalgia, Diare, Asma secara silih berganti31. Pada Bulan April 2014,
jumlah penderita hipertensi yang telah meminta pengobatan di
Puskesmas sebanyak 20 pasien. Jumlah tersebut terdiri dari pasien
perempuan sebanyak 17 orang dan laki-laki sebanyak 3 orang. Jumlah
penderita terbanyak pada usia 45 - 55 sebanyak tujuh pasien yang
terdiri dari dua pasien laki-laki dan lima pasien perempuan, usia 55 59 sebanyak empat orang yang didominasi perempuan dan usia 70
sebanyak empat yang juga didominasi oleh perempuan.
Pada kasus penyakit ISPA, keseluruhan pasien yang melakukan
akses ke Puskesmas Miangas sebanyak 13 pasien dengan perincian
sebanyak delapan pasien pria dan lima pasien wanita.
Dari
keseluruhan pasien yang berobat di Puskesmas Miangas, di dominasi
pada pasien yang berusia 20 - 44 tahun sebanyak lima pasien dengan
perincian satu pasien pria dan empat pasien wanita. Kemudian pasien
yang berusia 45 - 54 tahun sebanyak dua pasien dengan perincian dua
pasien pria.
Pada kasus berikutnya adalah penyakit Gastritis, keseluruhan
pasien yang melakukan akses ke Puskesmas Miangas sebanyak
delapan pasien dengan perincian sebanyak lima pasien pria dan tiga
pasien wanita. Dari keseluruhan pasien yang berobat di Puskesmas
Miangas, di dominasi pada pasien yang berusia 60 - 69 tahun
sebanyak tiga pasien dengan perincian satu pasien pria dan dua
pasien wanita. Kemudian pasien yang berusia 55 - 59 tahun sebanyak
dua pasien dengan perincian dua pasien pria.
Pada kasus penyakit peringkat keempat, adalah penyakit
Dermatitis Alergi, keseluruhan pasien yang melakukan akses ke
31

Data Puskesmas 2014

81

Puskesmas Miangas sebanyak delapan pasien dengan perincian


sebanyak lima pasien pria dan tiga pasien wanita. Dari keseluruhan
pasien yang berobat di Puskesmas Miangas, di dominasi pada pasien
yang berusia 1 - 4 tahun sebanyak tiga pasien dengan perincian dua
pasien priadan satu pasien wanita. Kemudian pasien yang berusia 20 44 tahun sebanyak tiga pasien dengan perincian satu pasien pria dan
dua pasien wanita. Kemudian pasien yang berusia 45 - 54 tahun
sebanyak tiga pasien dengan perincian dua pasien pria dan satu pasien
wanita.
Pada kasus penyakit peringkat kelima, adalah penyakit
Furonkulosis, keseluruhan pasien yang melakukan akses ke Puskesmas
Miangas sebanyak enam pasien dengan perincian sebanyak lima
pasien pria dan satu pasien wanita. Dari keseluruhan pasien yang
berobat di Puskesmas Miangas, di dominasi pada pasien yang berusia
1 - 4 tahun sebanyak tiga pasien dengan perincian tiga pasien pria.
Kemudian pasien yang berusia 5 - 9 tahun sebanyak dua pasien
dengan perincian dua pasien pria.
2.3.

Pola Tempat Tinggal


Wilayah pemukiman masyarakat Desa Miangas seluruhnya
berpusat di wilayah bagian barat daya Pulau Miangas. Di samping
kontur tanahnya yang cenderung landai, wilayah pemukiman yang
dibangun sangat berdekatan dengan garis pantai dan tidak jauh dari
pemukiman terdapat sebuah pulau kecil yang bernama Tanjung Wora.
Fungsinya sebagai benteng penahan hempasan ombak. Rancang
bangun pola pemukiman seperti ini memungkinkan masyarakat lebih
mudah untuk mengakses ke arah laut setiap hati. Mereka dapat
mendaratkan dan mengikat kapal serta menarik jaring ikan dengan
mudah.
Keberadaan wilayah pemukiman ini dirancang dengan memiliki
dua dermaga laut yang letaknya berbeda. Keberadaan dua dermaga
laut tersebut sangatlah penting dan bermanfaat bagi aktifitas sehari-

82

hari. Hal ini dimaksudkan untuk mensiasati perubahan kondisi alam


berupa datangnya angin dan gelombang yang berasal dari arah yang
berbeda. Jika dermaga yang berada di depan kantor Koramil
mengalami tekanan angin dan ombak yang besar, maka kapal perintis
akan berusaha untuk melakukan akses pendaratan di dermaga yang
berada di depan kantor POSAL (Pos Angkatan Laut). Walaupun
keberadaan dermaga di depan kantor POSAL (Pos Angkatan Laut)
tidak menjamin kapal perintis dapat dengan mudah merapat di
dermaga. Perpindahan lalu lintas manusia dan barang dari kapal
perintis menuju dermaga masih membutuhkan perahu boat sebagai
sarana penunjang.
Pada umumnya, masyarakat Desa Miangas memiliki cara
pandang yang khas dalam konteks relasi kewilayahan. Di dalam cara
memandang dan membandingkan antara wilayah pemukiman dengan
wilayah di luar pemukiman, mereka selalu memposisikan diri sebagai
masyarakat yang tinggal di wilayah "bawah". Konsepsi "bawah" selalu
melekat pada keberadaan wilayah pemukiman ketika dibandingkan.
Entah pemaknaan konsepsi "bawah" tersebut mengacu pada realitas
geografis yang sesungguhnya atau tidak. Ketika wilayah pemukiman
dibandingkan dengan wilayah kebun yang berada di bagian Timur Laut
Pulau Miangas, wilayah pemukiman bisa dikatakan tepat jika
dikonsepsikan sebagai bagian wilayah bawah. Hal ini disebabkan
kontur geografis antara wilayah pemukiman dan kebun hingga bukit
sangat berbeda, semakin ke wilayah kebun hingga ke atas bukit,
kontur tanah semakin naik ke atas. Konsepsi "atas" dan "bawah"
menjadi diksi sehari-hari dalam pembicaraan mengenai arah atau
tujuan seserorang. Bagi penduduk Desa Miangas yang menjawab
akan pergi ke "bawah" , artinya mereka akan pulang ke wilayah
pemukiman, sedangkan jika mereka menjawab dengan istilah ke
"atas" artinya mereka akan pergi ke kebun.
Pemaknaan mengenai konsepsi "atas" dan "bawah" juga
muncul ketika kita berbicara mengenai proses migrasi dalam konteks

83

tata letak Pulau Mingas dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di


wilayah Kabupaten Talaud. Secara konsepsional, relasi antara
kedudukan Pulau Miangas dan pulau lainnya tampak tidak setara. Hal
ini dapat kita buktikan ketika setiap orang Desa Miangas yang akan
bepergian ke luar Pulau Miangas pasti akan menyatakan bahwa
mereka akan bepergian ke "atas". Wilayah "atas" bisa berkonotasi
pada wilayah kepulauan terdekat di Kecamatan Nanusa seperti Pulau
Kakorotan, Marampit namun dapat juga berarti mereka akan menuju
Ke Melonguane di Pulau Karakelang atau Ke Kota Manado. Yang pasti
sebuah wilayah yang berada diluar Pulau Miangas.
Sebaliknya, jika mereka akan bepergian ke Pulau Miangas atau
pulang kampung, mereka menyebutnya akan pulang atau pergi ke
"bawah". Begitu juga ketika kita bertanya mengenai asal usul barang
yang mereka gunakan. Adakalanya mereka menyebut dalam konteks
relasi ketidaksetaraan tersebut. Sebagai contoh, ketika ditanya
mengenai asal usul kayu yang mereka gunakan untuk membangun
rumah atau perahu nelayan, mereka pasti menjawab "kayu atau
perahu ini dibeli dari atas". Maksudnya dibeli di wilayah di luar Pulau
Miangas karena di Desa Miangas, benda seperti itu tidak dapat
diproduksi atau ditemukan.
Di Desa Miangas, tiga jalan utama yang sudah disemen
membelah perkampungan tersebut secara simetris. Tiga jalan utama,
pada satu sisi yaitu bagian bawah, semua berakhir di tepi pantai di
arah Barat Daya sedangkan sisi yang lain yaitu bagian atas saling
berbelok untuk mengarah menuju jalan bagian tengah di belakang
Gereja Germita, yang kemudian ketiga simpul jalan terhubung ke jalan
menuju ke kebun. Sisi jalan yang berada di ruas Barat Laut terdapat
percabangan mengarah ke kebun atau bandara, sedangkan sisi jalan
yang berada di wilayah tenggara terdapat percabangan yang akan
mengarah ke dermaga di dekat Kantor Koramil.
Tata letak komplek pemukiman di Desa Miangas sangatlah
rapi. Polanya mirip dengan komplek perumahan yang ada di kota-kota

84

besar. Semua bangunan tempat tinggal didirikan dengan pola


menghadap ke jalan utama atau percabangannya. Dengan begitu,
setiap rumah langsung memilik akses ke jalan utama dan saling
berhadapan dengan rumah yang ada di depannya. Hanya beberapa
rumah yang memiliki akses berupa jalan gang.
Bangunan rumah yang ada di Desa Miangas cenderung mulai
kehilangan ruang-ruang terbuka atau halaman. Ruang - ruang terbuka
yang biasanya diisi dengan tumpukan pasir putih, atau ditanami
dengan pepohonan yang rindang yang bawahnya bisa ditempatkan
dego-dego atau balai untuk bercengkerama, atau istirahat. Seperti
kata Mbak Surabi (35 th), " dulu.... di situ (depan rumah Pak
Mangkubumi II) ada pohon gora (jambu), tapi sekarang sudah
ditebang, jadi bangunan...... eee sekarang di sini tambah panas".
Bangunan - bangunan yang ada di Desa Miangas sekarang cenderung
bertambah maju mendekati batas jalan. Beberapa rumah merubah
halaman rumah menjadi teras yang tertutup. Sedangkan kondisi
rumah yang belum banyak berubah, masih menyisakan halaman yang
ditanami tanaman peneduh seperti gora, kelapa atau sekedar
dihamparkan tumpukan pasir putih.
Pola-pola acuan dalam membangun rumah tempat tinggal saat
ini sudah mengalami banyak perubahan. Rumah hunian yang
dahulunya berupa rumah panggung sudah banyak yang ditinggalkan.
Rumah panggung yang merupakan rumah asli warga Desa Miangas
pada waktu dahulu tingginya antara 130 cm hingga 200 cm. Ruang
kosong yang ada di bawah rumah biasanya digunakan untuk
menyimpan berbagai bahan mentah seperti untuk menyimpan kayu
atau sisa-sisa kulit kelapa. Jika pemilik rumah memiliki hewan
peliharaan, hewan tersebut tidak dipelihara di bawah panggung
namun disiapkan lahan tersendiri di belakang rumah atau dibiarakan
bebas. Saat ini, semuanya rumah hunian sudah "di lantai", kata Pak
Mangkubumi II, artinya saat ini sudah banyak yang meninggalkan
penggunaan anak tangga untuk masuk ke dalam rumah. Bangunan

85

yang masih berciri seperti rumah panggung hanyalah dego-dego


beratap daun rumbia yang diletakkan di depan, sisi rumah atau kebun.
Bangunan itupun tidak menggunakan anak tangga untuk sampai di
dalamnya.
Kondisi lantai rumah yang sudah "melantai" ini sangat
beragam. Bahan material yang dimanfaatkan untuk melapisi lantai
rumah mulai berbahan tanah, lantai yang dikeraskan dengan
tambahan lapisan pasir putih di atasnya, dikeraskan tanpa adanya
tambahan lapiran pasir putih dan dikeraskan dengan menggunakan
lapisan keramik sebagai penghias lantai.
Bahan yang digunakan membangun rumah juga sudah banyak
berubah. Bahan material berupa papan kayu mulai tidak terlalu
dominan. Penggunaan papan kayu yang dahulunya sebagai dinding
keseluruhan rumah, saat ini menjadi bahan penahan cor di lantai dua
atau sebagai dinding rumah bagian atas. Penggunaan tembok batako
berbahan pasir putih dan semen sudah meluas di Desa Miangas.
Bahkan kuda-kuda rumah sudah mulai beralih menggunakan cor. Atap
rumah juga sudah menggunakan atap yang berbahan seng. Beberapa
warga yang memiliki uang, mereka juga mulai menggunakan atap
yang berbahan galvalum meski masih jarang.
Denah rumah masyarakat Desa Miangas secara umum
menunjukan dua pola. Pola pertama, mereka membuat ruang tamu
yang memanjang hingga ke belakang pada satu sisi pertama,
kemudian pada sisi kedua mereka membuat petak-petak kamar untuk
keluarga. Lokasi petak-petak kamar sangat bebas, dapat berada di
sebelah kanan atau kiri. Kemudian di belakang ruang tamu terdapat
ruang keluarga dan dapur. Pola kedua, mereka membuat ruang tamu
yang terbatas pada ukuran tertentu tergantung luas lahan. Lokasi
ruang tamu juga bebas, dapat di sisi kanan atau kiri tergantung
keinginan pemilik rumah. Kemudian di sebelah ruang tamu dan di
belakang ruang tamu di buat beberapa petak kamar. Kamar yang
berada di sisi sebelah ruang tamu, biasanya dibuat ruangan bebas

86

untuk ruang keluarga. Selanjutnya di bagian belakang terdapat dapur


keluarga. Bagian paling belakang dari kedua pola bangunan rumah
tersebut, pada umumnya diakhiri dengan kamar mandi yang menjadi
satu dengan WC. WC yang digunakan bertipe jongkok. Di Desa
Miangas ini, hanya ada satu rumah yang setiap kamarnya memiliki
kamar mandi dan WC sendiri-sendiri. Rumah-rumah yang berada di
deretan paling ujung baik sisi kanan ataupun belakang cenderung
memiliki sisa lahan untuk halaman belakang. Sedangkan rumah yang
berada di deretan tengah, cenderung tidak memiliki halam belakang
karena berdempetan dengan tembok rumah milik orang lain.
Kondisi Desa Miangas yang cenderung berhawa sangat panas
menyebabkan masyarakat Desa Miangas melakukan pola adaptasi
dengan mengurangi atau meniadakan atap ruangan. Kemudian,
dengan membuat sistem ventilasi berupan penempatan lubang
ventilasi di atas jendela atau daun pintu. Adakalanya dengan
menambah jumlah jendela di setiap kamar. Kondisi jendela yang ada
di rumah biasanya memiliki daun jendela atau tidak. Bagi rumah yang
tidak memiliki daun jendela, mereka menggunakan penutup kasa yang
terbuat dari kawat. Ukuran lubang kawat kasa tergantung kebutuhan
masing-masing. Sedangkan rumah yang memiliki daun jendela,
cenderung daun jendela tidak pernah di tutup setiap hari.
Pembuatan ventilasi di setiap kamar merupakan sesuatu yang wajib.
Untuk menyempurnakan sistem ventilasi yang ada, pemilik rumah
banyak yang membangun tembok samping rumah tidak berdempetan
dengan tembok tetangganya. Masing - masing rumah masih
menyisakan lahan satu meter baik sisi kanan dan kiri. Diharapkan
dengan pola bangunan seperti ini, aliran udara juga dapat mengalir
dari sisi samping rumah. Di sisi kanan dan kiri rumah juga terdapat
jendela yang dapat dibuka atau tertutup kawat kasa.
Pola bangunan rumah yang sudah memiliki sistem aliran udara
yang cukup baik ternyata tidak menyebabkan masyarakat Desa
Miangas suka tidur di kamar. Mereka cenderung suka tidur di luar

87

rumah, baik di teras depan ataupun dego-dego yang ada kalanya


hanya ditutup triplek di sampingnya. Jika mereka tidur di dalam
rumah, banyak yang tidur di ruang keluarga atau di kamar yang
memiliki pintu tirai kain. Pola kamar yang ada di rumah memang
cenderung meniadakan pintu kayu. Keberadaan pintu kayu semakin
membuat kondisi kamar semakin panas. Oleh sebab itu, banyak pintu
kamar yang ada di dominasi oleh pintu yang terbuat dari tirai kain.
Tirai kain akan melambai-lambai ketika diterpa angin baik dari dalam
maupun dari luar.
Ruang tamu maupun keluarga cenderung digunakan sebagai
ruang identitas mengenai eksistensi, sejarah keluarga dan orientasi
keagamaan mereka. Namun simbol-simbol yang berkaitan dengan keetnisan mereka jarang ditemukan kecuali pada keluarga yang memiliki
atau pernah memiliki jabatan adat. Tembok rumah dan almari
merupakan wahana yang tepat untuk menjadi layar sinema mengenai
siapa mereka, representasi dan aktualisasi keluarga. Setiap tamu yang
berkunjung ke keluarga di Desa Miangas selalu disuguhi berbagi
ceritakan mengenai kisah-kisah sukses keluarga besar mereka, jejaring
kekerabatan yang mereka miliki melalui rangkaian foto-foto dan
simbol-simbol yang ada di ruangan tersebut.
Bangunan - bangunan yang diperuntukkan sebagai ruang
publik diletakkan di setiap simpul jalan. Namun dalam perkembangan
selanjutnya bangunan - bangunan publik sudah mulai menyebar di
beberapa wilayah. Bangunan Gereja Germita, sejak dahulu lokasinya
tidak pernah berubah, hanya kondisi bangunannya saja yang berubah,
dari bahan kayu hingga seperti sekarang berupa bangunan tembok.
Bangunan tersebut didirikan tepat di ujung jalan utama sisi tengah
dan berada wilayah pemukiman bagian tengah sisi Timur Laut atau
masuk dalam kategori wilayah "atas". Bangunan Gereja Germita
terlihat sangat besar dan megah hingga sampai di pantai, karena tidak
ada apapun yang menghalangi pandangan. Bangunan gereja yang
berada di wilayah "atas", menurut Pak Arp (30 th), "tempat ibadah .....

88

memang harus berada di atas". Namun pendapat ini menjadi berbeda


ketika di lapangan ditemukan adanya Gereja Pantekosta yang tidak
dibangun di wilayah "atas" namun di sisi Tenggara. Gereja Pantekosta
merupakan gereja terakhir yang terdapat di Pulau Miangas. Jumlah
pemeluknya sebanyak lima orang saja.
Pada wilayah bagian "bawah" pemukiman terdapat beberapa
kantor yang merupakan bentuk representasi tentang keberadaan
negara di wilayah Desa Miangas. Di wilayah tersebut terdapat POSAL
(Pos Angkatan Laut), Bea Cukai, Imigrasi, Kantor HAM, dan juga ruang
pertemuan untuk menjamu beberapa tamu yang datang di wilayah
Desa Miangas. Kantor-kantor negara yang lain seperti Kantor PLN,
Polsek, Kantor Camat, Balai Karantina, Syah Bandar, dan Koramil
dibangun sepanjang jalan menuju demaga yang berada di wilayah
bagian Tenggara. Sekolah-sekolah yang ada di Desa Miangas
dibangun di wilayah "bawah" seperti SDN dan TK sedangkan SMPN
dan SMKN di bangun di wilayah "atas". Kemudian Kantor Marinir,
Puskesmas dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya berada di wilayah
yang lebih "atas" lagi.
Berkaitan dengan pembangunan bangunan-bangunan yang
ada di Desa Miangas. Masyarakat masih melaksanakan adat yang
berlaku. Pada bangunan milik publik, biasanya pada peletakan batu
pertama dan pemasangan atap, pihak Adat selalu diundang untuk
memberikan doa-doa melalui bahasa setempat. Sedangkan untuk
bangunan yang sifatnya pribadi, keterlibatan adat hanya sebatas pada
pemasangan tonggak rumah atau tiang raja yang berada di atas rumah
dan atap rumah.

89

Gambar 2.7. Desa Miangas dari Drone


Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 2.8. Peta Pemukiman Desa


Sumber: Dokumentasi Desa Miangas

Kondisi pemukiman masyarakat Desa Miangas saat ini ternyata


tidak berbeda jauh dengan kondisi pada saat H.J Lam 32 melakukan

32

H.J Lam, 1932, Miangas (Palmas), G. Koff & Co. at Batavia, Hal 47-48

90

kunjungan ke sana tahun 1932. Ia melukiskan di dalam bukunya yang


berjudul "Miangas", gambarannya adalah sebagai berikut :
"... the entire population is dwelling in the village Miangas, a very neat kampong,
situated on the SW coast and consisting of broad main streat, nearly perpendicular
to the coast, and two narrower ones, one on either side paralel to it, these three
streets being connected by some cross roads. All roads are neatly paved with white
coral sand and very clean. The houses, many of them with a solid but low wall,
others resting on quadrangular pillars, about 1 m high, stand wide apart and at a
distance of several meters from the cleanly white compound walls along the streets,
showing the type common in Talaud Islands and consisting of a front warandah,
reached by means of a staircase in the middle and some rooms behind this. As there
is graet lack of timber on the island, many houses - among which the school-church
and the house of the kapiten laut - are enterely or partly built up from coconut
stems. For smaller pieces the wood of nato (paloquium oblusifolium, Burck) is used, a
tree that is frequently cultivated for that purpose. For the rest, occasionally timber is
imported from the forest reserve of Nanusa, Viz, The island of Garat. the roof are
covered with "ataps", made from the leaves of sagu - or coconut palm.

2.4
Sistem Religi
2.4.1 Kosmologi
Masyarakat Desa Miangas secara umum sudah menjalankan
kehidupan modern. Ide modernitas bukanlah suatu pantangan yang
harus dihindari, namun sudah menjadi bagian kehidupan keseharian.
Terpaan media-media komunikasi seperti televisi melalui parabola
dan jaringan transportasi yang semakin baik menjadikan ide-ide dari
luar mudah diakases dan diterima oleh mereka. Namun di tengahtengah kehidupan modernitas yang mereka adopsi, masyarakat Desa
Miangas ternyata masih mempercayai mengenai hal-hal yang sifatnya
supranatural. Mereka masih percaya mengenai dunia di luar dunia
yang mereka tinggali ternyata memiliki penghuni juga.
Dunia luar atau dunia ghaib yang mereka percayai bukanlah
dunia yang ditinggali oleh dewa-dewa namun dunia yang ditinggali
oleh makhluk yang ghoib. Makhluk ghoib yang masih dipercaya

91

masyarakat di desa Miangas berkenaan dengan adanya datu-datu


nenek moyang (orang tua yang dipercaya pernah hidup pada generasi
masa yang lalu). Mereka masih percaya bahwa makhluk gaib
penunggu di keramat atau di tempat lainnya merupakan penjelmaan
atau jiwa-jiwa dari nenek moyang yang telah meninggal. Jiwa-jiwa
inilah dipercaya sebagai makhluk yang baik. Oleh sebab itu, jiwa-jiwa
ini dapat dimintai pertolongan bilamana masyarakat Desa Miangas
mendapat masalah yang perlu segera dipecahkan.
Cerita keberadaan datu-datu tersebut tersebar di beberapa
wilayah di Pulau Miangas, namun dari sekian datu-datu yang ada,
kepercayaan mengenai datu penunggu Pulau Miangas merupakan
sosok ghaib yang dominan. Datu penunggu Pulau Miangas dianggap
memiliki sumber kekuatan mistik yang besar. Datu tersebut hingga
saat ini dipercaya bertempat tinggal di bukit keramat dimana terdapat
peninggalan meriam (lanta'a) masa lalu yang masih terpelihara
dengan baik. Datu penunggu Pulau Miangas, bagi sebagian besar
masyarakat dipercaya sebagai datu yang berperan besar dalam
menjaga kondisi kesehatan masyarakat dan adakalanya dapat
memberikan solusi pengobatan bagi masyarakat Desa Miangas ketika
terjadi wabah.
Adanya kepercayaan datu penunggu Pulau Miangas diutarakan
oleh ayah dari Kepala Desa Pak Suwardi. Menurut beliau, datu
penunggu Pulau Miangas yang berada di bukit keramat sangat kuat
aura magisnya. Ia dapat dimintai pertolongan ketika seseorang sakit
dan membutuhkan pengobatan. Namun, hal yang perlu digarisbawahi
adalah pertolongan yang diberikan datu penunggu Pulau Miangas
hanya khusus bagi warga atau orang yang memiliki hubungan darah
dengan masyarakat Pulau Miangas.
Mengapa seperti itu,
menurutnya, datu penunggu Pulau Miangas memiliki daftar seluruh
warga Desa Miangas. Data-data warga Desa Miangas atau yang
memiliki darah Miangas dipercaya tercatat di dalam buku ghoib
tersebut. Bagi warga asing yang mencoba untuk berhubungan atau

92

membangun komunikasi dengan datu penunggu Pulau Miangas


tersebut dapat dipastikan pasti akan lari terbirit-birit. Bukan solusi
pengobatan atau bantuan yang diberikan, namun yang diterima
berupa bencana sakit seperti luka-luka lecet akibat lari dari bukit
keramat hingga ke pemukiman. Fenomena seperti ini sudah terjadi
berulang kali terjadi di Desa Miangas. Banyak warga pendatang yang
tidak percaya awalnya, namun akhirnya percaya karena mengalami
sendiri. Terlebih bagi pendatang yang berani ke bukit keramat tanpa
meminta ijin kepada kepala adat.
Adanya kepercayaan inilah menyebabkan, bukit keramat selalu
dipelihara hingga saat ini. Ada tata aturan yang harus dipatuhi bagi
siapapun yang ingin pergi ke sana. Aturan yang berlaku di sana adalah
pertama, setiap warga asing yang ingin pergi ke bukit keramat wajib
meminta ijin pada Mangkubumi, kemudian setelah meminta ijin,
Mangkubumi akan memberikan petunjuk hari dan waktu yang tepat
untuk berkunjung ke sana. kedua, dilarang mengucapkan maupun
membatin kata-kata yang maknanya tidak baik dan ketiga tidak boleh
memindahkan berbagai peninggalan meriam (lanta'a) kuno ke tempat
lain
apalagi mempermainkan. Menurut Pak Arph, dengan
mempermainkan lanta'a, datu penunggu bukit keramat menganggap
tamu tersebut tidak menghormati tempat tersebut.
Banyak cerita yang berkenaan dengan kemampuan datu
penunggu bukit keramat tersebut yang dapat memberikan efek
hukuman langsung kepada pelaku dalam waktu yang tidak lama
kemudian, pertama pada zaman dahulu, ada sebuah kapal berbendera
Belanda yang salah satu penumpangnya mencoba mencuri lanta'a
kecil untuk dibawa pergi dengan menggunakan kapal tersebut.
Lanta'a yang berhasil diambilnya kemudian dimasukkan ke dalam
kapal secara diam-diam. Akibat perbuatan yang tidak baik tersebut,
kapal yang mengangkut lanta'a tersebut dikhabarkan akan tenggelam
ketika akan berangkat menuju laut lepas. Kondisi kapal yang akan
tenggelam, akhirnya diputuskan untuk kembali ke dermaga Pulau

93

Miangas. Penumpang kapal yang merasa melakukan perbuatan tidak


baik tersebut kemudian meminta maaf kepada kepala adat dan
mengembalikan lanta'a ke tempat aslinya.

Gambar 2.9. Lanta'a (meriam penjaga)


Sumber: Dokumentasi Peneliti

Kasus kedua adalah ketika ada orang asing yang bekerja di


Pulau Miangas. Selama di Pulau Miangas, Ia tidak percaya dengan
segala informasi mengenai kekeramatan bukit tersebut yang sudah
berulang kali diutarakan oleh warga setempat. Saat ia berada di atas
bukit keramat, ia mengambil salah satu meriam (lanta'a) yang kecil
dan mempermainkan dengan cara diputar-putar dan dilempar. Akibat
perbuatan yang ia lakukan di bukit keramat orang asing tersebut
akhirnya secara tiba-tiba mengalami sakit parah ketika sampai di
pemukiman.
Kasus ketiga yang sempat terekam adalah berkenaan dengan
keberadaan orang asing yang mencoba bermalam untuk mencari
wangsit di bukit keramat. Keinginan orang asing tersebut adalah untuk

94

mendapatkan sesuatu yang mungkin berwujud berupa benda ghaib


atau ilmu. Namun, rencana yang sudah dibuat ternyata pada
prakteknya berbeda. Bukannya benda ghaib yang ia dapatkan namun
cedera di seluruh tubuh. Di tengah malam, ia lari terbirit birit dari atas
bukit keramat hingga ke pemukiman warga untuk meminta tolong.
Sebaliknya, bagi warga Pulau Miangas, dipastikan tidak akan
mengalami resiko serupa karena pertama, mereka telah memahami
berbagai aturan adat yang sudah disosialisasikan oleh orang tua dan
masyarakat sekitar sejak kecil. Kedua, kehadiran mereka ke bukit
keramat dapat digunakan sebagai wahana untuk mencari
kesembuhan. Mereka percaya bahwa datu itulah yang akan selalu
melindunginya.
Prosedur mencari pengobatan di bukit keramat tidaklah
mudah. Pertama, warga Pulau Miangas yang ingin ke sana, perlu
bermalam di atas bukit. Selama proses bermalam, biasanya banyak
cobaan ghaibnya. Ada tiga cobaan yang seringkali hadir. Semua
berwujud bayangan yang seakan-akan nyata, seperti hadirnya
bayangan ular raksasa yang seakan-akan mencoba menelan kita atau
bayangan - bayangan yang lain. Jika pelaku memiliki tekat yang kuat,
cobaan tersebut biasanya bisa dilalui. Proses berikutnya adalah
munculnya datu-datu yang berwujud orang tua yang berambut putih.
Datu tersebut sambil membawa buku besar yang konon berisi catatan
semua warga Pulau Miangas. Jika pelaku termasuk warga Pulau
Miangas atau tercatat ke dalam buku tersebut, maka biasanya datu
akan bertanya mengenai kepentingan apa yang diinginkan hingga ia
bertekad untuk bermalam di bukit keramat. Dari hasil komunikasi
itulah kemudian datu memberikan solusi mengenai persolan tersebut.
Namun kondisi ini akan berbeda jika pelaku yang berniat tidur
di bukit keramat tersebut ternyata tidak tercatat di dalam buku ghoib
tersebut atau sebagai pendatang. Setelah proses pembacaan nama
tidak ditemukan namanya, biasanya para datu tersebut
memerintahkan secara ghoib dalam mimpi untuk segera membunuh

95

orang yang tidak dikehendaki tersebut. Akibatnya, orang asing yang


berniat bermalam di bukit keramat pasti akan segera tersadarkan dan
lari sekuat-kuatnya untuk mencapai pemukiman warga, jika terlambat
menurut cerita ayah Pak Sardi, orang tersebut pasti akan
mendapatkan masalah. Masalahnya bisa berwujud sakit atau
meninggal tidak lama kemudian. Atau menurut kepercayaan, orang itu
mungkin bisa hilang secara ghoib. Hilang secara ghoib menurut Pak
Arph bermakna bahwa orang tersebut dipindahkan tidurnya. Bisa
dipindahkan di tengah laut atau di pulau terdekat.
Kuatnya aroma ghoib di bukit keramat juga dirasakan oleh
seorang pendatang. Pak Cen (52 Th), seorang tukang batu yang
berasal dari Purwodadi dan saat penelitian berlangsung bekerja
sebagai tukang batu di POSAL bercerita bahwa ia sangat merasakan
getaran mistis yang sangat kuat di tempat tersebut. Menurut
pengakuannya, kedatangannya ke bukit keramat tidak bertujuan
untuk menguji nyali terlebih lagi, menurut pengakuannya, ia merasa
tidak memiliki ilmu kebatinan yang bisa mengindranya. Namun
semenjak turun dari bukit tersebut, ia merasa ada perasaan yang tidak
enak. Hal ini terbukti ketika tidur di malam hari, ia merasa didatangi
dan dikeroyok oleh banyak orang. Di dalam pergulatan tersebut, ia
berhasil memenangkan perkelahian. Ia percaya bahwa seandainya ia
kalah ketika berkelahi di alam mimpi tersebut, dapat dipastikan ia
akan segera sakit.
Segala persoalan dan perilaku warga yang terjadi di Desa
Miangas, menurut kepercayaan warga selalu terekam oleh para datu.
Seringkali, para datu memberikan peringatan dalam bentuk fenomena
alam agar warga Desa Miangas segera memperbaiki persoalan yang
muncul dalam kehidupan di desa. Peringatan yang dikirim oleh datu
kepada masyarakat berwujud peringatan alam. Sebagai contoh
adanya kepercayaan yang berkaitan dengan rejeki mencari ikan
dengan adanya kondisi masyarakat yang tidak baik berkenaan dengan
adanya wanita hamil di luar nikah. Datu selalu memperingatkan pada

96

warga dalam bentuk susahnya mencari ikan ketika ada wanita yang
tidak bersuami ternyata sudah hamil. Mereka wajib segera
menemukan wanita tersebut dan melakukan upacara agar kondisi
semula kembali normal berupa kemudahan mencari ikan di laut.
Disamping adanya kepercayaan mengenai hal yang ghoib yang
berkaitan dengan keberadaan datu-datu, masyarakat Desa Miangas
juga mengenal makhluk gaib yang sering menggoda warga desa.
Mereka percaya bahwa makhluk-makhluk gaib tersebut juga
menempati atau berdiam pada wilayah-wilayah tertentu seperti
pohon, areal kebun, tanjung, bukit atau tempat lainnya. Makhluk
ghoib seperti ini dipercayai memiliki kuasa yang berbeda dengan
kuasa yang dimiliki oleh datu-datu. Mereka memiliki kuasa untuk
selalu mengganggu kehidupan warga desa.
Makhluk-makhluk gaib dengan tipe sejenis ini sangat banyak
ragamnya. Sayangnya ketika peneliti bertanya lebih banyak mengenai
hal ini, beberapa subyek merasa merinding sehingga tidak berkenan
melanjutkan ceritanya. Beberapa jenis makhluk ghaib yang
teridentifikasi adalah makhluk gaib bernama pontiana, berwujud
seperti kunang-kunang kecil yang kemudian dapat membesar seperti
bola api. Bagi warga desa yang pernah bertemu makhluk ini pasti akan
bercerita mengenai perubahan yang dramatis dari binatang kunangkunang menjadi api yang besar dalam waktu yang cepat tepat di
depan mata mereka. Solusi yang sering digunakan untuk
menanggulanginya atau mencegah efek yang tidak baik yaitu dengan
cara melempar garam ke arah dimana makhluk tadi tampak.
Kemudian ada makhluk yang bernama amummu. Makhluk ini
sering menggoda warga yang sedang berada diperjalanan, Baik berada
di kebun maupun di tempat-tempat tertentu. Wujud gangguannya
berupa perubahan orientasi arah atau ruang/ spasial. Gangguan
orientasi yang sifatnya spasial ini menyebabkan seseorang akan
kehilangan arah untuk kembali pulang. Ia merasa seakan-akan jalan
yang telah dipilih berputar-putar kembali di tempat semula. Salah satu

97

cara untuk mengatasi gangguan dari makhluk ini adalah dengan


segera melepas baju yang dikenakan dan segera digunakan kembali
dalam kondisi terbali. Cara ini dipercaya sangat manjur dalam
membantu orang agar segera tersadar mengenai spasial. Dengan
begitu, ia akan segera dapat menemukan jalan pulang yang
sebenarnya.
Yang terakhir adalah tuyul. Istilah makhluk ghaib yang
bernama tuyul ini dikhabarkan ada sejak masyarakat desa berinteraksi
dengan luar, khususnya orang Jawa. Kosa kata lokal tidak merekam
padanan kata mengenai hal tersebut. Sosok tuyul sangat mirip dengan
sosok tuyul yang dipercaya orang Jawa. Hanya saja yang membedakan
adalah, tuyul di Jawa dipercaya sebagai makhluk yang dapat
dimanfaatkan untuk mencuri uang namun tuyul disini dipercaya dapat
menyebabkan orang sakit. Jadi siapapun yang berada di Pulau
Miangas pernah bertemu makhluk kecil dan gundul, dapat dipastikan
ia akan segera jatuh sakit.
Praktek ghaib lainnya, berwujud dalam bentuk ilmu hitam.
ilmu hitam dipercaya masih hidup dan dipelajari serta dipraktekkan
oleh beberapa orang di Pulau Miangas secara sembunyi-sembunyi.
Pak Jhk (55 th) sempat menceritakan dan memetakan secara kasar
mengenai keberadaan warga Pulau Miangas yang diam-diam belajar
mengenai hal di atas. Bahkan, ia memberikan gambaran kunci
mengenai wilayah tertentu di Desa Miangas
yang warganya
cenderung suka belajar mengenai hal yang ghaib. Menurutnya,
bentuk-bentuk praktek yang dilakukan oleh orang yang belajar ilmu
hitam biasanya melalui perantara media. Media tersebut dapat
berwujud minuman, makanan atau penanaman di suatu tempat.
Biasanya, praktek ilmu hitam tersebut cenderung dimaksudkan agar
orang yang menjadi target akan mengalami kesakitan atau sakit.
Jarang ada praktek ghaib tersebut diarahkan untuk membunuh orang.
Mengapa tidak diarahkan untuk membunuh namun dibuat
sakit?. Menurutnya, tujuan orang yang melakukan praktek ghaib,

98

adalah untuk menguras keuangan mereka atau memiskinkan. Apalagi


saat ini, banyak warga yang menjadi orang yang kaya mendadak
akibat pembangunan bandara atau proyek yang lain. Kondisi ini
menyebabkan ada beberapa orang yang tidak menyukainya. ia sendiri
bercerita bahwa pernah mengalami sakit akibat praktek ilmu ghoib
yang dilakukan oleh orang setempat. Untuk menyembuhkannya, pada
mulanya ia mengunakan cara medis, namun karena dalam beberapa
bulan pengobatan hingga ke Menado tidak kunjung sembuh maka ia
memutuskan dengan cara tradisional.
Senada dengan apa yang dikatakan bapak sebelumnya, Bapak
Swd juga pernah mengalami praktek ghaib yang dilakukan oleh
tetangganya sendiri. Praktek ghaib tersebut tidak ditujukan kepadanya
namun kepada istrinya. Ketika istrinya merasakan sakit dibadan,
berbagai cara sudah dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut. Baik secara medis maupun non medis. Bahkan,
perjuangannya untuk mencari kesembuhan dilakukan hingga
mencapai Pulau Jawa. Ketika di Pulau Jawa, ia tinggal di rumah
saudanya dan mendapat informasi mengenai orang yang bisa melihat
hal-hal yang ghaib yaitu kyai muda yang tinggal di Kota Sidoarjo.
Selama proses diagnosis ghaib, ia mendapat informasi bahwa sakit
yang diderita istrinya bukanlah sakit biasa yang bisa diobati dengan
sistem medis, namun merupakan sakit non medis yang hanya bisa
diobati dengan cara ghaib.
Selama di Sidoarjo ia diberi berbagai persyaratan yang
dibutuhkandalam proses pengobatan. Bahkan, ia diberi akik khusus
yang sudah diisi, sebagai sarana menjaga diri dari rencana jahat orang.
Ia tidak diberitahu mengenai siapa yang telah melakukan perbuatan
tersebut, namun diberi tanda-tanda bahwa pasti akan bertemu
dengan orang tersebut. Pertemuannya yaitu ketika ia akan masuk ke
dalam rumahnya yang terkunci, orang tersebut berada di dalam
rumah. Penjelasan dari Pak Kyai dianggap tidak masuk akal. Oleh
sebab itu, selama ia berada di Menado, ia mencoba untuk meng-cross

99

check penjelasan tersebut. Hasilnya ternyata sama. bahwa sakit yang


diderita istrinya akibat aura kegelapan. Akhirnya, ia melaksanakan
berbagai anjuran yang telah ia terima dan tidak lama kemudian
istrinya akhirnya sembuh. Meskipun ilmu hitam ada dan masih
dipelajari di Pulau Miangas, namun ilmu hitam tidak pernah
dipergunakan untuk membunuh orang. Penggunaannya cenderung
untuk menghabiskan kekayaan orang yang menjadi target. Agar orang
yang memiliki kekayaan menjadi ingat terhadap masyarakat sekitar.
Dengan begitu, kasus kematian akibat santet tidak pernah ada apalagi
dibicarakan orang di Desa Miangas.
Selain kepercayaan mengenai makhluk gaib, mereka juga
masih mempercayai bahwa pada benda tertentu yang berwujud
benda-benda alam juga memiliki aura kekuatan atau jiwa, seperti
akar, daun, batang atau yang lain. Benda-benda tersebut hingga
sekarang dipercaya dapat memberikan peringatan, keselamatan dan
kesehatan bagi yang memegangnya. Benda-benda tersebut biasanya
dikumpulkan pada waktu tertentu, oleh orang-orang tertentu dan
dimasukkan ke dalam kantong tertentu seperti berwujud sabuk atau
yang lain. Benda-benda seperti ini sangat bermakna bagi masyarakat
Desa Miangas karena fungsinya tersebut. Penggunaan benda-benda
tersebut dipercaya tidak hanya berefek atau berdaya guna jika
digunakan oleh warga asli Desa Miangas namun juga bagi pendatang.
Namun keberadaan kepemilikannya nya sangat eksklusif bagi mereka.
Orang luar tidak diperkenankan untuk memiliki. Jika ada orang luar
yang memiliki, maka dipastikan warga Desa Miangas telah
menjualnya. Hal ini juga berdampak buruk bagi warga setempat yang
menjualnya.
Menurut kepercayaan, jika benda tersebut digunakan
serampangan oleh orang lain akan berefek kurang baik. Benda
semacam itu banyak ragamnya, salah satunya bernama adalah
alumbanua (kumpulan kayu-kayu penjaga Pulau Miangas). Menurut
Pak Manulang, alumbanua ini dibuat ketika, dari hasil pembicaraan

100

para tetua, telah direkomendasikan perlu adanya pembagian kembali


alumbanua bagi warga Desa Miangas untuk keselamatan dan
kesehatan. Setelah hari pengumpulan bahan tetumbuhan asli Desa
Miangas telah ditetapkan, maka pada hari "h", seluruh warga Desa
Miangas tidak diijinkan untuk membuka jendela dan pintu rumahnya,
mengamati prosesi ritual pengambilan bahan tetumbuhan apalagi
keluar rumah. Hanya tetua-tetua adat yang diijinkan berada di luar
rumah karena berkenaan dengan tugasnya dalam prosesi mencari
aneka dedaunan dan batang tanaman. Bagi warga yang melanggar,
menurut kepercayaan, dapat dipastikan ia akan mengalami sakit.
Proses pencarian dedaunan ini sangat sakral. Jumlah jenis
daun, batang tanaman yang diinginkan hingga mencapai 1000 jenis,
ada yang mengatakan hingga 1500 jenis. Semua jenis tanaman
tersebut berada di Pulau Miangas, baik yang tumbuh di daratan
maupun pantai dan lautan. Cara mengambilnya juga menggunakan
kekuatan tertentu, karena dalam mengambil pucuk-pucuk daun yang
diinginkan, para tetua adat tidak melakukannnya dengan memanjat
namun dengan teknik ghaib seperti terbang. Jika jumlah tanaman
sudah terpenuhi, seluruhnya dikumpulkan menjadi satu. Kemudian
dibagi rata sejumlah warga Desa Miangas, dimasukan ke dalam kain
tertentu berbentuk sabuk dan didoakan. Setiap warga Desa Miangas
yang dewasa akan mendapat jatah satu-satu dan wajib disimpan
dengan baik dan dapat digunakan ketika mereka bepergian ke luar
Pulau Miangas. Penyimpanan alumbanua ini harus di tempat tertentu
yang aman. Di samping berkaitan dengan penghormatan, juga
mengantisipasi dampak buruk jika dibuat mainan oleh anak-anak.
Dampak penggunaan alumbanua seperti yang dipaparkan olehnya.
"kalau alumbanua ditaruh di atas pintu...... orang yang lewat pasti
rambutnya bisa...... rontok dan gundul....... dulu... saya ke apa...ke Sulawesi
Tengah itu saya penah naik mobil.... itu pecah mobilnya. Tidak.....angkut
penumpang antar kota...begitu......kan.... di Luwuk sana..kan... sudah di

101

Sulawesi Tengah kan....saya mau pergi kerja.... mungkin karena saya orang
baru...saya mo jalan ini tapi...dia putar-putar..supaya kan ...angkutannya
lebih-lebih.....pas melihat saya orang baru...ia putar-putar sampai mobilnya
pecah....pecahnya kan saya ganti mobil baru karena ia harus ganti ban baru,
tambal ban....."

Kepercayaan terhadap adanya konsep bidadari juga terdapat


di Desa Miangas. Keberadaan bidadari dipercaya selalu beriringan
dengan munculnya fenomena munculnya pelangi. Ada kepercayaan
bahwa bekas dimana ujung pelangi tersebut menyentuh bumi
dianggap memiliki kekuatan tertentu. Pada umumnya ujung pelangi
yang sering muncul berada di lautan. Orang jaman dulu menurut
menurut Pak Manulang, selalu mengejar bekas air laut yang dianggap
menjadi ujung pelangi. Namun ketika peneliti berada di lapangan
berketepatan dengan munculnya pelangi di landasan pacu, bapak
tersebut segera berlari menuju ujung dari pelangi tersebut, untuk
mengambil tanah yang diyakini bersentuhan dengan ujung pelangi
tersebut. Kemudian tanah tersebut disimpan dan dibawa pulang.
"pelangi, bapak kan tau pelangi itu...kayak warna warni itu.....kalau dia
jatuhnya dimana...kita ambil bekasnya itu.... orang tua dulu yang punya itu
ambil kemampuan. kalau cerita dulu....cerita dongeng, kan tangganya
bidadari, katanya kan tangganya bidadari mandi.... kayangan."

102

Gambar 2.10. Pelangi di Pulau Miangas yang tiba-tiba muncul


Sumber: Dokumentasi Peneliti

Bagi orang Desa Miangas, konsep mengenai orang yang sudah


meninggal dianggap masih berada di sekitar rumah keluarga yang
ditinggalkan. Oleh sebab itu, orang yang sudah meninggal masih
dipercaya sering melakukan interaksi berupa kunjungan kepada
keluarga yang ditinggalkan. Pola-pola waktu kunjungan yang sering
muncul dipercaya, misalnya ketika salah satu angota keluarga yang
ditinggal memiliki sebuah rencana tertentu, keinginan atau ketika
keluarga belum memiliki rencana untuk membangun sebuah rumah
kubur. Hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang
yang ditinggalkan sangat intensif selama orang yang meninggal belum
memiliki "rumah kubur" atau nisan. Terkadang orang yang sudah
meninggal memanggil keluarganya yang ditinggal dalam mimpi untuk
segera melakukan sesuatu atau mempercepat pembangunan nisan.
Semakin lama keluarga tersebut membangun nisan, akan semakin
seringlah arwah orang yang meninggal akan mendatangi keluarganya
tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Zein (48 th),

103

"dulu ketika mama meninggal......, mama, saya makamkan di dekat


kantor desa. tapi.......karena tidak ada uang, saya dan keluarga tidak dapat
membuatkan rumah kubur. dia punya arwah datang, saya sudah dingin
katanya, ...cepet ko bikin rumah...saya sudah kedinginan tiap hari bulanan.
jadi begitu.... kalau orang tua sudah lama...cepet bikin kubur mas... biar tidak
dapat teguran. ....tegurannya bisa anak sakit, baru saya juga kena sakit.
mama datang ke saya. ..... dalam bentuk bayangan, mimpi. kadang suara
seperti piring pecah... ia bilang kalau anak-anaknya semua egois. Ia dibiarkan
kedinginan di kubur berbulan-bulan. Tidak dibuatkan baju".

Bangunan untuk orang mati ditafsirkan sebagai sarana


pelindung yang dikonstruksikan sebagai baju penghangat bagi mereka
yang sudah wafat. Orang yang sudah meninggal dianggap berada di
ruangan yang tidak nyaman karena hawanya yang sangat dingin. Agar
orang yang wafat merasakan kenyamanan ketika berada di alam
kubur, sudah selayaknya keluarga yang ditinggalkan untuk
mempersiapkan sarana tersebut. Agar selama di dalam kubur mereka
tidak merasa kedinginan. Di samping itu, pembangunan nisan secara
sosial merupakan bentuk pengabdian, penghormatan anak-anak
terhadap orang tuanya dan memelihara kehormatan keluarga di
tengah masyarakat dalam bentuk simbol-simbol batu nisan.
Bersandar pada hal ini, maka sudah seharusnya anak-anak
yang ditinggalkan wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial
tersebut sebagai bukti akan sikap berbakti kepada orang tua. Antara
kewajiban, rasa bakti dan penghormatan yang tinggi terhadap orang
yang meninggal, dalam kondisi keuangan apapun, mereka akan
menyegerakan. Berbagai cara akan dilakukan, mencari pinjaman uang,
membuka tabungan atau menggadaikan kebun kelapa demi
terwujudnya rumah kubur bagi orang yang sudah meninggal.
Keterlambatan dan keengganan dalam membuat rumah kubur
dianggap sebagai bentuk tidak hormatnya anak-anak terhadap orang
tua yang sudah mendahului, atau menjatuhkan martabat keluarganya
di mata sosial karena dianggap tidak mampu.

104

"sejak mama dibuatkan rumah kubur, ia datang sekali kepadanya untuk


mengucapkan terima kasih, sekarang ia sudah punya baju, sudah tenang dan
tidak merasa kedinginan,.....mereka sudah punya rumah, tidak bergantung
pada orang, sudah tidak datang lagi, paling kalau datang pasti ada sesuatu
yang ingin tunjukan pada yang hidup mau dikasih apa gitu.. mau dikasih yang
bagus...waktu anak saya itu polisi mau pengangkatan polisi,...dia bilang, mak
si oma datang. iyo no, nanti kau mau rajin berdoa, lha itu no... kemudian
lulus....tidak pake uang...langsung tembus... rajin berdoa..."

Persoalan utama yang paling sering menjadi dasar atau alasan


warga Desa Miangas ketika mereka terlambat memutuskan
pembuatan nisan kubur secepatnya, disamping, berkaitan dengan
harga nisan kubur juga berkaitan dengan biaya ritual yang harus
disediakan. Biaya ritual akan digunakan dalam mengiringi proses
pembuatan dan pemasangan nisan kubur. Jumlah dana yang
dibutuhkan dalam proses tersebut cukup besar apalagi bagi warga
desa kebanyakan. Bahkan, dana yang dibutuhkan dapat bertambah
besar lagi, jika orang yang akan dibuatkan rumah kubur merupakan
warga penting Desa Miangas, misalnya mantan pejabat adat seperti
Mangkubumi atau Ketua Marga. Besarnya dana yang dibutuhkan tidak
lepas dari jangkauan jumlah rumah orang yang masuk ke dalam jarak
lingkaran sosial. Mengapa mengacu pada jangkauan rumah ?. Hal ini
berkenaan dengan proses yang berkaitan dengan pembagian paket
bahan makanan dari keluarga yang ditinggal mati kepada tetangga.
Bagi warga biasa, jumlah sembako dan daging babi yang
diberikan kepada tetangga hanya berkisar pada beberapa rumah yang
masuk ke dalam radius tertentu. Akan tetapi, jika yang meninggal
adalah mantan pejabat adat, maka jumlah orang yang akan
mendapatkan paket makanan tersebut bukanlah mengikuti radius
tertentu namun sejumlah keluarga yang ada di Desa Miangas. Adapun
paket bahan makanan yang akan diberikan kepada masyarakat
biasanya berupa sembako atau beras satu kilo dan daging babi atau
berupa nasi dan daging babi yang sudah dimasak berwujud sate atau

105

yang lain. Kemudian mengundang ketua-ketua ada untuk makan


bersama-sama.
Semua keluarga mantan pejabat adat, menjaga reputasi nama
keluarganya yaitu dengan melakukan ritual pembagian bahan
makanan dan daging babi ke seluruh warga yang ada di Desa Miangas
tanpa terkecuali. Di samping itu, penghormatan reputasi dapat
berwujud dalam bentuk nisan atau rumah kubur. Bagi almarhum yang
dulunya merupakan mantan pejabat adat biasanya akan mendapatkan
saran mengenai bentuk rumah kubur yang perlu berbeda sedikit
dengan milik warga kebanyakan. Model rumah kubur bagi almarhum
mantan pejabat adat biasanya disaranakan dengan menggunakan
model berundak dalam jumlah tertentu. Semakin banyak jumlah
undakannya dalam rumah kubur dianggap sebagai bentuk
representasi mengenai semakin tinggi jabatan adat yang pernah
diemban oleh almarhum.
Namun pemahaman mengenai bentuk makam yang berundak
yang berkaitan dengan posisi sosial bagi almarhum mengalami banyak
perubahan. Penggunaan undakan dalam makan sudah menjadi
fenomena yang biasa. Menurut Pak Wardi, "model rumah kubur
berundak sekarang sudah umum". Oleh sebab itu, kehadiran makam
berundak tersebut sudah tidak bisa dimaknai bahwa semakin banyak
undakannya semakin tinggi jabatan adat almarhum. Apalagi pada
zaman dahulu gaya seperti itu jarang ada bahkan tidak pernah ada.
Pada umumnya penanda makam kubur bagi almarhum yang dulunya
merupakan pejabat adat diwujudkan dalam bentuk kepala nisa yang
ukurannya lebih besar dari pada makam umumnya. "zaman dahulu,
bentuk makam tidak berundak namun memiliki kepala nisan yang
besar dan khas, kalau yang besar seperti itu.... yang meninggal adalah
kepala adat", kata Pak Wardi sambil menunjuk makam di sebelah
rumahnya.
Kegiatan ziarah ke makam juga terdapat dalam kehidupan
masyarakat di Desa Miangas. Pola kegiatan ziarah ke makam sudah

106

banyak mengalami perubahan. Pada masa yang lalu, kegiatan


berziarah selain berdoa mereka juga melakukan aktifitas seperti yang
dilakukan oleh orang cina yaitu membawa kue-kue atau sesajen yang
kemudian ditinggal di kubur. Sesajen tersebut dipercaya untuk orang
yang meninggal. Namun, saat ini, aktifitas membawa kue atau sesajen
sudah hilang sama sekali. "kadang juga aneh... masak orang mati
makan kue... pasti yang makan orang yang masih hidup" pungkas Ibu
Zein.
Tujuan mereka datang ke makam keluarga yang sudah
meninggal adalah untuk melakukan kegiatan acara bersih - bersih
kubur yang kemudian dilanjutkan dengan acara kegiatan berdoa dan
membawa lampu. Acara berdoa ditujukan bagi orang yang sudah
meninggal. Berkaitan dengan aktifitas berdoa di samping makam, ada
sebagian masyarakat yang memahaminya tidak sekedar sebagai
sarana untuk mendoakan orang yang sudah meninggal namun juga
untuk memudahkan terkabulnya berbagai rencana tertentu yang
sudah dibuat oleh keluarga yang masih hidup. Agar rencana-rencana
yang dibuat oleh keluarga dapat terkabul, mereka merasa perlu
berdoa di samping makam anggota keluarga yang sudah meninggal.

107

Gambar 2.11.
Makam dulu dan kini bergaya "berundak" dan "kepala nisan besar"
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Pola acara ziarah ke makam sudah semakin berubah.


Perubahan ini banyak dipengaruhi oleh pola pemakaman masyarakat
Desa Miangas. Jika pada masa lampau, pemakaman warga dilakukan
di makam desa atau umum, namun saat ini hal itu tidak bisa
dilakukan. Tanah makam dianggap sudah penuh dan ada sebagian
tanah tersebut yang ternyata dimiliki oleh orang per orang. Sebagai
konsekuensi, saat ini banyak tempat pemakaman yang dilakukan di
lingkungan rumah warga, seperti halaman depan, belakang atau
samping. Kehadiran makam dilingkungan rumah menyebabkan
mereka meluangkan waktu setiap hari untuk melihat dan
membersihkan makam-makam keluarga mereka, tanpa harus pergi ke
makam umum. Mereka semakin intensif di dalam proses pemberian
perhatian terhadap keluarga yang sudah meninggal. Bilamana ada

108

tamu datang, makam di rumah dapat menjadi bahan cerita keluarga


besar dan peran mereka pada waktu masih hidup.
Berkenaan dengan kegiatan pertanian khususnya berkebun,
ada kepercayaan yang diyakini oleh warga Desa Miangas berkaitan
dengan waktu penanaman. Kepercayaan tersebut berkaitan dengan
waktu dan perilaku. Berkaitan dengan waktu penanaman dipercaya
bahwa malam purnama adalah waktu yang sangat baik bagi aktifitas
menanam. Mereka percaya bahwa dengan menanam tanaman
seperti jagung atau yang lain pada malam bulan purnama, hasil yang
akan mereka peroleh pada saat panen akan lebih baik. Di samping itu,
perilaku orang ketika bertanam juga akan berpengaruh terhadap hasil
panen. Perilaku yang baik akan mendapatkan hasil yang baik, perilaku
yang jelek mendapat hasil yang jelek. Oleh sebab itu, ketika orang
sedang bertanam, agar hasil yang diperoleh sewaktu panen menjadi
baik, mereka dilarang untuk tertawa atau berteriak-teriak.
2.4.2. Praktek Keagamaan
Masyarakat Desa Miangas pada umumnya beragam Kristen
Protestan. Ada dua gereja yang melakukan kegiatan ritual keagamaan
secara kontinyu, pertama adalah Gereja Germita dan kedua adalah
Gereja Pantekosta.
Setiap hari minggu mereka melakukan aktifitas kebaktian
secara bersamaan di gereja masing-masing. Umat Kristian yang
beribadah di Gereja Germita atau yang disebut Jemaat Efrata Miangas
jumlahnya lebih dominan dibandingkan yang beribadah di Gereja
Pantekosta. Jumlah jemaat Gereja Pantekosta hanya berjumlah 10
jamaat saja.
Kegiatan misa yang dilaksanakan Gereja Germita dalam satu
tahun adalah misa ibadah hari minggu, ibadah perjamuan kudus,
ibadah Jumat Agung, ibadah Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus, Ibadah
Hari Raya Pantekosta, Ibadah Malam Kudus, Ibadah Hari Natal, Ibadah
AKhir Tahun dan Ibadah Tahun Baru. Kemudian, ada ibadah yang

109

disebut ibadah tertentu. Ibadah tertentu dilakukan diluar atau


menggenapi kegiatan ibadah sebelumnya. Pelaksanaan ibadah
tertentu biasanya waktu dan tanggal pelaksanaannya bisa ditentukan
berdasarkan kesepakatan, seperti adanya ibadah pantai, ibadah anak
sekolah, ibadah anak remaja dan pemuda, serta ibadah bapak dan ibu.
Di samping ibadah kebaktian di atas, ada pelaksanaan ibadah
kebaktian yang dilaksanakan secara sporadis di beberapa unit-unit
rumah tangga. Pola kegiatan kebaktian seperti ini berkaitan dengan
keberadaan kelompok-kelompok ibadah yang dinamakan "kolom
pelayanan". Setiap unit keluarga selalu tergabung ke dalam salah satu
kolom-kolom pelayanan tertentu. Jumlah kolom di Desa Miangas
sangat banyak, kurang lebih ada sembilan kolom. Setiap kolom
memiliki anggota kurang lebih 62 orang dan setiap kolom pelayanan
memiliki jadwal kegiatan kebaktian tersendiri. Setiap acara kebaktian
yang dilakukan oleh kolom pelayanan biasanya dilakukan pada sore
hari pada hari tertentu. Mereka menyebut sebagai ibadah siang
sesudah masuk gereja pagi atau melakukan misa subuh. Ada kolom
pelayanan yang melaksanakan pada hari yang sama di tempat
berbeda, namun ada juga yang melakukan pada hari berbeda.
Kegiatan kebaktian yang dilaksanakan pada tingkat kolom
pelayanan dilakukan secara bergiliran. Jika pada hari rabu ini
dilaksanakan ibadah di rumah Ibu Awalla maka pada rabu di minggu
yang akan datang akan dilaksanakan di rumah anggota kolom yang
lain. Di samping itu ada ibadah untuk anak-anak yang dilaksakan di
pantai dan juga ibadah untuk bapak-bapak. Demikian banyak kegiatan
peribadatan yang ada di desa ini menyebabkan desa ini terlihat
kehidupan masyarakatnya tidak lepas dari aktifitas yang berorientasi
pada religiusitas seperti membawa bible di berbagai kesempatan.
Gereja Kristen Germita Mingas di samping melaksanakan ritual
yang bernuasa keagamaan, mereka juga melakukan ritual setempat
yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, salah satunya dengan
menggandeng gereja dalam pelaksana kegiatan. Beberapa ritual

110

tradisonal tersebut masih aktif dilaksanakan hingga kini. Acara ritual


selama satu tahun yang sering dilakukan adalah pertama ritual "Kunci
Tahun". Ritual ini biasanya dilakukan pada tanggal 5 Januari. Dalam
acara tersebut, kegiatan ritual yang dilakukan tidak sekedar berdoa
sebagai rasa sukur kemudiaan diikuti dengan kegiatan makan
bersama, namun dalam kegiatan ini ada keharusan orang tua-tua adat
untuk memberikan sesuatu. Keberadaan orang tua-tua adat ditujukan
untuk tampil berbicara mengenai hal-hal yang penting. "Harus ada
tua-tua yang bicara", kata Bapak Awalla.
Selanjutnya, setelah ritual "Kunci Tahun" berakhir, biasanya
kurang lebih dua minggu kemudian, masyarakat Desa Miangas akan
melakukan sebuah ritual yang dinamakan Ritual Malintuhalele.
Kegiatan ritual ini berkaitan dengan aktifitas masyarakat Desa
Miangas yang akan melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya
produktif. Oleh sebab itu, berbagai peralatan yang digunakan dalam
proses produktif akan diikutkan dalam kegiatan secara simbolis untuk
didoakan agar alat tersebut dapat menjadi sarana yang memudahkan
dalam mendapatkan rejeki.
Peralatan yang dimaksudkan dalam acara ini bisa berupa
parang, pedang atau berbagai peralatan yang tajam yang digunakan
dalam kegiatan berkebun, kemudian berbagai peralatan yang
berkaitan dengan tulis menulis bagi masyarakat yang bekerja sebagai
pegawai, peralatan senjata jika ia menjadi pegawai polisi atau ABRI,
peralatan scrab buat kegiatan bertukang dan peralatan lain yang
berhubungan dengan aktifitas produktif. Peralatan produktif yang
dimaksud dalam kegiatan ini sifatnya imajiner, dalam arti bayangan
peralatan berada di dalam benak setiap anggota masyarakat. Oleh
sebab itu, peralatan tersebut tidak perlu dibawa ke depan altar gereja
untuk dimintakan doa kepada Tuhan. Namun yang dilakukan adalah
melakukan doa bersama untuk berbagai peralatan milik mereka yang
tersimpan di dalam rumah. Setelah prosesi pemberian doa selesai,
aktifitas berikutnya adalah melakukan aktifitas makan bersama

111

sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan yang Maha


Esa. Acara ritual ini tidak diselingi dengan keberadaan tua-tua adat
yang akan berbicara mengenai suatu hal. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Awwalla,
"Kasih turun pedang, barang tajam untuk berkebun, pegawai berupa pena,
ABRI berupa senjata. Semua di doakan". "Di gereja hanya berdoa, tidak perlu
membawa peralatan pertanian,... cukup niatan saja. Habis berdoa lalu
makan-makan. Tidak ada tua-tua yang berbicara".

Ritual berikutnya adalah Larenosasua. Ritual ini merupakan


rangkaian dari ritual sebelumnya dan biasanya dilakukan pada bulan
April. Setelah masyarakat melakukan ritual dengan meminta doa pada
peralatan kerja, maka tahap selanjutnya adalah melakukan kegiatan
produktif tersebut. Jika segala aktifitas produktif sudah selesai,
mereka akan menyempurnakan aktifitas tersebut dengan melakukan
ritual ini. Mereka memahami bahwa ritual Larenosasua mengacu pada
tahap awal dari setiap pekerjaan yang sudah dilakukan dengan
harapan apa yang sudah mereka lakukan membuahkan hasil yang
berlimpah untuk kehidupan dalam masa yang akan datang.
"Semua masyarakat yang bertanam bermohon pada Tuhan semoga apa yang
dilakukan dijauhkan dari serangan hama, tumbuhnya tanaman dapat baik,
berbuah dapat banyak,... baik yang berbuah diatas tanah maupun berbuah
di dalam tanah seperti umbi-umbian".

Aktifitas ritual ini juga dilakukan di gereja dan mirip dengan


ritual Lintuhalele. Setelah acara prosesi pemberian doa selesai
dilakukan, acara selanjutnya yaitu dengan melakukan aktifitas makan
bersama sebagai ungkapan rasa puji syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa. Prosesi acara makan-makan bersama sifatnya bebas, dalam arti
siapapun dapat makan apapun dan dimanapun mereka suka. Di dalam

112

acara ritual ini juga tidak disisipi dengan acara orang tua-tua adat yang
berbicara mengenai suatu hal.
Pada seluruh rangkaian kegiatan ritual, semua anggota
masyarakat Desa Miangas akan terlibat dan berkumpul bersamasama. Persiapan sudah dilakukan sejak siang hari. Mereka tanpa
banyak mengeluh saling bahu membahu membuat makanan dan
mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan, misalnya tenda,
meja, kursi, piring, gelas, atau yang lain. Tidak jarang mereka
membuat lapak sendiri berupa seperangkat meja dan kursi. Selain itu
mereka juga mempersiapkan diri dengan aneka ragam hidangan yang
lezat yanag akan dimakan bersama atau ditukarkan dengan tetangga
terdekat di acara tersebut. Menu makanan yang sering ditampilkan
adalah menu dengan aneka olahan berbahan dasar ikan laut, kepiting
(ketang), laluga, sayuran lokal dan ketupat atau nasi.

Gambar 2.12. Ritual Larenosasua di halaman gereja


Sumber: Dokumentasi Peneliti

113

Ritual berikutnya adalah ritual Manam'i. Ritual Manam'i


merupakan ritual yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan
bersama-sama, seringkali dipahami sebagai pesta adat warga
Miangas. Di dalam Ritual Manam'i ini seluruh warga desa akan
menyambutnya dengan suka cita, baik orang tua maupun anak-anak.
Empat hari sebelum acara berlangsung, beberapa masyarakat sudah
mempersiapkan diri. Bagi masyarakat yang memiliki lahan yang
berdekatan dengan tempat ritual berlangsung, adakalanya
mempersiapkan diri dengan membangun sebuah pondok kayu atau
pondok yang ditutup dengan menggunakan kain seadanya. Tujuan
pembangunan pondok kayu atau pondok kain adalah sebagai tempat
untuk melakukan kegiatan makan bersama dan memasak dengan
keluarga besar atau tamu dari pulau lain untuk berkunjung.
Semua warga sudah dipastikan mempersiapkan berbagai
peralatan masak untuk menggoreng atau membakar ikan yang akan
diperolehnya. Ketupat, laluga dan sayur-sayuran lokal sudah diolah
sedemian rupa dan ditempatkan di baskom-baskom tertentu. Semua
bahan pangan diolah dirumah, kecuali ikan yang akan dimasak di
tempat acara. Setelah semua siap, bagi masyarakat yang memiliki
kendaraan Kaizar, mereka akan membawa makanan yang sudah jadi
beserta anggota keluarganya secara bersama-sama. Namun bagi yang
hanya memiliki sepeda montor, mereka secara bertahap membawa
makanan dan anggota keluarga bergantian. Jarak antara rumah dan
tempat ritual yang cukup jauh menyebabkan masyarakat yang tidak
memiliki kendaraan, perlu perjuangan untuk ikut memeriahkan
kegiatan pesta rakyat tersebut. Begitu meriahnya acara ini
berlangsung, menyebabkan berbagai aktifitas di wilayah pemukiman
cenderung sepi, karena semua tertuju di tempat-tempat dimana
mereka akan menikmati berbagai hidangan ikan hasil tangkapan
bersama-sama dan juga berbagai sarana hiburan berupa musik
dangdut maupun barat.

114

Prosesi ritual manam'i telah diawali sejak Bulan Januari,


meskipun pelaksanaan ritual ini dilaksanakan pada Bulan Mei hingga
Juni mengacu pada titik pasang tertinggi dan surut terendah atau pada
bulan purnama. Pada Bulan Januari para tetua adat sudah berembug
untuk menentukan wilayah mana yang akan digunakan sebagai
tempat ritual ini berlangsung. Sebagai pertanda bahwa wilayah
tersebut akan digunakan dalam ritual Manam'i, para tetua akan
memasang tanda kayu yang diberi janur di dua tempat yang berbeda
pada wilayah pinggir pantai. Satu patok kayu dipasang di wilayah run
way bandara, satu lagi dipasang di wilayah Wolok. Wilayah ini
merupakan wilayah warisan budaya setempat yang selalu digunakan
sebaga tempat ritual tersebut.
Selama pemasangan kedua patok kayu tersebut, tetua adat
seperti Bapak Mangkubumi 2 akan memberikan doa-doa sebagai
bagian dari ritual tersebut disaksikan oleh beberapa tetua adat yang
lain. Pemberian doa-doa sudah menggunakan cara kristen. Sebagai
penguat legitimasi atas wilayah ritual tersebut agar tidak diganggu
atau dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, maka sejak
wilayah tersebut dipasang tanda tersebut, berlakukan adanya eha
atau larangan beraktifitas. Artinya, bagi siapapun yang memasuki
batas wilayah tersebut dan melakukan aktifitas akan dikenakan
persidangan adat dan dikenai denda yang berlaku saat itu.
Pemberlakuan eha ini memiliki sangsi yang kuat bagi masyarakat
setempat namun ada sedikit keringanan bagi pendatang yang belum
memahami aturan tersebut. Masa berlakunya eha dinyatakan efektif
sejak penanaman patok pertama kali hingga masa ritual manam'i
berlangsung dengan tanda pencabutan patok tersebut.
Sehari sebelum ritual manam'i berlangsung, masyarakat sudah
berbondong bondong untuk berkumpul di tiga lorong utama yang
membelah Desa Miangas. Ada sangsi sosial bagi warga desa yang tidak
ikut terlibat dalam acara ini. Setiap lorong terdapat tali tampar yang
panjangnya kurang lebih 3 km. Di samping itu, di setiap sisi terdapat

115

potongan-potongan daun janur beserta batangnya yang sudah


disiapkan. Setiap batang daun janur kan dipotongng menjadi dua.
Kemudian secara bergotong royong batang-batang janur yang sudah
terbelah diikat dengan tali tampar. Hasil pengikatan batang janur
menyebabkan daun-daun janur terjurai dan melambai-lambai ke
bawah. Pemasangan janur dinyatakan selesai jika seluruh tali tampar
telah dipasang janur-janur tersebut. Setelah batang janur terpasang,
tali tampar tersebut digulung dan dibawa ke pantai untuk
ditempatkan di pinggir pantai yang sudah diberi tanda patok kayu.
Pagi hari sebelum pelaksanaan ritual manam'i, diawali dengan
berkumpulnya para tetua adat di rumah bapak Mangkubumi 2. Tetua
adat tersebut berjumlah 12, yang memiliki tugas masing-masing.
Setelah dilakukan doa bersama, mereka berangkat bersamaan ke
tempat ritual berlangsung. Ada dua kelompok yang akan berangkat.
Satu kelompok menuju patok yang dipasang di wilayah bandara dan
satu lagi menuju patok di wilayah wolok. Acara di dua tempat tersebut
adalah sama. Pertama, pemberian doa oleh Bapak Mangkubumi 2 dan
kedua persiapan pemasangan tali tampar.
Setelah selesai, tali tampar yang diikat dengan janur
dipersiapkan untuk ditarik ke laut. Dengan dipimpin oleh tetua adat,
masyarakat bahu membahu membawa tali turun ke laut. Baik tali
tampar yang berada di wilayah bandara dan wolok akan melakukan
hal yang sama secara bersamaan. Kegiatan pemasangan tali akan
dianggap selesai jika kedua ujung tali sudah bertemu di laut. Proses
pemasangan tali ini cukup berat, karena di samping kuatnya ombak
juga karena kondisi karang yang sangat tajam. Sehingga ketika kedua
ujung tali sudah bertemu, air laut sudah mulai surut.
Tali kemudian diputar kembali ke arah pantai. Dengan cara ini
diharapkan, ikan yang berada di dalam tidak keluar karena di setiap
sisi tali telah dijaga banyak orang. Cara ini dilakukan sampai ujung tali
yang awalnya berada di laut menuju ke arah pantai dengan
membentuk seperti kolam raksasa. Jika kolam dengan tali tampar

116

sudah terbentuk dan semakin mengecil. Biasanya semua ikan dapat


dipastikan akan terperangkap di dalam. Hal ini nampak dari percikan
air yang muncul. Sambil menunggu air surut, mereka berjaga-jaga di
setiap sisi yang menjadi tanggung jawabnya sampai ikan mulai terlihat
nyata. Ketika ikan sudah mulai tampak, petinggi adat yaitu Mangkumi
2 mengawali acara penangkapan ikan dengan menombak salah satu
ikan yang besar. Kemudia diikuti oleh masyarakat yang lain. Selama
proses penangkapan, warga desa dilarang mengunakan jaring. Alat
yang diijinkan adalah tombak.

Gambar 2.13. Ritual Manam'i


Sumber: Dokumentasi Peneliti

Biasanya hasil penangkapan dikumpulkan menjadi satu dalam


keranjang atau karung. Setelah dua tempat selesai menangkap ikan
semuanya, maka ikan yang dikumpulkan akan dibagikan kepada
suluruh masyarakat yang hadir dengan cara yang adil. Dari hasil
pembagi ikan inilah, kemudian masyarakat merayakan dengan suka
cita menikmati rejeki dari Tuhan. Setiap orang akan memasak sesuai
dengan keinginan masing-masing. Selama berada di tempat pesta

117

rakyat, mereka boleh bertukar ikan atau masakan. Namun yang pasti,
semuanya akan dinikmati bersama di tempat. Di samping itu, setiap
orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ritual adat Manam'i harus
harus mentaati pantangan-panyangan seperti, tidak boleh berbicara
jorok, bersendau gurau berlebihan, turun ke laut sebelum dapat
perintah, tergesa-gesa menangkap ikan dan menyembunyikan ikan
yang didapat tanpa menyerahkan kepeda tetua ada sebagai
pengumpul dan pembagi ikan.
Ritual yang berkaitan dengan daur hidup manusia salah
satunya adalah upacara kematian. Di dalam prosesi upacara kematian
di Desa Miangas, pada umumnya hanya dilakukan ibadah
pemakaman. Ibadah pemakaman ini dilakukan di rumah duka dan
dihadiri seluruh warga masyarakat. Warga kolom pelayanan dimana
orang yang meninggal tersebut menjadi anggota, cenderung sangat
berperan dalam membantu ketersediaan segala keperluan yang
dibutuhkan dan terselenggarakan acara ibadah pemakaman dengan
baik. Bila prosesi ibadah pemakaman sudah selesai, maka proses
selanjutnya adalah mengantar ke makam yang sudah disediakan
seperti di lingkungan rumah atau di luar lingkungan rumah namun
masih merupakan tanah pribadi mereka. Ada sedikit perbedaan, jika
yang meninggal tersebut adalah PNS atau tetua adat. Jika ada anggota
masyarakat yang PNS atau tetua adat meninggal biasanya dalam
prosesi tersebut ada sedikit penghormatan formal.

118

Gambar 2.14 Nanguwanua (Mangkubumi 2), Bapak Awalla wafat


Sumber: Dokumentasi Peneliti

2.5
Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
2.5.1 Sistem Kekerabatan
Kehidupan masyarakat Suku Talaud yang mendiami wilayah
Desa Miangas, Kecamatan Miangas, Pulau Miangas memiliki
kesamaan budaya dengan masyarakat Suku Talaud yang mendiamai
berbagai wilayah kepulauan yang berada di Kabupaten Talaud. Setiap
wilayah Budaya Talaud memiliki sistem kekerabatan yang sama.
Sistem kekerabatan Suku Talaud adalah pseudo patrilineal cenderung
ke bilateral. Hal ini dapat dilihat dari pengenaan nama marga yang
selalu diturunkan pada garis laki-laki merujuk pada sistem patrilineal.
Akan tetapi, sistem patrilineal yang berlaku di Desa Miangas
cenderung kurang begitu tegas. Hal ini nampak adanya kompromi
yang berkaitan dengan pengenaan marga ibu pada anak dalam
konteks tertentu, seperti turunnya jumlah keturunan yang memiliki
marga tertentu, kelahiran anak yang tanpa didasarkan pada suatu
pernikahan atau anak hasil adopsi dari suatu keluarga setempat, atau
ketika ibu menikah dengan orang luar yang tidak memiliki nama
marga, maka anak boleh menggunakan nama marga ibu. Terkadang
dua marga antara dari bapak dan ibu dapat disematkan pada anak-

119

anak mereka dengan aturan bahwa marga ibu harus disematkan


ditengah sebelum marga ayah. Marga ayah harus ada diujung nama.
Dalam proses kompromi ini tidak menimbulkan persoalan besar
apalagi konflik antara istri dan suami yang seharusnya punya hak
untuk menurunkan nama marganya. Bahkan anak yang diadopsi,
disamping mendapat nama marga juga mendapatkan pemberian
harta.
Di samping itu, pola pembagian kerja dalam konteks budaya
patrilineal juga tidak terlalu nampak. Kecenderungan mereka adalah
saling bekerja sama, bukan pembagian mode pekerjaan. Ketika
mereka berangkat ke kebun, suami dan istri cenderung bekerja sama
baik dengan berangkat bersama-sama atau berangkat dengan jam
yang berbeda. Atau ketika air laut sedang surut, suami bisa mencubi
pada malam hari untuk mencari ikan dan di siang hari mereka berdua
bersama-sama mencari kerang dan teripang di hamparan karang.
Begitu juga ketika suami akan melaut, istri adakalanya sering
menemani suami untuk mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
ketika berangkat melaut, meski hanya sampai di pantai saja. Di Desa
Miangas, secara kultural tidak ada pemisahan domain wilayah kerja
berdasarkan jenis kelamin, dimana laut adalah dunia laki-laki dan
kebun adalah dunia perempuan. Sehingga jenis kelamin tertentu tidak
boleh memasuki wilayah yang bukan menjadi domainnya atau orang
akan malu jika domain tersebut dimasuki oleh orang yang berbeda
jenis kelamin. Dua domain wilayah tersebut adalah sama, bila
memungkinkan akan dimasuki dan dikerjakan bersama-sama.
Di Desa Miangas, saat ini terdapat dua belas kepala suku.
Kedua belas kepala suku tersebut membawahi berbagai kelompok
berdasar nama marga tertentu yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Setiap kepala suku pasti memiliki pasangan kepala suku
atau dalam istilah mereka adalah "papa" dan "mama" yang sifatnya
sebagai pasangan yang tidak terpisahkan. Ada kalanya dalam dua
kepala suku terdapat dua marga yang sama yang mendapat naungan.

120

Adapun kepala suku-suku dan nama pemimpin dan wakilnya/


pasangannya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.

Suku/Roangan Tulungan Lupa : Betuel Lupa dan Piter Lupa


Suku/Roangan Essing : Piet Hein essing dan Panjaitan Essing
Suku/Roangan Bawala Arundaa : Herman Nanguri dan Rikardo
Parenta
4. Suku/Roangan Pingka : Obetnego Balianga dan Ebsan Pitaretu
5. Suku/Roangan Laleda Lupa : Samsi Urenda dan Alberti Papea
6. Suku/Roangan Menggasa : Mujur Awalla dan Hinyo Mambu
7. Suku/Roangan Larenge : Welem Tinentang dan Nurbin
Rimpulaeng
8. Suku/Roangan Siliratu : Elisa Mangali dan Yakob Papea
9. Suku/Roangan Ratu Uli : Baktiar Papea dan Petrus Mambu
10. Suku/Roangan Tine : Pengasihan R Wudu dan Timotius Tine
11. Suku/Roangan Lantaa Talu : Fredrik Lantaa dan Luis Talu
12. Suku/Roangan Umbase : Hermanus Binambuni dan Daud Umbase
Berkenaan dengan pola perkawinan, masyarakat Suku Talaud
yang tinggal di Desa Miangas memiliki prinsip perkawinan yang
sifatnya eksogami. Artinya, segala bentuk perkawinan selalu merujuk
pada perkawinan dengan keluarga yang berbeda marga. "Perbedaan
marga" merupakan unsur yang sangat penting untuk menghindari
perkawinan yang sumbang. Akan tetapi, jumlah penduduk Miangas
yang sangat terbatas menyebabkan pola perkawinan eksogami di sini
menjadi sebuah fenomena yang cukup rumit. Kerumitan ini muncul
karena adanya prosedur pembacaan silsilah antara kedua belah pihak
calon pengantin hingga lapis ke empat. Tidak jarang perkawinan
mengalami kegagalan ketika memasuki proses pembacaan silsilah
dimana pada fase tersebut ditemukan adanya marga yang
berdekatan.

121

Lingkar persaudaran keluarga di Desa Miangas sangat dekat


sekali. Hampir setiap rumah yang dikunjungi selalu menceritakan
siapa saudara dekatnya di Desa Miangas. Seakan-akan semuanya
adalah saudara dekatnya dan tidak ada orang yang bukan saudaranya.
Menilik hal tersebut, maka masyarakat Desa Miangas dalam proses
mencari jodoh selalu berpaduan pada pola perkawinan idelanya yaitu
mengacu pada lapisan generasi dan marga. Acuan perkawinan yang
di-ideal-kan bagi Masyarakat Desa Miangas adalah perkawinan pada
lapis ke lima dan berbeda marga.
Perkawinan yang dilakukan dengan melibatkan pasangan yang
masih dibawah lapis ke-lima, masih dianggap sebagai perkawinan
sedarah. Walaupun dalam perkawinan tersebut antara calon suami
dan istri memiliki marga yang berbeda, mereka tetap dianggap masih
sedarah sehingga perkawinannya dianggap sumbang. Hal ini
disebabkan mereka memiliki konsep mengenai lingkaran kekerabatan
keluarga. Keluarga besar atau kerabat masyarakat Suku Talaud di Desa
Miangas adalah dimulai dari sepupu satu kali sebagai lapis pertama
baik dari jalur bapak atau ibu, kemudian sepupu dua kali, sepupu tiga
kali dan sepupu empat kali. Jika sudah mencapai sepupu lima kali,
maka individu yang masuk dalam lingkaran tersebut masuk ke dalam
katagori orang lain.
Salah satu solusi untuk memecahkan persoalan berkenaan
dengan rumitnya pencarian jodoh, adalah dengan melakukan
pencarian jodoh diluar wilayahnya. Perkawinan warga Desa Miangas
dengan sesama Suku Talaud yang berada di luar wilayah Miangas dan
suku-suku yang lain menjadi daya tarik yang besar. Dengan mencari
jodoh dengan sesama orang Suku Talaud yang tinggal di luar Miangas,
di samping ragam marga yang ada bertambah banyak, resiko
kedekatan marga juga sangat kecil. Implikasinya, prosesi pembacaan
silsilah menjadi lebih lancar dan tanpa resiko. Apalagi jika masyarakat
Desa Miangas mendapatkan jodoh dari luar Suku Talaud, mereka juga
sangat menyukai.

122

Perkawinan antara orang Desa Miangas dengan orang Suku


Talaud dari daerah luar cukup banyak, demikian juga perkawinan
dengan orang yang berasal dari luar Suku Talaud seperti dari Bima,
Jawa, Halmahera, Ambon, Gorontalo dan lain-lain. Bahkan ada
keluarga yang memiliki anak menantu yang semuanya berasal dari
suku yang berbeda. Keberadaan POSAL juga melengkapi ajang
perjodohan lintas suku bangsa menjadi sedemikian marak
Perkawinan-perkawinan sumbang adakalanya juga terjadi.
Bilamana perkawinan tersebut terjadi, pihak adat akan
memperingatkan kepada kedua insan yang jatuh cinta dan keluarga
dari kedua belah pihak. Bilamana mereka tetap memaksa perkawinan
sumbang dilangsungkan dengan cara kawin lari, mereka akan
mendapatkan sangsi berupa pengusiran dari Desa tersebut selamalamanya dan orang tua dari kedua belah pihak akan mendapat denda.
Sejauh-jauhnya dan selama-lamanya mereka kawin lari suatu saat
pasti ada kenginan kembali ke Desa Miangas. Ketika kembali itulah,
mereka tetap dikenakan denda yang berlaku. Adakalanya, di samping
pengusiran, tetua adat akan melakukan acara pembacaan doa kepada
Tuhan yang Maha Esa agar individu yang memaksa menikah tidak
mendapatkan halangan, demikian juga warga desa tidak mendapat
musibah bencana alam. Mereka percaya bahwa setiap bencana yang
berasal dari alam selalu ada hubungannya dengan perilaku manusia
yang tidak terpuji atau melanggar aturan adat.
"kalau ada perkawinan antara pade dengan pade......itu bertentangan.......
dapat diusir dari kampung. tidak bisa balik ke sini... itu begitu... apalagi
macam dua lapis tiga lapis itu juga tidak bisa biarpun marganya
beda...macam saya marga saya pade trus yang lain marga lupa...tetapi kalau
dilihat dari sisi keturunan masih dekat satu lapis atau dua lapis....itu tetap
tidak bisa.....dikasih pisah. agak susah juga cari jodoh disini.......kalau tidak
dipisah, kita besok berkeluarga, kayaknya panas, sering berkelahi atau
apalah...ada kejadian kejadian yang tidak diinginkan. Memang kenyataan
memang begitu.... macam saya kawin sama istri saya, kita lihat dari oma

123

buyut saya dulu, kalau oma buyut marganya namare, istri saya kan namare,
oma melahirkan opa saya dari papa ke saya, itu namanya tiga lapis....itu
tidak bisa karena dekat sekali"

Tata cara perkawinan yang berlaku di Pulau Miangas saat ini


sudah mengalami perubahan. Menurut Pak Mangkubumi 2, pada
masa yang dulu, proses perkawinan diawali dengan pencarian jodoh
yang dilakukan oleh orang tua dan anak cenderung menerima dengan
pilihan orang tua. Biasanya calon menantu yang akan dipilih, selain
baik karakternya, untuk wanita harus bisa melakukan pekerjaan
domestik, sedangkan pria harus sudah bisa berkebun. Namun
sekarang, pilihan jodoh bisa dilakukan oleh mereka sendiri.
Tahapan pertama dalam perkawinan adalah proses
pembicaraan di antara keluarga yang dilanjutakan dengan
pembicaraan pada keluarga wanita. Jika keluarga wanita merasa
setuju maka akan dilanjutkan dengan acara peminangan ke keluarga
wanita. Proses peminangan (mandanga u wisara) diawali oleh
pengiriman utusan untuk menemui keluarga perempuan untuk
membicarakan persoalan persetujuan peminangan. Orang yang
menjadi utusan dalam proses tersebut diserahkan pada keputusan
keluarga pria, namun bagi pendatang, utusan yang dipilih dapat
dipilihkan dari tetua-tetua adat. Jika proses peminangan disetujui,
maka pihak keluarga laki-laki akan mendapatkan kabar dari utusn
wanita.
Persetujuan di antara kedua keluarga akan dilanjutkan dengan
acara berikutnya yang diberi nama penurunan silsilah. Acara
penurunan silsilah merupakan acara wajib yang tidak boleh
ditinggalkan. Di dalam acara penurunan silsilah ini, kedua keluarga
akan membacakan silsilah keluarganya hingga lima lapis ke atas. Pada
umumnya acara pembacaan silsilah ini dilakukan oleh orang tua dari
kedua belah pihak. Di awali dengan pembacaan silsilah dari keluarga
laki-laki kemudian dilanjutkan ke keluarga wanita. Tujuan dari

124

kegiatan ini adalah untuk mencari tahu apakah di antara kedua


keluarga ini masih memiliki hubungan darah yang dekat apa tidak. Jika
ada hubungan darah yang dekat, maka acara perkawinan akan
dibatalkan. Hal ini disebabkan adanya pemahaman mengenai
pantangan dalan perkawinan tersebut. Batas hubungan darah di
dalam perkawinan di sini adalah berbeda suku dan berada pada lapis
ke lima. Jika masih dalam lapis di bawah lapis ke lima, walaupun
berbeda suku akan dilarang untuk dilanjutkan.
Bila acara penurunan silsilah dianggap memenuhi syarat, maka
kedua keluarga dapat melangsungkan perkawinannya secara adat.
Upacara tersebut dilangsungkan di depan tetua-tetua adat. Bagi
beberapa keluarga acara perkawinan tersebut dapat diteruskan
langsung di depan altar gereja untuk diberkati. Kemudian dilakukan
pesta untuk merayakan perkawinan tersebut.
"diberkati akad nikahnya di gereja, kemudian kita undang sukunya saya,
kalau saya dari marga saya pande , jadi kepala suku saya tine, kalau istri itu
larenge, kepala suku tadi akan membacakan silsilah keturunannya marga
saya trus keluarga si perempuan, nah dibacakan dari buyut dari leluhur
dulu-dulu sampai jatuh ke saya. saya jatuh ke berapa".

Selain tata cara perkawinan legal formal yang lengkap seperti


di atas, masyarakat Desa Miangas memiliki mekanisme perkawinan
yang dapat dikatakan informal dalam bentuk acara "pengikatan" saja.
Acara "pengikatan" antara pria dan wanita tersebut merupakan
tahapan penting dalam bentuk pengesahan serta adanya pengakuan
dari masyarakat bahwa mereka sudah menikah. Model perkawinan
dalam bentuk "pengikatan" seperti ini merupakan bentuk strategi agar
aturan-aturan adat yang sudah disepakati tidak dilanggar, hak wanita
tidak terabaikan dan memberikan waktu bagi pasangan tersebut
untuk mendapatkan uang dalam rangka memformalkan perkawinan
tersebut.

125

"tapi kalo kayak kita to kayak macam kita sudah kawin, belum kawin tapi
sudah hidup sama-sama.... itu tetap juga ini dikenakan denda karena kan kita
belum ada ikatan syah dari hukum kan. dendanya uang, kita masak
makanan... kita bikin makanan undang tetua-tetua adat ini... kita makan trus
didoakan. kan biasanya kalau dikota kalau sudah ketemu... sudah kita hidup
sama-sama kan, tapi belum kawin, karena adakalanya tidak ada biaya... tidak
bisa kawin kumpul dulu dana, disini tidak boleh. sebelum kawin itu tidak bisa
sama-sama kecuali kita sudah lapor ke adat... sudah diketahui oleh pentuapentua adat bahwa mereka berdua ini memang sudah betul-betul mau
hidup sama-sama dan di dalamnya mereka mau kawin. dan harus dipanggil
dari orang tua kedua belah pihak. kalau sudah beres, clear aman, bisa hidup
sama-sama. memanggil dua belas kepala suku dan kedua belah pihak dari si
perempuan dan laki-laki. pengikatan saja, kalau masalah perkawinan
terserah mempelai laki-laki dan perempuan."

Integrasi sosial masyarakat Desa Miangas yang cukup kuat dan


lokasi wilayah yang sempit menyebabkan kontrol sosial masih berjalan
dengan dengan baik. Oleh sebab itu, pelanggaran-pelanggaran
berkaitan dengan hubungan pria dan wanita sering dengan mudah
diketahui dengan cepat. Banyak beberapa kasus hubungan gelap yang
kemudian berakhir dengan perkawinan dan denda. Definisi yang bisa
dianggap sebagai hubungan gelap adalah jika berada berduaan
berbeda jenis kelamin di wilayah kebun atau di tempat gelap pada
rentang waktu antara pukul 21.00 hingga 05.00. Bagi mereka tidak ada
alasan yang kuat yang menjadi legitimasi keberadaan mereka di kebun
dan tempat gelap pada jam-jam tersebut kecuali ingin membangun
hubungan yang tidak baik. Penggrebekan-penggrebekan terhadap
insan yang berbeda kelamin tidak dilakukan secara vulgar namun
dilakukan dengan mengidentifikasi siapa pelaku tersebut. Kemudian
pada keesokan harinya kedua belah pihak akan diundang ke dewan
adat untuk disidangkan. Sidang bisa berupa pengesahan perkawinan,
denda masak atau yang lain. Tujuan dari penggrebekan dan sidang
adat adalah demi kebaikan wanita. Dengan begitu wanita tidak mudah

126

untuk dipermainkan oleh laki-laki seperti ditinggal pergi atau disiasiakan.


"jika kedapatan mereka berdua hidup bersama-sama, itu kan ditanya,
ditanya oleh dari pihak petua adat.. biasanya kedapatan di tempat-tempat
gelap. di tempat gelap cuma dilihat saja namanya si a si b, besoknya
dipanggil mengadap ke pentua adat. ke Pak Mangku, Pak Mangku
mengundang 12 suku duduk bersama kita tanya pada kedua pasangan. tapi
tetap peraturan berlaku, masak makanan itu."
"pas saya mau balik ke sini, adakalanya ia bawa perempuan, karena biasanya
kan supaya kan tidak kentara, sampai diatas kasih tinggal perempuan, ia lari,
cari kemana. perempuan tinggal balik sendiri"

Pola-pola perkawinan yang ada di Desa Miangas cukup


beragam. Pertama pola perkawinan yang disebut sebagai "kawin
subuh". Pola perkawinan "kawin subuh" seringkali dilakukan oleh
masyarakat yang secara finansial mengalami kekurangan karena
sifatnya sangat meringankan. Dalam perkawinan tipe "kawin subuh",
pasangan yang sudah diberkati di gereja dapat langsung pulang ke
rumah tanpa perlu melanjutkan dengan kegiatan pesta. Mereka cukup
dengan melakukan kegiatan syukuran di rumah dengan beberapa
kerabat.
Tipe perkawinan kedua adalah "kawin bersama" atau massal.
Di dalam perkawinan ini, pelaksanaan perkawinan melibatkan banyak
pasangan, mulai dua pasang hingga enam pasang. Model perkawinan
ini tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Siapapun boleh bergabung
di dalam model perkawinan ini. Sebelum perkawinan dilakukan,
mereka harus terdaftar di kecamatan, kemudian pasangan tersebut
akan diberkati di gereja. Di Kecamatan, mereka akan mendapatkan
surat sah sebagai tanda mereka telah menikah.

127

"kalau sudah sah baru ke gereja, karena di gereja juga ada yang namanya
kawin subuh. kawin subuh itu meringankan beban, meringankan daripada
pihak yang macam kita kan orang miskin ndak ada apa apa, kalau kita bikin
kawin yang mewah-mewah mau ambil dana dimana... kan kita kan harus
undang masyarakat makan... biayanya terlalu besar. tapi kalau kawin subuh
itu kawin pagi pagi pas kita ibadah pagi diberkati pulang ke rumaha sudah
selesai"

Bagi pasangan keluarga muda yang baru menikah, pola tempat


tinggal yang mereka putuskan tidak selalu harus mengacu pada
keluarga laki-laki namun juga bisa tinggal pada keluarga wanita. Kedua
belah pihak keluarga mendapatkan peluang yang sama untuk
dijadikan tempat tinggal. Demikian juga pada bentuk perlakuan yang
diberikan antara kedua keluarga tersebut tidak menunjukan
perbedaan. Seringkali terjadi, setelah beberapa minggu atau bula
pasangan muda tersebut tinggal bersama di keluarga istri, mereka
kemudian memutuskan untuk tinggal di keluarga suami. Pola
keputusan yang diambil apakah tinggal di keluarga laki-laki atau
perempuan berdampak pada pola keakrapan pada keluarga muda.
Jika, keluarga muda tersebut memutuskan tinggal di keluarga laki-laki,
maka anggota keluarganya akan akrab dengan seluruh anggota
keluarga dari pihak laki-laki, demikian sebaliknya. Kecenderungan
hidup di tengah-tengah keluarga luas menyebabkan hubungan antara
kakek hingga ke cucu semakin akrab dari hari ke hari. Keluarga besar
terlibat secara intensif ke dalam proses internalisasi dan sosialisasi
dalam kehidupan anak-anak Desa Miangas.
Beberapa terminologi yang sangat familiar berkaitan dengan
keluarga dan sistem kekerabatan yang ada di Desa Miangas adalah
sebagai berikut :
Ayah : Papa
Ibu : Mama
Adik Ibu : Kade Mama

128

Nenek : Nenek Muda / Oma


Kakek : Tetek / Opa
Kakek Buyut : Patimade

Kakak Ibu : Kaka mama


Anak : An'a
Kakak : Yaan
Adik : Tuari
Saudara Laki-laki : Tura esak
Saudara wanita : Tura
Wawineh
Sepupu : Tura

Cucu : Pulu
Cicit : Cece/ Pulu
Ipar : Ip'a
Mantu laki-laki : Yabu Esak
Mantu Perempuan : Yabu
Wawineh
Mertua Laki-laki : Lakyanah
Esak
Mertua Wanita : Lakyanah
Wawineh

Berkenaan dengan pekerjaan, istri disamping membantu


pekerjaan suami juga membantu pekerjaan yang terdapat di keluarga
suami, jika ia tinggal di sana. Atau sebaliknya jika mereka tinggal di
keluarga wanita. Selama penelitian berlangsung, sangat jarang kami
menemukan keluarga baru memulai hidupnya dengan membangun
rumah yang terpisah dari kedua keluarga besar tersebut. Sempitnya
luas lahan yang terdapat di Pulau Miangas juga berdampak pada
rendahnya kehadiran rumah-rumah baru. Bilamana jumlah rumah
baru meningkat, maka sebagai konsekuensi jumlah lahan perkebunan
sebagai salah satu sumber mata pencaharian juga akan berkurang dan
bisa segera lenyap.
Adanya pemisahan wilayah kebun dan pemukiman juga
berdampak pada pemilihan wilayah tersebut bagi objek waris. Pada
umumnya, jika suatu keluarga memiliki harta waris, anak pria
seringkali mendapatkan lahan berupa lahan pemukiman atau rumah.
Wanita jarang sekali mendapatkan waris berupa rumah karena ada
kepercayaan mereka bahwa anak gadis yang akan menikah pasti akan
ikut dengan suaminya. Persoalan pemukiman akan diselesaikan oleh
suami anak gadis tersebut dengan bantuan keluarga besar laki-laki.
Namun, bagi anak laki-laki, mendapatkan waris berupa rumah adalah
sesuatu yang penting karena ia memiliki tanggung jawab untuk
memberikan tempat pengayoman bagi anak dan istrinya. Sebaliknya,
bagi anak perempuan dipastikan akan selalu ikut suami, maka lahan

129

kebun seringkali diberikan kepada anak perempuan sebagai sarana


untuk menambah penghasilan keluarga.
Keluarga yang harmonis adalah cita-cita semua orang yang
telah memutuskan untuk berkeluarga, namun dalam perjalanan hidup
seringkali muncul berbagai persoalan dan ujian. Segala persoalan yang
muncul dalam kehidupan keluarga harus segera dipecahkan, jika tidak,
potensi perpecahan akan muncul dalam bentuk keputusan untuk
segera menuju perceraian. Fenomena perceraian di Desa Miangas
merupakan proses yang disatu sisi mudah dilakukan namun disisi yang
lain menimbulkan kepelikan tersendiri. Dari sisi kemudahan, proses
perceraian di Desa Mingas seringkali dilakukan secara kekeluargaan
tanpa melibatkan lembaga-lembaga yang kompeten legal-formal
seperti Pengadilan Negeri atau Gereja.
Perceraian secara kekeluargaan seringkali disebut sebagai
"cerai diatur damai". Model perceraian seperti ini dapat dilakukan
oleh suami - istri secara informal dan singkat. Bukti yang mendasari
bahwa suami-istri tersebut telah memutuskan untuk bercerai adalah
berupa surat keputusan cerai yang dibuat sepihak oleh pihak suami
atau istri. Dalam proses pembuatan surat keputusan cerai tersebut,
pihak yang mengajukan perceraian selalu melibatkan kedua orang tua
dari pihak suami dan istri, beberapa anggota masyarakat dan kepala
desa atau camat. Keterlibatan orang-orang tersebut berkaitan dengan
aspek fungsinya sebagai saksi dari keputusan cerai demi memperkuat
legitimasi dan keseriusan dari proses pengukuhan dalam proses
pembuatan keputusan tersebut. Oleh sebab itu, proses pembuatan
surat keputusan cerai harus dibuat dihadapan mereka dan dikuatkan
dalam bentuk pemberian tanda tangan di bawah surat keputusan
yang telah dibuat suami atau istri yang menggugat cerai.
Surat keputusan cerai merupakan surat yang isinya
menerangkan bahwa di antara suami istri yang tertulis di dalam surat
tersebut sudah tidak ada hubungan suami istri yang sah. Seringkali
surat keputusan cerai disebut juga sebagai surat keterangan. Isi dari

130

surat keterangan tersebut umumnya memiliki redaksi kalimat sebagai


berikut, " bahwa benar-benar saya dengan istri saya sudah pisah
ranjang/cerai dan merelakan suami /istri saya untuk menikah
kembali" Di bawah narasi tersebut dibumbuhi tanda tangani dari
suami dan istri, kemudian kedua orang tua dari kedua belah pihak,
saksi-saksi dan kepala desa serta adat. Setelah proses penandatangan
telah selesai, surat keterangan diserahkan kedua belah pihak sebagai
tanda bahwa suami-istri tersebut sudah bercerai dan keduanya
diijinkan untuk menikah kembali. Seringkali surat dibuat oleh pihak
yang menggugat cerai dan diberikan kepada pihak yang diceraikan
dengan kata-kata " silahkan menikah saja" atau "sudah putuskan
silahkan menikah". Sebagaimana yang diutarakan oleh Bapak Pendeta
Gereja Germita,
"bentuk perceraian disini diatur dengan cara kekeluargaan tapi kan secara
hukum ndak diperbolehkan. Misalnya begini, saya cerai dengan istri saya
kan diatur dengan cara damai antara keluarga dengan keluarga, kalau situ
mau menikah silahkan menikah, saya memberikan surat keterangan itu.
silahkan menikah. Cuma habis di situ, tidak ada yang sampai tuntut ke
pengadilan. pasti dipersulit. ini sampai sekarang menjadi beban dalam
pelayanan saya dan pemerintah setempat. Ada yang sudah menikah secara
gereja dan pemerintah tapi dengan adanya masalah-masalah, mereka ingin
cerai"

Perceraian legal yang diputuskan pada tingkat masyarakat


dapat dikatakan sebagai cara rasional mereka dalam merespon jarak
yang jauh antara Desa Miangas dengan lokasi Pengadilan Negeri yang
berada di Kota Tahuna. Di samping itu, merupakan bentuk
kepercayaan dan implementasi terhadap hukum perkawinan
setempat (konvensi) yang sudah dianggap sah sehingga tidak selalu
membutuhkan kehadiran negara dalam mengurus perceraian.
Padahal, konsekuensi dari keengganan mereka mengurus "surat cerai"

131

di Pengadilan Negeri akan berdampak pada semakin sulit dan komplek


dalam melangkah pada tahap selanjutnya.
Kesulitan yang muncul akibat produk perceraian yang
diputuskan secara keluarga atau adat selalu mengacu pada kekuatan
hukum. Kekuatan hukum dari produk perceraian semacam itu, dapat
dipastikan kekuatannya sangat lemah. Walaupun, menurut
masyarakat setempat dianggap syah. Berbagai persoalan biasanya
cepat atau lambat akan muncul mengiringi proses perceraian tersebut
bilamana tidak segera terpecahkan. Misalnya, pertama adalah
mengenai persoalan waris. Persoalan waris disini yang ditekankan
adalah mengacu pada "hak asuh" dari anak-anak yang mereka
lahirkan, bukan mengenai harta benda. Kedua, berakibat pada
kesulitan dalam mendaftarkan perkawinan berikutnya secara formal
pada catatan sipil. Kesulitan akan semakin bertambah ketika mereka
kemudian memiliki anak dari hasil perkawinan kedua. Mereka
dipastikan akan mengalami kegagalan beruntun akibat pihak catatan
sipil maupun gereja enggan membantu untuk mencatatkannya secara
formal.
Ketiadaan surat keterangan cerai produk dari negara
"Pengadilan Negeri" yang akan menguatkan proses perceraian
tersebut, menjadi alasan utama pihak catatan sipil dan gereja untuk
menolak pengajuan status perkawinan kedua yang telah dilakukan.
Alasan yang mendasari penolakan untuk menerima pencatatan sipil
tersebut berkaitan dengan resiko hukum yang akan mereka terima.
Wujud resiko atau efek hukum yang akan diterima oleh pihak catatan
sipil dan gereja berupa kemungkinan adanya gugatan yang bisa
berujung pada hukuman penjara. Mereka akan dianggap sebagai
individu atau institusi yang lalai dan tidak cermat karena telah
mengesahkan perkawinan dari pasangan yang masih terikat dan
belum bercerai secara syah.
Gugatan-gugatan semacam itu dimungkinkan akan diajukan
oleh pasangan mereka terdahulu yang menganggap bahwa keputusan

132

perceraian yang telah terjadi, belum dianggap syah secara formal.


Agar potensi gugatan-gugatan hukum di masa yang akan datang dapat
dieliminir dan dihindari, pihak gereja dan catatan sipil, hari, selalu
bersiaga dengan melakukan proses penelitian dan penyidikan secara
mendetail terhadap pasangan yang akan mendaftarkan
perkawinannya, khususnya pada pasangan yang melakukan
pernikahan untuk kedua kali. Sebagai contoh, di Gereja Germita
misalnya, mereka melakukan
proses penyidikan dengan cara
screening. Proses screening dilakukan dengan cara memberikan
informasi kepada publik mengenai rencana akan diadakannya sebuah
pernikahan kudus selama 3 minggu berturut-turut sebelum hari "h".
Jika selama proses tersebut, gereja tidak menerima adanya gugatan
dari berbagai pihak maka pernikahan kudus yang telah diajukan dapat
segera dilangsungkan secara sah. Sebaliknya, jika dalam proses
screening, gereja menerima gugatan dari pihak yang tidak terima
dengan rencana perkawinan kudus tersebut, maka perkawinan kudus
akan dibatalkan. Di samping itu, pihak gereja akan memberikan
sebuah solusi yang berwujud pemberian nasehat pada mereka supaya
segera mengurus surat perceraian yang sah ke Pengadilan Negeri
Tahuna agar status mereka saat ini menjadi jelas, semua pihak
menjadi tenang dan perkawinan kudus dapat segera dilaksanakan.
Alasan-alasan yang seringkali menjadi dasar munculnya kasuskasus perceraian adalah berkaitan dengan kasus gogel atau selingkuh.
Pada kasus gogel atau selingkuh, adakalanya kasus tersebut langsung
diteruskan dalam sidang perceraian secara kekeluargaan atau "cerai
diatur damai". Di mana pihak yang diceraikan diberi surat keterangan
ijin untuk menikah lagi, atau dengan cara musyawarah. Dalam proses
musyawarah ini, biasanya diputuskan untuk melakukan pisah ranjang
terlebih dahulu. Keputusan dibuat dengan harapan dalam masa yang
akan datang dua atau tiga tahun berikutnya, pihak yang melakukan
gogel atau selingkuh sadar bahwa perbuatan yang ia lakukan adalah
perbuatan yang tidak baik, merusak keutuhan keluarga. Bilamana

133

sadar, kedua suami istri tersebut dapat berkumpul kembali. Meskipun


begitu, pihak yang melakukan gogel atau selingkuh tetap akan
dikenakan sangsi adat berupa toki (pukul) tabur keliling kampung dan
memasak makanan dengan mengundang tetua adat dan sebagian
masyarakat untuk makan bersama.
Kasus perceraian kedua dapat muncul jika selama masa pisah
ranjang tersebut, salah satu pihak ternyata mempersulit pasangannya
untuk menemui. Jika salah satu pihak mempersulit terjadinya sebuah
pertemuan demi membangun sebuah hubungan yang baik antar
keduanya selama beberapa tahun, maka pihak yang mempersulit
tersebut akan dianggap telah menginginkan adanya proses
perceraian. Ketiga, proses perceraian juga dapat terjadi ketika suami
tidak memberikan nafkah kepada pasanganya selama beberapa tahun.
Dalam kasus ini, waktu "tidak memberikan nafkah" pada pasangan
dihitung selama sepuluh tahun atau dua puluh tahun suami. Jika
selama waktu tersebut, suami menelantarkanatau tidak memberikan
nafkah ke istri, maka pihak keluarga istri akan mengambil keputusan
"boleh nikah ulang" yang artinya melakukan perceraian.
2.5.2. Sistem Kemasyarakatan dan Politik Lokal
Peta hunian orang Suku Talaud, secara umum tersebar pada
delapan dari 17 pulau yang ada di Kabupaten Talaud. Di dalam setiap
wilayah yang dihuni oleh masyarakat Talaud, selalu terdapat sistem
pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin formal yang diangkat
oleh negara melalui SK (Surat Keputusan) dan non formal atau formal
tradisonal. Pemimpin formal berwujud kepala desa (zaman dahulu
disebut kapitne laut dan ditemani seorang jurutulis) dan pemimpin
non formal berwujud pemimpin adat seperti Ratumbanua atau
Mangkubumi 1 dan Nanguwanua atau Mangkubumi 2. Pola struktur
pemerintahan formal (Kepala Desa) dan kepemimpinan adat di
Miangas di era keresidenan Manado, masuk dalam kesatuan wilayah
adaministratif ke-jogugu-an Nanusa, semenjak adanya keputusan

134

pemerintah pusat33. Oleh sebab itu, pemimpin formal tradisonal juga


mewarnai di Desa Miangas, Pulau Miangas. Pemimpin tersebut
merupakan pemimpin formal tradisonal yang paling tinggi dalam
mengatur kehidupan dan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan
dengan adat. Keberadaannya sangat dihargai dan dihormati oleh
seluruh masyarakat karena merupakan primus inter pares.
Pengangkatan pemimpin formal tradisonal dalam konteks
fungsi tradionalnya adalah, Ratumbanua atau Mangkubumi 1 yang
memiliki fungsi sebagai pemimpin adat dengan wewenang mengurusi
persoalan pemerintahan adat seperti menjaga keamanan wilayah dari
gangguan orang asing, persoalan yang terjadi antar wilayah desa atau
pulau dan juga melakukan kegiatan monitoring terhadap seluruh
aktifitas dari pejabat adat yang lain. Kemudian, Nanguwanua atau
Mangkubumi 2 berfungsi sebagai pemimpin adat yang berwenang
mengurusi berbagai hal yang berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat adat, seperti mengatur berbagai ritual-ritual setempat
agar dapat berlangsung, menjaga berbagai aset desa seperti aset
sejarah dan melakukan monitoring terhadap berbagai kegiatan pada
pejabat adat yang berada di bawahnya. Wewenang lain yang tidak
tidak bisa diabaikan adalah menjembatani konflik yang terjadi di
dalam keluarga atau antar keluarga. Konsep menjebatani disini adalah
dalam rangka memberikan solusi atas persoalan bukan mencari siapa
yang bersalah dan kemudian diberikan sanksi (hukum adat).
Nanguwanua merupakan mediator dalam mengumpulkan para tetua
adat serta masyarakatnya untuk menyelesaikan persoalan diatas
dengan cara kekeluargaan.
Mengacu pada wewenang yang akan diurus dari setiap
pemimpin adat terdapat dua wilayah urusan yang berbeda yaitu
mengenai urusan layanan publik pemerintahan dan layanan
kesejahteraan sosial atau domestik. Keberadaan kepemimpinan
33

Surat Menteri Dalam Negeri No. 5/1/69 tertanggal 29 April 1969

135

formal tradisional di wilayah Talaud selalu mengacu pada konsepsi


pemimpin yang harus selalu berpasangan atau berpendamping.
Pasangan ini dipahami sebagai konsepsi keberadaan "papa dan
mama", dimana di dalam konsepsi tersebut peran jenis kelamin lakilaki dan perempuan yang berorientasi pada peran yang berbeda
bukan membantu pemimpin pertama. Oleh sebab itu, dalam konteks
ini istilah "wakil" dalam kepemimpinan formal tidak pernah
digunakan. Mereka lebih menerima dengan istilah "pasangan atau
pendamping".
Hubungan antara pemimpin formal dan formal tradisional
sangat erat sekali. Meskipun domain wilayah wewenangnya berbeda
satu dengan lainnya. Mereka menyebut pemimpin formal sebagai
"sepupu adat". Kedua pemimpin tersebut bahu membahu dalam
berbagai aktifitas yang berkaitan dengan pengontrolan kegiatan
ekonomi, politik, sosial, budaya keamanan wilayah dan pengendalian
sosial sebagai wujud tertib hukum.
Kehadiran pranata kepemimpinan adat memungkinkan
masyarakat dapat memecahkan segala persoalan hidup, diawali dari
lingkup paling rendah yaitu desa. Pemecahan persoalan melalui
musyawarah dan kearifan lokal yang masih hidup, diharapkan segala
persoalan tersebut dapat segera dipecahkan tanpa langsung menuju
insitusi yang lebih tinggi yaitu pengadilan. Kebutuhan mengenai hal
seperti, masyarakat Desa Miangas segera menata kehidupan dengan
cara melengkapi struktur adat yang diinginkan seperti mengangkat
pimpinan adat seperti, Ratumbanua, Nanguwanua dan Kepala Suku
atau Roangan beserta pasangannya.
Kepala Suku/Roangan, Timaddu Ruangnga atau pemangku
adat merupakan sebutan bagi pemimpin adat yang berada pada
tingkatan yang lebih bawah. Ia memiliki wewenang dalam mengurusi
wilayah kesukuan atau marga. Sebagai kepala dari keluarga besar
marga, Kepala Suku/ Roangan harus memiliki kemampuan untuk
menangani berbagai persoalan dan sengketa yang muncul antar

136

mereka dalam keluarga kelompok marga tersebut. Di samping itu,


keberadaan kepala suku juga sebagai pusat pelaporan, meminta
nasehat dan konsultasi mengenai berbagai aktifitas yang dilakukan
oleh anggota suku tersebut. Untuk menyukseskan aktifitas tersebut,
Kepala suku memiliki pasangan jabatan yang saling bersinergi dalam
menyuksesakan segala kegiatan pada tingkat suku.
Proses
pengangkatan
pemimpin
formal
tradisional
Ratumbanua dan Nanguwanua dilakukan oleh seluruh masyarakat
Desa Miangas, yaitu melalui perwakilan yang diemban oleh Kepala
Suku atau Roangan melalui sebuah ritual adat yang sakral. Sebaliknya,
pengangkatan Kepala Suku atau Roangan tidak dilakukan dengan
melibatkan seluruh warga desa namun hanya anggota keluarga besar
dari marga tersebut. Oleh sebab itu, setiap warga yang memiliki nama
marga yang berbeda akan mengikuti seluruh proses pemilihan
tersebut sesuai dengan afiliasi nama marga atau sukunya.
Di dalam proses pemilihan pemimpin formal tradisional
tersebut terdapat sedikit konvensi. Konvesi berkaitan dengan
bagaimana pengangkatan kedua tokoh formal tradisonal tersebut
dipilih. Pengangkatan pemimpin formal tradisional Ratumbanua dan
Nanguwanua cenderung berasal dari deretan para kandidat tetua
adat yang diaggap sangat pantas untuk menjabat jabatan formal
tradisonal. Sedangkan pengangkatan Kepala Suku atau Roangan
cenderung menggunakan prinsip senioritas suku atau marga dalam
konteks usia. Senioritas usia penting, karena ia akan menjadi orang
yang dianggap "orang tua" atau yang dituakan dari suku. Tugasnya
adalah memberikan pengayoman pada kelompok suku tersebut.
Secara umum, aturan yang menjadi syarat untuk dapat terlibat
ke dalam pemilihan pejabat adat adalah, pertama yang menjadi
pertimbangan adalah usia, senioritas usia menunjukan kematangan
dalam mendapatkan berbagai pengalaman hidup kedua, jenis kelamin,
mereka cenderung calon pemimpin berjenis kelamin laki-laki karena
alasan pertimbangan masa lalu seperti itu, ketiga, sehat jasmani dan

137

mental, keempat memiliki keteguhan yang kuat dalam


mempertimbangkan dan membuat keputusan, memiliki karakter yang
baik agar dapat menjadi pemimpin yang bersuri teladan, dan syarat
terakhir untuk menjadi calon pemimpin adalah harus memiliki garis
keturunan pemimpin pada generasi sebelumnya.
Memiliki "jalur keturunan pemimpin" merupakan prinsip yang
utama dan sangat penting di dalam proses pemilihan pemimpin adat.
Kandidat-kandidat yang akan terlibat dalam pemilihan pemimpin adat
akan diseleksi awal berdasarkan ada tidaknya darah pemimpin atau
"darah biru" dalam dirinya. Hanya mereka yang memiliki "moyang
pemimpin" yang lolos dari seleksi tersebut. Namun saat ini,
keberadaan darah "moyang pemimpin" juga dilengkapi dengan atribut
pola perilaku calon pemimpin dalam kehidupan sehari-hari. Jika
seorang calon suka mabuk-mabukan, dalam keseharian perilakunya
tidak baik, maka calon tersebut tidak boleh diangkat jadi pemimpin.
Sebaliknya, jika calon tersebut berperilaku baik, tidak suka mabukmabukan, meskipun memiliki sedikit "darah pemimpin", calon
tersebut punya peluang untuk diangakat.
Wacana persyaratan mutlak akan pentingnya keberadaan
darah keturunan pemimpin menjadi semakin intensif mengemuka
ketika berbicara mengenai peluang untuk menjadi seorang pemimpin
apapun di Desa Miangas. Bahkan dalam proses pemilihan pemimpin
formal seperti kepala desa yang notabene merupakan kepanjangan
tangan negara, syarat ini juga wajib diberlakukan secara kultural.
Dampak fenomena adanya persyaratan mutlak tersebut semakin
menguatkan gambaran mengenai bagaimana lingkaran kekuasaan
formal dan formal tradisional selalu dikuasai oleh kelompok-kelompok
dari suku atau marga tertentu. Kekuasaan kepemimpinan adat
cenderung diwariskan secara turun-temurun. Seperti yang dikatakan
oleh Pak Suwardi secara diplomatis.

138

"marga-marga yang memiliki darah kepemimpinan seperti Pade, Menggasa,


Lupa, Taringanen, Papea, Pase, Banera, Esiing, Piteratu, marga-marga yang
pernah memegang kepala suku.

Masa tugas pemimpin formal tradisional tidak pernah


ditentukan jangka waktunya secara jelas dan fomal. Menurut konvensi
umum, jabatan pemimpin formal tradisonal biasanya akan dijabat
hingga pemimpin tersebut wafat atau seumur hidup. Namun pada
kenyataannya, tidak semua pemimpin formal tradisional tersebut
berkenan menjabat hingga akhir hayat. Ada kalanya, dalam rentang
perjalanan hidupnya, jabatan tersebut dialihkan kepada orang lain.
Alasan yang mendasari proses peralihan jabatan tersebut adalah,
pertama jika pemimpin formal tradisional tersebut menyatakan
keinginannya untuk mundur atas dasar usia maupun kesehatan
jasmani yang tidak memungkinkan. Atau, ketika dalam perjalanan
waktu kepemimpinan, pemimpin formal tradisional tersebut ternyata
memiliki kebijakan yang bertentangan dengan aturan adat.
Seharusnya beliau adalah pemimpin yang mengayomi adat, tetapi
perilaku maupun keputusan yang dibuatnya bertentangan dengan
peraturan adat. Maka, dengan terpaksa pemimpin formal tradisonal
tersebut akan diturunkan dengan cara paksa. Atas dasar itulah maka
pemilihan pemimpin formal tradisional akan dilangsungkan kembali.
Mengapa pemimpin formal tradisional yang bertentangan dengan
adat wajib diganti, hal ini tidak lepas dari kepercayaan mereka bahwa
perilaku seseorang yang tidak baik pasti akan berdampak pada
berbagai peristiwa alam. Pemimpin yang perilakunya tidak baik pasti
akan diikuti dengan munculnya berbagai bencana alam seperti panen
gagal, ikan susah didapat, angin ribut atau datangnya penyakit.
"tidak ada batas masa kerja, dia sampai wafat trus ada juga mengundurakan
diri.... baru ada pemilihan atau kita lihat dalam kepemimpinannya, ia
menyimpang daripada peraturan yang sudah kita ini to kita bahas

139

bersama...itu bisa ganti diturunkan.... atau macam dia sudah kayaknya


jalannya.... kita ke kanan ia jalan ke kiri .... itu bisa kita ganti"

Keberadaan struktur adat yang lengkap memungkin mereka


untuk segera mereproduksi atau melestarikan aturan adat yang sudah
ada atau bekerjasama dengan pemimpin formal yang ada dalam
rangka implementasi penegakan aturan agar dipatuhi seluruh warga.
Namun kepatuhan masyarakat terhadap pemimpin formal tradisonal
juga dibangun melalui kepecayaan bahwa pemimpin adat
Ratumbanua dan pasangannya Nanguwanua terdapat kharisma dan
adanya fungsi dari kewajiban-kewajiban yang melekat pada jabatan
tersebut. Dengan begitu, agar berbagai fungsi tersebut berjalan
dengan baik, masyarakat Desa Miangas pun tanpa segan atau
terpaksa ikut berperan serta dalam berbagai aktifitas kepala adat agar
kepentingan bersama dapat terwujud.
Beberapa aturan-aturan akan dibentuk dan diterapkan setelah
terbentuknya pimpinan adat Ratumbanua dan pasangannya
Nanguwanua dari hasil pemilihan Pimpinan Suku-suku/Roangan yang
terdiri 12 (dua belas) suku-suku atau Roangan. Baik Pimpinan Adat
Ratumbanua dan pasangannya Nanguwanua serta 12 Pimpinan Sukusuku/Roangan segera bertugas menjalankan aturan adat. Adapun
aturan yang akan ditetapkan adalah :
Pertama, Kepala Suku Ratumbanua dan pasangannya
Nanguwanua akan menetapkan sebuah pembagian wilayah teritorial
adat. Secara keseluruhan, tanah adat di Pulau Miangas akan dibagi ke
dalam dua kategori utama, yaitu pertama, wilayah yang diperuntukan
bagi pada keberadaan 12 suku dan anggotanya. Wilayah adat dalam
kategori tersebut dapat dikelola oleh seluruh warga adat untuk
diambil manfaatnya seperti untuk berkebun palawija, sayur mayur
atau lainnnya. Kedua, adalah wilayah adat yang tidak diperuntukan
atau diserahkan kepada masyarakat adat. Wilayah yang masuk dalam
kategori ini disebut Tanah Menae. Tanah Menae luasnya kurang lebih

140

3 ha. Tanah ini biasanya diperuntukan untuk budidaya tanaman yang


berkaitan dengan kebutuhan masyarakat adat, misalnya tanaman
untuk ramuan rumah, tali hutan dalam prosesi ritual pesta rakyat
manammi penangkapan ikan, dan untuk budidaya tanaman obatobatan.
Budidaya tanaman obat-obatan di wilayah Tanah Menae
menurut Bapak Batuel Lopa, sangat penting dalam peristiwa yang
disebut Mangala Alumbanua. Peristiwa Mangala Alumbanua adalah
sebuah peristiwa dimana masyarakat adat mendapat serangan dari
wilayah luar, khususnya dalam konteks perebutan atau aneksasi
wilayah. Selama peristiwa itu, mereka membutuhkan persediaan
obat-obatan yang memadai. Lokasi Tanah Menae tepat berada di
wilayah yang sekarang menjadi bandara. Ada sedikit kekecewaan
dimana tanah penting mereka tergusur oleh pembangunan tersebut.
Selain ditanamai tanaman obat-obatan, tanah tersebut juga ditanami
pohon buluh atau bambu, dibudidayakan tumbuhan Ngira, untuk
keperluan obat dan pertukangan.
Kedua, Kepala Suku Ratumbanua dan pasangannya
Nanguwanua akan menetapkan dan menguatkan beberapa aturan
adat yang telah berlaku sejak dahulu kala hingga saat ini. Aturan
tersebut berkaitan dengan aspek kegiatan seni budaya, pembinaan
moral dan tata krama, aturan adat yang berkaitan dengan
perkebunan, aturan adat menjemput tamu, aturan adat pelaksanaan
penangkapan ikan tradisional (Manammi), aturan adat menanam dan
panen yang semuanya berorientasi pada keagungan kuasa Tuhan,
serta aturan adat kekudusan hari Minggu sebagai hari Tuhan, dan
aturan adat dalam perikanan.
Ketiga, Kepala Suku Ratumbanua dan pasangannya
Nanguwanua akan menetapkan aturan adat berkenaan dengan
kelestarian dari keberadaan aset-aset adat Desa Miangas yang
memiliki nilai bersejarah seperti,

141

1.

Batu ajaib, seberat 26,6 kg terapung, timbul dari laut, lokasi di


Larawa, sebelah matahari terbit.
2. Benteng pertahanan dari batu bersusun berlokasi di gunung Otta
3. Batu tancap seberat 200 Kg oleh pahlawan adat Mura berlokasi di
Raranguina
4. Tempat keramat lokasi di puncak gunung Otta
5. Salib di Wora.
6. Benteng pertahanan dari batu bersusun setinggi 4,5 meter, dan
goa kemenangan.
Sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sudah
eksis bertahun-tahun, masyarakat Pulau Miangas seperti juga
masyarakat yang lainnya memiliki berbagai macam aturan yang
fungsinya sebagai sarana pengaturan berbagai aspek kehidupan
mereka sehari-hari. Tujuannya adalah agar dapat diperoleh pola
kehidupan sehari-hari yang teratur, tentram dan harmonis. Seluruh
aspek dapat berjalan dan terintegrasi dengan baik sampai kapanpun.
Oleh sebab itu, keberadaan aturan-aturan yang ada digunakan sebagai
aspek kontrol agar tujuan itu dapat diperoleh.
Apalagi di tengah gempuran perubahan budaya yang terjadi di
Pulau Miangas akibat paparan teknologi informasi dan keberadaan
para pendatang melalui jaringan transportasi laut yang cukup
memadai. Keberadaan adat istiadat yang terdapat di Pulau Miangas
masih sangat dibutuhkan. Untuk itulah, adat setempat tersebut
hingga saat ini masih dilestarikan oleh mereka dan beberapa hal telah
mengalami sedikit perombakan. Meski demikian, adat-adat tersebut
masih memiliki daya esekusi yang kuat terhadap masyarakat baik lokal
maupun pendatang.
Keberadaan aturan-aturan adat yang sudah dikodifikasi saat ini
merupakan produk yang sudah mengalami banyak perubahan.
Sehingga bila dibandingkan dengan masa yang lalu, aturan adat saat
ini bisa dikatakan memiliki efek hukuman yang cenderung bersifat
mendidik. Faktor yang mandasari perubahan tersebut berkaitan

142

dengan kondisi masyaakat sekarang yang sudah berbeda dengan masa


yang lalu, di samping dengan semakin derasnya informasi mengenai
wacana hak asasi manusia melalui jalur televisi yang telah
menggunakan antena parabola. Perbedaan pada efek hukuman
sangatlah jauh berbeda.
Menurut Pak Pendeta yang memberikan pelayanan di Desa
Miangas, pada masa yang lalu hukuman bagi masyarakat yang
melanggar aturan sangat mematikan dan kurang bersifat mendidik.
Sebagi contoh hukuman bagi warga Desa Miangas yang terbukti
memiliki ilmu hitam, ia akan di buang di laut dengan menggunakan
sebuah perahu tanpa dayung dan bahan makanan. Dengan seorang
diri di dalam sebuah perahu tanpa bekal, ia dibiarkan terapung apung di lautan mengikuti arah angin dan arus laut. Hukum
pembuangan ini bisa diartikan sebagai hukuman mati, karena wilayah
Pulau Miangas yang jauh dengan pulau-pulau sekitar menyebabkan
siapapun yang dihukum dengan cara ini dapat dipastikan akan segera
meninggal dalam waktu beberapa hari. Kedua, bagi warga desa yang
suka membantah terhadap tetua-tetua adat, ia akan dihukum dengan
membaringkan di tanah dan di jemur di bawah sinar matahari hingga
ia meminta maaf dan tidak mengulangi perbuatannya. Atau, ketika
ada kasus tertentu yang menuntut pembayaran denda daging babi,
seperti kasus selingkuh. Tetua adat akan melakukan penombakan
terhadap seekor babi yang hidup berkeliaran di desa tersebut. Target
babi yang akan ditombak bergantung pada selera dari tetua adat.
Umumnya, mereka akan memilih seekor babi yang memiliki bobot
paling besar. Setelah menombak babi yang diinginkan maka resiko
pembayaran akan dibebankan pada individu yang telah melakukan
kesalahan tersebut.
Proses perubahan pada pola pemberian hukuman bagi warga
desa yang telah melakukan pelanggaran semuanya dibahas pada
pertemuan seluruh tetua ada yang ada. Para tetua inilah yang
memiliki kekuasaan dan legitimasi untuk menambah, mengurangi efek

143

hukuman atau menciptakan rancangan pola hukuman yang baru. Jika


semua tetua adat sudah sepakat terhadap rancangan hukum adat
yang baru, maka tugas tetua-tetua marga untuk mensosialisasikan
kepada warga desa agar mereka paham dan efek hukuman dapat
dilaksanakan.
Bagi warga pendatang, sebelum mereka memahami
keberadaan hukum adat tersebut seringkali daya esekusi tersebut
tidak diberikan. Mereka dianggap belum mengetahui aturan yang
perlu ditaati. Untuk itulah, demi ketertiban kehidupan di Pulau
Miangas, ada suatu gerakan dari tetua adat dan pejabat formal desa
untuk melakukan kodifikasi dalam bentuk tertulis agar aturan-aturan
adat tersebut nantinya dapat digandakan, diserahkan atau dibaca bagi
warga asli dan pendatang. Dengan demikian, siapapun yang
melanggar aturan akan mendapatkan sangsi yang setara dengan
penduduk setempat. Macam - macam aturan atau tabu yang wajib
ditaati baik warga setempat maupun orang beserta berbagai
sangsinya. Adapun pola-pola aturan yang berhasil dirangkum adalah
sebagai berikut:
Dalam bidang kehidupan ritual dan material :
1. Dalam acara ritual manam'mi, yaitu acara penangkapan ikan
secara tradisional terdapat larangan-larangan yang harus dipatuhi
oleh seluruh anggota masyarakat dan pendatang. Larangan
tersebut berupa larangan "eha". Larangan eha merupakan
larangan untuk melakukan kegiatan di suatu tempat atau
mengambil manfaat dari suatu benda atau wilayah baik milik
sendiri maupun publik. Dalam kegiatan manam'mi, larangan yang
muncul adalah larangan untuk melakukan aktifitas apapun di tepi
pantai khususnya di lokasi yang akan dilakukan kegiatan
manam'mi dan juga melakukan kegiatan penangkapan ikan. Bagi
siapapun yang melakukan pelanggaran tersebut, akan dikenakan
sanksi adat yang berwujud :

144

2.

3.

4.

a. denda adat berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah melangar
aturan adat di lokasi ritual adat manam'mi".
Bila di pantai Pulau Miangas telah ditemukan ikan paus
terdampar baik secara pribadi maupun berkelompok, penemuan
tersebut akan diacarakan secara adat. Selanjutnya ikan paus
tersebut akan dipotong dan dibagikan kepada seluruh masyarakat
secara merata.
Bila ana'u wanua (warga/masyarakat adat Miangas), ketika
sedang bekerja melaut mendapatkan ikan Toda atau ikan yang
berukuran besar lainnya, maka ada aturan adat berkaitan dengan
pembagiannya.
a. Kepala ikan bagian kanan akan diberikan kepada Ratumbanua
(Mangkubumi I)
b. Kepala ikan bagian kiri akan diberikan kepada
Nangnguwanua (Mangkubumi II) dan Kepala Desa
c. Dagingnya akan diberikan kepada Ketua Kepala Suku dan juga
kepada orang tua yang duda, janda dan anak yatim piatu.
Bila ana'u wanua (warga/masyarakat adat Miangas) dalam
mencari penghidupan baik di darat maupun laut mengalami
banyak gangguan, maka seluruh masyarakat Miangas wajib
melaksanakan acara adat dalam bentuk ibadah. Dalam
pelaksanaan acara adat tersebut, setiap keluarga perlu
menyediakan makanan yang akan didoakan secara adat. Tujuan
dalam pemberian doa adalah memohon kepada Tuhan agar
menjauhkan segala hama yang menyerang tanaman serta
memohon ampun kepada Tuhan berkenaan dengan berbagai
pelanggaran dan perbuatan yang mungkin telah dilakukan dan
tidak diperkenankan oleh kehendak Tuhan.

145

5.

6.

7.

8.

9.

Bila di kampung ana'u wanua (warga/masyarakat adat Miangas)


terserang pagebluk atau wabah penyakit, maka pentua adat akan
berkumpul di gereja dan melakukan ibadah singkat atau berdoa.
Selanjutnya dilanjutkan dengan aktifitas berjalan dari gereja
menuju pantai sambil bernyanyi lagu gereja "Sebuah Kota Allah
Hu". Sesampai di pantai, pentua adat berdiri sejenak dan
dilanjutkan oleh Ratumbanua dan Nangnguwanua dengan
mengucapkan kata-kata adat dalam bentuk doa yang isinya
bermohon agar wabah penyakit yang menyerang kampung dapat
lenyap dari lingkungan kehidupan masyarakat Desa Miangas.
Ana'u wanua (warga/masyarakat adat Miangas) dapat melakukan
pekerjaan berkebun dengan pola "woirro atau mapalus"
(berkelompok)
Dalam pembangunan rumah, ketika pada tahap penyiapan dan
pemasangan atap (kuda-kuda dan penutup seng) wajib dilakukan
secara gotong royong.
Dalam pembangunan rumah, gedung ibadah serta bangunan
pemerintah wajib diawali dengan kata-kata adat dalam peletakan
batu pertama dan diibadahkan.
Setiap kegiatan pernikahan wajib diawali dengan perkawinan
Pamili atau adat. Perkawinan adat wajib dilakukan minimal
seminggu sebelum dilangsungkan acara pemberkatan nikah di
aula gereja dan pencatatan sipil. Adapun tujuan dari perkawinan
Pamili atau adat adalah agar calon suami dan istri tersebut tidak
terjebak ke dalam perkawinan yang masih ada hubungan
persaudaraan atau ikatan keluarga. Acara penting di dalam
perkawinan Pamili atau adat ini adalah pembacaan silsilah
keluarga dari kedua belah pihak dari calon suami/istri hingga
generasi ke 4 ke atas. Diharapkan dengan pembacaan silsilah ini
dapat mencegah terjadinya perkawinan sumbang atau incest.

Dalam bidang kehidupan etika dan tata krama:

146

1.

Bilamana terjadi hubungan seksual antara laki-laki dan


perempuan yang sama-sama sudah berkeluarga, maka keduanya
akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berwujud daging babi sebanyak 50 Kg setiap pelaku.
Jumlah seluruhnya adalah 100 kg untuk berdua.
b. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- setiap pelaku.
Jumlah seluruhnya adalah Rp. 2.000.000,c. Jumlah denda daging babi dan uang akan berlipat ganda, jika
perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang kedua kali
atau seterusnya.
d. Jika denda-denda yang dikenakan belum bisa dilunasi segera,
maka kedua pelaku akan mendapatkan sangsi tambahan
berupa pengambilalihan lahan kebun kelapa miliki kedua
pelaku sebagai jaminan denda. Kebun yang diambilalih
sementara akan diberikan pada Pentua Adat. Lahan tersebut
akan dikembalikan kepada kedua bilamana kedua pelaku
sudah melunasi seluruh denda yang dikenakan pada mereka.
e. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
berselingkuh dengan suami/istri orang lain".
2. Bilamana terjadi hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan yang masih bujang dengan laki-laki dan perempuan
yang sudah berkeluarga, maka keduanya akan mendapatkan
sangsi berupa :
a. denda berwujud daging babi sebanyak 20 Kg atau 30 piring
makanan setiap pelaku. Jumlah seluruhnya adalah 40 Kg atau
60 piring.
b. denda berupa uang sebesar Rp. 250.000,- bagi pelaku yang
sudah berkeluarga dan Rp. 300.000,- bagi pelaku yang belum
berkeluarga.

147

c.

Jumlah denda daging babi dan uang akan berlipat ganda, jika
perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang kedua kali
atau seterusnya.
d. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak, bagi yang bujang : "jangan ikuti saya
yang telah merusak rumah tangga orang lain". Sedangkan
bagi yang beristri : "jangan ikuti saya yang telah melakukan
hubungan gelap dengan seorang bujangan".
3. Bilamana terjadi hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan yang kedua-duanya masih bujang, maka keduanya
akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berwujud makanan beserta lauk-pauk sebanyak 8
piring makanan setiap pelaku. Jumlah seluruhnya adalah 16
piring.
b. Kedua pelaku tidak diijinkan tinggal serumah jika keduanya
belum menikah.
c. denda penyerahan satu lahan kebun kelapa akan dikenakan
bagi laki-laki bujang yang melarikan diri dan tidak
bertanggung-jawab dan ditambah dengan sejumlah uang
sebesar Rp. 1.000.000,-. Kebun kelapa akan diserahkan pada
pihak perempuan yang menjadi korban.
Dalam bidang hak kepemilikan:
1. Bilamana seseorang, sendiri maupun berkelompok terbukti
melakukan pencurian hak milik orang lain, maka orang tersebut
atau dengan kelompoknya (jika dilakukan berkelompok) akan
mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 200.000,- setiap pelaku.
b. mengembalikan benda yang dicuri kepada pemiliknya.
c. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan

148

2.

keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah mencuri


milik orang lain".
Bilamana seseorang, sendiri maupun berkelompok terbukti
melakukan pengrusakan hak milik orang lain atau pembakaran
tanaman orang lain, maka orang tersebut atau dengan
kelompoknya (jika dilakukan berkelompok) akan mendapatkan
sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 100.000,- setiap pelaku atau
mengacu pada besarnya kerusakan dan kondisi akhir dari
terbakarnya tanaman.
b. menggantikan hak milik orang lain yang telah dirusak atau
dibakar
c. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah merusak
atau membakar hak milik orang lain".

Dalam bidang lingkungan:


1. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja melakukan
pengambilan batu, kerikil dan pasir dalam jumlah yang banyak
yang memungkinkan terjadinya kerusakan pengikisan pantai akan
mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- .
b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
melakukan kerusakan lingkungan".
2. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja melakukan
pembunuhan berbagai hewan dengan cara menembak/memanah
atau cara-cara lain yang akan mengakibatkan kemusnahan
margasatwa, akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- .

149

b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur


yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
melakukan kerusakan lingkungan".
Dalam bidang ketertiban masyarakat adat:
1. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja pada hari minggu
berjalan diluar kampung seperti melakukan aktifitas berkebun,
mengail, melaut dan ke tempat-tempat tertentu akan
mendapatkan sangsi berupa :
a. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
mencemarkan kekudusan Hari Minggu".
2. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja melakukan aktifitas
perjudian dalam bentuk apapun akan mendapatkan sangsi berupa
:
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah bermain
judi".
3. Bilamana seseorang perempuan yang terbukti mabuk karena
mengkonsumsi minuman keras dan merokok akan mendapatkan
sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 200.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah mabuk
dan merokok".
4. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja melakukan aktifitas
acara karaoke secara tidak resmi yang dapat mengganggu

150

5.

6.

7.

ketentraman orang sekitarnya, pada jam 23.00 WIT ke atas akan


mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
mengganggu ketentraman orang lain".
Bilamana seseorang baik perempuan maupun laki-laki
mengenakan busana yang sangat seksi ditempat umum atau
tempat tertentu yang dianggap sakral akan mendapatkan sangsi
berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
melanggar tata tertib umum".
Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja melakukan aktifitas
sambung ayam sampai mengalami luka yang sangat parah akan
mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah menyiksa
binatang".
Bilamana seseorang berteriak-teriak di siang hari maupun alam
akibat kondisi mabuk sehingga dapat mengganggu ketertiban
umum atau masyarakat, akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
mengganggu ketertiban masyarakat".

151

8.

9.

Bilamana seseorang terbukti menjual minuman berakohol pada


hari minggu akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
mencemarkan kekudusan hari Minggu".
Bilamana seseorang muda-mudi bertamu di rumah orang lain
melampaui batas pukul 22.00 (pukul 10 malam) tanpa alasan yang
jelas akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
melanggar aturan adat".

Dalam bidang pelestarian tempat dan benda keramat:


1. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja berkunjung di
tempat bersejarah dan benda keramat tanpa adanya ijin dari
Pentua Adat akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 200.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah tidak
sopan karena melawan pentua adat".
2. Bilamana seseorang berkunjung di tempat bersejarah dan benda
keramat terbukti dengan sengaja memindahkan atau mengambil
benda-benda keramat tersebut tanpa adanya ijin atau
sepengetahuan dari Pentua Adat akan mendapatkan sangsi
berupa:
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.500.000,-

152

3.

b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur


yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah mencuri
benda keramat dan melanggar aturan adat".
Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja membongkar batu
susun benteng di Tanjung Wora, Gunung OTA, dan batu besar di
Maliu sebagai bukti sejarah akan mendapatkan sangsi sangsi
berupa:
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
melakukan perbuatan yang tidak terpuji".

Dalam bidang penyebaran informasi di masyarakat:


1. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja menyebarluaskan
berita yang tidak benar mengenai seseorang dalam konteks
kepentingan pribadi maupun umum akan mendapatkan sangsi
berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
menyebarkan berita palsu".
2. Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja mengucapkan katakata kotor di depan orang banyak baik dalam keadaan biasa
maupun berkonflik atau krisis akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 100.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
mengucapkan kata-kata kotor".

153

3.

Bilamana seseorang terbukti dengan sengaja menyebarluaskan


informasi cabul / porno dalam bentuk gambar ataupun tulisan
akan mendapatkan sangsi berupa :
a. denda berupa uang sebesar Rp. 500.000,b. wajib berjalan keliling kampung dengan membawa tambur
yang ditabuh kanan-kiri secara bergantian dengan tekanan
keras sambil berteriak "jangan ikuti saya yang telah
menyebarkan gambar porno".

Di samping peraturan adat di atas, ada konsep yang bernama


Eha sebagai bentuk sarana pengendalian sosial dan pengatur
ketertiban masyarakat Desa Miangas. Perwujudan Eha pada umumnya
berupa larangan untuk mengambil sesuatu, atau berada di tempat
tertentu. Pemberlakuan eha merupakan sesuatu yang penting karena
di dalamnya terdapat nilai-nilai yang sifatnya tidak sekedar memaksa
namun juga mendidik agar berperilaku sesuai dengan aturan yang
semestinya. Dengan begitu, diharapkan kelestarian kehidupan dan
lingkungan masyarakat Desa Miangas dapat berlangsung selamalamanya, masyarakat dapat menikmati hasil bumi dengan tepat waktu
serta dalam jumlah yang banyak dan serentak dan kasus-kasus
pencurian di desa dapat dikurangi atau ditiadakan.
Eha yang dibuat dan diberlakukan di Desa Miangas merupakan
bentuk dari keputusan dewan adat atau tetua-tetua mengingat atau
merupakan hasil tangapan berkenaan dengan kondisi setempat pada
waktu tertentu sangat membutuhkan adanya pemberlakuan eha
tersebut, misalnya terjadi kasus pencurian buah kelapa dimana
menyebabkan pemilik pohon kelapa tidak pernah merasakan hasil
kopra sedangkan yang tidak memiliki pohon kelapa memiliki kopra.
Pelaksanaan eha memiliki rentang waktu tertentu dari tiga bulan
hingga enam bulan.
Proses pemberlakuan eha diawali dengan sebuah musyawarah
adat yang akan membahas mengenai kondisi masyarakat saat ini yang

154

kemudian dilanjutkan dengan meminta persetujuan pada seluruh


tetua-tetua adat yang hadir mengenai perlunya diberlakukan adanya
eha. Bila para tetua sudah menyatakan persetujuan, maka penetapan
eha akan di sosialisasikan kepada masyarakat melalui jalur ketuaketua suku. Setiap kepala suku akan mengundang atau mendatangi
anggota-anggota sukunya berkenaan dengan penetapan tersebut.
Masa transisi dari penetapan eha hingga pemberlakuannya, umumnya
berlangsung selama tiga hingga empat minggu. Lamanya proses
transisi tersebut dikmaksudkan agar tidak ada satu anggota
masyarakat yang merasa tidak pernah mendapatkan informasi
tersebut ketika telah melanggar.
Kondisi wilayah yang mendapatkan larangan eha selalu dalam
keadaan sepi selama pemberlakuannya meskipun wilayah tersebut
merupakan hak milik pribadi. Siapapun tidak boleh melanggarnya
karena barangsiapa yang berani memasuki atau melakukan aktifitas di
sana akan mendapatkan hukuman berat sesuai dengan aturan hukum
yang sudah ditetapkan. Meski demikian, ada sedikit masa
pengecualian. Biasanya, masa pengecualian muncul karena kondisi
yang mendesak seperti untuk pengobatan atau kebutuhan mendesak
mengenai hal-hal tertentu, seperti kebutuhan buah kelapa. Pada
umumnya, pemberlakuaan masa pengecualian memiliki rentang
waktu satu hari hingga satu minggu, dimana pada masa pengecualian
tersebut mereka dapat melakukan aktifitas pemanfaatan wilayah dan
tanaman yang ada disitu. Masa pengecualian selama satu hari
diberikan pada individu yang sedang membutuhkan akses wilayah
tersebut untuk mencari bahan pengobatan. Pada rentang waktu
tersebut, individu yang akan mengakses wilayah akan didampingi
tetua adat. Tugas tetua adat adalah membuka dan menutup wilayah
yang telah diberlakukan eha serta melihat aktifitas pemanfaatan
tersebut apakah berlebihan. Sedangkan pada masa pengecualian
dengan rentang waktu satu minggu diberikan kepada seluruh

155

masyarakat agar dapat memanfaatkan apa yang dimiliki dalam jeda


waktu tertentu.
Meskipun lembaga adat dan wewenangnya masih bertahan,
namun intensitas dan kekuatan wewenang sudah mulai mengalami
penurunan. Perubahan luar biasa telah terjadi di dalam lembaga adat
dan semakin menguat sejak digulirkan struktur pemerintahan desa
melalui penyeragaman konsep desa34 yang dikenalkan oleh negara
sejak kemerdekaan. Konsekuensi logis dari insiasi konsep tersebut
berdampak pada hilangnya penyebutan pemerintahan lokal seperti
Nagari, Wanua, Kuria, Mukim atau Nagorey dan juga orientasi pada
pemimpin adat formal tradional. Lembaga adat mulai agak bergeser,
menyebabkan peran Ratumbanua dan Nangnguwanua menjadi
cenderung sekedar pemberi label simbolisasi pada setiap acara
seremonial, seperti pada acara perkawinan, kunjungan pejabat dan
upacara-upacara adat. Posisi Ratumbanua dan Nangnguwanua
sebagai primus inter pares sudah mulai semakin merosot. Meskipun
lembaga desa sering disebut sebagai "sepupu adat" namun dengan
kehadiran lembaga dari negara cenderung memperlemah posisi
lembaga adat. Seperti yang dikatakan Pak Kades "semua persoalan di
adat akan dilaporkan ke sini"

2.6

Konsep Tentang Sehat dan Sakit


Berbicara mengenai sebuah konsep, kita tidak bisa melepaskan
dengan keberadaan konteks dimana konsep tersebut dipahami.
Pemahaman atas sebuah konsep sangat beraksentuasi dan
bergantung pada nilai-nilai yang dianut oleh suatu komunitas atau
34

Pasal 1 huruf a dari Undang-undang tentang Pemerintahan Desa (Undang-Undang


No 5 Tahun 1979) yaitu : Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan Masyarakat Hukum,
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan
berhak menyelenggarakan urusan rumahtangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

156

masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa


sebuah konsep yang sama dapat dipahami dan ditafsirkan secara
beragam. Semua tergantung dari konteks dimana individu maupun
masyarakat mendapatkan pengetahuan mengenai hal itu untuk
menafsirkan sesuatu.
Demikian juga ketika kita berbicara mengenai konsep "sehat".
Pemahaman mengenai konsep "sehat" sangatlah beragam, semua
tergantung pada tafsir masing-masing komunitas atau masyarakat.
Dengan begitu, kita dapat melihat konsep "sehat" dari perspektif etik
dan emik.
Dari perspektif Etik, kita dapat melihat secara mendalam
berkenaan dengan pemahaman konsep sehat merujuk dari definisi
yang dibuat oleh World Health Organization (WHO). Menurut WHO,
yang dimaksud dengan sehat adalah "a state of complete physical,
mental and social well being, and not merely the absence of disease or
infirmity " (WHO, 1981:38). Dari definisi yang dibuat oleh WHO
terlihat jelas bahwa pemahaman mengenai konsep sehat mengacu
pada kondisi fisik, mental dan sosial. Sedangkan menurut Linda Ewles
& Ina Simmet (2003)35, bahwa sehat dapat dilihat dari aspek jasmani,
mental, emosional, sosial, spiritual dan societal. Dari aspek jasmani,
hal yang perlu diperhatikan adalah pada fungsi mekanistik tubuh.
Aspek mental, dilihat pada kemampuan seseorang untuk berfikir
jernih dan koheren. Aspek emosional dilihat pada kemampuan untuk
mengenal emosi yang berbeda seperti marah, takut, duka, nikmat dan
mengekspresikan emosi tersebut secara cepat dan tepat. Aspek sosial
mengacu pada kemampuan dalam membangun dan mempertahankan
suatu hubungan dengan orang lain. Aspek spiritual mengacu pada
kepercayaan dan praktek keagamaan dalam hal mengenai prinsipprinsip berperilaku, mencapai kedamaian dan perbuatan baik. Aspek
societal mengacu pada kondisi kesehatan individual yang berkaitan
35

Linda Ewles, Ina Simnett, 2003, Promoting Health, A Practical Guide, Bailliere
Tindall; 5 edition

157

dengan kondisi-kondisi sosial dimana dia hidup seperti kondisi sosial,


politik, ekonomi dan budaya.
Bagi masyarakat di Desa Miangas, orang dikatakan sakit adalah
ketika mereka tidak bisa pergi ke kebun atau pergi men-cubi di laut
namun hanya bisa berbaring di rumah. Makna Sakit dan sehat lebih
banyak dikaitkan dengan aktifitas sehari-hari. Mereka tidak
membedakan intensitas antara sakit berat dan ringan. Selama masih
bisa beraktifitas maka orang tersebut dikategorikan sehat meskipun
mereka menderita sakit flu atau sakit kepala/pusing. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Surani,
"kalau orang tidak dapat ke kebun bertanam sayur, mecari kepiting atau
men-cubi, itu sakit....tapi kalau masih bisa bekerja itu.. sehat orangnya"

Menurut masyarakat Desa Miangas, penyebab orang sakit itu


bisa berasal dari medis, gangguan makhluk halus dan "kuasa
kegelapan". Ketika orang merasakan dirinya sakit, maka hal pertama
yang ia lakukan adalah melakukan pemeriksaan medis. Namun, jika
sistem pengobatan medis dalam jangka waktu tertentu tidak
menunjukan perubahan yang nyata, maka ia berganti menuju sistem
pengobatan tradisonal dimana mereka percaya bahwa penyebab rasa
sakit tersebut pasti disebabkan karena gangguan makhluk halus.
Dukun yang sering didatangi untuk menyembuhkan penyakit akibat
non medis adalah Dukun Sembur. Bilamana gangguan sakit tersebut
masih belum menunjukan hasil, orang Desa Miangas akan
menganggap bahwa sakit yang diderita akibat gangguan "kuasa
kegelapan".
Pemahaman mengenai konsep gangguan makhluk gaib di Desa
Miangas ada dua, pertama gangguan akibat "kuasa kegelapan" yang
mengacu pada sistem pengobatan tradisional yang berafiliasi pada
pengetahuan agama atau gereja dan kedua adalah gangguan makhluk
halus yang mengacu pada sistem pengobatan tradisional yang

158

berafiliasi pada cara lama dengan menyembur pada pasien. Jika dukun
tradisional disebut dukun sembur, maka dukun untuk pengobatan
akibat gangguan "kuasa kegelapan" ini tidak berkenan dianggap
sebagai dukun namun sebagai orang yang membantu untuk
memanjatkan doa kepada Tuhan YME. Sebagaimana pengalaman Ibu
Surani :
"dulu ... mas, ...waktu anak saya sakit.... pertama saya bawa ke
puskesmas....disana kemudian diberi obat, setelah obat diminum sampai
sepuluh hari...ternyata tidak menunjukan dampak apa pun....saya kembali ke
puskesmas......diberi obat lagi dan juga tidak menunjukan hasil......setelah itu
saya putuskan bahwa anak saya pasti sakit karena gangguan makhluk
halus...makanya saya bawa ke Opa Maksi, dukun sembur disini... seandainya
masih tidak sembuh.... orang sini sering dibawa ke Mama Nista yang bisa
menyembuhkan akibat kuasa kegelapan"

Penyebab utama seseorang mendapatkan penyakit non medis


dipercayai akibat seseorang melanggar wilayah-wilayah sakral seperti
ke Bukit Keramat tanpa berdoa dengan bahasa adat, memperlakukan
barang keramat tidak semestinya seperti alumbanua, melintasi
makam yang banyak berserakan di wilayah pemukiman atau akibat
ilmu hitam. Cara pengobatan dengan sistem medis tradisional sembur
yaitu dengan menggunakan media air yang ditaruh di dalam gelas.
Selanjutnya di dalam gelas tersebut, dimasukan benda gaib seperti
batu atau sejenisnya dan diiringi dengan doa-doa yang diucapkan oleh
dukun sembur tersebut. Setelah prosesi pengucapan doa selesai,
maka dukun akan meminum air yang sudah diberi doa dan
menyemburkan seluruh air tersebut ke tubuh pasien. Cara ini
dilakukan berulang-ulang hingga pasien terkesan basah kuyub akibat
semburan air tersebut. Proses pengobatan ini dapat dilakukan
beberapa kali dalam satu minggu dan dapat dilakukan di rumah dukun
sembur atau rumah pasien, tergantung kondisi dari pasiennya apakah

159

mampu berangkat ke rumah dukun sembur. Biaya yang diberikan


cukup seikhlasnya saja, karena ada kepercayaan ada dukun sembur
bahwa mereka dilarang untuk mematok bayaran terhadap orang yang
disembuhkan.
Peralatan yang digunakan dalam sistem pengobatan cara
sembur, khususnya benda bertuah hampir semuanya diperoleh
dengan cara yang tidak lazim. Mereka mendapatkan petunjuk saat
mereka bermimpi. Seperti pengalaman Opa Maksi, ketika sedang tidur
baik di malam ataupun siang hari, adakalanya ia mendapatkan
petunjuk mengenai benda-benda bertuah. Biasanya ia langsung
bangun setelah mendapat petunjuk dalam mimpi tersebut dan
langsung menuju tempat dimana benda-benda bertuah tadi berada
sebagaimana gambaran petunjuk dalam mimpi. Hampir semua
petunjuk tersebut benar, ia selalu mendapatkan benda-benda seperti
yang digambarkan dalam mimpi tersebut.
Demikian juga dengan Mama Nista, beliau mendapatkan
kemampuan tersebut langsung dari mimpi. Kemudian ia praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu menyembuhkan orang
Desa Miangas yang sedang sakit. Berbeda dengan Papa Maksi,
peralatan yang digunakan dalam praktek penyembuhan bukan
diperoleh dari hasil mimpin namun dibeli dari beberapa daerah,
seperti "minyak urapan" sebagai media berdoa dibeli dari Jakarta.
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan sakit akibat
makanan yang dikonsumsi sehari-hari masih rendah. Terbukti dengan
semakin meningkatnya penyakit kolesterol, obesitas dan darah tinggi
namun mereka masih tetap saja mengkonsumsi asupan-asupan yang
memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Adakalnya mereka masih
menganggap bahwa sakitnya tersebut akibat gangguan makhluk halus
bukan merubah pola makan sehari-hari.

160

2.7

Bahasa
Bahasa dominan yang digunakan di Pulau Miangas adalah
Bahasa Indonesia dialek Menado dan Talaud dengan dialek Miangas.
Ada beberapa generasi tua orang Miangas yang masih menunjukan
kemampuan berbahasa asing yang cukup baik seperti penguasaan
Bahasa Tagalok, Bisaya atau Inggris. Kemampuan penguasaan bahasa
asing pada generasi tua merupakan hal yang lumrah pada masa yang
lalu36. Hal ini dimungkinkan karena aspek sejarah, dimana generasi tua
memiliki kebiasaan untuk melakukan hubungan dagang (barter)
dengan masyarakat yang ada di Philipina dan juga bekerja sebagai
pengurus kebun di Pulau Mindanau.
Menurut S.J Esser (1938) dalam bukunya Atlas Van Tropisch
Nederland, secara umum Bahasa Talaud masuk kedalam keluarga
besar Bahasa Austronesia atau Melayu Polinesia37. Oleh sebab itu,
hubungan kekerabatan Bahasa Talaud dengan bahasa - bahasa yang
ada di Negera Philipina sangatlah dekat seperti Bisaya dan Tagalok38
39
. Di Kecamatan Nanusa sendiri, tersebar beberapa macam dialek di
dalam Bahasa Talaud, seperti Dialek Kabaruan, Dialek Kakorotan,
Dialek Marampit dan beberapa Dialek di Karakelang.
Hal yang membedakan antara satu dialek dengan dialek yang
lain lebih dominan pada penggunaan fonem akhir kata dan morfem
dibandingkan pada penekanan ujaran tertentu dan intonasi.
Penekanan pada ujaran tertentu dan intonasi lebih dimaksudkan
sebagai bunga-bunga dalam komunikasi didalam dialek tersebut.
36

J.C von Eerde, 1920, Inleiding tot de volkenkunde van Nederlandsch-Indie


Haarlem : Erven F. Bohn, p 2 - 4
37

Esser, S.J, 1938, "Talen", in, Atlas van tropisch Nederland, 9-9b (Amsterdam:
Koninklijk Nederladsch Aardrijkskundig Genootschap)
38
Anceaux, J.C, 1965a, "Austronesian Linguistics and Intra Subgroup Comparison",
Lingua 14:309-314
39
Anceaux, J.C, 1965b, "Linguistic Theories about the Austronesian Homeland", BKI
23:417-431

161

Dengan begitu, komunikasi antara satu kelompok dialek dengan dialek


yang lain masih dapat berlangsung dengan baik meski sedikit
terhambat dengan adanya perbedaan penggunaan akhiran. Beberapa
masyarakat Desa Miangas, seperti Bapak Mangkubumi 1 mengakui
bahwa penggunaan perbedaan akhiran akan menghambat komunikasi
terlebih bagi masyakat Desa Miangas yang belum pernah
berkomunikasi dengan masarakat Talaud dari pulau lainnya. Namun
seiring dengan waktu dan intensifnya kontak dengan saudara dari
Pulau yang lain, hambatan komunikasi sedikit banyak akan teratasi
dalam percakapan antara orang Talaud dari satu dialek dengan dialek
lain.
"....Memang agak beda dik, di sini berupa kita berbahasa hanya
berupa kata dasar... kalau di Talaud sana sudah ada dp tambahan. Contoh
'ina" yang artinya ikan, Disini kita bilang "ina" .... kalau sudah kesana bukan
"ina" tapi mereka bilang "inasa"...... itu daerah Talaud kesana. Kalau disini
hanya kata dasar saja..... itu di Talaud besar, kalau di Kakarotan dan
Karatung sama dengan disini. contoh lagi... "uman" = makan kalau disini
bilang "uman" kalau orang sana bilang "umana" ...... pisang, disini kita bilang
"busa",... tapi disana bilang "busak'a". ya gituuuu....ha ha ha. memang
kalau kita ngobrol dengan orang sana agak sulit mengerti dik karena mereka
ada tambahan...
meski sama sama Talaud. kalau Marampit beda
lagu.....saja. agak tarik tarik. contohnya ikan disini diucapkan "ina" tetapi di
Karatung diucapkan "iiiinaaaaa"

Bahasa Talaud atau bahasa daerah dikenal dengan dengan


sebutan bahasa adat. Penggunaan bahasa adat merupakan suatu
keharusan di setiap kegiatan yang berkaitan dengan adat. Tanpa
kehadiran bahasa adat, setiap kegiatan yang sifatnya lokal atau ritual
akan dianggap sebagai ritual yang kurang afdhol dan bermakna. Ketika
seseorang memasuki wilayah bukit keramat juga wajib dibuka dengan
bahasa adat. Jika tidak orang tersebut ditakutkan akan mengalami
sakit. Peletakan batu pertama juga harus dibacakan dengan doa

162

berbahasa adat. Bahasa adat juga digunakan sebagai sarana


berkomunikasi dengan dunia ghaib yaitu opa penunggu Pulau
Miangas.
Penguasaan bahasa adat tampaknya cenderung didominasi
oleh generasi tua dan pejabat adat setempat. Anak-anak muda di
Desa Miangas tidak semua memahami bahasa adat tersebut. Bahkan
ketika peneliti mengambil dan menunjukan sebuah tulisan tangan
dalam bahasa adat yang berisi mengenai tata cara ritual penyambutan
tamu, banyak anak muda yang ditemui tidak mampu menterjemahkan
dan memahaminya. Hal ini menunjukan bahwa dalam bahasa adat
atau Talaud terdapat kategori antara bahasa pasar dan tinggi. Bahasa
Adat (Talaud) tinggi mengacu pada bahasa adat yang digunakan
dalam prosesi ibadah lokal atau bahasa teks yang menjadi acuan
kegiatan tersebut. Kedua, adalah Bahasa Adat (Talaud) pasar yang
digunakan sebagai sarana percakapan sehari hari sebagai bahasa
daerah.
Sebagai bahasa tinggi, masyarakat Desa Miangas mengenal
Bahasa Talaud yang digunakan dalam berbagai prosesi ritual dengan
sebutan Bahasa Talaud Sasara atau Sasahara. Bahasa ini memiliki
pengertian yang sangat mendalam sehingga sangat logis jika jarang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kegunaan Bahasa Talaud
Sasara ini
adalah sebagai medium untuk melakukan atau
menciptakan vibrasi suatu kekuatan ghaib. Ada kepercayaan bahwa
dengan menggunakan bahasa seperti itu, para opa penghuni Pulau
Miangas lebih mudah diajak berkomunikasi. Oleh sebab itu, bahasa ini
seringkali dianggap sakral dan bertuah. Ada yang mengatakan bahwa
Bahasa Sasara adalah bahasa pantang. Oleh sebab itu, cara
penggunaannya sangat khas seperti pelafalan, intonasi atau lagu, dan
penyajiannya dalam konteks tertentu.

163

Beberapa kosa kata Bahasa Talaud pasar adalah sebagai berikut :


Makatanah : Tradisional/ alami
Obat makatanah : Obat ramuan
tradisional
Encok : Sangngadda
Sakit Kusta : Sait Tontongnga
Sakit Bengkak : Bere, Hoggoa
Sakit Gigi : Isi Marada
Sakit Kepala : Pua Marada
Sakit Perut : Tia Marada
Sakit Badan : Lawaa Marada
Lumpuh/stroke : Perlamen
Darah Tinggi : Rara Matangka
Kencing Manis : Lia Mamani
Kepala Pusing : Puatutiri
Sakit Lutih : Daddaabuti / Saitta Wuti
Ganja : Paisu Maawuanna
Khasiat : Sappunne
Berkasiat : Piassappunne
Manfaat : Hunane

Bermanfaat : Piagunanne
Dimanfaatkan : Inapahuna
Dengung : Salinggutta
Selalu dalam keadaan sakit : Longko na
waa
Musim
Kamarau
:
Tandiawa,
Allontaterrangaga
Musim
Dingin
:
samu,
allommalurruema
Dipulihkan : Pinassulungnga
Urut : U'alinturrutta
Madu : Pula
Air madu : U'aempula
Kepiting : Sarrangnga
Ikan Batu : Sunga
Ikan Todak : Salasuhi
Ikan Hiu : Ambolengnga

Direndam dalam air : Lakkumanna


suralummu paisu
Diperan 3 hari : Ireso tallu allo
Suhunya panas : Sawudde maloso
Kemudian ditampi : Baute udde
tappinna
Hasil tani : Asombanggu pabbawialana
Biaya dapur : Reengannu paattu
railanna

Bulan pertama : Alatto


Bulan kedua : Aru'ane
Bulan ketiga : Otallune
Bulan keempat : Raram Mawawo
Bulan kelima : Raram Matangga
Bulan keenam : Atakka
Bulan ketujuh : Dape
Bulan kedelapan : Lattu
Bulan kesembilan : Nawarioa
Bulan kesepuluh : Naworaalla
Bulan kesebelas : Pangumpla
Bulan keduabelas : Pauss

Pemahaman menganai bahasa suatu etnisitas akan lebih


lengkap jika pengamatan kita tidak hanya berkisar pada kumpulan

164

kata-kata dasar saja, namu perlu juga memahamai bagaimana


kumpulan kata dasar tersebut dirangkaikan sehingga memiliki suatu
makna tertentu dalam komunikasi. Secara umum, struktur kalimat
bahasa Talaud mengacu pada struktur bahasa dari keluarga
Austronesia. Strukturnya adalah dalam penggunaan S-P-O-K secara
konsisten. Adapun contoh-contoh struktur kalimat tersebut adalah
sebagai berikut :
Bunga melati amat indah, sedap, wangi, harum dan bagus
Banti melati tumane mapia, mane nengnga, mawangi burru
marran sangnga.
Rumah itu bagus, kuat, besar sekali
Banala udde mapia, matohassa, bahewa atonna
Ia memakai perhiasan elok
Itou uapaattu rahi-rahi lorran sangnga hati
Air sumur itu dangkal
Paisu parrihi udde mawawo
Obat ini dapat menghilangkan pikiran mual
Undamima indi ma awuli ringiranna susalirrawa

165

Gambar 2.15
Brosur Kesehatan Berbahasa Talaud
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Disamping, penggunaan Bahasa Talaud, masyarakat Desa


aaa menggunakan Bahasa Indonesi sebagai bahasa
Miangas juga
percakapan sehari-hari terlebih ketika berkomunikasi dengan
pendatang. Ketrampilan mereka dalam menggunakan Bahasa
Indonesia sangat tinggi mulai dari generasi tua hingga muda. Hal ini
tidak lepas dari perjalanan sejarah bagaimana Bahasa Melayu telah
menjadi bahasa pengantar. Sebagaimana ungkapan dari Pak
Mangkubumi 2, "orang Miangas sejak dahulu kalau ingin sekolah
diatas SR (sekolah rakyat) pasti ke pulau seberang.....makanya teman
sekolahnya banyak dari berbagai pulau...... disana bahasa sekolah
yang dipake Bahasa Melayu".
Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari
masyarakat di Pulau Miangas tidak berbeda dengan dengan dialek
Bahasa Indonesia yang dilafalkan di wilayah Manado. Disini terdapat
kata seru yang paling sering digunakan dalam percakapan, seperti
ujaran "jo", "ndan", "no" dan "depe". Ujaran "jo", "ndan" ini tidak
mengandung arti namun sering digunakan sebagai ujaran penguat
dalam percakapan. Namun ujaran "depe" seringkali mengacu pada

166

makna "dia punya" yang secara harfiah dapat dipahami sebagai kata
milik mengenai sesuatu yang dilekatkan pada kata benda. Masyarakat
Pulau Miangas selalu mengartikulasikan ketiga ujaran secara intensif
sebagai bagian dari identitas sebagai penutur Bahasa Indonesia
berbahasa ibu Bahasa Talaud. Contoh pengartikulasian dari ketiga
ujaran sebagai berikut, "pergi ke kebun, jo", "iya, jo", "iya no", "dia
pergi ke kebun depe papa", Mari sini "Mari jo".
2.8

Kesenian
Kesenian yang terdapat dan berkembang di Pulau Miangas
sangat beragam, pertama berupa kesenian tari. Kesenian tari ini
berkembang sehubungan dengan sejarah yang terjadi di Pulau
Miangas yaitu sejarah yang berkaitan dengan perang
mempertahankan Pulau Miangas. Untuk mengenang persitiwa
keberadaan perang yang sangat heroik dan penuh pengorbanan
tersebut diciptakan sebuah tarian yang dinamakan Tari Perang atau
Sasalo. Makna dari tarian tersebut adalah berkenaan dengan tari
kebesaran dan kemenangan melawan musuh.
Tari Perang Sasalo dilakukan olah pentua adat dengan busana
yang terdiri dari dua jenis yaitu warna putih dan ungu. Gerakannya
cukup sederhana dan mudah dipelajari. Alat-alat musik yang biasa
digunakan untuk mengiringi tarian ini berupa tambur sedang,
harmonika mulut, pianika dan gamelan. Disamping tari Sasalo, di
Pulau Miangas juga terdapat tari yang lain seperti Tari Lenso laki-laki
dan perempuan, Tari Gunde pemuda dan Tarian Manam'mi
Desa Miangas juga memiliki kesenian kerajinan tangan yang
dikenal hingga negeri seberang Filipina sejak dahulu kala. Kerajinan
tangan tersebut dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan
bahan baku yang berasal dari tanaman yang tumbuh di Pulau
Miangas, yaitu pohon pandan. Pohon pandan yang memenuhi syarat
seperti usia, ukuran lebar dan banyaknya daun akan diambil daunnya.
Kemudian daun pandan yang sudah dikumpulkan tersebut

167

dibersihkan, dihaluskan dan dikeringkan dengan dijemur menjadi


lembaran-lembaran daun pandan kering. Jika mereka menginginkan
adanya motif dalam pembuatan barang-barang kerajinan, maka daun
pandan tersebut akan diberi pewarna alami. Setelah siap, seluruh
bahan-bahan tersebut siap dianyam sedemikian rupa oleh tangantangan oma-oma yang trampil, sehingga akhirnya berwujud menjadi
tikar dan topi pandan yang cukup indah.
Motif-motif yang digunakan dalam pembuatan tikar dan topi
pandan sangat sederhana. Secara umum mereka selalu menggunakan
motif garis lurus yang bersilang di beberapa tempat. Motif-motif yang
lain dapat dibuat jika ada orang yang menginginkan. Motif yang
sederhana menyebabkan jumlah lembar pandan yang berwarna
sangat terbatas antara dua hingga tiga warna saja. Adakalanya mereka
hanya menggunakan satu warna saja yaitu warna asli dari daun
pandan tersebut.
Produk-produk kerajinan yang indah ini sering dibawa ke
negeri Filipina, khususnya wilayah Mindanau. Kegiatan transaksi
tersebut hingga saat ini masih berlangsung. Barang kerajinan menjadi
salah satu produk yang langsung dapat dipertukarkan dengan produk
Filipina yang mereka inginkan. Mereka sering melakukan penjualan
hasil kerajinan dengan cara barter atau jika mereka menerima uang
cash dalam bentuk peso Filipina, mereka segera membelanjakan
dalam bentuk barang barang-barang yang akan mereka butuhkan di
Desa Miangas.
Saat ini, aktifitas kegiatan kesenian pembuatan tikar dan topi
pandan hanya dilakukan untuk mengisi waktu luang. Adakalanya,
barang kerajinan tersebut diberikan sebagai tanda mata kepada tamu
yang akrab dengan mereka. Oleh sebab itu, penggiat kerajinan ini
lebih banyak di dominasi oleh mama-mama atau oma. Sedangkan Ibuibu muda dan para gadis-gadis cenderung tidak mewarisi ketrampilan
tersebut sercara intensif. Mereka lebih banyak melakukan aktifitas
bercerita di ruang publik seperti di depan rumah, dego-dego di kebun,

168

bermain permainan sejenis halma atau aktifitas olah raga di lapangan.


Padahal menurut Oma Awwalla, aktifitas membuat tikar pandan ini
pada masa ketika ia masih muda dilakukan secara intensif di setiap
rumah. Di sepanjang jalan yang membelah Desa Miangas, setiap
rumah yang berderet baik sisi kanan dan kiri selalu diramaikan dengan
orang yang beraktifitas membuat tikar pandan.
Aktifitas kesenian yang lain adalah kesenian yang berkaitan
dengan seni musik. Adalah Opa Maksi dan Oma Eli yang dikenal
sebagai penggiat seni musik. Kedua orang tersebut kondisinya saat ini
buta namun memiliki talenta dalam hal bermusik dengan
menggunakan peralatan musik setempat seperti gitar opulele (gitar
kecil bersenar nylon pancing dari tempurung kelapa). Jika Oma Eli
dikenal dengan keahliannya bernyanyi dengan gitarnya, maka Opa
Maksi selain dikenal sebagai penyanyi juga dikenal sebagai penggubah
lagu. Banyak lagu yang sudah ia ciptakan, Baik yang berbahasa
Indonesia maupun Talaud. Sisi kreatif yang menonjol dalam diri Opa
Maksi menyebabkan beberapa orang yang datang ke rumahnya sering
meminta beliau untuk menyanyikan beberapa lagu saja. Ada juga
seorang pejabat di Talaud yang sudah merekam hasil nyanyian Opa
Maksi.
Isi lagu yang diciptakan oleh Opa Maksi selalu berkaitan
dengan keindahan dan sejarah wilayah Pulau Miangas, Talaud dan
Tanjung Wora. Selain itu, ada juga lagu yang liriknya merupakan
ungkapan perasaan suka duka sebagai masyarakat yang tinggal di
wilayah perbatasan. Salah satu lagu gubahannya yang sangat dikenal
adalah lagu yang berjudul Miangas dan Tanjung Bora. Liriknya dalam
versi bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Miangas pulau terpisah
Pulau Miangas jauh terpisah
dari kepulauan Indonesia

169

satu pulau perbatasan


Pulaua Miangas jauh terpisah
dari kepulauan Indonesia
satu pulau perbatasan
itu semua
tanahku, pujaanku
walaupun sering-sering ditimpa bencana alam
tinggi mengharap setiap masalah
kepada Tuhan yang Maha Esa
hidupmu aman sentosa
Tanjung Bora
Ada satu cerita
cerita jaman dahulu
ada si raja ular
yang besar besar
itu si raja ular kawin Putri Sangiang
tinggal di gunung kramat
di gunung batu garuda
pulau miangas
dahulu masih tersambung
mengapa jadi putus terjadi dua pulau
Pulau Miangas yang besar, Tanjung Bora yang kecil

170

Gambar 2.16
Tarian dan kerajinan tikar
Sumber: Dokumentasi Peneliti

2.9

Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Miangas dikenal sebagai masyarakat bahari
sejak dahulu kala. Kehidupan sehari-harinya tidak lepas dengan
strategi mereka mensiasasi kondisi lingungannya yang serba laut.
Ketrampilan yang dominan yang mereka kembangkan adalah
ketrampilan mengarungi lautan untuk mencari ikan. Menurut Ulaen40
, pamor masyarakat Desa Miangas sebagai pelaut handal sudah tidak
perlu disangsikan lagi. Mereka merupakan pelaut-pelaut yang sangat
handal. Kemampuan mereka yang sangat khas adalah berlayar dengan
menggunakan perahu tanpa perlu membentangkan layar dan juga
sering berlayar ketika angin jarang bertiup untuk mencapai pulau40

Ulaen, Alex J.; Wulandari, Triana; Tangkilisan, Yuda B. (2012). Sejarah


WilayahPerbatasan: Miangas - Filipina 1928 - 2010 Dua Nama Satu Juragan. Jakarta:
Gramata Publishing. Hal 67-68.

171

pulau terdekat. Pulau yang sering dikunjungi adalah pulau-pulau yang


ada di wilayah selatan seperti daratan Mindanao atau Pulau Talaud
terdekat. Pelayaran mereka bertujuan untuk menjajakan hasil olahan
tangkapan mereka dilaut dan hasil lain dari masyarakat Desa Miangas
seperti tikar-pandan dan kopra.
Saat ini tradisi seperti ini cenderung berkurang dan melemah.
Bahkan dapat dikatakan bahwa generasi tua lah yang masih dikatakan
sebagai generasi terakhir yang memberikan dukungan akan "tradisi
bahari". Identitas sebagai orang laut tampaknya juga sudah mulai
berkurang. Kemampuan membuat perahu juga mulai jarang ditemui di
Desa Miangas. Banyak perahu yang saat ini digunakan diperoleh dari
hasil pembelian dari wilayah Talaud yang lain atau dari Desa Jamboree
di Pulau Mindanau, Filipina dan bantuan dari pemerintah.
Kemampuan berlayar yang mumpuni tanpa bergantung pada perahu
bermesin jarang diterapkan, apalagi mewariskan ilmu-ilmu
perbintangan yang sangat penting dalam dunia pelayaran kepada
generasi muda.
Meski demikian, saat ini mereka masih banyak pria Miangas
yang melakukan kegiatan melaut untuk mencari ikan dilaut sebagai
pekerjaan utama. Hasil ikan yang mereka peroleh, selain untuk
konsumsi keluarga, sisanya akan dijual kepada tetangga terdekat.
Adakalanya ikan-ikan tersebut juga saling dipertukarkan dengan
tetangga atau keluarga besarnya sebagai bagian dari sistem
resiprositas atau dijadikan ikan garam (ikan asin) yang nantinya akan
dikonsumsi sendiri atau dijual.
Pekerjaan tambahan dapat berwujud pekerjaan ke kebun yaitu
merawat kebun kelapa atau membantu istri merawat sayuran. Jika
pria Desa Miangas tidak berminat melaut dengan menggunakan
perahu, mereka melaut dengan cara "men-cubi" yaitu menombak ikan
di laut yang dangkal. Kegiatan men-cubi merupakan kegiatan yang
umum dilakukan pria Miangas mulai anak-anak hingga dewasa. Alat
yang digunakan mencubi pun sangat sederhana yaitu tombak panjang.

172

Tombak inilah yang akan ditembakkan ke ikan. Kegiatan mencubi


seringkali dilakukan ketika suasana gelap telah datang. Ketiadaan
cahaya ditengarai sebagai strategi untuk memudahkan mereka
mendapatkan ikan. Ikan yang berada dilaut lebih mudah ditombak jika
hari gelap karena dipercaya kalau malam hari ikan tidak dapat melihat
atau tidur. Dengan begitu jika didekati mereka tidak akan beraksi
sehingga mudah ditangkap.
Para wanita Desa Miangas juga melakukan aktifitas melaut.
namun aktifitas melaut mereka berbeda dengan yang dilakukan oleh
pria. Kaum wanita cenderung pergi ketika air laut sudah surut. Di saat
air surut, mereka berkeliling nyaree (batu karang yang nampak ketika
air laut surut) untuk mencari teripang, dan kerang besar. Setiap
wanita selalu membawa keranjang di belakang punggung untuk
menampung hasil perburuannya selama di nyaree. Pencarian kerang
dan teripang membutuhkan keahlian dan kejelian khusus. Hal ini
disebabkan teripang cenderung bersembunyi di lubang-lubang yang
ada di karang dan kerang cenderung menyamarkan diri dengan warna
kulit yang sesuai dengan warna karang yang ada di sana.
Teripang dan kerang yang sudah diperoleh akan diperlukan
sedemikian rupa. Untuk teripang, pertama-tama akan dibelah dan
dibersihkan isinya. Kemudian seluruh teripang yang telah terkumpul
akan dijemur selama beberapa hari. Teripang-teripang yang sudah
kering akan dimasukan ke dalam wadah sambil menunggu banyak
untuk dijual. Harga teripang kering setiap kilonya berharga Rp.
30.000,-. Sedangkan kerang besar yang telah terkumpul, biasanya
akan dimasak untuk menu makanan sehari-hari.
Saat ini masyarakat juga cenderung lebih suka menjadi buruh
di pelabuhan yaitu sebagai buruh angkat barang. Setiap ada informasi
mengenai kapal yang akan masuk, masyarakat sudah mempersiapkan
diri menunggu di pelabuhan sambil membawa berbagai gerobak
angkut. Mereka datang dengan berbondong-bondong menuju
pelabuhan. Bagi lai-laki muda, kehadiran kapal yang bersandar di

173

pelabuhan merupakan sumber penghasilan tambahan. Namun bagi


wanita, sebagian beralasan bahwa kehadiran mereka melihat
kedatangan kapal sebagai alternatif sarana hiburan ditengah hiburan
yang selalu mereka nikmati. Mereka menganggap bahwa kehadiran
kapal dengan segala hiruk pikuknya, sensasinya mirip seperti ketika
mereka bepergian ke Mall yang ada di Kota Menado.
Kecenderungan mereka lebih memilih menjadi buruh di
pelabuhan disaat ada kapal yang masuk lebih banyak disebabkan pada
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Setiap barang yang diangkut,
ongkosnya berkisar Rp. 10.000,-. Jika mereka dapat membawa
beberapa barang secara berkesinambungan maka penghasilan yang
akan mereka peroleh sudah cukup untuk biaya operasional sehari-hari
selama dua atau tiga hari ke depan. Penghasilan dari pekerjaan
mengangkut barang hanya bisa dilakukan setiap 15 hari sekali. Kecuali
jika, semua kapal dapat berlayar hingga ke Pulau Miangas. Sesuatu
yang paradoks ditengah-tengah kekayaan wilayah Desa Miangas akan
sumberdaya kelautan yang tidak dimanfaatkan secara optimal.
Ketrampilan berkaitan dengan pengolahan ikan kayu (ikan
asap) yang telah mereka dapatkan saat bekerja di perusahaan ikan
yang ada di Filipina juga mulai menghilang. Kerajinan tangan seperti
tikar serta topi anyaman dari daun pandan yang dahulu dikerjakan
oleh kaum wanita juga jarang ditemukan lagi. Semenjak ada "uang
bandara", masyarakat banyak yang mencoba untuk memilih usaha
dagang dengan cara membuka warung. Jumlah warung semakin
bertambah dan kondisi juga lebih baik sebelum ada proyek yang
masuk ke Desa Miangas.
Sumber penghasilan lain yang didapatkan warga masyarakat
adalah dengan menjual berbagai bahan baku proyek kepada
perusahaan yang akan melakukan kegiatan proyek di Desa Miangas,
POSAL atau lembaga-lembaga negara lainnya yang akan melakukan
kegiatan pembangunan. Bahan baku proyek yang mereka jual tidak
didapatkan dari hasil membeli ditempat lain kemudian dijual di Desa

174

Miangas, namun bahan baku tersebut merupakan sisa-sisa bahan


baku yang digunakan pada proyek sebelumnya. Bahan baku yang
merupakan sisa-sisa proyek sebelumnya, mereka dapatkan gratis
ketika mereka bekerja pada proyek tersebut. Setiap warga Desa
Miangas yang bekerja dengan bergabung pada proyek-proyek
setempat pasti selalu berebut untuk mendapatkan sisa-sisa tersebut
ketika kegiatan proyek tersebut telah berakhir. Mereka saling
berkompetisi untuk merayu orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap sisa baha baku tersebut. Agar dapat diberikan kepada
mereka atau dibagi dengan ukuran tertentu. Semua bahan baku
tersebut disimpan di halaman rumah. Ketika sisa-sisa bahan baku
proyek sudah terkumpul banyak, hasil pengumpulan tersebut
ditawarkan kepada perusahaan, pejabat-pejabat negara yang saat itu
sedang melakukan pembangunan atau renovasi atau orang setempat
yang sedang membutuhkan. Bahan baku proyek yang sering tersisa
adalah pasir, batu kerikil, kayu, bekas tong dan lain-lain.
Alokasi penghasilan yang mereka dapatkan cenderung tidak
dilakukan sesuai dengan peruntukannya. Mereka terkadang juga
mengalokasikan penghasilan berwujud binatang peliharaan atau
benda. Binatang peliharaan atau benda tersebut, sewaktu-waktu
dapat dijual jika dikehendaki seperti ketika ada kebutuhan untuk
pembiayaan sekolah, biaya ritual atau ketika mereka jatuh sakit. Bila
mereka masih memiliki kebun, maka kebun pun dapat digadaikan
untuk mendapakan uang cash dengan segera.
2.10

Teknologi dan Peralatan


Wilayah Desa Miangas yang relatif terbatas yaitu 3 km2 sangat
berpengaruh dengan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur jalan
pedesaan untuk transportasi kendaraan dapat dikatakan sudah sangat
baik. Bahkan jaringan infrastruktur ini sudah terpasang meliputi 3/4
wilayah Desa Miangas. Kondisi infrastruktur pun juga sudah berbentuk
beton yang kuat. Namun jaringan infrastruktur jalan yang sudah baik

175

ini hanya menghubungkan ruas-ruas wilayah terdalam tersebut.


Artinya, jaringan infrastruktur yang terpasang tidak tersambung
dengan dengan wilayah lain di luar Desa Miangas. Desa Miangas
merupakan pulau kecil yang terpisah jauh dengan pulau-pulau yang
lain. Dampaknya, teknologi transportasi tidak begitu berkembang.
Peralatan transportasi yang ada hanya dimiliki oleh pribadi, tidak ada
fasilitas transportasi publik.
Alat trasnportasi yang paling sering digunakan adalah
kendaraan roda dua dan roda tiga. Jumlah kendaraan roda empat
yang sering digunakan masyarakat sangat terbatas. Pada umumnya
kendaraan roda empat hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahanan
yang mengerjakan beberapa program pembangunan di wilayah ini.
Kendaraan yang sering berlalu lalang adalah satu truk dan satu mobil
daihatsu untuk pengangkut air kebutuhan proyek. Kendaraan roda
empat yang dimiliki oleh masyarakat hanya satu saja. Kendaraan
tersebut dimiliki oleh keluarga mantan Mangkubumi dan sekarang
dalam kondisi terparkir serta jarang digunakan.
Pemanfaatan alat trasnportasi darat cenderung berkaitan
dengan hal-hal di luar kesehatan. Keberadaan alat-alat transportasi
tersebut banyak digunakan untuk menunjang pekerjaan mereka ke
kebun maupun aktifitas silaturahmi. Jika ada kasus kesehatan,
biasanya alat-alat transportasi tersebut hanya digunakan untuk
mengantar pasien menuju moda trasnportasi lain yaitu kapal laut, jika
pada saat itu memang terdapat jadwal kapal yang masuk. Adakalnya
juga digunakan untuk memanggil tenaga kesehatan atau dukun jika
sistem komunikasi sedang mati.
Kapal Laut merupakan moda transportasi penghubung yang
menghubungkan antara Desa Miangas yang terdapat di Pulau Miangas
ke Daerah-daerah lain seperti Pulau Karatung, Pulau marore dan Pulau
Karakelang. Banyaknya jumlah pulau yang perlu dilayari di Kabupaten
Talaud menyebabkan jaringan trasnportasi laut ini hanya tersedia
dalam waktu yang terbatas yaitu lima belas hari sekali. Namun saat ini

176

sudah terdapat empat kapal yang bisa melayani kebutuhan


masyarakat Desa Miangas. Perbaikan jumlah alat transportasi laut
menyebabkan kapal laut menjadi salah satu upaya untuk melakukan
rujukan ke wilayah lain yang fasilitas kesehatannya lebih baik.
Peralatan informasi yang terdapat di wilayah ini hanyalah
jaringan GSM yang dimiliki oleh provider SImpati. Namun karena
kondisi yang tidak stabil menyebabkan kehadiran jaringan
telekomunikasi hanya digunakan sesekali saja. Meskipun kondisi
jaringan telekomunikasi tidak begitu bagus, jarak antar rumah di Desa
Miangas yang relatif dekat menyebabkan jika ada kasus-kasus
kesehatan, mereka dapat memanggil tenaga kesehatan dengan waktu
yang relatif cepat dengan berjalan kaki.
Penggunaan obat-obatan makatana (tradisonal) di Desa
Miangas masih sangat dominan. Hampir semua individu di desa ini
mengenal dan pernah mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan obat makatana ini semuanya
dapat diambil di seluruh bagian wilayah Pulau Mingas. Pulau ini
dipercaya memiliki koleksi tumbuhan obat-obatan yang cukup kaya.
Bahkan keanekaragamana jenis tumbuhan yang ada di Pulau ini bisa
mencapai 2000 buah.
Bila ada kasus-kasus kesehatan muncul, dan orang tersebut
ingin menggunakan obat-obatan makatana. Mereka biasanya mencari
tanaman-tanaman yang dibutuhkan. Tanaman tersebut kemudian
dicuci dan dimasak dengan air. Peralatan yang digunakan memasak
adalah peralatan yang terbuat dari aluminium. Selama penelitian,
kami belum pernah menemukan alat masak untuk obat yang terbuat
dari tembikar. Sebelum peralatan tersebut digunakan, jika terlihat
kotor akan dibersihkan terlebih dahulu kemudian digunakan untuk
membuat ramuan obat tradisonal. Alat masak yang sudah berisi air
dan tanaman obat akan dimasak diatas api unggun atau kompor
minyak tanah. Beberapa rumah tangga yang cukup berada sudah
menggunakan kompor gas untuk memasaknya. Jika proses memasak

177

sudah selesai, seluruh peralatan akan dibersihkan dan ditempatkan di


tempat biasanya. tempat yang digunakan untuk menyimpan peralatan
ini tidak disendirikan namun bercampur juga dengan peralatan
memasak lainnya.
Di samping peralatan memasak, setiap rumah juga memiliki
"alat cukur". Alat cukur ini digunakan untuk mencukur atau menyerut
kelapa atau singkong. Alat yang digunakan untuk menyerut kelapa
biasanya terbuat dari logam yang bergerigi. Dengan meletakkan
kelapa ke dalam gerigi tadi, mereka akan mendapatkan serutan kelapa
yang lembut yang siap diolah untuk membuat minyak kelapa.
Demikian juga alat yang digunakan untuk menyerut singkong,
singkong diserut lembut, dicuci dan dikeringkan agar dapat menjadi
tepung yang dapat digunakan menjadi makanan yang berbahan baku
tepung singkong. Alat-alat cukur tersebut biasanya setelah digunakan
akan dibersihkan. Bagi alat cukur kelapa setelah dibersihkan, alat
tersebut tetap diletakkan di halaman rumah. Jika alat cukur tersebut
lama tidak digunakan, gerigi yang ada di logam tersebut akan
dibersihkan dengan cara menggosoknya dengan besi juga. Agar tetap
tajam dan hilang karatnya. Sedangkan alat cukur untuk singkong,
setelah dibersihkan akan disimpan di dalam rumah, khususnya di
dapur.
Alat masak yang digunakan masyarakat Desa Miangas cukup
beragam, mulai produksi dalam negeri hingga produksi negara
Filipina. Ketika hubungan antara Desa Miangas dengan wilayah
Mindanau, Filipina cukup intensif. Keberadaan barang-barang rumah
tangga buatan Filipina sangat mudah didapatkan. Namun, saat ini
keberadaan barang-barang tersebut sudah sangat langka. Hal ini
menyebabkan sebagai masyarakat Desa Miangas cenderung
menggunakan bahan-bahan buatan Filipina sebagai koleksi. Produk
buatan Filipina cukup berbeda dengan dalam negeri. Logam yang
digunakan cenderung lebih tebal dan kuat. Barang - barang buatan
Filipina yang sering dibeli adalah wajan, panci, parang dan lain-lain.

178

Gambar 2.17
Batu Mura
Sumber: Dokumentasi Peneliti

179

Bab 3
POTRET BUDAYA KESEHATAN
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari
Provinsi Sulawesi Utara yang ber-ibukota di Melonguane. Sebagian
besar wilayahnya merupakan lautan, sehingga dikenal juga sebagai
daerah maritim atau bahari. Memiliki luas laut sekitar 37.800 km yang
membentang dari garis pantai Pulau Miangas hingga garis pantai
Pulau Kabaruan. Kabupaten Kepulauan Talaud sendiri membawahi 19
kecamatan yang tersebar di 17 Pulau, yaitu 11 kecamatan di Pulau
Karakelang, 4 kecamatan di Pulau Salibabu, 2 kecamatan di Pulau
Kabaruan, 1 kecamatan di Kepulauan Nanusa, dan yang terakhir 1
kecamatan khusus di Pulau Miangas41.
Secara umum status kesehatan di Kabupaten Kepulauan
Talaud menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
pada tahun 2013 menduduki peringkat 326 dari 497 Kabupaten di
Indonesia. Secara khusus, kabupaten ini berada di peringkat 12 dari 15
kabupaten yang ada di Sulawesi Utara. Adapun indikator kesehatan
yang menjadi lampu kuning di Kabupaten ini adalah aspek pelayanan
kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta kesehatan

41

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2014, Kepulauan Talaud


dalam Dalam Angka. Melonguane; BPS Kabupaten Kepulauan Talaud

180

lingkungan yang belum memadai42. Sampai saat ini, Dinas Kesehatan


Kabupaten Kepulauan Talaud telah melakukan berbagai upaya dalam
bidang kesehatan. Mulai dari sisi organisasi dan manajemen, program
pelayanan kesehatan masyarakat, sumber daya kesehatan, termasuk
pembiayaan dan kemitraan, dan lain-lainnya untuk mencapai
Indikator Derajat Kesehatan dari ujung Ibukota Melonguane sampai
ujung utara Pulau Miangas43.
Kecamatan Khusus Miangas sendiri merupakan satu dari 2
kecamatan yang termasuk daerah DTPK yang berbatasan langsung
dengan Negara Philipina, khususnya di Kecamatan Miangas dan
Kecamatan Nanusa44. Sejak tahun 2006, Miangas dimekarkan menjadi
sebuah kecamatan khusus. Berubahnya status ini membuat Miangas
mendapat perhatian yang lebih baik dari pemerintah. Salah seorang
informan yang berprofesi sebagai kepala puskesmas di Miangas
mengatakan,
...Dibandingkan dulu, masyarakat masih susah cari beras, nda kaya
sekarang, Miangas udah mulai terbuka, warga Miangas sekarang sudah
mulai dimanjakan sama pemerintah, kapal sudah banyak yang masuk, beras
udah ada, barang-barang dari kota juga sudah bisa dinikmati sama warga,
ditambah lagi pembangunan-pembangunan udah banyak di Miangas...
(Kepala Puskesmas Miangas)

Meskipun mendapatkan perhatian yang lebih dari


pemerintah, bukan berarti ketersediaan pelayanan kesehatan di
Miangas sudah memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Karakteristiknya sebagai pulau yang menyendiri dan jauh dari pulaupulau lainnya, serta ekstrimnya cuaca di Samudera Pasifik tak jarang
mengharuskan masyarakat survive, bertahan, dan berjuang ditengah
42

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2014.


Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; Kemenkes RI
43
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten
Kepulauan Talaud. Melonguane; Dinkes Kabupaten Kepulauan Talaud
44

Taulu L.A, Bahtiar, 2013. Profil Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil Dan Daerah
Perbatasan Sulawesi Utara

181

keterbatasan yang ada. Adapun potret kesehatan yang menjadi


pembahasan pada bab ini adalah implementasi pembangunan
kesehatan di Miangas, potret status kesehatan masyarakat, sistem
pelayanan kesehatan, dan perilaku pencarian pengobatan (Health
Seeking Behavior).
3.1

Implementasi Pembangunan Kesehatan di Miangas


Merujuk pada arah dan strategi nasional dalam RPJMN 20102014 bahwa salah satu sasaran prioritas nasional adalah
pembangunan dan pengembangan kesehatan khususnya ditujukan
pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) yang
berada di wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Di dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 telah
ditetapkan daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan menjadi
prioritas agar masyarakat yang berada di daerah tersebut dapat
dengan mudah menjangkau pelayanan kesehatan yang terjangkau
dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan45.
Salah satu perwujudan implementasi pembangunan kesehatan
DTPK di Miangas adalah dengan berdirinya Puskesmas Miangas di
tengah-tengah masyarakat. Puskesmas Miangas merupakan satusatunya pelayanan kesehatan medis yang dapat diakses masyarakat
di Miangas, sehingga berperan sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan yang paling dasar dan terdepan dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Sebelum terjadi pemekaran di Miangas pada tahun 2006,
Puskesmas Miangas masih merupakan puskesmas pembantu yang
berada di bawah puskesmas induk di Kecamatan Karatung. Seiring
berubahnya status Miangas menjadi sebuah kecamatan khusus, maka
status Puskesmas Miangas pun berubah menjadi puskesmas setingkat
puskesmas kecamatan. Puskesmas Miangas sendiri sekarang telah
45

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di


DTPK. 2012

182

memiliki 1 puskesmas induk dan 1 puskesmas pembantu (pustu) yang


sama-sama berada di Desa Miangas dengan membawahi 766 jiwa
dengan 210 Kepala Keluarga46.

Gambar 3.1.
Puskesmas Miangas
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Secara umum, Puskesmas Miangas berfungsi seperti


kebanyakan puskesmas lainnya di Indonesia, yaitu sebagai
penyelenggara 6 program dasar seperti pengobatan dasar dan
kegawatdaruratan, Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
(KIA-KB), kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, upaya perbaikan
gizi, serta pemberantasan dan penanggulangan penyakit. Meskipun
Puskesmas Miangas berstatus sebagai puskesmas setingkat
puskesmas kecamatan, ternyata masih terdapat beberapa fasilitas dan
program-program wajib puskesmas yang tidak terlaksanakan,
terutama yang berkaitan tentang penyakit dan penyehatan berbasis
lingkungan.
Tidak terlaksananya program-program tersebut salah satunya
disebabkan oleh tidak adanya tenaga kesehatan yang memiliki
46

Desa Miangas, 2014. Profil Desa Miangas Tahun 2014.

183

kopetensi dalam menjalankan program tersebut. Hal tersebut


diungkapkan oleh salah seorang perawat senior di Puskesmas
Miangas,
...Program kita yang jalan cuma KIA, gizi, imunisasi, posyandu, sama
pengobatan dasar. Promkes dan sanitasi nda jalan, karna nda ada yang
pegang. Kan kalo disini cuma ada perawat, bidan, sama dokter, kan nda
kompeten untuk itu no... (Perawat Senior Puskesmas Miangas)

Pernyataan tersebut didukung oleh observasi peneliti selama


di lapangan, program wajib yang dilakukan oleh Puskesmas Miangas
hanya pengobatan dasar, persalinan, posyandu, dan imunisasi. Selama
di lapangan, peneliti belum menemukan adanya upaya surveilens,
penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan program-program
pemberantasan penyakit menular secara spesifik yang dijalankan oleh
puskesmas. Apalagi untuk upaya kesehatan pengembangan seperti
pelayanan kesehatan gigi, kesehatan lansia, laboratorium dasar, dan
upaya pengembangan lainnya, yang juga belum ditemukan oleh
peneliti.

Gambar 3.2.
Kegiatan posyandu, imunisasi, dan pemeriksaan ibu hamil
Sumber: Dokumentasi Peneliti

184

Dari segi ketersediaan tenaga kesehatan, selama penelitian ini


berlangsung, Puskesmas Miangas hanya memiliki 8 petugas
kesehatan. Empat orang pegawai tetap dan 4 orang pegawai tidak
tetap alias PTT. Terdiri dari 4 orang perawat tetap, 1 perawat kontrak,
2 bidan PTT, dan 1 dokter kontrak daerah. Kualifikasi pendidikan
tenaga kesehatan terdiri dari 2 orang lulusan SPK, 5 orang lulusan D3,
dan 1 orang pendidikan dokter. Sebenarnya beberapa bulan yang lalu
masih ada beberapa pegawai tetap di Miangas, tetapi setelah mereka
bertugas beberapa tahun, mereka meminta mutasi untuk
ditempatkan di daerah ibukota kabupaten.
Tingginya keinginan mutasi tenaga kesehatan di Miangas salah
satunya disebabkan oleh kondisi geografis Pulau Miangas yang
dirasakan cukup ekstrim. Akses transportasi yang terbatas, hingga
besaran honor yang didapatkan, menjadi salah satu pertimbangan
tenaga kesehatan yang mangabdi di Miangas. Seorang pejabat di
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud mengatakan,
...Tenaga kesehatan yang ada di Miangas ada 5 orang ditambah 4 orang
pegawai kontrak. Tapi ini ada satu bidannya yang baru saja minta di mutasi
ke Melonguane. Jadinya sekrang tinggal 4. Rata-rata memang begitu, 2-3
tahun setelah penempatan minta di mutasi, kecuali mereka yang memang
putera-puteri asli Miangas. Rata-rata alasan mereka nda tahan kondisi di
sana, belum lagi transportasi terbatas dan sebagainya... (Pejabat Dinas
Kesehatan)

Hal serupa ternyata juga diungkapkan oleh salah seorang


dokter kontrak di Miangas. Dokter tersebut mengatakan bahwa
setelah masa kontraknya habis, maka dia akan mengajukan pindah
untuk bekerja di daerah yang lebih baik pelayanan kesehatannya.
lebih lanjut Informan DC mengungkapkan,
...untuk menjadi pegawai tetap beberapa tahun lagi?, ya jujur sih karna
baru mengalami rasanya keguguran, sudah merasakan bagaimana rasanya
dirujuk dengan lamanya sampai ke fasilitas rujukan di kabupaten, terus
waktu di kapal dp rasa setengah mati lah menuju rujukan, so sudah rasa

185

bagaimana jauhnya dengan RS di kabupaten, jadi memang kalau bilang


rencananya nanti mau meneruskan atau memperpanjang disini ya sudah
tidak akan lagi... (Informan DC)

Selain dari ketidaklengkapan dari ketersediaan tenaga


kesehatan, tidak terlaksananya beberapa program puskesmas
menurut Kepala Puskesmas Miangas diantaranya adalah karena
masalah pendanaan dan perlengkapan yang kurang. Kepala
Puskesmas Miangas mengatakan,
...Sebenarnya kita mau adain promkes, tapi orang sini kalo nda ada snack
nda mau datang. Jadi kitanya susah juga, sulit nda ada dananya, terus juga
perlengkapannya nda ada, kaya LCD sama leftlet, kan kalo nda ada media
orang jadi bosan dengarin kita... (Kepala Puskesmas Miangas)

Terkait pendanaan untuk operasional puskesmas, selama ini


berasal dari dana rutin dan dana BOK (Bantuan Operasional
Kesehatan). Namun, menurut Kepala Puskesmas, proses pengurusan
pencairan dana dirasakan cukup rumit dan terkadang harus bolakbalik ke ibukota kabupaten, sehingga berakibat pada penundaan
pencairan dana rutin dan BOK untuk puskesmas. Lebih lanjut Kepala
Puskesmas mengatakan,
...Sampai saat ini47, dana rutin dan dana BOK untuk puskesmas belum
keluar. Jadi kitanya sulit juga untuk menjalankan program-program. Harus
ngurus-ngurus di Melonguane sana. Ke sananya gimana? Ya pakai uang kan?.
Belum lagi harus nunggu kapal 2 minggu baru ada. Iya kalo disana kita
ketemu sama staf yang kasih tanda tangan, kalo nda ya balik ulang, nunggu
bulan depan... (Kepala Puskesmas Miangas)

Peneliti kemudian mencoba untuk melakukan triangulasi


kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud terkait
permasalahan pendanaan yang dirasakan cukup berbeli-belit oleh
Kepala Puskesmas. Setelah dikonfirmasi dengan Kepala Dinas,
ternyata pencairan dana rutin dan BOK berjalan lancar dan tanpa
kendala yang berarti. Kepala Dinas Kesehatan mengatakan,
47

Wawancara ini berlangsung pada tanggal 18 Mei 2015

186

...kalau anggaran rutin kita sih untuk Dinas Keuangannya ya lancar-lancar


aja. Kalau dana rutin itu ya memang sudah kewenangan mereka (puskesmas)
dengan Dinas Keuangan. Persoalnya mungkin pada pengelolaannya di
puskesmas. Kita disini cuma sebagai verifikator. Karena puskesmas itu dia
mengelola sendiri, nda melalui Dinas Kesehatan. Entah mereka malas atau
gimana. Kalau dana BOK itu begini, kita kan ada revisi dari BOK, kebetulan
Kabupaten Talaud ada tambahan dana, jadi sifatnya kita terima nanti bulan
maret atau april. Kemudian untuk BOK ini dari hasil pertemuan terakhir
dengan pusat di Manado, actionnya per tanggal 1 april. Dan memang kita
ada keterlambatan, saya sudah mengambil DIPA-nya bulan april. Kita
terhambat juga di SK penggunaan anggaran. Karena pada waktu itu status
saya masil Plt, kan nda bisa kuasa penuh, tapi sekarang sudah divinitifkan 2
minggu, jadi dana BOK ya memang harusnya sudah jalan. Selain itu, ada juga
dana dari JKN, itu setiap tanggal 15 udah langsung ditransfer ke rekening
mereka, karena itu kan dana kapitasi. Mereka yang kelola itu... (Kepala
Dinas Kesehatan)

Terkait permasalahan pencairan dana untuk Puskesmas


Miangas, Kepala Dinas Kesehatan pun mengakui dalam beberapa
tahun terakhir ini terjadi penurunan komitmen dari Puskesmas
Miangas untuk memaksimalkan penggunaan anggaran puskesmas.
Lebih lanjut Kepala Dinas Kesehatan menuturkan,
...Untuk Puskesmas Miangas ini memang sering juga terjadi keterlambatan,
sebenarnya dari administrasi dan keuangannya sudah tersedia. Saya masih
belum memperdalam lagi dimana persoalan mereka, apakah
bendaharanya?, kepala puskesmasnya?, administrasinya atau SPJ-nya?. Kan
secara pengelolaan keuangan ada mekanismenya, nda seperti pakai uang
sendiri. Kita juga membuktikan, taun kemarin mereka terealisasi BOK Cuma
50 juta dari 100 juta sekian. Kami memang sudah membicarakan disini sama
Pa Kepala Puskesmasnya, kalau Pa Kepala Puskesmasnya udah lelah atau
gimana disana. kan dia udah lama jadi kepala puskesmas. Tapi sebenarnya
tahun-tahun kemarin ya bagus-bagus aja. Dibandingkan 3-5 tahun
sebelumnya, mereka bagus-bagus dan lancar-lancar aja. Padahal Itu dulu dia
kerja cuma 2 orang dan juga transportasinya masih pakai kapal perintis yang
lama punya... (Kepala Dinas Kesehatan)

187

Selain terkendala dari segi pencairan pendanaan, realisasi


program-program puskesmas pun terkendala dalam hal ketersediaan
obat-obatan dan alat kesehatan. Menurut informasi yang peneliti
dapatkan dari beberapa informan mengatakan hal yang hampir serupa
yaitu keluhan dalam hal ketersediaan obat-obatan dan peralatan
kesehatan khususnya peralatan persalinan. Hal tersebut memang
dibenarkan oleh Kepala Puskesmas sendiri, bahwa salah satu kendala
puskesmas dalam melaksanakan program puskesmas khususnya
pengobatan dasar adalah ketersediaan obat-obatan yang terkadang
terjadi kekurangan bahkan kadarluasa. Kepala Puskesmas
mengatakan,
...Ya memang disini kadang sempat kehabisan obat, jadi pas pasien datang
untuk berobat memang kadang kehabisan stok obatnya. Kadang juga disini
kelebihan obat bahkan sampai kadarluasa... (Kepala Puskesmas Miangas)

Masih menurut Kepala Puskesmas Miangas, hal tersebut


terjadi karena adanya perbedaan antara jumlah obat yang diusulkan
oleh puskesmas dan obat apa yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
Selain itu, faktor geografis Miangas juga dapat menjadi faktor yang
menghambat distribusi obat ke Miangas.
...Untuk obat-obat kita mintanya ke Dinas Kesehatan setiap 1 bulan sekali,
tapi kata Dinas Kesehatannya anfraknya harus 3 bulan sekali. Biasanya kan
kita bikin perencanaan gitu berdasarkan penyakit yang sering dikeluhkan
masyarakat sini, tapi yang kita terima kadang kurang dan kadang lebih.
Contohnya untuk obat yang kadang kurang itu paracetamol. Kita usulkan
untuk 3 bulan 3000 biji, tapi yang kita terima Cuma 1500 saja, kan itu cuma
cukup untuk 1,5 bulan, sisanya 1,5 bulan lagi kadang puskesmas kekosongan.
Untuk obat yang kelebihan itu contohnya vitamin B-kompleks, kita
anggrakan 2000 biji, eh tau-tau yang datang 5000, katanya dinas itu
kelebihan stok buffer dinas, jadi dikasih ke sini. Jadinya ya numpuk di
puskesmas sampai kadarluasa. Jadi, mungkin itu yang dilihat masyarakat
obatnya yang kadarluasa. Apalagi kan vitamin B-komplek itu bau, kadang

188

pasien juga nda mau minum itu, akhirnya sering nda terpakai itu obat...
(Kepala Puskesmas)

Tidak sinkronya antara obat yang diusulkan dan obat yang


datang ternyata tidak terlepas dari faktor kondisi geografis dan
transportasi ke Pulau Miangas yang cenderung terjauh dari Dinas
Kesehatan. Mengenai hal ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepulauan Talaud juga memberikan tanggapannya seperti yang
diutarakan oleh Kepala Puskesmas Miangas ini,
...Saya sudah pernah tanya ke dinas kesehatan kenapa obatnya kurang,
katanya obat-obat yang ada di gudang farmasi udah dibagi-bagi duluan ke
puskesmas-puskesmas lain yang lebih dekat dengan Melonguane seperti di
Pulau Lirung, Salibabu, dan lainnya. Ya jadinya Miangas puskesmas yang
terjauh dapat stok sisa. Pas habis obat di Miangas kita minta lagi ke dinas,
tapi kan harus nunggu kapal 2 minggu lagi, itu pun kalau ada, kalau musim
angin kencang ya nda ada kapal. Ya jadinya kadang obat di puskesmas
kosong... (Kepala Puskesmas Miangas)

Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengadaan obat yang


kadang tidak sinkron, peneliti pun melakukan triangulasi kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Beliau mengatakan,
...Sistem pengelolaan obat kita kan berdasarkan first in first out to, jadi kita
menghabiskan dulu obat hampir kadarluasa yang mungkin dari pengadaan 34 tahun yang lalu. Tapi kita disini juga perhatikan kalau memang sudah tidak
memungkinkan kita tahan disini untuk pemusnahan. Kita kan untuk
pengadaan obat itu udah ada RPM-nya, ada itu puskesmas yang jauh-jauh
salah satunya Miangas, mereka minta usulan obat cuma dengan secarik
kertas. Oke kita berikan mereka, tapi ketika mereka pulang secarik kertas ini
biasanya nda tau kemana, akhirnya mereka ndak bikin pencatatan
pelaporan. Kita yang disini yang kewalahan sudah keluar tidak ada laporan
bearapa yang keluar, berapa yang dipakai untuk pasien. Bukannya kita
mengekang kepala puskesmas, cuma menertibkan karna nanti kita paling
repot untuk urusan obat sama BPK... (Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten)

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, peneliti pun berusaha


untuk mencari pencapaian-pencapaian program yang telah dilakukan
oleh Puskesmas Miangas di tengah kondisinya yang demikian. Peneliti

189

kemudian menghubungi salah seorang pejabat di Dinas Kesehatan


Kabupaten untuk menanyakan perihal pencapaian puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun terakhir. Namun, yang peneliti temukan
ternyata banyak poin-poin yang kosong. Menurut Kepala Seksi Bagian
Data dan Informasi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepulauan Talaud mengatakan,
...Data dari Puskesmas Miangas memang banyak yang kosong. Padahal kita
sudah minta laporannya setiap bulan, kalau puskesmas lain kita beri jatah
maksimal tanggal 5, tapi untuk Miangas kita beri keringanan, kan
transportasinya memang sulit juga, meskipun begitu kadang masih telat juga
bahkan ada yang nda pernah ngirim laporan beberapa bulan... (Pejabat
Data di Dinas Kesehatan Kabupaten)

Berdasarkan hal tersebut, peneliti juga berusaha mencari datadata kesehatan masyarakat langsung dari puskesmas. Namun,
berdasarkan temuan peneliti di lapangan, data-data profil, evaluasi,
serta pencatatan lainnya tidak tersedia di puskesmas. Peneliti hanya
menemukan catatan registrasi pasien yang berobat. Peneliti kemudian
menemui para pemegang program puskesmas dengan harapan
mendapatkan beberapa data yang telah mereka evaluasi. Namun
setelah dikonfirmasi satu sama lainnya, tenaga kesehatan yang ada
terkesan saling tunjuk menunjuk antara satu dengan lainnya mengenai
data puskesmas yang mereka pegang.
Salah satunya contohnya adalah ketika peneliti mencari data
status gizi balita yang ditimbang di posyandu. Tenaga kesehatan
(nakes) A mengatakan bahwa datanya berada pada nakes B yang
sedang pergi ke luar Miangas untuk suatu urusan. Akhirnya setelah
peneliti menunggu kurang lebih 3 minggu, nakes B pun datang.
Namun, tidak seperti yang diharapkan peneliti, nakes B pun mengaku
bahwa datanya sedang berada pada salah seorang kader posyandu.
Setelah peneliti menelusuri kader posyandu yang dimaksud, peneliti
hanya menemukan catatan mentah pencatatan berat badan hasil
penimbangan balita yang tercatat di posyandu. Peneliti kemudian

190

berusaha untuk mengkonfirmasi lagi terkait evaluasi status gizi balita


yang telah ditimbang kepada nakes B,
...Kita cuma bikin laporan kaya gitu48, pokoknya yang penting kita timbang
bayi atau balita yang datang, langsung kita tulis lalu kita kirim ke Dinas
Kesehatan Kabupaten. Evaluasinya paling dari melong (dinas kesehatan
kabupaten). Ya syukur-syukur lagi kalau dapat surat (evaluasi) ada kapal
langsung sampai disini untuk ditindak lanjuti, tapi kan kita disini nunggu
kapal to... (Nakes B)

Gambar 3.3.
Satu-satunya data tentang balita yang didapatkan oleh peneliti di lapangan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Tidak berhenti sampai disitu, peneliti berusaha menggali lagi


penyebab permasalahan ketersediaan data-data yang ada di
puskesmas. Setelah ditelusuri dari nakes C, peneliti menemukan fakta
bahwa pembagian beban kerja pencatatan dan pelaporan untuk
program-program puskesmas baru dibagi beberapa bulan yang lalu,
sehingga untuk rekap dan evaluasi yang terdahulu maupun terbaru
masih belum berjalan dengan semestinya. Nakes C mengatakan,

48

Laporan hanya berupa data mentah berat badan bayi dan balita yang ditimbang

191

...Iya baru dibagi juga sih dp laporan, baru dibagi si ini pengan ini-ini-ini
sebelum kita baru-baru ini berangkat49, andai Kepala Puskesmas mulai dulu
bagi, ini baru sekarang dibagi. Sebelum dibagi ini, Kepala Puskesmas no yang
bikin dp laporan, kita nda tau apa-apa. Pernah itu nakes A kirim laporan
puskesmas ke dinkes itu ditanya sama Pa Donald50, di Miangas kamu pegang
laporan apa? Nakes A jawabnya juga bingung pegang laporan apa, dia jawab
bahwa dia nda pegang laporan, karna kapusnya nda bagi. Jangankan dia
nakes A yang baru 3 bulan disini, kita yang sudah setahun lebih disini nda tau
pegang laporan apa... (Nakes C)

Lebih lanjut, nakes C juga menceritakan pengalaman yang


hampir serupa dengan nakes A setiap dia pergi ke Dinas Kesehatan
Kabupaten. Selalu saja ditanya tentang seputar laporan puskesmas,
...Ini kan baru saja saya ke dinkes kan, lalu ditanya dari puskesmas mana?
Kita jawab dari Puskesmas Miangas. Aduuh katanya, itu kapusnya mana?.
Kita jawab no kapusnya ada di sini, baru mau naik Kapal Meliku mau pulang
ke Miangas. Aduuh, katanya dia kan janji mau antar laporan, tapi sampai
sekarang nda datang-datang, banyak masalah itu kapusnya. Bagaimana ini
Miangas? Gak jelas ini laporannya. Saya cuma bisa diam no, nda tau bilang
apa. Seharusnya kan kalau kapus nda bisa bikin laporannya sendiri bisa bagibagi dengan kita, biar kita bersama-sama to, kapusnya nda mau terbuka
sama kita... (Nakes C)

Dengan keterbatasan data yang ada, peneliti tidak bisa melihat


pencapain-pencapain program dan evaluasi masalah yang ada di
puskesmas dengan berbasis data dan informasi pendukung dari
Puskesmas Miangas.
3.2
Potret Status Kesehatan Ibu dan Anak
3.2.1 Pra Hamil
3.2.1.1 Masa Remaja
Populasi remaja (usia 13-18 tahun) di Miangas menempati
26,5% dari populasi masyarakat Miangas secara keseluruhan. Artinya,
49

Nakes C berangkat ke Dinkes sekitar bulan April tahun 2015

50

Salah seorang pejabat di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud

192

kurang lebih seperempat masyarakat Miangas merupakan golongan


umur remaja51. Remaja di Miangas dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
Remaja Pratama, Remaja Madya, dan Pemuda. Remaja Pratama
dimulai dari umur 11-15 tahun, dilanjutkan Remaja Madya antara
umur 16-19, kemudian disebut pemuda apabila sudah berumur 20
tahun keatas sampai sebelum menikah. Menurut informan CL yang
juga merupakan seorang remaja di Miangas mengatakan,
...Remaja disini bisa dibagi jadi 3, remaja pratama umuran 11-15 tahun itu
kaya anak-anak SMP, terus remaja madya umuran 16-19 tahun kaya anakanak SMK sama kuliah gitu, terus yang terakhir masuk kategori
pemuda/pemudi umuran 20 tahun ke atas... (Informan CL)

Meskipun terdapat penggolangan umur antara remaja dan


dewasa, pola makan remaja pada umumnya sama seperti pola makan
masyarakat dewasa pada umumnya. Tidak ada jenis makanan ataupun
asupan-asupan tambahan lainnya yang dikhususkan bagi remaja.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, pola makan remaja
sesuai dengan pola makan yang ada di dalam keluarga yaitu sekitar 23 kali sehari. Meskipun begitu, terkadang ditemukan remaja yang
masih aktif bersekolah yang tidak menyantap sarapan pagi. Pernah
terjadi seorang remaja perempuan pingsan ketika sedang melakukan
upacara bendera di sekolah. Remaja tersebut mengaku bahwa
sebelumnya dia tidak sarapan pagi, dan ternyata hal tersebut memang
sudah menjadi kebiasaan si remaja untuk tidak menyantap sarapan
pagi.
Seorang petugas kesehatan menceritakan, pernah suatu ketika
terjadi kasus remaja perempuan yang pingsan ketika upacara bendera
berlangsung. Pada saat itu para guru SMK tiba-tiba saja memanggilnya
untuk memeriksa keadaan si remaja. Berbagai pertolongan pertama
telah dilakukannya untuk menyadarkan si remaja, tetapi hal tersebut
tidak berhasil. Petugas puskesmas ini pun mulai menyimpulkan bahwa
yang terjadi pda si remaja bukanlah penyakit medis biasa, melainkan
51

Desa Miangas, 2014. Profil Desa Miangas Tahun 2014.

193

penyakit yang mungkin disebabkan oleh gangguan-gangguan angin


jahat atau kuasa kegelapan. Ditambah lagi dari penuturan masyarakat,
sekolah SMK merupakan salah satu tempat yang sarat dengan hal
mistis, memperkuat asumsi petugas kesehatan ini tentang sesuatu
yang sedang menimpa si remaja.
Langsung saja mereka memanggil tim doa dari gereja untuk
menyadarkan si remaja dari kuasa-kuasa kegelapan yang sedang
menimpanya. Tak selang beberapa lama, si remaja ini mulai
menunjukan tanda-tanda kesadaran. Namun, hal yang aneh pun
terjadi, tiba-tiba saja si remaja ini meraung-raung dan mengeluarkan
suara yang aneh menyerupai suara kakek tua. Ternyata, usut punya
usut, katanya si remaja sedang dirasuki oleh salah seorang roh petua
penunggu sekolah SMK. Lantas, berbagai cara supranatural pun
dilakukan, sehingga akhirnya si remaja sadarkan diri kembali kepada
jati dirinya semula.
Remaja perempuan dan gangguan kuasa kegelapan
Menurut masyarakat, remaja perempuan memang rentan
terkena gangguan-gangguan kuasa kegelapan atau angin jahat.
Terlebih lagi apabila si perempuan sedang mengalami menstruasi.
Menurut kepercayaan masyarakat, perempuan yang menstruasi
memiliki bau khas yang dapat menarik binatang52 atau angin jahat
untuk menjangkiti maupun mengganggu si perempuan tersebut.
Akibatnya, darah menstruasi yang dikeluarkan menjadi banyak dan
bergumpal-gumpal atau bahkan dapat mengakibatkan sakit pada
tubuh. Seorang informan mengatakan,
...Kalau perempuan sedang mens itu nda boleh sembarang jalan-jalan di
kebun, takutnya nanti kalau ada binatang, orang yang sensitif gitu bisa
kejangkit sama binatang itu. Pernah ada cerita anak SMK gitu jalan-jalan di

52

Ketika peneliti mengkonfirmasi tentang ini, binatang yang di maksud merupakan


makhluk ghaib yang biasa berkeliaran di kebun

194

tempat sunyi (kebun), habis pulang katanya dia itu darah mens-nya keluar
banyak, bergumpal-gumpal kaya orang mencret gitu... (Informan MT)

Masih menurut informan MT, selain dilarang untuk jalan-jalan


di kebun, terdapat pantangan lainnya bagi remaja yang sedang
mengalami menstruasi. Beberapa diantaranya adalah dilarang dekatdekat53 dengan laki-laki, meminum minuman yg dingin seperti es,
dilarang untuk mandi keramas saat siang hari, serta dilarang selalu di
air atau pekerjaan yang bersentuhan dengan air. Hal-hal tersebut
dipercaya dapat membuat menggangu remaja seperti darah
menstruasi yang semakin banyak keluar, dapat membuat sakit
influensa dan sakit-sakit badan. Selain itu, berjalan-jalan di kebun
dipercaya dapat mengundang binatang yang dapat menyebabkan
sakit pada si remaja yang sedang menstruasi.
Pubertas dan pornografi
Pada tahap remaja pratama, baik remaja perempuan maupun
remaja laki-laki biasanya sudah mengalami pubertas. Remaja Miangas
menganggap pubertas adalah hal yang normal terjadi pada setiap
manusia. Untuk remaja perempuan, biasanya ketika sudah
mendapatkan haid yang pertama, mereka diajari oleh ibu mereka
bagaimana seharusnya menjaga diri. Selain pengetahuan dari ibunya,
remaja juga mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksinya melalui pelajaran di sekolah mereka. Lebih lanjut
informan CL mengatakan,
...ada dikasih tau tentang masa puber gitu pas pelajaran biologi waktu SMP
sama SMK. Kalau perempuan sini puber biasanya umur 11-12 tahun ada juga
yang SD. Ada juga yang 14 tahun baru dapat haid..." (Informan CL)

Secara garis besar pengetahuan remaja tentang kesehatan


reproduksi biasanya mereka dapatkan dari sekolah, orang tua, atau
53

Setelah peneliti mengkonfirmasi, makna dekat-dekat yang dimaksud adalah


berada di dekat laki-laki secara fisik, peneliti tidak menemukan jarak minimal untuk
berada di sekitar laki-laki bagi perempuan yang sedang menstruasi

195

teman sebaya mereka. Untuk remaja perempuan, biasanya sudah


diajarkan oleh ibu mereka tentang menstruasi. Selain dari ibu mereka,
di sekolah juga diajarkan dalam mata pelajaran biologi. Ketertarikan
remaja pada pengetahuan reproduksinya sangat tinggi terutama pada
remaja laki-laki. Remaja laki-laki cenderung memiliki rasa ingin tahu
yang lebih besar daripada remaja perempuan yang cenderung
tertutup dengan keingintahuan kesehatan reproduksi mereka.
Seorang remaja sekolah menengah atas menceritakan pengalamannya
saat pelajaran kesehatan reproduksi,
...Itu pas pelajaran biologi tentang reproduksi gitu, kita yang cewe diam
aja no, tapi ada anak cowo yang pikirannya rada nda bener gitu pada ribut.
Mereka kan pengen tau lebih jauh. Sampai ada yang bilang sama bu guru,
praktek aja langsung bu sambil ketawa-ketawa, lalu ibu guru marah, lalu
bilang kamu ini praktek-praktek, kamu masih kecil, sekolah yang benar
dulu... (Informan CL)

Untuk memenuhi rasa keingintahuannya, tak jarang remaja


laki-laki mencoba mencari tahu yang lebih dalam di luar pelajaran di
sekolah, salah satunya dengan menonton film biru. Meskipun
Miangas merupakan sebuah pulau terpencil yang memiliki akses
komunikasi khususnya internet yang sangat terbatas, tetap saja ada
jalan bagi para remaja untuk bisa mendapatkan film-film tersebut.
Pada kenyataannya film-film tersebut dibawa oleh orang Miangas
yang bersekolah atau bekerja di luar pulau Miangas maupun dari para
pendatang dari proyek-proyek pemerintah seperti proyek-proyek
bandara dan proyek pembangunan talut pantai. Seorang remaja
Miangas mengungkapkan,
...Iya ada juga tu cowo-cowonya nonton film gituan, sampai-sampai di
sekolah cerita-cerita dari hp ke hp lain. sampai-sampai di kelas ada juga yang
niru gaya film gitu, digambar-gambar di belakang sekolah. Biasanya mereka
dapat dari hp ke hp teman, dari hp orang tua-tua gitu yang ada punya, ada
juga dari pendatang pekerja proyek-proyek kaya pekerja bandara dan talut
gitu... (Informan CL)

196

Karakteristik masyarakat Miangas yang welcome terhadap


pendatang tak jarang membuat kedekatan yang tersendiri bagi
hubungan antar personal masyarakat Miangas dan pendatang. Dari
kedekatan interaksi tersebut, biasanya para remaja mendapat filmfilm tersebut kemudian disebarluaskan dari handphone ke handphone
lainnya. Lebih lanjut informan CL mengungkapkan,
...Kan anak-anak sini suka membaur sama pendatang, ikut kerja bantubantu proyek biar dapat duit tambahan, biasanya disitu mereka akrab lalu
kirim-kirim film gituan lewat bluetooth... (Informan CL)

Remaja dan norma adat


Tak bisa dipungkiri, usia remaja memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi. Mereka cenderung untuk mencari tahu dan mencobacoba hal baru dari pengetahuan yang telah mereka dapatkan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, remaja Miangas biasanya diarahkan
untuk melakukan hal-hal yang positif. Selain kegiatan sekolah, ada
acara ibadah khusus bagi para remaja. Ibadah ini dimaksudkan agar
para remaja tidak melakukan pergaulan yang salah dan melenceng
dari ajaran agama. Sama seperti ibadah di masyarakat Miangas,
ibadah remaja juga rutin dilakukan setiap 1 minggu sekali. Menurut
Informan BL, salah seorang tokoh adat yang peneliti temui
mengatakan,
...Kegiatan remaja yang terorganisisr disini cuma ibadah remaja setiap
minggunya sama satunya ibadah pantai. dulunya pernah ada kegiatan karang
taruna, tapi karena pada masa orde baru itu diboncengi oleh kepentingan
politik (menyebut salah satu nama partai nasional di Indonesia) maka karang
taruna seolah-olah digunakan untuk kepentingan politik partai tertentu, jadi
karena itu sekarang karang taruna sudah nda dilakukan lagi... (Tokoh adat
Miangas)

Selain ibadah rutin, ada ibadah khusus lagi bagi remaja


Miangas yaitu ibadah pantai. Kegiatan ini rutin dilakukan minimal satu
kali dalam satu semester yang dilakukan ketika ada hari libur nasional
di setiap bulannya. Kegiatan ibadah pantai dilakukan seperti ibadah-

197

ibadah keagamaan lainnya yang biasa dilakukan di Miangas, bedanya


setelah melakukan prosesi keagamaan, para remaja kemudian bebas
bermain dan bersenang-senang di pantai. Hal ini dilakukan selain
untuk mengajak remaja Miangas untuk lebih bersemangat untuk
menghadiri ibadah, sekaligus sebagai kegiatan refresing dari kegiatan
sekolah.
...Ibadah pantai itu ka kegiatannya ya di pantai, biasanya di pantai perret
atau pantai merra. Acaranya mulai pagi sampai sekitar jam 3 siang, kita
disuruh bawa bekal makanan masing-masing, jadi bisa sambil sekalian piknik
di sana. Habis acara ibadah dari Bapa Pendeta, acaranya bebas, kita mandi
ombak54 di pantai, sekalian refresing kan... (Informan DS)

Gambar 3.4.
Salah satu kegiatan rutin remaja yang diatur oleh adat yaitu ibadah minggu
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Selain kegiatan keagamaan, ada juga kegiatan hiburan bagi


remaja. Acara hiburan ini sebenarnya tidak terbatas pada kalangan
remaja saja tapi seluruh kalangan masyarakat, mulai dari anak sekolah
dasar hingga para tua-tua adat. Biasanya acara tersebut dilakukan
54

Mandi ombak merupakan sebutan masyarakat Miangas untuk kegiatan mandimandi maupun berenang di sekitaran pantai, namun bukan untuk tujuan mencari
ikan maupun menyelam

198

ketika salah satu keluarga membuat acara syukuran besar-besaran.


Acara ini berlangsung mulai siang hingga malam hari dengan
mengundang sebagian besar masyarakat yang ada.
Salah satu acara syukuran besar yang didapati oleh peneliti
adalah acara ulang tahun seorang anak balita. Acara tersebut dibagi
menjadi 3 sesi. Sesi pertama acara ulang tahun yang dihadiri oleh
anak-anak Miangas. Sesi kedua adalah acara untuk orang tua, acara ini
biasanya diisi dengan acara makan-makan. Dan sesi ketiga adalah
acara hiburan untuk seluruh golongan masyarakat, mulai dari anakanak hinggga para lansia. Acara ini diisi dengan bernyanyi-nyanyi lagu
pop hingga ber-joget ria, dan tak lupa ada acara minum-minuman
keras cap tikus55. Mereka berdendang dan ber-joget hingga larut
malam. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat ketika
mengadakan sebuah acara besar. Akan terasa kurang jika mereka
tidak mengadakan acara hiburan-hiburan semacam ini.
Kegiatan remaja biasanya pergi ke sekolah mulai pukul 7 pagi
hingga pukul 14:00. Setelah itu, sebelum senja, para remaja
berkumpul bersama dengan teman-teman mereka. Tempat yang
sering menjadi tempat mereka berkumpul adalah sekitaran talut
pelabuhan wolo, lapangan voli serta lapangan sepak bola. Pelabuhan
wolo memang menjadi tempat terfavorit untuk berkumpulnya para
muda-mudi, selain sebagai tempat menunggu sunset, tempat mandi
ombak, tempat ini juga tempat yang ramai dikunjungi oleh orangorang dewasa lainnya yang menunggu para nelayan menangkap ikan,
sehingga tempat ini merupakan tempat yang ramai, pasalnya jika
remaja sedang ketahuan beduaan di tempat sunyi, maka remaja
tersebut akan mendapatkan eha56.

55

Salah satu nama minuman keras tradisional

56

Eha artinya adalah larangan, jika seseorang mendapat eha artinya seseorang itu
sudah melanggar peraturan adat, sehingga dikenakannya sangsi adat

199

Gambar 3.5.
Talut pinggir pantai tempat favorit para remaja menunggu senja
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Meskipun remaja Miangas mengetahui bahwa mereka dengan


remaja asli Miangas lainnya memiliki ikatan kekerabatan yang dekat
satu sama lainnya, tetapi untuk pergaulan sebaya, mereka cenderung
untuk membentuk geng-geng tertentu yang memiliki ikatan rasa
kebersamaan dan kenyamanan diantara mereka. Tak jarang terdapat
pertengkaran antar geng maupun antar anggota dalam geng itu
sendiri. Biasanya permasalahan yang paling sering muncul adalah
masalah percintaan remaja dan perebutan pacar.
Menurut seorang remaja sekolah menengah atas yang peneliti
temui, mencari pacar yang ideal cenderung sulit di Miangas. Ideal
yang dimaksud adalah pasangan yang disukai dan diharapakan akan
sampai ke jenjang pernikahan serta disetujui oleh adat57. Lebih
jelasnya Informan CL mengungkapkan,

57

Hal ini berkaitan dengan ketentuan adat di Miangas yang mengatur bahwa untuk
sepasang muda-mudi harus melihat silsilah kekerabatan minimal tiga turunan ke
atas sebelum menikah.

200

...Iya ka disini kalo cari pacar sesama orang Miangas susah, kan disini
semuanya berkeluarga. Soalnya kan susah juga nanti kalau udah terlanjur
sayang pas mau nikah tahu-tahunya nda boleh sama tua-tua adat karena
kerabat dekat, kan sakit juga harus pisah cuma karena silsilah keluarga.
Makanya muda-muda disini cari pacarnya sering sama orang luar Miangas,
orang Tahuna, orang Karatung, atau pendatang. Makanya kadang ribut juga
masalah pacar bukan hanya antar geng satu dengan geng yang lain, sesama
anggota pun kadang bertengkar, masalahnya biasanya rebutan pacar...
(Informan CL)

Namun, selama yang peneliti amati, belum ditemukan


perkelahian remaja yang mengakibatkan keanarkisan atau bully
seperti kenakalan remaja di kota-kota besar. Menurut informasi yang
peneliti dapatkan dari beberapa remaja dan tokoh adat di Miangas,
jenis kenakalan yang sering dilakukan oleh remaja disini seperti
merokok, minum-minuman keras khususnya cap tikus, mencuri,
mengakses pornografi, hingga melakukan hubungan seksual di luar
pernikahan. Lebih jelasnya seorang remaja Miangas mengatakan,
...Itu kan umuran remaja pratama itu musimnya pancaroba gitu, ingin
tahunya tinggi maunya coba-coba ini itu. Ada juga anak-anak yang kecil udah
mulai belajar merokok, anak SMP kelas 1 udah belajar minum-minum cap
tikus. Ada itu cerita kalau remaja laki-laki pada ngumpul, terus mereka
urungan uang terus dibeliin cap tikus gitu lalu di minum bersama-sama...
(Informan CL)

Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh remaja sekolah


menengah atas lainnya mengenai kenakalan remaja yang diamati
informan selama di sekolah, lebih lanjut informan AM
mengungkapkan,
...Di situ (menyebut nama sebuah rumah di perkampungan Miangas)
tempat baku minuman keras gitu. Malam-malam itu ada anak-anak laki-laki
umuran remaja gitu pada ngumpul-ngumpul, kerjaannya minum-minum
sama merokok, mereka beli minumannya kumpul uang sama-sama lalu
diminumnya juga diminum sama-sama. Ada juga pernah kejadian hamil di
luar nikah, ada itu kaka XY masih kelas 1 SMK, sudah hamil di luar nikah,

201

mereka dihukum, baku sama-sama bikin makan-makan gitu dang ngundang


petua-petua adat... (Informan AM)

Pernyataan-pernyataan informan remaja tersebut memang


diakui adanya oleh salah seorang tokoh adat Miangas, meskipun
dalam praktiknya kenakalan remaja tersebut terjadi secara sembunyisembunyi. Terkait hal tersebut tokoh adat Miangas tersebut
mengungkapkan,
...kalau disini yang udah diperbolehkan minum-minum itu bagi sudah
dewasa. itu ada juga (kebiasaan minum-minum) yang menjalar ke anak-anak,
itu karna lingkungannya, dampak teman. Tapi selama ini opa masih belum
melihat anak-anak sini yang meroko sama minum-minum, tapi bisa saja
mereka melakukannya secara diam-diam. Tu kan seusian SMP dorang ingin
tahu, SMA sudah mulai coba-coba... (Tokoh Adat Miangas)

Interaksi remaja secara garis besar tidak terlihat seperti


dikekang ataupun terlalu dibebaskan. Hal ini terlihat dari tidak adanya
larang bergaulnya antara remaja laki-laki dan perempuan. Remaja
bebas bermain atau berkumpul bersama remaja lainnya di desa.
Namun, bukan berarti kebebasan ini tanpa batas. Adat Miangas
mengatur bahwa batas jam bertamu untuk remaja laki-laki dan
perempuan adalah jam 10 malam, lebih dari itu akan dikenakan denda
adat. Selain itu, remaja laki-laki dan perempuan juga dilarang berduaduaan di tempat yang sepi. Apabila tertangkap basah oleh salah
seorang petua adat, maka mereka berdua akan dikenakan sanksi adat
meskipun tidak melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Seorang
remaja Miangas mengungkapkan,
...Kalau disini adatnya masih kuat, kalau lewat jam 10 malam ga boleh
duduk berduaan cewe sama cowo. Nanti kalau ketangkep sama tetua-tetua
disuruh keliling kampung sambil pukul tambor sambil teriak-teriak jangan
ikuti kaya saya nanti begini-begini... sampai selesai itu jalan mulai di tengah
sampai samping-samping. Ga boleh berjalan berduaan di tempat yang sunyisunyi, apalagi kalau jalan berdua ke pantai. Kalo buat kesalahan hukumannya

202

suruh bikin makan-makan undang tetua-tetua istilahnya tu malatata58, yang


diundang tetua 12 kepala suku adat dan mangkubumi... (Informan CL)

Hal serupa juga diungkapkan oleh remaja lainnya yang


menyatakan bahwa hubungan gelap antara perempuan dan laki-laki di
tempat yang sunyi itu dilarang dan sudah termasuk pelanggaran
norma adat. Informan AM mengatakan,
...Umpamanya ni kaka sama pacar kaka berduaan di tempat gelap-gelap
gitu, terus kedapatan ditangkap sama tetua adat langsung dipanggil itu,
mereka nantinya disuruh berjalan di tengah-tengah jalan sambil teriak-teriak
pake tambor gitu, jangan ikut-ikut kaya kami, karna saya sudah pacaran
dengan cowo ini.. bla..bla..bla... (Informan AM)

Hal tersebut dibenarkan adanya oleh salah seorang tokoh adat


Miangas. Tokoh adat tersebut menyebut perilaku itu dengan istilah
hubungan gelap59. Hubungan gelap sendiri sebenarnya tidak terbatas
pada perempuan dan lelaki bujangan, tetapi bisa saja dengan
perempuan atau lelaki yang sudah menikah. Untuk sanksinya berbeda,
tergantung dari status pernikahan orang yang melanggar. Lebih lanjut
tokoh adat tersebut menjelaskan,
...Hukum adat disini kalau ketahuan hubungan gelap itu didenda adat. Kalau
bujang sama bujang itu harus bikin acara makan lalu didoakan agar mereka
punya diri tidak akan berkelanjutan (perbuatan yang melanggar norma
adat), didoakan mereka jadi pasangan yang baik melalui perkawinan sah.
Sedangkan ada yang sudah berumah tangga selain bikin acara makan,
mereka harus berkeliling kampung dengan pukul tambor dan juga bayar
denda, memasakan makanan dan mendoakan mereka berdua. Kalo sama58

Malatata merupakan sebuah ritual yang bentuknya seperti perjamuan yang


dipimpin oleh tetua adat. Acara ini dimaksudkan agar bentuk-bentuk pelanggaran
yang telah terjadi tidak menimbulkan dampak buruk pada penduduk desa dan
keluarga dari si pelanggar tadi. Isi dari acara ini adalah mengadakan sejenis jamuan
yang harus menyediakan makanan tertentu yang disesuaikan dengan pelanggaran
dan ekonomi dari si pelanggar, sehingga masyarakat lebih sering menyebut dengan
sebutan acara makan-makan
59
Interaksi antara seorang laki-laki dan perempuan diluar pernikahan yang
dianggap melanggar norma pergaulan dalam peraturan adat

203

sama berumah tangga berkeliling kampung teriak pake tambor juga mereka
teriak baku jangan ikuti kita, nanti kaya kita.. bla..bla..bla.. (Tokoh Adat
Miangas)

3.2.1.2 Kehamilan yang Tidak Diinginkan


Norma adat di Miangas dapat dikatakan masih kental untuk
mengatur hubungan interaksi antara perempuan dan lelaki baik yang
berstatus bujangan maupun yang telah menikah. Meskipun demikian,
bukan berarti hal-hal yang melanggar adat tidak terjadi di Miangas.
Salah satunya adalah kejadian kehamilan di luar pernikahan maupun
kehamilan yang tidak diinginkan.
Menurut informasi yang peneliti dapatkan dari masyarakat,
bahwa pernah terjadi beberapa kejadian kehamilan di luar
pernikahan. Kejadian kehamilan di luar pernikahan di Miangas,
dipercaya akan berdampak pada aspek sosial di masyarakat dan juga
dapat menyebabkan bencana alam maupun krisis ekonomi bagi
masyarakat Miangas. Khususnya terjadi pada kejadian kehamilan di
luar pernikahan yang belum diadakan acara doa-doa oleh tua-tua
adat. Seorang warga Miangas mengungkapakan,
...Kan ada kepercayaan disini, kalau orang-orang mau mengail ikan tapi nda
dapat-dapat padahal di musim biasa, berarti itu tandanya ada sesuatu yang
diluar kebiasaan, biasanya ada yang melanggar adat gitu, kaya hamil di luar
nikah. Makanya biasa klo ada kejadian di luar kebiasaan begitu langsung
tetua-tetua adat ngumpul dan membahas masalah apa yang terjadi di
Miangas... (Informan CL)

Hal serupa juga diungkapkan oleh masyarakat Miangas lainnya.


Menurut informan NN terjadinya kehamilan di luar pernikahan dapat
mengakibatkan terjadinya bencana alam seperti badai, petir, dan
gelombang besar di Miangas. Lebih lanjut informan NN mengatakan,
...Disini ada kepercayaan kalau ada hujan badai, petir, gelombang besar di
luar musim, berarti itu pertanda ada yang hamil di luar nikah. Bencana itu
nda berhenti sebelum pelakunya ditemukan dan didoakan dalam acara
makan-makan oleh tetua-tetua disini... (Informan NN)

204

Kehamilan tidak diinginkan dan tradisi mangelo


Ada satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Miangas
untuk mengetahui pelaku dibalik terjadinya kejanggalan alam yang
diakibatakan oleh perilaku kehamilan di luar pernikahan, yaitu dengan
mengadakan sebuah tradisi yang bernama mangelo. Mangelo
merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk memeriksa para
wanita yang berpotensi untuk terjadinya kehamilan di luar pernikahan
seperti para remaja dan para janda. Pemeriksaan mangelo hanya
terbatas pada remaja dan janda, karena para remaja dan janda
tentunya tidak memiliki suami, sehingga jika memang terbukti remaja
dan janda sedang hamil pada pemeriksaan mangelo maka sudah bisa
dipastikan bahwa kehamilan tersebut terjadi diluar pernikahan.
Mangelo sendiri tidak hanya dilakukan ketika terjadinya
kejanggalan-kejanggalan alam di Miangas, tetapi juga ketika tersebar
berita burung bahwa terdapat remaja atau janda yang sedang hamil.
Bahkan, menurut seorang tokoh adat di Miangas mengatakan bahwa
dahulu pemeriksaan mangelo dilakukan rutin setiap 3 bulan sekali.
Informan MBS yang merupakan salah seorang pemangku adat di
Miangas mengatakan,
...Mangelo itu dulunya memang dilakukan rutin, biasanya setahun itu ada
sampai 4 kali. Jadinya kalau ada yang hamil di luar nikah begitu biasanya
ketahuan, jadi nda sempat dia mau menggugurkan kehamilannya. Tapi
sekarang memang dilakukan apabila ada isu yang hamil di luar nikah atau
ada yang nda biasa terjadi di Miangas... (Tokoh adat Miangas)

Pemeriksaan mangelo ini dilakukan oleh mama biang60. Mama


biang yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan mangelo tidak
terbatas pada mama biang yang diangkat oleh desa, tetapi juga mama
biang lainnya yang tidak diangkat oleh desa61. Pemeriksaan mangelo
60

Mama biang merupakan sebutan untuk bidan kampung di Miangas

61

Di Miangas sendiri ada 2 jenis mama biang, yaitu mama biang yang diangkat oleh
desa dan mama biang yang tidak. Perbedaan kedua mama biang ini selanjutnya
akan dibahas lebih mendalam pada Sub Bab persalinan

205

ini diawali dengan pengumuman oleh tokoh desa untuk


mengumpulkan semua remaja dan janda yang ada di Miangas untuk
dilakukan pemeriksaan mangelo. Pemeriksaan mangelo biasanya
dilakukan di rumah salah seorang petua adat maupun rumah mama
biang. Setelah para remaja dan janda berkumpul, maka mama biang
mulai meraba dan memijat perut si perempuan. Melalui pijatan
tersebut lah mama biang dapat memastikan bahwa si perempuan
yang diperiksanya sedang hamil atau tidak. Ketika mama biang telah
menemukan ada yang sedang hamil, maka berita itu pun disebarkan di
seluruh kampung sehingga setiap orang mengetahui bahwa si
perempuan yang diperiksanya tersebut sedang hamil.
Setelah si perempuan dinyatakan telah melakukan kehamilan
di luar pernikahan maka si perempuan tadi disuruh mengakui siapa
yang telah menghamilinya. Setelah semuanya jelas antara perempuan
dan pasangannya, si perempuan dan lelaki tadi mendapatkan sanksi
adat. Sanksi adat yang diberikan tergantung pada status pernikahan
dari pasangan yang melakukan kehamilan ini. Apabila pasangan
tersebut berstatus masih bujangan maka sanksi yang dikenakan hanya
ritual malatata atau acara perjamuan dan doa yang dipimpin oleh
tetua adat. Tetapi jika yang melakukan berstatus sudah menikah maka
selain mengadakan ritual malatata, mereka juga harus membayar
denda dan berkeliling kampung dengan memukul tambor. Hal
tersebut dilakukan sebagai sanksi moral di masyarakat serta sebagai
penjagaan masyarakat terhadap si calon janin agar tidak digugurkan
oleh pihak keluarga meskipun sudah terlanjur malu. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh seorang tokoh adat,
...Hukum adat disini kalo ketahuan hubungan gelap itu didenda adat. Kalo
bujang sama bujang itu harus bikin acara makan-makan. Sedangkan ada
yang sudah berumah tangga selain bikin acara makan, mereka harus
berkeliling kampung dengan pukul tambor dan juga bayar denda. Dibikin
begitu biar mereka nda bikin gugur ade bayi, klo menggugurkan ade bayi itu

206

disini nda boleh, itu sama dosa membunuh orang juga... (Tokoh Adat
Miangas)

Selama penelitian ini berlangsung, setidaknya dari informasi


yang peneliti dapatkan dari masyarakat, ada 3 kasus yang
berhubungan dengan kehamilan di luar pernikahan. Kehamilan di luar
pernikahan yang ditemukan oleh peneliti mayoritas terjadi pada
remaja di bawah 20 tahun, dan bahkan ada yang berujung pada
kematian ibu dan bayi. Cerita tentang kasus-kasus ini peneliti
dapatkan dari informasi seorang Informan HM62 yang merupakan
keluarga terdekat korban yang bisa peneliti temui di lapangan.
Kasus MM (Seorang remaja kelas 3 SMP)
Berdasarkan cerita dari Informan HM
Sebut saja MM, seorang gadis remaja kelas 3 SMP yang sedang
menghadapi Ujian Nasional tingkat SMP. Sekilas tak nampak ada yang
berbeda dari kegiatan sehari-hari MM yang menjurus pada perbuatan
yang melanggar norma. Seperti remaja lainnya, MM juga memiliki
kekasih yang juga sama-sama seumuran dengan dirinya. Sang kekasih
merupakan orang pendatang dari luar pulau Miangas dan sudah
menetap beberapa tahun disini.
Hari demi hari, sang ibu MM merasa ada yang berbeda dengan kondisi
fisik MM sekarang ini. Badannya yang gempal kini semakin lama
semakin membuncit, sang ibu pun kemudian menaruh curiga janganjangan telah terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada puteri
sulungnya. Puncaknya, ketika masa Ujian Nasional tingkat SMP
berakhir, terungkaplah bahwa di MM sedang hamil. Sontak sang ibu
marah besar kepada si MM. Tapi apalah daya nasi sudah menjadi
bubur, nasib yang menimpa keluarga MM tak dapat dihindari lagi. Tak
bisa dipungkiri kabar tentang kehamilan MM pun mulai menyebar
62

Informan HM merupakan nenek dari si MM sekaligus Ibu dari si MA dan si RM

207

begitu cepatnya hingga terdengan pada para petua adat. Kemudian


untuk memastikan kebenarannya, para petua pun memanggil mama
biang untuk mengadakan pemeriksaan mangelo.
Pemeriksaan mangelo pun dilakukan, bedanya kali ini pemeriksaan
tidak diumumkan secara masal, terbatas pada beberapa orang saja,
termasuk si MM. Berdasarkan pemeriksaan mangelo yang dilakukan
oleh mama biang, ternyata si MM positif telah hamil 3 bulan. Si MM
pun disuruh jujur untuk menceritakan siapa ayah dari janin yang telah
dikandungnya. Dari pengakuan MM bahwa ayah dari bayi yang
dikandungnya merupakan pacarnya sekarang. Alhasil, mereka pun
mendapat denda adat yaitu dengan mengadakan acara perjamuan
yang mengundang para tetua untuk mendoakan mereka agar kejadian
seperti ini tidak menular pada masyarakat yang lain dan bayi yang
akan dilahirkan tidak bernasib buruk.
Kasus kedua adalah kasus remaja yang merantau di Manado.
Sebut saja MA, seorang gadis yang ingin merantau ke Bitung mencari
pekerjaan di sana. Namun, beberapa bulan kemudian, MA pun
kembali ke Miangas yang tengah berbadan dua. Dia mengaku bahwa
dia hamil dengan pacarnya di Bitung.
Kasus MA (Seorang gadis di perantauan)
Berdasarkan cerita dari Informan HM
Sebut saja MA, seorang gadis yang baru saja lulus dari bangku Sekolah
Menengah Kejuruan di Miangas. Berawal dari keinginan MA untuk
mencari peruntungan di luar Miangas, gadis ini pun kemudian nekat
merantau untuk mencari pekerjaan di Pelabuhan Bitung, Sulawesi
Utara. Dengan berbekal ijazah serta kemampuan skill yang ada, MA
pun bertahan hidup di perantauan.
Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba saja MA kembali pulang ke
Miangas. Sang ibu pada awalnya tak menaruh kecurigaan akan

208

kedatangan si MA kembali ke Miangas. Namun, setelah beberapa


lama si MA kembali, dia kemudian mengaku bahwa dirinya sedang
hamil, hasil dari hubungannya dengan sang pacar di Bitung.
Sang ibu pun hanya bisa memendam pedih, meskipun begitu apalah
daya, marah dan memaki kepada MA yang telah mencoreng nama
keluarga pun tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Sang ibu
hanya bisa berpasrah kepada Tuhan atas bencana yang sedang
menimpa keluarganya sekarang. Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, maka diadakanlah acara perjamuan dan doa yang di
pimpim oleh tetua adat untuk mendoakan supaya keluarga MA serta
masyarakat desa Miangas khususnya terlepas dari pengaruh-pengaruh
negatif dari kejadian ini.
Setelah 9 bulan lamanya, sang janin pun terlahir menjadi seorang
anak laki-laki yang sehat. Dengan keadaan sang ibu tanpa suami dan
tanpa pekerjaan yang tetap, sang bayi pun kini diberikan63 kepada
salah seorang saudara MA yang belum memiliki anak laki-laki,
sehingga sekarang sang bayi pun menjadi anak dari saudara MA.
Kasus ketiga, kasus remaja Miangas yang putus sekolah sejak
kelas 2 SD. Ketika lahir memiliki kelainan yang akhirnya membuatnya
putus sekolah di bangku SD. Ketika remaja dia terjerat dalam
pergaulan yang salah sehingga dia mengalami kehamilan di luar
pernikahan dengan salah satu penduduk Miangas.

63

diberikan sebutan masyarakat Miangas untuk menyebut bayi dari keluarga A


diberikan (diadopsi) oleh keluarga B, dimana keluarga B merupakan keluarga dekat
si keluarga A. Sehingga sang bayi statusnya kini menjadi anak dan mewarisi marga
dari keluarga B

209

Kasus RM (Seorang remaja yang putus sekolah)


Berdasarkan cerita dari Informan HM
Sebut saja RM, seorang gadis yang putus sekolah sejak di Bangku SD.
Ketika RM lahir, ada beberapa hal yang janggal dengannya. Tidak
seperti bayi kebanyakan, ketika lahir RM mengalami kelaianan dengan
keluarnya darah dari lubang-lubang di tubuhnya. Pada saat itu,
fasilitas kesehatan sangat minim adanya, sang ibu pun hanya di bantu
oleh mama biang yang ada di Miangas, sehingga tak ada upaya-upaya
tertentu untuk menangani si RM.
Tak hanya sampai disitu, kelainan pun terjadi ketika RM berumur
beberapa bulan. Ketika itu RM mengidap penyakit mata tinggi64,
syukurnya RM berhasil diselamatkan meskipun dengan upaya
seadanya. Akibat dari penyakit tersebut RM mengalami kelainan pada
matanya, matanya sekarang menjadi rabun. Kelainan dari mata RM
tersebut ternyata berpengaruh terhadap kegiatannya di sekolah. Di
sekolah dia mengaku sulit untuk membaca dan terkadang mendapat
ejekan dari teman-teman sebayanya. Sang guru pun menyarankan
kepada keluarga RM untuk berhenti sekolah. Saran tersebut pun
dilakukan oleh keluarga RM, sehingga RM putus sekolah sejak di
bangku kelas 2 SD.
Waktu pun berlalu, kini RM tumbuh menjadi seorang gadis remaja
yang mungil65. Seperti gadis normal lainnya, RM pun memiliki rasa
ketertarikan kepada lawan jenis di desanya. Interaksi keduanya pun
tak dapat dihindarkan, naasnya RM terjerat pergaulan yang salah
hingga menyebabkan RM mengalami kehamilan di luar pernikahan.
Nasi telah menjadi bubur, sang pacar menolak untuk menikahi RM.
RM pun sekarang tengah menanggung beban dan aib ini, syukurnya
64

Mata tinggi merupakan penyakit kejang-kejang yang menyerang bayi dan balita

65

Menurut informasi yang peneliti dapatkan, informan mendiskripsikan proporsi


tubuh RM dengan tinggi kurang dari 150 cm dan berat badan sekitar 45 Kg

210

sang ibu dan keluarga terus mendukung RM untuk mempertahankan


kandungannya meski tanpa suami.
Ketika kehamilan, RM pernah dibawa keluarganya untuk
memeriksakan kandungan di rumah sakit di Ibukota. Sang dokter
kemudian menyarankan kepada RM dan keluarga agar nantinya ketika
melahirkan harus di Rumah Sakit Ibukota. Meskipun demikian, saran
dokter tersebut ternyata tidak ditanggapi oleh RM. RM lebih memilih
untuk tetap bertahan dan melahirkan di Miangas. Sang keluarga pun
telah membujuk si RM agar menuruti saran sang dokter, tetapi RM
masih berkuatat pada keyakinannya untuk melahirkan di Miangas.
Bulan demi bulan pun berlalu, sang janin kini telah mencapai harinya
untuk terlahir di dunia. RM pun merasa bahwa perutnya semakin
sakit, RM pun kemudian menceritakan hal tersebut kepada ibunya.
Lantas, ibu RM pun memanggil mama biang dan seorang perawat
senior di Miangas. Ketuban pun pecah, tetapi sang bayi tak kunjung
bisa keluar, ternyata RM mengalami kesulitan dalam mengejan. Segala
macam upaya pun dilakukan agar RM kuat untuk mengejan, mulai dari
ramuan-ramuan tradisional sampai memanggil semua mama biang
yang ada di Miangas, tetapi semua itu tidak berhasil. Akhirnya tak ada
pilihan lain, RM harus segera dirujuk ke Rumah Sakit, keluarga RM pun
terpaksa menjual sebagian besar kebun mereka untuk membiayai
perujukan RM nanti di Ibukota. Meskipun demikian, sayangnya
perujukan tak bisa segera dilakukan, setidaknya perujukan ini harus
menunggu kapal yang berlabuh.
Puncaknya sudah 6 hari menunggu, keluarga pun sudah memastikan
bahwa besok akan ada sebuah kapal yang berlabuh di Miangas
menuju ibukota. Namun, setelah 6 hari berjuang meregang nyawa
bersama bayinya, RM pun dengan usaha terakhirnya berhasil
mengeluarkan sang bayi dari dalam rahimnya. Seorang bayi laki-laki
dengan berat 4 Kg pun lahir dalam keadaan meninggal di dalam perut
RM. Tak lama kemudian RM langsung mengalami kejang-kejang
sehingga akhirnya menghantarkan RM kepada kematian.

211

Tak bisa dipungkiri, kehamilan di luar pernikahan terkadang


akan berujung pada usaha pengguguran janin. Menurut informasi
yang peneliti dapatkan dari masyarakat, ada beberapa kasus upaya
pengguguran yang dilakukan yang berujung pada kecacatan anak
hingga meninggalnya sang ibu dan anak. Alasan pengguguran
kandungan pun beragam, ada yang karena malu dan ada yang karena
alasan himpitan ekonomi. Peneliti pun berusaha untuk menggali lebih
dalam kasus-kasus yang telah disebutkan oleh beberapa masyarakat,
tetapi dikarenakan hal ini sangat sensitif maka informan kunci pun
terkesan menutup-nutupi hal tersebut. Dalam hal ini informan MP
yang juga berprofesi sebagai dukun pengobatan tradisional
mengungkapkan,
...Cucu mau tau itu kenapa ada ade bayi lahirnya cacat begitu? Itu karena
waktu ade bayinya masih di perut ibu, papa sama mamanya itu niat jahat
mau gugurkan itu ade bayi, alasannya ada memang ibunya masih sekolah,
ada juga itu karena nda mau punya anak lagi. Jadi cacat begitu karena itu
perut ibu dipijit-pijit jahat, tapi karena kandungannya kuat jadi ade bayi nda
gugur tapi malah lahirnya cacat. Itu yang pijit bisa sembarang orang, opa
juga bisa kasih pijit jahat gitu , tapi opanya nda mau itu, itu sama saja
dengan membunuh. Kalau menggugurkan bayi itu disini dosa. Tapi ya ada
juga manusia yang mau berbuat begitu asalkan dikasih doi... (Dukun
pengobatan tradisional)

Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) memang tidak


selamanya berawal dari kehamilan di luar pernikahan. Ada sebuah
kasus KTD yang terjadi pada pasangan yang sudah menikah. KTD
tersebut berakhir dengan kematian sang ibu dan juga anak, sebut saja
kasus MM. Peneliti berusaha menemukan informasi dari keluarga
terdekat korban, tetapi semua keluarga inti korban tidak lagi tinggal di
Miangas, maka peneliti pun mencari tahu dari informasi orang
terdekat korban yang kemudian peneliti triangulasikan dengan
informasi yang beredar pada masyarakat.

212

Kasus MS (Pasutri yang tidak menginginkan anak)


Berdasarkan cerita dari Informan NN
Kasus MS berawal dari ketika MS merasakan ada yang janggal dengan
keadaan dirinya, perutnya kini semakin membesar, haidnya pun kini
tak lagi lancar. Dia pun kemudian memberanikan diri untuk
memeriksakan diri, sontak apa yang ia duga pun terjadi, dia kini
tengah mengandung sekitar 5 bulan. Dia pun menceritakan perihal
kehamilannya kepada sang suami. Namun sayang, sang suami pun
marah besar, karena kehamilan ini tidak direncanakan sebelumnya.
Mereka telah memiliki 2 orang anak, dan itu sudah cukup membuat
mereka bekerja keras untuk membesarkannya, apalagi jika ditambah 1
lagi?.
Sang suami yang memang memiliki tabiat yang suka meminum
minuman keras, membuat pertengkaran pun tak terhindarkan.
Puncaknya, pada kesesokan harinya MS pergi ke puskesmas untuk
meminta obat kepada dokter. Dokter pun bertanya kepada MS sedang
sakit apa, tetapi sang ibu tak jelas menyebutkan sakit apa yang sedang
dia alami, yang penting obat apapun itu dia meminta kepada sang
dokter. MS pun terus mendesak dokter untuk memberikan obat
kepada dirinya, dokter pun akhirnya memberi obat sakit kepala
kepada sang ibu, sebelumnya dokter telah mewanti-wanti MS agar
tidak sembarangan meminum obat mengingat kondisinya yang sedang
mengandung. Sore harinya, desa Miangas pun geger, ternyata MS
ditemukan tewas menggenaskan dengan mulut yang penuh busa di
rumahnya. Terlihat sebotol cap tikus yang telah bercampur dengan
obat di sampingnya. Diduga kuat sang ibu telah mencampur obat yang
diberikan dokter tadi dengan cap tikus hingga dia berniat untuk
menggugurkan kandungannya. Namun, naasnya bukan hanya si
cabang bayi yang meninggal, MS pun bernasib menggenaskan seperti
cabang bayi yang dikandungnya.

213

3.2.1.3 Pasangan usia subur belum mempunyai anak


Berdasarkan penelusuran peneliti kepada beberapa pasangan
yang telah menikah, ketika sepasang kekasih memutuskan untuk
menikah maka biasanya mereka memutuskan untuk segera memiliki
anak. Meskipun demikian, tidak ada keharusan atau aturan yang
mengatur agar pasangan yang baru menikah harus segera atau
menunda memiliki anak. Bagi masyarakat Miangas, anak laki-laki
mapupun anak perempuan memiliki nilai yang sama yaitu sebagi
pemberian Tuhan yang harus disyukuri.
Ada 3 pola perencanaan jumlah anak yang peneliti temukan di
lapangan. Pertama pola tahun 70an ke bawah, pola tahun 90an, dan
pola tahun 2000an sampai sekarang. Pola tahun 70an biasanya tidak
membatasi jumlah anak, bahkan orang tua yang hidup di masa tahun
70an memiliki anak sampai 13 orang. Pola tahun 90an sudah mulai
membatasi jumlah anak mereka 3-5 orang disebabkan mereka sudah
mengenal KB. Pola terakhir yaitu pola pasangan tahun 2000an.
Biasanya pasangan yang menikah pada era tahun 2000an, mereka
sudah merencanakan anak dengan teratur dengan menjaga jarak
kehamilan dengan menggunakan KB. Biasanya jumlah anak yang
mereka miliki 1-3 orang. Setelah itu mereka memilih untuk tidak
memiliki anak lagi. Hal tersebut dikemukakan oleh seorang Informan
NP yang berprofesi sebagai guru,
....Kalau orang disini, itu dulu-dulu zamannya oma-oma itu nda ada KB, jadi
anaknya so banyak diatas 5 itu, ada yang sampai punya anak 13 orang, tapi
banyak juga yang meninggal anaknya waktu masih kecil. Klo umuran yang
kaya mama ini biasanya punya anak 3-5, sekarang kan sudah ada KB itu.
Kalau sekarang udah bikin keluarga berencana, rencana anak 1-2 orang,
paling banyak 3 orang... (Informan NP)

Meskipun mayoritas pasangan yang menikah ingin segera


memiliki anak, bukan berarti tak ada pasangan yang belum dikaruniai

214

anak. Salah satu pemahaman masyarakat Miangas yang cenderung


agamis adalah jika sebuah keluarga belum dikaruniai anak itu artinya
Tuhan belum mau memberikan anak. Mereka cenderung menunggu
agar Tuhan mengaruniai mereka anak dengan berdoa. Meskipun
demikian, bukan berarti masyarakat tidak mengait-ngaitkan penyebab
terjadinya ketidak-suburan pasangan yang menikah dengan kekuatan
dan pengaruh-pengaruh supranatural.
Berdasarkan informasi yang peneliti kumpulkan, ada dua jenis
penyebab seseorang tidak memiliki keturunan disamping faktor
pemberian Tuhan. Pertama dikarenakan pasangan tersebut salah
satunya merupakan peminum alkohol, sehingga berpengaruh kepada
kesuburan. Kedua, disebabkan oleh penyakit yang bernama urat naga
yang dapat menyebabkan keguguran maupan kematian anak yang
dilahirkan.
Menurut seorang informan yang berprofesi sebagai dukun
pengobatan tradisional di Miangas, mengatakan bahwa cap tikus
dapat mempengaruhi kesuburan lelaki. Lebih lanjut informan MP
mengatakan,
...Itu orang nda bisa punya anak itu kenapa? Karena dia itu peminum,
pemabok. Itu cap tikus barang panas, kalau diminum setiap hari itu bikin
punya laki-laki itu nda subur, itu kan ibaratnya mau bercocok tanam, kalau
bibitnya nda bagus nda bisa jadi anak. Itu ada contohnya, ada suami yang
kerjanya mabok, sampai sekarang belum dapat anak, lalu si istri minta cerai,
si istri kawin sama laki-laki lain, nda lama si istri itu hamil sama suami yang
baru, ya wajar suami yang baru kan itu subur daripada suami yang pemabuk
itu... (Dukun pengobatan tradisional)

Selain hal tersebut, seorang informan juga menambahkan


bahwa penyebab dari tidak dikaruniainya keturunan adalah
disebabakan oleh penyakit urat naga. Jika seseorang mengidap
penyakit ini, maka dia tidak bisa mendapatkan keturunan, keguguran,
atau si bayi meninggal saat masih kecil. Selain itu, penyakit ini tidak

215

hanya terbatas pada tidak bisanya mendapatkan keturunan sama


sekali, tetapi dipercaya juga dapat mempengaruhi perolehan anak
laki-laki maupun perempuan dalam sebuah keluarga.
Salah seorang informan mengakui bahwa dirinya tidak bisa
mendapatkan anak perempuan. Sudah 2 kali informan ini
mengandung anak perempuan, tetapi semua anak perempuan
tersebut tidak dapat bertahan lama, ada yang keguguran ada juga
yang meninggal ketika berumur beberapa bulan. Menurut informan
ketika bertanya dengan seorang mama biang dari Blude, penyebabnya
adalah penyakit urat naga yang sedang diderita oleh informan ini.
...Kaka itu kalau istilah orang disini itu nda bisa pelihara itu anak
perempuan, kalau punya anak pasti nda bisa anak perempuan, musti dia lakilaki. Pernah sudah kaka mengandung 2 anak perempuan, tapi dua-duanya
nda bertahan lama. Satu dia mati di dalam perut, yang kedua dia meninggal
waktu umur 9 bulan. Kaka ada tanya sama mama biang di Blude, katanya itu
karena urat naga yang kaka punya. Penyakit urat naga ini dia yang bisa bikin
itu ade dalam kandungan itu meninggal waktu dalam perut, terus karena
pengaruh urat naga ini juga bikin itu jahat air susu kaka jadinya ade kena
diare, terus di meninggal karena kehabisan cairan... (Informan TL)

Hal serupa juga peneliti dapatkan dari seorang informan mama


biang dari daerah Blude. Mama biang tersebut mengakui bahwa apa
yang sedang diderita oleh informan TL merupakan penyakit anak
perempuan66 yang disebabkan oleh urat naga yang sedang diderita
oleh informan TL.
...urat naga itu kaya urat-urat biru talingkar-lingkar dang, dia bisa di kaki, di
perut, bisa juga di totok ibu. Penyakit itu bisa bikin jahat totok67 ibu.
Umpanya itu dang ada ade itu batotok (menyusu) itu ada dp pengaruh sama
air susu ibu. Ada kalanya biar itu ada dp kuah (ASI) tapi adenya nda mau isap
itu totok, itu karena pengaruh dp penyakit urat naga. Itu kalau dia punya
penyakit anak perempuan macam itu TL punya, kalau dia melahirkan anak
66

Penyakit ini maksudnya adalah seorang ibu tidak bisa melahirkan atau mengasuh
anak perempuannya sendiri, sehingga disebut penyakit anak perempuan
67

Payudara ibu

216

perempuan itu musti nda boleh beri itu totok sebelum dp urat naga diobati,
kalau nda itu totok bisa bikin jahat itu ade bayi. Kalau ade bayi laki-laki nya
nda papa, kecuali anak perempuan. Itu penyebab urat naga itu karena dp
urat telingkar dang, itu penyebabnya orang nda bisa punya anak laki-laki
atau perempuan kaya itu dp TL punya... (Mama biang Blude)

Gambar 3.6.
Penyakit urat naga yang diderita informan TL
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Ketika sepasang suami istri belum dikarunia anak, maka


biasanya mereka akan menempuh beberapa cara agar bisa
mendapatkan keturunan. Ada 3 cara yang dilakukan masyarakat
Miangas untuk memiliki keturunan. Pertama dengan berdoa saja,
kedua dengan ramuan tradisional KB makatana68, dan yang terakhir
dengan pijat untuk menghilangkan penyakit urat naga. Terkait
ramuan makatana sendiri, seorang informan yang juga berprofesi
sebagai dukun makatana, memaparkan ramuan makatana yang dapat
berkhasiat menyuburkan pasangan yang belum dikaruniai anak. Lebih
lanjut informan menjelaskan,
...Itu opa punya ramuan makatana namanya KB makatana. Itu opa ambil
kulit kayu laut namanya parappa 3 lembar, besarnya 2 jari kaya gini
68

Ramuan makatana artinya ramuan tradisional yang terbuat dari akar-akar dan
atau daun-daun yang dipercaya masyarakat Miangas dapat mengobati penyakit

217

(menunjukan 2 jarinya yang berdakatan) diikat terus ditumbuk. Lalu


tambahkan cengkeh 1 loku sama beberapa butir rica jawa (merica) ditaruh di
dalam panci kecil, tambahkan air 1-2 gelas kaca itu lalu di rebus sampai dp
air sisa 1 gelas. Nanti itu ada 2 bagian, yang putih yang paling atas torang
bilang sini sabu, itu gunanya untuk mau punya anak. Kalau dp air bagian
bawah itu gunanya untuk memperpanjang jarak kehamilan. Minumnya 1
gelas itu untuk seharian, cukup sekali, jangan sering-sering... (Dukun
makatana)

Adapun terkait pijat untuk menghilangkan penyakit urat naga,


informan mama biang dari Blude menjelaskan,
...kalau mama yang tangani itu dp urat naga, itu harus dipijit, selain dipijit
itu ada dikasih dp obat, obat dari tanaman, daun, sama akar-akar. Tapi itu dp
obat sulit dicari, itu harus sering dipijit supaya urat naga-nya mati, jadi dia
nda muncul lagi. Baru setelah urat naga itu hilang, ibu bisa lagi hamil...
(Mama biang Blude)

3.2.1.4 Nilai anak dan pembatasan jumlah anak


Anak merupakan sebuah aset berharga di dalam keluarga. Di
Miangas, anak dipandang sebagai penerus keberlangsungan hidup dan
marga keluarga, terutama anak laki-laki. Anak laki-laki dipandang
sebagai penerus marga keluarga, semakin banyak anak laki-laki maka
semakin baik, artinya semakin terjaga marga keluarga. Tak heran, jika
ditemukan keluarga yang meskipun sudah memiliki beberapa anak
perempuan, tetapi belum lengkap rasanya apabila tidak memiliki anak
laki-laki di dalam keluarga. Mereka akan terus berusaha untuk
mendapatkan anak laki-laki. Hal ini diungkpkan Informan SV yang
berprofesi sebagai bidan kesehatan di Miangas,
...Disini semakin banyak anak laki-laki semakin baik, kan anak laki-laki yang

nerusin marga keluarga, kan kalau perempuan udah hilang marganya...


(Informan SV)

218

Meskipun demikian, dalam pengamatan peneliti tidak terlihat


adanya perlakuan yang mencolok yang membedakan antara
perlaukan anak perempuan dan anak laki-laki di Miangas. Apabila
sebuah keluarga tidak memiliki anak berjenis kelamin perempuan atau
laki-laki maka biasanya mereka akan mengangkat anak dari saudara
mereka untuk dijadikan anak mereka. Fenomena ini lazim terjadi di
Miangas dengan istilat memberi anak. Biasanya mereka mengadopsi
anak dari saudara terdekat mereka. Setelah di adopsi, maka anak
tersebut kemudian mewarisi marga dan statusnya berubah menjadi
anak dari keluarga yang mengadopsi anak tersebut.
Dalam hal pembatasan anak, mayoritas masyarakat Miangas
menggunakan KB jenis suntikan yang biasa didapatkan di fasilitas
kesehatan. Disamping itu, masyarakat Miangas juga memiliki cara
tersendiri yaitu dengan menggunakan KB makatana. Masih menurut
dukun makatana di Miangas, terdapat sebuah ramuan KB makatana
yang dapat digunakan sebagai pengatur jarak kehamilan. Lebih
jelasnya informan MP yang juga berperan sebagai dukun makatana
menuturkan,
...Itu opa punya ramuan makatana namanya KB makatana. Itu opa ambil
kulit kayu laut namanya parappa 3 lembar, besarnya 2 jari kaya gini
(menunjukan 2 jarinya yang berdakatan) diikat terus ditumbuk. Lalu
tambahkan cengkeh 1 loku sama ditambah beberapa butir rica jawa (merica)
ditaruh di dalam panci kecil, tambahkan air 1-2 gelas kaca itu lalu di rebus.
Sampai dp air sisa 1 gelas. Nanti itu ada 2 bagian, yang putih yang paling atas
torang bilang sini sabu, itu gunanya untuk mau punya anak. Kalau dp air
bagian bawah itu gunanya untuk memperpanjang jarak kehamilan.
Minumnya 1 gelas itu untuk seharian, cukup sekali, jangan sering-sering...
(Dukun makatana)

219

3.2.2 Hamil
3.2.2.1 Upacara pada masa kehamilan
Masyarakat Miangas pada umumnya tidak mengenal adanya
upacara atau ritual pada masa kehamilan seperti di beberapa daerah
Indonesia. Meskipun masayarakat Miangas sangat kental adatnya, tak
ada tradisi khusus untuk wanita yang sedang hamil, baik hamil yang
pertama, hamil muda, maupun hamil tua.
3.2.2.2 Pantangan dan keharusan pada masa hamil
Meskipun masyarakat Miangas tidak mengenal upacara
seputar kehamilan, tetapi mereka masih mempercayai adanya
pantangan-pantangan seputar kehamilan. Adat yang masih kental
membuat masyarakat Miangas masih mempercayai akan adanya
kekuatan supranatural yang dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat, tak terkecuali bagi ibu hamil. Menurut Informan PT yang
juga merupakan seorang ibu hamil 6 bulan mengatakan ada beberapa
pantangan yang harus dihindari oleh ibu hamil. Berdasarkan informasi
dari Informan PT, beberapa pantangan itu seperti:
1) Tidak boleh makan semua jenis terong-terongan. Hal ini dipercaya
akan mengakibatkan ketuban ibu saat melahirkan sulit pecah
2) Tidak boleh duduk di bangku kecil, kalau pun harus duduk, maka
bangku tersebut harus diberi alas koran, kertas, ataupun alas
lainnya. Hal ini dipercaya apabila ibu duduk di bangku kecil, maka
akan susah untuk melahirkan
3) Tidak boleh jahit menjahit karena dipercaya akan menyulitkan ibu
yang hamil untuk melahirkan
4) Tidak boleh duduk di depan pintu. Hal ini dipercaya akan
membuat anak tertahan di pintu kelahiran, sehingga sulit untuk
keluar
5) Tidak boleh menggunting rambut bagi ibu yang sedang hamil. Hal
ini dipercaya bahwa anak yang akan lahir akan mengalami
kebotakan, tidak memiliki rambut

220

6) Tidak boleh makan gurita. Hal ini dipercaya akan membuat badan
bayi akan merah-merah serta plasentanya lari (plasenta tak bisa
dikeluarkan), sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Masih menurut informan PT, pernah ada seorang ibu hamil yang
memakan daging gurita. Ketika melahirkan bayinya keluar, tetapi
plasentanya tak bisa keluar, sehingga sang ibu meninggal
7) Tidak boleh makan ikan penyu. Hal ini dipercaya akan dapat
menyebabkan pendarahan saat persalinan
8) Bagi yang sedang hamil muda, tidak boleh pergi ke kebun saat
gerimis. Hal ini dipercaya dapat menyebabkan keguguran pada
ibu hamil. Pernah ada cerita tentang dua orang ibu yang hamil
muda, saat gerimis mereka pergi ke kebun untuk mencari sagu.
Beberapa hari kemudian kedua ibu tersebut mengalami
pendarahan dan keguguran
Masih menurut informan PT, bahwa terdapa beberapa anjuran
yang harus diikuti oleh ibu hamil. Beberapa anjuran itu seperti:
Kalau ingin pergi ke luar rumah di malam hari harus menggunakan
penutup kepala seperti kain atau sapu tangan. Hal ini dipercaya
sebagai pelindung agar sang ibu tidak diganggu oleh angin jahat69
yang dapat mengakibatkan sakit bahkan keguguran pada ibu
hamil
Jika ingin lewat di daerah-daerah keramat, daerah adat, atau
daerah yang dipandang ada penunggunya seperti kebun maka
harus membawa pegangan70 seperti lemong suwangi71, dan
bawang putih
Memakan tanaman gedi, bisa disayur, di tumbuk, atau direbus
lalu diminum airnya
69

Angin jahat merupakan sebutan Masyarakat terhadap gangguan-gangguan rohroh yang menegur seseorang dengan cara yang tidak baik sehingga orang yang
terkena teguran angin jahat ini akan sakit
70

Barang-barang yang dibawa sebagai jimat

71

Belimbing tunjuk

221

Meminum obat-obatan tradisional seperti daun-daunan yang


dipercaya akan melancarkan persalinan
3.2.2.3 Masa kehamilan: masa mendapatkan perhatian
Masyarakat Miangas mengkonsepsikan masa kehamilan adalah
masa dimana seorang ibu hamil mendapatkan perhatian yang lebih
dari keluarganya. Setidaknya masyarakat membagi 2 jenis kehamilan
yaitu hamil kuat dan hamil jelek. Hamil kuat untuk menyebut
kehamilan dengan kandungan yang kuat dan hamil jelek untuk
menyebut kandungan yang lemah dan mudah untuk terjadi
keguguran. Hal tersebut dikemukakan oleh seorang informan yang
sedang hamil 6 bulan,
...Kalau disini itu ada ibu yang hamilnya kuat dan ada juga hamilnya jelek.
Hamil kuat itu dia bawaannya nda banyak macam-macam, seperti biasanya
no. Kalau hamil jelek itu kandungannya lemah, biasanya ngidamnya macammacam dan rentan sama angin jahat... (Informan PT)

Cara membedakan hamil kuat dan hamil jelek adalah dengan


melihat pola makan sang ibu saat mengidam, seperti yang diakatakan
oleh Informan MY,
...Kalo hamil jelek itu ngidamnya nda bisa makan sembarang-sembarang,
maunya ini itu, ada juga biasanya ngidamnya aneh-aneh, ada yang nda mau
keluar rumah sampai 7 bulan, ada yang nda mau makan nasi, maunya makan
buah aja, ada juga lagi yang ngidamnya makan-makan yang kotor gitu kaya
perut ikan, sabun, sama ikan garam. Kalo hamilnya kuat ngidamnya ndak
minta macam-macam, kaya biasa aja... (Informan MY)

Untuk ibu yang memiliki kehamilan jelek, biasanya sang ibu


tidak banyak melakukan aktivitas. Mereka diberi perhatian lebih dan
dimanjakan oleh keluarga, tidak boleh melakukan aktivitas yang berat-

222

berat termasuk mengerjakan pekerjaan rumah, seperti yang dialami


oleh Informan PT,
...Kalo mama kan hamilnya jelek, jadi ngidamnya ngidam jelek. Jadi kerjanya

makan tidur makan tidur, semua pekerjaan rumah yang kerjakan papanya
kelvin, mama tinggal dirumah aja no... (informan PT)

Sedangkan untuk ibu yang memiliki kehamilan kuat, biasanya


mereka tetap mengerjakan aktivitas sehari-hari seperti biasa, seperti
mengerjakan pekerjaan rumah dan berkebun. Apalagi jika dekat
dengan tanggal persalinan yaitu sekitar bulan kehamilan 8-9 bulan,
ibu-ibu yang memiliki kehamilan kuat biasanya lebih rajin dalam
bekerja, mereka menganggap semakin keras bekerja, semakin lancar
nantinya persalinannya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan mengatakan,
...Mama dang hamil kuat, nda banyak pantangan-pantangan ngidamnya.
Itu sebelum mama melahirkan dp anak, waktu bulan 8 atau 9, mama kerja
cepat (kerja keras), biar kata persalinan cepat lancar... (Informan MG)

Peran suami terhadap kehamilan sang istri tidak hanya


terbatas pada membantu pekerjaan sang ibu ketika sedang
mengidam. Tetapi juga memperhatikan dalam hal pemeriksaan
kehamilan hingga sampai pemilihan tempat persalinan nanti. Salah
seorang suami siaga yang peneliti temui ketika mengantarkan sang
istri melakukan pemeriksaan kehamilan di posyandu mengatakan,
...Tentunya peran suami ketika istri hamil kan temani ibunya periksaperiksa. Istri saya tiap bulan saya antar periksa ke dokter di Manado untuk
USG. Selain itu juga bantu merawat, bantu-bantu ngurus rumah, masak,
nyuci, dll. Lagian istri saya ini dia lagi ngidam jelek, jadi maunya tidur terus,
ndak mau makan, maunya makan buah, tapi kan ya disini susah cari buah,
harus nunggu ke Manado biar bisa makan-makan buah... (Informan JL)

223

Selain sosok suami siaga, ternyata juga terdapat sosok suami


yang tidak peduli terhadap kahamilan istrinya. Biasanya sosok suami
ini merupakan seorang pemabuk sehingga mengabaikan keadaan sang
istri meskipun sedang hamil. Contohnya adalah sosok suami yang
memukuli istrinya yang sedang hamil dari kasus KTD MS yang telah
dipaparkan sebelumnya.
3.2.2.4 Pemeriksaan kehamilan
Selama pengamatan peneliti di Lapangan, pemeriksaan
kehamilan (ANC) di Miangas biasanya dilakukan pada saat posyandu
setiap bulannya. Namun, jika ada ibu hamil yang meminta
pemeriksaan di luar posyandu, bidan di Miangas juga siap sedia
melayani pemeriksaan kehamilan tersebut. Berdasarkan pengamatan
peneliti pada saat posyandu berlangsung, ANC yang dilakukan
meliputi penimbangan berat badan, pengukuran lingkar lengan atas
(LILA), pengukuran tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri,
pemberian imunisasi TT, serta pemberian tablet Fe.

Gambar 3.7.
Pemeriksaan LILA ibu hamil pada kegiatan posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti

224

Untuk pemeriksaan tinggi badan, kadar HB, maupun


pemeriksaan urine tidak dilakukan, disebabkan keterbatasan
peralatan dan tenaga di Puskesmas. Biasanya bidan menyarankan
kepada ibu hamil untuk setidaknya sekali memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan yang lebih lengkap di luar pulau Miangas.
Selain pemeriksaan kehamilan di posyandu, terdapat
kebiasaan pijat-pijat bagi ibu hamil dengan mama biang. Pijat ini
dilakukan mulai dari umur kandungan 3 bulan keatas hingga
menjelang persalinan. Pemijatan oleh mama biang ini bertujuan untuk
memperbaiki posisi kandungan apabila diindikasi mengalami sungsang
atau sejenisnya. Pemijatan ini bisa rutin dilakukan 2 kali dalam
sebulan maupun sekehendak dari si ibunya sendiri untuk dilakukan
pemijatan. Seorang mama biang menuturkan,
...Oma juga sering bantu pijit-pijit itu kandungan, mulai 3 bulan keatas.
Disini memang jadi kebiasaan ibu hamil bawa pijit-pijit sama oma.
Kandungannya dipijit biar kasih baik itu letak ade bayi, apabila sungsang atau
kebalik gimana kan itu harus diatur posisinya, biar nanti waktu melahirkan
nda susah. Biasanya itu 2 kali dalam sebulan, tapi ada juga suka-sukanya ibu
no mo bawa kemari buat dipijit, nda ada aturannya, tapi biasanya memang 2
kali sebulan itu... (mama biang K)

Setidaknya salama penelitian ini berlangsung, terdapat 2 orang


mama biang yang masih aktif melakukan pijat-pijat ini. pemilihan
mama biang biasanya didasarakan pada pengalaman pribadi maupun
pengalaman anggota keluarga yang lain saat merasakan pijitan dari
mama biang tersebut. Seperti yang diungkapakan oleh informan MR
sewaktu dia sedang hamil.
...Kalau mama waktu itu hamil pijit-pijitnya sama oma H itu, karena cocok
aja itu bawaan tangannya sama mama. Ada juga itu mama biang yang
satunya, tapi rasanya mama lebih cocok sama oma H, dari mamanya mama

225

juga sering pijat-pijat sama oma H itu, so lama pakai oma H itu... (Informan
MR)

Pemilihan pemijitan oleh mama biang ini secara tidak langsung


merupakan sebuah ikatan janji untuk mengontrak mama biang untuk
menjadi tenaga penolong ibu hamil sampai si ibu hamil melahirkan
kelak. Selama si ibu memilih melahirkan di Miangas, maka yang
berhak menangani persalinan haruslah mama biang yang dipilih
pertama kali untuk melakukan pijat-pijat. Apabila dilakukan oleh
mama biang yang berbeda maka akan menimbulkan keirian antara
mama biang satu dengan yang lainnya.
3.2.3 Persalinan dan Nifas
3.2.3.1 Ritual saat persalinan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarkat Miangas
tidak mengenal ritual khusus pada saat persalinan. Namun, ada
beberapa perlakuan-perlakuan khusus jika sang ibu melahirkan
dengan bantuan mama biang. Pemilihan penolong persalinan
memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
masyarakat itu sendiri. Bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi
baik pendatang maupun penduduk asli, biasanya mereka memilih
untuk melahirkan di fasilitas medis yang lebih lengkap di luar Pulau
Miangas seperti di Melonguane maupun Manado. Bagi keluarga pra
sejahtera, biasanya mereka memilih ditolong oleh mama biang di
rumah, baik bermitra dengan tenaga kesehatan maupun tidak.
Salah seorang ibu hamil yang berprofesi sebagai pegawai
pemerintahan di Miangas mengungkapkan keprihatinannya terhadap
ibu hamil di Miangas. Informan SL mengatakan,
...Saya kasihan sama teman-teman ibu hamil di sini, kalau disini mereka ya
pasrah, melahirkan disini cuma yah,,, kalau mereka mau jadi apa disini?
apalagi jika tidak ada biaya untuk melahirkan di luar, kecuali kalau seperti

226

saya bukan penduduk asli pasti berusaha melahirkan di luar. kemudian kalau
umpanya biar masyarakat sini tapi punya pekerjaan tetap seperti PNS atau
suaminya polisi atau tentara itu mereka mau melahirkannya di luar di
Ibukota Kabupaten atau di Provinsi. Tapi kalau masyarakat biasa, kaya
masyarakat petani mereka tetap melahirkan disini dengan risiko yang
mereka tanggung sendiri. Kaya yang kemarin itu, sudah 1 minggu pecah
ketuban tapi tidak keluar bayi jadi mau dibawa lari ke Tahuna atau
Melonguane sudah tidak keburu karna pas kapal sampai, si ibu sudah
meninggal. Jadi kalau masyarakat sini cuma masyarakat petani keluarga pra
sejahtera itu cuma bisa pasrah saja... (Informan SL)

Setidaknya ada 3 pola pemilihan persalinan di Miangas.


Pertama untuk masyarakat yang memiliki ekonomi menengah ke atas,
biasanya dari kalangan pegawai negeri memilih untuk melahirkan di
luar Miangas seperti di rumah sakit dengan alasan berjaga-jaga
apabila terjadi hal-hal yang darurat yang tak bisa diatasi di Miangas.
Salah seorang ibu hamil yang merupakan istri dari seorang pegawai
Beacukai di Miangas memutuskan untuk merencanakan persalinannya
jauh hari di Manado. Lebih lanjut informan PT mengungkapkan,
...Rencananya mama melahirkan di Rumah Sakit TNI di Manado. kalau
melahirkan disini nda ada dokter spesialis kandungan, cuma dokter biasa,
mama lebih memilih ke Manado karena menjamin kalau terjadi apa-apa, kan
kalau disini jauh dari dokter spesialis, kalau disini kan transportnya juga lama
harus nunggu kapal. Jadi mama perhitungkan lebih baik mama melahirkan di
Manado karena menjaga jangan sampai terjadi sesuatu jauh dari Rumah
Sakit... (Informan PT)

Pola yang kedua adalah melahirkan di Miangas dengan


bantuan mama biang baik yang telah bermitra maupun yang tidak
bermitra dengan tenaga kesehatan. Untuk pola yang kedua ini
dilakukan di rumah sendiri maupun di rumah keluarga dari si ibu.
Pemilihan tempat tersebut dikarenakan selain ibu hamil merasa lebih

227

nyaman melahirkan di rumahnya sendiri, fasilitas puskesmas untuk


pertolongan persalinan pun terbatas. Salah satunya adalah yang
terjadi pada seorang informan dari keluarga pra-sejahtera. Informan
mengungkapkan bahwa keputusannya melahirkan di Miangas dengan
mama biang dikarenakan permasalahan keuangan keluaraga.
Informan RA mengatakan,
...Mama memilih melahirkan disini karna dp doi (uang) nda ada sayang, kan
papa so dapat sakit khosa72 jadi nda bisa kerja berat untuk cari doi. Anak
pertama mama melahirkan disini. Waktu itu mama melahirkan hampir mati,
mama nda bisa bakuat (mengejan) dang. Bayangkan itu mama melahirkan
nda ada itu dp kekuatan, kalau bidan-bidan disini kasih paksa untuk bekerja
(mengejan), bekerja gimana mama so nda ada kekuatan, biar itu bidan kasih
jalan gimana juga so nda bisa. Dorang hampir mau bawa perslinan itu di
Rumah Sakit sana. Memang ada suster-suster atau bidan-bidan tapi belum
ada pengalaman menangani seperti ini. Untungnya ada dokter Miracle itu,
biar dia cuma dokter umum tapi dia so banyak pengalaman dang, kalau nda
ada dokter Miracle itu mama sudah so mau mati. Dokter cuma bilang begini
kalau ade mau bergerak manucu (menusuk) jangan bekerja (mengejan),
bilang cuma tarik nafas pelan-pelan keluarkan dari mulut, lalu tarik ulang,
baru itu mama so dapat rasa ada kekuatan... (Informan RA)

Meskipun di Miangas terdapat puskesmas induk yang memiliki


ruangan yang cukup, tetapi ketersediaan listrik dan air bersih tidak
memadai. Peralatan persalinan normal pun kini sudah mulai rusak.
Tak jarang tenaga kesehatan harus meminjam gunting kepada mama
biang untuk memotong tali pusat. Hal tersebut diakui oleh seorang
tenaga kesehatan senior yang bertugas di Miangas,
...Kalau orang disini melahirkan di rumah mereka. Mau di puskesmas tapi
perlengkapannya juga nda ada, memang ruangannya banyak, ada juga
inkubator, tapi nda bisa digunakan, nda ada listrik, nda ada air bersih, nda
72

Sebutan masyarakat untuk penyakit sesak nafas

228

ada peralatan yang lengkap disana. Peralatannya juga beberapa udah hilang,
sampai pernah no kita bantu melahirkan, tapi nda ada gunting, jadi kita
sampai pinjam peralatan mama biang... (Tenaga Kesehatan B)

Gambar 3.8.
Kondisi ruang bersalin di Puskesmas Miangas
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 3.9.
Peralatan persalinan yang dimiliki oleh seorang mama biang
Sumber: Dokumentasi Peneliti

229

Namun, pemilihan tempat persalinan dipengaruhi juga kondisi


kehamilan si ibu. Meskipun si ibu dari kalangan tidak mampu, tetapi
jika kondisi kehamilannya harus dilakukan perujukan maka mau tak
mau mereka harus setuju untuk melahirkan di tempat fasilitas
kesehatan rujukan di luar pulau, meski harus berhutang atau menjual
tanah kebun mereka. Seorang informan mengatakan,
...Kalau pemilihan tempat persalinan sebenarnya tergantung sama kondisi
ibunya juga. Kalau memang hamilnya gawat kan itu melahirkan harus di
rumah sakit sana, tapi ya kalau baik-baik saja biasanya milih persalinan disini
sama mama biang... (Informan MG)

Salah satu kasus yang peneliti dapatkan terkait perujukan ibu


hamil adalah kasus RM yang telah diceritakan sebelumnya di sub bab
kehamilan yang tidak diinginkan. Meskipun keluarga RM termasuk
kategori keluarga pra-sejahtera, terlihat ada upaya keluarga RM ingin
melakukan perujukan ke rumah sakit di luar Miangas meski mereka
harus menjual sebagian kebun mereka. Meskipun demikian,
keputusan yang diambil terlambat, RM dan bayinya telah meninggal
sebelum pergi dirujuk.
Pola yang ketiga adalah dengan melahirkan sendiri yang
ditemani oleh anggota keluarga lainnya. Setelah bayi dilahirkan, baru
keluarga si ibu memanggil mama biang untuk memotong tali pusat si
bayi. Seorang informan menceritakan pengalamannya ketika
melahirkan anak-anaknya. Ibu dari 5 orang anak ini memiliki kebiasaan
yang unik yaitu melahirkan sendiri tanpa bantuan tenaga penolong
persalinan. Beliau hanya dibantu sang suami dalam persalinan, ketika
bayi sudah lahir, baru informan ALT memanggil mama biang untuk
membantu memotong tali pusatnya. Lebih lanjut informan ALT
menceritakan pengalamannya,

230

...Kalau mama melahirkan kelima anak mama ini sendiri, baru kalau mau
potong tali pusat panggil mama biang untuk dipotong. Jadi mama
melahirkan sendiri, ketika mama dp rasa sakit perut, mama bilang sama
papa no ini dp tanda ade bayi mau keluar. Lalu mama baring itu di tempat
tidur, cari posisi nyaman, kemudian mama angkat ini kaki. Mama langsung
bakuat (mengejan) dang, tau-tau ade bayi sudah di bawah di tempat tidur.
Mama melahirkan semua anak mama begitu sampai ari-arinya juga keluar.
Baru ade sudah keluar mama panggil mama biang buat potong tali pusat.
Mama nda takut itu melahirkan sendiri, karna mama sudah biasa begitu,
syukur sampai sekarang mama nda pernah itu kejadian gawat-gawat
begitu.. (Informan ALT)

Persalinan Tradisional di Miangas


Kebiasaan seorang ibu yang melahirkan di Miangas adalah
memanggil mama biang ketika si ibu merasa bahwa sudah waktunya
untuk melahirkan. Kemudian, untuk mama biang yang bermitra
dengan tenaga kesehatan akan langsung memanggil tenaga kesehatan
yang ada untuk dilakukan pendampingan. Sedangkan untuk mama
biang yang tidak bermitra dengan tenaga kesehatan maka, mama
biang sendiri yang akan menangani persalinan ibu tersebut tanpa
adanya pengawasan dari tenaga kesehatan. Salah seorang bidan
puskesmas menceritakan pengalamannya,
...Disini ada mama biang yang bermitra sama kita ada juga yang nda.
Biasanya ibu hamil kalau yang melahirkan disini yang dipanggil itu mama
biang duluan. Kan mereka lebih dekat sama itu ibu, mereka kan biasa pijitpijit itu sama mama biang. Kalau sama mama biang yang bermitra sama kita
itu dia langsung panggil kita juga untuk bantu tolong persalinan ibu. Tapi ada
juga itu mama biang yang nda mau bermitra sama kita. Tau-tau besok pagi
dia datang bawa ade bayi, lalu kita tanya kapan si ade melahirkan, katanya
baru malam tadi. Kitanya sempat juga pengen marah, kenapa kita nda
dipanggil, biar no kita cuma lihat aja, paling nda ada juga tenaga kesehatan
yang ngawasin, tapi ini nda mau manggil kita, maunya nolong sendiri, kalau
udah gawat darurat baru panggil kita... (Bidan SA)

231

Mama biang selalu menjadi tenaga penolong persalinan yang


dihubungi terlebih dahulu daripada tenaga kesehatan. Hal ini
dikarenakan ibu hamil lebih dekat dengan dengan mama biang
daripada bidan puskesmas. Ketika usia kehamilan 3-4 bulan, si ibu
sudah mulai memeriksakan kandungan dengan mama biang. Mama
biang biasanya melakukan pemijitan terhadap kandungan rutin 1-2
kali dalam sebulan. Apabila si ibu sudah memilih mama biang A ketika
awal kehamilan, maka sampai persalinan tiba hingga perawatan bayi,
si ibu harus selalu didampingi dengan mama biang A tersebut, tidak
boleh dengan mama biang yang lain. Hal tersebut diungkapkan
seorang masyarkat yang pernah meminta bantuan mama biang dalam
melahirkan,
...Kalau anak mama yang ke 2 dan ke 3 lahirnya dibantu sama mama biang
H. Waktu mama dp rasa itu ade mau lahir, papa langsung itu panggil oma H
ke rumah supaya bantu mama melahirkan. Waktu itu malam, jadi nda pangil
bidan puskesmas, cuma panggil oma H saja. Mama melahirkan dibantu oma
H karena udah mulai ade di kandungan udah pijit-pijit sama oma H. Kalau
torang sini pijitnya sama mama biang H maka sampai dia melahirkan harus
dibantu sama mama biang H, nda boleh yang lain, karna bisa bikin iri, kong
kenapa pas mau melahirkannya saja yang sama oma H, kong kenapa nda
mulai dari hamil saja?... (informan RA)

Alasan pemilihan mama biang menjadi tenaga penolong


pertama persalinan di Miangas memang beragam. Mulai dari
kecocokan service73 yang diberikan masing-masing mama biang,
kedekatan rumah si ibu dengan mama biang, pengalaman dari
anggota keluarga lainnya ketika mendapatkan service dari mama
biang, hingga urusan upah yang diberikan kepada mama biang
tersebut. Keputusan untuk memilih mama biang mana yang akan
73

Service yang diberikan mama biang terkait dengan ibu hamil seperti pemijatan
kandungan, pembuatan ramuan makatana, perawatan pasca melahirkan, ritual
papancunge, hingga urusan pijat-memijat ketika sakit.

232

dipilih sebagian besar berada pada keputusan si ibu hamil tersebut.


Suami maupun anggota keluarga lainnya hanya sebagai pemberi
saran. Hal ini dikarenakan si ibu lah yang menilai dan merasakan
kecocokan dengan pelayanan yang diberikan oleh mama biang. Dalah
hal ini seorang informan mengatakan,
...Kalau mama waktu itu hamil pijit-pijitnya sama oma H itu, karena cocok
aja itu bawaan tangannya sama mama. Ada juga itu mama biang yang
satunya, tapi rasanya mama lebih cocok sama oma H, dari mamanya mama
juga sering pijat-pijat sama oma H itu, so lama pakai oma H itu... (Informan
MR)

Selama penelitian ini berlangsung, terdapat satu orang mama


biang yang diangkat oleh desa dan bermitra dengan tenaga
kesehatan, satu orang mama biang yang tidak bermitra dengan
tenaga kesehatan, satu orang mantan mama biang terlatih, serta satu
orang calon penerus mama biang.Di Miangas sendiri profesi mama
biang dapat dikatakan sebagai profesi yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat Miangas. Pasalnya, di Miangas sendiri
terdapat beberapa tradisi dan kepercayaan yang berkaitan dengan
kelahiran seperti perlakuan terhadap wabbari 74 serta tradisi syukuan
papancungen75. Tradisi dan kepercayaan ini sangat erat hubungannya
dengan eksistensi seorang mama biang di masyarakat Miangas.
Di Miangas sendiri, terdapat 2 jenis profesi mama biang yaitu
mama biang yang diangkat oleh desa dan mama biang yang tidak
diangkat oleh desa. Mama biang yang diangkat desa merupakan
mama biang yang bermitra dengan tenaga kesehatan yang ada di
Miangas, sedangkan mama biang yang tidak diangkat oleh aparat

74

Wabbari atau yang artinya plasenta bayi

75

Papancunge merupakan sebuah tradisi syukuran atas kelahiran seorang anak di


tengah-tengah keluarga. Tradisi ini dilakukan oleh mama biang terutama mama
biang yang telah membantu persalinan sang ibu

233

desa adalah mama biang yang tidak mau bermitra dengan tenaga
kesehatan.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tata cara
penolongan persalinan tradisional yang dilakukan oleh kedua mama
biang ini kecuali pada kemitraan dengan petugas kesehatan dan juga
peralatan yang digunakan. Mama biang yang diangkat oleh desa dan
mau bermitra dengan tenaga kesehatan diberi peralatan medis
persalinan oleh puskesmas. Sedangkan mama biang yang tidak
bermitra dengan tenaga kesehatan masih menggunakan peralatan
tradidional seperti buluh bambu atau tempurung kelapa untuk
memotong tali pusat.
Asal-muasal seseorang menjadi mama biang pun bermacammacam, ada yang memang keturunan mama biang sebelumnya, dan
ada pula seseorang yang diberi ilham dari Tuhan sehingga dapat
menolong persalinan. Contohnya saja mama biang K. Mama biang K
merupakan seorang masyarakat biasa yang tidak memiliki riwayat
keturunan seorang mama biang. Mama biang K mengaku bahwa
sebelumnya beliau diberi ilham dari Tuhan sehingga memiliki
kemampuan untuk dapat menolong persalinan. Lebih lanjut mama
biang K menceritakan,
...Mama itu udah mulai tolong-tolong ibu melahirkan itu mulai tahun 2004.
Sebelum itu mama cuma biasa urut-urut orang yang sakit-sakit. Tapi sejak
tahun 2004 itu mama ada mimpi, torang bilang talenta dari atas dang, mulai
situ mama so bisa bantu-bantu orang melahirkan. Mama itu nda ada
keturunan mama biang, jadi bisa bantu-bantu orang melahirkan dari
kehendak tuhan no beri mama kemampuan... (Mama biang K)

Contoh selanjutnya adalah mama biang H. Berbeda dengan


mama biang K, mama biang H merupakan seorang anak dan cucu dari
seorang mama biang terdahulu. Mulai usia muda, mama biang H
sudah sering belajar tentang cara menolong persalinan dari ibunya.
Setelah sang ibu meninggal, mama biang K merasa terpanggil untuk

234

meneruskan profesi mama biang yang telah diturunkan secara turun


temurun dari neneknya. Lebih lanjut mama biang H mengungkapkan,
...Mama ini selain bisa bantu urut-urut orang sakit, mama juga bisa bantu
itu ibu melahirkan. Mama-nya mama itu dulunya juga mama biang disini.
Jadi mulai mama remaja, mama sering lihat mama-nya mama bantu-bantu
orang melahirkan. Jadinya torang bilang ahli waris no, jadi mama yang
mewarisi dp kemampuan menolong ibu melahirkan... (Mama biang H)

Konsepsi darah merah dan darah putih


Ada suatu konsepsi yang dianut oleh masyarakat terkait
persalinan terutama ketika persalinan dengan menggunakan mama
biang yaitu konsepsi tentang darah merah dan darah putih. Menurut
penuturan mama biang K, di dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis
darah yaitu darah merah dan darah putih. Ketika ibu melahirkan,
maka darah merah yang ada di perut sang ibu akan banyak keluar,
sehingga darah tinggal darah putih yang banyak di tubuh sang ibu.
Karena jumlah darah putih ini lebih banyak daripada darah merah,
maka darah putih ini akan naik ke kepala sang ibu. Apabila darah putih
sudah masuk ke kepala sang ibu, maka ini akan menjadi penyakit yang
berbahaya, atau yang biasa masyarakat sebut sebagai penyakit
bantahan.
Penyakit bantahan dapat mengakibatkan sang ibu menjadi gila
bahkan meninggal. Ciri-ciri seorang ibu terkena penyakit bantahan
adalah wajah kuning pucat dan kepala pusing. Apabila sudah gawat,
maka si ibu bisa menjadi gila maupun meninggal kerena darah putih
telah memenuhi kepala sang ibu. Untuk mencegah penyakit tersebut,
biasanya mama biang sudah mempersiapkan ramuan makatana
untuk menghindarkan si ibu dari penyakit bantahan. Lebih lanjutnya
mama biang K menjelaskan isi ramuan tersebut,
...Kalau mama yang menolong itu ibu melahirkan, sehabis melahirkan itu
mama bikin ramuan makatana biar ibu nda kena itu penyakit bantahan.
Penyakit bantahan itu karena darah putih naik ke ubun-ubun itu ibu.

235

Penyakitnya bisa bikin itu ibu sakit terus-terusan kalau nda ditangani. Itu
ramuan makatana dari akar-akaran tumbuhan di gunung itu. itu dari akar
alang-alang itu, terus direbus biar sisa 1 gelas kaca, habis itu baru diberi
minum sama itu ibu no... (Mama biang K)

Gambar 3.10.
Tumbuhan alang-alang yang dipakai sebagai bahan ramuan makatana
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.2.3.2 Ritual Ibu Pasca persalinan


Salah satu konsepsi yang paling mendasar ketika mama biang
membantu persalinan adalah konsepsi tentang wabbari jaha76.
Menurut penuturan mama biang K, ibu yang sedang mengandung
memiliki 3 jenis wabbari77 yaitu wabbari urita78, wabbari assiarre79,
dan wabbari biasa80. Wabbari urita,dan wabbari assiarre inilah yang
76

Wabbari jaha artinya plasenta yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu hamil
jika tidak ditangani dengan benar
77

Wabbari merupakan sebutan masyarakat Miangas untuk menyebut plasenta


Wabbari urita artinya plasenta gurita, disebut demikian karena bentuknya yang
menyerupai gurita yang memiliki 8 tentacle
78

79

Wabbari asiarre artinya plasenta burung, disebut demikian karena bentuknya


yang menyerupai burung yang memiliki sayap
80

Wabbari biasa artinya plasenta yang biasa

236

disebut wabbari jaha. Kedua jenis wabbari ini dipercaya dapat


membahayakan keselamatan sang ibu apabila tidak ditangani dengan
benar. Wabbari urita merupakan wabbari yang paling berbahaya.
Wabbari urita dipercaya memiliki 8 jari-jari menyerupai gurita yang
letaknya dekat dengan jantung si bayi. Apabila si bayi sudah keluar,
maka tali pusar tidak boleh dipotong terlebih dahulu sebelum semua
wabbari terlahir juga. Apabila tali pusat dipotong sebelum semua
wabbari keluar, maka wabbari urita dan wabbari assiarre akan lari
menuju jantung si ibu dan menyebabkan wabbari tidak dapat
dikeluarkan dari perut si ibu sehingga menyebabkan kematian.
Konsepsi tersebut dibenarkan adanya oleh perawat senior di
Miangas. Perawat senior tersebut pernah harus melakukan
pertolongan persalinan di Miangas bersama mama biang yang ada.
Perawat tersebut membantu persalinan sesuai dengan standar
persalinan medis. Sampai akhirnya ketika si perawat ingin memotong
tali pusat bayi, si perawat kemudian dimarahi oleh mama biang. Lebih
lanjut perawat senior tersebut menceritakan,
...Pernah juga waktu kita menolong ibu melahirkan, kan kalau kita di medis
kan nda apa-apa potong tali pusat habis bayi keluar, tapi bagi orang disini
nya nda, dia harus dipotong habis plasentanya keluar, katanya kalau
langsung dipotong bisa bikin plasentanya lari, padahal kan kalau kita di
medis itu kan nda ngaruh no, saya dimarahin itu, ya saya cuma diam aja no.
Mau gimana lagi, pemahaman mereka begitu no... (Perawat senior di
Miangas)

Selain itu, terdapat juga konsepsi bahwa bayi dan plasentanya


harus keluar bersama-sama. Tali pusat tidak boleh dipotong terlebih
dahulu sebelum bayi dan plasenta sudah terlahir di dunia. Selain
untuk menghindari efek dari wabbari jaha, konsepsi ini juga sangat
erat hubungannya dengan persepsi masyarakat yang memendang
plasenta merupakan saudara atau kakak dari si bayi. Hal ini dilakukan

237

agar si kakak bayi ini tidak merasa sakit hati karena diabaikan oleh
keluarga yang hanya memberikan perhatian kepada si adik bayinya
saja. Oleh sebab itu, plasenta yang telah dilahirkan tidak boleh
diperlakukan sembarang dikarenakan dapat membuat si plasenta
menjadi sakit hati sehingga menggangu si adik bayi yang dilahirkan.
Seorang informan mengatakan,
...Itu ari-ari nda boleh dikasih biar, apalagi kalau itu ari-arinya nda
dibungkus bagus nda disimpan bagus. Itu adiknya itu manusia (bayi),
sedangkan dp kakak itu si ari-ari, jadi kalau itu ari-ari nda dikasih bagus, bikin
si adik selalu nangis karena diganggu itu ari-ari. Jadi itu ari-ari jangan dikasih
biar atau kasih sembarangan, dia harus disimpan bagus-bagus. Dp (ari-ari)
bilang gini sama si adik bayi, situ di tempat baik, kita d itempat nda baik, jadi
kaya sakit hati gitu dang si ari-arinya melihat si adik bayi kalau dianya nda
dikasih tempat yang bagus... (Informan MP)

Masih menurut informan MP, perlakuan terhadap plasenta


tidak boleh sembarangan. Plasenta harus ditempatkan dan
diperlakukan dengan sebaik-baiknya layaknya seorang makhluk hidup.
Ada dua cara penyimpanan plasenta, yaitu dengan menguburnya
ditempat yang baik atau menyimpannya di dalam toples yang
disimpan di dalam rumah. Lebih lanjut Informan MP menjelaskan,
...Itu kalau disini ari-ari itu bisa ditanam atau disimpan bagus-bagus di
dalam toples selamanya. Kalau yang mau ditaman itu dicuci bersih dulu itu
dp ari-ari, lalu dibungkus sama kain putih bersih, habis itu disimpan dalam
toples bersih. Habis 3 hari baru itu dp ari-ari ditanam. Ditanamnya nda boleh
sembarangan, nda boleh di kuala, nda boleh di pinggir rumah sama ditempat
kotor-kotor begitu. Nanti itu dia bisa kena dingin, akhirnya dia rasa nda enak
lalu bisa ganggu itu dp adik. Ada juga yang disimpan saja nda di kubur. Kalau
itu sama kaya yang dikubur itu, tapi bedanya kasih pasir atau tanah
didalamnya, lalu ditutup rapat-rapat itu toples biar nda bau busuk. Lalu

238

ditarohnya bisa di bawah itu tempat tidur, bisa juga digantung di sudut
rumah gitu... (Informan MP)

Setelah prosesi melahirkan telah selesai, maka sang mama


biang langsung memberikan pijitan kepada perut si ibu. Hal ini
dilakukan untuk mengatur kembali rahim dan perut ibu pasca
melahirkan. Apabila tidak dilakukan pemijatan, menurut mama biang
akan membuat jalan lahir81 sang ibu menjadi tidak sebaik semula.
Selain dipijat, mama biang juga memberikan ramuan makatana yang
digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa darah kotor yang ada di
rahim sang ibu.
Selain diberi ramuan makatana, ada juga kebiasaan raho82
pasca melahirkan. Adapun cara raho bagi ibu yang baru saja
melahirkan, pertama-tama siapkan sebuah perapian, biasanya
perapian yang dipakai terbuat dari arang maupun sabut kelapa yang
dibakar. Kemudian, si ibu harus berada di dekat perapian kurang lebih
setengah meter. Setelah itu, si ibu mendekatkan kedua telapak
tangannya di dekat perapian, apabila sudah terasa panas, maka kedua
telapak tangan tadi ditempelkan kepada perut ibu. Hal tersebut
dilakukan secara berulang-ulang hingga si ibu merasa cukup panas.
Tidak ada batasan berapa kali raho dilakukan pasca melahirkan,
apabila si ibu merasa cukup melakukan raho dan malas melakukan
raho lagi maka bisa saja raho tidak dilakukan lagi, tetapi setidaknya
setelah melahirkan dilakukan raho sekali. Seorang informan
menceritakan pengalamanya ketika melahirkan hingga di-raho,
...Setelah mama itu melahirkan sama mama biang, mama punya itu dp cara
biar cepat menurunkan itu sisa darah dalam perut. Torang sini bilang itu diraho dang. Jadi ketika mama udah habis melahirkan ade bayi, mama itu
malamnya udah siapkan itu perapian buat bikin raho. Caranya itu mama
81

Sebutan mama biang untuk menyebut leher rahim hingga vagina

82

Raho artinya menghangatkan bagian tubuh tertentu dengan cara didekatkan


dengan perapian.

239

dekat-dekat sama api, terus diginikan (memperagakan cara me-raho yaitu


kedua tangan didekantkan dengan perapian sekitar 30 cm, lalu beberapa
detik kemudian kedua tangan tersebut dieluskan ke perut ibu), itu dilakukan
setiap hari, biasanya mama 3-5 hari udah bersih itu darah... (Informan RA)

3.2.3.3 Ritual bayi pasca dilahirkan


Masyarakat Miangas memiliki kebiasaan tidak boleh membawa
bayi yang baru lahir untuk keluar rumah, minimal sampai tali pusatnya
sudah ciri atau lepas. Biasanya ini berlangsung pada bayi berumur 0-1
minggu setelah kelahiran. Perawatan bayi biasanya dilakukan oleh
mama biang. Namun bagi ibu yang telah memiliki pengalaman
melahirkan beberapa anak, maka perawatan biasanya dilakukan
sendiri, tetapi ada juga yang memanggil mama biang untuk
membantu perawatan bayi. Mama biang K mengatakan,
...Baru ini ada perempuan hamil udah melahirkan, si ade sampai 1 minggu
itu oma yang ngurus juga. Tapi sebelum itu pusarnya kalau berum ciri kita
belum kasih tinggal (tidak diizinkan menurus sendiri). Itu pertanggujawaban
oma itu, kalo di mama biang sana itu cuma 2 hari perawatan. Kalau sama
oma 1 minggu itu. 1 minggu itu kalo pusarnya belum ciri kita belum berani
tinggal. Itu oma yang ngurus-ngurus, pusarnya itu di-raho dengan bara api.
Pas lahir tali pusatnya dipotong terus setelah 1 minggu pusarnya sampai ciri
itu mereka yang panggil oma ke rumah. Jadi itu kalau bidan puskesmas itu
semua pada pergi ke Melonguane, cuma oma itu sendiri yang tolong itu
perempuan mau melahirkan... (Mama biang K)

Selain itu, masyarakat Miangas memiliki sebuah ritual bagi


setiap bayi keturunan penduduk Miangas yang lahir. Ritual tersebut
dikenal dengan sebutan ritual papancunnge. Ritual ini dilakukan
sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas kelahiran si bayi. Ritual ini
sifatnya wajib karena terikat dengan adat kebiasaan masyarakat
Miangas serta rasa religiusitas masyarakat Miangas kepada Tuhan.
Meskipun demikian, dari informasi yang peneliti dapatkan, tidak ada

240

sanksi yang diberikan apabila ritual ini tidak dilakukan oleh sebuah
keluarga.
Ritual ini dilakukan tergantung dari kesiapan dan kondisi
keluarga si bayi untuk mengadakannya. Tidak ada batasan umur
berapa bulan kah ritual ini harus dilakukan. Biasanya masyarakat
melakukan ritual ini ketika usia si bayi menginjak bulan ke 6 sampai 7
bulan. Ritual ini dilakukan dengan cara mengundang para keluarga
terdekat, mama biang, dan tetua adat (minimal kepala suku marga
mereka). Dalam acara ini, mama biang berperan sebagai pemberi doa
dan pemberi makanan kepada si bayi secara simbolis. Makanan yang
diberikan berupa berbagai jenis makanan khas daerah Miangas seperti
ikan laut, laluga83, ubi kayu, ketupat, serta pisang rebus. Masingmasing jenis makanan ini diberikan secubit demi secubit kepada si
bayi. Selain hidangan tersebut, tidak ada hidangan atau peralatan
khusus untuk melaksanakan ritual ini, seperti yang diungkapkan
Informan MY,
...Nda ada persiapan khusus sih, cuma dia ada hidangan yang nanti
dikasihkan ke bayi, itu kaya ikan laut, laluga, ubi kayu, ketupat, serta pisang
rebus. Dikasihkannya ya secubit-secubit, biar sedikit dp ade biar bisa rasa.
Acara itu kaya makan-makan biasa aja, undang keluarga, panggil tetua sama
mama biang yang bantu melahirkan, kemudian berdoa dan makan
bersama... (Informan MY)

83

Sebuah tanaman khas Miangas sejenis talas raksasa

241

Gambar 3.11.
Ritual papancunge, saat mama biang menyuapkan hidangan ke bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 3.12.
Ritual papancunge, hidangan yang wajib diberikan kepada si bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Setelah melaksanakan ritual papancunge, selanjutnya anak


dibaptis oleh pendeta. Untuk prosesi pembabtisan tergantung orang
tua kapan yang ingin melaksanakan. Bisa ketika anak masih bayi atau
sudah besar, tidak ada pembatasan dalam prosesi pembabtisan.

242

Bagi penduduk pendatang, ritual yang mereka lakukan


biasanya tergantung dari adat kebiasaan maupun agama yang mereka
anut. Salah satu informan menceritakan, bahwa ke tiga anaknya tidak
mengikuti adat istiadat kelahiran seperti masyarakat Miangas. Namun,
informan mengadakan syukuran seperti tradisi yang dianutnya.
Biasanya acara tradisi ini dilakukan di tempat asal si pendatang.
Informan MR mengatakan,
...Mama kan muslim, papanya rahma ini orang asli Gorontalo sana, jadi
semua anak mama melahirkan di Gorontalo sana. Acara sehabis melahirkan
itu cuma tasymiyah sama aqiqah aja no. Itu juga kemarin acaranya di
Gorontalo sana, di kampung papanya... (Informan MR)

Selain papancunge, ada juga sebuah ritual yang bernama ritual


beli wajah yang dilakukan untuk anak yang lahir dengan wajah yang
sangat mirip dengan orang tuanya. Anak yang lahir dengan wajah yang
sangat mirip dengan orang tuanya atau lahir di tanggal dan bulan yang
sama dengan orang tuanya dipercaya akan mengakibatkan
pertentangan dalam kehidupan kedua orang tuanya seperti
perkelahian bahkan berujung pada perceraian. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Informan MY,
...Kalau anak yang lahir di tanggal dan bulan yang sama dengan orang tua,
biasanya nantinya akan ada pertentangan, apalagi kalau lahir muka sama, itu
poso (pamali) disini. Kalau orang tuanya nda cerai atau orang tuanya
panasan, kehidupan orangtuanya berantakan. Nanti kalau ada anak yang
lahir mirip wajahnya dengan mama papanya itu nantinya dibikin syukuran
beli wajah lah istilahnya disini. klo nda gitu bertentangan terus kehidupan
orangtuanya, terus ujung-ujungnya cerai... (Informan MY)

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Puskesmas. Istri


beliau pernah harus melahirkan dengan operasi. Kebetulan bulan itu
bertepatan dengan hari lahir istri Kepala Puskesmas, jadi dokter

243

spesialis kandungan menawarkan untuk mengoperasi istri beliau di


hari ulang tahun sang istri, tetapi Kepala Puskesmas menolaknya, hal
ini dikarenakan ada suatu kepercayaan di masyarakat tentang bayi
yang lahir di tanggal maupun dengan wajah yang mirip dengan orang
tuanya. Kepala Puskesmas mengungkapkan,
...Kalo disini ada kepercayaannya klo anak lahir di tanggal dan bulan sama
biasanya bikin orangtuanya panasan, sering berkelahi, supaya nda panasan
maka orang sini bilang harus ada ritual beli muka... (Kepala Puskesmas
Miangas)

3.2.4 Menyusui
3.2.4.1 ASI Eksklusif dan makanan bayi
Ketika ibu telah melahirkan maka dilakukan inisiasi ASI
pertama bagi bayi. Masyarakat Miangas menganggap ASI yang
pertama kali keluar merupakan ASI yang sangat bagus untuk bayi,
anggapan mereka bahwa ASI yang pertama kali keluar adalah vitamin
yang sangat bagus bagi bayi, sehingga mereka segera memberikan ASI
yang mengandung kolustrum tersebut bagi bayi. Informan K yang
berpofesi sebagai mama biang di Miangas mengatakan,
...Itu ASI yang pertama keluar itu yang kuning-kuning itu dp bagus untuk
bayi, jadi setiap oma yang bantu-bantu orang melahirkan, biasanya oma
kasih itu totok ke ade bayinya... (Mama biang K)

Untuk pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan di Miangas


masih sangat rendah, hal ini dikarenakan terdapat tradisi di Miangas
yang memberikan bayi umur 4 bulan untuk diberi makan bubur sagu
tanah, pisang yang dihaluskan, maupun bubur instan. Hal ini diberikan
agar bayi tumbuh sehat dan gemuk. Sebagian besar pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, bahwa anak-anak bayi di Mingas sudah diberi
makan sagu tersebut sebelum 6 bulan. Tetapi masih dibarengi dengan
pemberian ASI dan juga susu formula.

244

Alasan pemberian makanan tambahan pun beragam mulai dari


alasan tradisi, ikut saran orang lainnya agar bayinya tumbuh besar,
maupun ASI yang dihasilkan sang ibu sangat kurang. Menurut
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, biasanya bayi diberi
makanan tambahan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore
hari. Pemberiannya pun dilakuan dengan 2 sendok tepung sagu tanah
ditambah dengan 2 takar susu formula dan beberapa sendok air
hangat. Informan MY mengatakan,
...Kalau disini itu bayi umur 4 bulanan itu diberi bubur sagu tanah. Orang
sini bilang sagu anuwwu. Disini memang tradisinya begitu. Katanya biar itu
ade bayi tumbuh besar dan kuat, nda gampang sakit-sakit... (Informan MY)

Gambar 3.13.
Sagu tanah yang sudah dijadikan tepung
Sumber: Dokumentasi Peneliti

245

Gambar 3.14.
Ibu muda yang memberi bubur sagu tanah kepada bayinya yang berusia 5 bulan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Selain itu, diberikan juga makanan tambahan saat di posyandu


yaitu berupa bubur kacang hijau yang telah dimasak oleh kader
posyandu. Pemberian ini dilakukan setiap ada posyandu sebulan
sekali. Untuk bayi yang telah memiliki gigi yaitu sekitar 6 bulan keatas,
biasanya sudah diberi makan bubur nasi saring dan beberapa sayur
mayur lainnya seperti kangkung dan ikan yang telah dihaluskan.
3.2.4.2 Pantangan pada saat menyusui
Mayoritas pantangan saat ibu menyusui dari informasi yang
peneliti kumpulkan adalah makanan. Makanan yang tidak
diperbolekan adalah makanan yang dapat menyebabkan gatal-gatal
pada bayi seperti pucuk bambu dan terasi. Lebih lanjut informan PT
mengatakan,
...Ya ada juga, nda bisa makan makanan yang bisa bikin gatal-gatal gitu,
disini kan ada makanan sayur pucuk bambu (rebung), nda bisa itu makan,
nanti ketularan ade bayinya gatal. Ada itu ndak bisa makan terasi, ikan asin,
ndak bisa juga klo menyusui, ndak bisa banyak-banyak berolah raga kuat-

246

kuat soalnya kan belum kering rahimnya begitu. pantangan yang paling
banyak ya itu pada makanan. So makanan kan mempengaruhi ASI...
(Informan PT)

Selain pantangan, ada juga anjuran kepada ibu yang menyusui


agar dapat memperlancar ASI. Salah satu cara yang peneliti temukan
di lapangan adalah dengan cara melakukan raho di api. Cara raho ini
hampir sama dengan cara raho untuk ibu pasca melahirkan. Bedanya
bagian tubuh yang di-raho ada payudara si ibu. Panasnya raho
dipercaya dapat melancarkan ASI si ibu. Seorang dukun ahli
pengobatan makatana mengatakan,
...Kalau mau lancar itu ASI, cara yang paling bagus itu buah totok di-raho di
api. Caranya gini (menunjukan caranya, pertama-tama mendekatkan ke dua
tangan di dekat api, kemudian setelah terasa cukup panas di tangan, maka
kedua tangan tadi didekapkan kepada payudara ibu beberapa lama,
kemudian diulang-ulang beberapa kali untuk kedua payudara ibu). Setelah
merasa cukup hangat, itu buah totok nanti dilap sama kain. Habis itu baru
beri totok sama ade bayi..(Dukun ahli makatana)

3.2.5 Neonates, Bayi, dan Balita


3.2.5.1 Pantangan bayi
Meskipun masyarakat Miangas sangat kental akan
kepercayaan kekuatan supranatural, tetapi bukan berarti mereka
familiar dengan jimat-jimat atau sejenisnya terutama bagi bayi.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, tidak terlihat adanya
pemakaian jimat-jimat tertentu pada anak bayi. Meskipun begitu,
bukan berarti bayi tidak rentan terhadap gangguan-gangguan angin
jahat maupun kuasa kegelapan. Informan YT mengatakan,
...Disini nda ada jimat-jimat gitu yang dipakai bayi, tapi ada pantanganpantangan anak bayi disini. Kan kalau kaya kemarin mo ke kebun, anak bayi
begitu nda boleh ke kebun to, baru mo jalan-jalan udah gelap udah mo

247

magrib itu sama-sama warga sama kita, kalau dulu sama nenek moyang kita
ambil kaya ini (mengambil lampu minyak tanah dan menunjuk ujung
sumbunya yang hitam) kita ambil hitamnya ini terus dikasih di dahi si bayi
kaya india begitu. Supaya nda ada angin-angin jahat itu lihat. Terus bisa juga
itu kompor sumbu minyak tanah, digosok di telapak kaki... (Informan YT
)

Lebih lanjutnya, informan YT juga menjelaskan tentang angin


jahat yang dapat menggangu kehidupan dan kondisi kesehatan
seseorang,
...Angin jahat itu kaya arwah-arwah orang yang udah meninggal, mereka itu
meski kita ndak bisa lihat, mereka bisa menyapa. Contohnya mama lagi
jalan-jalan ke kebun atau kemana, kan udah berbeda tempat kitanya sama
mereka. Angin jahat biasanya kalo menegur kita bisa bikin sakit, biasanya
panas, sakit perut, terus ada juga yang gatal-gatal biang merah-merah
badannya, ada juga kaya kerasukan setan gitu. Biasanya angin jahat gitu bisa
mempengaruhi juga kehamilan, bisa sampai keguguran. Ada no baru-baru
ini, waktu itu teman mama yang hamil sama-sama nyari makanan dimas di
kebun. Ibu hamil itu kaya anak bayi to, sama-sama lemah. Besoknya dia
keguguran, itu ibu dokter juga keguguran to, itu karna ikut pa mantri ke
kebun... (Informan YT)

3.2.5.2 Imunisasi dan posyandu balita


Imunisasi dan posyandu balita tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Ketika ada imunisasi artinya ada posyandu dan jika tidak
ada posyandu maka artinya tidak ada kegiatan imunisasi. Kegiatan
posyandu di Miangas dilakukan setiap satu bulan sekali dengan
dibantu oleh 5 orang kader. Kegiatan poasyandu ini selain berisi
kegiatan penimbangan dan imunisasi anak, ada juga pemeriksaan ibu
hamil (ANC). Di posyandu ini juga dilakukan pemberian makanan
tambahan bagi anak-anak yang mengikuti posyandu. Seorang kader
posyandu mengatakan,

248

...Ada posyandu disini sama bidan, anak-anak sini juga rutin ke posyandu.
Biasanya kalau posyandu ada sekitar 40 balita, mereka lumayan antusias itu
ikut posyandu. Biasanya di posyandu dikasih makan, disini biasanya dikasih
makan bubur kacang ijo, ibu hamil biasanya dikasih bubur manado. Itu ada
kadernya yang bikin, kader disini lumayan aktif, tapi sayangnya nda ada itu
posyandu lansianya. Posyandu disini cuma untuk bayi balita sama ibu hamil
aja.. (Informan YT)

Gambar 3.15
Kegiatan posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.3

Potret Penyakit di Masyarakat


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti mengalami
kesulitan dalam hal mengumpulkan data-data pencapaian kesehatan
di Miangas, salah satunya data kejadian penyakit di Miangas. Oleh
sebab itu, peneliti hanya mengumpulkan beberapa pola-pola penyakit
yang sering ditemukan dan dikeluhkan oleh masyarakat baik penyakit
menular maupun penyakit tidak menular dari catatan register pasien.
Pembahasan pada sub bab ini tidak dimaksudkan untuk
mengeneralisasi ataupun memaparkan secara kuantitatif penyakit
yang ada di Miangas. Penulisan sub bab ini dilakukan untuk

249

menggambarkan perlakuan masyarakat terhadap penyakit yang


mereka derita.
3.3.1 Tuberculosis
Penyakit tuberkulosis dikenal masyarakat dengan sebutan TBC.
Peneliti belum menemukan istilah khusus yang masyarakat gunakan
untuk menyebut penyakit ini. Menurut tenaga kesehatan yang ada di
puskesmas, Miangas bukan merupakan wilayah yang endemi TB.
Meskipun demikian, terdapat beberapa orang yang positif terserang
penyakit TB dan beberapa orang yang suspect TB. Menurut catatan
registasi puskesmas, terdapat 1 orang pasien yang masih menjalani
pengobatan TB. Seorang perawat senior yang ada di Puskesmas
Miangas, Nakes B mengatakan,
...Yang terkena TB memang ada di sini, tapi di Miangas nda endemi TB, itu
yang kemarin ada satu orang, tapi udah pengobatan tuntas. Ada juga satu
orang itu dia putus obat, dia memang orang suka minum-minum juga, jadi
kan nda peduli itu minum obatnya gimana. Yang sekarang ada satu orang
lagi masa pengobatan... (Nakes B)

Peneliti berusaha menelusuri beberapa penderita TB yang


tercatat oleh puskesmas. Ada dua orang penderita TB yang berhasil
digali oleh peneliti. Pertama, yaitu seorang kakek 67 tahun mantan
penderita TB yang sudah berhasil menempuh pengobatan tuntas TB.
Kedua, yaitu seorang remaja 16 tahun yang sedang menempuh
pengobatan tuntas TB.
Penyebab dari TB menurut sebagian masyarakat merupakan
dampak dari bekerja yang terlalu keras, masuk dingin, sering merokok,
dan berkerja terlalu berat di laut. Lebih lanjut informan FT
mengungkapkan,

250

..Waktu opa ada sakit TB itu waktu mereka (anak-anak informan) masih
SMP. Itu so lama, so sekitar 15 tahun yang lalu. Itu (terjadinya) karna opa
sering kerja berat, baru mengail, masuk dingin tidak ada berhenti-berhenti
itu cari ikan di laut. Baru kerjanya di darat itu terlalu berat, barokok juga.
Sehingga waktu opa diperiksa bapa dokter paru-paru gitu jadi memang itu
(terkena penyakit TB)... (Informan FT)

Selain itu, memakan cabe yang banyak dan mandi di tengah


malam juga menjadi penyebab dari terjadinya penyakit TB. Hal ini
seperti yang terjadi pada informan AP, seorang gadis SMK yang
divonis positif TB setelah informan mengeluhkan sesak nafas ketika
terlalu lelah bermain voli. Namun, masih terdapat simpang siur
terhadap diagnosis yang terjadi pada informan AP. Ada dokter yang
mengatakan bahwa dia terserang radang paru-paru, dan yang terakhir
mendiagnosis positif terkena TB. Informan AP menceritakan awal
mulanya dia terserang penyakit TB,
...Awalnya itu dikira kena salese84 karena habis jatuh main voli. Awal
periksanya itu di sini sama dokter, terus dokter itu bilang sama ade suruh
berangkat kasih periksa di rumah sakit. Sampai di Tahuna, dokter sana
periksa lendir to, hasilnya negatif. Disuruh lagi periksa ke Rumah Sakit
Malalayang, terus dokter disana bilang harus minum obat paket, jadi nelpon
sama pa kapus disini suruh ambil obat paketnya, ya sampai sekarang no
minum obatnya sampai 6 bulan nanti. Tapi pas periksa di Malalayang itu ya
nda terlalu percaya juga sih, kata orang dokternya masih muda jadi masih
belajar praktik katanya. Pernah juga di rongent, katanya ada infeksi paruparu. Katanya karena meroko, padahal kita nda ada meroko, disini yang
meroko cuma kalau ada bapa-bapa (tamu) duduk-duduk. Katanya juga
karena makan rica (cabe), minum air es terus mandinya mandi malam...
(Informan AP)

84

Sebutan masyarakat Miangas untuk menyebut penyakit patah tulang, keseleo,


terkilir, dan sejenisnya

251

Adapun gejala yang dirasakan ketika penyakit TB ini muncul


menyerang informan seperti batuk-batuk mengeluarkan darah, sesak
nafas, hingga cepat lelah. Hal ini seperti yang diungkapakan oleh
informan FT,
...Pernah ada opa batuk-batuk bamerah gitu dang, jadi opa ada berobat di
dokter, kata dokter harus berobat 6 bulan jadi disuntik dengan obat
treptosin anti tuberkulosis. Sehingga waktu opa diperiksa bapa dokter paruparu gitu jadi memang itu (terkena penyakit TB)... (informan FT)

Hal senada juga diungkapkan oleh informan AP. Informan


mengaku bahwa gejala yang dia rasakan ketika penyakit TB muncul
adalah sesak nafas seperti orang yang terkena khosa, mudah lelah dan
pedih saat bernafas. Informan AP mengatakan,
...Kemarin itu gejalanya batuk sama lendir darah. sudah sekitar 1 minggu
itu gejalanya. Lalu berangkat di Bitung, pas di Bitung mereka kasih obat-obat
batuk biasa gitu, terus batuk-batuknya udah mulai hilang. Pas diperiksa di
Melong nda batuk-batuk kaya gini tapi kaya khosa gitu. Gejalanya itu kaya
sesak napas, klo mau jalan kaya cepat lelah gitu, kaya (bernafas) pedis
(pedas)... (Informan AP)

Setidaknya ada 2 pola pengobatan yang dilakukan oleh


informan, yaitu pengobatan secara medis dan pengobatan secara
tradisional. Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan adalah
dengan memeriksakan diri di fasilitas medis. Namun, fasilitas medis
yang tersedia di Miangas sangat tebatas untuk penyakit TB, terutama
dalam pemeriksaan dahak dan diagnosis penyakit TB. Sehingga harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di ibukota untuk mengetahui
sekaligus meminta obat Tuntas TB. Seperti yang diungkapakan oleh
informan FT dan AP sebelumnya.

252

Untuk pengobatan secara tradisional sendiri, masyarakat pada


umumnya memakai ramuan makatana sebagai obat alternatif
penyembuh penyakit. Menurut informan FT, adapun ramuan
makatana yang biasa dipakai untuk mengobati penyakit TB adalah
dengan mengambil daun mayana yang dicampur dengan madu dan
telur ayam kampung. Informan FT mengatakan,
...Pengobatan tradisionalnya itu cuma itu ambil daun mayana ditumbuk
dicampur madu sama telur ayam kampung. Jadi biar pun sudah baik masih
minum itu juga. Kang itu obat paru-paru supaya bersih... (Informan FT)

Selain itu, terdapat juga ramuan makatana lainnya yang juga


dipakai untuk mengobati penyakit TB ini, yaitu dengan cara
merendam daun seibanua ke dalam air panas dan diminum sekali
sehari. Seperti yang dikatakan oleh informan AP,
... Orang disini kasih obat kaya ramuan alam gitu dari daun seibanua, itu
daunnya diambil to terus ditaroh di gelas dikasih air panas lalu dikasih dingin
to, baru udah dingin kasih minum hangat-hangat, diminum sekali sehari,
habis minum itu no udah hilang perlahan-lahan... (Informan AP)

Gambar 3.16.
Daun seibanua
Sumber: Dokumentasi Peneliti

253

3.3.2 Panu
Berdasarkan pengamatan penelti selama penelitian, penyakit
panu memang banyak di derita oleh masyarakat Miangas, mulai dari
anak kecil hingga dewasa. Penyebab dari banyaknya terjadi penyakit
panu atau penyakit kulit sejenisnya, salah satu diantaranya adalah
disebabkan oleh mandi di pantai pada siang hari yang panas. Menurut
salah seorang informan PT mengatakan,
...Iya disini banyak yang kena panu, ini (menunjuk anak beliau) kena panu
ya karna sering mandi ombak no. Harinya panas, kan pada keluar suar
(keringat), langsung di bawa mandi ombak ya jadinya panu... (Informan PT)

Selain dari faktor mandi ombak, berdasarkan pengamatan


peneliti di lapangan, baju yang telah di pakai kadang hanya di jemur
saja kemudian dipakai lagi. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber
air di rumah tangga yang hanya berdistribusi setiap 3 hari sekali ke
setiap rumah warga. Terdapat 2 jenis penyakit panu yang dikenal
masyarakat, yaitu panu baik dan panu jahat. Panu baik dan panu jahat
dapat dibedakan melalui warna serta daki yang menempel pada tubuh
si penderita. Meskipun berbeda, tetapi pengobatannya tetap sama.
Hal tersebut dituturkan oleh seorang informan MP yang berprofesi
sebagai dukun tradisional di Miangas,
...Kalu panu dia cuma ada 2, panu bagus sama panu jahat. Kalo punya opa
ini panu jahat, penuh daki, jadi kalo dia kena air laut atau sinar matahari dia
jadi gembung dp daki. jadi kalo ambil batu lalu digosok-gosok kulitnya yang
kena panu jadi licin no, karna dakinya sudah lepas. Kalo panu bagus itu panu
dia yang putih-putih itu dan nda gatal kaya panu jahat... (Informan MP)

3.3.3 Diabetes Melitus


Fenomena penyakit diabetes melitus di Miangas dapat
dikatakan sebagai fenomena gunung es. Kecenderungan faktor-faktor
yang mengarah untuk terjadinya penyakit diabetes melitus banyak di

254

Miangas, tetapi masih terkendala dengan pendeteksian secara akurat


apakah seseorang memang positif menderita diabetes melitus atau
tidak. Pasalnya, di Miangas sendiri tidak ada alat atau laboratorium
untuk mengukur kadar gula darah, sehingga untuk data secara
pastinya berapa orang yang menderita diabetes melitus tidak tersedia.
Untuk pasien yang tercatat sebagai pasien diabetes melitus di
puskesmas biasanya merupakan pasien yang sudah mengalami
komplikasi sehingga sudah dipastikan oleh pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi seperti rumah sakit bahwa orang tersebut positif
mengidap diabetes melitus.
Menurut kepala puskesmas Miangas, diabetes melitus
merupakan salah satu dari 10 penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat Miangas. Pernah beberapa tahun yang lalu ketika ada
pengobatan gratis kerjasama Rumah Sakit Manado dengan Kapal
Republik Indonesia (KRI) memeriksa kadar gula darah masyarakat
Miangas. Dari pemeriksaan tersebut sebagian besar masyarakat
mengetahui kadar gula darah mereka, ada yang memiliki positif dan
ada juga yang negatif diabetes melitus. Kepala Puskesmas
mengatakan,
...Diabetes itu disini memang nda terlalu kelihatan, tapi kan kalau kita lihat
faktor risikonya disini, pasti banyak yang menderita itu, sejenis fenomena
gunung es. Disini dulu pernah ada alat untuk mendeteksi kadar gula darah
yang pake strip itu. Tapi karena masyarakat yang periksa bayarnya ala
kadarnya, jadi nda bisa beli lagi stripnya itu, kan itu stripnya itu yang mahal.
Kalo dulu itu ada pernah pengobatan gratis kerjasama dengan Rumah Sakit
Manado pake Kapal Republik Indonesia (KRI), 70% masyarakat sudah
diperiksa kadar gula darahnya memang positif DM. Itu bisa dilihat no dari
banyak orang-orang yang obesitas. Itukan 80% dari yang obesitas itu pasti
udah diabetes kan... (Kepala Puskesmas)

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, terdapat satu orang


pasien diabetes melitus yang sampai mengalami komplikasi luka pada

255

kakinya. Komplikasi dari luka tersebut membuat si pasien mengalami


kendala-kendala dalam melakukan aktivitasnya terutama untuk
berjalan. Informan MO menngungkapkan tentang keterbatasan
peralatan cek gula darah di puskesmas,
...Kalau dokter disini mau tes gula nda ada itu dp alat, katanya rusak,
banyak itu masyarakat yang mengeluh itu. Katanya nda ada stripnya, nda
ada jarumnya, nda ada apanya. Kalo ibu ada itu alat tensi darah, alat cek
gula, kolesterol, asam urat itu ibu lengkap, ibu beli alat-alat itu punya sendiri
di Manado, kan anak juga so kerja di rumah sakit di Manado. karna ibu ada
sakit jadi beli semua. Ibu ada penyakit gula, ini kaki ancur semua, ada masuk
ke rumah sakit klinik di Manado, berapa bulan itu. Ini sudah 2 tahun lebih
(menderita DM), penyakit gula ini karena kelebihan gula, ada juga katanya
karena kurang gerak, padahal mama so sering ke kebun.. (informan MO)

Gambar 3.17.
Komplikasi Diabetes melitus pada salah seorang informan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Lebih lanjutnya, informan MO juga menceritakan awal mula


terjadinya komplikasi penyakit diabetes melitus yang dia dapatkan,

256

...Awalnya ibu itu luka kecil, cuma dokter bilang ada tambahannya, bukan
cuma gula begitu, ada tambahannya, dorang bilang salibabo api atau apa,
makanya itu dibelah no itu kaki, bengkak sampai di buku-buku, ada kemarin
dokter bilang 2 penyakit, penyakit gula nda terlalu tinggi, yang satunya ada
salibabo api, itu maksudnya bangka mulai dari ujung kaki sampai buku-buku
tegang dp urat punya. Ada juga ini katanya dijahatin sama orang, ada itu
orang-orang jahat ada kemungkinan lantaran sakit hati kong dorang...
(informan MO)

Adapun gejala yang dirasakan oleh informan MO berawal dari


luka kecil yang tak kunjung sembuh yang kemudian semakin lama
semakin membesar;
...Gejala-gejala awalnya itu cuma luka kecil seujung kuku begitu, lama
kelamaan begitu jadi kaki ini udah bengkak makin besar, udah seminggu
udah so mulai hancur itu kaki, kalau penyakit biasa itu cepat, ini kan so udah
lambat, ini sekrang ibu rasa gatal-gatal di mata, di badan di pipi, tapi udah
minta dp obat sama pa mantri obat gatal-gatal, jadi so nya nda rasa lagi dp
gatal, tinggal dp bengkak dang garuk-garuk.. (Informan MO)

Lebih lanjutnya, informan


pengalamannya ketika melakukan
ditempuhnya ke luar Miangas,

MO juga
pengobatan

menceritakan
yang harus

...Jadi ini pengobatannya dari Manado sana, memang so kasih dp obat,


setiap hari kasih bersih ini luka, dp luka itu sudah mulai mengecil segini, dulu
itu ancur semua, kasih bersih sama air lalu kasih sama salep itu, setiap 3 hari
sekali ibu rutin periksa, ya kalau tinggi minum obat ya kalau rendah ya nda,
soalnya dokter sudah pesan ibu kalau habis minum obat dia bilang periksa
kalau gulanya tinggal 170 dia bilang nda usah minum obat, kecuali macam
gula naik 200 ke atas. Penyakit gula itu kan ada dua macam ada penyakit
gula kering sama penyakit gula basah... (Informan MO)

257

Selain pengobatan secara medis, informan MO juga melakukan


pengobatan tradisional. Khususnya pengobatan untuk menghilangkan
ilmu jahat yang menyebabkan informan MO harus mengalami
penyakit diabetes melitus hingga terjadinya komplikasi di kakinya;
...Ya namanya manusia kan ada yang pake ilmu jahat, nda bisa liat orang
senang, itu kan di bawa ke dokter Manado, terus cari juga obat-obat
makatana, orang sembur di Manado, kita ada pernah tanya sama orang
pintar di Manado, katanyanya ini penyakit ada campurannya, ya
campurannya dibikin nakal orang no. Habis cari obat dokter kita cari obat
sembur-sembur gitu, kita juga sudah minum itu semua ramuan-ramuan
daun-daun yang orang pintar bikin, pokoknya kurang obat apa yang kita nda
pakai?... (Informan MO)

3.3.4 Naik Darah (Hipertensi)


Penyakit Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita
oleh masyarakat di Miangas. Menurut Kepala Puskesmas Miangas,
seiring dengan perbaikan sanitasi lingkungan di Miangas, penyakit
degeneratif sekarang ini memang lebih banyak diderita oleh
masyarakat daripada penyakit menular, salah satunya adalah penyakit
hipertensi. Menurut beberapa informan, masyarakat Miangas
memang rentan mengidap penyakit hipertensi ini. beberapa faktor
pemicu seperti konsumsi masyarakat terhadap ikan laut yang tinggi
kadar garamnya, kebiasaan survive masyarakat mengkonsumsi ikan
asin ketika cuaca tak bersahabat, serta tinggi beban pikiran yang
mengakibatkan stres.
...faktor-faktor hipertensi kan banyak disini, itu kan bisa disebabkan karna
stres memikirkan anak sekolah gimana itu di ibukota, terus juga konsusmsi
ikan laut. Kan disini ikan lautnya tinggi kadar garamnya, karena ikan disini
ikannya langsung dari samudra, jadi tinggi itu kadar garamnya. Lalu ada lagi
makan ikan asin itu, disini kalau nda musim ikan, semuanya makan ikan asin
itu... (Kepala Puskesmas)

258

Ada sebutan masyarakat Miangas untuk penyakit hipertensi


yaitu naik darah. Tetapi istilah yang sering digunakan masyarakat
untuk menyebut hipertensi adalah penyakit darah tinggi. Adapun
penyebab terjadinya penyakit hipertensi di masyarakat dapat
diakibatkan oleh banyak fikiran sehingga menyebabkan stres yang
berkepanjangan. Salah seorang informan yang menderita hipertensi
mengatakan,
...Penyebabnya karna pengaruh banyak bafikir no, banyak itu yang
difikirkan, soalnya dulu itu kita banyak berfikir ade itu kuliah no tapi
sekarang so sehat karna ade so mau wisuda... (Informan PDL)

Hal senada juga diungkapakan oleh informan NN yang juga


menderita hipertensi. Menurut wanita berusia 65 tahun ini, penyebab
hipertensi yang paling menonjol adalah disebabkan banyaknya
pikiran. Selain itu faktor konsumsi juga sangat berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Informan NN mengatakan,
...Oma memang ada penyakit darah tinggi sampai180/100. Itu kan yang
bikin darah tinggi cuma karena banyak pikiran sama banyak makan makanan
terlarang. Makanan terlarang itu seperti daging anjing, daging babi, makanan
berminyak, sama minum kopi... (Informan NN)

Adapun gejala hipertensi yang dirasakan adalah seperti kepala


pusing, mata gatal-gatal, serta kepala terasa panas. Informan NN
mengatakan,
...Oma so dapat tau kalo oma pegang gini (memegang ubun-ubun) itu udah
gejalanya, oma sudah tau kalau sininya so panas. Mata rasa sakit, mata so
gatal-gatal berarti oma itu pusing. Kalau sudah dp rasa itu gejala, oma so
minum obat, obat dari dokter. Biasanya oma dikasil katropil sama dokter...
(Informan NN)

259

Setidaknya ada 2 pola pengobatan yang dilakukan oleh


informan, yaitu pengobatan secara medis dan pengobatan secara
tradisional. Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan adalah
dengan memeriksakan diri di fasilitas medis. Pengobatan secara medis
yang ditempuh adalah dengan meminum obat dari puskesmas seperti
yang dilakukan oleh informan NN,
...Oma ada penyakit darah tinggi sampai180/100. Cuma sampai disitu. Kalo
sampai di situ oma sudah berhenti makan itu makanan terlarang. Kalau oma
so dapat itu dp gejala, oma so langsung minum obat, obat dari dokter.
Biasanya oma dikasil katropil. Itu dokter dia tensi oma setiap hari. Oma nda
mau pigi ke puskesmas, kan itu jauh disana, jadi kita langsung minta datangi
dokter kalau mau tensi. Ini ada dikasih obat 3 kali sehari, tapi kalau nda sakit,
kasih kurang no minumnya biar cuma pagi sama malam saja... (Informan
NN)

Hal serupa juga dilakukan oleh informan PDL. Tetapi bedanya


obat yang dikonsumsi oleh informan PDL merupakan obat yang
langsung dia pesan dari Manado. menurut PDL, obat yang ada
dipuskesmas kurang manjur untuknya, sehingga dia harus memesan
obat yang lebih baik kemanjurannya di apotek Manado;
...Obat papa itu dikirim itu ade yang paling tua dari Manado, dibeli di
apotek disuruh dokter di Manado. Jadi semua obat-obat papa itu dibelinya di
Manado, nda ada itu dijual disini. kalau umpanya minum dp obat, nda terasa
itu gejala. Tapi papa nda cocok sama obat di puskes sini, kan beda juga dp
dosis, kalau papa nya nda mempan itu obat di puskes, jadi harus minum itu
obat dari Manado... (Informan PDL)

Selain itu, terdapat juga pengobatan tradisional untuk


mengobati dan mencegah hipertensi ini. salah satunya dengan
mengkonsumsi sayur pepaya ataupun gingseng, seperti yang
dikatakan oleh informan NN,

260

...Ada obat tradisional darah tinggi, torang banyak bilang itu bunga pepaya
itu disayur, bisa diminum airnya, itu juga bisa sayur gingseng dimasak kuah
terang boleh campur ikan itu, itu rasanya nda pahit... (Informan NN)

Meskipun demikian, kadang obat tradisional dirasakan kurang


kemanjurannya dibandingkan dengan obat dari fasilitas medis.
Sehingga lebih memilih mengkonsumsi obat-obatan medis
dibandingkan obat tradisional meskipun harus membeli di luar pulau,
seperti yang diungkapkan oleh informan PDL,
...Pernah juga papa pakai obat makatana, soalnya kita pake obat tablet dan
obat tradisional itu dulu. Tapi karna itu dp obat tradisional itu juga kurang
mempan, papa nda lagi itu minum obat tradisionalnya. Jadi sampai sekarang
papa cuma minum itu obat dari Rumah Sakit Manado yang dibeli sama ade
di apotek Manado... (Informan PDL)

3.3.5 Khosa (Sesak nafas)


Penyakit sesak nafas atau yang lebih dikenal masyarakat
dengan sebutan khosa merupakan salah satu penyakit yang sering
dikeluhkan masyarakat, terutama pada informan laki-laki. Penyakit
khosa sendiri tidak terbatas pada astma, tetapi juga penyakit yang
berkenaan dengan sesak nafas dan paru-paru seperti Penyakit Paru
Obstetrik Menahun (PPOM). Menurut salah seorang petugas
kesehatan, khosa ini erat hubungannya dengan kebiasaan merokok
dan menyelam yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Miangas
dan sering diderita oleh masyarakat yang sudah lanjut usia. Tenaga
kesehatan B mengatakan,
...Khosa itu sesak nafas. Kan sesak nafas bisa dipengaruhi dari banyak hal,
bisa dia astma, bisa juga itu dia PPOM. Itu biasanya penyebabnya dari
merokok, lain juga karena sering menyelam. memang waktu muda-muda
gini nda terasa itu sakit, tapi kalau sudah tua sudah dapat rasa itu penyakit.
kan disini menyelam bisa sampai 10-15 meter. Kadang malam-malam, habis

261

itu ditambah lagi sering minum-minum, itu paru-paru bisa bocor itu...
(Nakes B)

Penyebab dari khosa menurut salah seorang informan


merupakan dampak dari salese yang telah dideritanya selama
bertahun-tahun. Selain itu, diperparah dengan pekerjaan yang berat
serta masuk dingin, sehingga muncul penyakit khosa. Lebih lanjut
informan WP menceritakan,
...Waktu itu umur opa 41 tahun, awalnya itu opa jatuh dari oto di bitung
waktu ada penggalian pipa air, kong truck sementara bajalan, kong kita
langsung melompat, lalu masuk itu di dalam kolong truck. Tertindis ini
tangan sama ban belakang truck, jadinya itu dada opa kena salese, patah di
dalam dang. Itu waktu cilaka gitu nda dibawa kemana-mana, dikasih biar aja
no. Waktu itu opa masih belum rasa dp khosa. Cuma pas opa lagi jalan di
nyare85 masuk dingin, baru itu to rasa sesak nafas, baru mulai itu opa kena
khosa. Kalau salese ini dp rasa sakit, itu berarti khosa sama masuk dingin
dang... (Informan WP)

Penyebab khosa yang lainnya juga diungkapkan oleh informan


AE. Menurut lelaki berusia 68 tahun ini, penyebab dari penyakit khosa
yang dideritanya berasal dari kebiasaannya men-jubi86, merokok, serta
faktor usia yang telah menua. Lebih lanjut informan AE
mengungkapakan
...Opa dapat khosa ini baru 2 tahun yang lalu, tapi karna mungkin yah apa
itu mungkin sudah so tua juga, umur opa kan so 68 tahun. Karna mungkin
sudah kelelahan juga dari masih umur 50 tahuan ke bawah, itu kan opa di
laut terus, men-jubi di perahu, ada juga pakai rokok. Itu mungkin karna
pengaruh men-jubi malam, memancing siang malam. Ya itu dulu opa nda

85

Nyare merupakan bagian pantai yang dangkal

86

Men-jubi merupakan sebutan masyarakat Miangas untuk kegiatan menyelam


untuk menombak ikan di dalam air sekitar 10-15 meter di dalam laut.

262

sadar kesehatan, pas umur-umur begini baru dapat penyakit-penyakit khosa


begini... (Informan AE)

Adapun gejala utama yang dirasakan ketika penyakit khosa


menyerang adalah sesak bernafas. Sesak bernafas ini kambuh ketika
informan sedang bekerja keras maupun masuk dingin, seperti yang
diungkapkan oleh informan WP,
...Lain kali itu dalam seminggu opa 2 sampai 3 kali kena khosa. Dp gejala
kambuh, itu kalau salese ini masuk dingin, ini dada rasa sakit, badan-badan
ini sakit rasa menucuk begitu, opa rasa nda bisa banafas dang... (Informan
WP)

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan AE. Menurutnya


apabila sudah terasa sesak nafas serta batuk-batuk,maka itu tandanya
khosa yang telah dideritanya sedang kambuh,
...Kalau ini khosa kambuh, opa rasa sesak nafas. Dp gejala itu cuma sesak
nafas sama batuk-batuk. Dp gejala pasti bergandengan itu, tapi habis minum
obat, opa nda rasa lagi dp gejala... (Informan AE)

Setidaknya ada 2 pola pengobatan yang dilakukan oleh


informan, yaitu pengobatan secara medis dan pengobatan secara
tradisional. Perilaku pencarian pengobatan yang pertama dilakukan
adalah dengan memeriksakan diri di fasilitas medis. Meskipun sudah
ada puskesmas di Miangas, terkadang ketersediaan obat untuk khosa
sendiri sangat kurang di Miangas, seperti yang diungkapakan oleh
informan WP,
...Ada obatnya untuk khosa itu, tapi cuma dipakai dalam keadaan gawat,
obat semprot itu namanya, tapi disini nda ada itu. Di puskes sini kan nda
lengkap obatnya. Jadinya opa cuma ada beli obat di warung kaya astma soho
gitu, ada orang bilang pakai obat itu ada dp pengaruh. Opa pakai itu obat
karena nda ada obat lain selain itu disini, jadi mau pakai apa lagi?. Opa

263

minum itu pil astma soho itu hari-hari, so sudah satu karung kita kalo mau
hitung-hitung. Mulai pagi sampai sore, itu satu bungkus isi 4 biji itu untuk
satu hari itu, opa itu sudah kecanduan itu obat, kalau nda minum obat opa
bisa mati. Kalau nda minum obat itu kambuh terus, ini opa tinggal kekuatan
obat aja lagi no, kalo lagi sakit-sakit itu bisa 2 papan itu (8 biji), klo biasabiasa aja bisa 1 papan (4 biji). Bila siang-siang gitu khosa opa sering kambuh,
opa harus minum obat itu, klo nya nda minum obat batambah kambuh...
(Informan WP)

Lain halnya yang diungkapkan oleh informan AE. Beliau


mengaku bahwa untuk mengobati penyakit khosa yang dideritanya
cukup dengan meminum obat dari puskesmas.
...Kalau opa obatnya cuma minta di puskesmas. Tapi sebenarnya itu di
puskesma juga kadang nda ada itu dp obat, padahal obat-obatan seperti itu
sangat penting disini. kadang kalau nda ada obat dari puskesmas, ya
terpaksa beli obat biasa di warung no... (Informan AE)

Selain pengobatan secara medis, di Miangas juga terdapat


obat tradisional untuk mengobati penyakit khosa, yaitu dengan
menggunakan ramuan makatana. Meskipun demikian, ramuan
makatana dirasakan kurang manjur daripada obat medis yang ada,
sehingga sekarang jarang digunakan. Adapun ramuan makatana yang
dimaksud seperti yang diungkapkan oleh informan WP,
...Memang ada itu obat-obat tradisional kaya biji kunyit itu semua-semua
obat tradisional itu, mama sudah bikin tapi nya nda mempan sama opa. Lain
kali itu ada pakai daun mayana, ditumbuk, pakai kuning telur itu ditambah
gula madu diaduk sama-sama baru kasih minum. Itu diminum nda sering,
pas kambuh-kambuh aja diminum, klo papa so rasa khosa kambuh itu baru
dibikin, tapi klo sehari-harinya itu opa minum pil astma soho... (Informan
WP)

264

3.4

Potret Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Berdasarkan data IPKM tahun 2013, salah satu aspek yang
menjadi lampu kuning dalam pembangunan kesehatan masyarakat di
Kabupaten Kepulauan Talaud salah satunya adalah aspek Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selama penelitian ini berlangsung,
peneliti belum menemukan data-data yang berhubungan dengan
pencapai perilaku hidup bersih dan sehat di Miangas. Berdasarkan
temuan peneliti di lapangan, terdapat beberapa poin PHBS yang perlu
dilakukan peningkatan terutama untuk poin ASI eksklusif, cuci tangan
pakai sabun, konsumsi buah dan sayur, merokok, air bersih, serta
pemberantasan jentik nyamuk.
3.4.1 Persalinan dengan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan temuan di lapangan, peneliti belum bisa melihat
jumlah riil pencapaian ibu yang melahirkan dengan tenaga kesehatan
di Miangas. Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya,
peneliti kesulitan untuk mengumpulkan data-data yang sudah
dievaluasi, salah satunya adalah data jumpah pencapain ibu yang
melahirkan dengan tenaga kesehatan. Oleh sebab itu, pembahasan
sub bab ini berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan
beberapa informan yang pernah melahirkan, baik dengan tenaga
kesehatan, mama biang, maupun melahirkan sendiri.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, terdapat 3 jenis tenaga
penolong persalinan masyarakat Miangas, yaitu, mama biang (dukun
kampung), bidan puskesmas serta tenaga kesehatan non bidan seperti
perawat, dan dokter spesialis. Bagi ibu melahirkan di Miangas, alternatif
tenaga penolong yang mereka pilih pertama kali adalah mama biang.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mama biang memang
memiliki kedekatan yang sudah terjalin jauh hari sebelum si ibu
melahirkan. Dibandingkan dengan tenaga kesehatan seperti bidan yang
masih dipandang muda dan baru menetap di Miangas, para ibu hamil di
Miangas lebih mempercayakan persalinan mereka kepada mama biang.

265

Untuk jenis tenaga penolong persalinan dari kalangan bidan,


maka hal itu dilakukan tergantung dari mama biang yang menolong
persalinan si ibu. Apabila mama biang yang dipanggil oleh masyarakat
adalah mama biang yang bermitra dengan tenaga kesehatan, maka
mama biang lah yang berinisiatif untuk memanggil bidan puskesmas
untuk mendampingi persalinan ini. Adapun pembagian dari kemitraan
bidan puskesmas dengan mama biang yaitu untuk bidan puskesmas
menangani proses persalinan normal mulai dari ibu mengejan sampai
plasenta keluar. Sedangkan untuk mama biang akan menangani si ibu
pasca melahirkan, seperti memberi ramuan makatana untuk
mencegah penyakit bantahan, memijit perut ibu pasca melahirkan,
serta mengurus memandikan bayi hingga tali pusatnya ciri (terlepas).
Salah seorang bidan di Puskesmas Miangas menceritakan salah
satu pengalamannya dalam bermitra dengan mama biang yang
diangkat oleh desa,
...Kita selama disini cuma pernah satu kali no menolong persalinan. Itu
sama mama biang K. Dia memang mama biang yang ditunjuk desa disini. Dia
punya itu dp peralatan medis dari puskesmas. Waktu itu, kita no yang
menangani itu persalinan ade bayi sampai itu plasenta keluar sampai potong
dp tali pusat. Habis itu langsung mama biang yang tangani itu ibu, si ibu
dipijit-pijit biar kata orang itu kandungan kembali bagus. Untuk perawatan
ade bayi di rumah itu mama biang yang tangani, tapi kalau ada yang minta
bantuan kita ya kita layani, tapi biasanya mereka panggil mama biang
sampai itu tali pusat lepas.. (Bidan SA)

Adapun pemilihan tenaga yang ketiga yaitu dengan tenaga


medis non bidan seperti perawat dan dokter spesialis. Beberapa
perawat di Miangas khususnya yang sudah senior, biasanya sudah
mendapatkan pelatihan tata cara menolong persalinan meski dengan
kopetensi yang terbatas. Perawat biasanya baru diperlukan ketika
kondisi memang tidak ada bidan sama sekali di desa. Pertolongannya
pun bersama dengan mama biang yang telah bermitra dengan tenaga

266

kesehatan di Miangas. untuk yang memilih persalinan dengan dokter


spesialis tentunya dilakukan bagi mereka yang mampu untuk
melakukan persalinan di luar pulau Miangas seperti di Melonguane
maupun Manado.
3.4.2 Penimbangan Bayi dan Balita
Berdasarkan temuan di lapangan, penimbangan bayi dan balita
dilakuan pada saat bayi baru dilahirkan dan pada saat posyandu yang
dilakukan setiap satu bulan sekali. Penimbangan bayi yang baru lahir,
sangat dipengaruhi oleh dengan siapa si ibu meminta bantuan
penolong persalinan. Untuk penolong persalinan dengan tenaga
kesehatan atau mama biang yang telah bermitra dengan tenaga
kesehatan pasti selalu dilakukan penimbangan. Hal ini seperti yang
diungkapkan salah seorang mama biang yang telah bermitra dengan
tenaga kesehatan,
...Kalau sama mama itu habis ade bayi keluar, itu langsung ditimbang pake
timbangan ini (menunjukan timbangan bayi). Ada ini mama punya
timbangannya, kan mama punya ini peralatannya dikasih puskesmas....
(Mama biang K)

Menurut penuturan bidan SA, ada ibu hamil yang melahirkan


dengan mama biang yang tidak bermitra dengan tenaga kesehatan,
setelah dia membantu persalinan, si bayi tidak ditimbang, baru minta
ditimbang ke puskesmas setelah beberapa jam bayi dilahirkan. Bidan
SA menuturkan,
...itu kita sempat marah juga sama mama biang H, jam 10 pagi tiba-tiba
datang ke puskesmas minta bayinya ditimbang, dia kan nda punya peralatan
kaya oma K (mama biang yang telah bermitra dengan nakes). Kita tanya
kapan si ibunya melahirkan, katanya tengah malam tadi. Kitanya sempat juga
pingin marah kenapa nda hubungin kita, meskipun dia nda mau bergandeng
sama nakes, setidaknya kita ada buat ngawasin. Itu kan bayinya udah berak,
kencing, menyusu sebagainya, nda bisa lagi itu, lepas sudah penimbangan
baru lahir... (Bidan SA)

267

Posyandu merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap


bulannya untuk menimbang bayi dan balita. Pulau Miangas hanya
memiliki 1 desa, oleh sebab itu di Miangas hanya terdapat 1 posyandu
saja. Kegiatan ini dilakukan di puskesmas pembantu yang berlokasi di
tengah-tengah pemukiman masyarakat Miangas. Selain kegiatan
penimbangan bayi dan balita, pada kegiatan ini juga dilakukan
pemeriksaan ibu hamil (ANC), imunisasi, dan pemberian makanan
tambahan bagi balita dan ibu hamil.
Kegiatan posyandu yang dilakukan di Miangas meliputi
registrasi, penimbangan berat badan, pencatatan, dan pemberian
makanan tambahan jika ada, dan beberapa pesan-pesan konseling
bagi balita yang dianggap memerlukan. Tidak ada pengukuran tinggi
badan, dikarenakan puskesmas tidak memiliki mikrotois sebagai alat
pengukur tinggi badan.
Menurut penuturan kader posyandu, antusiasme ibu untuk
membawa anaknya untuk mengikuti kegiatan posyandu. Sekitar 80%
balita yang tercatat mengikuti acara posyandu ini. Meskipun demikian,
terdapat kecenderungan terjadinya penurunan kunjungan bagi anak
yang telah mendapatkan imunisasi lengkap untuk menimbang berat
badannya di puskesmas.

Gambar 3.18.
Kegiatan penimbangan balita di posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti

268

3.4.3 ASI Eksklusif


Perilaku pemberian ASI Eksklusif sampai 6 bulan pada bayi-bayi
di Miangas cenderung rendah. Hal ini berdasarkan temuan peneliti
dan hasil wawancara dengan beberapa informan. Sebagian
masyarakat cenderung sudah memberi larutan kopi ketika bayi baru
lahir untuk menghindari si bayi terkena penyakit mata tinggi ketika
besar nanti. Selain itu perilaku pemberian makanan tambahan
terutama sagu tanah mulai dari usia 3 bulan. Untuk penjelasan lebih
mendalam tentang ASI Eksklusif dibahas pada sub bab ASI Eksklusif
pada pembahasan potret Kesehatan Ibu dan Anak.

Gambar 3.19.
Perilaku dan tradisi pemberian sagu tanah pada bayi mulai berusia 3 bulan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.4.4 Cuci Tangan Pakai Sabun


Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) di masyarakat Miangas
beragam. Ada yang melakukan CTPS dan ada yang tidak. Ada seorang
informan yang peneliti amati yang tidak melakukan perilaku CPTS.
Salah satu subjek yang peneliti amati adalah perilaku pola asuh si
informan terhadap anaknya.

269

Dari penuturan Informan MAD, bahwa anaknya tersebut


memang sering bermain di pasir. Setelah anak MAD bermain,
informan hanya mengelapi anaknya dengan kain kering, tidak dicuci
dengan air bersih apalagi sabun. Menurut MAD hal tersebut tidak
dilakukan karena nantinya si anak juga dimandikan oleh si ibu dengan
air dan sabun, sehingga dirasakan tidak perlu membersihkannya selagi
sebelum mandi.
Hal lain yang juga diamati oleh peneliti adalah selain kebiasaan
bermain di pasir adalah kebiasaan makan makanan ringan saat
bermain atau memasukan tangan yang kotor ke dalam mulut. Pernah
suatu ketika anak informan MAD tersebut muntah-muntah dan
mengeluarkan cacing dari dalam perutnya. Setelah dibawa ke
puskesmas, anak tersebut memang positif menderita cacingan. Hal
tersebut juga peneliti temukan pada beberapa informan anak-anak
lainnya.

Gambar 3.20.
Kebiasaan anak Miangas bermain sambil memakan camilan di pasir
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Mayoritas pola asuh yang dilakukan oleh ibunya adalah


kurangnya menjaga kebersihan anaknya. Selain cacingan, kebersihan

270

anak juga mempengaruhi penyakit lainnya seperti bisul-bisul dan


panu. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Puskesmas Miangas,
...Itu jadi anak-anak ada yang bisulan, cacingan itu selain dari asupan
makanannya, dipengaruhi juga dengan pola asuh keluarga. Itu biasanya
keluarga yang punya 4-5 anak itu biasanya mereka kurang lagi
memperhatikan si anak yang kecil. Dibiarkan main kesana-kemari, nda
terurus dan terawat kebersihannya... (Kepala Puskesmas)

Gambar 3.21.
Seorang anak yang bisulan sedang memegang makanan selagi bermain di pasir
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.4.5 Jamban Sehat


Beberapa tahun yang lalu, sanitasi di Miangas diakui masih
buruk. Salah satunya adalah perilaku buang air besar (BAB)
sembarangan di pantai. Ketika itu, memang kasus diare sangat banyak
terjadi dikalangan masyarakat. Namun, sekarang sudah banyak
perbaikan sanitasi di Miangas, salah satunya adalah kepemilikan
jamban. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala Puskesmas
Miangas,

271

...Dulu itu, memang sanitasi disini masih buruk. Ada yang BAB sembarangan
itu di pantai. Jadi dulu memang pernah jadi KLB diare disini, tapi sekarang so
nda, masyarakat sudah sadar, mereka punya itu jamban masing-masing. Ada
juga yang nda punya jamban, tapi dia pasti pinjam ke tetangga sebelah...
(Kepala Puskesmas)

Sebagian besar masyarakat Miangas telah memiliki jamban


leher angsa masing-masing di rumah mereka. Setidaknya dalam satu
rumah memiliki satu jamban leher angsa beserta septik tank kedap
air. Pembangunan jamban memang sebagian didapatkan masyarakat
dari pendanaan program pemerintah untuk perbaikan sanitasi di
Miangas, sebagian lagi dibangun dengan kesadaran diri masingmasing. Meskipun keadaan dan kondisi dari jamban tersebut masih
berbeda satu sama lainnya, antara rumah keluarga pra sejahtera
dengan keluarga menengah ke atas, tetapi bagi masyarakat, yang
penting memilikinya saja sudah cukup.

Gambar 3.22.
Salah satu jamban milik warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti

272

Meskipun demikian, ada beberapa rumah yang masih belum


memiliki jamban. Biasanya untuk urusan MCK mereka meminjam
jamban milik tetangga maupun milik fasilitas umum seperti sekolah.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh informan HM yang tidak
memiliki jamban di rumahnya. Dikarenakan jarak rumahnya yang
dekat dengan sekolah SMP di Miangas yaitu sekitar 150 meter, maka
informan MH ketika ingin melakukan MCK, maka dia akan pergi ke
jamban sekolah.
3.4.6 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Miangas pada
umumnya beragam, mulai dari aktivitas ringan seperti bersih-bersih
pekarangan rumah, hingga aktivitas berat menyelam. Selain aktivitas
yang memang menjadi pekerjaan sehari-hari mereka, masyarakat juga
sering melakukan aktivitas oleh raga seperti bermain voli maupun
sepakbola setiap sore. Hal ini dikarenakan hanya berolah raga sajalah
yang menjadi hiburan mereka disini.

Gambar 3.23.
Aktivas warga bekerja di kebun
Sumber: Dokumentasi Peneliti

273

Gambar 3.24.
Aktivas sore bermain voli
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.4.7 Konsumsi Buah dan Sayur


Ada beberapa jenis buah dan sayur yang tumbuh di Miangas
seperti mangga, pisang, pepaya, kelapa muda, jambu air, jambu biji,
sayur gedi, kangkung darat, sayur paku-pakuan, terong, tomat sambal,
cebe rawit, daun bawang, laluga dan daun ubi. Perilaku konsumsi
buah yang masyarakat lakukan biasanya tergantung pada musim buah
berbuah. Sama seperti halnya buah, sayur perilaku konsumsi sayur
masyarakat kadang terkendala oleh ketersediaan sayur yang
bergantung pada musim.

274

Gambar 3.25.
Perkebunan sayur warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Mayoritas sayur dan buah memang diperoleh dari dalam Pulau


Miangas sendri, tetapi ada juga beberapa yang diperoleh ketika kapal
masuk membawa barang-barang kebutuhan pokok ke Miangas.
Namun, untuk pasokan buah dan sayur dari luar Pulau Biasanya hanya
bertahan beberapa hari, sehingga ketersediaan sayur dan buah
memang mayoritas berasal dari dalam pulau. Selain itu, ada beberapa
masyarakat yang bertanam tanaman sayur-sayuran secara mandiri di
pekarangan rumah mereka. Sayuran yang biasa ditanam mereka
adalah daun bawang dan cabe rawit.

275

Gambar 3.26.
Daun bawang dan cabe rawit yang ditanam secara mandiri
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Perilaku konsumsi sayur selain dipengaruhi oleh musim dan


ketersediaan, ada juga yang dipengaruhi oleh ketersediaan lauk
rumah tangga. Salah satu informan AL mengatakan,
...Kemarin makannya nasi sama sayur gedi, nda ada lauk ikannya, karena
kmarin nda dapat ikan, jadinya nasi sama sayur. Kalau dapat ikan biasanya
kadang pakai sayur kadang juga nda, tapi yang sering nda pake sayur...
(Informan AL)

Hal serupa juga diungkapkan oleh informan NN yang


menyatakan perilaku konsumsi sayur pada masyarakat juga
tergantung pada ketersedian ikan yang dipengaruhi oleh cuaca dan
kondisi alam Pulau Miangas,
...Kalo orang sini pas musim angin kencang-kecangnya, kan nda bisa nyari
ikan, jadi makan lauknya nasi sama sayur aja no. Kalau nda ada nasi biasanya
makan ubi, laluga, atau sagu, lauknya sayur, ikan kaleng atau ikan garam...
(Informan NN)

276

Gambar 3.27.
Menu makanan masyarakat ketika musim ikan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.4.8 Tidak Merokok dalam Rumah


Sebuah pemandangan yang lumrah melihat sebagian besar
penduduk laki-laki di Miangas sedang merokok dimana saja pun
mereka berada, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Bagi
sebagian masyarakat rokok adalah pemacu semangat mereka untuk
bekerja, apalagi untuk mereka yang biasa melakukan pekerjaan berat
seperti menyelam, nelayan, berkebun, maupun bertukang. Salah satu
informan yang suaminya merupakan seorang buruh lepas dan juga
seorang perokok menuturkan,
...Merokok katanya (suami beliau) bikin semangat kerja. kalau nda
merokok gimana gitu. Kita rasa juga beda antara yang merokok dan nda,
yang merokok biasanya lebih rajin bekerja daripada yang nda merokok...
(Informan LS)

Selain sebagai pemicu semangat kerja, merokok juga


diidentikan sebagai aktualisasi keren-kerenan bagi kaum lelaki,

277

terutama bagi lelaki muda. Salah satunya adalah fenomena merokok


di kalangan remaja lelaki di Miangas, informan CL yang juga
merupakan seorang remaja di Miangas mengatakan,
...Laki-laki puber disini (12 tahun keatas) udah belajar merokok sama
minum-minum, mereka terpengaruh pergaulan dari teman. Biasanya mereka
itu rusak karena alkohol sama rokok. Cuma 1-2 orang aja yang masih baik.
Biasanya mereka bikin geng-geng untuk rokok sama minum-minum itu. Mau
bikin gaul-gaulan boleh aja sih, tapi harusnya kan gaul yang positif, nda kaya
minum-minum atau meroko begitu... (Informan CL)

Gambar 3.28.
Perilaku merokok di masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Aktualisasi keren-kerenan dengan merokok juga tidak hanya


terjadi pada kalangan remaja lelaki tetapi terjadi juga pada kalangan
lelaki dewasa muda. Menurtu MP, seorang informan perokok yang
sudah berusia 65 tahun menuturkan,
...Iya opa setiap hari rokok kaya gini (rokok linting). Ini dari daun tembakau
yang sudah dihalus-haluskan begini to lalu dibungkus sama kertas khusus. Itu

278

sama opa cocok yang gini karna makin lama makin tinggi (dosis tembakau).
Tapi kalau masih nyong-nyong (masih muda) itu pake rokok yang dijual-jual
di warung, itu umur muda buat bikin bastan (gaya-gayan) sama orang-orang
biar bisa diginikan (Informan MP menirukan gaya menghisap dan
mengeluarkan asap rokok seperti di film-film action)... (Informan MP)

Seperti yang telah di sebutkan informan MP, rokok yang


beredar dan biasa dipakai oleh masyarakat Miangas ada 2 yaitu rokok
linting dan rokok filter yang biasa dijual di warung-warung dalam
kemasan kotak. Rokok linting biasanya dikonsumsi oleh orang-orang
yang tua sedangkan rokok filter dipakai mulai dari laki-laki muda.
3.4.9 Penggunaan Air Bersih
Pulau Miangas memiliki beberapa sumber mata air bersih yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Setidaknya selama penelitian
ini berlangsung Miangas memiliki 1 mata air, 3 sumur bor kecil dan 1
sumur bor besar yang menjadi tumpuan utama sumber air bersih bagi
masyarakat. Sumur bor yang besar ini merupakan sumbangan proyek
PNPM Mandiri tahun 2013. Untuk pendistribusiannya biasanya dibagi
menjadi 3 jalur. Setiap jalur mewakili jalan/ray yang ada di Miangas.
Setiap Ray diberi jatah 3 hari sekali untuk mendapatkan
pendistribusian air. Selain itu pendistribusian air juga dapat
dipengaruhi oleh ketersediaan listrik di Miangas. Hal ini dikarenakan
untuk mendistribusikan air tentunya diperlukan pompa listrik.
Pendistribusian air bersih yang tidak setiap hari mengakibatkan
masyarakat mebuat penampungan-penampungan air di setiap rumah
mereka.

279

Gambar 3.29.
Sumber air bersih utama masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Untuk mendapatkan air, terkadang masyarakat mensiasatinya


dengan mengangkut air secara mandiri dari mata air ke rumah-rumah
dan ditampung di tempat penampungan air.

Gambar 3.30.
Masyarakat yang mengangkut air secara mandiri
Sumber: Dokumentasi Peneliti

280

3.4.10 Memberantas Jentik Nyamuk


Pendistribusian air yang tidak setiap hari membuat setiap
rumah di Miangas harus memiliki bak-bak penampung air bersih.
Model-model penampungan air di masyarakat cukup beragam, ada
yang dari drum seng, ada bak penampung khusus, ada juga hanya
ditampung di ember atau baskom-baskom besar. Berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan bak-bak penampunga masyarakat
ada yang memiliki tutup dan ada juga yang tidak.

Gambar 3.31.
Salah satu drum penyimpanan air warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Biasanya bak-bak penampungan itu dikuras setiap kali air yang


ditampung itu habis. Frekuesnsi habisnya air di dalam bak-bak
tersebut bervariasi, mulai dari 3 sampai 6 hari sekali. Selama air masih
ada, maka biasanya masyarakat tidak mengurasnya. Tak jarang
terlihat jentik-jentik nyamuk bermunculan didalam drum
penampungan air tersebut. Hal tersebut diungkapkan salah satu
informan TT,

281

...Iya mama sering bersihin itu penampungan air, setiap mau ngisis air lagi
no, mama cuci terus itu. Kalau disini airnya habis kadang ada 3 sampai 4 hari,
setelah itu ngisi lagi... (Informan TT)

Berdasarkan yang didapatkan peneliti selama di lapangan,


tidak ada program kerja bakti atau anjuran khusus dari adat maupun
puskesmas terkait pemberantasan jentik nyamuk di Miangas. Namun,
terdapat satu spanduk besar berisikan anjuran 3M plus yang dipajang
di depan puskesmas.

Gambar 3.32.
Spanduk 3M plus yang dipajang di depan puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.5
Sistem Pelayanan Kesehatan
3.5.1 Pelayanan Pengobatan Medis
Pengobatan secara medis di Miangas pada awal mulanya
masuk sekitar tahun 70an. Pada waktu itu, Miangas masih menjadi

282

sebuah desa yang dibawahi oleh Kecamatan Nanusa yang berpusat di


Pulau Karatung, sehingga statusnya masih sebagai puskesmas
pembantu (pustu). Pada saat itu, masyarakat Miangas masih
memandang bahwa penyebab terjadinya penyakit disebabkan oleh
gangguan-gangguan dari roh jahat yang sedang menegur masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Puskesmas Miangas yang juga
merupakan salah seorang putera daerah asli Miangas,
...Tenaga kesehatan disini baru masuk itu sekitar tahun 70an, soalnya
tenaga kesehatan yang pertama disini itu bapa saya. Dulu beliau juga Kepala
Puskesmas Pembatu disini, kan dulunya Miangas dibawah Puskesmas
Karatung. Dulu-dulu orang sini kalo sakit pasti dihubung-hubungkan dengan
kekuatan supranatural, misalnya mba sore-sore lagi duduk di bawah pohon
Pos-AL itu, terus tahu-tahu malamnya sakit perut kena diare, maka orang sini
menganggap mba terkena teguran roh jahat. Padahal kan kalo sekarang kita
lihat dari kesehatan, bisa saja penyebabnya karena sanitasi yang buruk. Dulu
kan orang BAB dan segala macamnya di pantai sana, bisa jadi kuman-kuman
itu dibawa angin terus mba-nya langsung sakit... (Kepala Puskesmas)

Seiring dengan berjalannya waktu, mulai tahun 2008


Kecamatan Khusus Miangas memiliki 2 sarana pelayanan kesehatan
formal yaitu puskesmas induk dan puskesmas pembantu (pustu). Saat
penelitian ini berlangsung, Puskesmas Miangas dikepalai oleh seorang
perawat senior dengan kualifikasi pendidikan SPK. Dalam hal
ketersedian sarana, Puskesmas Miangas memiliki 1 puskesmas induk
dan 1 puskesmas pembantu dengan jarak antara puskesmas induk
dengan puskesmas pembantu kurang lebih 500 meter. Lokasi
puskesmas induk sendiri berjarak kurang lebih 200 meter dari
pemukiman warga dengan berlokasi di daerah perkebunan
masyarakat, sedangkan untuk lokasi puskesmas pembantu sendiri
memang berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat.
Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, meskipun puskesmas
pembantu berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat,

283

puskesmas pembantu ini tidak lagi dioperasikan untuk melayani


pengobatan dasar bagi masyarakat, kecuali untuk kegiatan posyandu.
Puskesmas pembantu sekarang beralih fungsi sebagai rumah dinas
bagi tenaga kesehatan PTT atau kontrak.

Gambar 3.33.
Akses jalan menuju puskesmas induk
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 3.34.
Puskesmas Pembantu (Pustu)
Sumber: Dokumentasi Peneliti

284

Adapun pelayanan yang tersedia di puskesmas ini meliputi


pelayanan pengobatan dasar, imunisasi, gizi, Kesehatan Ibu dan Anak
serta Keluarga Berencana (KIA-KB). Untuk pelayanan medis penunjang
lainnya seperti pelayanan gigi, maupun pemeriksaan laboratorium
biasanya dilakukan perujukan, baik ke rumah sakit yang ada di
Melonguane, Tahuna, maupun di Manado.
Aksebilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan medis di
Miangas sendiri sangat terjangkau. Hanya sekitar 300 meter dari pusat
pemukiman masyarakat menuju puskesmas induk dengan berjalan
kaki dalam waktu tempuh sekitar 10 menit. Meskipun demikian,
pelayanan medis di Miangas masih memiliki kekurangan-kekurangan,
terutama dalam hal ketersediaan peralatan medis dan juga beberapa
profesi tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, ketersediaan obat-obatan
yang kadang ada dan tiada menjadi suatu dilema bagi masyarakat
yang ingin mengaksesnya. Hal tersebut memang diakui oleh tenaga
kesehatannya,
...Kalau disini yang menjadi masalahnya itu ya peralatannya yang kurang,
memang sudah ada bangunan puskesmas, tapi kalau nda ada listrik, nda ada
air bersih gimana orang sini mau melahirkan di puskesmas?. Memang ada itu
peralatan diberi pemerintah kaya inkubator itu, tapi kalau nda ada listrik
mau apa? Akhirnya nda terpakai. Apalagi kalau disini kan kadar garamnya
tinggi, jadi peralatan sini 2-3 tahun saja udah karatan, kita minta yang baru
sama dinas, tapi lama digantinya. Terutama itu peralatan melahirkan, udah
karatan, ada juga yang udah hilang, kadang kita malah minjam peralatan
punyanya mama biang, tapi itu kan peralatan puskesmas juga yang beri dulu
itu... (Kepala Puskesmas)

Selama peneliti di lapangan, pelayanan medis di puskesmas


dapat diakses masyarakat mulai dari pukul 10.00 pagi sampai pukul
12.00 siang setiap hari kerjanya. Menurut petugas kesehatan, hal ini
disebabkan sedikitnya pasien yang mengakses puskesmas setiap
harinya, yaitu sekitar 1-5 pasien setiap harinya. Sehingga hal ini

285

membuat petugas puskesmas memutuskan untuk membuka


pelayanan puskesmas lebih siang daripada puskesmas pada
umumnya. Suatu ketika peneliti bertanya kepada salah seorang
tenaga kesehatan yang disebut masyarakat rajin untuk membuka
puskesmas yaitu nakes A. Nakes A mengakui bahwa hal tersebut
dikarenakan kurangnya kunjungan pasien setiap harinya, sehingga
puskesmas dibuka lebih siang daripada puskesmas pada umumnya.
...Nanti puskesmasnya dibuka sekitar jam 10an. Memang begitu setiap
harinya. Apalagi kalau ini personilnya lagi banyak yang keluar, jadi cuma kita
no yang buka itu puskesmas. Pagi-pagi nda ada orang, apalagi pasien
berobat. Kitanya juga kadang takut kalau jaga itu puskesmas sendirian,
apalagi itu kan di kebun sana, sunyi. Pasiennya juga nda banyak yang datang
paling 1-5 orang, pernah juga nda ada sama sekali yang datang berobat.
Nanti sekitar jam 12an pas udah nda ada lagi yang berobat, baru kita
tutup... (Nakes C)

Hal senada juga diungkapkan oleh seorang masyarakat


Miangas. Informan GA mengungkapkan memang benar adanya
puskesmas sejak lama memiliki kebiasaan membuka pelayanannya di
waktu yang demikian. Informan GA mengungkapkan,
...Itu puskesmas kadang buka kadang nda, kalau buka juga siang, pernah
ada oma-oma yang udah tua sakit, dia nunggu mulai pagi di puskesmas, tapi
nda buka, sampai omanya pulang ndak buka juga itu puskesmas. Untungnya
sekarang ada itu bidan kontrak yang baru itu, dia memang rajin, waktu ada
dia baru puskesmas buka setiap hari, tapi kalau sebelum ada adek-adek yang
kontrak itu, puskesmas kadang buka kadang tutup. Belum lagi itu kalau pun
puskesmas buka, kadang kita minta obat disuruh bayar, terus obatnya
kadang ada kadang juga habis. Bagaimana itu? Jadinya orang pada malas
pergi ke puskesmas... (Informan GA)

286

Ketika masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan medis


yang lebih memadai seperti halnya kasus-kasus gawat darurat yang
parah, maka satu-satunya yang dapat dilakukan oleh puskesmas
adalah dengan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
mempuni seperti rumah sakit di Melonguane, Tahuna, maupun
Manado. Aksebilitas perujukan sendiri sering terkendala transportasi
serta keuangan dari keluarga. Satu-satunya alat transportasi yang bisa
masyarakat akses di pulau ini adalah kapal perintis yang
ketersediaanya kadang bervariasi, mulai 1 minggu, 2 minggu sekali,
bahkan sampai berbulan-bulan di waktu musim angin kencang.
Ada beberapa kasus gawat darurat yang harus dirujuk tetapi
terkendala transportasi yang ada dan berakhir dengan kematian.
Seperti halnya kasus RM yang telah disinggung sebelumnya. Selain itu
ada juga kasus seorang guru yang merupakan pendatang dari luar
Miangas, ketika itu sang guru terjatuh dan langsung pingsan dan
mengeluarkan darah yang hitam pekat dari mulut dan hidungnya.
Masyarakat pun ingin segera merujuk sang guru ke fasilitas kesehatan
yang lebih mempuni, tetapi apalah daya perujukan tersebut terlambat
dilakukan dikarenakan kapal tidak ada yang berlabuh. Selang
beberapa hari sang guru pun meninggal tanpa sempat dilakukan
perujukan.
...Pernah ada itu kejadian, saat lomba 17 agustus. Kan biasanya disini ada
lomba gitu, pas itu ada ibu guru, dia ikut lomba balap karung gitu dang, eeh..
tiba-tiba dia jatuh. Terus itu udah keluar darah hitam begitu dari hidung dan
mulutnya, dia langsung nda sadarkan diri pas jatuh itu, lalu kita mau rujuk ke
Melong sana, tapi waktu itu nda ada kapal, jadinya dia meninggal disini. baru
ada kapal dia udah meninggal, sampai berapa hari itu dia disini, dia kan
orang dari luar Miangas sana, jadi nunggu kapal untuk mengirim jenazahnya
sama keluarganya, sempat sampai mau busuk begitu, disini kan nda ada itu
formalin, diawetkan cuma pakai es batu aja... (Informan ATL)

287

3.5.2 Pelayanan Pengobatan Tradisional


Jauh sebelum pelayanan kesehatan medis ada di Miangas,
masyarakat Miangas memiliki cara tersendiri untuk mengobati
penyakit yang mereka derita. Seperti yang diungkapkan Kepala
Puskesmas Miangas sebelumnya, sebelum terdapat fasilitas kesehatan
medis di Miangas, masyarakat selalu menghubung-hubungkan
penyebab terjadinya penyakit dengan hal-hal suprantural. Ada 3
pelayanan pengobatan tradisional yang masih eksis di tengah-tengah
masyarakat Miangas sekarang yaitu, metode pengobatan makatana,
metode pengobatan dengan kuasa dunia, dan metode pengobatan
dengan kuasa Tuhan. Berbeda dengan metode pengobatan medis
yang cenderung dipengaruhi oleh kaidah-kaidah ilmiah, pengobatan
tradisional di Miangas sangat berpengaruh pada kuasa-kuasa
supranatural yaitu kuasa kegelapan dan kuasa Tuhan.
Kuasa kegelapan dipercaya masyarakat dapat mengakibatkan
penyakit, tetapi kadang dapat juga mengusir penyakit yang sedang
diderita, asalkan kuasa kegelapan yang dipakai pasien lebih kuat
daripada kuasa kegelapan yang sedang menyerangnya. Kuasa
kegelapan sebenarnya tidak hanya untuk pengaruh-pengaruh sihir,
tetapi juga bisa dipengaruhi oleh roh-roh jahat serta perilaku-perilaku
dan pembawaan jahat yang dilakukan pasien selama dia hidup. Hal ini
diungkapkan oleh informan MP yang biasa diminta tolong oleh
masyarakat untuk melakukan pengobatan tradisional,
...Itu ada dulu ibu nda bisa melahirkan, karena apa? Karena kuasa
kegelapan. Cucu kan lagi hamil, suami cucu mau minta sama cucu lalu
cucunya nda mau, jadinya ada pembicaraan kotor dang, padahal itu dibawah
perut dp ade bayi sudah dapat dengar oh itu mama papa udah bicara jahat,
harusnya nda boleh itu ade bayi dengar bicara kotor kaya itu, ade bayinya
kan masih suci jadinya si ade bayi nda mau keluar. Kalo opa yang ngobatin,
itu musti pembicaraan kotornya harus dikeluarkan dalam air, lalu opa
sembur sama dikasih minum dp air, baru ade bayinya bisa keluar...
(Informan MP)

288

Dalam praktek pengobatan tradisional di Miangas, tidak


ditemukan adanya istilah khusus untuk penyebutan dukun. Biasanya
masyarakat menyebut para penyembuh dengan nama dan juga
metode yang mereka gunakan seperti opa sembur, ibu AT yang bisa
mengobati dengan minyak urapan.
3.5.2.1 Pelayanan pengobatan makatana
Makatana sendiri memiliki arti obat-obatan yang berasal dari
akar-akar, daun, serta bagian-bagian tumbuhan lainnya yang
dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit tertentu.
Metode pengobatan makatana terdiri dari ramuan maupun
campuran-campuran tumbuhan yang digunakan sebagai obat luar
yang dibalurkan pada bagian tubuh yang sakit. Pengobatan ini juga
biasanya digunakan sebagai obat pendamping dari pengobatan dari
kuasa dunia. Adapun syarat mutlak dalam menggunakan pengobatan
ini adalah jumlah dari tumbuhan yang digunakan harus berjumlah
ganjil, tidak boleh genap. Karena hal ini dipercaya bahwa bilangan
ganjil merupakan bilangan yang terkuat, sehingga dapat mengalahkan
penyakit yang ada.
...Obat-obat makatana ini harus berjumlah ganjil. Karena bilangan ganjil itu
bilangan terkuat. Misalnya ini cucu mau mengangkat itu beban, pastikan
bilang 1.. 2... 3.... dihitungan ketiga cucu baru dapat kekuatan untuk
ngangkat itu beban. Begitu juga obat makatana, dia harus bilangan ganjil.
Kong kalau bilangan genap itu kan seimbang dia, kalau bilangan ganjil itu
musti ada 1 yang ganjil yang paling kuat dari yang lainnya, misalnya 2 kan itu
seimbang, musti ditambah 1 lagi biar ada yang lebih kuat, jadinya 3...
(Dukun makatana)

Pengobatan ini sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, tak


terbatas pada suatu orang tertentu yang dapat melakukan
pengobatan ini, asalkan dia mengetahui komposisi campuran obat
makatana untuk penyakit-penyakit yang dideritanya. Biasanya

289

masyarakat secara mandiri membuat obat makatana-nya untuk


penyakit-penyakit ringan seperti maag, sakit gigi, dan badan panas.
Meskipun demikian, ada beberapa pengobatan makatana yang hanya
bisa dilakukan oleh orang tertentu seperti mama biang, tukang pijit,
maupun tua-tua yang memiliki ilmu dalam resep-resep obat
makatana. Untuk mempermudah penulisan, maka peneliti menyebut
tua-tua yang memiliki ilmu dalam resep-resep pengobatan makatana
dengan sebutan dukun makatana.

Gambar 3.35.
Seorang calon mama biang yang sedang melakukan pengobatan makatana
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Menurut masyarakat, pengobatan makatana sendiri sudah ada


sejak zaman tua-tua dahulu. Dahulu ketika belum ada pengobatan
medis seperti puskesmas mereka biasa memakai pengobatan
makatana sebagai obat yang memiliki khasiat penyembuhan. Namun,
ketika telah ada pengobatan medis, maka lambat laun pengobatan
makatana ini mulai ditinggalakan. Tak jarang beberapa resep-resep
obat makatana semakin hilang seiring tidak adanyanya lagi generasi
muda yang meneruskan dan menerapkan pengobatan ini. masyarakat

290

cenderung lebih mengandalkan obat-obat medis daripada pengobatan


ramuan makatana dikarenaka kepraktisan obat medis daripada obat
makatana.
...Orang sini pada meninggalkan itu obat-obat makatana, karena apa?
Karena sudah ada itu obat dari puskesmas. Itu lebih praktis daripada harus
bikin-bikin obat makatana. Tapi ada juga itu orang yang nda cocok sama itu
obat puskesmas, jadi dia milih obat makatana, kaya oma (istrinya informan)
ini, dp penyakit itu darah tinggi, omanya nda minum itu obat makatana
setiap hari, sampai sekarang nda ada itu tensi oma yang tinggi begitu...
(Dukun makatana)

Gambar 3.36.
Salah satu tumbuhan (Sereh) yang dipakai dukun makatana membuat ramuan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Ada beberapa pengobatan makatana yang masih eksis sampai


saat ini, terutama obat makatana untuk ibu yang hamil maupun
melahirkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, persalinan
tradisional di Miangas sangat erat kaitannya dengan ramuan-ramuan
tertentu yang berfungsi sebagai pelancar persalinan, pencegah
penyakit bantahan, sampai menghentikan pendarahan saat
keguguran.

291

Menurut salah seorang dukun makatana yang ada di Miangas,


pengetahuan tentang obat-obatan makatana beliau dapatkan dari
resep-resep peninggalan tua-tua dahulu yang mengajarinya, baik di
dalam catatan maupun dalam mimpi. Selain itu, infoman juga
mengakui bahwa ada juga pengetahuan tentang obat-obat tradisional
yang dia dapatkan dari salah seorang dokter dari Philipina di tempat
dia bekerja dahulu di kantor boarding-cross Philipina-Indonesia.
3.5.2.2 Pelayanan pengobatan dengan kuasa dunia
Metode penyembuhan dengan kuasa dunia sendiri sebenarnya
masih kontroversial di masyarakat Miangas dikarenakan mengandung
unsur-unsur mistik yang dianggap menyimpang dari ajaran agama,
khususnya agama kristen protestan. Tak jarang membuat praktik
pengobatan ini cenderung tertutup dan sembunyi-sembunyi
dilakukan. Namun, bukan berarti pengobatan ini tak dipakai lagi oleh
masyarakat Miangas yang cukup agamis.
Metode kuasa dunia digunakan untuk menyebut metode
penyembuhan dengan meminta bantuan pada roh-roh para petua
yang ada di Miangas. Ada dua bentuk pengobatan kuasa dunia yaitu
kuasa terang dan kuasa kegelapan. Perbedaan yang mencolok antara
kuasa terang dan kuasa kegelapan adalah untuk apa digunakan
pengobatan ini, apakah untuk membantu orang ataukah untuk
mencelakakan orang lain. Meskipun demikian, keduanya memiliki
kesamaan yaitu dengan mengandalkan kekuatan-kekuatan
supranatural yang berasal dari bantuan roh-roh tetua-tetua baik di
dalam Miangas maupun di luar Miangas.
Sebut saja informan MP, beliau adalah salah seorang yang
dianggap pintar untuk melakukan pengobatan seperti ini. Beliau
menyebut metode yang beliau pakai sebagai metode pengobatan
dengan kuasa terang. Hal ini dikarenakan beliau menggunakan ilmu
yang beliau dapatkan dari tetua-tetua di Miangas untuk membantu

292

orang, bukan untuk membuat celaka. Informan mengakui bahwa


untuk melakukan penyembuhan seperti ini biasanya beliau dibimbing
oleh roh-roh para petua yang ada di Miangas melalui mimpi. Ada 4
bentuk pengobatan yang beliau berikan kepada pasien yaitu, dengan
sembur, dengan menggunakan batu putih, dengan menggunakan
sumpit, dan menggunakan pisau putih.

Gambar 3.37.
Peralatan pengobatan yang digunakan, batu putih, sumpit, dan pisau putih
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Pertama, metode penyembuhan dengan sembur dilakukan


dengan cara menyemburkan air maupun goraka (jahe) yang telah
diberi bacaan sejenis mantra dalam bahasa talaud kepada pasien.
Selain disembur, bisa juga dengan cara meminumkan air yang telah
diberi mantra dan bacaan-bacaan tadi kepada si pasien. Metode
sembur ini digunakan untuk mengobati semua jenis keluhan penyakit
pasien yang diyakini disebabkan oleh kuasa kegelapan.
...Itu ada dulu ibu nda bisa melahirkan, si ade bayi nda mau keluar karena
apa? Karena kuasa kegelapan. Kalo opa yang ngobatin, itu opa cuma sekali
sembur itu ibu udah bisa melahirkan. Itu musti ada pembicaraan kotor papa

293

mama si ade bayi, itu pembicaraan harus dikeluarkan dalam air, lalu airnya
opa sembur sama dikasih minum dp air sama itu ibu, baru ade bayinya bisa
keluar... (Informan MP)

Kedua, metode pengobatan dengan menggunakan batu putih.


Batu putih ini bukan batu putih sembarangan, batu putih yang
didapatkan oleh informan MP dari bimbingan salah seorang tetua
adat di Miangas di dalam mimpi. Adapun cara kerja dari media
pengobatan ini adalah pertama-tama membersihkan batu, setelah itu
batu tersebut harus diletakan di piring kaca yang berwarna putih
mulus tanpa gambar apapun. Setelah itu, diberikan air didalam piring
tersebut hingga batu putih terendam. Biarkan beberapa menit,
kemudian air dari rendaman batu putih tersebut diminum oleh pasien.
Pengobatan dengan menggunakan batu putih ini biasanya
dilakukan untuk tipe penyakit yang menyerang perut, seperti panas
dalam, maag, maupun penyakit dalam yang dirasakan oleh pasien
akibat gangguan dari kuasa kegelapan.
...Ini batu opa dapat dari mimpi, opa ada disuruh itu sama tetua-tetua
disini untuk cari ini batu di nyare. Sampai sekarang opa masih pakai ini batu
untuk menolong orang. Biasanya kalau ada orang yang sakit maag, panas
dalam, atau penyakit dalam yang nda sembuh-sembuh minum obat
puskesmas, itu tandanya ada gangguan kuasa kegelapan. Lalu opa kasih ini
air rendaman batu ini, lalu diminum. Rendamnya nda bisa sembarang, ini
musti direndam dalam piring kaca warna putih polos, nda boleh ada itu
gambar atau warna selain putih... (Dukun makatana)

Ketiga, yaitu dengan menggunakan sumpit. Sama halnya


dengan batu putih, sumpit ini pun didapatkan oleh informan dari
bimbingan petua adat yang menemuinya dalam mimpi. Sumpit ini
terbuat dari batang salah satu pohon laut tertentu yang sudah
ditunjuk oleh tetua dalam mimpi informan. Adapun cara kerjanya
terlebih dahulu sumpit ini diraut menyerupai pensil yang runcing

294

ujungnya. Setalah itu, sumpit ini ditusukan kepada bagian tubuh yang
sakit. Pengobatan ini dilakukan untuk mengobati bagian tubuh yang
sakit, khususnya bagian tubuh yang bengkak. Fungsi dari sumpit
sendiri adalah untuk mengempiskan bagian tubuh yang telah
membengkak akibat gangguan kuasa kegelapan.

Gambar 3.38.
Salah satu cara pengobatan dengan menggunakan media sumpit
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Terakhir yaitu dengan metode pengobatan menggunakan


pisau putih. Sama halnya dengan barang-barang bertuah milik
informan lainnya, pisau ini berasal dari besi yang informan dapatkan
dari kuburan milik tetua adat yang menemuinya di dalam mimpi. Atas
petunjuk tetua tersebut, besi ini kemudian diolah menjadi pisau.
Adapun cara penggunaan dari media ini sama seperti menggunakan
media sumpit yaitu dengan menusukan pisau ke bagian tubuh yang
dianggap sakit. Penggunaannya pun sama seperti media sumpit untuk
mengobati bagian tubuh yang sakit dikarenakan gangguan kuasa
kegelapan. Bedanya, sumpit digunakan untuk mengempiskan bagian
tubuh yang bengkak, pisau digunakan untuk menyerap penyakit yang
terdapat di bagian tubuh yang sakit.

295

Gambar 3.39.
Salah satu cara pengobatan dengan menggunakan media pisau putih
Sumber: Dokumentasi Peneliti

3.5.2.3 Pelayanan pengobatan dengan kuasa Tuhan


Bertolak belakang dengan metode dengan menggunakan
metode kuasa dunia, metode penyembuhan dengan kuasa Tuhan
dipercaya disebabkan oleh kuasa Tuhan yang diberikan-Nya melalui
hamba pilihan. Sedikit berbeda dengan metode penyembuhan kuasa
dunia yang hanya dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan
oleh gangguan kuasa kegelapan, metode kuasa Tuhan dipercaya dapat
menyembuhkan segala macam bentuk penyakit baik penyakit medis
maupun non-medis.
Menurut Ibu AT, salah seorang hamba Tuhan pilihan-Nya yang
dipercaya dapat menyembuhkan dengan menggunakan kuasa Tuhan
mengatakan bahwa salah satu bentuk pengobatan dengan kuasa
Tuhan yang beliau berikan adalah dengan menggunakan media
minyak urapan dan perjamuan kudus. Metode pengobatan yang Ibu
AT berikan tergolong metode yang baru dikenal di masyarakat
Miangas sendiri. Metode pengobatan ini berawal sekitar tahun 2013,
yaitu ketika Ibu AT mendapatkan talenta dari atas setelah mengalami

296

pergumulan hidup yang sangat mendalam. Ibu AT mengungkapkan


bahwa sebelum 2013, beliau hanyalah seorang warga biasa layaknya
masyarakat pada umumnya. Namun, ketika beliau sedang hamil,
kehidupan keluarganya mendapatkan ujian yang tak terkira dan sarat
dengan gangguan-gangguan perbuatan kuasa kegelapan.
Sejak Ibu AT berhasil melewati badai kehidupan yang
menerpanya, lalu tanpa dia sadari Tuhan telah memilhnya sebagai
salah satu tangan kanan-Nya dalam memberikan pelayanan
pengobatan bagi masyarakat di Miangas dengan kuasa-Nya.
...Ibu cuma manusia biasa, tapi kalau orang bilang ibu bisa menyembuhkan
sebenarnya bukan, yang menyembuhkan itu Tuhan. Ibu cuma hamba tuhan
yang dipilih-Nya untuk memberikan pelayanan bagi mereka yang
membutuhkan. Tanpa kuasa Tuhan, ibu nda bisa apa-apa. Awalnya itu ibu
waktu hamil anak kedua, itu memang ibu mengalami pergumulan yang luar
biasa dalam hidup ibu dan keluarga ibu. Tapi itulah kehendak Tuhan yang
berlaku atas ibu dan keluarga ibu, syukurnya ibu dan keluarga ibu dapat
melewati itu semua atas kehendak Tuhan. Setelah ibu melewati ujian itu,
entah bagaimana, Tuhan tunjuk ibu untuk tolong masyarakat. Tuhan
membisikkan dalam hati ibu untuk menolong orang. Dengan media minyak
urapan maupun perjamuan kudus kuasa Tuhan bekerja melalui ibu
menyembuhkan orang yang membutuhkan.. (Informan AT)

Proses pelayanan pengobatan yang dilakukan Ibu AT yaitu,


pertama-tama pasien disuruh masuk ke dalam suatu ruangan khusus
yang berada di rumah Ibu AT. Kemudian didalam ruangan Ibu AT
menyuruh untuk berdoa dan menceritakan seluruh tabir pergumulan
hidup yang pernah dilakukan oleh si pasien selama ini. Pergumulan
hidup yang tidak baik dan jauh dari Tuhan dipercaya menyebabkan
datangnya penyakit-penyakit yang ada pada manusia. Ketika pasien
berdoa dengan sepenuh hati meminta kesembuhan pada-Nya, Ibu AT
kemudian perlahan-lahan membalurkan minyak urapan ke tubuh si
pasien, dan kemudian proses pengobatan ini pun berakhir.

297

Selain dengan menggunakan minyak urapan, Ibu AT pun biasa


menggunakan perjamuan kudus sebagai media lainnya. Perjamuan
kudus dilakukan ketika hanya benar-benar dibutuhkan, yaitu ketika si
pasien sedang dalam keadaan gawat darurat hampir meninggal
ataupun tak kunjung sembuh ketika menggunakan metode minyak
urapan. Media yang digunakan dalam proses penyembuhan ini adalah
dengan menggunakan tubuh dan darah Yesus yang diangkat melalui
perjamuan kudus. Darah dan tubuh Yesus yang dimaksud adalah
sebuah minuman dan makanan yang berbentuk seperti biskuit yang
sebelumnya didoakan oleh seorang hamba Tuhan yang suci yang
kemudian diangkat melalui perjamuan kudus sehingga menjadi darah
dan Tubuh Yesus. Setelah si pasien berdoa dengan sepenuh hati,
maka darah dan tubuh Yesus tersebut kemudian diminum dan
dimakan oleh si pasien.

Gambar 3.40.
Media Penyembuhan yang dipakai Ibu AT
Darah Yesus (berwarna merah), Tubuh Yesus (biskuit), serta Minyak Urapan
Sumber: Dokumentasi Peneliti

298

3.6

Health Seeking Behavior


Manusia secara umum ketika menghadapi sakit pasti akan
berusaha untuk mengobati sakit yang diderita dengan berbagai
macam cara. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
pasti akan dilakukan, baik itu dengan tujuan untuk meredakan
maupun mengobati sakit. Perilaku pencarian pengobatan merupakan
sebuah hasil dari interaksi yang kompleks dan holistik oleh individu
dengan lingkungan yang mempengaruhinya beserta pelayanan
kesehatan yang ada.87 Fenomena pengobatan dalam masyarakat
merupakan suatu respon rasional masyarakat yang sedang sakit dalam
rangka mencari kesembuhan akan penyakitnya. Jadi, perilaku
pencarian pengobatan itu sangat dinamis dan mengikuti aspek-aspek
yang mempengaruhinya.
Studi mengenai pengambilan keputusan untuk pencarian
pengobatan sakit umumnya menyangkut tiga hal pokok, yaitu sumber
pengobatan apa yang menurut anggota masyarakat mampu
mengobati sakitnya, kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah
satu dari beberapa sumber pengobatan yang ada, dan bagaimana
proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan
tersebut88.
Sumber pengobatan atau pemeliharaan kesehatan di
Indonesia yang berkembang dalam masyarakat umum dapat
dibedakan menjadi: pengobatan kesehatan oleh seorang ahli
kesehatan profesional seperti dokter, pengobatan kesehatan oleh ahli
kesehatan non-profesional seperti tabib, pengobatan kesehatan
dengan pendekatan spiritual, pengobatan kesehatan dengan
87

Julike FP, Endang S. 2012. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Perilaku Mencari
Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara di RSUD Ibnu Sina Gresik. Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 1:2; 138-144.
88

Supardi S, Susyanty AL. 2010. Penggunaan Obat Tradisional Dalam Upaya


Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun 2007). Buletin
Penelitian Kesehatan 38:2; 80-89.

299

pengobatan tradisional seperti jamu dan pijat urut, serta pengobatan


kesehatan dengan pengobatan alternatif lainnya89.
Ditengah keterbatasannya, masyarakat Miangas pada
umumnya mengenal 4 pola pengobatan. Pertama metode
penyembuhan medis yaitu memeriksakan diri di fasilitas pelayanan
kesehatan medis atau sekedar membeli obat-obat bebas di warung.
Kedua, metode pengobatan makatana. Ketiga, metode penyembuhan
dengan kuasa dunia ataupun kuasa kegelapan. Dan terakhir
menggunakan metode penyembuhan dengan kuasa Tuhan. Pemilihan
pola pengobatan yang diambil tergantung pada penilaian penyakit
yang diderita, apakah sebuah penyakit medis ataukah penyakit nonmedis.
3.6.1 Mencari kesembuhan di Miangas
Sakit merupakan salah satu yang wajar terjadi pada setiap
manusia, tak terkecuali pada masyarakat Miangas. Bagi masyarakat
Miangas, sakit merupakan kondisi dimana mereka merasakan sesuatu
keadaan yang tidak biasa yang mengganggu aktivitas hariannya.
Konsepsi tentang penyebab sakit bagi mereka dapat disebabkan
karena gangguan dari faktor penyakit medis, kuasa kegelapan,
maupun teguran Tuhan atas pergumulan hidup yang telah mereka
lakukan. Konsepsi-konsepsi ini kemudian mempengaruhi masyarakat
dalam keputusannya memilih pelayanan kesehatan yang akan mereka
tempuh dalam mengobati sakit yang sedang menyerang mereka.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, di Pulau Miangas
sudah terdapat beberapa pelayanan kesehatan, baik secara medis
maupun tradisional. Penggunaan pelayanan kesehatan ini pun
bervariasi, ada yang menggunakan satu pelayanan kesehatan saja, ada
juga yang sampai mengkombinasikan semua pelayanan kesehatan
medis maupun tradisional yang ada. Namun, diantara semua
89

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

300

pelayanan kesehatan yang ada, perilaku self treatment (pengobatan


sendiri) merupakan usaha yang paling pertama kali dilakukan oleh
masyarakat Miangas.
Self treatment yang biasanya dilakukan oleh masyarakat
Miangas adalah dengan cara membuat obat makatana maupun
membeli obat-obat bebas di warung. Jenis obat yang mereka
konsumsi didasarkan pada pengalaman sakit sebelumnya, atau
rekomendasi dari orang terdekat maupun penjual obat. Menurut
salah seorang penjual obat warung, obat yang paling banyak dicari
oleh masyarakat adalah obat dari jenis antibiotik seperti amoxicline
maupun tetracicline. Obat jenis antibiotik ini dipercaya masyarakat
dapat menyembuhkan penyakit-penyakit ringan yang mereka derita,
seperti badan pegal, luka, dan penyakit lainnya. Hal senada juga
diungkapkan oleh seorang informan yang berprofesi sebagai dukun
makatana,
...Obat puskes yang paling hebat itu dia amoxicline. Dp obat itu paling
manjur. Itu opa ada dikasih tau sama itu dokter dari Philipin, memang kata
dia antibiotik itu obat yang paling hebat, dia bisa obat dari macam-macam
penyakit... (Dukun makatana)

Gambar 3.41.
Seorang anak yang membeli obat bebas untuk keluarganya di warung
Sumber: Dokumentasi Peneliti

301

Selain membeli obat di warung, salah satu cara self treatment


lainnya adalah dengan meminta atau menitip obat kepada petugas
kesehatan. Pernah suatu pagi, seorang ibu menemui petugas
kesehatan di rumah dinasnya meminta obat diare untuk anaknya.
Petugas kesehatan tersebut kemudian menyarankan si ibu untuk
membawa ke puskesmas. Namun, si ibu beralasan sibuk dan
sebagainya sehingga dia tidak bisa pergi ke puskesmas, tetapi memilih
untuk meminta obat langsung ke petugas puskesmas.
Kebiasaan masyarakan dalam mendiagnosis penyakitnya
sendiri merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat
cenderung malas untuk memeriksakan diri di pelayanan kesehatan
puskesmas. Seorang tenaga kesehatan mengatakan,
...Masyarakat sini memang malas pergi berobat ke puskesmas. Mereka
biasanya beli obat sendiri atau titip obat itu sama kita. Padahal kita sudah
menyarankan pergi ke puskesmas, tapi alasan mereka banyak, sibuk
berkebun, jauh, atau nda sempat lah. Padahal kan jarak puskesmas nda jauh,
mereka bisa berkilo-kilo jalan kaki setiap hari ke kebun masa nda bisa ke
puskesmas?. Mereka juga maunya dilayanin, kita yang datang ke tempat
mereka, mereka nda mau ke tempat kita periksa kalau sakit... (Tenaga
kesehatan B)

Hal senada juga diungkapkan oleh tenaga kesehatan lainnya.


Tenaga kesehatan A ini sering diminta masyarakat dalam menitip obat
di puskesmas;
...Orang disini mereka memang biasa nitip obat sama kita. Pagi-pagi
sebelum kita berangkat ke puskes, mereka minta tolong sama kita tolong
bawakan obat ini sehabis kita pulang puskes.. kita tanya sakitnya sakit apa,
dia bilang sakit kepala, jadi dia minta nitip obat tertentu, kita suruh periksa
di puskesmas mereka nda mau. Tapi itulah mereka, mereka merasa sudah
tahu penyakit ini-ini lalu langsung minta obat ini-ini. alasannya obat ini-ini
cocok sama mereka. Padahal kan belum tentu sakit kepala itu karena ini-itu,

302

padahal bisa saja penyakit gawat. Kalau nda diperiksa kita kan nda bisa
tahu... (Tenaga kesehatan A)

Selain self treatment dengan obat-obatan warung maupun


titipan puskesmas, masyarakat juga menggunakan obat makatana
sebagai alternatif obat lainnya. Salah seorang ibu yang peneliti temui
mengakui bahwa balitanya sedang terserang diare, sejak awal si ibu
tidak membawanya berobat ke puskesmas. Pengobatan yang
dilakukan si ibu adalah memberikan larutan kopi yang dicampur
garam kepada balitanya yang berusia 2 tahun. Kalau sudah 3 hari
masih diare, baru si ibu berencana untuk membawanya berobat ke
puskesmas.
Apabila self treatment yang masyarakat lakukan tidak
berpengaruh secara signifikan, maka langkah selanjutnya yang mereka
lakukan adalah berusaha mengakses pelayanan kesehatan yang ada
baik secara medis maupun tradisional. Kesadaran masyarakat
terhadap pelayanan medis sebenarnya sudah baik, hal ini terbukti,
pelayanan kesehatan pertama yang mereka akses adalah puskesmas
dibandingkan pelayanan tradisional. Tetapi, dengan kondisi pelayanan
kesehatan di puskesmas yang terbatas, khususnya obat-obatan, tak
jarang membuat mereka harus mencari alternatif lain, yaitu dengan
mendatangi pelayanan kesehatan tradisional yang adal di Miangas.
3.6.2 Puskesmas VS Pelayanan Kesehatan Tradisional
Menurut petugas kesehatan yang ada di Miangas, kunjungan
pasien ke puskesmas memang sangat sedikit setiap harinya, berkisar
antara 1-5 orang bahkan kadang tidak ada sama sekali. Kepala
Puskesmas Miangas mengatakan, selain disebabkan jumlah penduduk
Miangas yang memang sedikit (766 jiwa), faktor lainnya juga
disebabkan oleh kemalasan mereka pergi ke puskesmas untuk
memeriksakan diri;

303

...Kunjungan pasien di puskesmas memang sedikit, karena kita tahu sendiri


penduduk Miangas juga sedikit, sekitar 700an orang, jadi yang berobat juga
sedikit. Selain itu ada juga faktor dari masyarakatnya juga yang malas
memeriksakan diri ke puskesmas. Ketika mereka sakit mereka lebih memilih
berobat sendiri, beli obat di warung, kadang juga titip obat sama petugaspetugas disini. Disuruh periksa ke puskesmas banyak alasannya, padahal kan
ini untuk kesehatan mereka juga. Nanti udah sakit parah baru mereka pergi
ke puskesmas. Kalau sudah parah sekali, kita disini juga nda bisa apa-apa,
cuma bisa kasih saran bawa berobat di rumah sakit sana... (Kepala
Puskesmas)

Kondisi rendahnya kunjungan pasien di puskesmas ini


setidaknya berpengaruh terhadap jam buka puskesmas. Selama
penelitian ini berlangsung, jam buka puskesmas dimulai pukul 10 pagi
sampai pukul 12 siang. Menurut petugas kesehatan, rendahnya
kunjungan pasien membuat mereka memutuskan untuk membuka
pelayanan puskesmas lebih siang;
...Nanti puskesmasnya dibuka sekitar jam 10an. Memang begitu setiap
harinya. Apalagi kalau ini personilnya lagi banyak yang keluar, jadi cuma kita
no yang buka itu puskesmas. Pasiennya juga nda banyak yang datang paling
1-5 orang, pernah juga nda ada sama sekali yang datang berobat. Nanti
sekitar jam 12an pas udah nda ada lagi yang berobat, baru kita tutup no...
(Tenaga Kesehatan A)

304

Gambar 3.42.
Kondisi tenaga kesehatan dan pasien di puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Ketersediaan obat di puskesmas yang kurang lengkap dan


kondisi jam buka puskesmas yang singkat, setidaknya menjadi faktor
yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk mengakses
pelayanan kesehatan ini. Salah seorang informan mengatakan,
...Itu puskesmas kadang buka kadang nda, kalau buka juga siang. Belum lagi
itu kalau pun puskesmas buka, kadang kita minta obat disuruh bayar, terus
obatnya kadang ada kadang juga habis. Bagaimana itu? Jadinya orang pada
malas pergi ke puskesmas... (Informan GA)

305

Gambar 3.43.
Kondisi obat-obatan di apotik puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Selain mengeluhkan ketersediaan obat, masyarakat juga


terkadang mengeluhkan kamanjuran obat yang ada. Obat yang
diberikan di puskesmas menurut sebagian masyarakat kurang manjur
dibandingkan obat bebas di warung atau obat yang mereka beli di
Apotek Manado. Seorang informan yang memiliki penyakit astma
mengungkapkan bahwa dirinya lebih mememilih membeli obat
bermerek dagang dibandingkan meminta obat di puskesmas,
meskipun harus membayar lebih, padahal informan sudah dijamin
oleh jamkesmas.
Dalam hal pembiayaan kesehatan, sebagian besar masyarakat
di Miangas sudah memiliki kartu jamkesmas, sehingga menurut
peraturan yang berlaku tidak dikenakan biaya sepeserpun untuk
mengakses pelayanan kesehatan di puskesmas. Meskipun demikian,
ada suatu kebijakan bahwa selain pemegang asuransi kesehatan baik
Askes pegawai, BPJS, maupun tidak membawa kartu jaminan
kesehatan akan dikenakan biaya karcis sebesar 5000 rupiah untuk
berobat di puskesmas.

306

Gambar 3.44.
Salah satu kebijakan di puskesmas
Sumber: Dokumentasi Peneliti

Apabila pengobatan dengan self treatment dan pengobatan


puskesmas tidak menghasilkan kesembuhan yang signifikan, maka
konsepsi terhadap sakit yang mereka alami merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gangguan kuasa kegelapan. Apabila suatu penyakit
disebabkan oleh gangguan kuasa kegelapan, maka hanya ada 2 pilihan
penyembuhan yang masyarakat akses yaitu dengan metode kuasa
dunia maupun kuasa Tuhan. Salah satu kasus adalah Seorang
informan SP mengungkapkan perilaku pencarian pengobatan yang
dirinya tempuh untuk mengobati anaknya. Informan menceritakan
bahwa dirinya menempuh 4 metode pengobatan yang ada di Miangas.

307

Kasus SP (Perilaku pencarian pengobatan)


Berdasarkan informasi dari informan SP
Berawal dari demam tinggi yang disertai perut yang sakitpada
anaknya. Wanita ini kemudian mencoba untuk membeli obat penurun
panas yang biasa dijual di warung. Namun, setelah 2 hari, deman si
anak tak kunjung reda. Kemudian SP membawa anaknya berobat ke
puskesmas, di puskesmas SP diberi obat penurun panas. SP pun
menunggu reaksi dari obat yang telah diberikan puskesmas, tetapi
dalam kurun waktu 1x24 jam obat tersebut belum menunjukan
kesembuhan yang signifikan. Lantas, wanita inipun berinisiatif untuk
menelpon salah seorang mantan dokter umum yang bertugas di
Miangas, dokter yang dikenal masyarakat sebagai salah seorang
dokter terbaik yang pernah bertugas di Miangas.
Dokter tersebut pun berasumsi bahwa si anak terserang gejala typus.
Mengingat kondisi Miangas yang serba terbatas, dokter ini pun
menyarankan SP untuk mebuat suatu obat typus tradisional. Namun
sayangnya, cara ini pun belum berhasil. SP kemudian berkesimpulan
bahwa kemungkinan besar anak tersebut terserang penyakit nonmedis atau yang dalam konsepsi masyarakat Miangas adalah penyakit
yang disebabkan gangguan kuasa kegelapan.
SP pun kemudian membawa anaknya untuk melakukan pengobatan
dengan kuasa dunia, khususnya dengan menggunakan media
pengobatan sembur. Tukang sembur pun kemudian membacakan
mantra-mantra dalam bahasa talaud pada sebuah gelas yang berisikan
air. Meskipun SP merupakan penduduk asli Miangas, bahasa mantra
yang sedang digunakan oleh sang dukun tak dimengerti oleh SP.
Tukang sembur ini pun kemudian menyembur dan olesan goraka
(jahe) pada tubuh si anak. Setelah proses penyemburan selesai, maka
tukang sembur pun menyuruh si anak untuk beristirahat, menunggu
perkembangan selanjutnya.

308

Meskipun si anak sudah mencoba pengobatan sembur, keadaan si


anak belum menunjukan tanda-tanda kesembuhan. SP pun kemudian
ingin membawa anaknya ke rumah sakit, tetapi keluarga SP
menyarankan untuk menempuh satu lagi pengobatan tradidional yang
ada di Miangas sebelum mebawanya ke rumah sakit. SP pun
mengikuti saran dari keluarganya tersebut, SP kemudian membawa
anaknya untuk berobat ke tempat Ibu AT untuk dilakukan pelayanan
kesembuhan.
Sebelum proses penyembuhan, SP diminta oleh Ibu AT untuk
mengungkapkan pergulan hidup yang dialaminya. Hal ini dilakukan
untuk mengungkap dosa apa yang mengakibatkan sakit yang
menyerang si anak. Setelah semua tabir terungkap, Ibu AT pun
mengajak SP untuk berdoa bersama-sama dengan bahasa Indonesia
untuk meminta kuasa Tuhan dalam menyembuhkan anaknya. Setelah
berdoa, Ibu At pun kemudian membalurkan minyak urapan yang telah
didoakan kepada tubuh si anak. Beberapa hari kemudian, si anak
mulai menunjukan kesembuhan yang signifikan setelah mendapatkan
pengobatan dari Ibu AT.
Penggunaan pelayanan kesehatan tradisional merupakan opsi
kedua setelah penggunaan pelayanan kesehatan medis di Miangas.
hal ini berkaitan erat dengan konsep sehat sakit yang ada di Miangas,
yaitu sakit medis dan non medis (gangguan kuasa kegelapan). Ketika
orang Miangas terkena suatu penyakit maka konsepsi sakit yang
pertama adalah sakit medis, apabila sakit tersebut tidak bisa sembuh
oleh pengobatan medis, maka munculah konsepsi sakit non-medis
dibenak mereka. Untuk mengobati penyakit non-medis ini harus
dengan pengobatan tradisional baik dengan kuasa dunia maupun
kuasa Tuhan.
Meskipun terlihat saling bertolak belakang antara metode
penyembuhan kuasa dunia dan kuasa Tuhan, tapi kedua metode
tersebut memiliki kunci keberhasilan penyembuhan yang sama yaitu

309

kekuatan kepercayaan. Ketika pasien percaya bahwa dia akan sembuh


dengan menggunakan salah satu saja metode tersebut maka
kemungkinan keberhasilan kesembuhan semakin tinggi. Sebaliknya
apabila pasien ragu-ragu atau malah mencoba kedua metode tersebut
maka kemungkinan keberhasilan kesembuhan akan semakin kecil
bahkan tidak ada. Intinya, dalam kedua metode tersebut hal yang
paling penting sebelum melakukan proses-proses penyembuhan
adalah kekuatan kepercayaan dari si pasien, entah percaya dengan
kuasa yang diberikan oleh roh-roh para petua ataukah percaya bahwa
Tuhan yang dapat menyembuhkan semuanya.
3.6.3 Dilematika Perujukan di Miangas
Meskipun di Miangas sudah terdapat 4 macam pola
pengobatan baik medis maupun tradisional, tak bisa dipungkiri,
masyarakat terkadang masih membutuhkan pelayanan kesehatan
yang lebih memadai seperti rumah sakit. Melihat kondisi puskesmas
yang sangat terbatas, tentunya tidak bisa menangani kasus-kasus
gawat darurat atau penyakit yang parah. Satu-satunya cara yang dapat
dilakukan oleh puskesmas adalah dengan menyarankan perujukan ke
rumah sakit yang berada di ibukota, baik di Melonguane, Tahuna,
maupun Manado.
Melakukan perujukan di Miangas bukanlah hal yang mudah.
Setidaknya masyarakat harus memiliki kemampuan finasial yang
memadai apabila ingin mengakses pelayanan kesehatan yang
memadai di Ibukota. Memang, untuk biaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit dapat tercover dalam asuransi kesehatan seperti BPJS,
tetapi yang menjadi beban finansial adalah biaya hidup keluarga saat
melakukan perujakan di ibukota. Biaya hidup di ibukota diakui
sebagian besar masyarakat cenderung tinggi. Menurut informan DC
yang pernah melakukan perujukan di rumah sakit, mengatakan bahwa
setidaknya untuk melakukan perujukan di rumah sakit harus memiliki

310

2-3 juta sebagai biaya hidup di ibukota. Hal tersebut tentunya menjadi
suatu beban yang harus dipersiapkan masyarakat pra-sejahtera.
Diamping kesiapan finansial, perujukan pun terkadang
terkendala akses transportasi untuk menuju ibukota. Satu-satunya alat
transportasi yang bisa diakses oleh masyarakat di pulau ini adalah
kapal perintis. Kapal perintis yang masuk ke Miangas bervariasi, mulai
dari 1 minggu sekali sampai 2 minggu sekali di kala cuaca tenang.
Namun, apabila cuaca sedang berangin kencang maka terkadang 1
bulan sekali kapal baru bisa masuk.
Ketersediaan finansial dan akses transportasi inilah yang
menjadi dilema masyarakat yang ingin melakukan perujukan ke
fasilitas pelayanan di ibukota. Meskipun demikian, tak ada satupun
masyarakat yang melakukan pengobatan ke Philipina. Meskipun jarak
antara Miangas dan Philipina lebih dekat daripada
ibukota,
masyarakat lebih memilih berobat di fasilitas pelayanan kesehatan
dalam negeri. Beberapa contoh kasus yang telah diceritakan
sebelumnya merupakan potret perilaku masyarakat dalam
mengutamakan penggunaan pelayanan kesehatan dalam negeri.
Meskipun mereka tidak bisa melakukan perujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih memadai, mereka lebih memilih untuk survive
dengan pengobatan tradisional yang ada.

311

Bab 4
MAMA BIANG SURGA DI NEGERI POLIATEN

4.1

Kondisi pelayanan kesehatan di Perbatasan Miangas

Puskesmas Miangas merupakan satu-satunya pelayanan


kesehatan formal yang bisa masyarakat akses di pulau ini. Menjadi
ujung tombak dalam terlaksananya pelayanan kesehatan secara
terpadu sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
khususnya masyarakat Miangas. Meskipun pembangunan dan
pengembangan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan
kepulauan (DTPK) menjadi prioritas nasional, pembangunan
kesehatan di Miangas sendiri cenderung berjalan lambat dan masih
belum optimal.
Berawal dari sekitar tahun 1970an, masyarakat Miangas baru
mengenal tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada pun hanya

312

seorang perawat lulusan SPK dengan dibantu oleh seorang mama


biang terlatih hasil didikan pemerintah Belanda. Pada waktu itu,
status puskesmas hanyalah sebuah puskesmas pembantu yang masih
berada dibawah Puskesmas Induk Kecamatan Nanusa di Pulau
Karatung yang jarakanya kurang lebih 145 mil laut dari Miangas.
Masih buruknya akses sanitasi dan berbagai penyakit menular masih
menyelimuti kesehatan masyarakat Miangas pada waktu itu, dan hal
tersebut diperparah dengan persepsi masyarakat dalam memandang
konsep sakit yang selalu dikait-kaitkan dengan kekuatan adanya
pengaruh kuasa-kuasa kegelapan. Seorang perawat senior yang juga
merupakan putera daerah asli Miangas menceritakan pengalamannya,
...Tenaga kesehatan disini baru masuk itu sekitar tahun 70an, soalnya
tenaga kesehatan yang pertama disini itu bapa saya. Dulu beliau juga kepala
puskesmas pembatu disini, kan dulunya Miangas dibawah puskesmas
karatung. Dulu-dulu orang sini kalo sakit pasti dihubung-hubungkan dengan
kekuatan supranatural, misalnya mba sore-sore lagi duduk di bawah pohon
Pos-AL itu, terus tahu-tahu malamnya sakit perut kena diare, maka orang sini
menganggap mba terkena teguran roh jahat. Padahal kan kalo sekarang kita
lihat dari kesehatan, bisa saja penyebabnya karena sanitasi yang buruk. Dulu
kan orang BAB dan segala macamnya di pantai sana, bisa jadi kuman-kuman
itu dibawa angin terus mba-nya langsung sakit... (Perawat Senior Miangas)

Hal senanda juga diungkapkan oleh seorang mantan mama


biang yang telah bepuluh-puluh tahun menjadi tenaga penolong
persalinan di Miangas,
...Bidan desa (mama biang) yang dapat pelatihan disini itu cuma oma, ada
disini mama biang yang diangkat oleh masyarakat desa tapi dia nda pernah
ikut pelatihan kaya oma. Oma itu udah mulai lama disini bantu-bantu
melahirkan, so mulai oma muda waktu umur belasan tahun. Dulu waktu
papanya pa matri kepala puskesmas yang pertama itu, oma ikut bantubantu, oma kerja di posyandu sana to, bantu nulis-nulis sama bantu

313

melahirkan orang-orang, tapi sekarang oma so nda, so tua dang, jadi oma so
pensiun... (Mantan mama biang)

Semakin berjalannya waktu, semakin bertambah pula


pemahaman masyarakat tentang ksehatan serta bertambah pula
tenaga kesehatan yang ditempatkan di Miangas. Mulai tahun 1980an,
beberapa masyarakat sudah mulai sadar untuk mengirimkan anaknya
putera-puteri Miangas untuk menjadi tenaga kesehatan yang nantinya
akan mengisi pembangunan di daerah kelahiran mereka. Salah
satunya adalah kepala puskesmas sekrang yang juga merupakan anak
dari kepala puskesmas Miangas yang pertama. Setidaknya hingga
sekarang sudah ada 4 orang putera-puteri Miangas yang menjadi
tenaga kesehatan tetap di Miangas.
Meskipun pada waktu itu Puskesmas Pembantu Miangas bisa
dikatakan kondisinya masih jauh dari kondisi puskesmas sekarang,
kesadaran masyarakat untuk mengakses fasilitas dalam negeri sudah
tinggi. Contohnya kasus KP, sebuah kasus gawat darurat persalinan
yang harus dirujuk. Meskipun jarak antara Philipina lebih dekat
dengan Miangas dibandingkan dengan Pulau Karatung, masyarakat
Miangas lebih memilih untuk merujuk ke pelayanan kesehatan dalam
negeri meskipun harus berakhir dengan kematian diperjalanan.
Kasus KP (Kasus persalinan gawat darurat yang harus dirujuk)
Berdasarkan cerita dari Kepala Puskesmas Miangas
Waktu itu sekitar tahun 1990, tiba-tiba seorang ibu dari Desa Miangas
mengeluh kesakitan ingin melahirkan. Bidan pun kemudian datang
memeriksa kehamilan si ibu, ternyata setelah diperiksa kandungan si
ibu letaknya sungsang dengan posisi tangan bayi yang lebih dahulu
keluar. Si bidan pun merasa tak sanggup menangani persalinan ini
sehingga menyarankan kepada keluarga untuk merujuknya ke
puskesmas induk di Pulau Karatung.

314

Keluarga si ibu pun ingin melakukan perujukan tersebut, tetapi


mangkubumi saat itu melarang untuk melakukan perjalanan
diakibatkan cuaca laut yang kurang bersahabat. Melihat kondisi si ibu
yang sangat darurat, keluarga pun bersikeras untuk melakukan
perujukan tersebut meski melanggar apa yang dikatakan oleh
mangkubumi. Akhirnya, diputuskan lah untuk segera mungkin
merujuk si ibu ke Puskesmas Induk dengan menggunakan perahu
pamboat. Pada waktu itu ada 13 orang yang melakukan perjalanan
diantaranya ada keluarga si ibu, pa kepala puskesmas, bidan, serta
supir yang waktu itu masih baru.
Perjalanan pun dimulai, tak ada terbesit pun firasat buruk dalam
perjalanan ini, yang mereka pikirkan adalah bagaimana mengantar si
ibu agar segera sampai dan melahirkan dengan selamat. Setalah
berlayar selama 8 jam, belum ada nampak pulau terdekat di depan
mata, biasanya perjalanan dari miangas ke karatung dapat ditempuh
dalam waktu 6-8 jam perjalanan. Kepala puskesmas pun mulai merasa
aneh, tetapi sang supir dengan percaya dirinya mengatakan bahwa
mereka masih berada pada arah yang benar.
Waktu pun terus berjalan, seharian mereka berputar-putar, tetapi tak
kunjung menemukan tanda-tanda pulau ataupun kapal yang lalu
lalang. Bahan bakarpun habis, dan sudah bisa dipastikan bahwa
mereka kini tersesat tanpa arah dan tanpa perbekalan, terombang
ambing di atas lautan bebas di Samudra Pasifik. Kini hanya mukzizat
dan pertolongan Tuhan yang dapat menolong mereka.
Ditengah kelelahan dan malam yang gelap, tiba-tiba terdengan suara
sang ibu yang meminta tolong tanda segera ingin melahirkan. Sontak
mereka terbangun, dan ternyata sang bayi telah dilahirkan. Kini sang
ibu melahirkan sendiri tanpa penolong persalinan. Namun naas, sang
bayi tak tertolong dan meninggal. Segera mereka memberikan
pertolongan ala kadarnya dengan infus dan peralatan yang seadanya
untuk menyelamatkan sang ibu, untungnya wanita di Miangas

315

memang diciptakan Tuhan dengan kemampuan bertahan yang besar,


meskipun dalam keterbatasan, sang ibu dapat terselamatkan.
Hari demi hari berlalu, masih tak tampak pulau, kehidupan, maupun
kapal di hadapan mereka. Mereka pun tak memiliki bahan makanan
maupun peralatan lainnya. Untuk bertahan hidup, mereka hanya
mengandalkan air hujan yang turun untuk diminum. Sesekali terlihat
ikan yang muncul ke permukaan, sontak mereka tombak dengan
peralatan yang seadanya dengan menggunakan gagang payung yang
telah dimodivikasi agar menyerupai tombak. Setelah dapat kemudian
mereka bagi dan makan secara mentah-mentah untuk bertahan
hidup.
Puncaknya, sudah 2 bulan lebih mereka terombang-ambing di lautan
dalam keputus-asaan. Perahu yang mereka tumpangi pun sudah mulai
bocor, air mulai masuk di bagian bawah kapal. Bidan dan beberapa
orang pun segera menguras air yang telah menggenangi kapal bagian
bawah, jika tidak bisa dipastikan mereka akan segera tenggelam di
lautan luas. Beberapa lama kemudian, samar-samar mereka melihat
sebuah menara dari kejauhan. Seakan sebuah harapan yang tuhan
berikan kepada mereka. Awalnya mereka menduga itu adalah sebuah
jaring menangkap ikan masyarakat yang mengapung. Namun, lama
kelamaan terdengan suara gemuruh kapal yang semakin mendekat,
sontak mereka berteriak dengan tenang yang masih tersisa meminta
pertolongan dengan kapal yang ada.
Akhirnya mukjizat Tuhan pun datang, sang kapten kapal menyuruh
anak buahnya untuk mengangkat kapal mereka. Pada waktu itu
keadaan mereka sangat memprihatinkan, dari 13 orang yang
mengantar perujukan, hanya 4 orang yang berhasil bertahan dan
hidup. Usut punya usut ternyata mereka tersesat sampai daerah
Mikronesia, untungnya ada sebuah kapal dari Amerika yang
melewatinya, jika tidak mereka bisa dipastikan semuanya meninggal
di lautan.

316

Seiring dengan terjadinya pemekaran di Kecamatan Nanusa,


pada tahun 2006 Pulau Miangas dimekarkan menjadi sebuah
Kecamatan Khusus Miangas. Begitu pula dengan status Puskesmas
Pembantu Miangas kini statusnya berubah menjadi Puskesmas
Miangas setingkat puskesmas kecamatan. Peningkatan status ini
kemudian diiringi dengan peningkatan fasilitas sarana dan pra sarana
puskesmas. Pada tahun 2008, berdirilah puskesmas induk Miangas
yang berjarak kurang lebih 300 meter dari pemukiman masyarakat
dan berlokasi di area kebun masyarakat. Meskipun bangunan sudah
tersedia, ketersediaan listrik dan air bersih tidak terdapat di bangunan
puskesmas induk ini. Beberapa peralatan persalinan pun mulai
dilengkapi seperti inkubator, ice box untuk vaksin, bed, dan beberapa
peralatan bedah minor lainnya. Namun, ketersediaan tersebut sampai
sekarang belum pernah diperbarui, sehingga peralatan tersebut sudah
mulai rusak, berkarat, bahkan hilang.
Penyediaan peralatan di puskesmas di Miangas terkadang
tidak melihat dari kondisi dari puskesmas itu sendiri, sehingga barang
yang seharusnya diberikan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan, tidak digunakan sebagaimana mestinya. Salah
satu contohnya adalah ketersediaan inkubator di Miangas. Meskipun
inkubator telah tersedia, tetapi listrik tidak dan tenaga yang bisa
mengoperasikannya tidak ada di puskesmas Miangas, akhirnya
inkubator tersebut tidak terpakai dan mubazir. Salah seorang tenaga
kesehatan mengatakan,
...disini memang ada beberapa peralatan persalinan, itu contohnya
inkubator, tapi disini nda ada listriknya, so gimana mau makainya? Terus
orang yang bisa menggunakannya juga nda ada, jadinya nda digunakan
sampai sekarang itu... (Tenaga kesehatan Puskesmas Miangas)

Tenaga kesehatan di Puskesmas Miangas sendiri silih berganti,


mulai dari pegawai yang berstatus PNS maupun honorer ataupun PTT.

317

Baik pegawai yang berstatus PNS maupun kontrak apabila mereka


bukan merupakan penduduk asli Miangas, maka setelah kontrak atau
beberapa tahun tertentu, mereka akan mengajukan pindah ke Ibukota
ataupun ke daerah asal mereka. Alasannya pun beragam mulai dari
sudah merasa cukup untuk berjuang di tengah kondisi keterbatasan,
jumlah insentif yang tidak ada bedanya dengan tenaga kesehatan
yang bekerja di Ibukota, maupun tidak tahan untuk bertahan dengan
kondisi Miangas yang serba terbatas. Salah seorang tenaga kesehatan
yang berstatus kontrak di Puskesmas ketika ditanya apakah dia mau
melanjutkan kontraknya di Miangas, maka tenaga kesehatan tersebut
dengan jujur menjawab tidak akan. Dia lebih memilih untuk
melanjutkan kontrak di daerah yang fasilitasnya lebih memadai.
...untuk menjadi pegawai tetap beberapa tahun lagi,,, ya jujur sih karna
baru mengalami rasanya keguguran, sudah merasakan bagaimana rasanya
setengah mati di kapal menuju rujukan, so sudah rasa bagaimana jauhnya
dengan RS di kabupaten, jadi memang kalau bilang rencananya nanti mau
meneruskan atau memperpanjang disini ya sudah tidak akan lagi.
Renacananya mau pindah ya kalau nda di melong ya di daerah Tahuna, lihat
fasilitas yang lebih baik lah daripada di Miangas... (Informan DC)

Keberadaan tenaga kesehatan baik secara kuantitas maupun


kualitas tidak hanya dikeluhkan oleh masyarakat saja tetapi juga oleh
tenaga kesehatan itu sendiri. Secara kuantitas, Puskesmas Miangas
memiliki 8 petugas kesehatan. Empat orang pegawai tetap dan 4
orang pegawai PTT. Kualifikasi tenaga kesehatan yang ada terdiri dari
4 orang perawat tetap, 1 perawat kontrak, 2 bidan PTT, dan 1 dokter
kontrak daerah dengan kualifikasi pendidikan 2 orang lulusan SPK, 5
orang lulusan D3, dan 1 orang pendidikan dokter.
Mengacu pada pedoman pelayanan kesehatan puskesmas
terpencil dan sangat terpencil di daerah tertinggal, perbatasan dan
kepulauan, jenis tenaga yang tersedia untuk puskesmas setingkat

318

kecamatan minimal 5 orang tenaga kesehatan dengan kualifikasi


tenaga dokter, bidan, perawat, sanitarian/kesehatan lingkungan, dan
gizi90. Menurut kepala puskesmas sendiri, sebenarnya jumlah tenaga
perawat dan bidan di Miangas sudah sangat mencukupi kebutuhan,
tetapi masih kekurangan untuk kualifikasi tenaga kesehatan sanitarian
maupun ahli gizi. Kekurangan tenaga kesehatan sanitarian dan gizi
membuat sebagian program wajib puskesmas tidak terlaksana seperti
program kesehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat, maupun
pemberantasan penyakit berbasis lingkungan. Kepala puskesmas
mengatakan,
...Untuk ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Miangas ini
sebenarnya 5 orang perawat dan 2 bidan itu sudah cukup untuk menangani
satu desa ini. Cuma kekurangannya disini nda ada tenaga sanitarian atau ahli
gizi. Ada beberapa program sanitas nda jalan disini, kan kitanya perawat kan
kurang kalau masalah begitu. Untuk dokter juga, disini cuma ada 1 dokter
umum, kita maunya sih dokter tetap jadi dia bisa menetap disini, klo kontrak
kan satu dua tahun pindah, belum lagi beberapa bulan sekali pulang ke
tempatnya terus baliknya kan nunggu kapal, bisa 2 minggu sampai 1 bulan
nda ada dokter disini... (Kepala Puskesmas)

Keberadaan dokter ternyata tidak hanya dikeluhkan oleh


kepala puskesmas saja, masyarakat pun mengeluhkan hal yang sama
yaitu tenaga kesehatan khususnya dokter yang tidak menetap dan
kadang berpergian ke luar pulau untuk waktu yang tidak sebentar.
Salah seorang informan mengatakan,
...Kalau kesehatan disini yang saya keluhkan itu tenaga kesehatannya sering
pergi-pergi, terutama pa mantri sama dokter. Mereka pergi berangkat ke
luar sementara pasien disini perlu sama mereka, kalau macam di Manado
kan nda cuma satu dokter, kalau nda ada satu dokter bisa ke dokter lainnya,
90

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Puskesmas Terpencil


Dan Sangat Terpencil Di Daerah Tertinggal, Perbatasan Dan Kepulauan. 2011.

319

nah ini disini cuma satu-satunya dokter jadi kalau dokter pergi nda ada
dokter disini, bisa sampai 1 bulan nda ada disini. makanya orang sini
mauanya ada dokter tetap, soalnya kalau dokter kontrak mereka nda
menetap disini, beberapa tahun terus ganti begitu. Padahal dokter itu dia
yang penting, kan beda juga antara perawat dan dokter, kalau dokter kan
memang pengalamannya lebih mengobati orang... (Informan GA)

Disamping itu, masyarakat juga mengeluhkan pelayanan


pengobatan di puskesmas khususnya jam buka dan ketersediaan obat
dan alat kesehatan di puskesmas. Menurut masyarakat, puskesmas
kadang buka dan kadang tutup, bahkan terkadang satu minggu hanya
2-4 hari saja puskesmas buka. Untungnya sekarang sudah ada bidan
PTT yang rajin untuk membuka pengobatan di puskesmas, sehingga
puskesmas buka 6 hari dalam seminggu meski hanya 2 jam. Salah
seorang informan mengatakan,
...itu puskesmas kadang buka kadang nda, kalau buka juga siang, pernah
ada oma-oma yang udah tua sakit, di nunggu mulai pagi di puskesmas, tapi
nda buka, sampai omanya pulang ndak buka juga itu puskesmas. Bagaimana
itu? untungnya omanya nda sekarat, kan sudah seharusnya tugas mereka
untuk melayani masyarakat, tapi nyatanya?. Untungnya sekarang ada itu
bidan kontrak yang baru itu, dia memang rajin, waktu ada dia baru
puskesmas buka setiap hari, tapi kalau sebelum ada adek-adek yang kontrak
itu, puskesmas kadang buka kadang tutup. Belum lagi itu kalau pun
puskesmas buka, kadang kita minta obat disuruh bayar, terus obatnya
kadang ada kadang juga habis. Bagaimana itu? Jadinya orang pada malas
pergi ke puskesmas... (Informan GA)

Untuk mengetahui kebenaran keluahan informan tersebut,


peneliti melakukan triangulasi dengan mengunjungi puskesmas
beberapa hari secara random. dari hasil pengamatan peneliti,
Puskesmas Miangas buka setiap hari kerja mulai jam 10 pagi sampai
jam 12 siang. Tenaga kesehatan yang biasa datang awal ke puskesmas
adalah bidan PTT, sedangkan pegawai lainnya menyusul kemudian.

320

Dari pengamatan peneliti, yang biasa ada di puskesmas adalah


perawat dan bidan, sedangkan kepala puskesmas sesekali dalam
seminggu berkunjung untuk melihat puskesmas. Selebihnya, kepala
puskesmas biasa ditemui di rumahnya atau di kebun beliau.
Mengenai ketersedian alat kesehatan dan obat-obatan peneliti
melakukan triangulasi kepada kepala puskesmas. Kepala puskesmas
pun mengakui bahwa terkadang terjadi kekosongan obat-obatan di
puskesmas, bahkan tak sedikit yang kadarluasa. Kepala Puskesmas
mengatakan,
...Ya memang disini kadang sempat kehabisan obat, jadi pas pasien datang
untuk berobat memang kadang kehabisan stok obatnya. Kadang juga disini
kelebihan obat bahkan sampai kadarluasa... (Kepala Puskesmas Miangas)

Hal senada juga dikatan oleh seorang perawat senior di


Miangas. Peralatan di puskesmas khususnya peralatan untuk
melahirkan kondisinya sekarang sudah kurang layak, sehingga tak
jarang membuat pihak puskesmas bahkan harus meminjam peralatan
persalinan dengan mama biang yang kondisinya juga sudah kurang
baik.
...kalau peralatan disini memang so kurang. Terutama peralatan persalinan.
Kemarin kita dapat 2 set peralatan persalinan, satunya untuk puskesmas,
satunya kita kasih ke mama biang yang diangkat oleh desa. Tapi yang punya
puskesmas sekarang sudah so ada yang hilang lah, ada yang karatan, jadi
kitanya kadang sampai pinjam peralatan sama mama biang untuk menolong
persalianan. Kita sudah mengajukan permintaan peralatan, tapi sampai
sekrang masih belum diberi dari atas... (Perawat Senior Miangas)

Kini, kurang lebih sudah dari 40 tahun Puskesmas Miangas


telah bekerja melayani dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di
Miangas. Ternyata waktu 40 tahun belum cukup untuk membenahi
Puskesmas Miangas secara optimal. Mulai dari kondisi peralatan,

321

tenaga kesehatan, hingga ketersediaan obat-obatan masih dinilai


kurang memuaskan oleh masyarakat dan juga tenaga kesehatan.
Pencapaian program yang tak ter-evaluasi, serta beberapa program
wajib puskesmas yang masih belum terjalankan masih mewarnai
kinerja Puskesmas Miangas di masa sekarang.
4.2

Adat Mangelo
Mangelo merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk
memeriksa para wanita yang berpotensi untuk terjadinya kehamilan di
luar pernikahan seperti para remaja dan para janda. Pemeriksaan
mangelo hanya terbatas pada remaja dan janda, karena para remaja
dan janda tentunya tidak memiliki suami, sehingga jika memang
terbukti remaja dan janda sedang hamil pada pemeriksaan mangelo
maka sudah bisa dipastikan bahwa kehamilan tersebut merupakan
kehamilan yang diluar pernikahan.
Pemeriksaan mangelo dilakukan oleh mama biang91. Mama
biang yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan mangelo tidak
terbatas pada mama biang yang diangkat oleh desa, tetapi juga mama
biang lainnya yang tidak diangkat oleh desa92. Pemeriksaan mangelo
ini diawali dengan pengumuman oleh tokoh desa untuk
mengumpulkan semua remaja dan janda yang ada di Miangas untuk
dilakukan pemeriksaan mangelo. Pemeriksaan mangelo biasanya
dilakukan di rumah salah seorang petua adat maupun rumah mama
biang. Setelah para remaja dan janda berkumpul, maka mama biang
mulai meraba dan memijat perut si perempuan. Melalui pijatan
tersebut lah mama biang dapat memastikan bahwa si perempuan
yang diperiksanya sedang hamil atau tidak. Ketika mama biang telah
menemukan ada yang sedang hamil, maka berita itu pun disebarkan di
91

Mama biang merupakan sebutan untuk bidan kampung di Miangas


Di Miangas sendiri ada 2 jenis mama biang, yaitu mama biang yang diangkat oleh
desa dan mama biang yang tidak. Perbedaan kedua mama biang ini selanjutnya
akan dibahas lebih mendalam pada Sub Bab persalinan
92

322

seluruh kampung sehingga setiap orang mengetahui bahwa si


perempuan yang diperiksanya tersebut sedang hamil.
Setelah si perempuan dinyatakan telah melakukan kehamilan
di luar pernikahan maka si perempuan tadi disuruh mengaku siapa
yang telah menghamilinya. Setelah semuanya jelas antara perempuan
dan pasangannya, si perempuan dan lelaki tadi mendapatkan sanksi
adat. Sanksi adat yang diberikan tergantung pada status pernikahan
dari pasangan yang melakukan kehamilan ini. Apabila pasangan
tersebut berstatus masih bujangan maka sanksi yang dikenakan hanya
ritual malatata atau acara perjamuan dan doa yang dipimpin oleh
tetua adat. Tetapi jika yang melakukan berstatus sudah menikah maka
selain mengadakan ritual malatata, mereka juga harus berkeliling
kampung dengan memukul tambor. Hal tersebut dilakukan sebagai
sanksi moral di masyarakat serta sebagai penjagaan masyarakat
terhadap si calon janin agar tidak digugurkan oleh pihak keluarga
meskipun sudah terlanjur malu.
Kelahiran
Salah satu konsepsi yang paling mendasar ketika mama biang
membantu persalinan adalah konsepsi tentang wabbari jaha93.
Menurut penuturan mama biang K, ibu yang sedang mengandung
memiliki 3 jenis wabbari94 yaitu wabbari urita95, wabbari
assiarre96,dan wabbari biasa97. Wabbari urita,dan wabbari assiarre
inilah yang disebut wabbari jaha. Kedua jenis wabbari ini dipercaya
dapat membahayakan keselamatan sang ibu apabila tidak ditangani
93

Wabbari jaha artinya plasenta yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu hamil
jika tidak ditangani dengan benar
94
Wabbari merupakan sebutan masyarakat Miangas untuk menyebut plasenta
95
Wabbari urita artinya plasenta gurita, disebut demikian karena bentuknya yang
menyerupai gurita yang memiliki 8 tentacle
96
Wabbari asiarre artinya plasenta burung, disebut demikian karena bentuknya
yang menyerupai burung yang memiliki sayap
97
Wabbari biasa artinya plasenta yang biasa

323

dengan benar. Wabbari urita merupakan wabbari yang paling


berbahaya. Wabbari urita dipercaya memiliki 8 jari-jari menyerupai
gurita yang letaknya dekat dengan jantung si bayi. Apabila si bayi
sudah keluar, maka tali pusar tidak boleh dipotong terlebih dahulu
sebelum semua wabbari terlahir juga. Apabila tali pusat dipotong
sebelum semua wabbari keluar, maka wabbari urita dan wabbari
assiarre akan lari menuju jantung si ibu dan menyebabkan wabbari
tidak dapat dikeluarkan dari perut si ibu sehingga menyebabkan
kematian.
Selain itu, terdapat juga konsepsi bahwa bayi dan plasentanya
harus keluar bersama-sama. Tali pusat tidak boleh dipotong terlebih
dahulu sebelum bayi dan plasenta sudah terlahir di dunia. Selain
untuk menghindari efek dari wabbari jaha, konsepsi ini juga sangat
erat hubungannya dengan persepsi masyarakat yang memendang
plasenta merupakan saudara atau kaka dari si bayi. Hal ini dilakukan
agar si kaka bayi ini tidak merasa sakit hati karena diabaikan oleh
keluarga yang hanya memberikan perhatian kepada si adik bayinya
saja. Oleh sebab itu, plasenta yang telah dilahirkan tidak boleh
diperlakukan sembarang dikarenakan dapat membuat si plasenta
menjadi sakit hati sehingga menggangu si adik bayi yang dilahirkan.
Masyarakat Miangas memiliki kebiasaan dimana ketika bayi
baru lahir, maka tidak boleh membawanya untuk keluar rumah
minimal sampai tali pusatnya sudah ciri atau lepas. Biasanya ini
berlangsung pada bayi berumur 0-1 minggu setelah kelahiran.
Perawatan bayi biasanya dilakukan oleh biang kampung. Namun bagi
ibu yang telah pengalaman melahirkan beberapa anak maka
perawatan biasanya dilakukan sendiri, tetapi ada juga yang memanggil
mama biang untuk membantu perawatan bayi.
Ritual Papancunge
Selain itu, masyarakat Miangas memiliki sebuah ritual bagi
setiap bayi keturunan penduduk Miangas yang lahir. Ritual tersebut

324

dikenal dengan sebutan ritual papancunnge. Ritual ini dilakukan


sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas kelahiran si bayi. Ritual ini
sifatnya wajib karena terikat dengan adat kebiasaan masyarakat
Miangas serta rasa religiusitas masyarakat Miangas kepada Tuhan.
Meskipun demikian, dari informasi yang peneliti dapatkan, tidak ada
sanksi yang diberikan apabila ritual ini tidak dilakukan oleh sebuah
keluarga.
Ritual ini dilakukan tergantung dari kesiapan dan kondisi
keluarga si bayi untuk mengadakannya.Tidak ada batasan umur
berapa bulan kah ritual ini harus dilakukan. Biasanya masyarakat
melakukan ritual ini ketika usia si bayi menginjak bulan ke 6-7 bulan.
Ritual ini dilakukan dengan cara mengundang para keluarga terdekat,
mama biang, dan tetua adat, minimal kepala suku marga mereka.
Dalam acara ini, mama biang berperan sebagai pemberi doa dan
pemberi makanan kepada si bayi. Makanan yang diberikan berupa
berbagai jenis makanan khas daerah Miangas seperti ikan laut,
laluga98, ubi kayu, ketupat, serta pisang rebus. Masing-masing jenis
makanan ini diberikan secubit demi secubit kepada si bayi. Selain
hidangan tersebut, tidak ada hidangan atau peralatan khusus untuk
melaksanakan ritual ini
4.3

Persalinan di Miangas, Antara Keinginan dan Kenyataan


Keinginan masyarakat terhadap pencarian penghidupan di
dalam negeri ternyata lebih besar daripada harus mencari
penghidupan di negera tetangga. Salah satunya adalah dalam
pencarian kesehatan. Jika masyarakat Miangas sakit, mereka lebih
memilih mencari kesembuhan di dalam negeri meskipun harus
menempuh perjalanan dengan kondisi alam yang ekstrim maupun
harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk bisa mengakses
pelayanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia. Biasanya jika
98

Sebuah tanaman khas Miangas sejenis talas raksasa

325

mereka sakit mereka akan mencari pengobatan medis dengan pergi ke


Puskesmas Miangas, pergi ke fasilitas rujukan yang lebih memadai di
dalam negeri, ataupun menyembuhkan dengan pengobatan
tradisional yang ada ditempat mereka. Salah satu contohnya adalah
kasus RM yang telah diceritakan sebelumnya, dalam kondisi yang
sangat mengancam nyawa, keluarga pun pada akhirnya memutuskan
untuk membawanya ke pelayanan kesehatan rujukan di Ibukota
kabupaten walaupun harus menjual sebagian aset pendapatan
mereka. Meskipun begitu, pada akhirnya keputusan tersebut
terlambat diambil yang mengakibatkan kematian pada si ibu dan bayi.
Meskipun keinginan masyarakat tinggi untuk mengakses
kesehatan di dalam negeri, namun masyarakat harus menerima
kenyataan, bahwa tingginya keinginan mereka tidak diikuti oleh
kelengkapan fasilitas dan pelayanan kesehatan puskesmas yang
memadai. Akibatnya, ketika masyarakat tidak merasakan kesembuhan
yang memadai setelah menempuh pengobatan medis di puskesmas,
mereka cenderung mencari alternatif penyembuhan lain atau
bertahan dengan kondisi apa adanya menghabiskan sisa hidup
mereka.
Salah satunya adalah yang harus dihadapi oleh ibu yang
hendak melahirkan. Seorang ibu hamil di Miangas menghadapi
kenyataan bahwa mereka harus bersalin dengan kondisi yang ada di
Miangas ataukah harus menempuh persalinan jauh dengan keluarga
di ibukota. Bagi ibu hamil pendatang maupun penduduk Miangas yang
memiliki tingkat ekonomi yang lebih, mereka berusaha sebisa
mungkin untuk melahirkan di fasilitas yang lebih baik di Ibukota, tetapi
bagi penduduk lokal yang termasuk keluarga pra sejahtera mereka
hanya bisa pasrah untuk melahirkan di Miangas dengan risiko yang
mereka tanggung sendiri. Seorang pegawai kecamatan mengatakan,
...Saya kasihan sama teman-teman ibu hamil di sini, kalau disini mereka ya
pasrah, melahirkan disini cuma yah,,, kalau mereka mau jadi apa disini?

326

apalagi jika tidak ada biaya untuk melahirkan di luar, kecuali kalau seperti
saya bukan penduduk asli pasti berusaha melahirkan di luar. kemudian kalau
umpanya biar masyarakat sini tapi punya pekerjaan tetap seperti PNS atau
suaminya polisi atau tentara itu mereka mau melahirkannya di luar di
Ibukota Kabupaten atau di Provinsi. Tapi kalau masyarakat biasa, kaya
masyarakat petani mereka tetap melahirkan disini dengan risiko yang
mereka tanggung sendiri. Kaya yang kemarin itu, sudah 1 minggu pecah
ketuban tapi tidak keluar bayi jadi mau dibawa lari ke Tahuna atau
Melonguane sudah tidak keburu karna pas kapal sampai, si ibu sudah
meninggal. Jadi kalau masyarakat sini cuma masyarakat petani keluarga pra
sejahtera itu cuma bisa pasrah saja... (Informan SL)

Bagi para penduduk pendatang, pemilihan persalinan di luar


pulau Miangas menjadi prioritas yang pertama. Hal ini dikarenakan
selain untuk mendapatkan persalinan yang lebih memadai, mereka
juga menginginkan ketika mereka melahirkan, mereka didampingi
oleh keluarga besar mereka di kampung halaman. Salah satunya
adalah yang dialami oleh seorang pendatang dari Timor Leste. Istri
dari seorang tentara asli Miangas ini memilih melahirkan di Timor
Leste, selain disana lebih dekat dengan orang tua, disana juga fasilitas
lebih lengkap dibandingkan di Miangas. Sebagaimana yang dikatakan
si suami,
...Rencananya istri saya mau melahirkan di Timor Leste, di tempat kampung
halamannya, biar dekat sama orang tuanya katanya. Rencananya bulan
depan so mau kesana untuk persiapan melahirkan. Mulai anak saya yang
pertama sampai yang baru ini, melahirkannya di Timor Leste sana, lagipula
kalau melahirkan disini kan fasilitas nda terlalu lengkap, mending dia
bersalinnya sama orang tuanya di Timor Leste sana, fasilitasnya juga lebih
baik lah daripada di Miangas sini... (Informan JL)

327

Hal senada juga diungkapkan oleh seorang pegawai kecamatan


yang sedang hamil 7 bulan. Wanita asal Beo99 ini mengaku bahwa
dirinya takut untuk melahirkan di Miangas setelah sebelumnya
mengalami keguguran dan harus di mendapatkan perawatan
seadanya di Miangas. Pengalaman tersebut ternyata sangat
membekas dibenaknya sehingga dia merasa harus keluar Miangas
ketika bersalin nanti. Informan SL mengungkapakan,
...Rencana melahirkan kalau nda di Rumah Sakit Melonguane ya di manado.
Saya trauma itu pas keguguran itu tidak ada suntikan atau tidak ada obat,
tidak ada apapun yang diberikan kepada saya, sudah 3 hari darah keluar
terus, nda ada penanganan yang dikasih ke saya waktu itu, dokter sama
bidan cuma bisa liha, dokternya juga bingung mau bikin apa sudah banyak
darah keluar. Nda ada suntikan atau obat untuk menghentikan pendarahan
dari puskesmas. Nda ada asam folat sama vitamin-vitamin untuk
menguatakan kandungan di puskesmas. Makanya waktu berangkat ke
Tahuna sampai di opname di Rumah Sakit, di Tahuna dokter spesialis
kandungan langsung bilang ini nda bisa jauh-jauh dari dokter, harus periksa
terus, cuma kondisi disini jadi biarlah sementara di Miangas, biar nanti
renacananya melahirkan saya tidak disini, karna kurang fasilitasnya, dokter
spesialis tidak ada, terus untuk bidan masih baru juga, kemudian alat-alat
nya nda lengkap... (Informan SL)

Untuk masyarakat penduduk asli yang memiliki ekonomi yang


lebih, yaitu dari golongan pegawai negeri sipil maupun polisi dan
tentara, mereka akan menempuh persalinan di luar Miangas. Dengan
alasan yang sama seperti pendatang yaitu masih minimnya fasilitas
persalinan di Miangas membuat mereka memilih untuk melahirkan di
Ibukota. Salah satunya yang diungkapkan oleh seorang ibu hamil di
Miangas. Istri dari seorang pegawai bea cukai ini mengungkapkan
keinginannya untuk melahirkan di Manado agar segala kemungkinana
99

Beo merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Kep. Talaud yang dekat
dengan Melonguane

328

terburuk dapat di tangani secara cepat dan tepat. Informan PT


mengatakan,
...Rencananya mama melahirkan di Rumah Sakit TNI di Manado. kalau
melahirkan disini nda ada dokter spesialis kandungan, cuma dokter biasa,
mama lebih memilih ke Manado karena menjamin kalau terjadi apa-apa, kan
kalau disini jauh dari dokter spesialis, kalau disini kan transportnya juga lama
harus nunggu kapal. Jadi mama perhitungkan lebih baik mama melahirkan di
Manado karena menjaga jangan sampai terjadi sesuatu jauh dari Rumah
Sakit... (Informan PT)

Lain lagi halnya untuk penduduk asli Miangas yang tidak


memiliki keuangan yang cukup untuk melahirkan di luar Miangas.
Biasanya mereka termasuk dalam kategori keluarga pra sejahtera
yang berada di Miangas. Untuk penduduk asli Miangas yang tidak
mampu untuk melahirkan di luar Miangas, biasanya mereka
melahirkan meminta bantuan mama biang baik yang bermitra dengan
bidan puskesmas maupun yang tidak. Meskipun dalam kondisi yang
gawat darurat, ketika mereka tidak memiliki uang untuk bersalin ke
fasilitas yang lebih baik, maka mereka hanya bisa pasrah dengan
keadaannya. Seperti yang diceritakan oleh salah seorang informan
dari keluarga pra sejahtera. Dia menceritakan pengalamannya ketika
melahirkan anak pertamanya dalam keadaan hampir meninggal,
untungnya waktu itu ada dokter kontrak yang memiliki pengalaman,
sehingga si informan dapat diselamatkan. Lebih lanjutnya informan RA
mengatakan,
...Mama dulunya itu waktu mengidam anak pertama itu mengidan jahat,
maunya cuma makan ikan garam dibakar, nda mau makan yang lain. Mama
memilih melahirkan disini karna dp doi nda ada sayang, kan papa so dapat
sakit khosa jadi nda bisa kerja berat untuk cari doi. Anak pertama mama
melahirkan disini, Waktu itu mama melahirkan hampir mati, mama nda bisa
bakuat dang. Bayangkan itu mama melahirkan nda ada itu dp kekuatan,

329

kalau bidan-bidan disini kasih paksa untuk bekerja (mengejan), bekerja


gimana mama so nda ada kekuatan, biar itu bidan kasih jalan gimana juga so
nda bisa. Dorang hampir mau bawa perslinan itu di Rumah Sakit sana.
Memang ada suster-suster atau bidan-bidan tapi belum ada pengalaman
menangani seperti ini. Untungnya ada dokter miracle itu, biar dia cuma
dokter umum tapi dia so banyak pengalaman dang, kalau nda ada dokter
miracle itu mama sudah so mau mati. Dokter cuma bilang begini kalau ade
mau bagarak manucu (sakit) jangan bekerja (mengejan), bilang cuma tarik
nafas pelan-pelan keluarkan dari mulut, lalu tarik ulang, baru itu mama so
dapat rasa ada kekuatan... (Informan RA)

Pengalaman yang serupa juga diungkapkan oleh informan ALT


yang juga merupakan keluarga pra sejahtera yang ada di Miangas. Ibu
dari 5 orang anak ini memiliki kebiasaan yang unik yaitu melahirkan
sendiri tanpa bantuan tenaga penolong persalinan. Beliau hanya
dibantu sang suami dalam persalinan, ketika bayi sudah lahir, baru
informan ALT memanggil mama biang untuk membantu memotong
tali pusatnya. Lebih lanjut informan ALT menceritakan
pengalamannya,
...kalau mama ini melahirkan kelima anak mama ini sendiri, baru kalau mau
potong tali pusat panggil mama biang untuk dipotong. Jadi mama
melahirkan sendiri, ketika mama dp rasa sakit perut, mama bilang sama
papa no ini dp tanda ade bayi mau keluar. Lalu mama baring itu di tempat
tidur, cari posisi nyaman lalu kemudian mama angkat ini kaki. Mama
langsung bakuat (mengejan) dang, tau-tau ade bayi sudah di bawah di
tempat tidur. Mama melahirkan semua anak mama begitu sampai ari-arinya
juga keluar. Baru ade sudah keluar mama panggil mama biang potong tali
pusat. Mama nda takut itu melahirkan sendiri, karna mama sudah biasa
begitu dang, syukur sampai sekarang mama nda pernah itu kejadian gawatgawat begitu.. (Informan ALT)

Dari informasi yang peneliti dapatkan dari informan tersebut,


sebagian besar menilai bahwa bidan puskesmas yang ada masih

330

dipandang belum memiliki kemapuan yang mempuni, terutama dalam


menangani kasus gawat darurat. Alhasil, ibu hamil lebih
mempercayakan kehamilannya pada dokter spesialis ataupun mama
biang. Hal ini juga yang mengakibatkan persalinan yang dilakukan di
Miangas semuanya selalu ditangani mama biang, baik yang bermitra
maupun tidak bermitra dengan tenaga kesehatan. Selain itu, ketika
tenaga kesehatan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menangani
kasus kegawatdaruratan dikarenakan keterbatasan peralatan dan
obat-obatan, maka satu-satunya harapan mereka hanyalah mama
biang beserta ramuan-ramuan makatana-nya. Contohnya adalah
ketika menangani kasus keguguran yang terjadi pada ibu hamil di
Miangas.
Kasus SL (Kasus keguguran dari penduduk pendatang)
Berdasarkan cerita dari Informan SL
Sebut saja SL, seorang pegawai kecamatan yang kini tengah hamil 2
bulan. Ini merupakan kehamilannya yang pertama setelah beberapa
tahun menikah dengan salah seorang polisi yang berasal dari Miangas.
Awalnya, SL hanya mengalami kesakitan pada giginya, merasakan hal
yang tak enak dengan dirinya, SL pun kemudian menelpon adiknya
yang berkerja sebagai apoteker di Manado. Sang adik pun
menyarankan untuk meminum obat tertentu yang sebelumnya telah
dipersiapkan SL untuk berjaga-jaga kalau dia sakit. Sang adik pun
mewanti-wanti SL agar tidak sembarangan untuk meminum obat
dikarenakan SL sedang hamil.
Besoknya, SL pun beraktivitas seperti biasa. Namun, tak disadari
ternyata kandungan SL termasuk kandungan yang lemah, sehingga
sangat rentan terjadi keguguran. Pada hari itu tak terasa keluar darah
dari jalan lahir SL. SL pun panik, semakin lama semakin banyak darah
yang keluar. Dia pun memanggil dokter dan bidan yang ada di
Miangas. Namun, tak ada yang bisa dilakukan oleh dokter dan bidan.

331

Dokter dan bidan hanya bisa melihat tanpa berbuat apapun. Oabatobatan ataupun vitamin untuk menahan pendarahan pun tak tersedia
di puskesmas. Dokter dan bidan tidak bisa berbuat banyak, mereka
hanya bisa menginfus dengan infus seadanya saja. Tidak sampai disitu,
ternyata jarum infus yang tersedia di puskesmas terlalu besr untuk
pembuluh darah SL, akibatnya setiap kali ditusuk, pembuluh darah SL
selalu pecah. Dokter dan bidan pun hanya bisa berdoa semoga ada
jalan keluarnya. Untunya, disisa-sisa peralatan medis pos marinir
terdapat jarum infus untuk bayi, dan syukurnya jarum tersebut dapat
digunkan untuk SL.
Pemasangan infus ternyata tak memberikan pengaruh yang banyak
terhadap pendarahan yang dialami oleh SL. Akhirnya harapan terakhir
yang bisa SL lakukan adalah dengan memanggil mama biang yang ada
di Miangas untuk membuatkan ramuan makatana untuk
menghentikan pendarahan. Mama biang pun membuatkan ramuan
makatana tersebut, akhirnya pendarahan pun berhasil di hentikan.
Setelah 1 minggu kemudian, kapal baru datang ke Miangas, langsung
saja tanpa berfikir panjang SL dan suaminya menuju Rumah Sakit
Tahuna untuk memeriksakan kandungannya. Sesampainya di Rumah
Sakit, SL pun langsung dirujuk ke UGD. Setelah diperiksa, sang dokter
spesialis kandungan sempat memarahi SL, seharusnya kasus SL ini
ditangani sesegera mungkin. Setelah diperiksa ternyata masih ada sisa
darah di dalam rahimnya yang berpotensi menjadi racum bagi SL.
Untungnya, hal tersebut dapat ditangani oleh dokter spesialis meski
rahim SL harus dikuret agar bersih.
Mama biang memang tak jarang menjadi satu-satunya
harapan para ibu hamil untuk menangani kasus kegawat daruratan
kehamilan. Dibandingkan dengan bidan maupun dokter yang tidak
bisa berbuat banyak dengan keterbatasan fasilitas medis yang ada. Hal
tersebut tak jarang menimbulkan stigma bahwa bidan yang ada tidak
dapat berbuat banyak dalam menolong ibu hamil. Ditambah lagi bidan

332

yang ada masih merupakan tenaga kontrak yang masih sangat muda,
akibatnya bagi mereka yang harus bertahan di Miangas lebih memilih
tenaga mama biang untuk menolong mereka. Salah satunya adalah
yang dialami oleh PT ketika dia keguguran. Informan PT mengatakan,
...waktu mama keguguran kemarin, karena disini cuma pakai ramuan
makatana mama cuma pakai ramuan tradisional, terus hamil lagi tapi
keguguran lagi, jadi mama berfikir untuk periksa ke Manado, itu kan lebih
baik karena diperiksa secara total, periksa di Rumah Sakit, dokter kasih
mama obat untuk membersihkan darah yang masih ada di dalam kandungan
tapi nda sampai dikuret, jadi habis dari situ kandungan mama sudah bersih.
Disini nda ada dokter spesialis cuma dokter umum aja disini, disini juga ada
bidan, tapi kan nda... nda... nda... kan lebih bagus kita pergi periksa ke
Manado.. (Informan PT)

Hadirnya mama biang menjadi sebagai sebuah alternatif


masyarakat Miangas untuk mengatasi keterbatasan yang ada, baik
keterbatasan fasilitas maupun kopetensi bidan muda yang ada. Mama
biang menjadi sebuah alternatif bagi mereka yang mencari
pertolongan persalinan maupun kasus kegawatdaruratan kehamilan di
Miangas. Mama biang lebih pengalaman menangani kasus-kasus
persalinan normal hingga gawat darurat seperti sungsang. Sedangkan
tenaga kesehatan hanya bisa berbuat banyak ketika kondisi dan
fasilitas tercukupi, apabila tidak bisa ditangani maka hanya bisa
merujuk atau menolong dengan pengetahuan mereka yang terbatas.
4.4

Mama Biang dan Life Circle Anak Miangas


Bukan hal yang mudah untuk seorang anak dapat tumbuh
menjadi dewasa di Miangas. kondisi alam yang ekstrim serta
keterbatasan fasilitas khususnya fasilitas pelayanan kesehatan,
membuat seorang anak harus dapat survive dengan kondisi yang
sedemikian rupa hingga dapat bertahan di tengah keterbatasan.
Survive-nya seorang anak Miangas tak terlepas dari peran mama

333

biang sebagai alternatif tenaga penolong di tengah keterbatasan yang


ada di Miangas. Mulai dari sang ibu mengandung, melahirkan, pola
asuh keluarga, hingga anak-anak tumbuh menjadi remaja dewasa
yang rentan dengan pergaulan bebas.
Mama biang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan dan tradisi masyarakat Miangas, khususnya bagi kesehatan
ibu dan anak. Keberadaan mama biang ini membuat positioning
tersendiri di hati masyarkat khususnya penduduk asli menengah ke
bawah. Eratnya hubungan mama biang dan life circle masyarakat
Miangas dimulai dari pijat kehamilan, membantu persalinan, ritual
papancunge, perawatan bayi, hingga pemeriksaan mangelo untuk
mendeteksi kehamilan di luar pernikahan.
4.5

Kehamilan dan pijatan jemari mama biang


Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan oleh ibu hamil di
Miangas adalah tradisi pijat-pijat dengan mama biang. Pijat ini
dilakukan mulai dari umur kandungan 3 bulan keatas hingga
menjelang persalinan. Pemijatan oleh mama biang ini bertujuan untuk
memperbaiki posisi kandungan apabila diindikasi mengalami sungsang
atau sejenisnya. Pemijatan ini bisa rutin dilakukan 2 kali dalam
sebulan maupun sekehendak dari si ibunya sendiri untuk dilakukan
pemijatan. Seorang mama biang menuturkan,
...Oma juga sering bantu pijit-pijit itu kandungan, mulai 3 bulan keatas.
Disini memang jadi kebiasaan ibu hamil bawa pijit-pijit sama oma.
Kandungannya dipijit biar kasih baik itu letak ade bayi, apabila sungsang atau
kebalik gimana kan itu harus diatur posisinya, biar nanti waktu melahirkan
nda susah. Biasanya itu 2 kali dalam sebulan, tapi ada juga suka-sukanya ibu
no mo bawa kemari buat dipijit, nda ada aturannya, tapi biasanya memang 2
kali sebulan itu... (mama biang K)

334

Setidaknya salama penelitian ini berlangsung, terdapat 2 orang


mama biang yang masih aktif melakukan pijat-pijat ini. pemilihan
mama biang biasanya didasarakan pada pengalaman pribadi maupun
pengalaman anggota keluarga yang lain saat merasakan pijitan dari
mama biang tersebut. Seperti yang diungkapakan oleh informan MR
sewaktu dia sedang hamil.
...Kalau mama waktu itu hamil pijit-pijitnya sama oma H itu, karena cocok
aja itu bawaan tangannya sama mama. Ada juga itu mama biang yang
satunya, tapi rasanya mama lebih cocok sama oma H, dari mamanya mama
juga sering pijat-pijat sama oma H itu, so lama pakai oma H itu... (Informan
MR)

Selain dari faktor kecocokan pemijitan, ada satu faktor lagi


yang menjadi pertimbangan ibu hamil untuk memilih mama biang
untuk pemijitan yaitu pemberian tanda terima kasih. Menurut bidan
SA, ada kelebihan dan kekurangan dari 2 mama biang yang ada di
Miangas yaitu dari aspek tenda terima kasih dan kemitraan dengan
tenaga kesehatan. Lebih lanjut bidan SA mengatakan,
...Kalau disini pemilihan mama biang ya tergantung sama cocok ndanya
pijitan mama biang sama si ibu. Tapi ada juga itu yang jadi pertimbangan,
kalau mama biang K itu dia mau bermitra dengan tenaga kesehatan, dia
yang sering panggil kita kalau ada yang mau melahirkan, tapi kata orang dia
kalau bantu-bantu itu harus ada imbal jasanya, kalau nda diberi dia bisa
bilang sama orang si ibu A nda tau terima kasih, udah dibantu tapi nda ada
imbalannya,, kalau mama biang H itu dia nda mau bermitra sama tenaga
kesehatan, dia maunya menolong sendiri, kalau ada gawat baru dia panggil
kita no, tapi kata masyarakat dia itu nda terlalu minta imbalan, diberi
seiklasnya juga terima, nda terlalu banyak menuntut itu kalau mama biang
H... (Bidan SA)

Keberadaan pijatan mama biang menjadi salah satu alternatif


dalam pemeriksaan kehamilan di Miangas. Selain melakukan ANC di

335

posyandu, pemijatan terhadap kandungan pun menjadi hal yang wajib


dilakukan untuk mengetahui letak bayi sungsang maupun
memperbaiki posisi bayi yang tidak baik. Berdasarkan pengamatan
peneliti di lapangan, pemeriksaan kehamilan yang ada di Miangas
dilakukan ketika ada posyandu, meskipun begitu, ada juga ibu hamil
yang memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya di luar
kegiatan posyandu.
Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dapat dilakukan di
puskesmas hanyalah pemeriksaan berat badan, tensi tekanan darah,
letak fundus uteri, imunisasi TT, dan pemberian tablet Fe. untuk
pemeriksaan lainnya seperti kadar Hb darah maupun komplikasi
penyakit lainnya, biasanya bidan hanya bisa menyarankan ibu hamil
setidaknya sekali untuk memeriksakan kandungannya di rumah sakit
di luar Miangas. Selain itu, apabila bidan menemukan indikasi letak
bayi sungsang, bidan di Miangas tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa
menyarankan untuk pemeriksaan di rumah sakit, sehingga untuk
masyarakat yang kurang mampu hanya bisa mengandalkan pijatan
mama biang untuk membantu memperbaiki letak kandungan mereka
agar tidak bermasalah saat persalinan nanti. Salah seorang perawat
senior di Miangas mengatakan,
...kalau pemeriksaan ANC disini dilakukan rutin sama posyandu. Tapi ada
juga kemarin itu ibu hamil udah duluan minta periksa kita. ANC disini ya
awalnya kita timbang berat badannya, lalu kita periksa tekanan darahnya,
habis itu kita periksa letak kandungannya, kita juga tanya rencananya
dimana nanti melahirkan, terus kita kasih tablet Fe, kalau ibu hamil yang
jadwalnya imunisasi TT kita kasih imunisasi, kalau nya nda ya nda. Tapi
biasanya kami sarankan setidaknya sekali lah periksa kandungan di rumah
sakit, kan biar tau kalau ada komplikasi atau apa, kan disini pemeriksaannya
nda bisa lengkap, terbatas juga, kaya pemeriksaan Hb darah itu nda ada.
Kalau ada yang letaknya sungsang biasanya kalau ada uang mereka periksa
ke rumah sakit, kalau nda ya minta pijit sama mama biang... (Perawat
Senior Puskesmas Miangas)

336

Disamping itu, pemilihan pemijitan oleh mama biang ini secara


tidak langsung merupakan sebuah ikatan janji untuk mengontrak
mama biang untuk menjadi tenaga penolong ibu hamil sampai si ibu
hamil melahirkan kelak. Selama si ibu memilih melahirkan di Miangas,
maka yang menangani persalinan haruslah mama biang yang dipilih
pertama kali untuk melakukan pijat-pijat. Apabila dilakukan oleh
mama biang yang berbeda maka akan menimbulkan keirian antara
mama biang. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Informan
RA yang melahirkan dibantu oleh mama biang yang tidak bermitra
dengan tenaga kesehatan. Informan RA mengatakan,
...kalau anak mama yang ke 2 dan ke 3 lahirnya dibantu sama mama biang
H. Waktu mama dp rasa itu ade mau lahir, papa langsung itu panggil oma H
ke rumah supaya bantu mama melahirkan. Waktu itu malam, jadi nda pangil
bidan puskesmas, cuma panggil oma H saja. Mama melahirkan dibantu oma
H karena udah mulai ade di kandungan udah pijit-pijit sama oma H. Kalau
torang sini pijitnya sama mama biang H maka sampai dia melahirkan harus
dibantu sama mama biang H, nda boleh yang lain, karna bisa bikin iri, kong
kenapa pas mau melahirkannya saja yang sama oma H, kong kenapa nda
mulai dari hamil saja?... (informan RA)

Ditengah keterbatasannya, kini pijatan jemari mama biang


masih menjadi salah satu alternatif bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kandungannya, terutama bagi mereka yang tidak bisa
melakukan pemeriksaan kehamilan di luar Pulau Miangas. Pijatan
jemari inilah yang membuat ikatan yang erat antara mama biang
dengan ibu yang hamil dibandingankan dengan bidan puskesmas.
4.6

Mama biang, bidadari penolong di tengah keterbatasan


Persalinan bukanlah hal yang mudah di Miangas, mengingat
keadaan fasilitas, peralatan, hingga tenaga kesehatan yang
ketersediaannya masih belum optimal. Bagi mereka yang memiliki
tingkat ekonomi menengah ke atas, maka mereka lebih memilih

337

persalinan di luar Miangas guna mencari fasilitas dan pelayanan yang


lebih memadai daripada di Miangas. Sedangkan bagi mereka yang
berstatus keluarga pra sejahtera hanya bisa pasrah melahirkan di
Miangas meski dengan kondisi yang apa adanya.
Bagi mereka yang memutuskan untuk bersalin di Miangas,
pemilihan mama biang sebagai alternatif penolong persalinan
menjadi hal yang pertama dilakukan. Ketika seorang ibu merasakan
bahwa bayi yang dikandungnya sebentar lagi akan keluar, maka hal
yang pertama kali dilakukan oleh si keluarga ibu adalah dengan segera
menghubungi mama biang langganan mereka. Pemilihan terhadap
penolong persalinan bidan puskesmas menjadi hal yang nomer dua
yang tergantung pada siapa mama biang yang membantu persalinan.
Apabila mama biang tersebut bermitra dengan tenaga
kesehatan, maka mama biang tersebutlah yang berinisiatif untuk
menghubungi tenaga kesehatan untuk membantu pertolongan
persalinan si ibu. Sedangkan mama biang yang tidak bermitra, maka
dia akan menolong si ibu sendirian, jika keadaan gawat maka barulah
si mama biang memanggil tenaga kesehatan untuk mengatasi hal
tersebut.
Kehadiran mama biang dengan konsespsi persalinan
tradisionalnya masih sangat melekat dalam pemahaman sebagian
masyarakat. Bahkan pernah suatu ketika tenaga kesehatan yang
menolong persalinan dimarahi oleh mama biang dan juga keluarga ibu
hamil karena memotong tali pusat terlebih dahulu sebelum plasenta
bayi juga terlahir. Padahal, si tenaga kesehatan tadi sudah bertindak
sesuai SOP medis yang berlaku. Karena masyarkat memiliki konsepsi
bahwa apabila tali pusat dipotong sebelum plasenta keluar, maka
plasenta akan lari ke jantung si ibu dan dapat mengakibatkan si ibu
meninggal. Informan BE mengatakan,
...pernah juga waktu kita menolong ibu melahirkan, kan kalau kita di medis
kan nda apa-apa potong tali pusat habis bayi keluar, tapi bagi orang disini

338

nya nda, dia harus dipotong habis plasentanya keluar, katanya kalau
langsung dipotong bisa bikin plasentanya lari, padahal kan kalau kita di
medis itu kan nda ngaruh no, saya dimarahin itu, ya saya cuma diam aja no.
Mau gimana lagi, pemahaman mereka begitu no... (Tenaga Kesehatan BE)

Tak dapat dipungkiri, hal tersebut secara tidak langsung


menjadikan mama biang sebagai sosok bidadari yang muncul
ditengah keterbatasan dalam pencarian penolong persalinan.
4.7

Kelahiran hingga ritual papancunge


Peran serta seorang mama biang ternyata tak hanya sampai
pada penolong si ibu ketika melahirkan, tetapi juga masih berlanjut
kepada si bayi yang dilahirkan. Begi mereka yang melahirkan dengan
persalinan tradisional bersama mama biang, maka perawatan bayi
pun biasanya dilakukan oleh mama biang setidaknya sampai si ibu
bisa mengurusnya sendiri. Meskipun demikian, ada juga sebagian ibu
yang telah berpengalaman sebelumnya , mengurus sendiri bayinya
tanpa bantuan mama biang.
Menurut kebiasaan masyarakat Miangas, seorang bayi yang
baru lahir dengan persalinan tradisional tidak boleh dibawa keluar
rumah setidaknya hingga tali pusatnya sudah ciri atau lepas.
Membawanya keluar rumah sebelum tali pusat ciri dipercaya dapat
mengakibatkan anak mudah terserang penyakit atau juga angin jahat.
Biasanya, selama kurang lebih satu minggu, mama biang lah yang
setiap hari mengontrol dan membersihkan tali pusat si bayi. Terdapat
sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh mama biang untuk membuat
tali pusat bayi cepat ciri yaitu dengan di-raho di api.
Pertama-tama mama biang menyiapkan perapian yang
didekatkan dengan si bayi, lalu mama biang membentangkan kedua
belah tangannya didekat apai hingga terasa cukup panas. Kemudian,
tangan hangat mama biang tadi ditempelkan pada tali pusat bayi
beberapa detik. Hal tersebut dilakukan berulang kali setiap harinya
hingga tali pusatnya ciri atau lepas dengan sendirinya.

339

Masyarakat Miangas memang tak mengenal ritual sebelum


melahirkan seperti di beberapa daerah di Indonesia. Namun, ada
sebuah ritual puji syukur yang dilakukan setelah bayi dilahirkan yang
bernama ritual papancunge. Seperti halnya ritual lainnya yang tak
lepas dari peran para tetua adat didalamnya, ritual papancunge ini
pun demikian. Bedanya, orang yang wajib menghadiri acara ini adalah
mama biang yang menolong persalinan tersebut. Mama biang
berperan sebagai orang yang telah menolong persalinan serta yang
membacakan doa untuk si bayi agar dapat tumbuh menjadi anak yang
sehat, kuat, dan sifat-sifat baik lainnya. Dengan demikian, tentunya
peran serta mama biang tak dapat dilepaskan begitu saja dari fase
kehidupan seorang anak Miangas. Sejak masih dalam buaian hingga
melahirkan, mama biang sangat dekat dengan kehidupan mereka.
4.8

Remaja dan ritual mangelo


Peran serta seorang mama biang masih berlanjut mewarnai
kehidupan anak-anak di Miangas, termasuk para remaja gadisnya. Ada
satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Miangas untuk mencegah
aborsi di kalangan remaja dan janda yaitu tradisi mangelo. Mangelo
merupakan sebuah tradisi yang dilakukan untuk memeriksa para
wanita yang berpotensi untuk terjadinya kehamilan di luar pernikahan
seperti para remaja dan para janda. Pemeriksaan mangelo sendiri
dilakukan agar kehamilan di luar pernikahan yang sudah terlanjur
terjadi tidak diaborsi sehingga secara langsung menjaga hak hidup si
cabang bayi.
Mama biang disini memiliki peran yang sangat penting yaitu
sebagai penentu apakah wanita yang diperiksanya mengalami
kehamilan atau tidak. Apabila mama biang merasakan bahwa si
wanita hamil, maka putusan pun dijatuhkan terhadap si wanita
tersebut. Meski mengelak bagaimana pun, putusan mama biang
bersifat mutlak, dan putusan ini lah yang akan menjadi pertimbangan

340

para tetua adat untuk menjatuhkan sanksi adat bagi mereka yang
melanggar hukum adat di Miangas.
4.9

Mama Biang Surga di Negeri Poliaten


Negeri Poliaten, merupakan sebuah julukan lain bagi Pulau
Miangas. Sebuah surga di kawasan utara Indonesia yang masih
menyimpan suburnya tradisi dan hukum adat yang mengatur
kehidupan masyarakatnya. Karakteristik pulau terujung dan
menyendiri dari pulau-pulau lainnya di Indonesia, membuat pulau ini
jarang terjamah oleh dunia luar. Ditambah lagi dengan keterbatasan
transportasi di kala cuaca yang tak bersahabat, tentunya dapat
menghambat keluar masuknya kebutuhan hidup masyarakat
setempat.
Namun sejak tahun 2006, pulau ini pun beralih status menjadi
sebuah kecamatan khusus yang membawahi satu desa yaitu desa
Miangas. Perubahan status ini kemudian berdampak pada
pembangunan di Miangas, baik secara administratif, infrastruktur,
maupun sosial kemasyarakatan. Kini Miangas perlahan-lahan
mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah pusat seiring
dengan terdengungnya isu-isu miring tentang kesetiaan Miangas
terhadap Indonesia. Ditambah lagi dengan pengalaman pahit dari
pemerintah Indonesia akan lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari
pangkuan ibu pertiwi, tentunya menjadi sebuah pelajaran yang tak
ingin terulang kembali.
Pembangunan ini sedikit demi sedikit membuka masyarakat
Miangas akan dunia luar dan perbaikan kualitas kehidupan di Miangas
tentunya. Akses transportasi yang dulunya hanya didominasi oleh 1-2
kapal dalam sebulan, kini sudah bertambah menjadi 2-3 kapal yang
beroperasi setidaknya 2 minggu sekali. Program-program
pembangunan desa seperti PNPM setidaknya mengubah perlahanlahan keadaan lingkungan fisik Miangas sendiri. Pembangunan

341

bandara dan pembangunan talut pantai setidaknya telah mengundang


para pendatang untuk menginjakan kaki di Pulau ini.
Namun disisi lain, hubungan antara masyarakat Miangas
dengan negara tetangga Philipina perlahan-lahan dibatasi oleh
peraturan pemerintah. Sehingga interaksi antar keduanya pun tak lagi
seintensif seperti dahulu, khususnya di bidang perdagangan. Hal ini
kemudian berdampak pada perekonomian masyarakat Miangas yang
hanya berputar di dalam pulau tersebut dan sangat bergantung pada
hasil penjualan kopra di dalam negeri.
Meskipun pembanguan sudah banyak dilakukan di Miangas,
tetapi nyatanya kehidupan masyarakat masih berjalan lambat seperti
halnya daerah-daerah DTPK lainnya. Banyaknya pembangunan
ternyata tak sepenuhnya dimanfaatkan maupun termanfaatkan secara
maksimal disini, termasuk pembangunan pelayanan kesehatan formal
yang ada. Pelayanan kesehatan formal yang seharusnya menjadi
sebuah sarana pencarian kesembuhan bagi masyarakat, nyatanya
kurang dimanfaatkan masyarakat ketika sakit. Memang, secara fisik
gedung puskesmas telah tersedia, tetapi kondisinya tak didukung oleh
ketersediaan peralatan, obat-obatan, dan tenaga kesehatan yang
memadai. Hal ini tentunya mempengaruhi keputusan masyarakat
dalam mengakses pelayanan kesehatan formal yang ada.
Hadirnya mama biang sebagai alternatif penolong pertama
persalinan tentunya tak terlepas dari kondisi pelayanan formal
tersebut. Kopetensi dan pengalaman mama biang dipandang lebih
daripada bidan puskesmas yang memang didominasi oleh pegawai
muda yang masih berusia 20 tahun-an. Hal ini terbukti ketika terjadi
kasus gawat darurat pendarahan pada ibu hamil seperti kasus SL,
tenaga kesehatan kesehatan yang ada tidak dapat berbuat banyak
dengan keterbatasan fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga mama
biang lah yang menjadi satu-satunya tumpuan harapan mereka.
Dengan racikan ramuan makatana-nya, mama biang berhasil
menangani kasus tersebut, meskipun pada kenyataannya hal tersebut

342

tak sepenuhnya berhasil mengatasi kasus pendarahan yang ada.


Seperti yang dialami oleh Informan SL yang ternyata harus melakukan
kuret untuk membersihkan sisa darah pasca meminum ramuan
makatana dari mama biang.
Positioning dari mama biang di mata masyarakat tersebut
ternyata sudah dimulai jauh sebelum si ibu hendak melahirkan.
Setidaknya positioning seorang mama biang di mata seorang ibu
hamil dipengaruhi oleh saran dan pendapat dari keluarga terdekatnya
tentang kecocokan dan rekam jejak mama biang berdasarkan
pengalaman mereka waktu hamil terdahulu. Selain itu, tradisi pijatpijat kehamilan oleh mama biang secara tidak langsung membentuk
ikatan kedekatan emosional dan kontrak pada ibu hamil. Jika
dibandingkan dengan interaksi ibu hamil dan bidan puskesmas yang
hanya terjalin pada saat pemeriksaan ANC di posyandu, tentunya
interaksi ibu hamil lebih banyak dilakukan dengan mama biang.
Berkaitan dengan positioning dari mama biang, ada perbedaan
keputusan antara masyarakat asli dan pendatang baik yang secara
ekonomi mampu dan tidak mampu dalam memahaminya. Pada
umumnya, masyarakat pendatang dan asli yang memiliki kemampuan
finansial akan melihat mama biang sebagai partner alternatif di
samping bidan desa dalam melihat perkembangan kehamilan.
Kehadiran mereka diperlukan ketika mereka membutuhkan pijatan
kehamilan maupun meneropong bagaimana kondisi kehamilan
mereka. Namun ketika mereka masuk dalam tahap trisemester akhir,
persiapan melahirkan akan dilakukan jauh-jauh hari. Hal ini
disebabkan, mereka memutuskan untuk melahirkan di luar pulau
mengingat kondisi fasilitas kesehatan yang kurang baik. Berbeda
dengan masyarakat setempat yang secara finansial kurang mampu,
maka kehadiran mama biang tidak sekedar sebagai aktor yang
membantu melihat perkembangan kehamilan, namun juga sebagai
aktor yang akan membantu mereka dalam proses kelahiran sedangkan
masyarakat pendatang yang secara finansial tidak mampu akan

343

berusaha untuk dapat melahirkan ke luar pulau. Akan tetapi jika sisi
finansial tidak mencukupi, akhirnya mereka pasrah melahirkan di
Pulau Miangas dengan bantuan bidan serta mama biang.
Disamping itu, masih suburnya tradisi dan konsepsi masyarakat
terhadap persalinan tradisional, menambah kuatnya posisi mama
biang dalam kehidupan masyarakat Miangas. Mulai dari tradisi
mangelo, konsepsi tentang perlakuan plasenta, hingga tradisi
papancunge yang tak terlepas dari peran mama biang di dalamnya.
Profesi sebagai mama biang juga mendapat legitimasi dari pihak
pemerintah desa, sehingga membuat profesi mama biang dianggap
legal sejajar dengan bidan di puskesmas.
Pada akhirnya, Negeri Poliaten yang masih subur dengan
tradisi dan praktik hukum adat di dalamnya menjadi suatu wadah
yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi mama biang di dalamnya.
Mama biang yang menjadi sebuah icon alternatif penolong bagi
masyarakat yang tak bisa mengakses persalinan yang lebih baik di luar
pulau Miangas. Kedekatannya dengan masyarakat dan adat membuat
positioning yang lebih dari tenaga kesehatan persalinan yang ada,
hingga membuat negeri poliaten ini menjadi sebuah surga bagi
eksistensi mama biang, baik mama biang yang bermitra dengan
tenaga kesehatan maupun yang tidak. Kemitraan mereka dengan
tenaga kesehatan tidak mempengaruhi eksistensi mereka di mata
masyarakat selama masyarakat lebih mempercayakan persalinannya
kepada mama biang di Miangas.

344

Tabel 3.1 Matriks Pola Persalinan dengan Kondisi Sosial-Ekonomi di


Miangas Tahun 2015
Ekonomi

Mampu

Kurang Mampu

Sosial
Penduduk Asli

Persalinan di
fasilitas
kesehatan yang
lebih memadai
di luar Miangas

Memilih
persalinan di
dalam Miangas
dengan ditolong
mama biang
yang bermitra
dengan bidan
maupun tidak
Memilih
persalinan di
dalam Miangas
tanpa tenaga
penolong
persalinan
(bersalin
sendiri)

Pendatang

Persalinan di
fasilitas
kesehatan yang
lebih memadai
di tempat asal
atau di Ibukota

Persalinan di
fasilitas
ksehatan yang
lebih memadai
di tempat asal
atau di Ibukota

Sumber: Data Primer

345

Tabel 3.2 Matriks Pola Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan dengan


Kondisi Sosial-Ekonomi di Miangas Tahun 2015
Ekonomi

Mampu

Kurang Mampu

Sosial
Penduduk Asli

346

Pemeriksaan
kehamilan
dilakukan di
fasilitas kesehatan
formal
(Puskesmas,
Rumah Sakit,
Klinik Dokter
Spesialis
kandungan)
Terkadang
meminta bantuan
mama biang untuk
pemijitan
kandungan, tetapi
dengan izin dokter
Persalinan minimal
dengan bidan di
fasilitas kesehatan
yang lebih baik
daripada
Puskesmas
Miangas
Apabila meminta
bantuan mama
biang, maka
didampingi oleh
tenaga kesehatan

Pemeriksaan
kehamilan di
bidan puskesmas
dan mama biang
Penolong utama
persalinan adalah
mama biang
Pertolongan
dengan bidan
puskesmas
tergantung dari
inisiatif mama
biang yang
bermitra maupun
yang tidak
Beberapa kasus
ditemukan bahwa
sang ibu
melahirkan
sendiri di rumah
tanpa tenaga
penolong
persalinan (baik
bidan maupun
mama biang)

Pendatang

Pemeriksaan
kehamilan
dilakukan di
fasilitas kesehatan
formal
(Puskesmas,
Rumah Sakit,
Klinik Dokter
Spesialis
kandungan)
Terkadang
meminta bantuan
mama biang untuk
pemijitan
kandungan, tetapi
dengan izin dokter
Persalinan minimal
dengan bidan di
fasilitas kesehatan
yang lebih baik
daripada
Puskesmas
Miangas
Apabila meminta
bantuan mama
biang, maka
didampingi oleh
tenaga kesehatan

Pemeriksaan
kehamilan di
bidan puskesmas
dan mama biang
Sebisa mungkin
kembali ke
daerah asal
sebelum tanggal
melahirkan,
dikarenakan lebih
memilih
melahirkan di
tempat asal
daripada di
Miangas

Sumber: Data Primer

347

Bab 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1

Kesimpulan

Dilihat dari segi kedekatan geografis, Pulau Miangas memang


lebih dekat dengan negara Philipina dibandingkan dengan pulau-pulau
di Indonesia. Meskipun demikian, kesadaran masyarakat untuk
mengakses pelayanan kesehatan di dalam negeri lebih besar daripada
berobat ke negara tetangga. Hal ini ditunjukan tidak ada satu pun
masyarakat Miangas yang ketika mereka sakit pergi berobat ke
Philipina, biasanya mereka hanya menggunakan pelayanan kesehatan
di puskesmas, rumah sakit rujukan maupun survive dengan
pengobatan tradisional yang ada.
Namun, hal tersebut bukan berarti pelayanan kesehatan di
Miangas sudah bagus. Pembangunan kesehatan di Miangas masih
belum berjalan secara optimal. Puskesmas Miangas yang merupakan
ujung tombak dalam meningkatkan derajat kesehatan di pulau ini
masih perlu pembenahan, baik dalam segi manajemen program wajib,
ketersediaan obat dan alat kesehatan, komitmen tenaga kesehatan,

348

serta manajemen keuangan yang sering terkendala sehingga


puskesmas belum berjalan secara optimal di masyarakat.
Secara garis besar kesadaran masyarakat untuk mengakses
pelayanan medis memang lebih besar daripada akses terhadap
pelayanan kesehatan tradisional. Meskipun demikian, kondisi
Puskesmas Miangas yang dipandang memiliki keterbatasanketerbatasan, sacaeara tidak langsung mempengaruhi animo
masyarakat untuk mengaksesnya. Masyarakat lebih memilih untuk
mengobati diri mereka sendiri dengan obat warung maupun dengan
pergi ke rumah sakit rujukan yang ada di ibukota. Namun, tak jarang
ditemukan sebagian masyarakat, khususnya bagi masyarakat prasejahtera yang harus pasrah dan survive dengan keterbatasan
pelayanan kesehatan yang ada karena tidak bisa mengakses
pelayanan kesehatan yang lebih memadai di ibukota.
Kendala terbesar masyarakat Miangas dalam mengakses
pelayanan kesehatan yang memadai di ibukota disebabkan
kemampuan finansial dan akses transportasi yang sangat terbatas.
Meskipun mereka telah tercover dalam jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, biaya hidup di ibukota yang
dirasakan cukup tinggi, menjadi sebuah beban, khususnya bagi
mereka keluarga pra-sejahtera dalam mengambil keputusan untuk
melakukan perujukan di rumah sakit ibukota. Salah satu kasus
perujukan yang sering terjadi adalah persalinan ibu hamil.
Bagi masyarakat menegah ke atas, persalinan di luar pulau
menjadi prioritas pertama mereka. Ketersediaan pelayanan, tenaga
penolong persalinan, serta obat dan alat kesehatan yang sangat minim
menjadi alasan utama mereka untuk melakukan persalinan di ibukota.
Lain halnya dengan masyarakat pra-sejahtera, mereka memilih untuk
survive dengan kondisi yang ada bersama mama biang sebagai
alternatif penolong persalinan yang dipandang memiliki pengalaman
yang lebih baik daripada bidan puskesmas yang memang mayoritas
merupakan bidan muda berumur 20 tahunan.

349

Mama biang merupakan sosok yang tak bisa dilepaskan dari


bagian masyarakat, adat, dan tradisi. Positioning mama biang di mata
masyarakat sudah dimulai jauh sebelum seorang ibu hamil hendak
melahirkan. Mulai dari kebiasan pijat-pijat kandungan, pembuatan
ramuan pelancar persalinan, maupun perawatan pasca melahirkan.
Jika dibandingkan dengan interaksi ibu hamil dan bidan puskesmas
yang hanya terjalin pada saat pemeriksaan ANC di posyandu, tentunya
interaksi ibu hamil lebih banyak dilakukan dengan mama biang.
Disamping itu, masih suburnya tradisi dan konsepsi masyarakat
terhadap persalinan tradisional, menambah kuatnya posisi mama
biang dalam kehidupan masyarakat Miangas. Mulai dari tradisi
mangelo, konsepsi tentang perlakuan plasenta, hingga tradisi
papancunge yang tak terlepas dari peran mama biang di dalamnya.
Profesi sebagai mama biang juga mendapat legitimasi dari pihak
pemerintah desa, sehingga membuat profesi mama biang dianggap
legal sejajar dengan bidan di puskesmas.
Pada akhirnya, mama biang yang menjadi sebuah icon
alternatif penolong bagi masyarakat yang tak bisa mengakses
persalinan yang lebih baik di luar pulau Miangas. Kedekatannya
dengan masyarakat dan adat membuat positioning yang lebih dari
tenaga kesehatan persalinan yang ada, hingga membuat negeri
poliaten ini menjadi sebuah surga bagi eksistensi mama biang, baik
mama biang yang bermitra dengan tenaga kesehatan maupun yang
tidak. Kemitraan mereka dengan tenaga kesehatan tidak
mempengaruhi eksistensi mereka di mata masyarakat selama
masyarakat lebih mempercayakan persalinannya kepada mama biang
di Miangas.
5.2

Rekomendasi
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014, pembangunan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan
dan kepulauan menjadi sebuah prioritas, agar masyarakat yang
berada di daerah tersebut dapat dengan mudah menjangkau

350

pelayanan kesehatan yang terjangkau dengan mutu yang dapat


dipertanggungjawabkan. Adapun rekomendasi yang dapat dilakukan
untuk mencapai pembangunan kesehatan di Miangas adalah:
1. Meningkatkan komitmen tenaga kesehatan dan manajerial
puskesmas dalam menjalankan puskesmas secara optimal. Dalam
hal ini, masyarakat bertindak sebagai pengawas dan penilai kinerja
puskesmas. Untuk merealisasikan hal ini dapat dilakukan dengan
membuka forum bersama antara puskesmas dengan masyarakat.
Dalam forum ini perlu diadakan kesepakan antara kedua belah
pihak yang disetujui oleh perangkat adat sebagai aparat yang
menindak apabila terjadi pelanggaran diantara kedua belah pihak.
Kesepakatan yang dihasilkan meliputi jam buka puskesmas dan
peningkatan pelayanan tenaga kesehatan kepada masyarakat.
2. Pemberian eha kepada mama biang yang tidak mau bermitra
dengan tenaga kesehatan yang ada. Hal ini dilakukan agar semua
mama biang yang ada di Miangas mau bermitra dengan tenaga
kesehatan di puskesmas.
3. Perlunya tenaga kesehatan memahami karakteristik konsepsi
masyarakat terhadap penyebab penyakit, terutama yang
berhubungan dengan gangguan kuasa kegelapan. Hal ini dapat
dilakukan petugas kesehatan dengan menggunakan pendekatan
kerohanian dalam mengobatai pasien. Misalnya ketika masyarakat
pada awalnya meminta pengobatan di Miangas, petugas kesehatan
bisa saja mengajak pasien berdoa demi kesembuhannya, seperti
yang dilakukan pengobatan kuasa Tuhan oleh ibu AT.
4. Perlunya bidan puskesmas membentuk kedekatan dengan ibu
hamil. Salah satu caranya adalah dengan rutin setiap bulan sekali
memantau dan mengunjungi rumah ibu hamil.
5. Memberdayakan ekonomi masyarakat dengan potensi yang ada
agar dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Peningkatan
keluarga tentunya dapat meningkatkan akses mereka menuju
pelayanan kesehatan yang lebih mempuni di ibukota.

351

DAFTAR PUSTAKA

, 2014. Profil Desa Miangas Tahun 2014. Miangas; Desa


Miangas
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2014. Indeks Pembangunan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta; Kemenkes RI
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2014, Kepulauan
Talaud dalam Dalam Angka. Melonguane; BPS Kabupaten
Kepulauan Talaud
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, 2013. Profil Kesehatan
Kabupaten Kepulauan Talaud. Melonguane; Dinkes Kabupaten
Kepulauan Talaud
Ganesan, N.; Amer, Ramses (2010). International Relations in
Southeast Asia: Between Bilateralism and Multilateralism.
Singapore: ISEAS Publishing.
Goodenough, Ward H, 1957, "Cultural Anthropology and Linguistics:,
dalam Report of the Seven th Annual Round Table Meeting on
Lingustics and Language Study. (Penyunting P. Garvin).
Washington D.C.: Georgetown University
H.J Lam, 1932, Miangas (Palmas), G. Koff & Co. at Batavia
Julike FP, Endang S. 2012. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan
Perilaku Mencari Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara
di RSUD Ibnu Sina Gresik. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental 1:2; 138-144.
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan
Kesehatan di DTPK. 2012
Koentjaraningrat, 2011. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT
Rieneka Cipta.
Linda Ewles, Ina Simnett, 2003, Promoting Health, A Practical Guide,
Bailliere Tindall; 5 edition

352

Marzali, Amri, 2007, Antropologi & pembangunan Indonesia. Jakarta:


Kencana hal xvi-xvi.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press,
Hal 16-18
M. P. H Roessingh, Dutch relations with the Philippines: a survey of
sources in the General State Archives, the Hague, Netherlands.
ASJ 05-02-1967
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
Spradley, James P., 1997. Metode Etnografi (terjemahan). Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Supardi S, Susyanty AL. 2010. Penggunaan Obat Tradisional Dalam
Upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Susenas
Tahun 2007). Buletin Penelitian Kesehatan 38:2; 80-89.
Taulu L.A, Bahtiar, 2013. Profil Kemandirian Pangan Pulau-Pulau Kecil
Dan Daerah Perbatasan Sulawesi Utara
Tiu, Macario D. 2006, The Indonesian Migrants of Davao and
Cotabato, Kyoto Review of Southeast Asia. Issue 7. States,
People, and Borders in Southeast Asia. September 2006
Ulaen, Alex J.; Wulandari, Triana; Tangkilisan, Yuda B. (2012). Sejarah
WilayahPerbatasan: Miangas - Filipina 1928 - 2010 Dua Nama
Satu Juragan. Jakarta: Gramata Publishing.
Velasco, Djorina "Navigating the Indonesian-Philippine Border: The
Challenges of Life in the Borderzone" dalam Philippine Journal of
Third World Studies 2010 25 (1-2):95-118

353

GLOSARIUM
Alumbanua

Kumpulan tanaman setempat yang dibuat


seperti sabuk dan dianggap memiliki
kekuatan gaib

Amummu

Makhluk gaib yang mengganggu dalam


bentuk merubah arah

Ana'u wanua

Masyarakat Desa Miangas

Angin jahat

Teguran
roh-roh
mengakibatkan sakit

Bakuat

Mengejan

Bantahan

Penyakit pada ibu hamil yang baru


melahirkan yang diakibatkan darah putih
yang naik ke kepala

Bastan

Gaya-gayaan

Bully

Penyiksaan atau pelecehan yang dilakukan


tanpa motif tapi dengan sengaja dilakukan
berulang-ulang terhadap orang yang lebih
lemah

Cap tikus

Salah satu nama minuman keras yang


sering dikonsumsi masyarakat

Cerai diatur
damai

Cerai dengan surat keputusan dari orang


yang bercerai

Dukun Sembur

Dukun yang melakukan proses pengobatan


tradisional

354

yang

dapat

Ciri

Lepas

Datu

Nenek Moyang

Dego-dego

Bangku tempat bercengkerama

Doi

Uang

Eha

Larangan

Gogel

Selingkuh

Hubungan gelap

Interaksi antara seorang laki-laki dan


perempuan diluar pernikahan yang
dianggap melanggar norma pergaulan
dalam peraturan adat

Jubi

Kegiatan menyelam untuk menombak ikan


di dalam air sekitar 10-15 meter di dalam
laut

Kunci Tahun

Ritual akhir tahun

Khosa

Penyakit sesak nafas

Kuasa kegelapan

Pengaruh
supranatural
yang
mengakibatkan keburukan dalam diri

Laluga

Tanaman talas raksasa khas Miangas

Lapis

Generasi

Larenosasua

Ritual yang dilakukan dengan harapan agar


apa yang sudah mereka lakukan
membuahkan hasil yang berlimpah untuk
kehidupan dalam masa yang akan datang.

Llanta'a

Meriam

355

Lemong
suwangi

Belimbing tunjuk

Makatana

Obat tradisional yang terbuat dari akar-akar


dan atau daun-daun yang dipercaya
masyarakat Miangas dapat mengobati
penyakit

Malatata

Ritual yang bentuknya seperti perjamuan


makan yang dipimpin oleh tetua adat.

Malintuhalele

Ritual untuk melakukan berbagai kegiatan


yang sifatnya produktif

Mama biang

Bidan kampung

Manam'i

Ritual rakyat untuk tangkap ikan

Mandi ombak

Kegiatan mandi maupun berenang di pantai

Mangelo

Tradisi yang dilakukan untuk memeriksa


para wanita yang berpotensi untuk
terjadinya kehamilan di luar pernikahan

Manucu

Menusuk

Mata tinggi

Penyakit kejang-kejang yang menyerang


bayi dan balita

Naik darah

Hipertensi

Nanguwanua

Pasangan Ketua adat yang mengurusi


kesejahteraan masyarakat

Nyare

Bagian pantai yang dangkal

Papancunge

Tradisi syukuran atas kelahiran seorang

356

anak di tengah-tengah keluarga.


Pedis

Pedas

Pontiana

Makhluk gaib berwujud kunang-kunang

Raho

Menghangatkan bagian tubuh tertentu


dengan cara didekatkan dengan perapian

Ratumbanua

Ketua Adat untuk urusan pemerintahan

Roangan

Suku

Rumah Kubur

Nisan

Sabu

Lapisan ramuan paling atas, yang baisanya


menyerupai busa putih

Sagu anuwwu

Sagu tanah

Salese

Penyakit patah tulang, keseleo, terkilir, dan


sejenisnya

Salibabo api

Bengkak dan urat kaki tegang mulai dari


ujung kaki sampai persendian

Sangiang

Putri dalam legenda asal usul Pulau


Miangas

Suar

Keringat

Tamako

Kapak

Tambor

Sejenis alat musik pukul seperti gendang

Toki Tambur

Memukul tambur keliling kampung

Totok

Payudara

357

Urat naga

Penyakit urat yang melingkar-lingkar

Wabbari

Plasenta

wabbari assiarre

Plasenta burung, disebut demikian karena


bentuknya yang menyerupai burung yang
memiliki sayap

wabbari biasa

Plasenta yang biasa

wabbari jaha

Plasenta yang dapat menimbulkan bahaya


pada ibu hamil jika tidak ditangani dengan
benar

wabbari urita

Plasenta gurita, disebut demikian karena


bentuknya yang menyerupai gurita yang
memiliki 8 tentacle

358

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan
izin-Nya, maka selesailah pelaksanaan riset etnografi kesehatan
masyarakat Miangas di kabupaten Kepulauan talaud, Sulawesi Utara.
Dalam buku yang berjudul Mama biang Surga di Negeri Poilaten ini,
kami menuangkan apa saja yang telah kami dapatkan bersama-sama
masyarakat selama kurang lebih 40 hari grounded menjadi bagian dari
masyarakat Miangas. Selesainya kegiatan ini tidak tak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Tanpa bantuan teman-teman di lingkungan
Badan Litbangkes dan di daerah penelitian, kecil kemungkinan bagi
kami sebagai tim peneliti dapat menyelesaikan kegiatan ini.
Kepada semua pihak yang berkaitan dengan persiapan,
pengumpulan data, sampai dengan selesainya buku ini, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya;
1) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.,
2) Kepala Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan RI,
3) Ketua Pelaksana Riset Etnografi Kesehatan 2014,
4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud beserta
staf,
5) Kepala Kecamatan Khusus Miangas bersama staf,
6) Kepala Desa Miangas beserta staf,
7) Kepala Puskesmas Miangas beserta staf,
8) Para tetua adat Desa Miangas,
9) Seluruh Masyarakat Desa Miangas,
10) Keluarga penulis yang telah mendukung kami dalam penelitian ini
11) Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu di dalam
buku ini.

359

Meskipun buku ini telah selesai kami tuliskan, kritik dan saran
yang membangun tetap kami nantikan. Pada akhirnya kami sangat
berharap buku ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan bebasiskan evidence based local wisdom bagi
masyarakat Miangas.

Tim Peneliti

360

Vous aimerez peut-être aussi