Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kontrak adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan atau tulisan,
baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban. Kontrak dalam pekerjaan konstruksi merupakan suatu hal yang sangat
penting dikarenakan kontrak dapat dijadikan pegangan dalam melakukan suatu pekerjaan serta
hukum yang mengikat. Dalam pekerjaan proyek, kontrak tentunya dapat dibagi berdasarkan:
A. Pembagian Kontrak Berdasarkan Pembagian Tugas
1. Kontrak BOT (Build, Operate, dan Transfer)
Salah satu jenis perjanjian yang mulai marak saat ini adalah "Build, Operate and
Transfer" yang sering sekali oleh banyak pihak disebut transaksi Build, Operate and
Transfer / bangun, guna dan serah, yaitu membangun, mengelola dan menyerahkan ialah
suatu bentuk hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam rangka
pembangunan suatu proyek infrastruktur.
Build, Operate, and Transfer (BOT) adalah perjanjian untuk suatu proyek yang
dibangun oleh pemerintah dan membutuhkan dana yang besar, yang biasanya
pembiayaannya dari pihak swasta, pemerintah dalam hal ini menyediakan lahan yang
akan digunakan oleh swasta guna membangun proyek. Pihak pemerintah akan
membeirkan ijin untuk membangun, mengoperasikan fasilitas dalam jangka waktu
tertentu dan menyerahkan pengelolaannya kepada pembangunan proyek (swasta). Setelah
melewati jangka waktu tertentu proyek atau fasilitas tersebut akan menjadi milik perintah
selaku pemilik proyek.
Surat edaran yang dikeluarkan oleh menteri dalam negeri tentang kerjasama antar
daerah, menyebutkan pengertian BOT ialah bangun, kelola dan alih milik yang dicirikan
dengan adanya investasi swasta, pembangunan sarana, biaya rendah, kualitas tinggi,
menguntungkan, efisiensi tinggi, cocok dilakukan pada kondisi ekonomi yang baik.
Bagi Pemerintah Daerah pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan
mengandalkan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga dirasakan
semakin terbatas jumlahnya, untuk itu dibutuhkan pola-pola baru sebagai alternatif
pendanaan yang tidak jarang mellibatkan pihak swasta (nasional-asing) dalam proyek
pemerintah.
Kerja sama tersebut dimanifestasikan dalam bentuk perjanjian. Adapun bentuk
kerja sama yang ditawarkan antara lain Joint Venture berupa production sharing,
lainnya.
Sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih yaitu perjanjian kerja sama sistem
bangun guna serah atau build operate and transfer (BOT) yang tergolong masih baru.
Sistem perjanjian ini juga banyak digunakan dalam hal perjanjian antara Pemerintah
dengan swasta dalam membangun sarana umum lainnya seperti sarana telekomunikasi,
jalan tol, tenaga listrik, pertambangan, pariwisata dan lain-lain. Bangun guna serah atau
build operate and transfer adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara
pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas
tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa
perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan kepemilikan bangunan tersebut
kepada
pemegang
hak
atas
tanah
setelah
masa
guna
serah
berakhir.
Sumber lain mengatakan bahwa, dalam kerja sama dengan sistem build operate
and transfer (BOT) ini, pemilik hak eksklusif (biasanya dimiliki Pemerintah) atau pemilik
lahan (masyarakat/swasta) menyerahkan pembangunan proyeknya kepada pihak investor
untuk membiayai pembangunan dalam jangka waktu tertentu pihak investor ini diberi hak
konsesi untuk mengelola bangunan yang bersangkutan guna diambil manfaat ekonominya
(atau dengan presentasi pembagian keuntungan). Setelah lewat jangka waktu dari yang
diperjanjikan, pengelolaan bangunan yang bersangkutan diserahkan kembali kepada
pemilik lahan secara penuh. Hak eksklusif maksudnya adalah dalam hal hak terhadap
tanah
yang
hanya
dimiliki
oleh
subjek
hukum
tertentu
saja.
Kerja sama ini menjadi alternatif solusi kerja sama yang saling menguntungkan,
build operate and transfer (BOT) dilakukan dalam jangka waktu yang lama bahkan nyaris
dalam jangka waktu satu generasi sehingga perlu dikaji lebih mendalam keuntungan dan
kerugian yang akan muncul dikemudian hari. Juga berkaca dari permasalahanpermasalahan yang timbul di daerah lain yang menggunakan sistem kerja sama ini.
Penelusuran tentang kerja sama ini dapat dilihat dari proses awal dilakukannya
kerja sama hingga pada tahap pelaksanaan. Dengan melihat perjanjian terutama yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban perlu dikaji apakah terlaksana dengan semestinya
yaitu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bagaimanakah sistem pengelolaan
penawaran proyek.
Sponsor, Yaitu yang berperan dalam hal pembiayaan dalam pengadaan proyek
tersebut.
dapt menghasilkan
Input Supplier
Bagian dari project company untuk suplai kebutuhan proyek seperti bahan bangunan
Sedangkan jenis perjanjian yang dapat terkait dengan BOT, antara lain:
Kontrak konsesi sebagai dasar
Kontrak kontraktor
Share holder agreement
Supply agreement
Operational agreement
Offtake agreement yaitu kontrak antara user dan promotor
Dalam proyek BOT, juga dijelaskan sistem obyek yang terkait dengan sistem
bangun guna serah, antara lain:
Bidang usaha yang memerlukan suatu bangunan (dengan atau tanpa teknologi
tertentu ) yang merupakan komponen utama dalam usaha tersebut disebut sebagai
bangunan komersial
Bangunan komersial tersebut dapat dioperasikan dalam jangka waktu relatif lama,
untuk tujuan:
Pembangunan prasarana umum, seperti jalan tol, pembangkit listrik, sistem
telekomunikasi, pelabuhan peti kemas dan sebagainya
Pembanguann properti seperti pusat perbelanjaan, hotel, apartemen dan sebagainya
Pembangunan prasarana produksi, seperti pembanguann pabrik untuk menghasilkan
produk tertentu.
Objek BOT dapat dijadikan sebagai jaminan dalam perjanjian kredit dengan
syarat memenuhi prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh pihak bank, yang
dimulai dengan tahap penyusunan perencanaan perkreditan, dilanjutkan dengan proses
pemberian putusan kredit yaitu prakarsa kredit dan permohonan kredit, analisis dan
permohonan kredit, analisis dan evaluasi kredit, negosiasi kredit, rekomendasi pemberian
putusan kredit, serta dokumentasi dan administrasi kredit, dan pengawasan kredit
terhadap objuk jaminan tersebut. Penyelesaian bangunan apabila pembangunan dengan
sistim BOT yang belum selesai, dijaminkan ke Bank oleh investor, kemudian terjadi
kredit macet, maka dapat dilakukan pengalihan dengan cessiatau fidusia atas hak sewa,
keuntungan yang diharapkan dari hasil pegalihan hak atas pengelolaan yang dimilikinya
selama jangka waktu yang telah diperjanjikan.
Perjanjian sistem bangun guna serah (build, operate, and transfer) terjadi dalam
hal:
Ada pemilik tanah atau pihak yang menguasai tanah, ingin membangun suatu
bangunan komersial di atas tanahnya tetapi tidak mempunyai biaya, dan ada investor
waktu tertentu. Selama jangka waktu operasional, pihak pemilik tanah berhak atas fee
tertentu.
Setelah jangka waktu operasional berakhir, investor wajib mengembalikan tanah
kepada pemiliknya beserta bangunan komersial di atasnya.
Kerja sama build operate and transfer (BOT) merupakan kerja sama yang
Bagi
pemerintah
daerah,
pembangunan
infrastruktur
dengan
metode
BOT
bangunan dan fasilitas yang ada akan diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah
waktu tertentu
Bagi investor usaha yang dilakukan mengandung resiko yang tinggi karena
memerlukan perhitungan dan pertimbangna yang matang selain itu juga menggunakna
dana yang sangat besar dan pembangunan proyek tersebut juga memiliki resiko
kegagalan bangunan yang dapat saja disebabkan karena salah perhitungan, salah
perhitungan, salah pengerjaan, dan lain-lain.
tersebut juga menjadi latar belakang timbulnya proyek EPC dan dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
Waktu Penyelesaian
Dengan menggabungkan kegiatan desain, pengadaan dan konstruksi maka akan
dihasilkan waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat dengan tujuan agar proyek
tersebut dapat lebih cepat beroperasi. Hal ini berkaitan denagnm adanya investasi pada
proyek konstruksi. Karena dengan semakin cepatnya proyek beroperasi maka uang
bangunan proyek semacam ini berbentuk pabrik yang melakukan proses dan
memproduksi zat tertentu. Proyek semacam ini disebut juga pabrik proses (process plant)
atau pabrik industri (industrial plant)
Ketika proyek semacam ini dibangun, baisanya terdapt pekerjaan instalansi yang
lebih banyak dibandingkan pada proyek bangunan gedung, misalnya pekerjaan instalasi
pipa, turbin, boiler dan kompresor. Pembangunan konstruksi biasanya ditujukan sebagai
struktur penunjang instalasi tersebut misalnya pembangunan pondasi mesin sebagai
tempat dudukan meisn-mesin pabrik tersebut. Selain itu, beberapa pekerjaan konstruksi
lainnya berperan dalam pekerjaan persiapan proyek seperti pemberishan lahan )land
clearing), Pembangunan jalan (acces road), fasilitas penyimpanan barang (warehouse),
kantor direksi (direction kit) dan fasilitas lainnya.
3. Rancang Bangun
Pada metode kontrak rancang bangun, pemilik proyek perlu membuat kontrak
tunggal untuk pekerjaan perancangan dan pelaksanaan proyek dengan satu perusahaan
yang memiliki kemampuan perancangan dan pelaksanaan pembangunan. Pada dasarnya
metode ini sama dengan metode kontrak umum, hanya saja profesi konsultan dan
kontraktor dirangkap oleh satu perusahaan yang memang mempunyai kemampuan untuk
itu.
4. Swakelola
Swakelola adalah jenis kontrak yang direncanakan, dikerjakan, serta diawasi
sendiri. Hal ini tertuang dalam Keppres No. 80 Th. 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Berdasarkan dari pelaksana pekerjaan, model swakelola ini dibedakan menjadi:
Swakelola oleh pengguna barang/jasa, adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan
dan diawasi sendiri oleh pengguna barang/jasa dengan menggunakan tenanga sendiri,
dan/atau tenanga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah borongan
Swakelola oleh instansi pemerintah lain non-swadana (Universitas Negeri, Lembaga
penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan), adalah pekerjaan yang perencanaan
dan pengawasannya dilakukan oleh pengguna barang/jasa, sedangkan pelaksanaan
pekerjaan dilakukan oleh instansi pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran
Swakelola oleh penerima hibah, adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite
sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non-badan
usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan
oleh instansi pemberi hibah.
Berdasarkan pasal 26 ayat 1 Perpres No 54 Tahun 2010 dan perubahannya,
pelaksana swakelola ada 3, yaitu K/L/D/I penanggung jawab anggaran, Instansi
Pemerintah lain, dan Kelompok Masyarakat.
Apabila pelaksana swakelola adlaah K/L/D/I penanggung jawab anggaran, maka
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dilakukan sendiri oleh K/L/D/I tersebut.
Contohnya, pengangkutan sampah dilakukan oleh Dinas Kebersihan, atau lokakarya yang
dilakukan oleh Kementrian Pendidikan, dan kegiatan-kegiatan lainnya
Pelaksanan kedua adalah instansi pemerintah lain. Yang perlu digaris bawahi
adalah, pelaksana wajib berupa instansi pemerintah, bukan swasta dan bukan juga
instansi yang "mengaku-ngaku pemerintah." Contoh instansi pemerintah adalah
Perguruan Tinggi Negeri, Lembaga Negara, atau Institusi Pemerintah seperti BPPT,
Bakusurtanal, dan lain-lain.
5. Konvesional
Pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan salah satu aspek
pembangunan saja. Setiap aspek satu penyedia jasa dimana perencanaan, pengawasan,
pelaksanaan dilakukan penyedia jasa yang berbeda. Oleh karena itu pengawas pekerjaan
secara khusus diperlukan untuk mengawasi pekerjaan
6. Spesialis
Pengguna jasa menandatangani kontrak dengan berbagai perusahaan spesialis untuk
masing-masing keahlian. Keuntungan dari kontrak ini antara lain mutu pekerjaan yang
terjamin, penghematan waktu, serta keleluasaan dan kemudahan dalam mengganti
penyedia jasa.
B. Pembagian Kontrak Berdasarkan Perhitungan Biaya
1. Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)
Unit Price adalah kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yg pasti & tetap untuk
setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya
masih bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada penyedia jasa / kontraktor
pelaksanaan berdasarkan hasil pengukuran bersama terhadap volume pekerjaan yang
benar-benar telah dilaksanakan.
Sistem Kontrak Unit Price lebih tepat digunakan untuk:
Jenis pekerjaan yang untuk mendapatkan keakuratan perhitungan volume pekerjaan
yang pasti diperlukan adanya survei dan penelitian yang sangat dalam, detail, dan
sampel yang sangat banyak, dan waktu yang lama sehingga biaya sangat besar.
Sementara di lain pihak, pengukuran volume lebih mudah dilakukan dalam masa
adalah:
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang terdiri dari banyak sekali item pekerjaan namun
volume pekerjaan sudah dapat dihitung dari gambar rencana, seperti halnya bangunan
gedung. Kondisi ini menyebabkan kurang tepat apabila digunakan sistem Kontrak
Unit Price. Hal ini dikarenakan untuk setiap proses pembayaran harus dilakukan
pengukuran bersama di lapangan yang dapat dipastikan memerlukan waktu yang
cukup lama dan biaya total pekerjaan belum dapat diprediksi dari awal sehingga untuk
pekerjaan dengan Budget tertentu sangat riskan bagi Pemberi Tugas terhadap
terjadinya resiko pembengkakan biaya proyek.
Agar dihindari terjadi adanya harga satuan timpang karena harga satuan
bersifat mengikat untuk perhitungan realisasi biaya kontrak. Dalam hal
penawaran kontraktor terdapat harga satuan timpang untuk item pekerjaan
tertentu harus dilakukan klarifikasi dan dibuat Berita Acara Kesepakatan
mengenai harga satuan yg akan digunakan untuk perhitungan biaya
perubahan. Dalam penggunaan sistem kontrak ini, jarang dijumpai adanya
implikasi seperti halnya pada kontrak Lumpsum di atas karena kontraktor
tidak terbebani oleh adanya resiko-resiko pekerjaan yang belum terprediksi
pada saat pelelangan.
2. Kontrak Lumpsum
Lumpsum Adalah kontrak pengadaan barang / jasa untuk penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga kontrak yang pasti dan tetap,
serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya
ditanggung oleh penyedia barang/jasa atau kontraktor pelaksana.
Sistem kontrak lumpsum ini lebih tepat digunakan untuk:
adalah:
Batasan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan harus jelas dinyatakan dalam
penawaran.
Untuk mempermudah dalam hal evaluasi penawaran harga, saat rapat penjelasan
lelang (Aanwijzing) harus ditegaskan bahwa apabila terdapat perbedaan antara volume
pada Bill of Quantity (BQ) dengan hasil perhitungan peserta lelang maka peserta
lelang tidak boleh merubah volume Bill of Quantity yg diberikan dan agar
Kontraktor tidak mau melaksanakan pekerjaan tertentu karena item pekerjaan tidak
3.
Kontrak Cost & Fee Adalah kontrak pelaksanaan pengadaan barang / jasa
pemborongan dimana kontraktor yang bersangkutan menerima imbalan jasa yg nilainya
tetap disepakati oleh kedua belah pihak.
C. Pembagian Kontrak Berdasarkan Perhitungan Jasa
1. Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)
Pada jenis kontrak ini kontraktor dibayar berdasarkan atas semua biaya
pengeluarannya. Kontrak jenis ini biasanya untuk proyek-proyek pembangunan tempat
akan
menerima
pembayaran
atas
pengeluarannya, ditambah dengan biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya
overhead dan keuntungan, umumnya didasarkan atas persentase biaya yang dikeluarkan
kontraktor.
Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek belum bisa
diestimasi secara akurat, karena perencanaan belum selesai,
digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan dalam waktu singkat, sementara
rencana dan spesifikasi belum dapat diselesaikan. Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu
pemilik tidak dapat mengetahui biaya aktual proyek yang akan dilaksanakan
Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost Plus Fixed Fee)
Pada jenis kontrak ini imbalan/jasa bervariasi tergantung besarnya biaya, jumlah
fee sudah ditetapkan. Beresiko bagi pengguna jasa karena tidak ada batasan biaya yang
dikeluarkan
setengah jadi
Cara Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)
Pembayaran dilakukan atas dasar prestasi/ kemajuan prestasi. Besarnya prestasi
dinyatakan dalam persentase. Cara Pembayaran Termin atau Prestasi (Stage Payment).
Seringkali prestasi yang diakui penyedia jasa bukan saja prestasi fisik (pekerjaan selesai)
tetapi termasuk pula prestasi bahan mentah dan setengah jadi walaupun barang-barang