Vous êtes sur la page 1sur 7

About

Contact

Privacy

Sitemap

Menu

Home

Penyakit Ternak

Hasil Ternak

Manajemen Pemeliharaan

Pakan

Jenis Ternak
o
o
o
o
o
o
o
o
o

[ CLOSE KLIK 2X ]

Home Artikel LAPORAN KIMIA PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA

LAPORAN KIMIA PEMBUATAN


LARUTAN DAN STANDARISASINYA
Thomas Saputro 11/12/2014

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Larutan adalah campuran yang homogen dapat berupa gas, cair maupun padat. Unsur
terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut (solvent),
sedangkan komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut (solute). Larutan
yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous dan larutan
yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat
terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai
jumlah zat terlarut yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dengan beberapa cara antara lain :
a.
b.
c.
d.

Molaritas (jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan)


Molalitas (mol zat terlarut per 1000 gram pelarut)
Normalitas (jumlah mol ekivalenzat terlarut dalam 1 liter larutan).
Persen berat (gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan)
Konsentrasi dapat diketahui besarnya dengan menggunakan metode standarisasi.
Salah satu metode standarisasi adalah titrasi. Metode ini banyak dilakukan di laboratorium,
salah satunya adalah titrasi asam-basa. Proses titrasi diakhiri jika telah mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen adalah titik dimana penambahan sedikit titran akan menyebabkan
perubahan pH yang sangat besar.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Pembuatan Larutan dan Standarisasinya adalah :
a. Membuat Larutan 0,1 NHCl
b. Menstandarisasi HCl
c.

Menentukan kadar Na2CO dan HCl.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kimia dasar acara ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 November
2011 pukul 10.00 12.30 WIB bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat
atau lebih. Suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat berubah ubah. Disebut
homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Campuran heterogen
permukaan permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian bagian atau fase fase yang
terpisah (Pudjaatmaka, 1999 ).
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut.
Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut (solute). Larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat
terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti
pelarut cair dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat terlarut
(Petrucci, 1995).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah suatu cairan yang dibutuhkan
untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Suatu titrasi satu cairan mengandung reaktan
yang ditempatkan pada biuret. Memakai skala titran yang ditambah dengan indikator mo.
Indikator menandai habisnya titrasi , titrasi biasanya terjadi pada asam , basa dan ditandai
dengan adanya perubahan warna (Rivai, 1995).
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam
sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady,
1999).

Konsentrasi larutan diperlukan untuk mengetahui komponen-komponen dari larutan,


dimana pada konsentrasi larutam ini menyatakan kualitas zat pelarut (larutan), sehingga
konsentrasi larutan harus menyatakan butir-butir standarisasi yang digunakan untuk zat
terlarut. Unsur pH, serta konsentrasi pada zat terlarut dan pelarut sangatlah berpengaruh
terhadap pembuatan larutan dan standarisasinya (Coles, 1996).
C.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.

1)
2)
3)
b.
1
1)
2)

Alat, Bahan dan Cara Kerja


Alat
Labu takar 50ml
Labu takar 100 ml
Erlenmeyer
Bahan
Larutan HCl pekat
Aquadest
Borax (Na2B4O7.10 H2O)
Na2CO3
Indikator MO (Methyl Orange)
Cara Kerja
Pembuatan larutan HCl 0,1 N
Larutan HCl dibuat dari larutan HCl pekat dan volume yang dibutuhkan adalah : X = (3,65 x
V) / 10 kL
dimana :
V = volume HCL 0,1 N yang diinginkan
K = BJ HCl
L = kadar HCl pekat (%)
Mengambil x ml HCl pekat, di masukkan ke labu takar 100 ml
Isi dengan aquadest sampai tanda garis
Mengocok larutan hingga homogen dan dipindahkan erlenmeyer
Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax (Na2B4O7. 10 H2O)
Na2B4O7. 10 H2O + 2HCl 2 NaCl + 4H3BO3 + 5H2O
grek = 2 g mol
Mengambil 0,4 gram borax murni
Masukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 50 ml aquadest, kemudian teteskan

dengan indikator Methyl Orange


3) Titrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna
4) Menghitung N HCl
c. Penentuan kadar Na2CO3
1) Menimbang 0,75 gram Na2CO3, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml beri
2)

aquades sampai tanda


Ambil 10 ml, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan indikator Methyl Orange 3

tetes.
3) Melakukan titrasi dengan HCl yang di buat
4) Menentukan kadar Na2CO3.
D. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan

1. Hasil Pengamatan

2. Analisis Hasil Percobaan

E. Pembahasan
Melalui pratikum ini, kita dapat mengetahui pembuatan larutan. Larutan adalah
merupakan campuran homogen yang dapat berupa gas, cair, maupun padat. Pratikum ini kita
melakukan tiga percobaan yang berbeda dan kesemuanya saling terkait.
Pembuatan 0,1 N HCl, didapat dari 0,83 larutan HCl pekat. Percobaan ini diperoleh
hasil N HCl adalah 0,13 N. Hasilnya tidak bulat 0,1 N karena adanya kesalahan dalam
praktikum yaitu aquadest yang ditambahkan tidak tepat pada tanda garis, kurang homogen
dalam mengaduk/mengocok larutan, lalu ada sedikit larutan yang tersisa dalam labu takar
setelah dipindahkan kedalam erlenmeyer.

Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax dapat dilakukan dengan cara titrasi
menggunakan indikator MO. Titrasi dihentikan jika sudah terjadi perubahan warna.
Terjadinya perubahan warna disebabkan oleh penambahan HCl secara terus menerus pada
waktu titrasi, sehingga larutan menggalami suatu keadaan yang mencapai titik ekivalen yang
bila dalam titik itu diberi penambahan HCl dalam titrasi maka akan menyebabkan perubahan
pH yang sangat besar.
Penentuan kadar Na2CO3 juga dilakukan dengan cara titrasi. Kadar Na2CO3 yang
diperoleh

adalah 28,511%, padahal yang diinginkan adalah 15%. Hal ini disebabkan

mungkin karena pengambilan HCl dan

Na2CO3 yang tidak tepat. Besar kadar Na2CO3

dipengaruhi oleh N HCl, volume HCl, BM Na2CO3, serta massa Na2CO3.


F. Kesimpulan
Hasil praktikum acara I ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Larutan 0,1 NHCl dibuat dengan mencampurkan solute sebanyak 0,83 ml ke dalam
solvent
2. Dalam standarisasi 0,1 N HCl dengan borax didapatkan warna yang berbeda-beda
yaitu warna awal jernih, warna proses kuning dan warna akhir merah muda.
3. Mendapatkan nilai normalitas dari HCL dengan standarisasi sebesar 0,1
4. Di dapatkan nilai kadar Na2CO3 sebesar 28,511%
5. Dalam kadar Na2CO3 awal yang dihasilkan adalah warna jernih, warna proses kuning
dan warna akhir merah muda
6. Borax dan Na2CO3 bersifat asam karena saat ditetesi methyl orange mengalami
perubahan warna ( kuning menjadi orange ).

Vous aimerez peut-être aussi