Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Bakteri merupakan makhluk hidup yang terdapat dimana-mana
dalam udara yang kita hirup, di tanah yang kita pijak dan tentu saja dalam
tubuh kita. Bahkan sebenarnya, kita sepenuhnya hidup ditengah-tengah
dunia bakteri yang tidak tampak.Bakteri berasal dari kata Bakterion (yunani
: batang kecil). Di dalam klasifikasi, bakteri digolongkan dalam Divisio
Schizomycetes.
Pada masa sekarang ini banyak orang terinfeksi penyakit tetanus
yang disebabkan oleh baktei clostridium tetani. Tetanus terjadi diseluruh
dunia dan endemik pada 90 negara yang sedang berkembang, tetapi
insidensinya sangat bervariasi. Bentuk yang paling sering, tetanus
neonatorum (umbilicus), membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi
setiap tahun karena ibu tidak terimunisasi. Sedikitnya 19.37% dari penyakit
ini mengalami kematian. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali
lebih tinggi dibandingkan negara maju. dari sejumlah kasus, tetanus, pada
bayi baru lahir memiliki angka yang sangat signifikan (berarti) kebanyakan
kasus disebabkan karena penggunaan gunting yang kotor dan berkarat oleh
para bidan atau dukun bayi saat memotong tali pusar bayi
(http://www.mentorhealthcare.com/news). Hal ini disebabkan
karena ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut yang
diantaranya mempunyai faktor penyebab seperti kurangnya sosialisasi
terhadap penyakit tetanus, gaya hidup masyarakat yang kurang sehat serta
keengganan untuk bertanya dan mencari informasi pada tempat-tempet
pelayanan kesehatan. Penyakit tetanus berbahaya dan sukar untuk
disembuhkan karena umumnya penyakit tersebut merusak organ-organ
pada tubuh manusia. Penyakit tetanus menyerang pada bagian saraf yang
menyebabkan pembusukan organ, kejang otot dan kesulitan pada saat
menelan (Depkes RI, 2008).
Penyakit tetanus tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah
resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama
kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko
penyakit
ini
di
daerah
peternakan
sangat
tinggi.
Spora
kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di manamana.
Kuman Clostrodium tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah
garapan, dan dijumpai pula pada tinja manusia dan hewan. Perawatan luka
yang kurang baik di samping penggunaan jarum suntik yang tidak steril
1
c. Opisthotonus
Kekakuan otot-otot yang menunjang tubuh : otot
punggung, otot leher, trunk muscle dan sebagainya.
Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh
melengkung seperti busur dan bertumpu pada tumit
dan belakang kepala. Secara klinik dapat dikenali
dengan mudahnya tangan pemeriksa masuk pada
lengkungan busur tersebut. Pada era sebelum
diazepam, sering terjadi komplikasi compression
fracture pada tulang vertebra.
Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut
seperti papan. Selain otot dinding perut, otot
penyangga rongga dada juga kaku, sehingga penderita
merasakan keterbatasan untuk bernafas atau batuk.
Setelah hari kelima perlu diwaspadai timbulnya
perdarahan paru pada eflexe atau bronchopneumonia.
Bila kekakuan makin berat, akan timbul kejangkejang umum, mula-mula hanya terjadi setelah
penderita menerima rangsangan misalnya dicubit,
digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan
sebagainya, lambat laun masa istirahat kejang makin
pendek sehingga anak jatuh dalam status convulsivus.
d. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat
kejang yang terus-menerus atau oleh karena spasme otot larynx yang
bila berat menimbulkan anoxia dan kematian.
e. Pengaruh toksin pada saraf otonom akan menyebabkan gangguan
sirkulasi (akibat gangguan irama jantung misalnya block, bradycardi,
tachycardia, atau kelainan pembuluh darah/hipertensi), dapat pula
menyebabkan suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) atau berkeringat
banyak hiperhidrosis).
f. Kekakuan otot sphincter dan otot polos lain seringkali menimbulkan
eflexealvi atau retention urinae. Patah tulang panjang (tulang paha)
dan fraktur kompresi tulang belakang.
3 Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit dengan yang memiliki tanda utama, yaitu
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran yang
disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Gejala ini bukan disebabkan
4
b. Epidemiologi
Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung
pada jumlah populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat
pencemaran biologik lingkungan peternakan/pertanian, dan adanya
luka pada kulit atau mukosa. Tetanus pada anak tersebar diseluruh
dunia, terutama pada daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi
DPT yang rendah. Angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi,
akibat perbedaan aktivitas fisiknya. Tetanus tidak menular dari
manusia ke manusia.
Tabel 3.1. Data insidens tetanus menurut WHO
3) Tetanus generalized
Untuk kasus penyakit tetanus yang jenis ini
biasanya merupakan salah satu kasus yang banyak
terjadi. Dan kebanyakan menimbulkan berbagai
komplikasi yang terjadi baik yang dikenal pada tetanus
lokal oleh akibat gejala muncul seperti diam-diam.
Selain itu, trismus juga merupakan salah satu gejala
yang banyak dijumpai dengan angka kejadian sebesar
50%. Hal ini disebabkan karena terjadinya kekakuan
pada otot-otot masseter, dan bersamaan dengan
suatu bentuk kekakuan pada leher yang bisa
mengakibatkan dari terjadinya kaku kuduk dan
menjadi susah dalam menelan. Gejala lainnya yang
muncul adalah dalam bentuk Risus sardonicus yakni
adalah suatu spasme pada otot-otot muka, opistotonus
atau terjadinya kekakuan pada otot punggung, kejang
yang terjadi pada dinding perut. Selain itu spasme
yang terjadi pada laring dan bagian otot-otot
pernapasan bisa menimbulkan terjadinya sumbatan
pada saluran nafas, sianose asfiksia. Selain itu juga
bisa muncul disuria dan retensi pada ciaran, kompresi
pada fraktur dan pendarahan yang muncul di dalam
otot.
b) Otak
Toxin
yang
menempel
pada
cerebral
gangliosides
diduga
menyebabkan
gejala
kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus.
Hambatan antidromik akibat rangsangan kortikal
menurun.
c) Saraf otonom
Terutama mengenai saraf simpatis dan
menimbulkan gejala keringat yang berlebihan,
eflexeea, hypotensi, hypertensi, arytmia cardiac
block atau takhikardia. Sekalipun otot yang
terkena adalah otot bergaris terutama otot
penampang dan penggerak tubuh yang besarbesar, pada tetanus berat otot polos juga ikut
terkena, sehingga timbul manifestasi klinik
seperti disebutkan diatas.
1.
pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam
ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik.
Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya
maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi
otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan
dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai
demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.
2. Tanda-Tanda Munculnya, pencegahan, dan
penanganan terhadap Penyakit Tetanus
A. Tanda-tanda munculnya penyakit tetanus:
1) sakit kepala,
2) demam,
3) otot perut mengeras,
4) kejang-kejang,
5) gelisah diikuti rasa kaku (trismus),
6) nyeri pada otot rahang yang mengakibatkan
sulitnya untuk membuka mulut,
7) sesak nafas atau sukar bernafas yang akan
berakhir pada kematian,
8) badan kaku dengan epistotonus,
9) tungkai dalam ekstensi,
10)
lengan kaku dan tangan mengepal,
11)
biasanya kesadaran tetap baik, dan
12)
tubuh yang mengenai paku berkarat akan
menjadi kaku dan kelihatan pucat.
16
E. Pembedahan
Problema
pernafasan:
trakeostomi
(k/p)
dipertahankan beberapa minggu: intubasi trakeostomi
atau laringostomi untuk bantuan nafas.
Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang
tidak terdeteksi.
4. Asuhan Keperawatan terhadap Penyakit Tetanus
a. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
1) Riwayat penyakit sekarang : adanya luka parah dan
luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat.
2. Pengkajian Khusus
1) System pernafasan : dyspnea asfiksia dan sianosis
akibat kontraksi otot pernafasan.
2) System cardiovascular : disritmia, takicardi,
hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awalnya 38 40Catau febris sampai ke terminal 43 - 44C.
3) System neurologis : irritability (awal), kelemahan,
konvulsi (akhir), kelumpuhan satu atau beberapa
saraf otak.
4) System perkemihan : retensi urine (distensi
kandung kemih dan urine output tidak ada/oliguria).
5) System pencernaan : konstipasi akibat tidak ada
pergerakan usus.
6) System integument dan muskuloskletal : nyeri
kesemutan pada tempat luka, berkeringatan
(hiperhidrasi), pada awalnya didahului trismus,
spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi
alis mata, risus sardonicus, otot kaku dan kesulitan
menelan.
Apabila hal ini berlanjut terus maka akan terjadi
status konvulsi dan kejang umum (E Marlyn
Doengoes, 1999).
21
29
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...........................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
Pendahuluan.................................................................................................1
Sejarah Penyakit Tetanus.............................................................................2
Gambaran Umum Pada Penyakit Tetanus....................................................3
Pengertian Tetanus.......................................................................................4
Jenis-jenis Penyakit Tetanus........................................................................7
Penyebab, faktor persebaran dan gejala penyakit tetanus...........................12
Tanda-Tanda Munculnya, pencegahan, dan penanganan terhadap Penyakit
Tetanus.......................................................................................................15
Pemeriksaan diagnostik, komplikasi, pengobatan, penatalaksanaan, dan
pembedahan...............................................................................................17
Asuhan Keperawatan terhadap Penyakit Tetanus.......................................19
Simpulan....................................................................................................24
Daftar Pustaka............................................................................................26
30