Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Gagal ginjal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolism dan keseimbangan cairan serta elektrolit yang menyebabkan uremia yaitu, retensi
cairan dan natrium serta sampah nitrogen lain dalam darah.
Di negara maju, penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Indonesia GGK
menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit GGK pada 1997 berada
pada posisi kedelapan. Data baru dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih
menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak. Faktor penyulit lainnya
di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal.
Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tidak lebih dari 80 orang. Itupun sebagian
besar hanya terdapat dikota kota besar yang memiliki fakultas kedokteran.
Maka tidaklah heran jika dalam pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan.
Melihat situasi yang terbatas itu, tiada lain yang kita harus lakukan kecuali menjaga
kesehatan ginjal. Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai
pola hidup sehat. Diantaranya berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar
kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang,
turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang
normal bila menderita diabetes, hindari memakan obat anti nyeri nonsteroid, makan protein
dengan jumlah sedang, mengurangi minum jamu jamuan dan menghindari minuman
beralkohol.

Chronic Kidney Disease | 1

1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Chronic
Kidney Disease?
1.3.

Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum


-

Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien Chronic Kidney Disease

1.3.2. Tujuan Khusus


-

Mampu melakukan pengkajian pada pasien Chronic Kidney Disease

Mampu memprioritaskan masalah dan menegakkan diagnose keperawatan pada


pasien Chronic Kidney Disease

Mampu menyusun rencana rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata


yang sesuai dengan masalah yang diprioritaskan

1.4.

Mampu melakukan evaluasi keperawatan

Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan bahan referensi
1.4.2. Bagi intitusi dapat dijadikan sebagai bukti fisik
1.4.3. Meningkatkan kualitas pemberian askep pada pasien
1.4.4. Bagi masyarakat umum dapat menambah pengetahuan baru.

BAB II
Chronic Kidney Disease | 2

KONSEP TEORI PENYAKIT CHRONIC KIDNEY DISEASE


2.1.

Definisi Chronic Kidney Disease


Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD
atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar

(insidius)

dimana

kemampuan

tubuh

gagal

dalam

mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,


sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
2.2.

Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit
ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi
yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %.
(US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000
menunjukkan

glomerulonefritis

menjadi

etiologi

dengan

prosentase

tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan


18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%,
dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).
2.3.

Patofisiologis
Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan

klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kreatinin akan menurun, kreatinin
akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.

Chronic Kidney Disease | 3

Gangguan klirens renal


Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga
dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Pasien lain memiliki kecenderungan kehilangan garam yang akan
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan
penipisan

air dan natrium yang semakin memperburuk status uremik. Dengan semakin

berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolik seiring dengan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat ketidak
mampuan tubulus ginjal untuk menyekresi amonia (NH 3-) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat
(HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. Eritropoetin merupakan suatu
substansi normal yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi
sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi
disertai keletihan, angina dan napas sesak.
Ketidak seimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika
salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar
Chronic Kidney Disease | 4

kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak
berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun
menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vit. D (1,25dehidrokolekalsiferol)

yang

secara

normal

dibuat

diginjal

menurun

seiring

dengan

berkembangnya gagal ginjal.


2.4.

Manisfestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada
bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang
mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem

renin-angiotensin-aldosteron),

(kaki,tangan,sakrum),

edema

periorbital,

pitting
Friction

rub

edema
perikardial,

pembesaran vena leher.


b Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah,

konstipasi

dan

diare,

pendarahan

saluran

gastrointestinal
e Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
f

2.5.

Komplikasi

Chronic Kidney Disease | 5

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1 Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
2

berlebih.
Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah

uremik dan dialisis yang tidak adekuat.


Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin

4
5

aldosteron.
Anemia akibat penurunan eritropoitin.
Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium

6
7
8
9
2.6.

akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.


Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Urin
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah,

Hb, mioglobin, porfirin


Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular

dan rasio urin/serum sering 1:1


Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi

natrium
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

2. Darah

BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir


Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
Natrium serum : rendah
Kalium: meningkat
Chronic Kidney Disease | 6

Magnesium; Meningkat
Kalsium ; menurun
Protein (albumin) : menurun

3. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg


4. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria
dan pengangkatan tumor selektif
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular,
masa.
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

2.7.

Penatalaksanaan
Tujuan utama

penatalaksanaan

pasien

GGK

adalah

untuk

mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh


selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer,
2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati
GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang
dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1 Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara
mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet,
kontrol berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein
(pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai
biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori

Chronic Kidney Disease | 7

nonprotein

yang

adekuat

untuk

mencegah

atau

mengurangi

katabolisme)
2 Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik,
perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3 Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4 Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan
konservatif
dihentikan
bila
pasien
sudah
memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR
sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang
memburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG


nya, yaitu:

Chronic Kidney Disease | 8

2.8.

Pencegaha
n
1. Kurangi makanan yang manis jika sudah terdeteksi menderita DM agar tidak berakhir
pada GGK.
2. Ubah gaya hidup dengan berolahraga 30 menit/hari.

2.9.

WOC
-

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CHRONIC KIDNEY DISEASE
3.1.
Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien dan penanggung
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, alamat terdekat, nomor telepon, nomor register,
tanggal MRS.
Chronic Kidney Disease | 9

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
2) Keluhan utama saat pengkajian
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga
c. Pola Kebiasaan (14 Kebutuhan Virginia Henderson)
- Bernafas
Ditemukan nafas kausmaull, nafas bau aseton, batuk dengan/tanpa sputum
-

kental
Makan dan minum
Mual, nafsu makan menurun, muntah
Eliminasi
Kaji penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, warna
urine kuning tua
Gerak dan aktivitas
Kelelahan, penurunan rentang gerak
Istirahat dan tidur
Sedikit terganggu karena klien mengeluh pusing/sakit kepala
Kebersihan diri
Dibantu keluarga karena klien lemah
Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh klien biasanya sedikit meningkat karena pengaruh kecemasan

dan hipertensi
Rasa nyaman
Hipertensi, nadi lemah, pucat, pitting edema pada kaki, pembentukan

fistula/infeksi pada area nefrostomy


Rasa aman
Kaji tingkat kecemasan klien terhadap penyakit dan perubahan status

kesehatan
Data social
Kaji hubungan klien dengan keluarga, tim kesehatan dan lingkungan sekitar,

mempertahankan fungsi dan peran dalam keluarga


Prestasi dan produktivitas
Prestasi yang pernah dicapai, pengaruh penyakit terhadap produktivitas
Rekreasi
Hobi klien
Belajar
Persepsi dan pemahaman klien terhadap penyakitnya
Ibadah

Chronic Kidney Disease | 10

Kaji harapan klien akan kesembuhannya dan keyakinan klien mengenai


sehat sakit
d. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Meliputi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh, cara berjalan, gerak
motoric, keadaan kulit (biasanya pucat, gatal, adanya pemasangan selang
melalui insisi), gejala cardinal (tekanan darah meningkat), ukuran lain
-

(biasanya berat badan menurun karena mual muntah)


Kepala (rambut mudah rontok)
Mata (penglihatan kabur, berair)
Hidung (pernafasan cuping hidung)
Telinga
Mulut (nafas berbau ammonia, mual muntah)
Leher
Thorax (Ditemukan nafas kausmaull, batuk, disritmia jantung)
Abdomen (Nyeri ulu hati, distensi abdomen)
Genetalia (Adanya pemasangan kateter)
Anus
Ekstremitas (Keluhan nyeri/pegal pada ektremitas bawah, kramotot,
kesemutan)

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Urin
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan

menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin


Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal

tubular dan rasio urin/serum sering 1:1


Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu

mereabsorbsi natrium
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

2) Darah
BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
Chronic Kidney Disease | 11

Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8

gr/dl
SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
Natrium serum : rendah
Kalium: meningkat
Magnesium; Meningkat
Kalsium ; menurun
Protein (albumin) : menurun
3) Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
4) Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6) Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7) Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa.
8) EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
2. Data Fokus
Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan pada klien. Data fokus mencakup data subjektif yang didapat saat
melakukan wawancara dan observasi.
3. Analisa Data
Proses mencari secara sistematis dan mengatur catatan wawancara, catatan lapangan,
rider lain yang dihimpun untuk mengiring pengertian. Analisa data dilakukan agar data
yang telah diperoleh akan lebih bermakna.
4. Rumuan Masalah Keperawatan
Rumusan masalah keperawatan merupakan masalah yang muncul dari hubungan
antara DS dan DO yang diperoleh.
5. Analisa Masalah
Analisa masalah keperawatan adalah kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berfikir dan penalaran yang dilatarbelakangi ilmu pengetahuan, pengalaman dan
pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data diperlukan kemampuan
Chronic Kidney Disease | 12

mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien dalam analisa masalah kesehatan yang terlibat. Dalam analisa
masalah keperawatan terdiri dari tiga unsur yaitu P (Problem), E (Etiologi), S
(Symptom), proses terjadi dan akibat bila tidak ditanggulangi. Proses terjadi
merupakan proses bagaimana E bisa menyebabkan P yang ditandai dengan S.
3.2.
1.
2.
3.
4.
5.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan Integritas Kulit
Kelebihan Volume Cairan
Intoleransi Aktivitas
Gangguan Pertukaran Gas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

3.3.

Perencanaan
a. Diagnosa 1 : Gangguan Integritas Kulit
Tujuan : gangguan intregitas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Kerusakan pada lapisan kulit ( dermis) teratasi
Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis) teratasi
Invasi struk tubuh

INTERVENSI
Kaji gatal, kemerahan pada kulit pada

titik tekanan
Jaga teknik aseptic pada seluruh teknik

keperawatan
Ajari klien untuk menekan are yang

menunjukkan penurunan pada jaringan


Mencegah kontaminasi yang

gatal
Kolaborasi pemberian obat antibiotik

prediposisi
Menurunkan kecenderungan gatal
Menahan dingin sel, membentuk

RASIONAL
Gata merupakan hasil dari kekeringan
kulit, tekanan konstan pada kulit

microorganisme
b. Diagnosa 2 : Kelebihan Volume Cairan
Tujuan : kelebihan cairan dapat dikurangi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi ansietas
Tidak terjadi dyspnea
Tidak mengalami kegelisahan
Chronic Kidney Disease | 13

INTERVENSI
Kaji status cairan
Batasi intake cairan
Jelaskan mengenai pembatakan intake

cairan kepada pasian dan keluarga


Tingkatkan oral hygiene

RASIONAL
Status cairan dapat dikaji
Keseimbangan air dalan komponen

intrasel dan ekstra sel tubuh


Pasien dan keluarga mengerti tentang

penpatasan intake cairan.


Perawatan diri pada klien

c. Diagnosa 3 : intoleransi Aktivitas


Tujuan : Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
Kriteria hasil :
Nyaman saat beraktivitas
Tidak dyspnea saat beraktivitas
Tidak mengalami keletihan dan kelelahan verbal

INTERVENSI
Kaji tingkat aktivitas dan toleransi, pola

RASIONAL
Merupakan data dasar terhadap

kemampuan beraktivitas.
Tekanan daran menurun dengan

aktivitas kemampuan dalam ADL

keadaan bedrest
Kaji tanda-tanda vital
Ajari kliren untuk merencanakan

modifikasi aktivitas
Kolaborasi pemberian obat parrous

kehilangan darah, peningkatan

berhubungan dengan aktivitas


Izinkan untuk mengontrol pasien ketika
mencapai perkembangan dan

sulpat

menghindari kelelahan
Bertugas untuk memelihara eripoesis
normal

d. Diagnosa 4 : Gangguan Pertukaran Gas


Tujuan : Pertukaran gas kembali normal
Kriteria hasil :
Mempertahankan kadar po2/pco2 dalam batas normal
Klien tidak mengalami sesak nafas
Suhu tubuh dalam keadaan normal

INTERVENSI
Kaji status pernafasan, perhatikan

RASIONAL
Takipnea menandakan distress

Chronic Kidney Disease | 14

tanda-tanda distress pernafasan ( mis,

pernafasan , khususnya bila pernafasan

takipnea, pernafasan cuping hidung,

lebih dari 60x/I setelah 5 jam pertama

mengorok, retraksi, ronki, krekels)


Gunakan pemantauan oksigen
transkutan atau oskimeter nasi. Catat
kadar setiap jam. Ubah sisi alat setiap

3-4 jam.
Hisap hidung dan orofaring dengan

hati-hati, sesuai kebutuhan


Pertahankan kenetralan suhu tubuh

kehidupan
Memberikan pemantauan noninvasive

konstan terhadap kadar oksigen


Untuk memepertahankan kepatenan
jalan nafas, khususnya pada bayi yang

menerima ventilasiterkontrol
Stress dingin meningkatkan konsumsi
oksigen bayi, dapat meningkatkan
asidosis. Dan selanjutnya kerusakan
produksi surfaktan.

e. Diagnosa 5 : ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan : Intake nutrisi makanan dan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi kram abdomen
Tidak mengalami nyeri
Bising usus normal

INTERVENSI
Monitor mual dan muntah
Kaji intake nutrisi
Berikan nutrisi pariental sesuai

kebutuhan
Timbang BB setiap hari
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan nutrisi yangdibutuhkan
pasien

RASIONAL
Untuk mengetahui intake dan out[ut

nutrisi pasien
Untuk mengetahui takaran nutrisi yang
pas dans esuai dengan kebutuhan

pasien
Agar asupan nutrisi pasien tetap

adekuat
Untuk mengetahui apakah nutrisi

pasien terpenuhi
Memberikan takaran yang pas kepada
pasien

Chronic Kidney Disease | 15

BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Gagal ginjal kronis merupakan suatu sindrom klinis yang bersifat menahun, progresif dan
irreversible yang disebabkan oleh penurunan filtrasi glomerulus kurang dari 50ml/menit yang
akan mengakibatkan terjadinya uremia.
Di Indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian, sehingga penyakit
GGK pada 1997 berada pada posisi kedelapan. Data baru dari US NCHS 2007 menunjukkan,
penyakit ginjal masih menduduki peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.
Faktor penyulit lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK adalah terbatasnya dokter
spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tidak lebih dari 80 orang.
Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal. Mari memulai pola hidup
sehat. Diantaranya berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah
berat badan, periksa fisik setiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan
darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita
diabetes, hindari memakan obat anti nyeri nonsteroid, makanprotein dengan jumlah sednag,
mengurangi minum jamu-jamuan dan menghindari minuman beralkohol.

Chronic Kidney Disease | 16

Chronic Kidney Disease | 17

Vous aimerez peut-être aussi