Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan makalah ini tepat pada
waktunya.
Laporan makalah ini berisi tentang POST OPERASI APPENDIKTOMIyang
mencakup pengertian hingga penatalaksanaan baik secara medis maupun keperawatan.
Pada kesempatan ini juga tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung berpartisipasi dalam
penyelesaian laporan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, maka sangat diharapkan semua pihak dapat memberikan masukkan
berupa saran dan kritik yang membangun, demi terwujudnya kesempurnaan laporan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Kediri,juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen
appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak
folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang
caecum ( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat
parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula
interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain.
Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas
dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi
(pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang
merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan
pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal
tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat
aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga
kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk
mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara
mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada
penderita dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang
bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.
1.1. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a) Mengetahui pengertian Apendiks dan apendicitis
b) Mampu menjelaskan tentang anatomi, fisiologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, tindakan medis, test diagnosa dan pencegahan
c) Mampu pengertian Appendictomy dan tindakan operasi Appendictomy
d) Mampu menjelaskan tentang WOC appendicitis
e) Mampu menjelaskan ASKEP Post Operasi Appendiktomy
APPENDISITIS
2.1. PENGERTIAN
1. Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada
sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
2. Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing,
yang berlokasi dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )
3. Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )
4. Appendiksitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang
merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi
2.2.
ANATOMI FISIOLOGI
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung
inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol
pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata
9 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis.
Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan
gambaran klinis yang tidak sama.
nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral
pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari
arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat,
misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung
amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen
dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks
berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid
Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A.
Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi
3
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
c. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks
2.4.
disebabkan
oleh
hiperplasia
dari
folikel
limfoid
merupakan
penyebab
cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya
keganasan (karsinoma karsinoid).
4
Massa/Tinja/Benda Asing
Peradangan
Peregangan apendiks
Tekanan intra-luminal
Suplai darah terganggu
Hipoksia jaringan
Nyeri
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi.
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
2.5. MANISFESTASI KLINIS
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah.dalam 2-12 jam nyeri akan beralih
kekuadran kanan bawah,yang akan menetap dan diperberat bilah berjalan atau
batuk.terdapat juga keluhan anoreksia,malaise,dan demam yang akan terlalu
tinggi.biasanya juga terdapat konstipasi,tetapi kadang-kadang terjadi diare,mual dan
muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap.namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif,dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat dutunjukan satu titk dengan
keadaan maksimal.perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu
meningkatkan lokasi nyeri.nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul.bila tanda
roavsing,psoas,obrutor
positif,akan
semakin
meyakinkan
diagnosis
klinis
apendisistis.
2.6. TES DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
1. Nyeri mula mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar keperut kanan bawah.
2. Muntah oleh karena nyeri visceral.
3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
4. Gejala lain adalah badan lemah dan
6 kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling
terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika
orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc.
Burney.
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
2.7. KOMPLIKASI.
Komplikasi yang cukup berbahaya adalah pylephlebitis, yaitu merupakan
7
thrombophlebitis supurativa pada sistem vena porta akibat perluasan infeksi
apendisitis. Gejalanya berupa menggigil, demam tinggi, ikterik ringan dan abses
hepatik
Komplikasi yang terjadi setelah pembedahan apendisitis diantaranya adalah infeksi.
Beberapa tahun yang lalu insidensi infeksi setelah pembedahan sebesar 20-40%,
insidensi ini mengalami penurunan sampai sekitar 5% setelah digunakannya tripel
antibiotika.
Infeksi setelah pembedahan sering terjadi pada apendisitis perforasi atau
gangrenosa. Meskipun infeksi bisa terjadi di sejumlah lokasi, infeksi yang terletak
di lokasi pembedahan yang paling sering, yaitu pada luka subkutan dan dalam
rongga abdominal. Insidensi kedua komplikasi ini bervariasi tergantung pada
derajat apendisitis, umur penderita, kondisi fisiologis dan tipe penutupan luka.
Obstruksi intestinal bisa terjadi setelah pembedahan pada kasus apendisitis, hal ini
disebabkan oleh abses, phlegmon intraperitoneal atau adhesi. Infertilitas dapat
terjadi pada perempuan dengan apendisitis perforasi.
Komplikasi Lain :
-
General peritonitis
Sepsis
Appendisitis kronis
merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
1. Perawatan prabedah perhatikan tanda tanda khas dari nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas),
peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi
kanan.
Pasien disuruh istirahat di tempat tidur dan dipuasakan. Cairan intravena mulai
diberikan, obat obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika
mungkin.
2. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan
setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
3. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 7 hari jika
appendicitis telah mengalami perforasi.
4. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak
di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri
tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
2.11. APPENDEKTOMY
Pengertian appendectomy adalah suatu tindakan pembedahan membuang appendiks
(Puruhito ; 1993).
A. INDIKASI
1. apenditis Akut
2. apendisitis kronis
3. Peri appendicular infiltrat dalam stadium tenang (a-Froid)
4. Appendiks terbawa pada laparatomi operasi kandung empedu
5. Appendisitis perforate
10
1. Durante Operasi
-Perdarahan dari a. mesenterium / omentum
-Robekan sekum atau usus lain
2. Pasca Operasi
-
Perdarahan
Infeksi
Hematom
Paralitik ileus
Peritonitis
Fistel usus
Hernia sikatrik
2.12. WOC
13
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara
klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
B. Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa
sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada
abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan
pucat.
4. Torax dan Paru
16
Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan.
Diagnosa
( Ingnatavicius; 1991).
17
2.
3.
C. Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai
dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien
dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a.
b.
c.
d.
Rasional :
a.
b.
c.
d.
e.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Rasional :
a.
b.
c.
Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
d.
e.
b.
c.
Rasional :
a.
b.
c.
D. Pelaksanan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan pada
klien.
E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai
sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk
cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal.Letak di fossa iliaca kanan, basis atau
pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilicus dengan SIAS,
basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 5 cm, pakal lumen sempit,
distal lebar.Faktor yang dapat menyebabkan peradangan antara lain : obtruksi
lumen,Infeksi kuman,serta tergantug pada bentuk apendiksnya.insiden lebih banyak
terjadi pada laki laki yang disebabkan ole peningkatan jaringan limfoidpada masa
tersebut.
Pada appendiksitis, pengobatan yang paling baik adalah operasi tindakan
appendectomy, yan di sertai tahap-tahap tindakan appendectomy. Setelah melakukan
tindakan operasi, dalam kurung waktu 48 jam harus dilakukan, penderita di
obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan
yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan
bawah.
B. SARAN
Jika terdapat kata- kata yang kurang bisa di pahami atau kurang dalam memberi
keterangan harap memberi saran, masukan ataupun kritiksn.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media
Aesculapius,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, Rencana Asuhan
Keperawatan ,Edisi 3,Jakarta, 1999.
Duru Hito Dr. Soetanto Wibowo, dr. Soetomo basuki, Pedoman teknik Operasi OPTEK
UNAIR PRESS, 1993
MAKALAH
POST OPERASI APPENDEKTOMY
Disusun Oleh :
1. Mathilde Sisilia H. Tonda
10207036
2. Nikolaus Kota
10207037
3. Petronela Hoar
10207040
10207051
10207052
6. Yovita Angket
10207055
7. Yohanes B. Saputra
10207056