Vous êtes sur la page 1sur 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan makalah ini tepat pada
waktunya.
Laporan makalah ini berisi tentang POST OPERASI APPENDIKTOMIyang
mencakup pengertian hingga penatalaksanaan baik secara medis maupun keperawatan.
Pada kesempatan ini juga tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung berpartisipasi dalam
penyelesaian laporan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, maka sangat diharapkan semua pihak dapat memberikan masukkan
berupa saran dan kritik yang membangun, demi terwujudnya kesempurnaan laporan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Kediri,juni 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................1
B. TUJUAN..........................................................................................2
BAB II ISI
A. DEFENISI........................................................................................3
B ANATOMI FISIOLOGI...................................................................3
C ETIOLOGI........................................................................................4
D PATHOFISIOLOGI..........................................................................4
E. MANIFESTASI KLINIS..................................................................6
F TES DIAGNOSA............................................................................6
G. KOMPLIKASI.................................................................................8
H. FAKTOR RESIKO PENDERITA....................................................8
I. PENCEGAHAN..............................................................................9
J. PENATALAKSANAN MEDIS......................................................10
K. APPENDEKTOMY..........................................................................10
L. WOC................................................................................................14
M. ASKEP POST OPERASI APPENDEKTOMY..............................15
BAB III
A.PENUTUP.........................................................................................21
B. SARAN............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen
appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak
folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang
caecum ( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat
parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula
interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain.
Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas
dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi
(pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang
merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan
pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal
tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat
aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga
kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk
mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara
mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada
penderita dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang
bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.

1.1. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a) Mengetahui pengertian Apendiks dan apendicitis
b) Mampu menjelaskan tentang anatomi, fisiologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, tindakan medis, test diagnosa dan pencegahan
c) Mampu pengertian Appendictomy dan tindakan operasi Appendictomy
d) Mampu menjelaskan tentang WOC appendicitis
e) Mampu menjelaskan ASKEP Post Operasi Appendiktomy

APPENDISITIS
2.1. PENGERTIAN
1. Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada
sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
2. Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing,
yang berlokasi dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )
3. Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )
4. Appendiksitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang
merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi
2.2.

ANATOMI FISIOLOGI
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung
inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol
pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata
9 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis.
Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan
gambaran klinis yang tidak sama.

Persarafan para simpatis berasal dari cabang

nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral
pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari
arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat,
misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung
amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen
dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks
berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid
Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A.
Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi
3

pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab


jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan
seluruh tubuh. ( R.Syamsu ; 1997)
2.3. ETIOLOGI
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi Yaitu :
a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena :

Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak

Adanya faekolit dalam lumen appendiks

Adanya benda asing seperti biji bijian

Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
c. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks

2.4.

Appendik yang terlalu panjang

Messo appendiks yang pendek

Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

Kelainan katup di pangkal appendiks


PATOFISIOLOGI
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi

disebabkan

oleh

hiperplasia

dari

folikel

penyumbatan yang dapat

limfoid

terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks.

merupakan

penyebab

Adanya benda asing seperti

cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya
keganasan (karsinoma karsinoid).
4

Massa/Tinja/Benda Asing

Obstruksi lumen apendiks

Peradangan

Sekresi mukus tidak dapat keluar


Pembengkakan jaringan limfoid

Peregangan apendiks

Tekanan intra-luminal
Suplai darah terganggu

Hipoksia jaringan

Nyeri
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi.

5Bila omentum usus yang berdekatan dapat


mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,

keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
2.5. MANISFESTASI KLINIS
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah.dalam 2-12 jam nyeri akan beralih
kekuadran kanan bawah,yang akan menetap dan diperberat bilah berjalan atau
batuk.terdapat juga keluhan anoreksia,malaise,dan demam yang akan terlalu
tinggi.biasanya juga terdapat konstipasi,tetapi kadang-kadang terjadi diare,mual dan
muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap.namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif,dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat dutunjukan satu titk dengan
keadaan maksimal.perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu
meningkatkan lokasi nyeri.nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul.bila tanda
roavsing,psoas,obrutor

positif,akan

semakin

meyakinkan

diagnosis

klinis

apendisistis.
2.6. TES DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
1. Nyeri mula mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar keperut kanan bawah.
2. Muntah oleh karena nyeri visceral.
3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
4. Gejala lain adalah badan lemah dan
6 kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
b. Pemeriksaan yang lain

1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling
terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika
orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc.
Burney.
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan Laboratorium

Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh


terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan
perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.

Hb (hemoglobin) nampak normal

Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat

Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

4. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :

Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan

Kadang ada fekolit (sumbatan)

Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

2.7. KOMPLIKASI.
Komplikasi yang cukup berbahaya adalah pylephlebitis, yaitu merupakan
7
thrombophlebitis supurativa pada sistem vena porta akibat perluasan infeksi

apendisitis. Gejalanya berupa menggigil, demam tinggi, ikterik ringan dan abses
hepatik
Komplikasi yang terjadi setelah pembedahan apendisitis diantaranya adalah infeksi.
Beberapa tahun yang lalu insidensi infeksi setelah pembedahan sebesar 20-40%,
insidensi ini mengalami penurunan sampai sekitar 5% setelah digunakannya tripel
antibiotika.
Infeksi setelah pembedahan sering terjadi pada apendisitis perforasi atau
gangrenosa. Meskipun infeksi bisa terjadi di sejumlah lokasi, infeksi yang terletak
di lokasi pembedahan yang paling sering, yaitu pada luka subkutan dan dalam
rongga abdominal. Insidensi kedua komplikasi ini bervariasi tergantung pada
derajat apendisitis, umur penderita, kondisi fisiologis dan tipe penutupan luka.
Obstruksi intestinal bisa terjadi setelah pembedahan pada kasus apendisitis, hal ini
disebabkan oleh abses, phlegmon intraperitoneal atau adhesi. Infertilitas dapat
terjadi pada perempuan dengan apendisitis perforasi.
Komplikasi Lain :
-

Nekrosis dinding appendiks

Perforasi dinding appendiks pus keluar masuk cavum peritonii

General peritonitis

Periappendikular infiltrat / Phlegmon / MassAppendiks yang mengalami


perforasi(mikroperforasi) segera ditutup (walling of) oleh omentum dan usus
halus gumpalan massa radangberlanjut menjadi:Periappendicular abses

Sepsis

Appendisitis kronis

2.8. FAKTOR RESIKO PENDERITA


Faktor resiko dari penderita dapat bersifat umum dan dapat bersifat organ spesifik
atau lokal. Yang termasuk faktor-faktor umum adalah sebagai berikut :
1. Malnutrisi.Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% penderita yang
dipondokkan mungkin mengalami gangguan nutrisi. Gangguan nutrisi yang berat
akan menyebabkan insidensi pasca operasi
yang tinggi khususnya infeksi luka
8
operasi.

2. Umur diatas 65 tahunPenelitian menunjukkan bahwa angka infeksi pasca operasi


meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Angka infeksi tersebut mencapai 813% lebih tinggi pada penderita yang berumur 65 tahun atau lebih.
3. Diabetes melitus Penderita sangat rentan terhadap infeksi.
4. Tumor ganasTumor ganas yang solid pada traktus digestivus dapat menimbulkan
obstruksi, ulserasi dan perforasi yang dapat merupakan predisposisi untuk
terjadinya infeksi.
5. Pemondokan yang lama sebelum pembedahan. Diluar kasus-kasus emergency,
angka infeksi pasca operasi didapatkan lebih tinggi jika pemondokan preoperasi
lebih lama.
6. Penggunaan anti biotika sebelumnyaPenggunaan anti biotika terhadap infeksi
yang sedang berlangsung atau infeksi sebelumnya akan menimbulkan perubahan
flora mikrobial yang normal dan bahkan dapat menimbulkan pseudomembranous
colitis.
7. Terapi dengan imunosupresif
8. Terdapatnya infeksi pada tempat lainAngka infeksi pasca bedah pada penderita
yang mengalami infksi sebelum pembedahan, dibandingkan dengan rumah sakit
yang bukan tempat pendidikan.didapatkan 3-4 kali lebih besar dibandingkan
dengan penderita yang tidak mengalami infeksi.
2.9. PENCEGAHAN
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau
peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi
oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan
yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis meminimalkan resiko terjadinya
gangren, perforasi, dan peritonitis.
2.10. PENATALAKSANAAN MEDIS
9
Pada appendiksitis akut, pengobatan
yang paling baik adalah operasi
appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat
dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak

merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
1. Perawatan prabedah perhatikan tanda tanda khas dari nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas),
peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi
kanan.
Pasien disuruh istirahat di tempat tidur dan dipuasakan. Cairan intravena mulai
diberikan, obat obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika
mungkin.
2. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan
setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
3. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 7 hari jika
appendicitis telah mengalami perforasi.
4. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak
di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri
tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
2.11. APPENDEKTOMY
Pengertian appendectomy adalah suatu tindakan pembedahan membuang appendiks
(Puruhito ; 1993).
A. INDIKASI
1. apenditis Akut
2. apendisitis kronis
3. Peri appendicular infiltrat dalam stadium tenang (a-Froid)
4. Appendiks terbawa pada laparatomi operasi kandung empedu
5. Appendisitis perforate

B. TINDAKAN OPERASI APPENDIKTOMI.


1. PERSIAPAN
a. Persiapan dipoliklinik
-Pemeriksaan diagnosa

10

- Pemeriksaan laboratorium persyaratan operasi :


Darah lengkap dan faal hemoatasis
Kimia darah ( ureum, kretainin, SGOT, SGPT, bilirubin direct/ indirect )
Gula darah puasa 2 jam post pandrial untuk penderita lebih dari 40 tahun
ECG pre operatif untuk penderita lebih dari 40 tahun
- Foto thoraks
- Konsul anastesi untuk persetujuan pemberian narcose
- Daftar coordinator
b. Persiapan pre operatif
- Cek perencanaan keperawatan klien
- Memberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
- Puasa 5 8 jam pre operatif
- Surat persetujuan tindakan operasi
- Antibiotika skin test
- Resep pre operasi antibiotika propilaksis ( ampisilin 3 gram )
- 6 jam sebelum operasi rambut kemaluan dicukur bersih
2. PELAKSANAAN
TEKNIK APENDIKTOMI Mc BURNEY
1) Pasien berbaring terlentang dalam anastesi umum atau regional.kemudian
dilakukun tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah perut kanan bawah.
2) Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan
otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah
serabutnya,berturut-turut m.obilikus abdominis eksternus,m.abdominis
internus,m.tranversus abdominis,sampai akhirnya tampak peritoneum
3) Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi.
4) Sekum beserta apendiks diluksasi.
11
5) Mesoapendiks dibebaskan dan dipotong dari apendiks secara biasa,dari
puncak kearah basis.
6) Semuua perdarahan dirawat

7) Disipakan tabac sac menglilingi basis apendiks,kemudian dijahit dengan


catgut
8) Dilakukan pemotongan apendiks apikal dari jahitan tersebut.
9) puntung apendiks diolesi betadin.
10) Jahitan tabac scan disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul
tersebut.mesoapendiks diikat dengan sutera
11) Dilakukan pemeriksaan rehadap rongga peritonium dan alat-alat
didalamnya,semua perdarahan dirawat
12) Sekum dikembalikan kedalam abdomen.
13) Sebelum ditutup,peritonium dijepit dengan minimal 4 klem dan
didekatkan untuk memudahkan penutupnya.peritoniumini dijahit jelujur
dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan.
14) Dinding perut ditutup/dijahit lapis demi lapis,fasia dengan sutera.
15) Luka operassi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.
3. EVALUASI
Intruksi RR
Observasi 2 jam ( T/N/RR)
Jika dalam evaluasi 2 jam di RR hemodinamik stabil tidak kesakitan klien dapat
pulang
Jika meragukan observasi dilanjutkan sampai 24 jam - MRS
Follow UP:
- Hari 1 post operasi
- Hari 2 post operasi > poliklinik
- Hari 3 post operasi
4. DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi /
respon klien, persiapan pelaksanaan dari operasi, selama pelaksanaan operasi, perawat
12
yang melakukan ) pada catatan keperawatan
PENYULIT APPENDIKTOMI.

1. Durante Operasi
-Perdarahan dari a. mesenterium / omentum
-Robekan sekum atau usus lain
2. Pasca Operasi
-

Perdarahan

Infeksi

Hematom

Paralitik ileus

Peritonitis

Fistel usus

Streng Ileus karena band

Hernia sikatrik

2.12. WOC
13

2.13. ASKEP POST OPERASI APPENDEKTOMY


14

Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan pendekatan


proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :
A.Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat,
umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku
bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri
yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk
rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan

olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status

ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi


lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga
dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
15

3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara
klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
B. Pemeriksaan
a.

Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa
sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada
abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan

pada konjungtiva lihat apakah ada warna

pucat.
4. Torax dan Paru
16

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan


cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya
normal (16 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada
usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah
bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa
apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau
hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada
pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang
hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 mn.
b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi
data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik
kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).
d.

Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan.

Diagnosa

keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari


pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita post Operasi appendiktomy :
1.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi


pembedahan

( Ingnatavicius; 1991).
17

2.

Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi


( Doenges; 1989 ).

3.

Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team


kesehatan akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).

C. Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai
dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien
dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a.

Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

b.

Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

c.

Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

d.

Rawat luka secara teratur daan aseptik.

Rasional :
a.

Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak


bekerja sama.

b.

Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar


dapat mengurangi rasa nyeri.

c.

Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan


sehingga mengurangi rasa nyeri.

d.

Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil


mungkin invasi kuman pada luka operasi.

e.

Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi sehubungan 18


dengan invasi kuman pada luka operasi.

Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a.

Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan


tanda - tanda atau gejala infeksi.

b.

Rawat luka secara teratur dan aseptik.

c.

Jaga luka agar tetap bersih dan kering.

d.

Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

e.

Observasi tanda tanda vital.

f.

Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

Rasional :
a.

Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor


bila ada tanda tanda infeksi.

b.

Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil


mungkin invasi kuman pada luka operasi.

c.

Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.

d.

Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi pada luka operasi.

e.

Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi secepatnya mengatasi


.

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat


proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur
dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a.

Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya


19

b.

Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan


penyakit).

c.

Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

Rasional :
a.

Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien


menerima dan beradaptasi dengan baik.

b.

Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien


berfikir secara konstruktif.

c.

Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau


kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)

D. Pelaksanan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan pada
klien.
E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai
atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai
sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.

20

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk
cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal.Letak di fossa iliaca kanan, basis atau
pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilicus dengan SIAS,
basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 5 cm, pakal lumen sempit,
distal lebar.Faktor yang dapat menyebabkan peradangan antara lain : obtruksi
lumen,Infeksi kuman,serta tergantug pada bentuk apendiksnya.insiden lebih banyak
terjadi pada laki laki yang disebabkan ole peningkatan jaringan limfoidpada masa
tersebut.
Pada appendiksitis, pengobatan yang paling baik adalah operasi tindakan
appendectomy, yan di sertai tahap-tahap tindakan appendectomy. Setelah melakukan
tindakan operasi, dalam kurung waktu 48 jam harus dilakukan, penderita di
obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan
yang tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan
bawah.
B. SARAN
Jika terdapat kata- kata yang kurang bisa di pahami atau kurang dalam memberi
keterangan harap memberi saran, masukan ataupun kritiksn.

21

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media
Aesculapius,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, Rencana Asuhan
Keperawatan ,Edisi 3,Jakarta, 1999.
Duru Hito Dr. Soetanto Wibowo, dr. Soetomo basuki, Pedoman teknik Operasi OPTEK
UNAIR PRESS, 1993

MAKALAH
POST OPERASI APPENDEKTOMY

Disusun Oleh :
1. Mathilde Sisilia H. Tonda

10207036

2. Nikolaus Kota

10207037

3. Petronela Hoar

10207040

4. Tety Nelci Juana

10207051

5. Theresia Avila I Coo

10207052

6. Yovita Angket

10207055

7. Yohanes B. Saputra

10207056

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASAYARAKAT
IIK BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2009

Vous aimerez peut-être aussi