Vous êtes sur la page 1sur 10

REALITY COUNSELING

DALAM PELAKSANAAN KONSELING

MAKALAH

Disusun untuk melengkapi tugas


Matakuliah Teori dan Teknik Intervensi Individu
yang dibimbing oleh Ribut Purwaningrum, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh
LIA AYU WULANDARI
LISA KARTIKA SARI

201310230311367
201310230311389

AGE FERITANIA

201310230311400

AINUN NISA SIMON

201310230311420

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
Maret 2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tugas intervensi individu mengenai reality
konseling.
Adapun makalah ini telah kami buat semaksimal mungkin dan sebaik
mungkin.Tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah konseling realita ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Malang, 9 Maret 2015

Penyusun

A. Pendahuluan
Penulis memilih terapi realitas William Glasser sebagai bahan
pembahasan dalam makalah ini karena beberapa alasan.Pertama, sebagai tugas
mata kuliah teori dan teknik intervensi individu.Kedua, terapi realitas telah

meraih popularitas dikalangan konselor sekolah, para guru, pimpinan sekolah


dasar, sekolah menengah, dan para pekerja rehabilitasi.
Konseling realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Konseling berfungsi sebagai guru dan model serta
mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa
merugikan sendiri ataupun orang lain.
Konseling realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena
dalam penerapan-penerapan institusionalnya merupakan tipe pengkondisian
operan yang tidak tetap.

B. Pembahasan
1. Sejarah perkembangan Reality Counseling
William Glasser adalah psikiater yang mengembangkan konseling
realita (Reality Therapy) pada 1950an. Pengembangan konseling realitas
ini merasa tidak puas dengan praktik psikatri yang ada dan dia
mempertanyakan dasar-dasar keyakinan terapi yang berorientasi pada
Freudian, karena hasilnya tidak memuaskan (Colvin, 1980).
Galsser tertarik pada studi psikologi kemudian beliau mengambil
program studi klinis pada Westren Reserve University, dan membutuhkan
waktu untuk meraih gelar Ph.D. akhirnya Glasser menekuni profesinya
dengan menetapkan dirinya sebagai psikiater.
Pada tahun 1969 glasser berhenti bekerja pada ventura dan mulai
saat itu beliau mendirikan Instute For reality Therapy di Brentwood,
selanjutnya menyelenggarakan educator training centre yang bertujuan
meneliti

dan

mengembangkan

program-program

unutk

mencegah

kegagalan sekolah. Banyak pihak dilatih dalam lembaganya antara lain :


perawat, pengacara, dokter, polisi, psikolog, pekerja social, dan guru.
Teori yang dikembangkan Glasser ini dengan cepat memperoleh
popularitas konselor baik untuk kasus individual maupun kelompok dalam
berbagai bidang misalnya sekolah, lembaga kesehatan mental, maupun
petuga-petugas social lain. Banyak hal yang positif dari teori konseling
realitas ini, misalnya mudah di mengerti, nonteknis, didasarkan atas
pengetahuan masyarakat, efesien waktu, sumber daya dan usaha-usaha
yang dilakukan konselor.
2. Pandangan Reality Counseling terhadap manusia (human nature)
Pandangan Reality Counseling terhadap manusia :
1. Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan
dasarnya, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan dasar ini
berlaku sama untuk semua orang. Kebutuhan dasar seseorang adalah :
a. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
b. Kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna untuk diri sendiri
dan juga orang lain.

2. Jika individu frustasi karena gagal memperoleh kepuasan atau tidak


terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dia akan mengembangkan identitas
kegagalan. Sebaliknya jika dia berhasil memperoleh kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya maka dia akan mengembangkan
identitas keberhasilannya.
3. Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengubah
identitasnya dari identitas kegagalan ke identitas keberhasilan.
Individu yang bersangkutan adalah pihak yang mampu mengubah
dirinya sendiri.
4. Faktor tanggung jawab adalah sangat penting bagi manusia. Orang
yang berusaha memperoleh keputusan mencapai success identity
perilaku yang bertanggung jawab.
5. Faktor penilaian individu tentang dirinya sangat penting untuk
menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan
atau identitas kegagalan.
3. Manusia bermasalah dan penyebabnya
Reality theraphy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku
individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut
konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau
berperilaku tidak tepat.
Menurut Glasser, individu yang berperilaku tidak tepat itu
disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam memuaskan kebutuhannya,
akibatnya kehilangan sentuhan dengan realitas objektif, dia tidak dapat
melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas
dasar kebenaran, tanggung jawab dan realitas.
Meskipun koseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia
dengan gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan
dengan

istilah

yang

dikemukakan

Glasser

yaitu

identitas

kegagalan.Identitas kegagalan itu ditandai dengan keterasingan, penolakan


diri & irrasionalitas, perilakunya yang kaku, tidak objektif, lemah, tidak
bertanggung jawab, kurang percaya diri, dan menolak kenyataan.
4. Manusia sehat dan pendukungnya

Manusia sehat adalah manusia yang kebutuhan dasarnya baik


psikologis maupun fisiologis terpenuhi dengan baik, sehingga manusia
dapat memerintah kehidupannya sendiri menggunakan prinsip 3 R (Right,
Responsilibity, Reality). Artinya individu dalam memenuhi kebutuhan
fisiologis dan psikologis harus mempelajari yang benar, bertingkahlaku
secara

bertanggungjawab

dan

memahami

serta

menghadapi

kenyataan.Yang berperan penting dalam hal tersebut diantaranya


lingkungan, teman maupun keluarga.
5. Makna Konseling menurut Reality Counseling
Konseling berfungsi sebagai guru

dan

model

serta

mengkonfrontasikan konseli dengan cara-cara yang bisa membantu


konseli menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tanpa merugikan sendiri ataupun orang lain.
6. Tujuan Reality Counseling
Secara umum tujuan reality theraphy sama dengan tujuan hidup,
yaitu individu mencapai kehidupan dengan success identity untuk itu dia
harus bertanggung jawab, yaitu memiliki kemampuan mencapai kepuasan
terhadap kebutuhan personalnya.
Kualitas pribadi sebagai tujuan konseling realitas adalah individu
yang memahami dunia riilnya dan harus memenuhi kebutuhannya dalam
kerangka kerja (framework). Meskipun memandang realitas antara
individu yang sama dengan yang lain berbeda tetapi realitas itu dapat
diperoleh dengan cara membandingkan dengan orang lain. Oleh karena itu,
konselor membantu klien bagaimana menemukan kebutuhannya.Dengan
3R yaitu Right, Responsibility dan Reality sebgai jalannya.
Untuk memcapai tujuan-tujuan tersebut karakteristik konselor
realitas adalah sebagai berikut :
1. Konselor harus mengutamakan

keseluruhan

individual

yang

bertanggung jawab, yang dapat memenuhi kebutuhannya.


2. Konselor harus kuat, yakin, tidak pernah bijaksana, iya harus
menahan tekanan dari permintaan konseli untuk simpati atau

membenarkan perilakunya, tidak menerima alasan dari perilaku


irrasional konseli.
3. Konselor harus hangat, sensitif terhadap kemampuan untuk memahami
orang lain.
4. Konselor harus dapat bertukar pikiran dengan konseli tentang
perjuangannya dapat melihat dapat melakukan secara bertanggung
jawab termasuk pada saat-saat yang sulit.

7. Fungsi Konselor
1. Melibatkan diri dengan konseli dan membuat konseli menerima
kenyataan.
2. Konselor tidak membuat pertimbangan nilai dan putusan-putusan
konseli.
3. Konselor diharapkan memberikan pujian apabila para konseli
bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan
ketidak kesetujuan apabila konseli tidak bertindak demikian.
4. Kenselor berperan sebagai seorang guru dengan hubungannya dengan
konseli. Ia harus mengajari konseli bahwa tujuan konseling realita
tidak diarahkan kepada kebahagiaan, karena kebahagiaan dapat
diciptakan sendiri.
5. Konselor memiliki batasan-batasan yang terapuetik dan batasanbatasan yang ditempatkan oleh kehidupan pada seseorang.
8. Peran Koseli
Konseli memusatkan pada tingkah laku dalam proses konseling.
Konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai

ganti dari perasaan dan sikap-sikapnya.


Konseli membuat dan menyepakati rencana.
Hal ini terjadi ketika konseli memutuskn untuk bagaimana mereka
ingin berubah.
Konseli diharapkan untuk mengembangkan rencana khusus untuk
mengubah tingkah laku gagal ke tingkah laku berhasil.
Konseli mengevaluasi tingkah lakunya sendiri.
Menurut Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari
orang lain dalam setiap usaha kita.

9. Situasi Hubungan dalam Koseling


Hubungan antara konselor dan konseli agar menccapai hasil yang
sebaik-baiknya konseling realita memandang penting adanya hubungan
positif antara konselor dengan konseli. Hubungan tersebut tergantung
pada:
1. Iklim Konseling
2. Ketermapilan hubungan
3. Komunikasi verbal dan non verbal
4. Kemampuan mendengarkan
Hubungan-hubungan ini akan membantu proses konseling.
10. Langkah dan Teknik Khusus dalam Reality Counseling
a. Langkah-langkah Reality Counseling menurut Glasser :
1. Tidak berkepanjangan dalam menggali permasalahannya, karena
masalah yang terjadi saat ini ada pada kondisi yang tidak baik.
2. Tidak perlu melakukan penyelidikan yang panjang pada masa lalu
klien, karena permasalahannya ada pada masa kini
3. Memfokuskan pada apa yang dipilih untuk dilakukan klien
sekarang, karena satu-satunya orang yang dapat di control oleh
klien adalah diri klien itu sendiri.
b. Teknik-teknik Reality Counseling
1. Berfokus pada personal
Mengkomuniksikan perhatian konselor kepada konseli. Perhatian
itu ditandai dengan hubungan hangat.
2. Berfokus pada perilaku
Konseling realita berfokus dengan perilaku bukan sikap. Karena
menurut Glasser, perilaku dapat diubah dan dapat dengan mudah
dikendalikan.
3. Berfokus pada saat ini
Konseling realita memandang, tidak perlu meihat masa lalu
konseli. Karena masa lalu tidak dapat diubah dan membuat konseli
tidak bertanggung jawab terhadap keadaannya.
4. Pertimbangan nilai
Konseli realitas menganggap pentingnya pertimbangan nilai,
karena konseli harus menilai perilakunya sendiri. Apakah
perilakunya bertanggung jawab, rasional, realistis dan benar atau
justru sebaliknya.
5. Pentingnya perencanaan

Kesadaran konseli terhadap perilakunya tidak bertanggung jawab


harus dilanjutkan dengan perencaan untuk mengubahnya untuk
menjadi perilaku yang bertanggung jawab. Dan konseli harus
mampu menyusun rencana-rencana yang realistis, sehingga konseli
memiliki identitas keberhasilan.
6. Komitmen
Komitmen ditunjukan dengan kesedian konseli sekaligus secara
real melaksanakan apa yang direncanakan. Konselor terus
meyakinkan

konseli

bahwa

kepuasan

dan

kebahagiannya

tergantung pada komitmen pelaksaaan rencanya.


7. Tidak menerima dalih
Konselor tidak menerima alasan-alasan yang dikemukakan oleh
konseli,

ketika

konseli

gagal

melaksanakan

rencana

dan

komitmennya. Yang lebih penting, konselor menanyakan apa


rencana selanjutnya dan kapan dilaksanakan.
8. Menghilangkan hukuman
Ketika konseli gagal, konselor tidak dianjurkan memberi hukuman.
Menurut Glaseer hukuman itu tidak efektif dan memperburuk
hubungan

antara

konselor

dan

konseli.

Konselor

cukup

membiarkan konseli belajar mendapatkan konsekuensi secara


wajar dari perilakunya sendiri.
11. Aplikasi Reality Counseling dalam Konseling
Hasil penelitian mengenai pada jurnal berjudul Penerapan Konseling
Kelompok Realita Untuk Menangani Kecanduan Game Online Pada Siswa
setelah ketuju siswa kelas VIII SMPN 2 Krian yang kecanduan game oline diberi
perlakuan berupa konseling relita selama 5 kali pertemuan, berhasil menurunkan
tingkat kecandungan game online.

C. Sumber Rujukan
Latipun.2008. Psikologi Konseling edisi ketiga. Malang: UMM Press
Nelson Richard, Jones. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi
Edisi Keempat. Yogyakatra : Pustaka Pelajar
Corey Gerald. 2013. Teori dan Parktek Konseling & Psikoterapi. Bandung
: PT. Refika Aditama

Vous aimerez peut-être aussi