Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
VULNUS APERTUM
Oleh :
Isthafa Alanisa
NIM. 150070300011041
1. Definisi Vulnus
Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kuit, mukosa mambran dan tulang
atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Vulnus appertum adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan biasanya karena
tarikan atau goresan benda tumpul.
Vulnus appertum adalah luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan
tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
2. Etiologi
a. Mekanik
Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi tajam atau
runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk
Benda tumpul
Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non Mekanik
Bahan kimia
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
Trauma fisika
Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer, heat
penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi.
Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
c. Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat
ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur
terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka
dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan
yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan trauma
lama.
Berdasarkan Mekanisme terjadinya Luka
a. Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini
banyak dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh
maupun benturan benda tajam ataupun tumpul.
b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa
garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas seharihari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana bentuk
luka teratur .
c. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau
compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini
dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak
beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan
otot.
d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang
menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya. Kesemuanya
menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar.
e. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki
bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit. Dengan
kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut.
f. Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun
sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan
dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga
disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.
Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka, dibagi menjadi
Stadium I
Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
Stadium II
Luka Partial Thickness yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III
Luka Full Thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
Stadium IV
Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi/kerusakan yang luas (David, 2007).
4. Patofisiologi
Etiologi vulnus
Traumatic jaringan
Kerusakan pembuluh darah
Pergerakan terbaras
ansietas
5. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan
kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas
dan
dan
berupa
serbuk
berwarna
kuning
dam
konsentrasi
0,1%.
ini
adalah
tempat
yang
bila
terbuka,
benang
dan
putus,
bila
hanya
satu
terjadi infeksi
luka,
dibutuhkan
waktu
lebih
lama
untuk
mengerjakannya.
2. Jahitan Matras
a. Jahitan Matras Horisontal
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan
dengan
penusukan
sejajar
sejauh
cm
dari
tusukan
menjahit
penyembuhan
luka
tepi-tepi
luka.
Biasanya
menghasilkan
jahitan ini.
c. Jahitan Matras Modifikasi
Modifikasi
dari
matras
horizontal
tetapi
menjahit
daerah
luka
simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang
yang
baik,
tidak
disarankan
c. Jahitan Intradermal
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus
(hanya berupa satu garis saja). Dilakukan jahitan
jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
f.
Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,
2000)..
No
1
2
3
4
5
6
Lokasi
Kelopak mata
Pipi
Hidung, dahi, leher
Telinga,kulit kepala
Lengan, tungkai, tangan,kaki
Dada, punggung, abdomen
Waktu
3 hari
3-5 hari
5 hari
5-7 hari
7-10+ hari
7-10+ hari
6. Komplikasi
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah
balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
c. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,
kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di
daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
7. Asuhan Keperawatan
a. Masalah Keperawatan
Data
DS:
Kien mengatakan
Etiologi
Benda tajam, tumpul, suhu
tinggi, bahan kimia
Masalah
Nyeri akut
nyeri
DO:
Terdapat
pada
luka
bagian
tubuh
Grimace
Peningkatan
RR & HR
DS:
Klie n melaporkan
nyeri pada daerah
perlukaan
DO:
Kerusakan lapisan
dermis
DS:
Klien mengatakan
terdapat luka dan
terasa nyeri
DO:
Luka terbuka
dengan
perdarahan
DS:DO:
Tampak adanya
luka pada kulit
Luka tampak kotor
dan terdapat
benda asing
Proses inflamasi
nyeri
Benda tajam, tumpul, suhu
tinggi, bahan kimia
Traumatic jaringan
Traumatic jaringan
Perdarahan berlebih
Kerusakan
integritas
jaringan
Resiko syok
Resiko infeksi
Terpapar lingkungan
Resiko infeksi
b. Rencana Intervensi
Diagnosa 1 nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam nyeri terkontrol
KH: Melaporkan nyeri terkontrol/ berkurang, ekspresi wajah rileks, mampu menggunakan
tehnik relaksasi
Intervensi
Kaji tanda-tanda vital (TD,suhu,
Nadi,RR)
Rasional
Nyeri cenderung membuat TD,
karateristik,
durasi,
frekuensi,
dan
mengurangi nyeri
dalam)
farmakologis
Membantu menurunkan intensitas
Pantau
adanya
reaksi
yang
tidk
obat
Intervensi
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Rasional
berlanjut
Mobilitas yang terlalu berlebihan akan
Observasi
kedalaman
luka
luka,
lokasi,
dimensi,
karakteristik,warna
infeksi
lokal,
berlanjut
formasi
traktus
Periksa
luka
secara
teratur, catat
karateristiknya
Berikan penguatan pada balutan awal/
kontaminasi
Merangsang
secara alami
transepidermal
Nutrisi juga menentukan
penyembuhan luka
Mempercepat tingkat penyembuhan luka
proses
penyembuhan
tingkat
luka
masa
vitamin
Ajarkan pada keluarga tentang luka
Memandirikan
Berikan
sudah pulang
Menghindari komplikasi lebih lanjut
posisi
yang
mengurangi
keluarga
pasien
dalam
Rasional
Untuk memantau kondisi pasien selama
masa perawatan teruta-ma saat terjadi
perdarahan.
Dengan memonitor keadaan umum pasien,
perawat dapat segera me-ngetahui jika
terjadi tanda-tanda pre syok/syok sehingga
dapat se-gera di tangani.
2-3
dialami pasien
perdarahan.
dokter.
urin.
memandirikan
keluarga
pasien
dalam
dokter.
sudah pulang
kebutuhan.
Untuk
mendapatkan
penanganan
lebih
Intervensi
Rasional
badan
pada pasien 2
setiap 4
jam
dan
tindakan
keperawatan,
6. Gunakan
baju,
sarung
tangan 5
steril
pemasangannya
selama perawatan di RS
lanjut
ISK.
11. Inspeksi
mukosa
9
kulit
dan
terhadap
panas, drainase
kondisi infeksi
14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda 12 Bagi pasien BPH, luka baik dari
dan gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Murr. 2010. Nursing
Diagnosis Manual : Planning, Individualizing, and Documenting Client Care.
Philadelphia : F.A Davis Company
Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan
Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan Luka, Makalah
Mandiri, Jakarta
Mansjoer, Arif.,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius
NANDA. Nanda International Nursing Diagnosis : Definitions and Classification. West
Ssussex-United Kingdom : Wiley-Blackwell