Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
PUTU DIVA PIONITA DEWI
P07120213008
TINGKAT 4 SEMESTER VII
: Tn. EH
Umur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS
: 12 Desember 2016
Alasan Masuk
Diagnosa Medis
: Asma
Initial Survey
A (alertness)
:+
V (verbal)
:-
P (pain)
:-
U (unrespons)
:-
B. BREATHING
1. Fungsi Pernafasan
Jenis Pernafasan
Frekwensi Pernafasan
Aminophiline 1 amp.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dari
keluarganya.
2. Riwayat dan Mekanisme Trauma
3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala: Bentuk kepala normachepalic dan simetris, tidak terdapat lesi
atau kelainan pada tulang kepala, ubun-ubun menutup, rambut
berwarna putih.
Kulit Kepala: Bersih
Mata: Mata lengkap dan simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat
edema pada palpebra, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor dengan diameter 2-3 mm dan miosis saat terkena cahaya.
Kornea jernih dan refleks kornea baik.
Telinga: Bentuk telinga sama besar atau simetris kanan dan kiri, tidak
ada kelainan bentuk, ukuran sedang atau normal, pada lubang telinga
tidak terdapat perdarahan atau pengeluaran cairan. Pada ketajaman
pendengaran kurang baik.
Hidung: Pada hidung tidak ditemukan adanya kelainan, tulang hidung
simetris kanan dan kiri, posisi septum nasi tegak di tengah, mukosa
hidung lembab, tidak ditemukan adanya sumbatan, tidak terdapat
epistaksis serta ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan Gigi: Pada pemeriksaan bibir, mukosa bibir lembab, tidak
ada sariawan, mulut berbau. Keadaan gusi dan gigi kurang bersih,
lidah kotor dan pada orofaring tidak terdapat peradangan dan
pembesaran tonsil.
Wajah: Struktur wajah simetris dan lengkap, warna kulit sawo matang
tidak ikterik dan sianosis.
b. Leher: Pada leher posisi trakhea berada di tengah, simetris dan tidak
ada penyimpangan. Tiroid tidak ada pembesaran. Vena jugularis tidak
mengalami pembesaran dan denyut nadi karotis teraba 114 X/menit.
Pasien menggunakan otot bantu pernafasan.
c. Dada/thoraks
1) Paru-paru
a) Inspeksi: Simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan bentuk,
tidak terdapat jejas, terdapat penggunaan alat bantu pernafasan
yaitu otot sternocleidomastoidius dan intercosta. Irama
pernafasan dengan frekuensi 34 x/menit tachpneu.
b) Palpasi: Getaran suara atau vokal fremitus sama kiri dan kanan
c) Perkusi: Sonor
d) Auskultasi: Terdapat suara nafas wheezing
2) Jantung
a) Inspeksi: Ictus cordis tidak nampak
b) Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5 linea media clavicularis
sinistra
c) Auskultasi : bunyi jantung S1/S2 tegak, murmur (-).
3) Abdomen
a) Inspeksi: Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak
tampak adanya trauma, tidak terlihat adanya bendungan
pembuluh darah vena pada abdomen
b) Palpasi: Nyeri tekan tidak ada, benjolan atau massa tidak ada,
4)
5)
6)
7)
KET
HASIL
SATUAN
H
H
L
L
45.6
103.00
135
3.24
mmHg
mmHg
mmol/l
mmol/l
NILAI RUJUKAN
35.00 45.00
80.00 100.00
136 - 145
3.50 5.10
Klorida
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
WBC
Trombosit
Eritrosit
NEU%
LIM%
MONO%
EOS%
BASO%
NE#
MCV
MCH
MCHC
RDW
KIMIA KLINIK
Glukosa
SGOT
SGPT
94
mmol/l
16.58
48.44
14.35
310.
5.76
80.05
12.40
5.74
1.29
0.53
11.49
83.74
28.66
34.22
11.39
gr/dL
%
10^3/uL
10^3/uL
10^6/uL
%
%
%
%
%
10^6/uL
fL
Pg
g/dL
%
109
24.4
30.80
mg/dL
U/L
U/L
96 - 108
13.5 17.5
41.0 53.0
4.1 11.0
150 440
4.5 5.9
47.0 80.0
13.0 40.0
2.0 11.0
0.0 5.0
0.0 2.0
2.50 7.50
80.00 100.0
26 34
31 36
11.6 14.8
70- 140
11.00-33.00
11.00-50.00
Analisis
Faktor pencetus serangan
asma
Inflamasi
Masalah
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Data Obyektif :
Adanya suara nafas
Sputum kental di
saluran nafas
tambahan (wheezing),
Pasien Tampak gelisah,
Batuk
jalan napas
Faktor pencetus serangan
asma
sesaknya memberat
Perubahan Anatomis
Data Obyektif :
Parenkim Paru
Perbesaran Alveoli
bantu pernafasan
Ekspansi Paru Menurun
Suplay O2 tidak Adekuat
Hipoksia
Sesak
Data Subyektif :
P:
Pasien mengatakan nyeri
ketika asmanya kambuh.
Q:
Sistem imunologis
IgE menyerang sel-sel mast,
maka terjadi reaksi antigen-
Nyeri Akut
antibody
seperti ditusuk-tusuk.
R:
Pasien mengatakan nyerinya
terjadi pada ulu hati.
S:
Pasien mengatakan skala
nyerinya 4 dari 0-10
T:
Pasien mengatakan nyeri
saat bernafas.
Nyeri Akut
Data Obyektif :
Pasien memegang bagian
tubuh yang nyeri, pasien
nampak gelisah, Pasien
nampak meringis,
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan faktor
lingkungan perokok, obstruksi jalan nafas mukus berlebih ditandai dengan
batuk yang tidak efektif, perubahan frekuensi nafas, dan suara nafas
tambahan.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dispnea, fase ekspirasi memanjang, ortopnea, penggunaan otot
bantu nafas, pernafasan cuping hidung dan pola nafas abnormal.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
P : Pasien mengatakan nyeri ketika asmanya kambuh.
Q : Pasien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk.
R : Pasien mengatakan nyerinya terjadi pada ulu hati.
S : Pasien mengatakan skala nyerinya 4 dari 0-10
T : Pasien mengatakan nyeri saat bernafas.
PERENCANAAN
N
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
(NIC)
0
1
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Batasan Karakteristik :
Batuk yang tidak
efektif
Dispnea
Gelisah
Kesulitan
verbalisasi
Mata terbuka lebar
Ortopnea
Penurunan
bunyi
nafas
Perubahan
frekuensi nafas
Perubahan
pola
nafas
Sianosis
Sputum
dalam
jumlah
yang
berlebihan
Suara
nafas
tambahan
Tidak ada batuk
Faktor yang
berhubungan :
Lingkungan :
Perokok
Perokok pasif
Terpajan asap
Obstruksi jalan nafas :
Adanya jalan nafas
buatan
Benda asing dalam
jalan nafas
Eksudat
dalam
alveoli
Hiperplasia
pada
dinding bronkus
Mukus berlebih
Penyakit
paru
obstruksi kronis
(NOC)
Setelah dilakukan
Airway Management
Buka jalan nafas
tindakan keperawatan ..x..
menggunakan head
jam diharapkan mampu
tilt chin lift atau jaw
mempertahankan
thrust bila perlu
kebersihan jalan nafas
Posisikan pasien
dengan kriteria :
untuk
NOC :
memaksimalkan
Respiratory status :
ventilasi
Airway Patency
Identifikasi pasien
Respirasi dalam
perlunya
batas normal
pemasangan alat
Irama pernafasan
jalan nafas buatan
teratur
(NPA, OPA, ETT,
Kedalaman
Ventilator)
pernafasan normal
Lakukan fisioterpi
Tidak ada
dada jika perlu
akumulasi sputum
Bersihkan secret
Batuk
dengan suction bila
berkurang/hilang
diperlukan
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Kolaborasi
pemberian oksigen
Kolaborasi
pemberian
obat
bronkodilator
Monitor RR dan
status
oksigenasi
(frekuensi, irama,
kedalaman
dan
usaha
dalam
bernapas)
Anjurkan
pasien
untuk batuk efektif
Berikan nebulizer
jika diperlukan
Asthma Management
Tentukan
batas
dasar
respirasi
sebagai pembanding
Sekresi
yang
tertahan
Spasme jalan nafas
Fisiologis :
Asma
Disfungsi
neuromuskular
Infeksi
Jalan nafas alergik
Kedalaman
posterior
pernafasan normal
Penurunan
Suara perkusi
kapasitas vital
dada normal
Penurunan tekanan
(sonor)
ekspirasi
Bandingkan status
sebelum dan selama
dirawat di rumah
sakit
untuk
mengetahui
perubahan
status
pernapasan
Monitor tanda dan
gejala asma
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dan usaha dalam
bernapas
NIC
Oxygen Therapy
Bersihkan
mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Siapkan peralatan
oksigenasi
Monitor
aliran
oksigen
Monitor
respirasi
dan status O2
Pertahankan posisi
pasien
Monitor
volume
aliran oksigen dan
jenis canul yang
digunakan.
Monitor keefektifan
terapi oksigen yang
telah diberikan
Observasi adanya
tanda
tanda
hipoventilasi
Monitor
tingkat
kecemasan pasien
yang kemungkinan
diberikan terapi O2
irama,
frekuensi,
kedalaman)
Takipnea
Tidak terdapat
penggunaan otot
bantu napas
Faktor yang
berhubungan
Ansietas
Cedera
medulaspinalis
Deformitas dinding
dada
Deformitas tulang
Disfungsi
neuromuskular
Gangguan
muskuluskeletal
Gangguan
Neurologis
(misalnya
:
elektroenselopalogr
am(EEG) positif,
trauma
kepala,
gangguan kejang)
Hiperventilasi
Imaturitas
neurologis
Keletihan
Keletihan
otot
pernafasan
Nyeri
Obesitas
Posisi tubuh yang
menghambat
ekspansi paru
Sindrom
hipoventilasi
Nyeri Akut
Setelah dilakukan asuhan Analgesic Administration
Batasan Karakteristik
keperawatan
selama
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri
sebelum
pemberian obat
Melaporkan
mengungkapkannya
(mis.,
Neonatal
Assesment
Limited
Ability
to
Communicate)
Diaphoresis
Dilatasi pupil
Ekspresi
wajah
nyeri (mis., mata
kurang
bercahaya,
tampak
kacau,
gerakan
mata
gejala
terhadap obat
nyeri
berkurang
Melaporkan lama
nyeri berkurang
Tidak
tampak
ekspresi
wajah
kesakitan
Tidak gelisah
Respirasi dalam
batas
(dewasa:
kali/menit)
normal
16-20
satu
jika
diperlukan
Tentukan analgesik
yang
diberikan
(narkotik,
non-
narkotik,
atau
NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
Tentukan
rute
pemberian analgesik
dan
pada
satu
focus,
meringis)
Focus menyempit
(mis.,
persepsi
waktu,
berfikir,
proses
interaksi
diri
dosis
untuk
maksimal
Pilih
rute
IV
dibandingkan
rute
IM untuk pemberian
analgesik
secara
teratur
melalui
injeksi
jika
diperlukan
tentang
Evaluasi efektivitas
intensitas
pemberian analgesik
menggunakan
setelah
observasi
Baker
samping pemberian
FACES,
dilakukan
efek
analgesik
skala
depresi pernapasan,
penilaian
numerik)
Keluhan
karakteristik
nyeri
dengan
Pain Questionnaire,
Pain
Inventory)
Laporan
tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas
(mis.,
anggota
keluarga,
pemberi asuhan)
Mengekspresikan
perilaku
dan
konstipasi.
sebelum
isntrumen
kering
menggunakan
standar
seperti
(mis.,
gelisah, merengek,
menangis, waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan
pada
parameter fisiologis
(mis.,
tekanan
darah,
frekuensi
jantung,
frekuensi
pernafasan, saturasi
oksigen,
dan
endtidal
karbon
dioksida (CO2))
Perubahan
posisi
untuk menghindari
dan
sesudah pemberian
analgesik
kali
pertama
nyerii
Perubahan
selera
makan
Putus asa
Sikap melindungi
area nyeri
Sikap
tubuh
melindungi
Faktor
yang
berhubungan :
Agens
cedera
biologis
(mis.,
infeksi,
iskemia,
neoplasma)
Agens cedera fisik
(mis.,
abses,
amputasi,
bakar,
luka
terpotong,
mengangkat berat,
prosedur
bedah,
trauma,
olahraga
berlebihan)
Agens
cedera
kimiawi (mis., luka
bakar,
kapsaisin,
metilen
klorida,
agens mustard)
PELAKSANAAN
No
1
Tgl/ Jam
Senin, 12
Implementasi
1. Memposisikan
Respon
S:
Desember
pasien
2016
memaksimalkan
Pukul 08.53
ventilasi
Wita
(semifowler)
diberikan.
Paraf
2. Mengobservasi suara O:
nafas, dan mencatat Pasien kooperatif,
adanya
tambahan
tambahan (wheezing)
3. Memonitor respirasi
dengan adanya
dan status O2 pasien
pernafasan cuping
4. Mempertahankan
hidung serta adanya
posisi pasien
5. Memonitor vital sign retraksi otot dada.
sebelum pemberian Respirasi : 34x/menit
terapi
6. Melakukan
pengkajian
SPO2 : 86%
TD: 130/80 mmHg
nyeri
secara komprehensif
S : 36 OC
N : 114 x/menit
P : Pasien mengatakan
nyeri ketika asmanya
kambuh.
Q : Pasien mengatakan
nyerinya seperti ditusuktusuk.
R : Pasien mengatakan
nyerinya terjadi pada ulu
hati.
S : Pasien mengatakan
skala nyerinya 4 dari 010
T : Pasien mengatakan
nyeri saat bernafas.
Pukul 09.00
1. Mengkolaborasikan
S:
Wita
pemberian nebulizer
2. Mengkolaborasikan
Pasien mengatakan
pemberian
terapi
oksigen
3. Memonitor
keefektifan
nyaman dengan
pemberian oksigen serta
masih merasa sesak.
aliran
O:
oksigen
Pemberian O2
Menggunakan nasal
kanul sebanyak 4 lpm
Pemberian Nebulizer
Pukul 09.15
Wita
Combivent 15 menit.
1. Delegatif pemberian S:
IVFD RL + Drip Aminopiline 1 Amp. O:
20 Tpm
alergi
Pukul 09.30 1. Memonitor vital sign S:
Wita
sesudah
terapi
2. Mengevaluasi
afektivitas
bernafas.
Pukul 09.40
Wita
gelisah.
1. Delegatif pemberian S :
Ranitidin Rute IV 1 Amp.
Aminopiline
O:
Rute
Nebulizer combivent
IV Amp.
dilakukan selama
Ambroxol Rute IO 1
15menit.
tab
Nebulizer combivent Pasien mau meminum
15menit untuk yang obat serta kooperatif
ke-2
Pukul 10.00
1. Melakukan
S:
Wita
fisioterapi dada
2. Menganjurkan
Pasien mengatakan
Pukul 11.30
Wita
yang keluar.
1. Monitor Vital sign S :
dan respirasi setelah pemberian terapi
O:
2. Mengkaji
nyeri
P : Pasien mengatakan
secara komprehensif
nyeri ketika asmanya
setelah
diberikan
kambuh.
tindakan
Q : Pasien mengatakan
nyerinya seperti ditusuktusuk.
R : Pasien mengatakan
nyerinya terjadi pada ulu
hati dan sudah
berkurang.
S : Pasien mengatakan
skala nyerinya 2 dari 010
T : Pasien mengatakan
nyeri saat bernafas sudah
berkurang.
TD: 130/80 mmHg
S : 36,5 OC
N : 100x/menit
RR: 28x/menit
Pasien masih nampak
8
Pukul 11.00
gelisah.
1. Delegatif pemberian S :
IVFD NaCl 0,9 % Pasien mengatakan mau
20 tpm
2. Mengobservasi
suara
nafas,
mencatat
adanya
Tgl/Jam
Catatan Perkembangan
Dx.
1
Senin, 12
S:
Desember
2016
Pukul 11.00
O:
Wita
Senin, 12
S:
Paraf
Desember
2016
Pukul 11.00
O:
Wita
Senin, 12
Sanglah)
S:
Desember
2016
O:
Pukul 11.00
Wita
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Clinical Instructure
Mahasiswa
NIP.
NIM.P07120213008
Mengetahui
Clinical Teacher
)
NIP.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Clinical Instructure
Mahasiswa
NIP.
NIM.P07120213008
Mengetahui
Clinical Teacher
)
NIP.