Vous êtes sur la page 1sur 91

Perpustakaan Unika

KECEMASAN BELUM MENDAPAT PASANGAN PADA


MAHASISWI SEMESTER AKHIR DITINJAU DARI
KEPERCAYAAN DIRI

SKRIPSI

VERTIEN WIKATRIANA
02. 40. 0157

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007

Perpustakaan Unika

KECEMASAN BELUM MENDAPAT PASANGAN PADA


MAHASISWI SEMESTER AKHIR DITINJAU DARI
KEPERCAYAAN DIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi


Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

VERTIEN WIKATRIANA
02. 40. 0157

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007

Perpustakaan Unika

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal : 26 MEI 2007

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,

( Drs. M. Suharsono, MSi )

Dewan Penguji :

TTD

1. Drs. Pius Heru Priyanto, MSi

2. Dra. V. Sri Sumijati, MSi

3. Drs. Y. Sudiantara, Bth., MSoc

Perpustakaan Unika

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada : Allah SWT. Mama


papaku dan keluarga yang senantiasa selalu memberikan dorongan
dan doanya serta untuk orang-rang yang menyayangiku.

Perpustakaan Unika

MOTTO

M ereka yang m em ulai aktivitas dengan penuh


keyakinan boleh jadi ditengah jalan akan gagal
tersandung keraguan. Sebaliknya, m ereka yang m em ulai
dengan keraguan bukan tak m ungkin ditengah jalan bakal
m endapat pencerahan. (Sir Francis Bacon )

---- @ @ @ ----

Jadikan bulan sebagai sasaran. Kalaupun m eleset,


setidaknya A nda akan terdam par dijajaran bintang. (
Les Brown )

Perpustakaan Unika

UCAPAN TERIMA KASIH


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang. Dalam proses pembuatan skripsi ini penulis telah
mendapat dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs.M. Suharsono, MSi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Christine Wibhowo, SPsi, selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. V. Sri Sumijati, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar membimbing dan memberi masukan-masukan pada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak dan ibu dosen yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang
telah membagi ilmunya kepada saya sehingga saya dapat menelesaikan
studi saya.
5. Mama dan Papaku yang selalu senantiasa mencintaiku, menyayangiku,
memberikan dorongan, semangat dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Maaf bila dalam menyelesaikan ini melebihi
batas waktu.

Perpustakaan Unika

6. Adik-adikku tercinta yang selalu menghibur dan menyemangati penulis


untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Seseorang yang aku sayangi Anjar NS yang selalu memberi perhatian,
dukungan, doa serta dengan sabar bersedia mendengarkan semua
keluhan-keluhanku. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih mau
menerima aku apa adanya.
8. Para subyek yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data
penelitian.
9. Sahabat-sahabatku Astrid cewek yang paling cerewet, gokil, rame, gak da
loe gak rame cing....Sista cewek imut n centil, makasih atas saransarannya, jangan bingungan lagi ya.Pipin cewek modis dan pinter
nyanyi (syg ya aku blm pernah denger kamu nyanyi), yang awet ya ma
aa cuprut.Lastri cewek yang paling dewasa makasih dah sering kasih
aku nasehat-nasehat..Rini cewek cantik, temenku dari kecil makasih
atas kenangan2 indahnya..Tri Mus cowok gokil makasih atas dorongan
dan

semangatnya..Galih

cowok

yang

pendiem

tapi

menghanyutkan..Terima kasih untuk persahabatan yang indah ini. Aku


seneng punya sahabat seperti kalian. Dimanapun kalian berada nanti,
jangan lupain aku ya..I love u all
10. Eka, Dinda, Pilih (my twin di SMA), Trie, Ika makasih atas dorongannya
dan makasih dah mau jadi sahabatku di masa lalu
11. Kristin, Ike, Retha, Sasa, Dinsa, Bayu, Eli yang juga sudah bersedia
menjadi temenku, membagi ilmunya dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Perpustakaan Unika

12. Teman-teman KKN-ku cah Kumpulrejo. Mas Aryo, Lili, Indra, Adette,
Retha, Fandy, Koh Budi. Makasih atas suka duka di Kumpulrejo selama
sebulan.banyak kenangan indah yang telah kita lalui bersama.
13. Teman-teman kosku Indit, Mbak Anik, Mbak Eli yang juga selalu
mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi
dan terima kasih telah memberikan kenangan indah.
14. Semua teman-teman angkatan 2002 yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
15. Untuk semua karyawan Tata Usaha Fakultas Psikologi yang sudah
membantu penulis dalam proses pengurusan administrasi.
Dengan terwujudnya skripsi ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih, dengan harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan memnuhi
persyaratan yang telah ditentukan.

Semarang, 10 Mei 2007

Penulis

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

Halaman Judul satu ...

Halaman Judul Dua .


Halaman Pengesahan

....

iii

Halaman Persembahan ..

iv

Halaman Motto

.. v

Ucapan Terima kasih

..

Daftar Isi
Daftar Tabel ..
Daftar Lampiran

ii

vi
ix

xii

xiii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan Penelitian

... 8

C. Manfaat Penelitian

. 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Kecemasan belum mendapat pasangan pada mahasiswi
semester akhir

1. Pengertian kecemasan belum mendapat pasangan


pada mahasiswi semester akhir

......

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


3. Macam-macam kecemasan

4. Gejala-gejala kecemasan
B. Kepercayaan Diri

9
14
.. 18
20

23

Perpustakaan Unika

1. Pengertian kepercayaan diri .

. 23

2. Ciri-ciri individu yang mempunyai kepercayaan diri

25

C. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan kecemasan


belum mendapat pasangan pada mahasiswi semester akhir .
D. Hipotesis ..

28
33

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Identifikasi Variebel Penelitian

34

B. Definisi Operasional .....

34

1. Kecemasan belum mendapat pasangan .....

34

2. Kepercayaan Diri ...

35

C. Subyek Penelitian .

35

1. Populasi .

35

2. Teknik Sampling

36

D. Metode penelitian ..

36

E. Validitas dan Reliabilitas

39

1. Validitas .

39

2. Reliabilitas ....

41

F. Metode Analisis Data ...

42

BAB IV : PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN


A. Orientasi Kancah Penelitian ....

43

B. Persiapan Penelitian ..

44

1. Penyusunan Alat Ukur ..

44

2. Perijinan Penelitian

47

3. Uji Coba Alat Ukur ......

47

Perpustakaan Unika

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .


C. Pelaksanaan Penelitian

48
51

BAB V : ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN


A. Analisis Data ...

54

1. Uji Asumsi

54

2. Uji Hipotesis .

55

B. Pembahasan .

56

BAB VI :PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran ...

.... 63
64

DAFTAR PUSTAKA .

65

LAMPIRAN

67

Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL
Hal

Tabel 1. Blue print Skala Kecemasan belum mendapat pasangan.. 37


Tabel 2. Blue print Skala Kepercayaan Diri

. 39

Tabel 3. Sebaran item Skala Kecemasan belum mendapat pasangan ... 45


Tabel 4. Sebaran item Skala Kepercayaan Diri ..

47

Tabel 5. Sebaran item valid dan gugur Skala Kecemasan belum


mendapat pasangan .. 49
Tabel 6. Sebaran item valid dan gugur Skala Kepercayaan diri ... . 50
Tabel 7. Sebaran item Skala Kecemasan belum mendapat
pasangan untuk penelitian
Tabel 8. Sebaran item skala Kepercayaan diri ...

.... 51
52

Perpustakaan Unika

DAFTAR LAMPIRAN
L A M P I R A N

64

L A M P I R A N A ( Data Uji Coba )

......

65

A. 1 (Skala Kecemasan belum mendapat pasangan) ..................

66

A. 2 (Skala Kepercayaan Diri)

.......

67

L A M P I R A N B ( Uji Validitas & Reliabilitas )..

68

B. 1 ( Skala Kecemasan belum mendapat pasangan ).


B. 2 ( Skala Kepercayaan Diri ) ..
L A M P I R A N C ....
Lampiran C.1 (Skala Uji Coba) ..

69

..

70

71

72

Skala Kecemasan belum mendapat pasangan .. 73


Skala Kepercayaan Diri .. 74
Lamiran C.2 (Skala Penelitian) ...

75

Skala Kecemasan belum mendapat pasangan 76


Skala Kepercayaan Diri ..
L A M P I R A N D ..

77
.. 78

D. 1 (Data Penelitian Skala Kecemasan belum mendapat pasangan).. 79


D. 2 ( Data Penelitian Skala kepercayaan Diri )
L A M P I R A N E ( Analisis Data )
E. 1 ( Uji Normalitas )
E. 2 ( Uji Linieritas )

80

.. 81
82
.. 83

E. 3 (Uji Hipotesis ) ........ 84


L A M P I R A N F (Surat Uji Penelitian) .. 85
L A M P I R A N G (Surat Bukti Penelitian) .. 86

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Manusia selalu membutuhkan sesamanya. Sejak manusia dalam
kandungan sampai dewasa bahkan sampai mati nantinya, pasti akan
membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Seiring dengan
berjalannya waktu individu akan mengalami perubahan-perubahan dalam
hidupnya. Perubahan itu tidak selalu berdampak positif, tapi ada kalanya
muncul situasi yang membawa kecemasan. Biasanya kecemasan timbul
karena kurangnya pengalaman individu sehingga individu kurang siap untuk
mengalami situasi baru dalam hidupnya.
Dalam budaya masyarakat di Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai perkawinan dan keluarga, status jomblo dirasakan sangat tidak
nyaman. Sorotan masyarakat maupun pandangan dari keluarga cenderung
membuat seseorang kurang nyaman. Begitu juga dengan beban psikologis
menyangkut emosi yang tak tersalurkan secara alami seperti kecemasan,
kepercayaan diri, hal tersebut tentunya akan semakin memperberat beban.
Kata jomblo belakangan ini menjadi istilah yang sangat populer.
Istilah ini ditujukan untuk laki-laki maupun wanita yang belum mempunyai
pendamping atau pacar. Jomblo semula hanya berlaku di kalangan remaja
namun kemudian meluas untuk siapa saja yang belum memiliki pasangan,
termasuk untuk orang-orang yang telah cukup umur, namun belum juga
memiliki pasangan.

Perpustakaan Unika

Keadaan lingkungan dalam kehidupan manusia dipenuhi oleh


berbagai perubahan-perubahan dan peristiwa yang dapat menimbulkan
ancaman-ancaman tertentu yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi
tidak berdaya dan timbul kecemasan. Manusia selalu mengalami berbagai
masalah, pertentangan, kekecewaan dan perubahan-perubahan dalam
hidupnya (Mussen dkk, 1969, h.349).
Masa-masa kuliah akan membawa berbagai perubahan dalam diri
mahasiswa. Mahasisiwa dituntut untuk dapat membagi waktu dengan baik
dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Mahasiswa harus menempuh
masa studinya dan akhirnya akan memasuki fase akhir dari studinya yaitu
menyususn skripsi.
Mahasiswi semester akhir adalah mahasiswi yang sudah mencapai
tahap akhir dalam studinya. Di Universitas Katolik Soegijapranata yang
disebut sebagai mahasiswi semester akhir adalah mahasiswi yang sudah
duduk paling tidak di semester 8 dan berusia kurang lebih 21 tahun ke atas.
Biasanya mahasiswi semester akhir sudah menyelesaikan hampir semua mata
kuliahnya dan sedang menyusun skripsi atau tugas akhirnya sebagai tugas
puncak sebagai mahasiswi. Setelah skripsi atau tugas akhir selesai disusun
maka tibalah saatnya menerima gelar yang telah lama diimpikan dan tiba
saatnya bagi mahasisiwi untuk memasuki dunia dewasa yang sesungguhnya,
yaitu bekerja, bermasyarakat dan berumah tangga. Diungkapkan oleh
Irwanto (1991, h. 49) bahwa pada saat seseorang memasuki usia dewasa,
dihadapkan pada tanggung jawab serta masalah-masalah kehidupan baru, hal
ini disebabkan karena individu akan memasuki usia pemantapan diri

Perpustakaan Unika

terhadap berbagai macam pola kehidupan yang baru. Pola hidup yang baru
tersebut menuntut adanya perubahan, sehingga pada usia dewasa orang mulai
harus memikirkan masa depan dengan lebih serius. Perencanaan tentang
masa depan pada usia dewasa ini lebih banyak berkaitan dengan masalah
karir dan perkawainan.
Mengingat berbagai tantangan masa depan yang sebentar lagi
dihadapinya, mahasiswi pada semester-semester akhir seringkali mengalami
berbagai perasaan yang bercampur aduk antara kegembiraan bahwa sebentar
lagi kuliahnya akan selesai dan lulus dengan kegelisahan bahkan kecemasan
akan kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan dan jodoh yang
diharapkannya. Berbagai perasaan ini biasanya timbul silih berganti di selasela kesibukan menyusun skripsi.
Pada semester-semester akhir ini biasanya sebagian besar para
mahasiswi sudah berpasang-pasangan bahkan ada yang sudah berpacaran
serius, bertunangan bahkan ada yang sudah menikah dan punya anak. Namun
ada pula mahasiswi yang belum punya pacar atau bahkan belum pernah
berpacaran sama sekali. Banyak sindiran seperti sudah tua masih sendiri,
belum punya pacar, belum menikah dan tidak laku. Sindiran seperti itulah
yang sering terlontar yang ditujukan terhadap orang-orang yang telah cukup
umur untuk menikah namun belum juga punya pacar. Ada yang
menunjukkan rasa iba, namun lebih banyak yang menyakitkan, terlebih
terhadap para perempuan.

Bagi mahasiswa laki-laki kondisi seperti ini

barangkali bukan merupakan hal yang luar biasa, tetapi akan lain ceritanya
bila hal itu terjadi pada mahasiswa perempuan. Bagi seorang perempuan usia

Perpustakaan Unika

di atas 21 tahun menyikapi kenyataan yang mereka alami, tekanan yang


dialaminya jauh lebih beragam dan berat. Pandangan sosial terhadap
perempuan yang cukup umur belum punya pacar / pasangan hidup terasa
lebih bernada minor, karena dianggap sebagai perempuan yang tidak laku.
Menjadi seseorang yang belum mendapat pasangan tentunya
bukanlah keinginan semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Secara
naluriah dan kemanusiaan, setiap laki-laki dan perempuan mengharapkan
dapat

membangun

rumah

tangga

dan

hidup

berbahagia

bersama

pasangannya.
Dari
melatarbelakangi

berbagai

kasus,

orang-orang

setidaknya

yang

belum

ada
punya

tiga

faktor

pacar.

yang

Pertama,

pengalaman cinta masa lalunya yang cukup mengecewakan dan menyakitkan


yang mendorong seseorang tidak pacaran. Kedua, alasan ekonomi, baik
karena ingin berkarier terlebih dahulu atau merasa belum memiliki
kemampuan dalam bentuk pekerjaan yang pasti atau gaji yang cukup. Ketiga,
menyangkut aspek budaya di mana perempuan dilarang melakukan inisiatif
sementara persaingan menyebabkan mereka terpinggirkan. Hal ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan jumlah perempuan yang saat
ini belum mendapat pasangan jauh lebih banyak ketimbang laki-laki dan
beban ini lebih berat dialami perempuan dibandingkan laki-laki (Arianto,
2006, h. 33-34). Hal senada juga diungkapkan oleh Priest (1987, h. 21) yang
mengatakan bahwa pada umumnya, wanita lebih banyak mengalami
kecemasan bila dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan perasaan wanita lebih
peka dan lebih emosional sehingga mudah sekali timbul perasaan cemas.

Perpustakaan Unika

Setiap orang tentunya pernah merasa cemas dalam kehidupannya,


hanya saja tingkat kecemasannya berbeda-beda, misalnya dalam menghadapi
ujian, cemas dengan masa depan, cemas dalam menemukan pasangan hidup
dan lain-lain.
Beberapa cerita dari mahasiswi semester akhir yang berusia 21
tahun keatas setiap kali berkumpul bersama teman-temannya selalu saja ada
yang menanyakan tentang pacar. Banyak teman-teman seangkatan malah
sudah mempunyai anak. Setiap pulang kampung pun banyak para tetangga
selalu menanyakan tentang pacar dan kapan akan menikah. Padahal,
jangankan keinginan untuk menikah, pacar pun belum punya, mencari
calonnya saja sangat sulit. Jadi hanya bisa tersenyum saja menanggapi setiap
pertanyaan dari tetangga dan teman-teman. Setiap bertemu dengan orang
yang di kenal, tetangga, teman dekat selalu saja menanyakan pertanyaanpertanyaan seputar pacar.
Menurut Daradjat (1982, h. 28) faktor-faktor lain yang dapat
menimbulkan kecemasan adalah karena tidak terpenuhinya keinginankeinginan seksual, merasa tidak percaya diri, pengaruh pendidikan waktu
kecil, frustrasi akibat tidak tercapainya tujuan yang diinginkan, baik materiil
maupun sosial.
Davidoff (1991, h.63) berpendapat bahwa individu

yang

mengalami kecemasan biasanya adalah individu yang mempunyai penilaian


kurang baik terhadap dirinya, mempunyai harga diri yang rendah, kurangnya

Perpustakaan Unika

percaya diri. Dari faktor-faktor kecemasan tersebut dapat diasumsikan bahwa


kepercayaan diri mempunyai pengaruh pada kecemasan seseorang.
Mahasiswi yang percaya diri dan berkeyakinan bahwa jodoh atau
pasangan hidup, rejeki dan mati ada di tangan Tuhan pasti akan menanggapi
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan senyuman optimis, karena dia
berkeyakinan pada saatnya nanti pasti akan mendapatkan pacar atau
pasangan. Bagi mahasiswi yang kurang percaya diri pertanyaan tersebut akan
ditanggapi dengan senyuman pesimis dan menjadi beban pikiran, sehingga
merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya baik secara fisik maupun
mental, yang pada akhirnya akan menyebabkan kecemasan.
Sulivan (dikutip pudjijogyanti, 1986, h.30-31) mengemukakan
bahwa adanya ketidakpuasan terhadap fisik dan adanya kebutuhan
penyesuaian sosial dan psikologis terhadap perkembangan mental serta
tuntutan masyarakat membuat remaja merasa gelisah dan tegang serta sering
mengalami konflik. Konflik serta ketegangan yang dialami merupakan
situasi

yang

memungkinkan

remaja

menunjukkan

kemampuannya.

Keberhasilan dan kegagalan dalam mengatasi sesuatu merupakan situasi


yang mempengaruhi seluruh aspek kepribadian termasuk kepercayaan diri.
Menurut Thursan (2002, h.6) rasa percaya diri dapat dikatakan
sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Kurangnya kepercayaan diri
dapat menyebabkan dampak yang kurang baik bagi individu. Bila hal ini
selalu ada dalam diri individu dan tidak segera diatasi maka pada akhirnya

Perpustakaan Unika

nanti individu tersebut tidak menutup kemungkinan akan mengalami


kecemasan.
Kurangnya rasa percaya diri yang dialami para mahasiswi dalam
mendapatkan pasangan secara tidak langsung bisa menambah rasa cemas
pada diri mahasiswi, sehingga kemampuan diri yang dimiliki tidak
berkembang secara maksimal, bahkan prestasi akademik pun bisa menjadi
kurang mendapatkan hasil yang optimal.
Rasa kurang percaya diri ini sangat berpengaruh terhadap
kecemasan dalam mencari atau mendapatkan pasangan. Suatu saat ada
peluang untuk mendapatkan pasangan tetapi karena kurangnya rasa percaya
diri dan perasaan cemas, takut gagal maka peluang tersebut hilang begitu
saja, ibaratnya sudah kalah sebelum bertanding.
Daradjat (1990, h. 20) mengatakan hilangnya kepercayaan diri
adalah salah satu dari gejala kecemasan yang bersifat mental. Jadi
kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecemasaan mahasiswi terhadap sulitnya mendapatkan pacar atau pasangan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang timbul diatas maka
peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara kecemasan
belum mendapat pasangan pada mahasiswi semester akhir ditinjau dari
kepercayaan diri.

Perpustakaan Unika

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kepercayaan diri dengan kecemasan belum mendapat pasangan pada
mahasiswi semester akhir.

C. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan psikologi
khususnya pada bidang psikologi perkembangan, tentang kecemasan
akan sulitnya mendapatkan pasangan pada mahasiswa semester akhir.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi kecemasan
mahasiswi semester akhir yang belum mendapat pasangan yang diprediksi
tinggi rendahnya oleh kepercayaan diri.

Perpustakaan Unika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan belum mendapat pasangan pada mahasiswi semester


akhir.
1. Pengertian Kecemasan belum mendapat pasangan pada mahasiswi
semester akhir.
Kecemasan merupakan hal yang paling sering dihadapi dan
dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya. Kecemasan dipandang
sebagai suatu mekanisme bawah sadar seseorang yang sering kali berakar
perasaan kecewa dan putus asa yang mendalam serta pada umumnya
muncul pada suatu masalah yang tidak normal berkaitan dengan sederetan
rasa frustrasi yang sedang dialami oleh seseorang (Caprio, 1984, h.11).
Kecemasan adalah keadaan takut terus-menerus, namun berbeda
dengan ketakutan biasa yang merupakan respon terhadap rangsang
menakutkan yang sering terjadi, sebab ketakutan yang dialami merupakan
respon terhadap kesukaran yang belum terjadi (dalam Pujianto, 2006, h.12).
Kecemasan menurut Atkinson,dkk (1991, h.212) merupakan
perasaan yang tidak menyenangkan ditandai dengan gejala seperti
kekhawatiran, keprihatian dan rasa takut yang kadang-kadang di alami
dalam tingkat yang berbeda. Kecemasan dapat juga dikatakan sebagai
reaksi terhadap adanya ancaman, hambatan terhadap keinginan pribadi atau
adanya perasaan tertekan. Menurut Kartono (1992, h.15), kecemasan
merupakan bentuk perasaan yang tidak menentu dan diliputi oleh semacam

Perpustakaan Unika

ketakutan padahal yang ditakuti tidak pasti. Kartono (1986, h.120)


menambahkan bahwa kecemasan ditandai dengan adanya rasa khawatir,
kegelisahan, perasaan tidak aman, ketidakmampuan dalam menghadapi
tantangan, kurang percaya diri atau ketidakberdayaan dalam menentukan
dan memperoleh penyelesaian masalah.
Daradjat (1985, h.27) menyatakan bahwa kecemasan merupakan
hal yang paling sering dihadapi oleh setiap manusia. Kecemasan
merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur,
yang terjadi ketika sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan
pertentangan batin (konflik). Kecemasan ada yang disadari seperti rasa
takut, terkejut, rasa bersalah atau berdosa dan terancam. Disamping itu ada
juga kecemasan yang terjadi diluar kesadaran dan tidak bisa dihindari.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah perasaan yang tidak menyenangkan ditandai dengan gejala seperti
kekhawatiran, keprihatian, kegelisahan, rasa tidak aman, ketidak berdayaan
dan rasa takut yang sering kali berakar perasaan kecewa dan putus asa yang
mendalam serta pada umumnya muncul pada suatu masalah yang tidak
normal berkaitan dengan sederetan rasa frustrasi yang sedang dialami oleh
seseorang.
Mencari dan mendapatkan pasangan hidup bukanlah merupakan
sesuatu yang mudah. Pasangan dalam kamus Bahasa Indonesia adalah dua
orang yang berlainan jenis (laki-laki dan perempuan), padanan, berjodoh,
partner (Chaniago,1995,h.438). Sedangkan mencari pasangan (Ali, 1994,

Perpustakaan Unika

h.732) mempunyai arti sebagai usaha untuk mendapatkan padanannya,


jodohnya, teman bicara dan berbagi ataupun partner.
Sebagaimana

diungkapkan

oleh

beberapa

ahli

psikologi

perkembangan, mendapatkan pasangan dan pernikahan merupakan salah


satu tugas perkembangan dalam rangkaian hidup seseorang yang harus
dipenuhi pada tahap usia tertentu. Pada umumnya ahli-ahli tersebut tidak
memiliki kesepakatan tentang usia yang tepat untuk mendapatkan pasangan
dan melakukan suatu perkawinan, namun

mereka sepakat bahwa hal

tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal
disamping tugas-tugas perkembangan lainnya yang harus dijalani.
Salim & Salim (dalam Pujianto, 2006, h. 12) mengatakan bahwa
mahasiswa adalah seseorang yang terdaftar menjalani pendidikan
perguruan tinggi. Monks, dkk (1994, h. 53) menambahkan mahasiswa
merupakan sebutan yang diberikan kepada pemuda atau pemudi yang
sedang menempuh pendidikan diperguruan tinggi. Pada umumnya berusia
antara 18 tahun keatas dan termasuk dalam kelompok remaja akhir dan
dewasa awal.
Meichati (1983, h.7) secara lebih rinci mengatakan bahwa
mahasiswa adalah salah satu golongan dari lapisan kedewasaan yang oleh
suatu hal memperoleh kesempatan untuk lebih menyelami lapangan
hidupnya melalui perguruan tinggi.
Disisi lain Kartono (1985, h. 7,9) menambahkan bahwa masa
mahasiswa sebenarnya tidak dapat sepenuhnya disebut masa remaja, tetapi
masa ini tetap merupakan masa penuh tantangan dan kesukaran, masa yang

Perpustakaan Unika

menuntut mereka menentukan sikap dan pilihan serta menuntut


kemampuan untuk menyesuaikan diri. Mahasiswi semester akhir adalah
mahasiswi yang sudah mencapai tahap akhir dalam studinya. Biasanya
mahasiswi semester akhir sudah menyelesaikan hampir semua mata
kuliahnya dan sedang menyusun skripsi atau tugas akhirnya yang
merupakan tugas puncak sebagai mahasiswi. Mahasiswi semester akhir
tergolong dalam usia dewasa awal, yang dimana usia tersebut merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapanharapan sosial baru. Salah satu tugas perkembangan adalah mendapatkan
pasangan dan pernikahan.
Bagi wanita, peran yang sangat penting dan berarti saat
memasuki usia dewasa awal adalah mendapatkan pasangan dan menikah.
Dari dulu sampai sekarang, nampaknya masyarakat lebih dapat menerima
wanita yang ketika memasuki usia dewasa awal telah mendapatkan
pasangan atau menikah daripada wanita yang belum mendapatkan
pasangan dan memilih untuk tidak menikah. Sebaliknya, pria yang
membujang hingga akhir usia dewasa awal tidak terlalu mendapat tekanan
dari masyarakat. Pandangan umum yang diberikan terhadap pria yang tidak
menikah berbeda dengan pandangan terhadap wanita yang sudah cukup
umur namun belum punya pasangan dan belum menikah. Beban bagi
wanita lajang menjadi lebih berat.
Monks (1992, h. 284) mengemukakan di Indonesia batas
kedewasaan adalah 21 tahun. Hal ini berarti bahwa pada usia itu seseorang
sudah dianggap dewasa dan dianggap sudah mempunyai tanggung jawab

Perpustakaan Unika

terhadap

perbuatannya.

Dapat

pula

dikatakan

bahwa

tugas-tugas

perkembangan pada masa ini ditentukan oleh masyarakat yaitu kawin,


membangun suatu keluarga, mendidik anak, membuat hubungan dengan
suatu kelompok sosial tertentu dan melakukan suatu pekerjaan.
Senada dengan yang diungkapkan Tukan (1993, h.42) bahwa
usia dewasa awal dimulai dari usia 21 tahun sampai usia 40 tahun. Masa ini
merupakan masa terjadinya perkawinan, kehamilan pertama, matang secara
psikologis, kesibukan pertama dari anak-anaknya, pengalaman pertama
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan memiliki atau
membangun rumah tangga. Masa dewasa awal merupakan periode
penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
sosial baru.
Tuntutan-tuntutan atau harapan-harapan dari masyarakat yang
harus dilakukan oleh wanita yang memasuki masa dewasa awal sebagai
anggota masyarakat, salah satunya yaitu mendapatkan pasangan dan
menikah. Namun tidak semua orang berhasil memenuhi tuntutan atau
harapan masayarakat. Kecemasan itu bisa saja ditimbulkan karena sebentar
lagi mahasiswi semester akhir akan segera lulus dan bekerja. Ketika sudah
bekerja kelak teman-teman pergaulannya dan waktu luang untuk menjalin
hubungn dengan lawan jenis tentunya akan tidak sebanyak saat kuliah. Saat
bekerja mereka hanya bertemu dengan temen-teman yang itu-itu saja,
setelah pulang kerja mereka sudah lelah dan tidak ada waktu untuk bergaul.
Hal ini membuat mereka kurang memiliki waktu untuk bersosialisasi secara
nyata.

Perpustakaan Unika

Dalam kondisi seperti ini tentu akan lebih sulit lagi bagi mereka
untuk mendapatkan pasangan. Pikiran-pikiran semacam ini dapat membuat
mahasiswi tingkat akhir menjadi cemas. Selama ini, ketika masih kuliah
saja sudah kesulitan mendapatkan pasangan, apalagi kelak ketika sudah
selesai kuliah dan bekerja.
Berdasarkan

uraian

tersebut

diatas,

kecemasan

belum

mendapatkan pasangan bagi mahasiswi semester akhir adalah perasaan


yang tidak menyenangkan ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran,
keprihatian, kegelisahan, rasa tidak aman, ketidakberdayaan dan rasa takut
yang dialami oleh mahasiswi tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi
berkaitan dengan belum punya pasangan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


Dalam kehidupannya manusia selalu mengalami kecemasan, hal
tersebut disebabkan karena selama manusia masih hidup akan selalu
mengalami dan menghadapi berbagai masalah, pertentangan, kekecewaan
dan perubahan dalam kehidupannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan, Maslow (dalam
Herlina, 2005, h. 17) mengatakan bahwa masalah-masalah yang timbul dan
dapat menyebabkan kecemasan lebih mudah diatasi apabila individu
memiliki kematangan emosi. Kecemasan juga dapat ditimbulkan oleh
bahaya dari luar yang berhubungan dengan perubahan-perubahan fisik
misalnya bentuk tubuh, kecantikan.dan bahaya dari dalam diri seseorang
yang pada umumnya ancaman itu samar-samar, biasanya bila ada sesuatu

Perpustakaan Unika

hal yang tidak dapat diterima, misalnya pikiran, perasaan, keinginan dan
dorongan.
Menurut Daradjat (1982, h. 28) factor-faktor lain yang dapat
menimbulkan kecemasan adalah karena tidak terpenuhinya keinginankeinginan seksual, merasa minder, pengaruh pendidikan waktu kecil,
frustrasi akibat tidak tercapainya tujuan yang diinginkan, baik materiil
maupun sosial. Priest (1987, h.28) mengatakan bahwa sumber-sumber
umum dari kecemasan adalah pergaulan, kesehatan, kehamilan, menuju
usia dewasa, kegoncangan rumah tangga, pekerjaan, kenaikan pangkat,
kesulitan keuangan, ujian dan problem-problem lain dalam kehidupan.
Selain faktor-faktor diatas ada beberapa faktor lain penyebab
timbulnya kecemasan, yaitu :
a. Konflik, Rayburn (dalam pujianto, 2006, h. 18) menyatakan bahwa
kecemasan secara umum disebabkan oleh stress dalam kehidupan yang
berhubungan dengan konflik pribadi atau krisis keuangan yang
kemudian menjadi problem.
b. Pengalaman yang tidak menyenangkan.
Freud menyatakan bahwa kecemasan timbul karena pengalaman yang
tidak

menyenangkan

maupun

isyarat

pada

organisme

untuk

menggerakkan mekanisme pertahanan guna mencegah tindakan yang


tidak diterima masyarakat (dalam Herlina, 2005, h. 18).
c. Karir yang terhambat.
Menurut Steinn (dalam Herlina, 2005, h.18) menyatakan bahwa bagi
wanita yang menunda dan mengambil keputusan untuk melajang adalah

Perpustakaan Unika

karena menurut mereka perkawinan merupakan pembatasan dan


penghambat bagi perkembangn wanita. Biasanya hal ini dialami oleh
seorang wanita yang memiliki jenjang karir yang meningkat, mereka
merasa cemas bila setelah memasuki kehidupan perkawinan karir
mereka akan terhambat.
d. Ekonomi dan keuangan.
Menurut Tallis (1991, h. 12) factor keuangan atau ekonomi merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan dalam diri seseorang.
e. Persepsi terhadap keharmonisan keluarga.
Seseorang yang berada dalam sebuah lingkungan keluarga yang tidak
mengenakkan dan situasi tersebut diluar kendali dan menekan, maka ia
akan merasa cemas. Cara pandang individu terhadap keluarganya akan
mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang (dalam Pujianto,2006,
h.19). Dalam hubungannya dengan kecemasan, seorang wanita yang
berasal dari lingkungan keluarga yang penuh konflik dan tidak
harmonis dapat menimbulkan persepsi yang negatif sehingga akan
menimbulkan kecemasan.
f. Faktor kecenderungan Extrovert dan Introvert.
Perasaan cemas itu biasanya dapat timbul karena dalam diri seseorang
tersebut

memiliki

kepribadian

introvert,

sehingga

sering

kali

memendam sendiri apa yang dirasakan. Sedangkan seseorang dengan


kepribadian extrovert akan lebih mudah mengungkapkan apa yang
dirasakannya sehingga jarang sekali dihinggapi perasaan cemas.

Perpustakaan Unika

Dari beberapa pendapat para tokoh tersebut di atas tentang


factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, maka pendapat dari Daradjat
dan Maslow yang paling mendekati. Menurut Daradjat faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah tidak terpenuhinya keinginan-keinginan
seksual, merasa minder, pengaruh pendidikan waktu kecil, frustrasi akibat
tidak tercapainya tujuan yang diinginkan, baik materiil maupun sosial.
Sedangkan menurut Maslow mengatakan bahwa masalah-masalah yang
timbul dan dapat menyebabkan kecemasan lebih mudah diatasi apabila
individu memiliki kematangan emosi. Maka ketidakpercayaan diri
termasuk dalam faktor kecemasan karena tidak memiliki kematangan
emosi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain yaitu tidak terpenuhinya keinginankeinginan seksual, merasa minder, pengaruh pendidikan waktu kecil,
frustrasi akibat tidak tercapainya tujuan yang diinginkan baik materiil
maupun sosial, dan kurang memiliki kematangan emosi.

3. Macam-macam Kecemasan
Freud (dalam Herlina, 2005, h. 20) membedakan 3 macam
kecemasan yakni kecemasan realitas, kecemasan neurotik dan kecemasan
moral. Dari ketiga tipe kecemasan itu yang paling pokok adalah kecemasan
realitas atau takut akan bahaya nyata di dunia luar. Kedua tipe kecemasan
lain berasal dari kecemasan realitas. Kecemasan neurotik adalah rasa takut
jangan-jangan insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang

Perpustakaan Unika

pribadi berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan


neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri melainkan
ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting
dipuaskan. Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Orang
yang super ego-nya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah
jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma moral dimana mereka dibesarkan.
Menurut Kartono (1981, h. 117) kecemasan dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu :
a. Kecemasan Neurotis.
Erat kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri yang negative.
Faktor

penyebab adanya perasaan bersalah dan berdosa serta

mengalami

konflik-konflik

emosional

yang

serius

dan

kronis

berkesinambungan frustrasi dan ketegangan batin.


b. Kecemasan Psikotis.
Kecemasaan ini dapat terjadi karena adanya faktor-faktor sebagai
berikut : adanya perasaan bahwa hidupnya terancam dan kacau balau,
adanya kebingungan yang hebat yang disebabkan oleh depersonalisasi
yaitu hilangnya kepercayaan diri pada seseorang ketika menghadapi
suatu masalah dan disorganisasi psikis, yaitu ketidakmampuan
seseorang untuk mengatur perasaan yang ada di dalam dirinya.
Cattel dan Scheier (dalam De Clerg, 1994, h. 45) membagi
kecemasan dalam dua jenis yaitu :

Perpustakaan Unika

a. State Anxiety, adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State Anxiety beragam
dalam hal intensitasnya dan waktu. Keadaan ini ditentukan oleh
perasaan ketegangan yang subyektif.
b. Trait Anxiety, menunjukkan pada ciri atau sifat seseorang yang cukup
stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu
keadaan sebagai suatu ancaman yang disebut dengan Anxiety Proneness
atau kecenderungan akan kecemasan. Orang tersebut cenderung untuk
merasakan berbagai macam keadaan yang membahayakan atau
mengancam dan cederung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa macam kecemasan yang terdiri dari kecemasan realitas,
neurotic, moral, psikotis, state anxiety dan trait anxiety. Bentuk kecemasan
yang dialami oleh mahasiswi semester akhir akan sulitnya mendapat
pasangan termasuk dalam kecemasan jenis state anxiety, keadaan ini
ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subyektif.

4. Gejala-gejala Kecemasan
Daradjat ( 1982, h. 29 ) menerangkan gejala-gejala kecemasan
sering ditandai dengan munculnya gejala-gejala baik yang bersifat fisik
maupun yang bersifat mental. Gejala-gejala tersebut meliputi :
a. Bersifat fisik : ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan menjadi tidak
teratur, detak jantung bertambah cepat, keringat bercucuran, tidur tidak
nyenyak, nafsu makan, sesak nafas.

Perpustakaan Unika

b. Bersifat mental : adanya rasa takut, perasaan ditimpa bahaya atau


kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatiaan, tidak berdaya, rasa
rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, tidak tentram dan lain
sebagainya.
Menurut Kartono (1981, h. 117) orang yang mengalami
kecemasan mempunyai gejala-gejala gangguan perut dan mual serta
muntah-muntah, mulut menjadi kering, membesarnya anak mata pupil,
perasaan bingung, takut akan kegagalan serta keadaan emosi yang labil.
Lebih lanjut Kartono mengatakan bahwa kecemasan dapat diikuti dengan
gejala-gejala seperti jantung berdebar, keluarnya keringat dingin dan rasa
mual.
Hal senada diungkapkan oleh Supratiknya (1995, h. 39) yang
menyebutkan bahwa penderita kecemasan secara umum menunjukkan
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang
bersifat tidak menentu atau diffuse uneasivess.
b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa
tidak mampu, minder, depresi dan serba salah.
c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serba takut salah.
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang,
lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang
secara tiba-tiba atau tidak diharapkan dan selalu melakukan gerakangerakan neurotic tertentu, seperti mematah-matahkan jari tangan,
berdehem dan sebagainya.

Perpustakaan Unika

e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan


sekitarnya, bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik,
sering buang air kecil dan menderita gangguan tidur berupa insomia
dan mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangan sering basah.
g. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab
yang jelas.
h. Sering mengalami anxiety attack atau tiba-tiba cemas tanpa ada pemicu
yang jelas, gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas,
berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-kencing atau sakit
perut.
Seorang wanita yang mengalami kecemasan akan ditandai
dengan gejala-gejala secara fisiologis maupun psikologis. Gejala fisiologis
dapat berupa susah tidur, keringat

bercucuran, kepala pusing dan

kesehatan terganggu. Sedangkan gejala psikologis dapat berupa khawatir


terhadap apa yang belum

terjadi, keadaan tidak berdaya, konflik dan

ketidakmampuan menyesuaikan diri.


Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
gejala-gejala yang menyertai munculnya kecemasan ada dua yaitu yang
bersifat fisik yang meliputi ujung jari dan tangan terasa dingin, pencernaan
menjadi tidak teratur, detak jantung menjadi bertambah cepat, muntahmuntah, mulut menjadi kering, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak
(gangguan tidur), mematah-matahkan jari tangan, otot tegang, diare ringan,
sering buang air kecil, kepala pusing, keluarnya keringat dingin nafsu

Perpustakaan Unika

makan hilang lamban, pingsan dan sesak nafas. Serta yang bersifat psikis
meliputi adanya rasa takut, perasaan akan ditimpa bahaya, tidak mampu
memusatkan perhatian, perasaan bingung, takut akan kegagalan serta
keadaan emosi yang labil, jantung berdebar, tidak berdaya, ketegangan,
rasa was-was, mudah tersinggung, minder, serba salah, rasa rendah diri,
hilangnya rasa percaya diri dan tidak tentram.

B. Kepercayaan Diri.
1. Perngertian kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan aspek psikis yang berasal dari
dalam diri seseorang. Kepercayaan diri bukan merupakan bawaan
melainkan sesuatu yang dipelajari. Menurut Wulandari (dalam Pujianto,
2006, h. 24) percaya adalah mempercayai, yakin artinya bila individu
percaya pada orang lain, individu kemudian akan mempercayakan rahasiarahasia pribadi pada orang tertsebut. Begitu pula bila individu percaya diri
berarti harus bisa mempercayai dirinya sendiri.
Hal lain diungkapkan oleh Hakim (2002, h.6) yang menyatakan
bahwa rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang,
namun melalui proses tertentu didalam pribadi seseorang sehingga
terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Ahli jiwa yang sangat terkenal,
Alfred Adler mencurahkan hidupnya pada penyelidikan tentang rasa rendah
diri. Ia mengatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling penting adalah
kebutuhan akan kepercayaan pada diri sendiri dan rasa superioritas
(Sujanto dkk, 1986, h.160).

Perpustakaan Unika

Rubin (1989, h.114) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah


kekuatan dalam diri individu yang dapat menentukan langkah dalam
mengatasi masalah, tanpa kepercayaan diri tidak mungkin dapat mengambil
keputusan melainkan akan selalu pesimis dan ragu-ragu dengan apa yang
dia miliki.
Rini (2002) mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah sikap
positif seorang individu yang membuat seseorang merasa mampu untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapi. Hal ini bukan berarti
bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu
seorang diri. Rasa percaya diri yang sebenarnya hanya menunjuk pada
adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut, bahwa individu
itu merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa
karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
realistik terhadap diri sendiri.
Loemono (1983, h. 63) menyebutkan bahwa rasa percaya diri
pada seseorang biasanya dapat tetap bertahan betapapun buruknya situasi
yang dihadapi, bila individu mempunyai orang yang melindunginya,
mengasihinya dan mendukungnya. Seseorang bisa dikatakan memiliki
kepercayaan diri apabila orang tersebut memiliki kelebihan dan potensi
diri, serta mampu menyalurkan untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Seperti pendapat Hakim (2002, h. 10) menyatakan bahwa rasa
percaya diri dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut

Perpustakaan Unika

membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam


hidupnya dan Barbara (dalam Suhartanto,2005, h.26) menyatakan bahwa
kepercayaan diri adalah sesuatu yang mampu menyalurkan segala yang kita
ketahui dan segala yang kita kerjakan. Kepercayaan diri terbentuk bukan
dari apa yang kita perbuat namun dari keyakinan diri, bahwa apa yang
dihasilkan memang dalam batas-batas kemampuan dan keinginan pribadi.
Meyakini kemampuan dan kelebihan yang dimiliki membuat
orang akan mampu melakukan sesuatu yang disukai dan diminati. Menurut
Lauster (dalam Pujianto, 2006, h. 24) kepercayaan diri adalah suatu sikap
atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu dapat
memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan
tindakan-tindakannya dan bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.
Sehingga bila terjadi masalah bisa mengatasi dan mampu menyesuaikan
diri. Kumara (dalam Herlina, 2005, h. 24) mengatakan bahwa kepercayaan
diri adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi permasalahan dengan
langkah tepat, kreatif, agresif tetapi tetap mampu menyesuaikan diri pada
lingkungan sosialnya.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan
sendiri sehingga individu dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak
terlalu cemas dalam melakukan tindakan-tindakannya dan bertanggung
jawab atas perbuatan-perbuatannya.

Perpustakaan Unika

2. Ciri-ciri individu yang mempunyai kepercayaan diri


Menurut Anthony (1996, h. 66) ciri-ciri individu yang
memiliki rasa percaya diri adalah :
a. Memiliki harapan yang positif.
Menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk
mengatasi rintangan.
b. Tidak mudah putus asa.
Mampu menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya.
c. Memiliki sikap mandiri.
Sikap tidak bergantung pada orang lain dan melakukan sesuatu atas
kemampuan yang dimilikinya.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik.
Melakukan hubungan dengan orang lain melalui komunikasi.
Lauster (dalam Pujianto, 2006, h.25) menambahkan ciri-ciri
individu yang memiliki kepercayaan diri yaitu :
a. Bertanggung jawab, artinya individu bersedia menanggung konsekuensi
dari perbuatannya.
b. Toleran, artinya individu tidak hanya mementingkan diri sendiri saja
tapi juga peduli dengan kepentingan atau perasaan orang lain.
c. Ambisi, artinya individu mempunyai keinginan yang besar untuk
bersaing dengan orang lain dam terdorong untuk berprestasi sebaik
mungkin.
d. Optimis, artinya mampu mewujudkan rencana-rencananya dengan
berhasil, timbul kecenderungan untuk tidak ragu-ragu dalam bertindak

Perpustakaan Unika

dan pada tahap selanjutnya lebih siap menghadapi atau menerima resiko
jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sobur (dalam Pujianto,
2006, h. 25 ) bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri adalah
individu yang berani menghadapi resiko dan bertanggung jawab atas
kemungkinan kegagalan dari tindakan yang dilakukannya.
Kurangnya kepercayaan pada diri sendiri juga akan membuat
seseorang menjadi pemalu, ia akan merasa bahwa pada dirinya banyak
terdapat kekurangan-kekurangan. Kartono (1985, h. 35) mengatakan bahwa
orang-orang yang kurang percaya pada dirinya akan mengalami
kegugupan, cemas, merasa kurang atau tidak yakin akan kemampuan
sendiri atau bertindak terlalu hati-hati dan takut berbuat sesuatu.
Individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah individu
yang mampu mengatasi segala masalah yang dihadapi dengan rasa optimis
dan tidak mudah putus asa, segala tindakannya dilakukan dengan rasa
tanggung jawab dan tidak tergantung pada orang lain. Individu tersebut
berani menghadapi resiko yang terjadi seandainya apa yang diinginkan
tidak tercapai.
Dari pendapat tokoh tersebut diatas ciri-ciri individu yang
mempunyai kepercayaan diri, pendapat dari Anthony dan Lauster yang
paling mendekati. Menurut Anthony, ciri-ciri individu yang mempunyai
kepercayaan diri adalah memiliki harapan yang positif, tidak mudah putus
asa, memiliki sikap mandiri, mampu berkomunikasi dengan baik.

Perpustakaan Unika

Sedangkan menurut Lauster ciri-cirinya antara lain bertanggung jawab,


toleran, ambisi dan optimis.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
individu yang mempunyai kepercayaan diri antara lain memiliki harapan
yang positif, tidak mudah putus asa, memiliki sikap mandiri, mampu
berkomunikasi dengan baik, bertanggung jawab, toleran, ambisi dan
optimis.

C. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan belum


Mendapat Pasangan pada Mahasiswi Semester Akhir.
Mahasiswi semester akhir adalah mahasiswi yang sudah
mencapai tahap akhir dalam studinya. yang disebut sebagai mahasiswi
semester akhir adalah mahasiswi yang sudah duduk paling tidak di semester
8 dan berusia 21 tahun ke atas. Biasanya mahasiswi semester akhir sudah
menyelesaikan hampir semua mata kuliahnya dan sedang menyusun skripsi
atau tugas akhirnya sebagai tugas puncak sebagai mahasiswi. Setelah skripsi
atau tugas akhir selesai disusun maka akan tibalah saatnya mahasiswi
menerima gelar yang telah lama diimpikan dan tiba saatnya bagi mahasiswi
untuk memasuki dunia dewasa yang sesungguhnya, yaitu bekerja,
bermasyarakat dan berumah tangga.
Havighurst

(Dariyo,

2003)

mengemukakan

tugas-tugas

perkembangan pada dewasa awal diantaranya, mencari dan menemukan


calon pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karir dalam

Perpustakaan Unika

rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga dan menjadi warga


Negara yang bertanggung jawab.
Diungkapkan oleh Irwanto (1991, h. 49) bahwa pada saat
seseorang memasuki usia dewasa, mereka dihadapkan pada tanggung jawab
serta masalah-masalah kehidupan baru, hal ini disebabkan karena mereka
akan memasuki usia pemantapan diri terhadap berbagai macam pola
kehidupan yang baru. Pola hidup yang baru tersebut menuntut adanya
perubahan, sehingga pada usia dewasa orang mulai harus memikirkan masa
depan dengan lebih serius. Perencanaan tentang masa depan pada usia
dewasa ini lebih banyak berkaitan dengan masalah karir dan perkawainan.
Sebagian besar golongan dewasa muda yang telah hampir
menyelesaikan pendidikannya di universitasnya, mereka akan semakin
memiliki kematangan fisiologis sehingga mereka siap untuk melakukan tugas
reproduksi. Maka mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang
cocok untuk dijadikan pasangan untuk membentuk kehidupan rumah tangga.
Bagi mahasiswa semester akhir yang selama ini belum
mempunyai pasangan (pacar) atau bahkan belum pernah berpacaran sama
sekali, bayangan indah kelak setelah lulus dan bekerja bisa jadi diwarnai
dengan kecemasan akan semakin sulitnya memperoleh pasangan. Hal ini
disebabkan oleh sedikitnya waktu yang tersedia kelak untuk bersosialisasi
sebab mereka sudah sibuk bekerja. Sekarang saja ketika masih kuliah dan
mempunyai banyak waktu, mereka belum juga memperoleh pasangan,
apalagi nanti ketika lulus dan bekerja. Pemikiran tentang hal ini dapat

Perpustakaan Unika

menyebabkan mahasiswi semester akhir menjadi mengalami kecemasan akan


sulitnya mencari pasangan, sebab waktu kuliah mereka sudah tidak lama lagi.
Individu yang mempunyai kepercayaan diri akan mampu
mengatasi segala masalah yang dihadapinya dengan rasa optimis dan tidak
mudah putus asa, segala tindakannya dilakukan dengan rasa tanggung jawab
dan tidak tergantung dengan orang lain. Individu tersebut berani menghadapi
resiko yang terjadi seandainya apa yang diinginkan tidak tercapai.
Dalam hal ini nampak bahwa kepercayaan diri yang ada dalam
diri seseorang akan memberikan peran dalam mempengaruhi kondisi psikis
maupun fisik seseorang. Gejala kecemasan secara fisik seperti tidur tidak
nyenyak, nafsu makan berkurang maupun secara psikis dalam diri seseorang
seperti rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri akan menjadi minimal
bila seseorang memiliki harapan positif terhadap dirinya sendiri, tidak mudah
putus asa, mampu berkomunikasi dengan baik, memiliki kemandirian, ambisi
dan sikap optimis terhadap apa yang akan dilakukannya.
Harapan positif terhadap diri sendiri akan menciptakan kesadaran
dan pengetahuan bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengatasi
rintangan. Hal ini akan menjadi modal dalam memperkecil perasaan cemas
manakala sesuatu yang diharapkan belum diperolehnya. Kemampuan untuk
menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri sendiri akan
mengurangi seseorang dalam memikirkan secara lebih besar terhadap
kekurangn dirinya. Kemampuan ini akan menjadi dasar bagi terbentuknya
upaya menahan gejala psikis maupun fisik dari kecemasan.

Perpustakaan Unika

Sikap tidak tergantung pada orang lain dan melakukan sesuatu


atas kemampuan yang dimilikinya juga menjadi dasar kepercayaan diri
seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Irwanto (1991, h. 49) bahwa pada
saat seseorang memasuki usia dewasa, mereka diharapkan pada tanggung
jawab serta masalah-masalah kehidupan baru, hal ini disebabkan karena
individu akan memasuki usia pemantapan diri terhadap berbagai macam pola
kehidupan yang baru. Bila individu akan memasuki usia pemantapan diri
terhadap kebutuhan untuk hidup berkeluarga dan juga pekerjaan (karir dan
perkawinan). Secara khusus bagi wanita, kodrat alamiah seorang wanita
sebagai orang yang menjadi pasangan laki-laki akan mendapatkan posisi
wanita di bawah laki-laki. Dengan demikian apabila ketergantungan tersebut
semakin kecil dengan menambah kemandirian, maka kecemasan belum
mendapatkan pasangan hidup akan semakin kecil.
Mahasiswi semester akhir yang merasa dirinya tidak mampu
menghadapi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pasangan, maka di
dalam dirinya akan timbul satu perasaan tidak aman, takut kalau dirinya tidak
mendapatkan pasangan. Perasaan tidak aman merupakan salah satu respon
kecemasan. Seseorang yang memandang dirinya tidak mampu melakukan
sesuatu, memiliki penilaian diri yang negatif.
Dengan demikian nampak bahwa kecemasan belum mendapat
pasangan merupakan proses bercampur baur pada individu yang terjadi
ketika sedang mengalami konflik pada usia dewasa untuk menentukan masa
depan. Perasaan cemas belum mendapat pasangan dapat muncul salah

Perpustakaan Unika

satunya adalah disebabkan oleh pribadi mereka sendiri. Pada saat kondisi
tersebut terus menghantui atau mengancam individu maka individu tersebut
akan mengalami kecemasan dan jika kecemasan timbul biasanya individu
akan melakukan sesuatu supaya ketegangan dapat dihilangkan, mungkin dia
akan lari dari tempat yang menimbulkan kecemasan itu. Apabila individu
tidak dapat menguasai kecemasan dengan jalan dan cara yang rasional, maka
dia akan menghadapinya dengan jalan yang tidak rasional.
Bila individu merasa yakin akan kemampuannya maka tidak
akan merasa cemas dalam menghadapi apapun yang akan terjadi dan bila
individu merasa yakin akan kemampuannya maka akan selalu tenang dalam
menghadapi apapun yang akan terjadi. Dalam hal ini seorang mahasiswi
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan merasa yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya, tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
berani mencoba hal-hal baru, bertanggung jawab, mampu mengendalikan
kecemasannya karena dengan kepercayaan diri yang dimilikinya itu,
mahasiswi tersebut akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan segala
situasi dan tidak perlu tergantung orang lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
kepercayaan diri. Bila seseorang merasa yakin akan kemampuannya maka ia
tidak akan cemas menghadapi apapun yang akan terjadi dan sebaliknya bila
seseorang merasa tidak yakin akan kemampuannya maka ia akan selalu
cemas dalam menghadapi apapun yang akan terjadi. Demikian pula pada
mahasiswi tingkat akhir, bila ia memiliki rasa percaya diri maka ia tidak akan
cemas bila belum mendapat pasangan. Seorang mahasiswi yang memiliki

Perpustakaan Unika

kepercayaan diri yang tinggi akan merasa yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya, tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan, berani mencoba
hal-hal baru, bertanggung jawab, mampu mengendalikan kecemasannya
karena dengan kepercayaan diri yang dimilikinya itu, mahasiswi tersebut
akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan segala situasi dan tidak perlu
tergantung orang lain. Sebaliknya bila ia tidak memiliki rasa percaya diri
maka ia akan cemas bila belum mendapat pasangan.
Berdasarkan uraian diatas, menyatakan bahwa kepercayaan diri
mempengaruhi kecemasan akan sulit atau tidaknya

mahasiswi

untuk

mendapatkan pasangan, kecemasan juga berpengaruh dalam intensitas


terhadap perilaku tersebut. Kepercayaan diri seseorang akan berkorelasi
dengan kecemasan yang dialami mahasiswi dalam mendapatkan pasangan.

D. Hipotesis.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah
: ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan belum
mendapat pasangan pada mahasiswi tingkat akhir. Semakin tinggi
kepercayaan diri pada mahasiswi maka semakin rendah kecemasan yang
dialaminya. Sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri pada mahasiswi
maka semakin tinggi kecemasan yang dialami.

Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian.

Dalam penelitian ini variabel yang diperhitungkan dalam


analisis pengujian hipotesis adalah :
1. Variabel tergantung : Kecemasan belum mendapat pasangan.
2. Variabel bebas

: Kepercayaan Diri.

B. Definisi Operasional.
Untuk mempermudah jalannya penelitian, perlu ditentukan batas
operesional variabel-variabel dalam penelitian ini :

1. Kecemasan belum mendapat pasangan.


Kecemasan belum mendapatkan pasangan bagi mahasiswi
semester akhir adalah perasaan yang tidak menyenangkan ditandai dengan
gejala seperti kekhawatiran, keprihatian, kegelisahan, rasa tidak aman,
ketidak berdayaan dan rasa takut berkaitan dengan sulitnya mencari
pasangan. Tinggi rendahnya kecemasan
bagi mahasiswi

belum mendapatkan pasangan

semester akhir diukur dengan menggunakan skala

kecemasan yang disusun oleh peneliti berdasarkan gejala fisik dan gejala
psikologis dari kecemasan. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti
semakin tinggi kecemasan yang dirasakan dan sebaliknya.

Perpustakaan Unika

2. Kepercayaan Diri.
Kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan sendiri sehingga individu dapat memilih hal-hal yang
disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan tindakan-tindakannya
dan bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya. Tinggi rendahnya
kepercayaan diri diukur dengan menggunakan skala yang disusun oleh
peneliti berdasarkan ciri-cirinya yaitu memiliki harapan yang positif, tidak
mudah putus asa, memiliki sikap mandiri, mampu berkomunikasi dengan
baik, bertanggung jawab, toleran, ambisi dan optimis. Semakin tinggi skor
yang diperoleh berarti semakin tinggi kepercayaan diri individu tersebut
dan sebaliknya.

C. Subyek Penelitian.
1. Populasi.
Menurut Arikunto (2002, h.108) populasi adalah keseluruhan subyek
peneliti. Sedangkan menurut Hadi (2000, h. 72) mengatakan populasi
adalah sejumlah individu yang akan menjadi sasaran generalisasi dari
sample penelitian. Populasi ini kemudian diambil contoh atau sample yang
diharapkan dapat mewakili populasi. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang yang berusia 21 tahun ke atas, yang sedang mengambil skripsi
dan belum pernah mendapat pasangan.

Perpustakaan Unika

2. Teknik sampling.
Arikunto (2002, h.109) mengatakan sample merupakan bagian dari
populasi. Sample dalam penelitian ini adalah sebagian populasi yang
dipilih sebagai subyek penelitian. Pengambilan sample dalam penelitian ini
menggunakan Teknik Snow ball. Moleong (2002, h. 10) mengatakan Snow
Ball yaitu sampel yang diambil berdasarkan atas informasi secara estafat
dari informan yang mengetahui karakteristik subyek penelitian.

D. Metode penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah metode skala. Menurut
Suryabrata (1993, h. 15-16) skala adalah suatu metode yang menggunakan
daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dan dikerjakan oleh
sejumlah subyek dan berdasarkan atas jawaban atau daftar isian itu peneliti
mengambil

kesimpulan

mengenai

subyek

yang

diteliti.

Untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dua macam skala yaitu :
1. Skala Kecemasan.
Skala kecemasan belum mendapat pasangan pada mahasiswi
semester akhir disusun berdasarkan atas gejala-gejala kecemasan yaitu :
a. Gejala fisik.
Meliputi ujung jari dan tangan terasa dingin, pencernaan menjadi tidak
teratur, detak jantung menjadi bertambah cepat, muntah-muntah, mulut
menjadi kering, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak (gangguan
tidur), mematah-matahkan jari tangan, otot tegang, diare ringan, sering

Perpustakaan Unika

buang air kecil, kepala pusing, keluarnya keringat dingin, nafsu makan
hilang, lamban, pingsan dan sesak nafas.
b. Gejala psikis.
Meliputi adanya rasa takut, perasaan akan ditimpa bahaya, tidak mampu
memusatkan perhatian, perasaan bingung, takut akan kegagalan serta
keadaan emosi yang labil, jantung berdebar, tidak berdaya, ketegangan,
rasa was-was, mudah tersinggung, minder, serba salah, rasa rendah diri,
hilangnya rasa percaya diri dan tidak tentram.
Skala ini terdiri item favorable dan unfavorabel, tiap item disajikan
enam pilihan jawaban. Pada item favorabel nilai tertinggi ada pada pilihan :
SS (sangat sesuai) mendapat skor 4, S (sesuai) mendapat skor 3, TS (Tidak
Sesuai) mendapat skor 2, STS (sangat tidak sesuai) mendapat skor 1.
Sebaliknya pada item unfavorabel nilai tertinggi ada pada STS (Sangat
Tidak Sesuai) mendapat skor 4, TS (Tidak Sesuai) mendapat skor 3, S
(sesuai) mendapat skor 2, SS (sangat sesuai) mendapat skor 1.

Tabel 1
Blue print Skala kecemasan belum mendapat pasangan
Gejala
Fisik
Psikis
Jumlah

Favorabel
8
8
16

Unfavorabel
8
8
16

Jumlah
16
16
32

2. Skala kepercayaan diri.


Skala kepercayaan diri disusun berdasarkan ciri-ciri kepercayaan diri
yaitu antara lain :

Perpustakaan Unika

a. Memiliki harapan yang positif.


Menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk
mengatasi rintangan.
b. Tidak mudah putus asa.
Mampu menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya.
c. Memiliki sikap mandiri.
Sikap tidak bergantung pada orang lain dan melakukan sesuatu atas
kemampuan yang dimilikinya.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik.
Melakukan hubungan dengan orang lain melalui komunikasi.
e. Bertanggung jawab, artinya individu bersedia menanggung konsekuensi
dari perbuatannya.
f. Toleran, artinya individu tidak hanya mementingkan diri sendiri saja
tapi juga peduli dengan kepentingan atau perasaan orang lain.
g. Ambisi, artinya individu mempunyai keinginan yang besar untuk
bersaing dengan orang lain dam terdorong untuk berprestasi sebaik
mungkin.
h. Optimis, artinya mampu mewujudkan rencana-rencananya dengan
berhasil, timbul kecenderungan untuk tidak ragu-ragu dalam bertindak
dan pada tahap selanjutnya lebih siap menghadapi atau menerima resiko
jika tindakan yang dilakukan tidak berhasil.
Skala terdiri dari dua item yaitu favorabel dan unfavorabel, tiap
item disajikan empat pilihan jawaban. Pada item favorabel, nilai tertinggi
ada pada pilihan jawaban SS (sangat sesuai) mendapat skor 4, S (sesuai)

Perpustakaan Unika

mendapat nilai 3, TS (tidak sesuai) mendapat skor 2 dan pilihan STS


(sangat tidak sesuai) mendapat skor 1. Sebaliknya pada item unfavorabel,
nilai tertinggi ada pada pilihan STS (sangat tidak sesuai) mendapat skor 4,
TS (tidak sesuai) mendapat skor 3, S (sesuai) mendapat skor 2 dan SS
(sangat sesuai) mendapat skor 1.
Tabel 2
Blue print Skala Kepercayaan Diri
Ciri-ciri kepercayaan diri
Memiliki harapan yang
positif.
Tidak mudah putus asa.
Sikap mandiri.
Mampu berkomunikasi.
Bertanggung jawab.
Toleran.
Ambisi.
Optimis.
Jumlah

Favorabel

Unfavorabel Jumlah

2
2
2
2
2
2
2
16

2
2
2
2
2
2
2
16

4
4
4
4
4
4
4
32

E. Validitas dan Reliabilitas.


1. Validitas.
Menurut Azwar (1999, h. 5) validitas berasal dari kata validity
yaitu sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan valid, jika alat ukur
tersebut dapat dengan tepat dan cermat mengerjakan fungsi yang dimaksud
(Hadi, 1987, h. 102).
Dalam penelitian ini supaya alat ukur yang digunakan (skala
kecemasan dan skala kepercayaan diri) valid maka kedua skala tersebut
akan diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product

Perpustakaan Unika

moment. Caranya yaitu dengan mengkorelasikan antara skor tiap-tiap butir


dengan skor total pada masing-masing kategori dengan rumus sebagai
berikut (Ancok, 1987, h.16) :

rXY =

N . XY ( X )( Y )

{N ( X ) ( X ) }{N ( Y ) ( Y ) }
2

Keterangan :
rXY = Koefisiensi korelasi antara skor item dengan skor total.
N
= Banyaknya subyek.
X = Jumlah nilai item.
Y = Jumlah nilai total.
XY = Hasil kali antara skor item dengan skor total.
X 2 = Jumlah kuadrat skor item.
Y 2 = Jumlah kuadrat skor total.
Menurut Hadi (1996, h. 81) koefisiensi korelasi yang diperoleh
dari hasil perhitungan tersebut masih perlu dikoreksi lagi, untuk
mendapatkan skor murni untuk mengurangi over estimate (kelebihan
bobot) yang dapat menyebabkan angka korelasi yang diperoleh menjadi
besar. Untuk mengkoreksi korelasi yang kelebihan bobot tersebut
digunakan korelasi Part Whole dengan rumus sebagai berikut :

r pq =

(SD

(r ).(SD )(. SD )
) + (SD ) 2(r ).(SD ).(SD )
xy

xy

Keterangan :
rpq = Koefisien korelasi sesudah dikorelasi.
rXY = Koefisien korelasi sebelum dikorelasi.
SD y = Standar deviasi skor item.
SD x = Standar deviasi skor total.

Perpustakaan Unika

2. Realibilitas.
Alat

ukur

dikatakan

reliabel,

jika

alat

ukur

tersebut

menghasilkan suatu hasil yang relatif sama jika beberapa kali diberikan
kepada kelompok subyek dalam rentang waktu yang

berbeda (Azwar,

1997, h.4).
Pengujian reliabilitas skala uji coba dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan formula Alpha dengan rumus sebagai berikut
(Azwar, 1997, h.78) :
2
k sj
=
1 2
k 1
s X

Keterangan :
= Koefisien Alpha.
k = Banyaknya item.
s 2j = Varian belahan j ; j = 1,2,...k
s X2

= Varian skor tes.

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode


kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang
dipergunakan untuk analisis data adalah Product Moment dimaksud untuk
mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan belum
mendapat pasangan pada mahasiswi semester akhir. Perhitungan statistik
menggunakan bantuan komputer program statistic, dengan Rumus Product
Moment dari Pearson (Azwar, 1999, h. 19) adalah sebagai berikut :

Perpustakaan Unika

rXY =

N . XY ( X )( Y )

{N ( X ) ( X ) }{N ( Y ) ( Y ) }
2

Keterangan :
rXY
= Koefisien korelasi antara kepercayaan diri dengan kecemasan
belum mendapat pasangan..
N
= Banyaknya subyek.
X
= Kepercayaan diri.
Y
= Kecemasan belum mendapat pasangan.
X
= Jumlah skor kepercayaan diri.
Y
= Jumlah skor kecemasan belum mendapat pasangan.
XY = Jumlah perkalian antara kepercayaan diri dengan kecemasan
belum mendapat pasangan.

Perpustakaan Unika

BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian.

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang merupakan kelanjutan


dari Unika Atmajaya dan bentuk pengembangan dari Institut Teknologi
Katolik Semarang. Didirikan tanggal 5 Agustus 1982 berdasarkan keputusan
koordinator

Perguruan

Tinggi

Swasta

Wilayah

Jawa

Tengah

No.059/K/22/Kop/VII/1982 dengan Surat Keputusan Mendikbud RI tanggal


24 September 1983 Nomor.0400/0/1983. Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang terletak di Jalan Pawiyatan Luhur IV no. 1, Bendan Dhuwur
Semarang. Lembaga pendidikan ini berdasarkan Surat Keputusan Yayasan
Sandjaja No.175/YS/SK/VII/1981.
Saat ini Universitas Katolik Soegijapranata Semarang terdiri dari 13
program studi, yaitu Arsitek, Sipil, Manajemen, Akuntansi, Perpajakan,
Psikologi, Ilmu hukum, Teknik Elektro, Teknologi Pangan, Sastra Inggris,
Bahasa Inggris, Ilmu Komputer, Program Magister.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil subyek penelitian pada
Mahasiswi semester akhir di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
yang belum pernah punya pacar dan sedang mengambil skripsi. Alasan
penulis melakukan penelitian pada Mahasiswi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang adalah:

Perpustakaan Unika

1. Ciri-ciri subyek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan


penelitian.
2. Jumlah subyek memenuhi syarat penelitian.
3. Memperoleh ijin dari pihak Rektorat Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.

B. Persiapan Penelitian.

Persiapan ini dimulai dari penyusunan skala, perijinan


penelitian, Uji coba skala serta uji coba validitas dan
realibilitas skala yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Penyusunan Alat Ukur.

Sebelum memasuki tahap penelitian, terlebih dahulu


penulis mempersiapkan penyusunan skala sebagai alat
ukur yang akan digunakan untuk mengungkap masalah
yang akan diteliti dengan menentukan gejala-gejala dan
ciri-ciri yang akan diukur. Aspek-aspek dan ciri-ciri inilah
yang kemudian akan dijabarkan dalam penyusunan item
pada skala.
Penelitian ini menggunakan dua skala penelitian yaitu skala
Kecemasan belum mendapat pasangan yang berjumlah 32 item dan skala
Kepercayaan Diri yang berjumlah 32 item.
a. Skala Kecemasan belum mendapat pasangan
Skala kecemasan belum mendapat pasangan disusun berdasarkan
gejala-gejala kecemasan yang meliputi gejala psikis dan gejala fisik.

Perpustakaan Unika

Jumlah item skala kecemasan belum mendapat pasangan yang


akan digunakan pada data penelitian sebanyak 32. Item yang digunakan
pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok item yang berupa item
Favorabel (pernyataan mendukung) dan item Unfavorabel (pernyataan
yang tidak mendukung). Setiap item mempunyai empat kemungkinan
jawaban, yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan
Sangat Tidak Sesuai (STS).
Pernyataan favorable memiliki skor 4 untuk jawaban Sangat
Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban
Tidak Sesuai (ST) dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).
Sedangkan pernyataan unfavorable memiliki skor 4 untuk jawaban
Sangat Tidak Sesuai (STS), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS),
skor 2 untuk jawaban Sesuai (S) dan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai
(SS).
Adapun sebaran item-item dalam skala kecemasan belum
mendapat pasangan dapat dilihat tabel 3.
Tabel 3
Sebaran item skala Kecemasan belum mendapat pasangan
Gejala
Fisik
Psikis
Jumlah

No. Item
Favorable
Unfavorable
1, 2, 9, 10, 17, 3, 4, 11, 12,
18, 25, 26
19. 20, 27, 28
5, 6, 13, 14, 21, 7, 8, 15, 16, 23,
22, 29, 30
24, 31, 32
16
16

Total
16
16
32

Perpustakaan Unika

b. Skala Kepercayaan Diri


Skala kepercayaan diri disusun berdasarkan ciri-ciri kepercayaan
diri yang meliputi Memiliki harapan yang positif, Tidak mudah putus
asa, Memiliki sikap mandiri, Mampu berkomunikasi dengan baik,
Bertanggung jawab, Toleran, Ambisi dan Optimis.
Jumlah item skala kepercayaan diri yang akan digunakan pada
data penelitian sebanyak 32. item yang digunakan pada penelitian ini
terdiri dari dua kelompok item yang berupa item Favorabel (pernyataan
mendukung) dan item Unfavorabel (pernyataan yang tidak mendukung).
Setiap item mempunyai empat kemungkinan jawaban, yaitu : Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai
(STS).
Pernyataan favorable memiliki skor 4 untuk jawaban Sangat
Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban
Tidak Sesuai (ST) dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).
Sedangkan pernyataan unfavorable memiliki skor 4 untuk jawaban
Sangat Tidak Sesuai (STS), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS),
skor 2 untuk jawaban Sesuai (S) dan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai
(SS).
Adapun sebaran item-item dalam skala kepercayaan diri dapat
dilihat tabel 4 .

Perpustakaan Unika

Tabel 4
Sebaran item skala Kepercayaan diri
Ciri-ciri
Memiliki harapan yang positif.
Tidak mudah putus asa.
Sikap mandiri.
Mampu berkomunikasi.
Bertanggung jawab.
Toleran.
Ambisi.
Optimis.
Jumlah

No. Item
Jumlah
Favorable Unfavorable
1,2
31,32
4
13,14
3,4
4
25,26
15,16
4
5,6
23,24
4
17,18
7,8
4
9,10
19,20
4
29,30
11,12
4
21,22
27,28
4
16
16
32

2. Perijinan Penelitian

Untuk

melakukan

penelitian

di

Universitas

Katolik

Soegijapranata Semarang, persiapan yang dilakukan adalah mengajukan


surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang No. 590/B.7.2/FP/IV?2007 pada tanggal 12
April 2007 yang ditujukan kepada Wakil Rektor I Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang.

3. Uji coba Alat Ukur

Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya, terlebih


dahulu dilakukan uji coba terhadap skala yang akan digunakan. Uji coba
ini dilakukan dalam rangka mencari validitas dan realibilitas skala.
Dalam uji coba ini dipilih subyek yang memiliki karakteristik yang sama
dengan subyek penelitian nantinya.

Perpustakaan Unika

Uji coba alat ukur (skala) dilakukan sebelum dilaksanakan


penelitian yang sesungguhnya. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada
tanggal 13 April 2007 sampai dengan 15 April 2007 di Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang. Dalam uji coba alat ukur ini peneliti
dibantu beberapa teman untuk lebih memudahkan membagikan skala
pada subyek. Pada mulanya peneliti menyebar skala sebanyak 45 skala.
Hasil pengisian identitas subyek yang mengikuti try out tersebut
kemudian diseleksi dan yang memenuhi persyaratan uji coba alat ukur
adalah sebanyak 30 skala dan sisanya 15 skala tidak memenuhi
persyaratan subyek penelitian sehingga tidak dipakai, karena ternyata
subyek dari 15 skala tersebut 6 subyek sudah punya pacar, 3 subyek
sudah pernah punya pacar dan 6 subyek belum mengambil skripsi.

4. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Alat Ukur

Pengujian validitas dan realibilitas terhadap alat ukur dilakukan


dengan menggunakan program komputer Statistical Packages for Social
Science (SPSS) versi 13.0 dengan menggunakan korelasi product
moment yang kemudian dikorelasi dengan teknik korelasi part whole.
Hasil uji validitas dan realibilitas item dari masing-masing skala :

a. Skala Kecemasan belum mendapat pasangan


Jumlah item skala saat uji coba adalah 32. Dari 32 item, yang
gugur pada taraf signifikan 5 % ada 2, sehingga ada 30 item valid. Item
valid mempunyai koefisien korelasi ( r ) berkisar dari 0,384 hingga

Perpustakaan Unika

0,898. Adapun rincian item valid dan gugur pada skala kecemasan belum
mendapat pasangan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Sebaran item valid dan gugur skala Kecemasan belum
mendapat pasangan
No. Item
Jumlah
Gejala
Favorable
Unfavorable
Fisik
1, 2, 9, 10, 17, 18, 3, 4, 11, 12,
15
25, (26)
19. 20, 27, 28
Psikis
5, 6, 13, 14, 21, 22, 7, 8, 15, 16, 24,
15
29, 30
(23), 31, 32
15
15
30
Jumlah item valid
Keterangan : Dengan tanda () = No item gugur
Tanpa tanda () = No item valid
Uji reliabilitas dari alat ukur dilakukan dengan menggunakan
teknik Alpha Cronbach. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 13.0. Uji
reliabilitas ini dilakukan berdasarkan atas item valid. Hasil uji realibilitas
skala kecemasan belum mendapat pasangan adalah 0,967 yang berarti
reliabel. Hasil perhitungan lengkap dilihat pada lampiran B.1.

b. Skala Kepercayaan diri


Jumlah item skala saat uji coba adalah 32. Dari 32 item, yang
gugur pada taraf signifikan 5 % ada 7 sehingga ada 25 item yang valid.
Item valid mempunyai koefisien korelasi ( r ) berkisar dari 0,383
sampai dengan 0,747. Adapun rincian item valid dan gugur pada
skala kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel 6.

Perpustakaan Unika

Tabel 6
Sebaran item valid dan gugur skala Kepercayaan diri
Aspek

No. Item
Jumlah
Favorable Unfavorable

Memiliki harapan yang


1,2
31,32
positif.
Tidak mudah putus asa.
13,14
(3), 4
Sikap mandiri.
25,26
15, (16)
Mampu berkomunikasi.
5,6
23, (24)
Bertanggung jawab.
17,18
(7), 8
Toleran.
(9),10
19,(20)
Ambisi.
29,30
11,12
Optimis.
21,22
27,(28)
Jumlah Item Valid
15
10
Keterangan : Dengan tanda (.) = No item gugur
Tanpa tanda (.) = No item valid

4
3
3
4
3
2
4
3
25

Uji reliabilitas dari alat ukur dilakukan dengan menggunakan


teknik Alpha Cronbach. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi 13.0. Uji
reliabilitas ini dilakukan berdasarkan atas item valid. Hasil uji realibilitas
skala kepercayaan diri adalah 0,936 yng berarti reliabel. Hasil
perhitungan lengkap dilihat pada lampiran B.2.

C. Pelaksanaan Penelitian

Persiapan yang pertama dilakukan adalah membuang item-item


yang gugur, langkah selanjutnya item-item yang valid disusun kembali
dengan memberikan nomer-nomer baru.

Perpustakaan Unika

1. Skala kecemasaan belum mendapat pasangan


Skala kecemasaan belum mendapat pasangan berjumlah 30 item.
Sebaran item dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7
Sebaran item skala Kecemasan belum
mendapat pasangan untuk penelitian
No. Item
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 2, 9, 10, 17, 18, 3, 4, 11, 12,
15
24 (25)
19. 20, 25 (27),
26 (28)
Psikis
5, 6, 13, 14, 21, 22, 7, 8, 15, 16, 23
15
27 (29), 28 (30)
(24), 29 (31),
30 (32)
Jumlah item valid
15
15
30
Keterangan : Dengan tanda () = No item lama
Tanpa tanda () = No item baru
Gejala
Fisik

2. Skala Kepercayaan diri


Skala kepercayaan diri berjumlah 25 item. Sebaran item dapat
dilihat pada tabel 8.

Perpustakaan Unika

Tabel 8
Sebaran item skala Kepercayaan diri untuk penelitian
Aspek
Memiliki harapan yang
positif.
Tidak mudah putus asa.
Sikap mandiri.
Mampu berkomunikasi.
Bertanggung jawab.
Toleran.
Ambisi.
Optimis.
Jumlah Item Valid

No. Item
Jumlah
Favorable Unfavorable
24 (31),25
1,2
4
(32)
8 (13),11
4
3
(14)
18(25),
14 (15),
3
21(26)
3 (5),6
19 (23)
4
12(17),13
5 (8)
3
(18)
7 (10)
15 (19)
2
22(29),23
9 (11),10 (12)
4
(30)
16(21),17
20 (27)
3
(22)
15
10
25

Keterangan : Dengan tanda (.) = No item lama


Tanpa tanda (.) = No item baru
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 April 2007 sampai 20
April 2007. Penelitian ini dilakukan dengan cara Snow Balling. Subyek yang
akan dijadikan sample untuk penelitian harus memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan oleh peneliti, yaitu mahasiswi semester akhir Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang yang belum pernah memiliki pasangan
(pacar) dan sedang mengambil skripsi.
Dalam

mendapatkan

subyek

peneliti

sedikit

mengalami

hambatan karena peneliti tidak tahu mana yang belum memiliki pacar dan
mana yang sudah dan mana yang sedang mengambil skripsi dan mana yang

Perpustakaan Unika

belum. Tapi ada teman-teman dari beberapa fakultas yang mau membantu
memberikan informasi siapa saja yang termasuk dalam syarat subyek
penelitian. Namun ada beberapa yang menggunakan pengalaman peneliti
dalam mendapatkan subyek. Proses pengisian skalanya dengan cara
menyebarkan pada subyek tersebut dibeberapa tempat antara lain dikantin,
di perpustakaan universitas dan digedung fakultas subyek. Peneliti meminta
untuk mengisinya ditempat atau tidak dibawa pulang. Setelah subyek selesai
mengisi, peneliti mengambil kembali skala tersebut namun ada beberapa
subyek yang mengembalikan sendiri pada peneliti.
Dari 50 skala yang disebar tersebut diperoleh 30 skala yang
memenuhi persyaratan. Sedangkan 20 skala yang lain tidak dipakai untuk
data penelitian karena tidak memenuhi syarat subyek penelitian. Skala yang
tidak dipakai tersebut karena ada 8 subyek yang sudah memiliki pacar, 9
subyek sudah pernah punya pacar dan 3 subyek belum mengambil skripsi.

Perpustakaan Unika

BAB V
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data
Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30
orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian
hipotesis penelitian. Namun sebelumnya terlebih dahulu akan dilakukan uji
asumsi data untuk analisis korelasi product moment yang menguji hubungan
antara kepercayaan diri dengan kecemasan belum mendapat pasangan pada
mahasisiwi semester akhir yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Normalitas distribusi data
merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam statistik parametrik. Uji
normalitas sebaran data penelitian ini menggunakan teknik KolmogorovSminorv. Pedoman untuk menentukan normal tidaknya suatu data adalah
dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, artinya jika hasil nilai
Kolmogorov Sminorv dengan taraf signifikansi lebih besar dari 0,05
maka data dinyatakan normal (p>0,05), sebaliknya jika signifikansi
kurang dari 0,05 maka data dinyatakan tidak normal (p<0,05). Berikut
dapat dilihat hasil selengkapnya :

Perpustakaan Unika

1) Skor variabel kecemasan belum mendapat pasangan memiliki nilai uji


Kolmogorov Smirnov Z sebesar 0,562 dengan p > 0,05. Hal ini berarti
bahwa skor variabel kecemasan belum mendapat

pasangan

berdistribusi normal.
2) Skor variabel kepercayaan diri memiliki nilai uji Kolmogorov Smirnov
Z sebesar 0,652 dengan p > 0,05. Hal ini berarti skor variabel
kepercayaan diri berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas
Hasil uji linieritas dengan program Statistical Packages for Social
Science (SPSS) Window Release 13.0. Pengujian linieritas dilakukan
terhadap model hubungan yaitu hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel tergantungnya.
Hasil pengujian linieritas hubungan antara kepecayaan diri dengan
kecemasan akan sulitnya mendapat pasangan menunjukkan bahwa
hubungan tersebut membentuk garis linier dengan nilai Flinier sebesar
18,728 dengan

p < 0,05.

2. Uji Hipotesis
Analisis data dalam rangka pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan program komputer Statistical Packages for Social Science
(SPSS) Window Release 13.0, dengan prosedur korelasi product moment
(Pearson correlation).

Perpustakaan Unika

Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi antara


kepercayaan diri dengan kecemasan belum mendapat pasangan diperoleh r
= -0,633 dengan p < 0,01. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif
yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan belum
mendapat

pasangan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat

diterima.

B. Pembahasan
Hasil uji hipotesis yang menggunakan uji statistik korelasi product
moment menunjukkan nilai korelasi berganda sebesar -0,633 dengan p <
0,01. Hasil ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat signifikan antara
kepercayaan diri dengan kecemasan belum mendapat pasangan dengan sifat
hubungan negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecemasan belum
mendapat pasangan akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan
kepercayaan diri seseorang. Sebesar 40,1% kecemasan belum mendapat
pasangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang.
Dari penelitian ini memperjelas dukungan pendapat dari Hakim
(2002, h. 10) menyatakan bahwa rasa percaya diri dapat dikatakan sebagai
suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Mahasiswi semester akhir yang merasa dirinya tidak mampu
menghadapi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pasangan, maka di
dalam dirinya akan timbul satu perasaan tidak aman, takut kalau dirinya sulit

Perpustakaan Unika

mendapatkan pasangan. Perasaan tidak aman merupakan salah satu respon


kecemasan. Seseorang yang memandang dirinya tidak mampu melakukan
sesuatu, memiliki penilaian diri yang negatif.
Sebagian besar golongan dewasa muda yang telah hampir
menyelesaikan pendidikannya di universitasnya, individu akan semakin
memiliki kematangan fisiologis sehingga mereka siap untuk melakukan tugas
reproduksi. Maka individu akan berupaya mencari calon teman hidup yang
cocok untuk dijadikan pasangan untuk membentuk kehidupan rumah tangga.
Hal tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa
awal disamping tugas-tugas perkembangan lainnya yang harus dijalani.
Bagi mahasiswi semester akhir yang selama ini belum mempunyai
pasangan (pacar) atau bahkan belum pernah berpacaran sama sekali,
bayangan indah kelak setelah lulus dan bekerja bisa jadi diwarnai dengan
kecemasan akan semakin sulit memperoleh pasangan. Hal ini disebabkan
oleh sedikitnya waktu yang tersedia kelak untuk bersosialisasi sebab sudah
sibuk bekerja. Sekarang saja ketika masih kuliah dan mempunyai banyak
waktu, mereka belum juga memperoleh pasangan, apalagi nanti ketika lulus
dan bekerja. Pemikiran tentang hal ini dapat menyebabkan mahasiswi
semester akhir mengalami kecemasan belum mendapat pasangan, sebab
waktu kuliahnya sudah tidak lama lagi.
Individu yang mempunyai kepercayaan diri akan mampu mengatasi
segala masalah yang dihadapinya dengan rasa optimis dan tidak mudah putus
asa, segala tindakannya dilakukan dengan rasa tanggung jawab dan tidak

Perpustakaan Unika

tergantung dengan orang lain. Individu tersebut berani menghadapi resiko


yang terjadi seandainya apa yang diinginkan tidak tercapai.
Dalam hal ini nampak bahwa kepercayaan diri yang ada dalam diri
seseorang akan memberikan peran dalam mempengaruhi kondisi psikis
maupun fisik seseorang. Gejala kecemasan secara fisik seperti tidur tidak
nyenyak, nafsu makan berkurang maupun secara psikis dalam diri seseorang
seperti rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri akan menjadi minimal
bila seseorang memiliki harapan positif terhadap dirinya sendiri, tidak mudah
putus asa, mampu berkomunikasi dengan baik, memiliki kemandirian, ambisi
dan sikap optimis terhadap apa yang akan dilakukannya.
Harapan positif terhadap diri sendiri akan menciptakan kesadaran
dan pengetahuan bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengatasi
rintangan. Hal ini akan menjadi modal dalam memperkecil perasaan cemas
manakala sesuatu yang diharapkan belum diperolehnya. Kemampuan untuk
menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri sendiri akan
mengurangi seseorang dalam memikirkan secara lebih besar terhadap
kekurangn dirinya. Kemampuan ini akan menjadi dasar bagi terbentuknya
upaya menahan gejala psikis maupun fisik dari kecemasan.
Sikap tidak tergantung pada orang lain dan melakukan sesuatu atas
kemampuan yang dimilikinya juga menjadi dasar kepercayaan diri seseorang.
Seperti yang diungkapkan oleh Irwanto (1991, h. 49) bahwa pada saat
seseorang memasuki usia dewasa, mereka dihadapkan pada tanggung jawab
serta masalah-masalah kehidupan baru, hal ini disebabkan karena individu
akan memasuki usia pemantapan diri terhadap berbagai macam pola

Perpustakaan Unika

kehidupan yang baru. Bila individu akan memasuki usia pemantapan diri
terhadap kebutuhan untuk hidup berkeluarga dan juga pekerjaan (karir dan
perkawinan). Secara khusus bagi wanita, kodrat alamiah seorang wanita
sebagai orang yang menjadi pasangan laki-laki akan mendapatkan posisi
wanita di bawah laki-laki. Dengan demikian apabila ketergantungan tersebut
semakin rendah dengan menambah kemandirian, maka kecemasan belum
mendapatkan pasangan hidup akan semakin rendah.
Mahasiswi semester akhir yang merasa dirinya tidak mampu
menghadapi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pasangan, maka di
dalam dirinya akan timbul satu perasaan tidak aman, takut kalau dirinya tidak
mendapatkan pasangan. Perasaan tidak aman merupakan salah satu respon
kecemasan. Seseorang yang memandang dirinya tidak mampu melakukan
sesuatu, memiliki penilaian diri yang negatif.
Dengan demikian nampak bahwa kecemasan belum mendapat
pasangan merupakan proses bercampur baur pada individu yang terjadi
ketika sedang mengalami konflik pada usia dewasa untuk menentukan masa
depan. Perasaan cemas belum mendapat pasangan dapat muncul salah
satunya adalah disebabkan oleh pribadi mereka sendiri. Pada saat kondisi
tersebut terus menghantui atau mengancam individu maka individu tersebut
akan mengalami kecemasan dan jika kecemasan timbul biasanya individu
akan melakukan sesuatu supaya ketegangan dapat dihilangkan, mungkin dia
akan lari dari tempat yang menimbulkan kecemasan itu. Apabila individu

Perpustakaan Unika

tidak dapat menguasai kecemasan dengan jalan dan cara yang rasional, maka
dia akan menghadapinya dengan jalan yang tidak rasional.
Bila individu merasa yakin akan kemampuannya maka tidak akan
merasa cemas dalam menghadapi apapun yang akan terjadi dan bila individu
merasa yakin akan kemampuannya maka akan selalu tenang dalam
menghadapi apapun yang akan terjadi. Dalam hal ini seorang mahasiswi
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan merasa yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya, tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
berani mencoba hal-hal baru, bertanggung jawab, mampu mengendalikan
kecemasannya karena dengan kepercayaan diri yang dimilikinya itu,
mahasiswi tersebut akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan segala
situasi dan tidak perlu tergantung orang lain.
Rubin (1989, h.114) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah
kekuatan dalam diri individu yang dapat menentukan langkah dalam
mengatasi masalah, tanpa kepercayaan diri tidak mungkin dapat mengambil
keputusan melainkan akan selalu pesimis dan ragu-ragu dengan apa yang
dia miliki.
Jadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
kepercayaan diri. Bila mahasiswi tingkat akhir memiliki rasa percaya diri
maka ia tidak akan cemas terhadap sulitnya mencari pasangan. Sebaliknya
bila ia tidak memiliki rasa percaya diri maka ia akan cemas terhadap
sulitnya mencari pasangan. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat
Kartono ( 1986, h.120 ) yang mengatakan bahwa kecemasan ditandai
dengan adanya rasa khawatir, kegelisahan, perasaan tidak aman,

Perpustakaan Unika

ketidakmampuan atau ketidakberdayaan dalam menghadapi tantangan,


kurang percaya diri atau ketidakberdayaan dalam menentukan dan
memperoleh penyelesaian masalah.
Jadi kecemasan bisa diatasi salah satunya dengan kepercayaan diri.
Bagi para mahasiswi tingkat akhir yang sebentar lagi akan lulus tidak akan
merasa cemas bila sampai saat ini belum mempunyai pasangan apabila
mahasiswi tersebut tidak mempunyai perasaan khawatir bila belum
mendapat pasangan dan lebih percaya diri.
Dari penelitian ini, hasil perhitungan data variabel kecemasan belum
mendapat pasangan oleh mahasiswi semester akhir diperoleh nilai mean
empirik (ME) sebesar 61,40 dan standar deviasi hipotetik sebesar 15, mean
hipotetik (MH) yaitu sebesar 75. Hal ini berarti bahwa subyek penelitian
yaitu mahasiswi tingkat akhir memiliki kecemasan yang sedang.
Sementara dari hasil perhitungan data variabel kepercayaan diri
diperoleh mean empirik (ME) sebesar 73,57 , standar deviasi hipotetiknya
sebesar 12,5 dan mean hipotetiknya (MH) yaitu 62,5. Hal tersebut
menunjukkan

bahwa

sebagian

besar

subyek

penelitian

memiliki

kepercayaan diri yang sedang.


Hasil penelitian ini ternyata tidak sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan pada Bab I yaitu bahwa kecemasan yang tinggi akan dialami
oleh para mahasiswi semester akhir yang sampai saat ini belum mempunyai
pasangan. Hal ini terjadi karena :

Perpustakaan Unika

1. Adanya kurang terbuka subyek dalam menjawab pertanyaan karena


saat mengisi skala disekitar subyek banyak teman-temannya sehingga
jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan dirinya.
2. Adanya social desirability, artinya subyek cenderung mengisi skala
sesuai dengan harapan pernyataan dalam skala yang dibuat oleh
peneliti dan keinginannya agar hasil pernyataan sesuai dengan harapan
masyarakat pada umumnya.

Perpustakaan Unika

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil analisis data dan pembahasan, menyatakan bahwa ada


hubungan negatif dan sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan
kecemasan belum mendapat pasangan pada mahasiswi semester akhir.
Artinya semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki oleh para
mahasiswi, maka semakin rendah kecemasan mereka belum mendapat
pasangan dan sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri yang dimiliki
para mahasiswi, maka semakin tinggi kecemasan mereka belum mendapat
pasangan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan
negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan belum mendapat
pasangan pada mahasiswi semester akhir dapat diterima.
Sumbangan efektif variabel

kepercayaan diri terhadap variabel

kecemasan belum mendapat pasangan pada mahasiswi semester akhir


adalah sebesar 40,1%.

B. Saran
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

diperoleh,

maka

peneliti

mengajukan beberapa saran sebagai berikut :


1. Bagi Subyek Penelitian
Hasil penelitian menyatakan bahwa subyek penelitian memiliki
kecemasan yang sedang dan memiliki kepercayaan diri yang sedang

Perpustakaan Unika

juga. Kondisi seperti ini diharapkan perlu dipertahankan dan lebih


ditingkatkan agar mahasiswi selalu yakin pada dirinya dan tidak
mengalami kecemasan walaupun sampai saat ini belum mendapat
pasangan yaitu dengan cara mempertahankan dan meningkatkan sikap
mandiri, tidak mudah putus asa, memiliki harapan yang positif, mampu
berkomunikasi dengan baik, bertanggung jawab, toleran, ambisi dan
optimis sehingga dapat menurunkan kecemasan.

2. Bagi Peneliti Lain


Peneliti selanjutnya yang tertarik mengamati masalah ini
diharapkan dapat meminimalkan kelemahan-kelemahan dan lebih
mencermati kemungkinan faktor lain atas kecemasan subyek, misalnya
harga diri, penilaian yang kurang pada diri sendiri, frustrasi, konflik,
pengalaman tidak menyenangkan, tipe kepribadian dan pengaruh
pendidikan waktu kecil.

Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Ali, D. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia.


Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan UGM.
Anthony, R. 1996. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. Alih Bahasa :
Wiryadi R. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Atkinson, R. L. Atkinson, R. C, Hilgard E.R. Pengantar Psikologi : Jilid 2.
Alih Bahasa : Nurjannah Taufiq. Jakarta : Erlangga.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______. 1999. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Caprio, F. S. 1984. Mengatasi rasa sepi, frustrasi dan rendah diri. Jakarta :
Mega Media.
Chaniago, Y.S Amran. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung :
Pustaka Setia.
Daradjat, Z. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta : Haji Mas Agung.
_________. 1982. Menghadapi Menopause. Edisi Pertama. Jakarta : Bulan
Bintang.
Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
De Clerq, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta : PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Davidoff, L. 1991. Psikologi suatu pengantar : Jilid 2. Alih Bahasa : Drs.
Marijuniati. Jakarta : Erlangga.

Perpustakaan Unika

Hadi, S. 1987. Statistik. Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset.


______. 1996. Metodologi Research. Jilid 1. Yogyakarta : Andi Offset.
______. 2000. Statistik 2. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara.
Herlina, A. 2005. Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang Ditunjau Dari Konsep Diri. Skripsi.
Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.(tidak
diterbitkan)
Kartono, K. 1981. Gangguan-gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru.
_________. 1986. Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta : CV. Rajawali.
_________. 1992. Sosiologi Wanita. Bandung : Mandar Maju.
Loekmono, L. 1983. Rasa Percaya Diri Pada Diri Sendiri. Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana.
Meichaty, S. 1983. Kesehatan Mental : Dasar-dasar Praktis Bagi
Pengetahuan dan Kehidupan Bersama. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
UGM.
Moleong, L, J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Karya.
Monks, F. J. 1992. Psikologi perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Pujianto, T. 2006. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan
Dalam Menghadapi Persaingan Kerja Pada Mahasiswa. Skripsi.
Semarang : : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
(tidak diterbitkan)
Priest, R. 1987. Stress dan Depresi : Edisi 1. Semarang : Bahana Price.
Rini, J. K. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. http : //www.epsikologi.com/dewasa/161002.htm

Perpustakaan Unika

Rubbin, T. L. 1989. Delapan Strategi Keputusan yang efektif. Semarang :


Dahara Prize.
Suhartanto, J. 2005. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Tenis Lapangan Ditinjau
dari Kepercayaan Diri dan Etnis. Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata. (tidak diterbitkan)
Supratiknya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius.
Suryabrata, S. 1993. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali
Tallis, S. 1991. Mengatasi Rasa Cemas. Alih Bahasa : Meitasari T. Jakarta :
Arcan.
_______. 1992. Psikologi Populer : Mengatasi Rasa Cemas. Alih Bahasa :
Meitasari T. Jakarta : Arcan.
Thursan, H. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Suara.
Tukan, J. S. 1993. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga.
Jakarta : Erlangga.

Perpustakaan Unika

LAMPIRAN

Perpustakaan Unika

Usia
Tanggal pengisian
Punya pacar / belum
Sedang ambil skripsi

:
:
: Punya / Belum pernah punya / Dulu pernah punya
: Ya / Tidak

PETUNJUK PENGISIAN SKALA


1. Skala ini terdiri dari dua macam, yaitu skala I dan skala II.
2. Masing-masing skala terdiri dari sejumlah kalimat yang menyangkut kehidupan
anda sehari-hari.
3. Anda diminta untuk memilih salah satu dari empat pilihan jawaban, sebagai
berikut :
SS : Bila pernyataan tersebut SANGAT SESUAI dengan diri anda.
S
: Bila pernyataan tersebut SESUAI dengan diri anda.
TS : Bila pernyataan tersebut TIDAK SESUAI dengan diri anda.
STS : Bila pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri anda.
4. Cara menjawab dengan memberi tanda silang ( x ) pada kolom yang tersedia
sesuai dengan jawaban anda.
5. Apabila ingin mengganti jawaban, maka pada jawaban yang pertama diberi tanda
sama dengan ( = ) kemudian pilih jawaban yang lain.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
6. Anda diminta untuk menjawab dengan jujur sesuai dengan diri anda sendiri.
Jawaban yang diberikan semuanya adalah benar sejauh hal itu sesuai dengan
keadaan anda yang sesungguhnya.
7. Tidak perlu terburu-buru, pastikan semua nomor telah terselesaikan.

SELAMAT MENGERJAKAN dan TERIMA KASIH

Perpustakaan Unika

SKALA I
No
1.

Pertanyaan
Saya sulit tidur jika memikirkan bahwa saya
belum punya pacar.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Saya merasa pusing ketika teman-teman


saya membicarakan pasangannya masingmasing didepan saya.
Keringat dingin saya tidak mudah keluar
walaupun orang-orang menanyakan kapan
saya menikah.
Saya tetap mempunyai nafsu makan
walaupun saya sedang memikirkan siapa
jodoh saya.
Saya khawatir akan semakin sulit buat saya
untuk menemukan pasangan hidup bila saya
telah lulus nanti.
Saya menjadi susah berkonsentrasi pada
skripsi bila terlintas dalam pikiran bahwa
saya belum punya pacar.
Saya percaya bila saya bekerja nanti saya
bisa mendapat pasangan.
Saya tidak takut bila ditanya teman kenapa
belum punya pacar.
Keringat dingin saya mudah keluar ketika
orang tua saya selalu menanyakan tentang
siapa pacar saya.
Tangan terasa dingin bila sedang
menghadiri acara reuni bertemu temanteman yang bertanya tentang pacar.
Saya tidak merasa pusing ketika menyadari
bahwa saya belum punya pasangan.
Meskipun saya belum memiliki pasangan,
saya tetap bisa tidur nyenyak.
Saya merasa takut jika nanti tidak ada yang
mau menjadi pasangan saya.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

Saya merasa minder kalau melihat temanteman saya sudah memiliki pasangan.
Saya tetap percaya diri walaupun belum
punya pasangan.
Jantung saya berdebar normal walaupun
melihat teman-teman saya sedang asyik
berdua dengan pacarnya.
Saya menjadi tegang jika mendapat
undangan pernikahan teman padahal saya
belum punya pasangan.
Saya kehilangan nafsu makan bila sedang
berpikir tentang siapa jodoh saya nanti.
Saya tidak mungkin merasa mual hanya
karena melihat teman-teman saya sedang
asyik mengobrol dengan pasangannya.
Detak jantung saya tetap normal walaupun
wisuda sudah dekat tapi saya belum punya
pasangan dan mendengar teman-teman saya
akan datang dengan pasangannya.
Saya merasa tidak berdaya bila menyadari
bahwa sampai sekarang saya belum
menemukan pasangan hidup saya.
Saya menjadi tidak tenang belajar ketika
orang tua bertanya apakan saya sudah punya
pacar.
Saya merasa serba salah ketika berada
diantara teman-teman saya yang sedang
bersama pasangannya.
Saya tidak merasa bingung bila saat ini
Tuhan belum mempertemukan saya dengan
jodoh saya.
Saya merasa mual jika membayangkan
sulitnya mendapat pasangan.
Berpikir
tentang
sulitnya
mendapat
pasangan hidup membuat saya sesak nafas.
Tangan saya tetap hangat ketika berkumpul
dengan
saudara-saudara
saya
dan
menanyakan kapan rencana menikah.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

28.
29.
30.
31.
32.

Saya merasa rileks dan otot tidak tegang


ketika kedua orang tua saya selalu
mendorong untuk menikah.
Saya merasa rendah diri kalau wisuda tiba
nanti, karena belum punya pacar yang
menemani saya.
Saya mudah tersinggung jika orang-orang
bertanya tentang siapa pasangan saya.
Saya tetap dapat berkonsentrasi pada study
walaupun sedang memikirkan tentang
sulitnya mencari pasangan.
Saya tidak perlu khawatir walaupun sampai
saat ini masih sendiri.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

SKALA II
No.
Pertanyaan
1.
Saya yakin mampu menghadapi ujian skripsi
nanti dengan baik.
2.
Saya merasa mampu untuk mendapatkan
pekerjaan setelah lulus nanti.
3.
Saya sering merasa putus asa bila melihat
teman-teman saya sudah banyak yang lulus.
4.
Saya rasa lebih baik jika orang lain tidak
mengetahui kekurangan yang saya miliki.
5.
Saya suka menjalin hubungan dengan orang
lain untuk bersosialisasi.
6.
Saya mudah beradaptasi dengan orang-orang
baru disekitar saya.
7.
Saya lebih senang menunda-nunda pekerjaan
yang diberikan pada saya.
8.
Saya takut mengakui kesalahan yang saya
perbuat.
9.
Saya senang membantu teman saya yang
butuh bantuan saya.
10. Saya merasa senang jika bantuan saya
bermanfaat.
11. Saya tidak perlu memiliki cita-cita yang
lebih tinggi lagi, karena pasti akan lebih sulit
mewujudkannya.
12. Saya merasa takut bersaing dengan orang
lain untuk mendapat pekerjaan saat sudah
lulus nanti.
13. Saya berusaha keras untuk mencapai apa
yang saya cita-citakan.
14. Saya tidak boleh putus asa dalam
menyelesaikan tugas skripsi saya yang
cukup menyita waktu.
15. Saya tidak bisa memecahkan masalah tanpa
bantuan orang lain.
16. Saya lebih senang bekerja sama dengan
orang lain dari pada melakukannya sendiri.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Saya selalu menyelesaikan tugas yang


menjadi kewajiban saya.
Saya selalu siap menanggung risiko yang
terjadi akibat dari perbuatan saya.
Saya mau membantu orang lain jika ada
imbalannya.
Saya merasa keberatan jika ada teman saya
yang meminta bantuan pada saya.
Saya yakin pasti bisa mencapai prestasi yang
baikdi bidang yang sedang saya tekuni.
Saya tidak ragu dalam menjalani pilihan
hidup saya.
Saya merasa tidak nyaman berada diantara
orang-orang yang belum saya kenal.
Saya lebih senang menonton televisi
dirumah dari pada menghadiri undangan
reuni.
Untuk melakukan sesuatu yang saya
inginkan, saya tidak mau bergantung pada
orang lain.
Saya mampu mengambil keputusan sendiri
setiap menghadapi masalah tanpa bantuan
orang lain.
Saya merasa ragu dapat menyelesaikan tugas
skripsi ini sesuai rencana.
Saya selalu dihantui kegagalan mengingat
kehidupan yang semakin sulit.
Saya berusaha untuk mendapatkan nilai
sempurna untuk tugas-tugas yang diberikan
pada saya.
Setelah saya lulus nanti saya akan berusaha
keras untuk mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan bidang saya.
Saya
merasa
tidak
mampu
untuk
menyelesaikan skripsi saya sesuai rencana.
Saya sering merasa kurang yakin pada
kemampuan yang saya miliki.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

Usia
Tanggal pengisian
Punya pacar / belum
Sedang ambil skripsi

:
:
: Punya / Belum pernah punya / Dulu pernah punya
: Ya / Tidak

PETUNJUK PENGISIAN SKALA


1. Skala ini terdiri dari dua macam, yaitu skala I dan skala II.
2. Masing-masing skala terdiri dari sejumlah kalimat yang menyangkut kehidupan
anda sehari-hari.
3. Anda diminta untuk memilih salah satu dari empat pilihan jawaban, sebagai
berikut :
SS : Bila pernyataan tersebut SANGAT SESUAI dengan diri anda.
S
: Bila pernyataan tersebut SESUAI dengan diri anda.
TS : Bila pernyataan tersebut TIDAK SESUAI dengan diri anda.
STS : Bila pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri anda.
4. Cara menjawab dengan memberi tanda silang ( x ) pada kolom yang tersedia
sesuai dengan jawaban anda.
5. Apabila ingin mengganti jawaban, maka pada jawaban yang pertama diberi tanda
sama dengan ( = ) kemudian pilih jawaban yang lain.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
6. Anda diminta untuk menjawab dengan jujur sesuai dengan diri anda sendiri.
Jawaban yang diberikan semuanya adalah benar sejauh hal itu sesuai dengan
keadaan anda yang sesungguhnya.
7. Tidak perlu terburu-buru, pastikan semua nomor telah terselesaikan.

SELAMAT MENGERJAKAN dan TERIMA KASIH

Perpustakaan Unika

SKALA I

No
Pertanyaan
1. Saya sulit tidur jika memikirkan bahwa saya
belum punya pacar.
2. Saya merasa pusing ketika teman-teman saya
membicarakan pasangannya masing-masing
didepan saya.
3. Keringat dingin saya tidak mudah keluar
walaupun orang-orang menanyakan kapan saya
menikah.
4. Saya tetap mempunyai nafsu makan walaupun
saya sedang memikirkan siapa jodoh saya.
5. Saya khawatir akan semakin sulit buat saya
untuk menemukan pasangan hidup bila saya
telah lulus nanti.
6. Saya menjadi susah berkonsentrasi pada skripsi
bila terlintas dalam pikiran bahwa saya belum
punya pacar.
7. Saya percaya bila saya bekerja nanti saya bisa
mendapat pasangan.
8. Saya tidak takut bila ditanya teman kenapa
belum punya pacar.
9. Keringat dingin saya mudah keluar ketika orang
tua saya selalu menanyakan tentang siapa pacar
saya.
10. Tangan terasa dingin bila sedang menghadiri
acara reuni bertemu teman-teman yang bertanya
tentang pacar.
11. Saya tidak merasa pusing ketika menyadari
bahwa saya belum punya pasangan.
12. Meskipun saya belum memiliki pasangan, saya
tetap bisa tidur nyenyak.
13. Saya merasa takut jika nanti tidak ada yang mau
menjadi pasangan saya.
14. Saya merasa minder kalau melihat teman-teman
saya sudah memiliki pasangan.
15. Saya tetap percaya diri walaupun belum punya
pasangan.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

16.
17.
18.
19.
20.

21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Jantung saya berdebar normal walaupun


melihat teman-teman saya sedang asyik berdua
dengan pacarnya.
Saya menjadi tegang jika mendapat undangan
pernikahan teman padahal saya belum punya
pasangan.
Saya kehilangan nafsu makan bila sedang
berpikir tentang siapa jodoh saya nanti.
Saya tidak mungkin merasa mual hanya karena
melihat teman-teman saya sedang asyik
mengobrol dengan pasangannya.
Detak jantung saya tetap normal walaupun
wisuda sudah dekat tapi saya belum punya
pasangan dan mendengar teman-teman saya
akan datang dengan pasangannya.
Saya merasa tidak berdaya bila menyadari
bahwa
sampai
sekarang
saya
belum
menemukan pasangan hidup saya.
Saya menjadi tidak tenang belajar ketika orang
tua bertanya apakan saya sudah punya pacar.
Saya tidak merasa bingung bila saat ini Tuhan
belum mempertemukan saya dengan jodoh
saya.
Saya merasa mual jika membayangkan sulitnya
mendapat pasangan.
Tangan saya tetap hangat ketika berkumpul
dengan saudara-saudara saya dan menanyakan
kapan rencana menikah.
Saya merasa rileks dan otot tidak tegang ketika
kedua orang tua saya selalu mendorong untuk
menikah.
Saya merasa rendah diri kalau wisuda tiba
nanti, karena belum punya pacar yang
menemani saya.
Saya mudah tersinggung jika orang-orang
bertanya tentang siapa pasangan saya.
Saya tetap dapat berkonsentrasi pada study
walaupun sedang memikirkan tentang sulitnya
mencari pasangan.
Saya tidak perlu khawatir walaupun sampai saat
ini masih sendiri.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

SKALA II

No.
Pertanyaan
1.
Saya yakin mampu menghadapi ujian skripsi
nanti dengan baik.
2.
Saya merasa mampu untuk mendapatkan
pekerjaan setelah lulus nanti.
3.
Saya suka menjalin hubungan dengan orang lain
untuk bersosialisasi.
4.
Saya rasa lebih baik jika orang lain tidak
mengetahui kekurangan yang saya miliki.
5.
Saya takut mengakui kesalahan yang saya
perbuat.
6.
Saya mudah beradaptasi dengan orang-orang
baru disekitar saya.
7.
Saya merasa senang jika bantuan saya
bermanfaat.
8.
Saya berusaha keras untuk mencapai apa yang
saya cita-citakan.
9.
Saya tidak perlu memiliki cita-cita yang lebih
tinggi lagi, karena pasti akan lebih sulit
mewujudkannya.
10. Saya merasa takut bersaing dengan orang lain
untuk mendapat pekerjaan saat sudah lulus nanti.
11. Saya tidak boleh putus asa dalam menyelesaikan
tugas skripsi saya yang cukup menyita waktu.
12. Saya selalu menyelesaikan tugas yang menjadi
kewajiban saya.
13. Saya selalu siap menanggung risiko yang terjadi
akibat dari perbuatan saya.
14. Saya tidak bisa memecahkan masalah tanpa
bantuan orang lain.
15. Saya mau membantu orang lain jika ada
imbalannya.
16. Saya yakin pasti bisa mencapai prestasi yang
baikdi bidang yang sedang saya tekuni.
17. Saya tidak ragu dalam menjalani pilihan hidup
saya.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Perpustakaan Unika

18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

Untuk melakukan sesuatu yang saya inginkan,


saya tidak mau bergantung pada orang lain.
Saya merasa tidak nyaman berada diantara
orang-orang yang belum saya kenal.
Saya merasa ragu dapat menyelesaikan tugas
skripsi ini sesuai rencana.
Saya mampu mengambil keputusan sendiri
setiap menghadapi masalah tanpa bantuan orang
lain.
Saya berusaha untuk mendapatkan nilai
sempurna untuk tugas-tugas yang diberikan pada
saya.
Setelah saya lulus nanti saya akan berusaha
keras untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan bidang saya.
Saya merasa tidak mampu untuk menyelesaikan
skripsi saya sesuai rencana.
Saya sering merasa kurang yakin pada
kemampuan yang saya miliki.

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

SS

TS

STS

Vous aimerez peut-être aussi