Vous êtes sur la page 1sur 12

ANALISA ZAT PADAT DI DALAM AIR (TOTAL SOLIDS),

ANALISA KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA (KOK/COD), ANALISA


KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI (BOD/KOB) dan
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN CARA KOAGULASI
I.

Maksud dan Tujuan


1. Untuk Mengetahui kadar zat padat di dalam air yang terdiri

dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi


Mengetahui cara menganalisa dan menghitung
kebutuhan oksigen kimia dalam air limbah.
3. Mengetahui dan menghitung kadar KOB (jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bateri untuk menguraikan zat organik yang
berada di dalam air).
4. Mengetahui cara pengolahan air limbah untuk mengurangi
kadar polutan dengan cara koagulasi.

2. Untuk

II.

Teori dasar
Analisa zat padat di dalam air (total solids)

Analisa zat padat di dalam air sangat penting untuk perencanaan


pengolahan air buangan industri. Di dalam metoda analisa zat padat,
yang dimaksudkan dengan zat padat total adalah semua zat-zat
yang tersisa sebagai residu jika suatu zat dikeringkan pada
temperatur tertentu.
Di dalam air ada dua kelompok zat, yaitu zat padat dan
zat terlarut. Perbedaan pokok kedua kelompok ini berdasarkan
ukuran atau diameter partikel tersebut.
Total solids (Zat padat total) terdiri dari zat padat terlarut
(Dissolved Solids) dan zat padat tersuspensi (Suspended Solids). Zat
padat tersuspensi adalah material yang dapat dipisahkan dari contoh
air dengan cara penyaringan dengan menggunakan kertas saring.
Padatan ini kemudian dikeringkan pada temperatur 105 oC. Zat
padat terlarut adalah zat padat terlarut yang dapat menembus
saringan pada saat dilakukan penyaringan dengan kertas saring,
sehingga pemeriksaan zat padat terlarut ini dapat dikerjakan
sebagai kelanjutan pemeriksaan zat padat tersuspensi. Filtrat yang
tembus kertas saring diuapkan dan dikeringkan pada temperatur
105 oC.
Prinsip metoda ini adalah contoh air diuapkan pada cawan
porselen dan dikeringkan di dalam oven pada temperatur kurang
lebih 105 oC sampai beratnya konstan. Berat residu yang tertinggal
adalah berat zat padat.

Analisa kebutuhan oksigen kimia (kok/cod)

Kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang


dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada di
dalam 1 liter air. Sebagai sumber oksigen digunakan oksidator
K2Cr2O7. Nilai KOK atau juga dikenal dengan COD (Chemical
Oxygen Demand) merupakan parameter pencemaran zat-zat
organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologi.
Pada analisa KOK ini sebagian besar zat organik dioksidasi
oleh kalium dikromat dalam sasana asam mendidih. Reaksi

Try@83 co

berlangsung kurang lebih 2 jam dengan menggunakan alat


pendingin refluks, agar zat organik yang mudah menguap tidak
hilang.
Kadar klorida yang terlalu tinggi di dalam contoh uji akan
mengganggu kerja katalisator Ag2SO4, dan juga dapat bereaksi
dengan dikromat sehingga mengakibatkan ketidaktelitian
perhitungan nilai KOK. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan
penambahan HgSO4 sebelum penambahan reagen yang lain. Ion
merkuri akan bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri
klorida.
Beberapa keuntungan analisa KOK bila dibandingkan
dengan analisa KOB antara lain :
- Waktu analisa yang hanya 2 jam jauh lebih singkat
dibandingkan analisa KOB yang membutuhkan waktu 5 hari.
- Gangguan dari zat beracun yang berpengaruh pada analisa
KOB tidak mempengaruhi nilai KOK.
Untuk nilai KOK sampai 800 ppm tidak diperlukan
pengenceran.
- Mempunyai tingkat ketelitian hampir 3 kali dari analisa KOB.
Untuk memastikan semua zat organik dapat habis dioksidasi oleh
kalium dikromat, maka penambahan kalium dikromat harus berlebih,
sehingga pada akhir titrasi masih tersisa zat pengoksidasi kalium
bikromat. Sisa kalium dikromat tersebut ditentukan melalui titrasi
dengan fero ammonium sulfat yang dikenal dengan nama garam
Mohr, dengan menggunakan indikator feroin. Dengan melakukan
titrasi blanko, kita dapat mengetahui kalium dikromat awal, sehingga
kita dapat menghitung berapa kalium dikromat yang dipakai
mengoksidasi contoh uji.
Reaksi :
CaHbOc + Cr2O72- + H+ ____E____ CO2 + H2O + Cr3+
Ag2SO4
Sisa kromat dititrasi oleh garam Mohr :
6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O
Gangguan klorida :
6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O
Hg2+ + 2 Cl- HgCl2

Analisa kebutuhan oksigen biologi (bod/kob)


Pemeriksaan KOB berdasarkan kepada reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen di dalam air karena adanya bakteri
aerobik di dalam air. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada
temperatur pengeraman 20 oC selama 5 hari. Pada saat ini reaksi
sudah berjalan kurang lebih 75 %. Reaksi sempurna terjadi
setelah 20 hari. Pemeriksaan dilakukan dalam botol yang
tertutup sehingga tidak ada pertukaran oksigen dari udara.
Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB), atau Biological Oxygen
Demand (BOD) adalah suatu analisa yang mencoba mendekati
secara global suatu proses mikrobiologi yang terjadi di dalam air.
Nilai KOB menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan zat organik yang berada di dalam air.
Jumlah zat organik di dalam air diukur melalui jumlah
oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik
tersebut. Karena reaksi BOD dilakukan di dalam botol yang

Try@83 co

tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah selisih


antara kadar oksigen yang dibutuhkan adalah selisih antara
kadar oksigen pada saat awal reaksi dan kadar oksigen setelah 5
hari.
Gangguan yang umum terdapat pada analisa adalah
adanya zat beracun yang membunuh bakteri, nitrifikasi yaitu
perubahan amoniak menjadi nitrat oleh jenis bakteri tertentu
yang juga membutuhkan oksigen sehingga mengacaukan
perhitungan, kemasukan udara dalam botol, kekurangan bakteri
dan kekurangan nutrisi untuk bakteri.

Pengolahan air limbah dengan cara koagulasi

Industri tekstil menghasilkan cukup banyak limbah cair yang


mengandung berbagai macam polutan. Air limbah industri tekstil
hanya diperbolehkan dilepas ke badan air penerima setelah
kadar polutan yang dikandung di dalamnya diturunkan sampai
batas ambang yang diperbolehkan. Untuk mengurangi kadar zat
polutan pada air limbah, secara garis besar dapat dilakukan
dengan dua cara :
i. Mengurangi zat polutan yang dihasilkan, hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengurangi konsentrasi zat polutan dan
volume air limbah yang akan dibuang. Usaha ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : mengurangi
volume air proses, berarti mengurangi volume air limbah,
mengurangi rangkaian proses, penggunaan kembali sisa zatzat kimia dan menggunakan zat kimia yang memberikan kadar
pencemaran rendah.
ii. Mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima.
Karena beragamnya jenis dan ukuran polutan yang
dikandung,
pengolahan
limbah
cair
industri
tekstil
memerlukan beberapa tahap proses pengolahan diantaranya
pengolahan primer berupa ekualisasi dan netralisasi
dilanjutkan pengolahan sekunder untuk menghilangkan
padatan dengan proses kimia atau biologi.
Komposisi dan laju air limbah dari proses pada industri tekstil
sangat bervariasi, oleh karena itu perlu dibuat seragam melalui
ekualisasi. Proses ekualisasi dibuat dengan cara mencampur dan
menyimpan air limbah di dalam kolam. Proses selanjutnya
adalah penyaringan dan pengendapan yang bertujuan untuk
memisahkan partikel-partikel tersuspensi yang relatif besar,
seperti serat, zat kimia yang tidak larut, dan butiran-butiran
padat dari air limbah.
Zat organik maupun anorganik berupa padatan tersuspensi
atau berupa padatan terlarut umumnya dipisahkan dengan cara
biologi yaitu dengan bantuan mikroba zat organik diuraikan
menjadi molekul yang lebih sederhana, ataupun cara kimia yaitu
menggunakan zat koagulan sehingga partikel-partikel yang halus
akan digabung secara kimia fisika menjadi gumpalan yang
mudah dipisahkan dengan cara pengendapan.
Zat koagulan yang umumnya digunakan pad industri tekstil
adalah fero sulfat, aluminium sulfat serta koagulan-koagulan
polimer. Dengan cara ini partikel penyebab kekeruhan dan warna
dapat dipisahkan, kecuali partikel nonionik yang sangat halus.

Try@83 co

Untuk menentukan dosis optimal dari zat koagulan dan


parameter lainnya seperti pH, jenis zat koagulan yang akan
digunakan dalam proses koagulasi dilakukan dengan cara
percobaan Jar test. Alat ini merupakan model sederhana proses
koagulasi.
Suatu larutan yang keruh biasanya mengandung partikelpartikel kecil yang ringan dan sulit mengendap dalam waktu
yang lama. Partikel-partikel tersebut tidak dapat bergabung
menjadi partikel yang lebih besar dan lebih berat karena muatan
partikel-partikel tersebut sama (biasanya negatif), sehingga ada
gaya
elektrostatis
diantara
partikel
tersebut.
Dengan
penambahan zat koagulan, maka sebagian zat koagulan terlarut
dalam air, molekul-molekul ini akan menempel pada permukaan
partikel (karena zat koagulan bermuatan positif) dan mengubah
muatan elektris ari sebagian partikel anion. Sebagian besar zat
koagulan tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok yang
mengurung partikel-partikel zat padat dan membawanya ke
bawah.
Proses koagulasi terdiri dari 3 langkah yaitu :
1. Pelaruta n dengan pengadukan cepat menggunakan
putaran 100 rpm selama 1 menit, n zat koagulan, dan
mencampur dengan contoh sampai homogen dilakukajika
perlu pH diatur sesuia dengan kebutuhan.
2. Pemebentukan flok harus dilakukan dengan putaran yang
cukup pelan sekitar 20 rpm selama 20 menit, karena
pengadukan yang terlalu cepat akan merusak flok yang
telah terbentuk.
3. Pengendapan flok dengan partikel yang terkurung
didalamnya selama 20 atau 30 menit.

Pengolahan air limbah secara koagulan ii


Air buangan yang diolah menggunakan air sisa koagulan yang
pertama yang dimabil dari waktu pengendapan yang tercepat
disini yang dimbail dengan konsentrasi PAC 1 g/l dengan waktu
pengendapan 5 menit/keadaan optimum.

III.

Percobaan
Alat dan Bahan (Pereaksi)
Alat analisa zat padat di

dalam air (total solids) :


- Oven untuk pemanasan
105 oC
- Eksikator
- Neraca analitik dengan
ketelitian 0,1 mg
- Labu ukur 50 ml
- Corong
- Kertas saring
- Cawan penguap dari
porselen dengan kapasitas
100 ml

Try@83 co

- Muffle furnace
pemanasan 550 oC

untuk

Alat
dan
pereaksi
analisa
kebutuhan
oksigen
kimia
(kok/cod) :
1. Alat refluks lengkap
2. Pemanas listrik
3. Buret 50 ml
4. Pipet volume 10 ml
5. Erlenmeyer
tutup
asah
6. Piala gelas
7. Labu ukur 100 ml

Pereaksi :
1. Larutan
standard
Kalium
dikromat
0,2500 N
2. H2SO4 pekat
3. Larutan penitar Fero
ammonium sulfat
4. HgSO4
5. Indikator
feroin
(fenantrolin
fero
sulfat)
6. Bubuk AgSO4

Alat
dan
pereaksi
analisa
kebutuhan
oksigen
biologi
(BOD/KOB) :
- Botol inkubasi Winkler
- Inkubator 20 oC
- Labu ukur 1 liter
- Peralatan analisa
- Oksigen terlarut
Pereaksi
- Air pengencer yang
terbuat dari :
Air
suling
jenuh
oksigen ditambah
1 ml larutan :

Bufer
fosfat
yang
terdiri dari : 8,5 g
KH2PO4, 21,75 g K2PO4,
1,7 g NH4Cl dan 33,4 g
Na2HPO4.7H2O dalam I
liter air pada pH 7,2
22,5 g/l MgSO4.7H2O
27,5 g/l CaCl2
0,25 g/l FeCl3.6H2O
Bibit air kotor
NaOH atau H2SO4
sebagai pengatur pH

Alat pengolahan air


limbah dengan cara
koagulasi :
1. Alat Jar tester
2. Piala gelas 500 ml
3. Corong
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
6. Erlenmeyer
7. Oven
8. Neraca analitik
9. Kertas saring
Pereaksi
1. Zat koagulan
2. NaOH 0,1 N
3. HCl 0,1 N

Langkah Kerja :

Zat padat total


Cawan kosong yang telah dibersihkan, dipanaskan di dalam
furnace pada temperatur 105 oC selama 1 jam.
Cawan didinginkan selama 15 menit dalam eksikator,
kemudian ditimbang dengan teliti.
Contoh uji dikocok agar homogen kemudian diambil dengan
labu ukur sejumlah 50 ml dan dituangkan ke dalam cawan.
Contoh uji di dalam cawan diuapkan dalam oven sampai
hampir kering.
Pengeringan dilanjutkan selama 1 jam di dalam oven pada
temperatur 105 oC.
Cawan yang telah keirng didinginkan di dalam eksikator
selama 15 menit, kemudian ditimbang.
Zat padat tersuspensi
Kertas saring dipanaskan di dalam oven pada temperatur 105
o
C selama 1 jam.
Setelah dipanaskan, kemudian didinginkan di dalam eksikator
selama 15 menit lalu ditimbang dengan teliti beberapa kali
sampai dicapai berat yang konstan.

Try@83 co

Contoh uji yang telah dikocok sampai homogen diambil


dengan labu ukur 50 ml dan disaring dengan hati-hati melalui
kertas saring yang diletakkan di atas corong.
Kertas saring diambil dengan hati-hati dan ditempatkan pada
oven dengan temperatur 105 oC selama 1 jam.
Kertas saring yang telah kering didinginkan di dalam
eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang beberapa kali
sampai dicapai berat yang konstan.

Analisa kebutuhan oksigen kimia (kok/cod) :


1. Dibuat reagen asam sulfat yang mengandung AgSO 4 10 g/l
asam.
2. Jika contoh uji mengandung klorida yang cukup tinggi maka
pertama-tama perlu ditambahkan 0,4 gram HgSO 4 untuk
mengusir gangguan klorida.
3. Larutan sample diencerkan dengan ditambahkan air suling
dan 2 ml contoh uji, kemudian masukkan ke dalam
Erlenmeyer tutup asah.
4. Kemudian ditambahkan 20 ml K2Cr2O7 0,250 N ke dalam
Erlenmeyer dan juga batu didih yang telah dibersihkan
dimasukkan.
5. Ditambahkan 30 ml asam sulfat reagen yang mengandung
AgSO4 dengan hati-hati dan perlahan agar zat yang mudah
menguap tidak hilang.
6. Aliran air pendingin pada kondensor dijalankan, kemudian
Erlenmeyer dipasang dibawah kondensor dengan hati-hati.
7. Alat pemanas dijalankan, dan larutan direfluks selama 2 jam.
8. Setelah selesai refluks dibiarkan dingin terlebih dahulu,
kemudian kondensor dibilas dengan cara mengalirkan air
suling sebanyak kurang lebih 30 ml melalui mulut kondensor.
9. Erlenmeyer dilepas dari rangkaian kondensor, kemudian
ditambah air suling kurang lebih 100 ml, lalu didinginkan
sampai suhu kamar.
10.Setelah ditambah indikator feroin, sisa dikromat dititrasi
dengan garam Mohr sampai warna hijau kebiruan berubah
menjadi merah coklat.
11.Dilakukan percobaan untuk blanko yang terdiri dari air suling
yang mengandung semua reagen pada larutan contoh uji dan
di refluks dengan cara yang sama pada cara contoh uji.
12.Larutan fero ammonium sulfat adalah suatu larutan yang
tidak stabil, oleh karena itu normalitasnya harus selalu
distandarisasi setiap kali akan digunakan.
13.Untuk standisasi laruran fero anonium sulfat digunakan
larutan standard primer kalium dikromat 0,250 N sebanyak
10 ml ke dalam Erlenmeyer kemudian diencerkan sampai 100
ml.
14. Ditambahkan dengan 30 ml asam sulfat pekat dengan hatihati, setelah diidnginkan kemudian dititrasi dengan larutan
fero ammonium sulfat dengan menggunakan indikator feroin
sampai warna larutan berubah dari hijau kebiruan menjadi
merah kecoklatan.

Analisa kebutuhan oksigen biologi (BOD/KOB)

Try@83 co

1. Contoh dinetralkan lebih dahulu sampai pH 7 dengan


penambahan NaOH atau H2SO4.
2. Untuk contoh yang mengandung sisa klor harus dinetralkan
dulu dengan Na2SO3.
3. Dilakukan pengenceran sesuai dengan kadar zat organik
yang ada di dalam contoh.
- Untuk air limbah industri diencerkan 100 1000 kali
- Untuk air limbah penduduk diencerkan 20 100 kali
- Air limbah yang telah diolah pengenceran 4 20 kali
- Air sungai pengenceran 1 4 kali
4.
Kedalam labu ukur diisi air pengencer setengahnya,
kemudian dipipet sejumlah contoh air (sesuai dengan
pengenceran) lalu ditambahkan air pengencer sampai tepat
1 liter. Tutup labu ukur dan dikocok dengan hati-hati sampai
contoh homegen.
5. Dengan hati-hati air contoh yang telah diencerkan
dimasukkan ke dalam 2 botol Winkler, dihindari masuknya
udara ke dalam botol (hindari adanya gelembung udara).
6. Salah satu dari botol tersebut langsung diperiksa kandungan
oksigen terlarutnya dinyatakan sebagai DO0 (Disolve Oxygen
0 hari).dengan menambahkan bibit air kotor + FeCl 3 + MgSo4
+ CaCl2 + Buffer posfat.
7. Botol yang lainnya diinkubasi pada 20 oC selama 5 hari,
kemudian diperiksa kadar oksigen terlarutnya setelah 5 hari
sebagai DO5.
8. Dilakukan analisa yang sama terhadap blanko air pengencer
untuk koreksi.

Pengolahan air limbah dengan cara koagulasi :


1. Contoh uji sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam piala gelas
Jar tester.

2. Zat koagulan yang akan dimasukkan ke dalam piala gelas


3.

4.
5.
6.
7.
8.

Try@83 co

dilarutkan lebih dahulu


Pengaduk diturunkan sampai kira-kira ditengah larutan.
Untuk meratakan zat koagulan diaduk selama beberapa detik
dengan kecepatan tinggi. pH diatur sesuai dengan kebutuhan
(dengan menambah asam atau basa) beberapa detik
sebelum zat koagulan dimasukkan. Kemudian zat koagulan
dimasukkan.
Jar tester diputar pada rpm 100 selama 1 menit untuk
meratakan dan penempelan zat koagulan pada partikelpartikel zat padat.
Putaran Jar tester diturunkan menjadi 20 rpm agar terbentuk
flok yang lebih besar dan berat. Dilakukan selama 15-30
menit.
Larutan yang telah memebentuk flok dibiarkan selama 15-30
menit agar terjadi pengendapan dari flok.
Dengan hati-hati larutan bagian atas diambil secara
bersamaan dan dipindahkan ke piala gelas lainnya sebanyak
25 ml untuk dianalisa.
Dilakukan analisa air yang telah dikoagulasi terhadap
kandungan zat padat.

Pengolahan air limbah secara koagulan ii

Contoh uji sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam piala gelas


Jar tester.
Zat koagulan yang akan dimasukkan ke dalam piala gelas
dilarutkan lebih dahulu
Pengaduk diturunkan sampai kira-kira ditengah larutan.
Untuk meratakan zat koagulan diaduk selama beberapa detik
dengan kecepatan tinggi. pH diatur sesuai dengan kebutuhan
(dengan menambah asam atau basa) beberapa detik
sebelum zat koagulan dimasukkan. Kemudian zat koagulan
dimasukkan.
Jar tester diputar pada rpm 100 selama 1 menit untuk
meratakan dan penempelan zat koagulan pada partikelpartikel zat padat.
Putaran Jar tester diturunkan menjadi 20 rpm agar terbentuk
flok yang lebih besar dan berat. Dilakukan selama 15-30
menit.
Larutan yang telah memebentuk flok dibiarkan selama 15-30
menit agar terjadi pengendapan dari flok.
Dengan hati-hati larutan bagian atas diambil secara
bersamaan dan dipindahkan ke piala gelas lainnya sebanyak
25 ml untuk dianalisa.
Dilakukan analisa air yang telah dikoagulasi terhadap
kandungan zat padat.

Data Percobaan dan perhitungan :

Untuk TS dan TSS :


A = Berat cawan dan residu = 52,0130 gram
B = Berat cawan
= 52,1884 gram
C = Berat kertas saring & residu = 0,4658 gram
D = Berat kertas saring
= 0,4826 gram
Zat padat total (mg/l) = (B - A) x 1000
ml contoh uji
= (52,0130 52,1884) x 1000
50 ml
= 3,508 mg/l
Zat padat tersuspensi (mg/l)

= (D C) x 1000
ml contoh uji

= (0,4826 0,4658) x 1000


50 ml
= 0,336 mg/l
Zat padat terlarut

= Zat padat total Zat padat tersuspensi


= 3,508 mg/l 0,336 mg/l
= 3,172 mg/l
Untuk KOK/COD :
Standardisasi larutan garan Mohr dengan K 2Cr2O7 0,25 N
V 1 N1 = V 2 N2
10. 0,25 = 25 . N2

Try@83 co

N2 ( larutan garan Mohr) = 0,1 N


KOK (mg O2/l) = (ml blanko ml titrasi cu) x N titran x 8000
ml contoh uji
= (37,2 ml 33,2 ml) x 0,1 N x 8000
2
= 1600 mg O2/l

Untuk KOB/BOD :

Volume tabung Winker DO5


Volume tabung Winker Doo
Volume labu Pengencer
Titrasi Blangko DOo
Titrasi DOo
Titrasi Blangko DO5
Titrasi DO5
DO0
(DO0)contoh
=
=
(DO0)blanko
=
=
DO5
(DO5)contoh
=
=
(DO5)blanko
=
=

= 126 ml
= 126 ml
= 350 ml
= 10 ml
= 1,8 ml
= 0,5 ml
= 0,2 ml

= ml titrasi x N tio x 8000


vol winkler
1,8 x 0,01 x 8000
126
1,14 mg/l
= ml titrasi x N tio x 8000
126
10 x 0,01 x 8000
126
6,34 mg/l
= ml titrasi x N tio x 8000
vol. winkler
0,2 x 0,01 x 8000
126
0,12 mg/l
= ml titrasi x N tio x 8000
126
1,2 x 0,01 x 8000
120
0,76 mg/l

Nilai KOB (mg/l)

= (DO0 DO5)contoh -(DO0 DO5)blanko


fp
= (1,8 0,2) (10 0,5)
100
= 1,29 0,72 mg/l
0,01
= 79 mg/l

Untuk pengolahan air limbah dengan cara koagulasi :


% Penurunan TS = Ts awal Ts akhir x 100 %
Ts awal
Ts awal = 3,508 mg/l = 0,003508 g/l

Try@83 co

Tabel : data percobaan pengolahan limbah dengan koagulasi


Konsen
trasi
0,25
0,5
0,75
1,0
1,25
1,5
1,75
2,0

IV.

Ts Akhir

Berat

Ts ( % )

3,160
3,136
3,096
2,992
2,952
2,642
2,596
2,556

0,1536
0,1563
0,1548
0,1496
0,1436
0,1321
0,1228
0,1283

9,9
10,6
11,7
14,7
15,8
24,6
25,9
27,1

Pembahasan
Untuk TS dan TSS
Analisa zat padat dalam air dimaksudkan untuk menghitung
banyaknya zat padat total yang terdiri dari zat padat terlarut
dan padat tersuspensi. Percobaan zat padat total dan zat padat
tersuspensi dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan
(cawan dan kertas saring) yang dikeringkan pada temperatur
105o C selama 1 jam dan dieksikator selama 15 menit. Hal ini
dilakukan agar hasil uji benar-benar akurat karena tak ada sisa
larutan yang terkandung dalam kertas atau cawan.
Untuk KOK/COD
Pada saat merefluks harus diperhatikan betul apakah
berhubungan dengan udara bebas atau tidak karena apabila
reaksi
jika reaksi
tidak berlangsung sempurna akan
mempengaruhi
pada
hasil
penelitian.
Pengujian
ini
menggunakan K2CrO4 sebagai sumber oksigen pada kondisi
asam mendidih dengan menggunakan reagen selama 2 jam.
Pada saat akhir merefluks, alat dibersihkan dengan air suling
melalui mulut kondensor, agar uap sulfat yang masih tersisa
dapat dihilangkan, yang berbahaya bagi kesehatan.

Try@83 co

10

Pada pengujian COD digunakan Fero ammonium sulfat yang


normalitasnya harus dicari terlebih dahulu karena larutan
tersebut tidak stabil.
Untuk KOB/BOD
Pada pengujian ini harus diperhatikan agar tidak ada pertukaran
oksigen dari udara yang akan mengganggu perhitungan. Oleh
sebab itu botol harus tetap tertutup rapat karena uji KOB/BOD
dilakukan secara biologi dengan menggunakan bakteri aerobik
yang membantu reaksi oksidasi zat organic dengan oksigen
didalam air. Oleh karena reaksi BOD berlangsung pada botol
tertutup maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah selisih
dari kadar oksigen pada awal reaksi dengan kadar oksigen
setelah 5 hari,yang mana perlakuan pada yang 5 hari ini pada
suhu 20oC. Hal ini dilakukan agar pada suhu tertentu untuk
mendapatkan keadaan suhu optimal dimana bakteri dapat
berjalan dengan baik,dan bekerja membantu mengoksidasi zat
organic yang ada pada air limbah.
Untuk pengolahan air limbah dengan cara koagulasi
Uji pengolahan air limbah dengan cara koagulasi didapatkan
hasil pengurangan jumlah zat padat total yang terkandung
dalam air limbah. Zat koagulasi (koagulan) yang digunakan
adalah Al2(SO4) yang biasa digunakan dalam industri tekstil.
Dengan zat ini partikel penyebab kekeruhan dan warna dapat
dipisahkan, kecuali partikel nonionik yang sangat halus dan pH
koagulan bekerja pada pH 7-8. Hal ini disebabkan karena
koagulan bekerja dan merubah poros ganda dari molekul dan
membuatnya menjadi bermutan yang sebaliknya sehingga akan
membentuk gumpalan berupa flok-flok akan terjadi setelah
ditambahkan flokulator, oleh karena itu perlu dijaga kondisi pH
agar tidak menyebabkan terganggunya proses pengendapan
zat-zat yang menyebabkan kekeruhan, diantaranya yaitu zat
yang akan diendapkan susah mengendap karena kondisi yang
tidak optimal. Selain itu juga zat koagulan yang digunakan akan
turut mempengaruhi proses pengendapan.
Pada proses pengadukan awal pada 100 rpm selama 1 menit,
ini bertujuan untuk membentuk inti koagulan, Selanjutnya
pengadukan dilakukan dengan kecepatan 20 rpm selama 20
menit, agar flok yang telah terbentuk tidak rusak. Kemudian
larutan didiamkan selama 30 menit untuk mengendapkan flok
yang telah terkurung didalamnya.

V.

Kesimpulan
Untuk TS dan TSS

Zat padat total


= 3,508 mg/l
Zat padat terlarut
= 0,336 mg/l
Zat padat tersuspensi = 3,172 mg/l
Untuk KOK/COD
COD Merupakan cara pengujian yang dilakukan untuk
menghitung
jumlah
oksigen
yang
diburuhkan
untuk
mengoksidasi zat organic yang ada dalam 1 liter.

Try@83 co

11

Dari hasil praktikum diperoleh nilai COD pada contoh uji sebesar
8042 mg /l
Untuk KOB/BOD
DOo air contoh = 1,14 mg/l
DOo air Blanko = 6,34 mg/l
DO5 air Contoh = 0,12 mg/l
DO5 air Blanko = 0,76 mg/l

Nilai KOB

= 79 mg/l

Untuk pengolahan air limbah dengan cara koagulasi


Dari percobaan diatas didapatkan suatu kesimpulan bahwa
semakin banyak zat koagulan yang digunakan, maka %
penurunan zat padat total semakin besar, nilai-nilai yang
diperoleh adalah :
% penurunan total solid untuk kadar PAC 0,25 g/l
= 9,9 %
% penurunan total solid untuk kadar PAC 0,50 g/l
= 10,6 %
% penurunan total solid untuk kadar PAC 0,75 g/l
= 11,7 %
% penurunan total solid untuk kadar PAC 1,0 g/l
= 14,7 %
% penurunan total solid untuk kadar PAC 1,25 g/l
= 15,8 %
% penurunan total solid untuk kadar PAC 1,50 g/l
= 24,6 %
% penurunan total solid untuk kadar PAC 1,75 g/l
= 25,9%
% penurunan total solid untuk kadar PAC 2,0 g/l
= 27,1 %

VI.

Daftar Pustaka

Noerati Kemal, S.Teks, MT. Air Proses Dan Air Limbah Industri Tekstil.
STTT, 1993

Jurnal praktikum Penulis

Try@83 co

12

Vous aimerez peut-être aussi