Vous êtes sur la page 1sur 6

Gunung Sindara, biasa disebut Sindoro, atau juga Sundoro (altitudo 3.

150 meter di atas


permukaan laut) merupakan sebuahgunung volkano aktif yang terletak di Jawa
Tengah, Indonesia, dengan Temanggungsebagai kota terdekat. Gunung Sindara terletak
berdampingan dengan Gunung Sumbing.
Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang
terbesar disebut Kembang. Sebuahkubah lava kecil menempati puncak gunung berapi.
Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai
sedang (letusan freatik).
Hutan di kawasan Gunung Sundoro mempunyai bertipe hutan Dipterokarp Bukit,hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, danHutan Ericaceous atau hutan gunung.

Sejarah Letusan
Sejarah mengenai letusan yang terjadi di Gunung Sindoro tidak banyak diketahui, namun
letusan baru mulai tercatat sejak Abad ke-19. Berikut ini adalah daftar letusan maupun
peningatan aktivitas vulkanik Gunung Sindoro yang terjadi sejak Abad ke-19 Masehi :

1806? : Letusan di puncak gunung. Masih disangsikan kebenarannya.

1818 : Terjadi letusan abu yang menyebar hingga Pantai Pekalongan. Bulan tidak
diketahui.

1882 : Terjadi letusan abu di Gunung Kembang. Abunya jatuh hingga di Kebumen.
Antara 1-7 April kemungkinan terjadi leleran lava di lereng barat laut.

1883? : Peningkatan aktivitas vulkanik. Kemungkinkan terjadi letusan pada bulan


Agustus.

1887 : 13-14 November. Terdengar suara ledakan.

1902 : 1-25 Mei. Kegiatannya terbatas pada bualan lumpur dan lontaran batu pijar
yang jatuh kembali di lubang letusan.

1903 : 16-21 Oktober. Letusan di rekahan kali Prupuk di atas Gunung Kembang, di
antara ketinggian 2850-2980 meter (letusan samping). Hujan abu sampai di Kejajar dan
Garung.

1906 : 22 September-20 Desember. Letusan di rekahan S1 dan terbentuknya K5 di


selatan dataran pasir Z1. Pada 25 September, terjadi hujan abu di Kledung. Tanaman
banyak yang rusak, rumah penduduk terbakar.

1908 : 10 Februari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Terdengar suara gemuruh.

1910 : Januari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Di Temanggung kadang-kadang


terdengar suara gemuruh.

1970 : Setelah beristirahat selama kurang lebih 60 tahun, terdapat lagi kenaikan
aktivitas vulkanik tanpa menghasilkan suatu letusan. Adapun urutannya adalah sebagai
berikut :

21 Oktober kira-kira pukul 05.30 dan pada 28 Oktober kira-kira pukul 06.30,
terasa bumi bergetar di Kampung Sigedang di lereng barat laut, kurang lebih 4,5
km jauhnya dari puncak.

29 Oktober. Mulai tampak asap putih tipis mengepul dari lubang letusan lama.

1 November. Kira-kira pukul 06.00, tampak asap putih tipis lurus mengepul ke
atas.

2 November. Pada pagi hari kira-kira pukul 06.00 Tampak asapnya menebal.
Antara pukul 09.00 hingga 14.00 terdengar suara blazer.
Di malam hari tampak asap berwarna merah di atas Gunung Sindoro, kemudian di
siang hari asap putihnya menipis kembali.
Hamidi dan Hadian (Juni 1973), telah melakukan pendakian puncak, demikian
pulaReksowirogo, tetapi tidak tampak bekas peningkatan aktivitas vulkanik tersebut.
2011 : November 2011 - 30 Maret 2012. Terjadi semburan asap solfatara di
beberapa tempat pada dinding dan dasar kawah utama. Aktivitas kegempaan juga
mengalami peningkatan sejak bulan November 2011.

Karakter Letusan
Dari sejarah dan endapan hasil letusannya, diperkirakan letusan tipe strombolian
mendominasi karakter letusan Gunungapi Sindoro.

Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Desember 2011


PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) meningkatkan status
Gunung Sindoro dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II), terhitung mulai
5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB. Peningkatan aktivitas Gunung Sindoro teramati
dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik
Dalam dan Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik Dangkal

mulai meningkat bulan November 2011, dan cenderung mengalami peningkatan hingga
Desember 2011.
Hasil dua kali pengamatan visual dan pengukuran suhu di kawah puncak pada
beberapa titik di sekitar kawah, yaitu tanggal 26 November 2011, dan 2 Desember 2011,
menunjukkan adanya kepulan asap dari fumarol dengan temperatur rata-rata sebesar
75 C pada 26 Oktober, dan 95 C pada 2 November. Pada tanggal 2 November tinggi
asap fumarol sudah melewati bibir kawah gunung (sekitar beberapa puluh meter)
dengan tekanan asap lemah-sedang.
Status Gunung Sindoro kembali diturunkan menjadi Aktif Normal (Level I) pada 30
Maret 2012, terhitung mulai pukul 14.00 WIB menyusul terjadinya penurunan aktivitas
vulkanik secara visual maupun kegempaan. Dari hasil pengamatan, teramati aktivitas
vulkanik secara visual maupun kegempaan cenderung mengalami penurunan dan tidak
mengalami peningkatan.

Gunung Sindoro nama lain dari Sindara atau Sundoro, dengan ketinggian 3153 mdpl
terletak di kabupaten Wonosobo dan kabupaten Temanggung Jawa Tengah.
Bersebelahan dengan saudara kembarnya yaitu Gunung Sumbing. Gunung Sindoro
memiliki keunikan pada Puncaknya yang lain dari pada puncak gunung pada umumya,
yaitu memiliki Puncak yang sangat luas lebih dari beberapa kali ukuran stadion bola.
Jalur Pendakian Sindoro
Ada beberapa jalur pendakian ke Gunung Sindoro, antara lain Jalur Kledung
(Temanggung), Jalur Sikatok (desa Sigedang Kejajar Tambi kab. Wonosobo), Jalur
Sibajak (Temanggung), Jalur Jlumprit (Dusun Katekan).
Jalur Sikatok merupakan jalur tercepat menuju Puncak Sindoro. Jalur ini melewati
sebuah perkebunan teh. Untuk mencapai kebun teh Sikatok, dari Wonosobo kita bisa
naik bus jurusan Dieng turun di pertigaan Tambi. Melalui gerbang kebun teh Kejajar
Tambi kita melanjutkan perjalanan ke desa Sigedang yang berjarak 4 km dengan
angkot atau ojeg. Sesampainya di desa Sigedang, pendaki mengurus perijinan dan bisa
juga menitipkan mobil atau kendaraan di rumah pak amin yang sudah dianggap
sebagai juru kunci gunung Sindoro. CP pak amin di Sigedang 081227967705.
Mendaki Sindoro
Perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan aspal Sigedang menuju pintu masuk kebun teh
Sikatok, bisa dengan berjalan kaki atau naik mobil bak terbuka dgn ongkos Rp.5000 per
orang. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 20 menit dan kita akan sampai di
pertigaan kebun teh sikatok yg merupakan pintu masuk jalur pendakian ke puncak

Sindoro. Dari pertigaan menuju Pos I dapat ditempuh kurang lebih dalam waktu 20
menit dengan mengikuti jalan setapak di tengah tengah kebun teh. Pos I merupakan
pondok teh yang terletak di tepi jalan makadam.
Perjalanan dari Pos I menuju Pos II (Gardu Pandang) dapat ditempuh dalam waktu 30
menit melalui jalan setapak di tengah tengah kebun teh. Pendakian dilanjutkan menuju
Pos III selama 30 menit. Pos III merupakan batas kebun teh dan ilalang. Dari sini
pendakian kita teruskan melalui medan yg terbuka dan cenderung menanjak selama 3
jam akan tiba di Tebing Jeblugan Alit atau yang lebih dikenal dengan Watu Susu.

Puncak Sindoro
Dari Watu Susu ke Alun Alun /Sabana dapat ditempuh selama 1,5 jam. Alun Alun
merupakan padang rumput luas yg biasanya dipakai sebagai tempat Camp bagi para
pendaki. Perjalanan selanjutnya dari sabana menuju pasar setan ditempuh dalam
waktu 10 menit. Tidak jauh dari pasar setan terdapat makam Jogo Negoro.
Dari Pasar Setan menuju Puncak Sindoro dapat ditempuh dalam waktu 10 menit
melalui jalan berbatu dan menanjak. Disini terhampar luas dataran yang terdiri dari
sabana. Dari kejauhan Anda dapat menikmati beberapa puncak gunung lainnya seperti
Sumbing, Merapi dan Merbabu. Samar-samar tampak dikejauhan Puncak Slamet.
Perjalanan dari Sigedang menuju puncak Sindoro dibutuhkan waktu 6-7 jam dan waktu
turunnya 3-4 jam. Bagi Anda yang pemula bawalah Jaket yang berstandart pendakian,
karena suhu udara pada pagi hari bisa mencapai 2 derajat. Sementara itu sumber air
tidak ditemukan sepanjang perjalanan dari Sigedang sampai Puncak, jadi sangat
disarankan untuk membawa air dari bawah.

Gunung Sindoro - 3.136 m.dpl, setidaknya ada tiga nama yang dikenal baik oleh
masyarakat, Sindoro, Sundoro atau Sendoro. Adalah termasuk dalam jajaran gunung
berapi yang mempunyai bentuk kerucut dengan tipe Strato. Dari kejauhan nampak
seperti dua saudara kembar antara Sundoro dan Sumbing, berdiri kokoh di batas
Kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo. Diantara
keduanya, dipisahkan oleh pelana Kledung (1.405 m.dpl) yang melintasi jalan raya,
menghubungkan Wonosobo dengan kota Magelang. Gunung Sundoro mempunyai
Koordinat/ Geografi pada 7 18?LS dan 109 59.5? BT dan memiliki areal Kawasan
Hutan cukup luas yang di kelola oleh PERHUTANI Wonosobo (772 m.dpl) dan
Temanggung. Berada di puncaknya, kita bisa melihat pemandangan disekitarnya,
bagian lereng gunung ditanami hamparan kebun teh yang mengelilingi menjadikan

lereng sindoro terlihat hijau sepanjang tahun. Di bagian timur dari puncak datar seluas
400 x 300 m terdapat kawah kembar besar berukuran 210 x 150 m, sedangkan dataran
Segero Wedi, Banjaran, di bagian barat dan utara, adalah sisa dari kawah utama dan
sekunder. Kerucut dan kawah parasit ditemukan di lereng barat daya dan timur laut dan
di kaki tenggara. Beberapa ratus bukit di kaki timur laut menurut Taverne dan van
Bemmelen merupakan sisa erosi dari suatu longsoran tanah sebelum tanah sebelum
sejarah atau dari lahar. Rute Pendakian Gunungapi ini mudah dicapai dari segala
jurusan, dari sebelah timur dari Magelang, dari sebelah barat dari Banjarnegara, dari
arah utara dari Candiroto atau Melayu, sedangkan dari arah selatan dari Purworejo.
Untuk mendaki gunung Sundoro terdapat dua jalur umum yang biasanya dipergunakan,
yaitu; lewat Desa Kledung dan lewat Desa Sigedang (Tambi). Jalur Kledung Untuk
mencapai Desa Kledung, dari arah Magelang naik bus ke jurusan Wonosobo atau
sebaliknya, turun di Desa Kledung disebelah Restoran Dieng Pass. Perjalanan dari
arah Wonosobo hanya 3 Km. Untuk sarana PENGINAPAN di Kledung masih belum
tersedia, penginapan hanya ada di Wonosobo atau Magelang, tetapi kita bisa menginap
di rumah Kepala Desa atau di rumah masyarakat setempat. Di Desa Kledung kita bisa
menyaksikan pemandangan yang menarik baik kearah Gunung Sundoro maupun
kearah Gunung Sumbing. Sekitar 0,5 jam perjalanan kita akan melewati batas ladang
penduduk dengan hutan dan sampai di Watu Gede. Sekitar 0,5 jam perjalanan lagi kita
akan sampai di Situk, disini ada pos pendaki dan kita dapat beristirahat disini. Dari Situk
diteruskan lagi, kita akan menemui jalan bercabang, lurus dan ke arah kanan.
Sebaiknya kita ambil yang lurus karena jalan ini lebih cepat tetapi lebih menanjak,
sedangkan jalan yang kanan lebih landai dan melewati lereng bukit, kedua jalan ini
akan bertemu di Pestan dan dapat ditempuh dalam 2 jam dari Situk. Berjalan sekitar 23 jam lagi kita sampai di Batu Tatah, daerahnya agak berbatu. Untuk menuju puncak
diperlukan waktu 2 jam lagi, mendekati puncak kita mengambil jalan memutar dari arah
kiri menuju ke arah kanan menuju puncak. Dari desa Kledung ke puncak Sundoro ini
membutuhkan waktu 7 jam dan turunnya dibutuhkan waktu 4 jam. Puncak Gunung
Sundoro merupakan dataran seluas (400 x 300) meter, yang disebelah timurnya
terdapat dua kawah kembar seluas (210 x 150) meter. Sedangkan di sebelah barat dan
utara terdapat dataran Segoro Wedi dan Banjaran serta dua dataran yang belum
bernama, yang merupakan sisa kawah utama dan sekunder. Menurut tradisi
masyarakat di sini setiap tanggal 1 Suro, Tahun Baru pada penanggalan Jawa-Islam,
banyak penduduk yang mendaki Gunung Sundoro ini, untuk mengadakan selamatan di
puncak. Jalur Sigedang-Tambi Jalur Sigedang merupakan jalur yang agak sulit karena
jalanan sangat menanjak sehingga jarang yang melakukan pendakian lewat sini tetapi
jalur ini banyak di gunakan sebagai jalur turun karena lebih cepat dan lebih dekat
dengan Lembah Dieng. Untuk mencapai Sigedang, dari arah Wonosobo kita naik bus
ke jurusan Dieng, turun di Rejosari atau Tambi, sekitar 15 Km. Selanjutnya perjalanan
diteruskan dengan jalan kaki /naik Ojek menuju ke arah kampung Sigedang sekitar 4
Km. Kondisi Jalan menuju Sigedang sudah beraspal dan disekitar jalan kita bisa

memandang hamparan tanaman teh. Awal pendakian kita mulai di sini. Berjalan
melewati jalan berbatu menyusuri kebun - kebun teh selama 2 jam perjalanan akan
sampai dibatas perkebunan teh dengan hutan (4 Km). Dari sini pendakian kita teruskan
melalui jalanan yang cenderung menanjak selama 3 jam akan sampai di Watu Susu.
Watu Susu merupakan daerah yang mempunyai ciri adanya batu yang besar yang
terdiri 2 buah. Menurut kepercayaan penduduk, batu ini merupakan buah dada dari
Gunung Sundoro. Dari Watu Susu ke puncak dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam lagi.
Perjalanan dari Sigedang menuju puncak Gunung Sundoro membutuhkan waktu sekitar
6-7 jam dan turunnya memakan waktu 4-5 jam perjalanan. Untuk melakukan pendakian
lewat Sigedang harus melapor dahulu ke Kepala Desa. Disini kita bisa menginap di
rumah masyarakat setempat yang umumya juga sebagai pemandu gunung. Untuk
melakukan pendakian ke Gunung Sindoro lewat Kledung belum ada ijin khusus tetapi
sebelum melakukan pendakian kita harus mencatat nama di rumahnya Kaur
pembangunan (Pemerintah Desa) sebagai tanda ijin mengetahui adanya pendaki yang
naik. -

Vous aimerez peut-être aussi